Emisi Gas Buang sebelum Menggunakan Blower Sebagai Supercharger listrik Emisi Gas Buang saat menggunakan Blower Sebagai Supercharger listrik

123

4.2 Pengujian Emisi Gas Buang

Pada pengujian ini, data yang diperoleh merupakan hasil perbandingan absorbance energi yang terserap masing-masing sample absorbent yang telah mengadsorpsi emisi dari gas buang terhadap kurva masing-masing emisi Carbon MonoksidaCO, Nitrogen oksida Nox, Hidrocarbon HC, dan Karbondioksida CO 2 sehingga besarnya kadar emisi yang terkandung didalam absorbent dapat ditentukan.

4.2.1 Emisi Gas Buang sebelum Menggunakan Blower Sebagai Supercharger listrik

Kadar emisi gas buang dari hasil pengujian sebelum menggunakan blowersebagai supercharger listrik pada masing-masing putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.7 Emisi gas buang mesin sebelum penggunaan blower sebagai supercharger listrik Tanpa blower sebagai supercharger listrik RPM CO Vol CO2 Vol HCppm vol O2 vol 1000 2.01 3.41 204 14.24 2000 0.57 4.21 77 13.96 3000 0.1 5.51 58 12.61 4000 0.07 5.21 92 13.23 5000 0.38 5.58 53 12.21 6000 0.35 6.39 41 11.81 7000 0.29 6.92 39 11.33 8000 0.22 7.45 37 10.86 9000 0.2 7.99 36 10.38

4.2.2 Emisi Gas Buang saat menggunakan Blower Sebagai Supercharger listrik

Kadar emisi gas buang dari hasil pengujian penggunaan blowerpada masing-masing putaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Universitas Sumatera Utara 124 Tabel 4.8 Emisi gas buang mesin dengan menggunakan blower sebagai supercharger listrik Dengan Supercharger RPM CO Vol CO2 Vol HCppm vol O2 vol 1000 1.861 3.18 174 13.53 2000 0.471 4.79 38 13.89 3000 0.184 5.52 52 12.96 4000 0.068 5.69 38 12.38 5000 0.226 6.45 36 11.06 6000 0.22 7.36 34 11.08 7000 0.209 8.1 33 10.47 8000 0.205 8.85 32 10.33 9000 0.202 9.59 30 10.2 Perbandinagn hasil uji emisi gas buang mesin otto EFI satu silinder dapat kita lihat pada gambar: Gambar 4.13 Kadar CO vs putaran sebelum dan sesudah pengguaan blower sebagai supercharger listrik Dari tabel dan grafik diatas dapat kita lihat besarnya kadar karbon monoknsida CO untuk masing masing pengujian berbahan bakar campuran 90 premium dan 10 methanol. Kadar karbonmonoksida terendah terjadi pada 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 CO rpm CO tanpa blower elektrik CO denga Blower elektrik Universitas Sumatera Utara 125 putaran 4000 rpm yaitu sebesar 0,068 pada saat penggunaan blower sebagai supercharger listrik. Kadar karbonmonoksida tertinggi terjadi pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 2,01 pada saat tidak menggunakan blower sebagai supercharger listrik. Gas karbon monoksida gas paling berbahaya yang dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dimana sifatnya tidak berbau, tidak berwarna namun beracun. Umumnya kandungan gas karbon monoksida dalam emisi gas buang adalah 0,2 – 5, hal ini ditimbulkan karena tidak cukupnya gas oksigen untuk mengubah karbon menjadi karbon dioksida. Biasanya pencampuran bahan bakar dan oksigen yang tidak baik akan menghasilkan gas karbon monoksida hal ini terjadi pada pembakaran kaya dimana jumlah bahan bakar sangat tinggi dibanding gas oksigen yang idealnya 14,7 : 1. Gambar 4.14 Kadar CO2 vs putaran sebelum dan sesudah pengguaan blower sebagai supercharger listrik Dari tabel dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa besarnya kadar karbon dioksida CO 2 untuk masing masing pengujian dengan bahan bakar campuran 90 dan premium 10 methanol. Kadar karbondioksida terendah terjadi pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 3,18 pada saat penggunaan blower sebagai 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 CO 2 rpm CO tanpa Blower Elektrik CO2 dengan blower elektrik Universitas Sumatera Utara 126 supercharger listrik. Kadar karbondioksida tertinggi terjadi pada putaran 9000 rpm yaitu sebesar 9,59 pada saat menggunakan blower sebagai supercharger listrik. Gas karbon dioksida adalah gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna, dimana pencampuran bahan bakar dan udara stoikometri.Pencampuran bahan bakar dan oksigen yang tidak baik akan menghasilkan gas karbon monoksida.Semakin tinggi substansi CO2 dalam gas mengindikasikan bahawa semakin baik pembakaran. Gambar 4.15 Kadar HC vs putaran sebelum dan sesudah pengguaan blower sebagai supercharger listrik Dari tabel dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa besarnya hidro karbon HC untuk masing masing pengujian dengan bahan bakar campuran 90 dan premium 10 methanol. Kadarhidrokarbon terendah terjadi pada putaran 9000 rpm yaitu sebesar 30 ppm volume pada saat penggunaan blower sebagai supercharger listrik. Kadar hidrokarbon tertinggi terjadi pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 204 ppm vol dengan tidak menggunakan blower sebagai supercharger listrik. Hidrokarbon berasal dari bahan bakar mentah yang tersisa dekat dengan dinding silinder setelah terjadi pembakaran dan dikeluarkan saat langkah buang dan juga yang tidak terbakar dalam ruang bakar setelah terjadi gagal pengapian pada saat mesin diakselerasikan. 50 100 150 200 250 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 HC s rpm HC tanpa blower Elektrik HC dengan Blower Elektrik Universitas Sumatera Utara 127 Gambar 4.15 grafik kadar O2 vs putaran sebelum dan sesudah pengguaan blower sebagai supercharger listrik Dari tabel dan grafik diatas dapat kita lihat bahwa besarnya kadar oksigen O 2 untuk masing masing pengujian dengan bahan bakar campuran 90 dan premium 10 methanol. Kadar oksigenO 2 terendah terjadi pada putaran 9000 rpm yaitu sebesar 10.20 pada saat penggunaan blower sebagai supercharger listrik. Kadaroksigen O 2 tertinggi terjadi pada putaran 1000 rpm yaitu sebesar 14,24 pada saat tidak menggunakan blower sebagai supercharger listrik. O 2 merupakan sisa oksigen yang tidak terbakar selama proses pembakaran akibat dari pembakaran yang tidak sempurna. 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 O 2 s rpm O2 tanpa blower elektrik O2 dengan Blower elektrik Universitas Sumatera Utara 128

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Torsi mengalami peningkatan di setiap putaran setelah penggunaan supercharger elektrik rata- rata sebesar 0,869 Nm. Peningkatan torsi yang paling besar setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 9000 rpm, yaitu sebesar 1,66 Nm Sedangkan peningkatan torsi yang paling kecil setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 1000 rpm, yaitu sebesar 0,276 Nm. 2. Daya mengalami peningkatan di setiap putaran setelah penggunaan supercharger elektrik rata-rata sebesar 0,56 KW. Peningkatan daya yang paling besar setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 9000 rpm, yaitu sebesar 1,567 KW , sedangkan peningkatan daya yang paling kecil setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 1000 rpm, yaitu sebesar 0,0289 KW. 3. Sfc mengalai penurunan di setiap putaran setelah penggunaan supercharger elektrik rata-rata sebesar 222,971 grkwh. Penurunan Sfc yang paling besar setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 1000 rpm, yaitu sebesar 1043,31 grkwh sedangkan penurunan sfc yang paling kecil setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 6000 rpm, yaitu sebesar42,006 grkwh. 4. Efisiensi thermal mengalami peningkatan pada setiap putaran setelah penggunaan supercharger elektrik rata-rata sebesar 12. Peningkatan Efisiensi thermal yang paling besar setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 8000 rpm, yaitu sebesar 18, sedangkan peningkatan efisiensi yang paling kecil setelah menggunakan supercharger diperoleh pada putaran 1000 rpm, yaitu sebesar 3. 5. AFR mengalami peningkatan pada setiap putaran setelah penggunaan supercharger elektrik rat-rata sebesar 2,7. Peningkatan AFR yang paling besar setelah penggunaan supercharger elektrik di peroleh pada putaran 1000 rpm, yaitu sebesar 7,544, sedangkan peningkatan AFR yang paling Universitas Sumatera Utara