Klasifikasi Kanker Payudara Pencegahan Kanker Payudara

Yenny Chandra : Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009. diperbaiki, atau sel tersebut akan diprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan ke sel-sel keturunan. Jika sel tersebut kembali lolos, maka kesalahan tersebut menjadi mutasi permanen dan akan bertahan di semua sel keturunan dan masuk ke tahap irreversibel Corwin, 2000. Pada tahap promosi, kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menaikkan reaksi karsinogen dan tidak menimbulkan amplifikasi gen dan produksi copy multipel gen Sukardja, 2000. Suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen. Pada tahap progresi, terjadi aktivasi, mutasi, atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pra-maligna dan maligna. Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu: histopatologi atau PA, rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan CT-Scan dan scintigrafi Sukardja, 2000.

2.1.4. Klasifikasi Kanker Payudara

Klasifikasi kanker payudara berdasarkan TNM Tabel 2.1. Klasifikasi kanker payudara T Tumor primer TX Tumor tidak teraba Yenny Chandra : Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009. T0 Tis Tis DCIS Tis LCIS Tis Paget T1 T1a T1b T1c T2 T3 T4 T4a T4b T4c T4d Tumor tidak jelas keberadaanya Carcinoma In situ Karsinoma intraduktal Karsinoma intralobular Karsinoma paget pada puting susu tanpa adanya massa tumor, jika dengan massa tumor diklasifikasikan sesuai dengan besar tumor Tumor besarnya ≤ 2 cm Tumor besarnya 0,1 cm – 0,5 cm Tumor besarnya 0,5 cm – 1 cm Tumor besarnya 1 cm – 2 cm Tumor besarnya 2 cm – 5 cm Tumor besarnya 5 cm Tumor dengan setiap ukuran tapi sudah ada infiltrasi perlekatan langsung dengan dinding dada costae, muskulus intercostal, muskulus seratus anterior atau kulit Melekat pada dinding dada Edema, peau d’orange, ulserasi kulit, nodul satelit T4a dan T4b Karsinoma inflamatoir mastitis karsinomatitis N Kelenjar getah bening regional NX N0 N1 N2 N3 Kelenjar getah bening regional tidak teraba Kelenjar getah bening regional tidak jelas Kelenjar getah bening aksila ipsilateral dapat digerakkan Kelenjar getah beninng aksila ipsilateral melekat satu sama lain, atau terfiksir pada struktur lainnya Metastasis pada kelenjar getah bening mammary interna ipsilateral Yenny Chandra : Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009. M Metastasis M0 M1 Belum ada metastasis jauh Metastasis UICC 2002. Menurut Tjindarbumi 2002, klasifikasi stadium klinik pada kanker payudara berdasarkan Portman terdiri atas 4 stadium, yaitu: 1. Stadium I : T1a-b-c N0 M0 2. Stadium IIA : T0-1 N1 M0 T2 N0 M0 Stadium IIB : T2 N1 M0 T3 N0 M0 3. Stadium IIIA : T1-2 N2 M0 T3 N1-2 M0 Stadium IIIB : T4 N0-3 M0 T1-4 N2 M0 4. Stadium IV : Setiap T, setiap N dengan M1

2.1.5. Pencegahan Kanker Payudara

Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara lain berupa, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier Sukardja, 2000. Menurut IUCC 1987 dalam Sukardja 2000, pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan hampir seluruh kasus kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan hidup kita, dan sebagian besar ada hubungannya dengan tembakau. Yenny Chandra : Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Sadari Sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Di Kelurahan Petisah Tengah Tahun 2009, 2009. Menurut Nina 2002 dalam Hawari 2004, pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan population at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Diantaranya adalah dengan melakukan SADARI Pemeriksaan Payudara Sendiri dan skrining melalui mammografi. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Menurut beberapa penelitian, menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada wanita yang melakukan SADARI dibandingkan yang tidak. Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif Hawari, 2004. 2.2. Deteksi Dini Kanker Payudara 2.2.1. Definisi Deteksi Dini

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

1 69 65

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 2 65

Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (Sadari) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini.

2 1 24

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 0 11

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 0 1

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 0 3

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 1 15

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Tentang SADARI Sebagai Salah Satu Deteksi Dini Kanker Payudara di Kelurahan Tanjung Rejo Medan

0 0 3

14 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA 20 – 30 TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

0 0 5

57 HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU SADARI SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

0 0 10