Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada Lansia

(1)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI

PADA LANSIA

Oleh :

NELDA NILAM SARI

070100081

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI

PADA LANSIA

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

NELDA NILAM SARI

070100081

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA

Nama : Nelda Nilam Sari NIM : 070100081

PEMBIMBING PENGUJI I

(dr. Vita Camelia, SpKJ) (dr. Mistar Ritonga, SpF) NIP: 197804042005012002 NIP: 195204081989031001

PENGUJI II

(dr. Evo Elidar, SpRad) NIP: 196309271990102002

Medan, 11 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: Depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia, serta berhubungan dengan penurunan kualitas hidup lansia. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi terjadinya depresi. Beberapa penlitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukunagn sosial dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dukungan sosial terhadap depresi pada lansia.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional terhadap 50 responden lansia di Puskesmas Petisah. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan ialah MMSE

(Mini Mental State Examination) untuk menilai fungsi kognitif lansia, GDS (Geriatric Depression Scale) untuk mengukur skala depresi, (SSQ) Social Support Quitionairre Sarason untuk mengukur skala dukungan sosial. Pengolahan data

dilakukan menggunakan sistem komputerisasi SPSS 16.00 dengan uji Chi-Square Hasil: Dari penelitian sebanyak 50 responden didapati proporsi depresi sebanyak 26% dan yang paling banyak mengalami depresi adalah wanita (32,3%), tingkat pendidikan SD (48%), tidak menikah (45%), kelompok umur lansia old-old (62,5%). Sedangkan proporsi dukungan sosial didapati 60% dukungan sosial tinggi dan 40% dukungan sosial rendah. Terdapat pengaruh sangat kuat antara dukungan sosial dengan depresi pada lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Diskusi: Lansia dengan dukungan sosial rendah mempunyai resiko lebih tinggi mengalami depresi. Diharapkan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai depresi pada lansia dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dukunagn sosial.


(5)

ABSTRACT

Background: Depression is one of the mental disorders that is often experienced by elderly, also it is associated with the decrease of quality of life of elderly. Social support is one of important factors which affects depression. Several studies mentioned that there is significant connection between social support and depression. The aim of the study is to know about the influence of social support to the depression in elderly.

Method: This study is an descriptive analytic study with cross sectional design of 50 elderly in Puskesmas Petisah. Sample is conducted by consecutive sampling. Instruments which are used in this study are MMSE(Mini Mental State Examination) for assessing cognitive function of elderly, GDS (Geriatric Depression Scale) for measuring depression scales, (SSQ) Social Support Quitionairre Sarason for measuring social support scales. SPSS with Chi-Square test is used in this study for processing data.

Result: In this study, 26% respondents was detected had depression. Thirty two point three percent of women had depression, higher than men. Also happens in elementary elderly (48%), unmarried elderly (45%), and old old elderly (62,%%). In other hand, proportion of social support are 60% in high social support and 40% in low social support. There is strong influence of social support to the depression of elderly with p value 0,000 (p<0,05).

Discussion: Low social support elderly has higher risk factors for experiencing depression. It is expected for giving education to the community about depression in elderly and increasing awareness about the importance of social support. Keywords: depression, social support, elderly


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Depresi Pada Lansia”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Segala kesulitan dan hambatan yang muncul selama penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terelesaikan dengan baik tak lepas karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril ataupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp. PD. KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penulis untuk melakukan penelitian 2. dr. Vita Camelia, SpKJ selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. dr. Mistar Ritonga, SpF selaku dosen penguji I serta dr. Evo Elidar, SpRad selaku dosen penguji II yang telah besedia meluangkan waktu dan pemikiran berupa masukan kritik dan saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik lagi.

4. Mansyur Mendra dan Ernelly Damsir selaku orang tua penulis, yang telah banyak memberikan dukungan secara moril dan materil.

5. Seluruh staff dosen dan civitas akademika Fakultas Kedokteran USU. 6. Kekasih tercinta Dolly Syahfrudin atas dukungan dan motivasinya

7. Sahabat-sahabat penulis ( M.Rizqi, Arni Zulsita, Suci, Pelangi, Dea, Ika, Anggi, Nafis ) yang telah memberi bantuan berupa saran, kritik, dan motivasi.

8. Teman-teman satu kelompok bimbingan karya tulis ilmiah (Kharisma, Maisyaroh, dan Verany) atas kekompakan dan kebersamaannya selama ini


(7)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna karena keterbasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan negara Indonesia, serta bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dunia kedokteran

Medan, 17 Desember 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar……… iv

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel……… ix

Daftar Lampiran……… x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1 2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Depresi ... 5

2.1.1. Pengertian Depresi ... 5

2.1.2. Etiologi Depresi ... 5

2.1.3. Gambaran Klinis Depresi ... 9

2.1.4. Derajat Depresi dan Diagnosa ... 10

2.2. Dukungan Sosial……… 11

2.2.1. Pengertian Dukungan Sosial……… 11

2.2.2. Jenis-jenis Dukungan Sosial……… 12

2.3. Lanjut Usia……… 13

2.3.1. Pengertian Lansia………... 13

2.3.2. Klasifikasi Lansia……….. 14


(9)

2.3.4. Dukungan Sosial dan Depresi pada Lansia…………... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .. 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...25

5.1. Hasil Penelitian...25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian...25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden...26

5.1.3. Proporsi Depresi pada Responden...26

5.1.4. Distribusi Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin...26

Responden 5.1.5 Distribusi Depresi Berdasarkan Usia Responden...27

5.1.6 Distribusi Depresi Berdasarkan Tingkat Pendidikan...28

5.1.7 Distribusi Depresi Berdasarkan Status Pernikahan...28

5.1.8. Proporsi Dukungan Sosial pada Responden...28

5.1.9. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Depresi...29

5.2 Pembahasan………...29

5.2.1. Distribusi Depresi Berdasarkan Karakteristik...29

Demografik 5.2.2. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Depresi...30


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...33

6.1. Kesimpulan... 33

6.2. Saran... 33

DAFTAR PUSTAKA...34 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal

Tabel 5.1.2 Distribusi Jumlah Responden berdasarkan 25 Karakteristik Demografis

Tabel 5.1.3. Proporsi Depresi pada Responden 26

Tabel 5.1.4. Distribusi Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin 26 Responden

Tabel 5.1.5 Distribusi Depresi Berdasarkan Usia Responden 27 Tabel 5.1.6 Distribusi Depresi Berdasarkan Tingkat Pendidikan 27 Tabel 5.1.7 Distribusi Depresi Berdasarkan Status Pernikahan 28 Tabel 5.1.8. Proporsi Dukungan Sosial pada Responden 28 Tabel 5.1.9. Hubungan Dukungan Sosial terhadap Depresi 29


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian Lampiran 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 4 Identitas Subjek Penelitian

Lampiran 5 Kuesioner Lampiran 6 Data Induk

Lampiran 7 Izin Penelitian Dinkes Lampiran 8 Izin KEPK


(13)

ABSTRAK

Latar Belakang: Depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia, serta berhubungan dengan penurunan kualitas hidup lansia. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi terjadinya depresi. Beberapa penlitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukunagn sosial dan depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh dukungan sosial terhadap depresi pada lansia.

Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional terhadap 50 responden lansia di Puskesmas Petisah. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan ialah MMSE

(Mini Mental State Examination) untuk menilai fungsi kognitif lansia, GDS (Geriatric Depression Scale) untuk mengukur skala depresi, (SSQ) Social Support Quitionairre Sarason untuk mengukur skala dukungan sosial. Pengolahan data

dilakukan menggunakan sistem komputerisasi SPSS 16.00 dengan uji Chi-Square Hasil: Dari penelitian sebanyak 50 responden didapati proporsi depresi sebanyak 26% dan yang paling banyak mengalami depresi adalah wanita (32,3%), tingkat pendidikan SD (48%), tidak menikah (45%), kelompok umur lansia old-old (62,5%). Sedangkan proporsi dukungan sosial didapati 60% dukungan sosial tinggi dan 40% dukungan sosial rendah. Terdapat pengaruh sangat kuat antara dukungan sosial dengan depresi pada lansia dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Diskusi: Lansia dengan dukungan sosial rendah mempunyai resiko lebih tinggi mengalami depresi. Diharapkan untuk melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai depresi pada lansia dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dukunagn sosial.


(14)

ABSTRACT

Background: Depression is one of the mental disorders that is often experienced by elderly, also it is associated with the decrease of quality of life of elderly. Social support is one of important factors which affects depression. Several studies mentioned that there is significant connection between social support and depression. The aim of the study is to know about the influence of social support to the depression in elderly.

Method: This study is an descriptive analytic study with cross sectional design of 50 elderly in Puskesmas Petisah. Sample is conducted by consecutive sampling. Instruments which are used in this study are MMSE(Mini Mental State Examination) for assessing cognitive function of elderly, GDS (Geriatric Depression Scale) for measuring depression scales, (SSQ) Social Support Quitionairre Sarason for measuring social support scales. SPSS with Chi-Square test is used in this study for processing data.

Result: In this study, 26% respondents was detected had depression. Thirty two point three percent of women had depression, higher than men. Also happens in elementary elderly (48%), unmarried elderly (45%), and old old elderly (62,%%). In other hand, proportion of social support are 60% in high social support and 40% in low social support. There is strong influence of social support to the depression of elderly with p value 0,000 (p<0,05).

Discussion: Low social support elderly has higher risk factors for experiencing depression. It is expected for giving education to the community about depression in elderly and increasing awareness about the importance of social support. Keywords: depression, social support, elderly


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penuaan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia dan tak dapat dihindarkan. Lansia merupakan periode akhir dari kehidupan seseorang dan setiap individu akan mengalami proses penuaan dengan terjadinya perubahan pada berbagai aspek fisik/fisiologis, psikologis dan sosial (Miller, 2004).

Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Menkes RI menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very

old) diatas 90 tahun. Secara kronologis, young old secara umum yaitu usia antara

65-74 tahun, old-old berusia antara 75-84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas (Papalia, Olds & Feldman, 2005).

Populasi lansia di Indonesia pada tahun 2005 (15,8 juta/ 7,2 % penduduk Indonesia) meningkat 3 kali lebih besar daripada tahun 1970 (5,3 juta) (BPS, 2010). Jumlah lansia diperkirakan akan mencapai 11,34% pada tahun 2020 di Indonesia. Kenaikan pesat itu berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia. Pada tahun 2000, usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 tahun dan jumlah populasi orang-orang lansia sebanyak 17juta (7%). Menurut perkiraan, pada tahun 2020 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 71tahun dan jumlah populasi lansia diperkirakan sebanyak 28juta jiwa.

Peningkatan usia harapan hidup tentunya berdampak lebih banyak terjadi gangguan atau penyakit pada lansia, salah satunya ialah depresi. Gangguan mental yang sering diderita para lanjut usia adalah gangguan depresi, gangguan kognitif, fobia dan gangguan pemakaian alkohol (Kaplan, 2010). Depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut usia. Prevalensinya diperkirakan 10%-15% dari populasi lanjut usia dan diduga sekitar


(16)

60% dari pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua (Soejono, 2000). Angka kejadian depresi pada lansia usia diatas 65tahun diperkirakan sekitar 10-30% (Zerhusen dalam Pawlinska-Chmara, 2005)

Faktor penyebab depresi pada lansia antara lain adalah faktor biologi, psikologi, stres kronis, penggunaan obat. Adapun faktor biologi antara lain adalah genetik, perubahan struktural otak, risiko vaskular, dan kelemahan fisik. Faktor psikologi penyebab depresi pada lansia antara lain adalah tipe kepribadian dan dukungan sosial (Kaplan, 2010). Dari berbagai fakor tersebut, salah satu yang perlu mendapat perhatian khusus adalah fakor dukungan sosial

Dukungan sosial (sosial support) yaitu informasi verbal atau nonverbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pada tingkah laku penerimanya (Gottlieb dalam Minkler ,2002)

Dukungan sosial dapat memperbaiki kondisi psikologis seseorang, baik pria maupun wanita (Wallen dan Lachman dalam Sodrow, 2001),. Dukungan sosial yang kurang sering dihubungkan dengan sindroma depresi (Pattern, 2002). Dukungan sosial merupakan salah satu sumber penanggulangan terhadap depresi yang penting yang mempunyai pengaruh terhadap kondisi kesehatan seeorang (Ismanto, 1990). Dukungan sosial merupakan penanggulangan yang paling utama dalam menghadapi depresi, selain konstitusi, intelegensi, sumber keuangan, agama, hobi dan cita – cita (Brehm,1991).

Penelitian sebelumnya oleh Woroasih (1998) menyebutkan bahwa derajat dukungan sosial berhubungan dengan derajat depresi pada lansia. Pada depresi indikator resiko yang signifikan meliputi penyakit, keterbasan fungsional, ganguan penglihatan, stroke, kesepian, kurangnya dukungan sosial, kejadian yang tidak menyenangkan, dan perasaan kurang diperhatikan (Jongonelisab et al, 2004). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa adanya hubungan langsung antara dukungan sosial dengan kesehatan psikologis lansia dimana hasil T-test dari


(17)

reratanya menunjukkan bahwa lansia yang mempunyai banyak teman lebih sedikit mengalami depresi daripada lansia yang tidak mempunyai teman.

Penelitian sebelumnya hidayati dan laili nur (2009) di Desa Daleman Kecamatan Tulung Kabupaten menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial dengan depresi pada lansia dengan hasil uji Chi-Square yang mempunyai nilai coefisien contingency sebesar 0,483. Hayati (2009) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kesepian pada lansia.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti “Pengaruh Dukungan Sosial pada Lansia”.

2. Rumusan Masalah

Maka berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh antara dukungan sosial dengan depresi pada lansia”

3. Tujuan Penelitian 3.1. Tujuan Umum

Penelitian dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan depresi pada lansia.

3.2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi lansia yang mengalami depresi.

2. Mengidentifikasi dukungan sosial yang didapat oleh lansia.

3. Menganalisis adakah pengaruh dukungan sosial dengan depresi pada lansia dan besar presentasenya

4. Manfaat Penelitian

 Menambah kepustakaan Fakultas Kedokteran USU dalam bidang karya tulis ilmiah


(18)

 Dapat memotivasi masyarakat dalam upaya meningkatkan dukungan sosial untuk mengurangi depresi pada lansia

 Sebagai data pertinggal bagi dinas kesehatan berisi seberapa besar pengaruh dukungan sosial terhadap depresi pada lansia di Puskesmas Petisah

 Dapat menambah informasi bagi pemerintah daerah untuk


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEPRESI 2.1.1. Definisi Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu (Kaplan, 2010).

2.1.2 Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

a. Faktor biologi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada


(20)

pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limpik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).


(21)

Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel – sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).

b. Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial


(22)

meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia


(23)

membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.

Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010)

2.1.3. Gambaran Klinis

Depresi pada lansia adalah proses patoligis, bukan merupakan proses normal dalam kehidupan. Umumnya orang-orang akan menanggulanginya dengan mencari dan memenuhi rasa kebahagiaan. Bagaimanapun, lansia cenderung menyangkal bahwa dirinya mengalami depresi. Gejala umumnya, banyak diantara mereka muncul dengan menunjukkan sikap rendah diri, dan biasanya sulit untuk didiagnosa (Evans, 2000).

Perubahan Fisik

 Penurunan nafsu makan.

 Gangguan tidur.

 Kelelahan dan kurang energy

 Agitasi.


(24)

Perubahan Pikiran

 Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat informasi.

 Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar.

 Kurang percaya diri.

 Merasa bersalah dan tidak mau dikritik.

 Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi.

 Adanya pikiran untuk bunuh diri. Perubahan Perasaan

 Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri.

 Merasa bersalah, tak berdaya.

 Tidak adanya perasaan.

 Merasa sedih.

 Sering menangis tanpa alas an yang jelas.

 Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif. Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

 Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan.

 Menghindari membuat keputusan.

 Menunda pekerjaan rumah.

 Penurunan aktivitas fisik dan latihan.

 Penurunan perhatian terhadap diri sendiri.

 Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang. 2.1.4. Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis

Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman pada PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang merujuk pada ICD 10 (International ClassificationDiagnostic 10). Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat, sedang, dan ringan


(25)

sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000).

Gejala Utama

• Perasaan depresif

• Hilangnya minat dan semangat

• Mudah lelah dan tenaga hilang Gejala Lain

• Konsentrasi dan perhatian menurun

• Harga diri dan kepercayaan diri menurun

• Perasaan bersalah dan tidak berguna

• Pesimis terhadap masa depan

• Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri

• Gangguan tidur

• Gangguan nafsu makan

• Menurunnya libido Tingkat

Depresi

Gejala Utama

Gejala lain

Fungsi Keterangan

Ringan 2 2 Baik -

Sedang 2 3-4 Terganggu Nampak distress

Berat 3 > 4 Sangat Terganggu Sangat distress Tabel 1. Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soejono dkk, 2007)

2.2. Dukungan Sosial 2.2.1 Pengertian

Batasan dukungan sosial adalah sebagai jumlah kontak dengan orang lain, yang dapat dipertahankan seseorang dalam jaringan sosial, atau


(26)

luas pergaulan yang dimiliki dan dipertahankan seseorang dalam jaringan sosial. Definisi lainnya lebih menekankan aspek psikologik, yaitu perasaan menjadi bagian atau terhitungnya individu dalam jaringan sosial atau rasa puas individu atas hubungan yang dipertahankan dengan orang lain dalam jaringan sosial (Kaplan, 2010). Menurut Ismanto, (1999), dukungan sosial adalah persepsi seseorang bahwa dirinya disenangi, dihargai, dan menjadi bagian dari masyarakat.

2.2.2. Jenis – jenis dukungan sosial

Menurut House sebagaimana dikutip oleh Smet (1994) ada empat jenis dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional.

a. Dukungan Emosional

Dukungan ini meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap seseorang misalnya umpan balik dan penegasan (Smet, 1994). Pada saat stress, orang akan menderita secara emosional dan dapat mengalami depresi, kesedihan, ataupun kecemasan. Pada saat seperti ini, teman atau keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan orang tersebut bahwa dia adalah orang yang berharga yang sangat diperhatikan oleh lingkungannya. Kehangatan dan kepedulian yang diberikan oleh orang lain, akan memungkinkan orang yang mengalami stres, menghadapinya lebih tenang (Taylor, 1995).

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan yang umumnya diberikan melalui ungkapan penghormatan (penghargaan) akan hal – hal yang positif yang dimiliki seseorang, dukungan untuk maju atau persetujuan atas gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, orang – orang yang kurang mampu atau yang lebih buruk keadaanya (menambah penghargaan diri) (Smet, 1994). Adanya penghargaan diri dihubungkan dengan keberhasilan seseoorang saat menghadapi keadaan


(27)

tertentu, misalnya saat dimana harus mengambil keputusan, reaksi ketika menerima bantuan dan coping pada saat terjadi peristiwa buruk dalam hidupnya. Kemungkinan yang penting dari mekanisme ini adalah perasaan diterima dan dihargai oleh orang lain (Wills, 1985).

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental meliputi penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan finansial atau barang (Taylor, 1995). Hubungan antara dukungan instrumentral dan kesehatan dapat diterangkan dengan jelas melalui satu pengertian yaitu seseorang mempunyai kebutuhan instrumental tertentu dan orang lain dapat menolongnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Wills, 1985).

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif ini mencakup pemberian nasihat-nasihat, petunjuk, saran, atau umpan balik (Smet, 1994). Keluarga atau teman dapat memberikan dukungan informatif dengan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah.

2.3. Lansia

2.2. 1. Pengertian Lansia

Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.


(28)

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat.

Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduk i kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda

2.3.2. Klasifikasi Lansia

WHO dalam depkes RI mempunyai batasan usia lanjut sebagai berikut:

middle / young elderly usia antara 45-59 tahun, elderly usia antara 60-74

tahun, old usia antara 75-90 tahun dan dikatakan very old berusia di atas 90 tahun. Pada saat ini, ilmuwan sosial yang mengkhususkan diri mempelajari penuaan merujuk kepada kelompok lansia : “lansia muda” (young old), “lansia tua” (old old). Dan “lansia tertua” (oldest old). Secara kronologis, young old secara umum dinisbahkan kepada usia antara 65 sampai 74 tahun, yang biasanya aktif, vital dan bugar. Old-old berusia antara 75 sampai 84 tahun, dan oldest old berusia 85 tahun ke atas, berkecenderungan lebih besar lemah dan tidak bugan serta memilki kesulitan dalam mengelola aktivitas keseharian (Papalia dkk, 2005).

2.3.3. Proses Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan kematian (Setiati dkk, 2006).


(29)

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).

2.3.4. Dukungan Sosial dan Depresi pada Lansia

Depresi pada lanjut usia dapat terjadi simptom yang kompleks yang disebabkan oleh gangguan fisik maupun kognitif dan stresor dari luar Dukungan sosial sangat dibutuhkan para lanjut usia dalam menyesuaikan diri menghadapi stresor psikososial terutama stresor yang berhubungan dengan kehilangan. Dari populasi lanjut usia, sekitar 60-80%, diperkirakan dalam kondisi tidak berdaya dan membutuhkan pertolongan keluarga, untuk keperluan sehari – hari yang bermakna. Hampir semua populasi lanjut usia lebih membutuhkan dukungan emosional daripada finansial (Osterweill dkk, 2000).

Dukungan sosial yang kurang sering dihubungkan dengan sindroma depresi. Pattern menyebutkan bahwa subjek yang dilaporkan tidak mempunyai seseorang untuk menceritakan masalah atau perasaan pribadinya, tidak mempunyai seseorang untuk meminta pertolongan dalamm kondisi kritis, tidak ada seseorang untuk diminta nasihat dalam mengambil keputusan penting, dan tidak ada seseorang dalam hidup mereka yang membuat mereka merasa dicintai dan diperhatikan ternyata lebih mudah menderita depresi (Pattern, 2002).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variable Dependen Variabel Independen

Depresi Dukungan sosial

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Kognitif

Kognitif merupakan aktivitas mental berupa memahami, menilai, mengingat serta menalar suatu rangsang yang diterima. Fungsi kognitif di sini mencakup orientasi, mengingat kembali dengan segera dan memori jangka pendek, atensi, kalkulasi dan bahasa. Cara pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara. Dengan menggunakan instrumen penelitian MMSE sebagai alat ukur kognitif pada lansia. Pertanyaan yang diajukan sebanyak 11 item berupa pertanyaan singkat, menghitung cepat, perintah verbal dan motorik serta mengingat cepat.

 Item 1 dan 2 terdiri dari 5 pertanyaan dan jawaban benar untuk masing-masing pertanyaan diberikan skor 1. Skor maksimal masing-masing 5.

 Item 3, lansia diminta mengulang 3 nama benda yang telah disebutkan peneliti dan diberikan skor 1 untuk setiap nama benda yang berhasil disebutkan. Skor maksimal 3.

 Item 4, lansia diminta menghitung pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan sebanyak 5 kali. Skor 1 untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal 5.

 Item 5, lansia diminta menyebutkan kembali 3 nama benda sebelumnya. Skor 1 untuk setiap nama benda yang berhasil disebutkan. Skor maksimal 3.


(31)

 Item 6, lansia diminta menyebutkan nama 2 benda yang ditunjuk peneliti. Skor 1 untuk setiap jawaban benar. Skor maksimal 2.

 Item 7, lansia diminta mengulang kalimat yang diucapkan peneliti. Skor 1 untuk jawaban benar.

 Item 8, lansia diminta melakukan 3 perintah sederhana dari peneliti. Skor 1 untuk setiap tindakan benar dan skor maksimal 3.

 Item 9, lansia diminta membaca dan melakukan perintah tertulis. Skor 1 untuk tindakan benar.

 Item 10, lansia diminta menulis satu kalimat. Skor 1 untuk kalimat yang benar.

 Item 11, lansia diminta menyalin gambar yang diperlihatkan peneliti. Skor 1 untuk gambar yang benar.

Hasil ukur dinilai berdasarkan skor yang didapat, yaitu :

1. Skor 24-30 diinterpretasikan sebagai fungsi kognitif normal 2. Skor 17-23 berarti probable gangguan kognitif

3. Skor 0-16 berarti definite gangguan kognitif (Nasrun, 2009).

Skala yang dipakai dalam pengukuran fungsi kognitif tersebut adalah skala ordinal (Wahyuni, 2007).

3.2.2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, dan kepedulian dari orang – orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Cara pengukuran dukungan sosial dilakukan dengan metode wanwancara berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada masing masing sampel menggunakan kuisoner dukungan sosial dari Sarason.

Hasil ukur dinilai berdasarkan hasil skor yang didapat, yaitu a. Skor < 4 : dukungan sosial rendah


(32)

Hasil pengukuran yang didapat berupa besarnya dukungan sosial dan dinyatakan dalam skala pengukuran ordinal.

3.2.3. Depresi

Depresi adalah satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri. Derajat depresi adalah skor depresi yang diperoleh responden dalam pengukuran dengan skala depresi geriatrik. Cara pengukuran dilakukan dengan metode pengisian kuesioner.

Penilaian GDS

Jawaban ”tidak” untuk butir no. 1,5,7,9,15,19,21,27,29,30 mendapat skor 1 (satu)

Jawaban ”ya” untuk butir no. 1,5,7,9,15,19,21,27,29,30 mendapat skor o (nol)

Butir-butir pertanyaan lainnya bila menjawab ”Ya” mendapat skor 1 (satu) dan bila menjawab ”Tidak” mendapat skor 0 (nol)

Hasil ukur dinilai berdasarkan skor yang didapat, yaitu jika skor GDS>11 artinya ada indikasi depresi

Skala pengukuran dinyatakan dalam skala ordinal

3.2.3. Lansia

Lansia adalah seseorang yang berusia 65 tahun ke atas.

3.2.4. Jenis Kelamin


(33)

3.2.5. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang dicapai oleh responden yaitu

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas PT : Perguruan Tinggi

3.2.6. Status Perkawinan

Status perkawinan adalah status perkawinan responden saat diperiksa. Kawin adalah hidup berpasangan dan terikat dalam pernikahan.

Tidak kawin adalah hidup tanpa pasangan, meliputi:

• belum pernah menikah,

• janda

• duda 3.3. Hipotesis


(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan desain penelitian potong lintang (cross sectional), yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja pada saat penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan hubungan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia di Puskemas Petisah Medan (Sudigdo, 2010).

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Puskesmas Petisah Medan. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan dimulai pada bulan Juli 2010 hingga September 2010 atau sampai sampel mencukupi.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang berusia 65 tahun ke atas yang berkunjung ke Puskesmas Petisah.

4.3.2. Sampel

Untuk menghitung jumlah sampel pada penelitian ini digunakan teknik

non-probability sampling dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi (Sudigdo, 2010). Adapun kriteria pemilihan meliputi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

• Lansia berumur 65 tahun atau lebih.


(35)

• Mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar

• Tingkat pendidikan minimal SD b. Kriteria eksklusi

• Mengalami gangguan kognitif

• Menderita penyakit tertentu (stroke, demensia, kanker) Rumus besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :

Keterangan (Sudigdo, 2010) : n = Besar sampel

P = Proporsi kategori (15% = 0,15)

d = Ketepatan absolut yang dikehendaki (10% = 0,1) Q= 1 – P = 85% = 0,85

α

z = 1,96

Besar sampel menggunakan nilai d= 0,01 adalah:

49 ) 1 , 0 ( 85 , 0 . 15 , 0 ). 96 , 1 ( 2 2 2 = = = d PQ z n α

Dari perhitungan di atas maka jumlah sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 49 sampel dibulatkan menjadi 50 sampel

4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner MMSE, dilanjutkan dengan metode pengisian kuesioner Geriatric

Depression Scale ( GDS ) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa

n = 2

2

d PQ zα


(36)

Indonesia dan diakhiri dengan metode wawancara berdasarkan kuesioner dukungan sosial dari Sarason.

1. MMSE

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui fungsi kognitif pada lanjut usia, dimana terdiri dari 11-item (format terlampir) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan telah divalidasi dengan nilai sensitivitas berkisar antara 63 -100% dan spesifisitas 52-99%. (Nasrun, 2009)

2. Geriatric Depression Scale ( GDS )

Instrumen ini digunakan khusus untuk mengukur derajat depresi pada usia lanjut dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta divalidasi secara internasional baik dalam penelitian klinik maupun epidemologik. GDS terdiri dari 30 item pertanyaan dengan pemberian skor berdasarkan nomor pertanyaan dan jawaban yang diberikan lansia. Instrumen ini memiliki sensitivitas 90,19% dan spesifisitas 83,67% dalam menilai tingkat depresi pada lansia. (Nasrun, 2009)

3. Social Support Questionnare Sarason (SSQ-Sarason)

Kuesioner ini terdiri dari 27 item pertanyaan yang merupakan terjemahan dari Social Support Questionnaire dan dapat digunakan untuk berbagai tipe responden. Skor untuk masing – masing jawaban adalah sebagai berikut (Sarason et al, 1983)

1 : Sangat tidak puas 2 : Tidak puas 3 : Agak tidak puas 4 : Agak puas 5 : Puas


(37)

Skor masing – masing variabel dijumlahkan dan didapatkan skor maksimum 162 kemudian dibagi kedalam 27 item.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder akan diperoleh dari Puskesmas Petisah untuk mengetahui data-data umum tentang lansia tersebut.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data 4.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program komputer SPSS.

4. Cleaning

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.5.2. Analisis Data

Data akan dianalisa dengan metode analisis bivariat guna mencari hubungan hipotesis dua arah dan data akan disajikan dalam bentuk tabel cross


(38)

tabulation (tabel silang). Dalam penelitian digunakan uji Chi-Square untuk

menghubungkan variabel terikat dengan variabel bebas dikarenakan variabel bersifat kategorik. Data yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta penjelasan hasil analisa dalam bentuk narasi.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2010 smapai September 2010 di Puskesmas Petisah yang berlokasi di jalan Rotan Kompleks Medan Petisah. Dengan letak geografis :

• Sebelah Utara : Berbatas dengan rel kereta api atau jalan Sekip

• Sebelah Timur : Berbatas dengan jalan Glugur By Pass

• Sebelah Selatan : Berbatas dengan jalan Gajah Mada sebagian jalan K.H.Zainul Arifin

• Sebelah Barat : Berbatas dengan jalan Puncak Gang Warga dan sebagian jalan Iskandar Muda

Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Petisah melayani 3 kelurahan yang ada di wilayah kerja kecamatan Medan Petisah, yaitu :

• Kelurahan Petisah Tengah yang mempunyai luas 127Ha

• Kelurahan Sekip yang mempunyai luas 61Ha

• Kelurahan Sei Putih Timur 132Ha

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografis pada penelitian ini dikategorikan atas jenis kelamin, kelompok umur, status pernikahan, dan tingkat pendidikan. Hasil penelitian terhadap distribusi lima puluh responden berdasarkan karakteristik demografinya, dapat disajikan dalam tabel 5.1.2 berikut ini:

Tabel 5.1.2 Distribusi Jumlah Responden berdasarkan Karakteristik Demografis

Karakteristik Demografis Jumlah %

Jenis Kelamin Pria Wanita

16 34

32 68


(40)

Umur Status Pendidikan Status Pernikahan Young old Old old SD SMP SMA S1 Menikah Tidak Menikah 42 8 25 12 7 6 30 20 84 16 50 24 14 12 60 40

Dari table 5.1.2 di atas, dapat dilihat bahwa sampel penelitian didominasi oleh responden wanita (68%), kelompok umur young old (65-74 tahun) (84%), dan lulusan SD (50%).

5.1.3. Proporsi Depresi pada Responden

Depresi yang diukur menggunakan kuesioner GDS, dapat dikategorikan atas depresi dan tidak depresi. Hasil penelitian mengenai proporsi depresi pad aresponden dapat dilihat pada tabel 5.1.3 berikut ini:

Tabel 5.1.3. Proporsi Depresi pada Responden

Jumlah %

Depresi Tidak Depresi 13 37 26 74

Berdasarkan tabel 5.1.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa proporsi depresi pada responden adalah 26%

5.1.4. Distribusi Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Variabel jenis kelamin dikategorikan atas pria dan wanita. Hasil penelitian terhadap distribusi depresi berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam tabel 5.1.4 berikut ini :

Tabel 5.1.4. Distribusi Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden


(41)

Kelamin Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah Pria Wanita 2 11 12,5% 32,3% 14 23 87,5% 67,7% 16 34

Total 13 37 50

Berdasarkan tabel 5.1.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa frekuensi depresi pada responden berjenis kelamin wanita (32,3%) lebih tinggi daripada lansia berjenis kelamin pria (12,5%).

5.1.5 Distribusi Depresi Berdasarkan Usia Responden

Variabel umur dikategorikan atas young old (64-74th) dan old-old (≥ 74 tahun). Hasil penelitian terhadap distribusi depresi berdasarkan usia responden disajikan dalam tabel 5.1.5 berikut ini.

Tabel 5.1.5 Distribusi Depresi Berdasarkan Usia Responden

Usia Depresi Tidak Depresi Total

Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah

Young-old (64-74 tahun) Old-old (≥ 74 tahun)

8 5 19 % 62,5% 34 3 81 % 37,5% 42 8

Total 13 37 50

Berdasarkan tabel 5.1.5 diatas, frekuensi depresi pada responden kelompok umur old-old (62,5%) lebih tinggi daripada frekuensi depresi pada responden kelompok umur young old (19%).

5.1.6 Distribusi Depresi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Variabel tingkat pendidikan dikategorikan atas SD, SMP, SMA,dan PT. Hasil penelitian terhadap distribusi depresi berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam tabel 5.1.6 berikut ini.

Tabel 5.1.6 Distribusi Depresi Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Usia Depresi Tidak Depresi Total

Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah


(42)

SMP SMA PT 1 0 0 8,3% 0% 0% 11 7 6 91,7% 100% 100% 12 7 6

Total 13 37 50

Berdasarkan tabel 5.1.6 diatas, frekuensi depresi pada responden dengan tingkat pendidikan SD (48%) paling tinggi dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan lainnya.

5.1.7 Distribusi Depresi Berdasarkan Status Pernikahan

Variabel status pernikahan dikategorikan atas menikah dan tidak menikah. Hasil penelitian terhadap distribusi depresi berdasarkan status pernikahan disajikan dalam tabel 5.1.7 berikut ini.

Tabel 5.1.7 Distribusi Depresi Berdasarkan Status Pernikahan

Usia Depresi Tidak Depresi Total

Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah Menikah Tidak Menikah 4 9 13,3% 45% 26 11 86,7% 55% 30 20

Total 13 37 50

Berdasarkan tabel 5.1.7 diatas, dapat disimpulkan bahwa frekuensi depresi pada responden yang tidak menikah (45%) lebih tinggi dibandingkan responden yang menikah (13,3%)

5.1.8. Proporsi Dukungan Sosial pada Responden

Dukungan sosial yang diukur menggunakan kuesioner Sarason, dapat dikategorikan dikategorikan dukungan sosial rendah, sedang, dan tinggi. Hasil penelitian mengenai proporsi dukungan sosial pada responden dapat dilihat pada tabel 5.1.8 berikut ini:

Tabel 5.1.8. Proporsi Dukungan Sosial pada Responden

Dukungan Sosial Jumlah %


(43)

Rendah 20 40%

Total 50 100%

Berdasarkan tabel diatas 5.2.5 diatas, dapat diamati bahwa proporsi dukungan sosial pada responden yang paling banyak ditemukan adalah dukungan sosial tinggi (26%)

5.1.9. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Depresi

Hasil penelitian mengenai hubungan dukungan sosial dengan depresi disajikan dalam tabel 5.2.6 berikut ini:

Tabel 5.1.9. Hubungan Dukungan Sosial terhadap Depresi Dukungan

Sosial

Depresi Tidak Depresi Total p value

Jumlah % jumlah Jumlah % jumlah

Rendah Tinggi

12 1

60% 3,3%

8 29

40% 96.7%

20 p=0,000 30

Total 13 37 50

Berdasarkan tabel 5.1.9 diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara pengaruh dukungan sosial terhadap depresi dengan nilai signifikansi p=0,000

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Depresi Berdasarkan Karakteristik Demografik

Proporsi depresi pada penelitian ini adalah sebesar 26%. Menurut Lyness, Caine, King, Cox dan Yoediono dalam Unützer (2007), sebanyak 10% orang dewasa berusia 65 tahun ke atas yang diamati pada pelayanan kesehatan primer mengalami depresi yang signifikan secara klinis. Hidayanti dan Nur (2009) mengemukakan prevalensi depresi pada lansia didunia sekitar 8-15%. Jadi dapat disimpulkan, poporsi depresi pada penelitian ini cukup tinggi.

Pada penelitian ini mendapati bahwa responden wanita mengalami depresi lebih tinggi yaitu 32,3% dibandingkan pria yaitu 12,5%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang, Su, dan Chou (2010) yang mendapatkan bahwa prevalensi depresi lansia lebih tinggi pada wanita (12,8%) dari pada pria


(44)

(7,8%). Disebutkan juga bahwa depresi pada lansia secara signifikan berhubungan dengan jenis kelamin wanita. Penelitian oleh Gonzales, Haan, dan Hinton (2001) juga menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko mengalami depresi pada usia lanjut jika dibandingkan dengan pria (32% : 16,3%). Cattel dalam Woroasih (1999) mengemukakan banyaknya wanita yang mengalami depresi dikaitkan dengan teori peningkatan monoamin oksidase pada lansia khususnya wanita. Monoamin oksidase terlibat dalam konversi serotonin menjadi 5-hydroxyindolactic (5-HIAA), suatu zat yang berperan untuk terjadinya depresi. Faktor psikososial seperti kehilangan pasangan hidup dan kurangnya dukungan sosial sering menyebabkan wanita mengalami depresi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa depresi lebih banyak terjadi pada kelompok umur old old (62,5%) daripada young old. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh McDougall et al (2007) dimana didapati 15% lansia berusia 65-74tahun dari 340 lansia yang hidup di institusi mengalami depresi. Terdapat peningkatan depresi yang signifikan yaitu sebesar 84% pada kelompok umur lebih dari 75 tahun.

Hasil penelitian ini mendapati bahwa depresi lebih banyak terjadi pada tingkat pendidikan SD (48%) diikuti SMP (8,3%). Pada tingkat pendidikan SMA dan PT bahkan sama sekali tidak didapati responden yang depresi. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Woroasih (1999) dimana dari 165 responden didapatkan yang mengalami depresi adalah 14% tidak bersekolah, 15,15% SD dan SMP, dan 2,42% dari SMA

Hasil penelitian ini mendapati bahwa depresi lebih tinggi terjadi pada lansia yang tidak menikah (45%) dibandingkan lansia yang menikah (13,3%). Suatu penelitian regresi logistik oleh Schulman(2002) mendapati bahwa lansia yang hidup sendiri berisiko 3,3 kali lebih tingggi mengalami depresi dibandingkan lansia yang hidup bersama orang lain dalam satu rumah.

5.2.2. Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Depresi.

Setelah dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, dalam penelitian ini didapati nilai p = 0,000 atau dituliskan sebagai p < 0,001 dengan maksud agar


(45)

dapat mengestimasi secara lebih akurat nilai desimal p yang sebenarnya. Karena nilai p yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh dukungan sosial terhadap depresi pada lansia (p < 0,05).

Teori Psikoedukatif dalam Damping (2003) menyatakan beberapa hal yang diamati atau dipelajari individu pada lanjut usia misalnya ketidakberdayaan lansia itu sendiri, pengisolasian oleh keluarga, tiadanya sanak saudara ataupun perubahan-perubahan fisik yang diakibatkan oleh proses penuaan dan teori psikodinamik oleh Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diinterojeksikan dalam kedalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari individu itu sendiri. Karenanya, kemarahan tehadap objek yang hilang tersebut ditujukan kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna, atau merasa diri tidak berguna. Hal-hal ini menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya gangguan depresi pada lansia.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Oni (2010) dimana kesepian dan depresi mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan nilai korelasi pearson 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa lansia dengan dukungan keluarga dan teman lebih sedikit mengalami depresi dibandingkan lansia tanpa dukungan apapun serta dari siapapun.

Suatu penelitian oleh Pawlinska-Chmara(2005) menunjukkan bahwa proporsi depresi yang terjadi pada lansia wanita yang tinggal di panti jompo (77%) lebih tinggi dibandingkan dengan lansia wanita yang tinggal dirumah sendiri (28%) dengan nilai statistik signifikan p<0,001. Pada penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa sangat penting bagi lansia wanita untuk aktif secara sosial dan meningkatkan frekuensi kontak dengan anak-anak mereka atau keluarga yang lain dalam mencegah terjadinya depresi.

Wade & Kendler dalam Lowe (2005) menyatakan pada banyak individu dengan hubungan sosial yang baik, stressor utama dalam hidup bisa di kendalikan dengan baik. Suatu dukungan yang baik oleh keluarga dan sahabat dapat mempengaruhi seseorang untuk berjuang melalui berbagai masalah, seperti


(46)

kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, kecelakaan, atau stressor lain yang dapat menimbulkan penyakit psikologis seperti depresi. Sedangkan seseorang dengan dukungan sosial yang buruk tidak dapat mengatasi tekanan dari stresor-stresor yang muncul sehingga dapat berkembang menjadi simptom depresi.

Pattern menyebutkan bahwa subjek yang dilaporkan tidak mempunyai seseorang untuk menceritakan masalah atau perasaan pribadinya, tidak mempunyai seseorang untuk meminta pertolongan dalam kondisi kritis, tidak ada seseorang untuk diminta nasihat dalam mengambil keputusan penting, dan tidak ada seseorang dalam hidup mereka yang membuat mereka merasa dicintai dan diperhatikan ternyata lebih mudah menderita depresi (Pattern, 2002).


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada penelitian ini adalah :

1. Terdapat nilai statistik yang bermakna untuk pengaruh dukungan sosial dengan depresi, dengan nilai p=0,000 (p<0,05), dimana lansia yang mendapatkan dukungan sosial rendah cenderung mengalami depresi dibandingkan lansia dengan dukungan sosial tinggi.

2. Proporsi depresi pada lansia dalam penelitian ini ialah 26%

3. Proporsi dukungan sosial pada lansia dalam penelitian ini yang paling banyak dijumpai adalah dukungan sosial tinggi yaitu sebesar 60%.

4. Berdasarkan jenis kelamin, lansia wanita (32,3%) lebih banyak mengalami depresi dibandingkan dengan lansia pria (12,5%).

5. Berdasarkan status pendidikan, lansia dengan status pendidikan SD paling banyak mengalami depresi, yaitu sebesar 48% dibandingkan dengan lansia dengan status pendidikan lainnya.

6. Berdasarkan kelompok umur, lansia old old lebih banyak mengalami depresi, yaitu sebesar 62,5% dibandingkan lansia young old (19%).

7. Berdasarkan status pernikahan, 45% lansia yang tidak menikah mengalami depresi, lebih banyak dibandingkan 13,3% lansia depresi yang menikah.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian ini, penulis dapat memberikan saran, antara lain:

1. Diharapkan kepada pihak pelayanan kesehatan lebih berperan aktif lagi seperti melakukan penilaian GDS berkala pada lansia sebagai deteksi dini mengetahui apakah lansia tersebut mengalami depresi atau tidak.

2. Edukasi pada masyarakat mengenai depresi pada lansia dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dukungan sosial. Dimana hal ini sebagai pencegahan awal untuk mengurangi prevalensi depresi pad lansia


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 2010. Data Statistik Indonesia: Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005. Available from:

Brehm, S.S., 1991. Sosial Psychology. Houghton Mifflin Pricenton. New Jersey, 665-671

Cohen, S., Syme, S.L., 1985, Sosial Support and Health, Orlando : Academic press Inc 5-6

Damping, Charles E. 2003. Depresi pada Geriatri: Apa Kekhususannya. Dalam: Supartonodo, Setiati, S., dan Soejono, C.H., Penatalaksanaan Pasien

Geriatri dengan Pendekatan Interdisiplin. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 107-112. Darmojo, R.B., 2004. Pola Penyakit dan Keluhan pada Golonagn Penyakit pada

Usia Lanjut agar Tetap Sehat dan Berkualitas. FK Undip Semarang, 2,

8-10

Davies, A.M., 1999. Ageing and Health A Global Challenge for Twenty First

Century. Kobe, 20-27

Evans, M., Mottram, P., 2000. Diagnosis of Depression in Elderly Patients. Mavis Advances in Psychiatric Treatment. Vol 6, 49–56. Available from

URL:

2010]

Forciea dkk,. 2004. Geriatric Secrets 3rd Edition. USA : Hanley & Belfus Inc,

176-193

Hardywinoto, Setiabudi, T., 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan dari berbagai

Aspek. Jakarta: PT Gramedia, 9

Hidayati dan Nur, L., 2009, Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi

pada Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten. Available from URL:


(49)

Huda, K., 2009. Lansia dan Kelompok. Available from URL:

[Accessed 30 April 2010]

Ismanto, S.H., 1999. Konstribusi Dukungan Sosial terhadap Kesembuhan

Gangguan Psikosomatis Asma Bronkiale di RSUP Dr Sardjito. Yogyakarta:

23-24

Kane. 1999. Essentials of Clinical Geriatrics 4th Edition, USA : McGrow-Hill

Companies, 231-245

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made

Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara : 113-129, 149-183

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu

Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Dua. Editor : Dr. I. Made

Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara :

Landefeld. 2004. Current Geriatric Diagnosis and Treatmet. USA : McGrow-Hill, 156-160

Lesler, Zayas, C., 2001. Comprehensive Geriatric Assessment. USA : McGraw Hill Companies, 465-475

Lubis, A.J., 2009. Dukungan sosial terhadap pasien gagal ginjal terminal ynag

melakukan terapi hemodialisa. Available from URL :

[Accessed 11 Mei 2010]

Madiyono, B., Moeslichan, S., Sastroasmoro, S., Budiman, I., dan Purwanto S.H., 2008. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. ed 3. Jakarta: C.V. Sagung Seto; 302-330.

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 575-582, 139, 171-175, 291, 295

Maslim. R., 2002. Gejala Depresi, Diagnosa Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas

Dari PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika


(50)

Minkler, M., 2002. Sosial Support and Health. Orlando Florida : Academic Press Inc, 199-203

Murti, B., 1996. Penerapan Metode Statistik non Parametrik dalam Ilmu – Ilmu

Kesehatan. Jakarta : Gramedia Pusaka Utama, 141

Nasrun, M.W.S., 2009. Hendaya Kognitif Non Demensia (HKND) pada Populasi

“Brain at Risk” bagi Praktisi Kesehatan. Jakarta: Interna Publishing.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatani. Jakarta: Rineka Cipta. Oni Oluwabusola O. 2010. Social Support, Loneliness and Depression In The

Elderly. Available from URL

Osterweil. 2000. Comprehensive Geriatrics Assessment. USA : McGrow-Hill Companies, 75-85

Papalia, D.E., Olds, S.W., and Feldman, R.D., 2005. Human Development. 10th ed. New York: McGraw-Hill.

Pattern, S.B., 2002. Descriptive Epidemology of Depresive Syndrome in A

Western Canadian Community Population. Canadian Journal of Public

Health. Vol 92. Available From URL :

Pawliñska-Chmara, R., 2005. Symptoms of depression in elderly Silesian women

living in old people’s homes and their own homes. Available from URL

Sastroasmoro, S., 2008. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. ed 3. Jakarta : C.V. Sagung Seto 78-88.

Setiati, S., Harimurti, K., dan Roosheroe, A.G., 2007. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan Setiati, S., ed. IV Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1335-1340.


(51)

Smet, B., 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo, 131-137.

Sodrow, L.M., Rizkabaugh, C.A., 2001. Psychology Fifth Edition. USA : McGrow-Hill International Companies, 9-10

Soejono. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatric untuk Dokter

dan Perawat. Jakarta : FK UI, 60-76

Soejono, C.H., Probosuseno, Sari, N.K., 2007. Depresi pada Pasien Usia Lanjut.

Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., dan

Setiati, S., ed. IV Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1369-1372.

Taylor, S.E., 1995. Health Psychology Third Edition. USA : McGrow-Hill International Companies, 276-277

Unutzer, J., et al. 2002, Collaborative Care Management of Late Life Depression

in The Primary Care Setting. Journal American Medical Association. Dec,

288, 2836-2845. Available from :

Unutzer, J., 2007. Late Life Depression. N Eng J Med 357:2269-76. Available

from :

Mei 2010]

Wang JK, Su TP, Chou P. 2010. Sex Differences in Prevalence and Risk

Indicators of Geriatric Depression: The Shih-Pai Community-based

Survey. Available from URL

[Accessed 22 November 2010]

Wills, T.A., 1985. Suportive Function Interpersonale Relationship. Orlando Florida : Academic Press Inc, 62-74

Woroasih. 1999. Hubungan stressor psikososial dan dukungan sosial dengan depresi pada lansia. Available from URL


(52)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nelda Nilam Sari

Tempar / Tanggal Lahir : Palu / 11 Maret 1989

Agama : Islam

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar II Komplek Setia Budi Sentosa

Blok C-29 Tanjung Sari Medan

Orang Tua : Ayah : Dafri Daud

Ibu : Ernelly Damsir

Riwayat Pendidikan : 1. SD Ibnu Sina Batam (1994 - 2000)

2. SMP Negri 4 Batam (2000 - 2003)

3. SMA Kartini Batam ( 2003 - 2006)

Riwayat Pelatihan :

1. Workshop RJPO Traumatologi dan Intubasi TBM FK USU 2008

2. Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU 2008


(53)

4. LKMM Wilayah 1 ISMKI 2008

5. PIM SCORE FK USU 2007

6. Seminar nasional “ Kesiapan Sistem dan Kompetensi Tenaga Medis

Menghadapi Globalisasi” ISMKI FK UGM 2008

7. Workshop “what you gonna donif you become a coass?” ISMKI FK UGM

2008

Riwayat Organisasi : 1. PEMA FK USU 2008-2009 (Anggota Bidang

PSDM)

2. ISMKI Wilayah 1 2008-2009 (Sekretaris Bidang

PendPro)


(54)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Saya yang bernama Nelda Nilam Sari yang merupakan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan ini meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi subyek penelitian saya yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Depresi pada Lansia”.

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni 2010 – Agustus 2010 di Puskesmas Petisah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia. Dengan melakukan penelitian ini, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ialah dapat memberikan gambaran informasi mengenai besarnya dukungan sosial yang didapatkan lansia dan adakah pengaruhnya terhadap depresi pada lansia. Informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan edukasi dan pencegahan meningkatnya depresi pada lansia dalam masa akhir hidupnya.

Dalam penelitian ini saya mengharapkan bantuan dari Bapak/Ibu untuk menjawab wawancara yang akan saya lakukan dan mengisi kuesioner untuk menilai ada tidaknya hubungan dukungan sosial terhadap tingkat depresi pada lansia.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Data dan identitas diri dari Bapak/Ibu akan disamarkan dan dijaga kerahasiaannya.

Mengetahui, Peneliti

Nelda Nilam Sari


(55)

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Tempat/ Tgl. Lahir :

Setelah mendapat penjelasan dan saya memahaminya, dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjadi responden penelitian “ Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Depresi pada Lansia”. Saya bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dengan jujur. Saya juga bersedia memberikan pernyataan saya untuk dijadikan bahan penelitian tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2010

Yang membuat pernyataan


(56)

Lampiran 4. Identitas Subjek Penelitian

IDENTITAS RESPONDEN LANJUT USIA

Kode :

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita

Pendidikan tertinggi : 1. SD tamat / tidak 2. SMP tamat / tidak 3. SMU tamat / tidak 4. PT tamat / tidak

Status perkawinan : 1. Kawin


(57)

Lampiran 5 Kuesioner

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)

Dominansi hemisfer : kinan / kidal*

Tanggal pemeriksaan: Pemeriksa……….

Item Tes Nilai Maks Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ORIENTASI

Sekarang tahun, musim, bulan, tanggal, hari apa?

Kita berada di mana? (Negara, provinsi, kota, rumah sakit, lantai/kamar).

REGISTRASI

Pemeriksa menyebut 3 benda yang berbeda kelompoknya selang 1 detik (misal apel, uang, meja), responden diminta mengulanginya. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai responden dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

ATENSI DAN KALKULASI

Pengurangan 100 dengan 7 secara berurutan. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban.

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

Responden diminta menyebut kembali 3 nama benda di atas..

BAHASA

Responden diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (perlihatkan pensil dan buku). Responden diminta mengulang kalimat ”tanpa kalau dan atau tetapi”

Responden diminta melakukan perintah, “ambil kertas ini dengan tangan anda, lipat menjadi dua dan letakkan di lantai.”

Responden diminta membaca dan melakukan yang dibacanya “pejamkan mata Anda.”

Responden diminta menulis sebuah kalimat dengan spontan.

Responden diminta menyalin gambar di bawah ini. 5 5 3 5 3 2 1 3 1 1 1


(58)

SKALA DEPRESI GERIATRIK

Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Anda selama 1 minggu terakhir. Beri tanda V pada kolom ya atau tidak

NO PERTANYAAN YA TIDAK

1 Apakah Anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?

2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/kesenangan anda?

3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa 4 Apakah anda sering merasa bosan?

5 Apakah anda penuh pengharapan akan masa depan? 6 Apakah anda diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak

dapat anda keluarkan/ungkapkan?

7 Apakah anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu?

8 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?

9 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu anda?

10 Apakah anda sering merasa tidak berdaya?

11 Apakah anda sering merasa gelisah dan resah/gugup? 12 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah daripada

pergi ke luar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru? 13 Apakah anda seringkali kuatir akan masa depan?

14 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?

15 Apakah anda piker hidup anda sekarang ini

menyenangkan?

16 Apakah anda merasa murung dan sedih?

17 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat ini?

18 Apakah anda sangat kuatir tentang kejadian-kejadian masa lalu?


(59)

menyenangkan/menarik?

20 Apakah anda merasa berat untuk memulai proyek /pekerjaan baru?

21 Apakah anda merasa penuh semangat?

22 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan?

23 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaanya dari anda?

24 Apakah anda seringkali kesal terhadap hal-hal sepele? 25 Apakah anda seringkali merasa ingin menangis?

26 Apakah anda mempunyai kesulitan dalam

berkonsentrasi?

27 Apakah anda merasa senang bangun di pagi hari

28 Apakah anda lebih senang menghindari kegiatan sosial? 29 Apakah mudah bagi anda untuk mengambil keputusan? 30 Apakah pikiran anda jernih seperti biasanya?

KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL SARASON Pertanyaan:

1. Siapakah yang benar – benar bisa Anda percaya mendengarkan Anda ketika anda harus bicara?

Tak ada …….. 1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… ………… ………..

1. sangat tak puas

2. Siapa yang Anda benar – benar bisa Anda percaya membantu Anda jika seseorang yang selama ini Anda anggap teman yang baik telah menghina Anda dan tidak mau bertemu dengan Anda lagi?

Tak ada …….. 1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….


(60)

4. ………. (……….) 8. ………. (……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… ………… ………..

1. sangat tak puas

3. Dengan siapa Anda merasa menjadi bagian yang penting?

Tak ada …….. 1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… ………… ………..

1. sangat tak puas

4. Siapa yang Anda rasa dapat membantu Anda jika Anda baru saja berpisah dengan istri/suami?

Tak ada …….. 1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… ………… ………..

1. sangat tak puas

5. Siapa yang benar – benar bisa Anda percaya membantu Anda keluar dari kesulitan dengan segenap kemampuan dan perhatiannya?

Tak ada …….. 1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….


(1)

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… …………

………..

1. sangat tak

puas

24.

Siapa yang Anda rasa benar – benar mengasihi Anda begitu dalam?

Tak ada ……..

1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… …………

………..

1. sangat tak

puas

25.

Siapa yang bisa Anda harapkan menenangkan Anda ketika Anda sedang

bingung?

Tak ada ……..

1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4.

………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… …………

………..

1. sangat tak

puas

26.

Siapa yang bisa benar – benar Anda harapkan mendukung Anda ketika Anda

membuat keputusan – keputusan penting?

Tak ada ……..

1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?


(2)

……….. …….. …………. ……… …………

………..

27.

Siapa yang bisa benar – benar Anda harapkan menenangkan Anda ketika

Anda sedang sensitive, mudah menjadi marah pada segala sesuatu?

Tak ada ……..

1. ………. (……….) 5. ……….

(……….)

2. ………. (……….) 6. ……….

(……….)

3. ………. (……….) 7. ……….

(……….)

4. ………. (……….) 8. ……….

(……….)

Seberapa Kepuasan anda?

6. sangat puas 5. puas 4. agak puas 3. agak tak puas 2. tak Puas

……….. …….. …………. ……… …………

………..

1. sangat tak

puas


(3)

FREQUENCIES

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 25 50.0 50.0 50.0

SMP 12 24.0 24.0 74.0

SMA 7 14.0 14.0 88.0

PT 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

JENIS KELAMIN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid pria 16 32.0 32.0 32.0

wanita 34 68.0 68.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

STATUS PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kawin 30 60.0 60.0 60.0

tidak kawin 20 40.0 40.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

KELOMPOK UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid old old 8 16.0 16.0 16.0


(4)

DEPRESI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 74.0 74.0 74.0

ya 13 26.0 26.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Dukungan Sosial Lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid rendah 20 40.0 40.0 40.0

tinggi 30 60.0 60.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT

PENDIDIKAN * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total

tidak ya

PENDIDIKAN SD Count 13 12 25

% within PENDIDIKAN 52.0% 48.0% 100.0%

SMP Count 11 1 12

% within PENDIDIKAN 91.7% 8.3% 100.0%

SMA Count 7 0 7

% within PENDIDIKAN 100.0% .0% 100.0%

PT Count 6 0 6

% within PENDIDIKAN 100.0% .0% 100.0%

Total Count 37 13 50


(5)

JENIS KELAMIN * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total

tidak ya

JENIS KELAMIN pria Count 14 2 16

% within JENIS KELAMIN 87.5% 12.5% 100.0%

wanita Count 23 11 34

% within JENIS KELAMIN 67.6% 32.4% 100.0%

Total Count 37 13 50

% within JENIS KELAMIN 74.0% 26.0% 100.0%

STATUS PERKAWINAN * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total

tidak ya

STATUS PERKAWINAN Kawin Count 26 4 30

% within STATUS

PERKAWINAN 86.7% 13.3% 100.0%

tidak kawin Count 11 9 20

% within STATUS

PERKAWINAN 55.0% 45.0% 100.0%

Total Count 37 13 50

% within STATUS

PERKAWINAN 74.0% 26.0% 100.0%

kelompok umur * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total

tidak ya

kelompok umur old old Count 3 5 8


(6)

% within kelompok umur 81.0% 19.0% 100.0%

Total Count 37 13 50

% within kelompok umur 74.0% 26.0% 100.0%

CHI SQUARE TEST

Dukungan Sosial Lansia * DEPRESI Crosstabulation

DEPRESI

Total

tidak ya

Dukungan Sosial Lansia rendah Count 8 12 20

% within Dukungan Sosial

Lansia 40.0% 60.0% 100.0%

tinggi Count 29 1 30

% within Dukungan Sosial

Lansia 96.7% 3.3% 100.0%

Total Count 37 13 50

% within Dukungan Sosial

Lansia 74.0% 26.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 20.028a 1 .000

Continuity Correctionb 17.191 1 .000

Likelihood Ratio 21.617 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

N of Valid Casesb 50

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.20.