5
4. Tanggungjawab pemerintah dan pengembang atau pembangun dalam penanganan dampak;
5. Rencana pemantauan dan evaluasi; dan 6. Gambaran umum lokasi yang akan dibangun atau dikembangkan.
2.2 Fenomena Dampak Lalu Lintas
Menurut Murwono 2003, fenomena dampak lalu lintas diakibatkan oleh adanya pembangunan dan pengoperasian pusat kegiatan yang menimbulkan
bangkitan lalu lintas yang cukup besar, seperti pusat perkantoran pusat perbelanjaan, terminal, SPBU dan lain-lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa dampak lalu lintas terjadi
pada 2 dua tahap, yaitu : 1. Tahap konstruksi atau pembangunan. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan
lalu lintas akibat angkutan material dan mobilisasi alat berat yang membebani ruas jalan pada rute material.
2. Tahap pasca konstruksi atau saat beroperasi. Pada tahap ini akan terjadi bangkitan lalu lintas dari pengunjung, pegawai dan penjual jasa transportasi
yang akan membebani ruas-ruas jalan tertentu, serta timbulnya bangkitan parkir kendaraan.
Tamin 2008:75
mengatakan bahwa
setiap ruang
kegiatan akan
membangkitkan pergerakan dan menarik pergerakan yang intensitasnya tergantung pada jenis tata guna lahannya. Bila terdapat pembangunan dan
pengembangan kawasan baru seperti pusat perbelanjaan, superblok dan lain-lain tentu akan menimbulkan tambahan bangkitan dan tarikan lalu lintas baru akibat kegiatan
tambahan di dalam dan sekitar kawasan tersebut.
2.3 Tinjauan Pelaksanaan Analisis Dampak Lalu Lintas
Pelaksanaan analisa dampak lalu lintas di Indonesia telah dilakukan berdasarkan peraturan, yaitu Undang-Undang No.22 Tahun 2009 dan Peraturan
6
Pemerintah No.32 Tahun 2011. Kedua peraturan tersebut berisikan tentang apa saja yang harus dilakukan dalam sebuah analisa dampak lalu lintas, meskipun tidak ada
penjelasan secara rinci. Pelaksanaan analisa dampak lalu lintas tidak dilakukan pada setiap pembangunan yang ada. Hal ini disebabkan adanya kriteria dan pendekatan
tertentu. Pembangunan yang hanya akan menimbulkan dampak kecil tidak perlu melakukan analisa dampak lalu lintas karena dampak kecil yang muncul diperkirakan
tidak menyebabkan masalah terhadap lalu lintas. Namun pada pembangunan yang menimbulkan dampak besar wajib dilakukan analisa tersebut.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan No 75 Tahun 2015 disebutkan ukuran minimal pembangunan untuk melalukan andalalin adalah sebagaimana yang
ditampilkan pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Ukuran Minimal Peruntukan Lahan yang Wajib Melakukan Andalalin
No Jenis Rencana Pembangunan
Ukuran Minimal
1 Pusat Kegiatan
a. Kegiatan Perdagangan
500 m
2
luas lantai bangunan b.
Kegiatan Perkantoran 1000 m
2
luas lantai bangunan c.
Kegiatan Industri 2500 m
2
luas lantai bangunan d.
Fasilitas Pendidikan 1 Sekolahuniversitas
500 siswa 2 Lembaga kursus
Bangunan dengan 50 unit siswawaktu e.
Fasilitas Pelayanan Umum 1 Rumah sakit
50 tempat tidur 2 Klinik bersama
10 ruang praktek dokter 3 Bank
500 m
2
luas lantai bangunan f.
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum 1 dispenser
g. HotelMotelPenginapan
50 kamar h.
Gedung Pertemuan 500 m
2
luas lantai bangunan i.
Restauran 100 tempat duduk
7
No Jenis Rencana Pembangunan
Ukuran Minimal
j. Fasilitas Olahraga
Kapasitas penonton 100 orang danatau luas 10000 m
2
k. Bengkel Kendaraan Bermotor
2000 m
2
luas lantai bangunan l.
Pencucian mobil 2000 m
2
luas lantai bangunan Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan No 75 2015
Dari tabel peraturan di atas maka dapat disimpulkan bahwa rencana pembangunan SPBKB dengan minimal 1 dispenser sudah selayaknya melakukan
analisa dampak lalu lintas.
2.4 Bangkitan atau Tarikan Perjalanan Trip Generation atau Attraction