Perbandingan Jumlah koloni S.mutans pada Saliva setelah mengunyah Permen Karet mengandung xilitol dengan paraffin wax pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008

(1)

PERBANDINGAN JUMLAH KOLONI S. MUTANS PADA

SALIVA SETELAH MENGUNYAH PERMEN KARET

MENGANDUNG XILITOL DENGAN PARAFFIN WAX

PADA MAHASISWA FKG USU

ANGKATAN 2007-2008

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

DONI MILON DANU NIM : 070600006

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2011

Doni Milon Danu

Perbandingan Jumlah koloni S.mutans pada Saliva setelah mengunyah Permen Karet mengandung xilitol dengan paraffin wax pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008

Streptococcus mutans merupakan salah satu faktor etiologi penyebab karies

karena dapat melekat erat dipermukaan gigi dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil metabolismenya. Xilitol yang merupakan bahan alami pemanis terdapat pada permen, permen karet, dan pasta gigi dapat menghambat metabolisme S.mutans. dan merupakan preventif agent dalam melawan karies. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan jumlah S.mutans pada sampel yang mengunyah permen karet yang mengandung xilitol dengan yang mengunyah paraffin wax.

Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dibagi dua kelompok, kelompok I mengunyah permen karet xilitol dan kelompok II mengunyah paraffin wax kemudian masing-masing sampel ditampung salivanya, dan lakukan pengenceran 5 kali kemudian diinkubasi untuk melihat jumlah koloni S.mutans yang tumbuh.

Hasil perhitungan koloni S.mutans pada kedua kelompok menunjukkan nilai yang berbeda. Kelompok I menunjukkan rata-rata jumlah koloni 132,25 dan


(3)

kelompok II 198,31. Hasil uji T menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara kedua kelompok.

Kelompok yang mengunyah xilitol menunjukkan rata-rata jumlah koloni

S.mutans yang lebih rendah dari pada kelompok yang mengunyah paraffin wax dan

terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kedua kelompok.


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan Dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 Agustus 2011

Pembimbing, Tanda Tangan

1. Lisna Unita R., drg., M.Kes. ... NIP. 19510405 198201 2 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 5 Agustus 2011

TIM PENGUJI KETUA : 1. Lisna Unita R., drg., M.Kes ANGGOTA : 2. Yendriwati, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus penasehat akademik yang selama ini telah banyak memberikan nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Rehulina Ginting, drg., M.Si., selaku Ketua Departemen Biologi Oral FKG USU yang bersedia memberikan masukan dan arahan

3. Lisna Unita, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia memberikan waktu, bimbingan, arahan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar di departemen Biologi Oral FKG USU yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini selesai.

5. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes selaku PUDEK I FKM-USU, atas bimbingan dan bantuan dalam pengolahan statistik.

6. Ibu Syariah selaku pembimbing laboratorium dan selaku operator laboratorium yang telah banyak membantu.


(7)

7. Teristimewa kepada Ayah (Alm. Trisno) dan Ibu (Heni) yang telah memberikan perhatian, doa, kasih sayang, semangat, kesabaran, dan menyekolahkan penulis sampai jenjang saat ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada kakanda Dena Trisnawaty SE dan Rudi Gtg atas segala perhatian dan dukungan serta semangat yang diberikan.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, 05 Agustus 2011 Penulis,

(Doni Milon Danu) 070600006


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN TIM PENGUJI... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Streptococcus mutans... 4

2.1.1 Biokimia dan morfologi ... 6

2.1.2 Pembagian S.mutans ... 7

2.1.3 Peranan S.mutans dalam pembentukan karies ... 7

2.1.4 Streptococcus mutans dalam pembentukan plak... 9

2.2 Saliva... 11

2.3 Xylitol ... 12

2.3.1 Mekanisme xylitol dalam menurunkan karies gigi ... 15

2.4 Parrafin wax ... 16

BAB 3 HIPOTESA PENELITIAN, SKEMA ALUR, DAN KERANGKA KONSEP ... 17

3.1 Hipotesa Penelitian ... 17

3.2 Kerangka Konsep ... 18

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN... 20

4.1 Rancangan Penelitian ... 20

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

4.2.1 Tempat Penelitian... 20


(9)

4.3 Populasi dan Sampel ... 20

4.3.1 Populasi ... 20

4.3.2 Sampel... 20

4.3.3 Kriteria inklusi ... 21

4.3.4 Kriteria eksklusi ... 22

4.4 Variabel penelitian ... 22

4.5 Defenisi Operasional... 23

4.6 Bahan dan Alat Penelitian... 23

4.6.1 Bahan penelitian... 23

4.6.2 Alat penelitian ... 23

4.7 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data... 24

4.7.1 Pemberian permen karet... 24

4.7.2 Perhitungan jumlah koloni ... 25

4.8 Analisis data ... 27

BAB 5 Hasil penelitian dan Analisa ... 29

5.1 Hasil Penelitian ... 29

` 5.2 Analisis Hasil Penelitian ... 30

BAB 6 PEMBAHASAN ... 33

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

7.1 Kesimpulan ... 36

7.2 Saran... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil Perhitungan Koloni Bakteri ... 29 2. Kolmogrov smirnov test table... 31 3. Rata-rata Jumlah Koloni Bakteri... 31


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Mekanisme patogenesis S.mutans terhadap karies gigi ... 9

2. Rumus bangun xilitol ...13

3. Tabung Pengenceran ...25

4. Peletakan saliva dalam Petri...26

5. Sterilisasi Erlenmeyer ...26

6. Penuangan Media ...26

7. Hasil Inkubasi ...27

8. Hasil Inkubasi ...30


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2011

Doni Milon Danu

Perbandingan Jumlah koloni S.mutans pada Saliva setelah mengunyah Permen Karet mengandung xilitol dengan paraffin wax pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008

Streptococcus mutans merupakan salah satu faktor etiologi penyebab karies

karena dapat melekat erat dipermukaan gigi dan menghasilkan asam laktat sebagai hasil metabolismenya. Xilitol yang merupakan bahan alami pemanis terdapat pada permen, permen karet, dan pasta gigi dapat menghambat metabolisme S.mutans. dan merupakan preventif agent dalam melawan karies. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan jumlah S.mutans pada sampel yang mengunyah permen karet yang mengandung xilitol dengan yang mengunyah paraffin wax.

Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dibagi dua kelompok, kelompok I mengunyah permen karet xilitol dan kelompok II mengunyah paraffin wax kemudian masing-masing sampel ditampung salivanya, dan lakukan pengenceran 5 kali kemudian diinkubasi untuk melihat jumlah koloni S.mutans yang tumbuh.

Hasil perhitungan koloni S.mutans pada kedua kelompok menunjukkan nilai yang berbeda. Kelompok I menunjukkan rata-rata jumlah koloni 132,25 dan


(13)

kelompok II 198,31. Hasil uji T menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) antara kedua kelompok.

Kelompok yang mengunyah xilitol menunjukkan rata-rata jumlah koloni

S.mutans yang lebih rendah dari pada kelompok yang mengunyah paraffin wax dan

terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kedua kelompok.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Streptococcus mutans merupakan mikroorganisme yang memiliki peranan

penting dan dianggap sebagai salah satu faktor etiologi utama pada karies gigi geligi. Pertama kali diisolasi dari gigi geligi manusia oleh Clarke pada tahun 1924. Bakteri ini sering ditemukan pada permukaan keras di rongga mulut seperti gigi geligi, gigitiruan, dan plak gigi. Pada penelitian epidemiologi, telah dilaporkan bahwa

S.mutans merupakan mikroorganisme penyebab karies gigi pada masyarakat

kelompok anak-anak, dewasa muda, karies akar gigi (root caries surface) pada usia lanjut, dan karies botol pada anak bayi. 1

Rongga mulut dilindungi oleh saliva yang mengalir dari duktus menuju ke rongga mulut membentuk suatu lapisan film tipis kurang lebih 0.1 mm melapisi seluruh bagian-bagian di rongga mulut. Fungsi saliva sebagai penyeimbang atau

buffer terhadap asam dan mempunyai efek self cleansing untuk membersihkan

sisa-sisa makanan. Saliva mempunyai suatu pertahanan untuk melawan plak (Streptococcus mutans) dalam menyeimbangkan produksi asam akibat diet karbohidrat tinggi. Dengan demikian, diet karbohidrat tinggi mempunyai hubungan dengan peningkatan karies gigi. 1

Bagi pecinta permen, pada saat ini telah banyak produk permen terutama permen karet yang berlabelkan sugar free mengandung xilitol. Xilitol merupakan


(15)

bahan pemanis yang pada umumnya terdapat dalam permen karet, permen, pasta gigi, dan tablet flour kunyah. Xilitol merupakan “preventive agent” yang sangat efektif melawan karies gigi.4 Xilitol tidak dapat difermentasikan oleh Streptococcus mutans atau Streptococcus sobrinus. Selain itu, dengan mengkonsumsi xilitol, akan menggantikan mekanisme diet sukrosa tinggi menjadi rendah. Xilitol tidak dimetabolisme oleh Streptococcus mutans sehingga tidak dapat menghasilkan zat asam yang dapat melarutkan enamel gigi.5

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui tentang kebenaran permen sugar free yang menyatakan bahwa produknya tidak mempunyai hubungan dalam perkembangan karies gigi geligi melalui penghitungan jumlah koloni (colony

forming unit) dengan cara membangdingkan jumlah koloni sampel yang mengunyah

permen karet mengandung xilitol dengan sampel yang mengunyah paraffin wax

1.2Perumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah koloni S.mutans pada saliva dari sampel yang mengunyah permen karet mengandung xilitol dengan sampel kontrol yang mengunyah parafin wax ?


(16)

1.3Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan jumlah koloni S.mutans pada saliva antara sampel yang mengunyah permen karet sugar free mengandung xilitol dengan sampel yang mengunyah paraffin wax.

1.4Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pertimbangan dalam memilih dan mengkonsumsi permen.

2. Memperoleh hasil penelitian yang dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Streptococcus mutans

Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh J. Killian Clarke pada tahun 1924. Penemuan bakteri ini melalui suatu isolasi pada lesi karies yang dalam. S.mutans adalah cocci gram positif yang non motil, mempunyai diameter 0,5-2.0 m, berpasang-pasangan, berantai pendek, sedang dan panjang serta non kapsul (menurut klasifikasi Bergey’s Manual of Determinative Bacteriologi edisi ke 9 (Holt et al., 1994). 1,10,

Streptococcus mutans dianggap sebagai salah satu bakteri yang merupakan

penyebab awal karies gigi geligi. Hal ini dikarenakan bakteri ini mempunyai variasi faktor-faktor virulen yang khas sehingga berperan penting pada proses pembentukan karies gigi geligi.11 Bakteri ini merupakan bakteri anaerob yang dapat memproduksi asam laktat sebagai bagian dari hasil metabolismenya. S.mutans juga memiliki kemampuan untuk melekat pada permukaan gigi geligi karena adanya sukrosa.11 Diet sukrosa tinggi akan menyebabkan kerusakan yang irreversible pada ekosistem rongga mulut dan dapat merupakan pembentukan awal terjadinya karies. Hal ini dikarenakan

buffer saliva tidak mampu lagi untuk menahan kelarutan enamel karena tingginya


(18)

Salah satu faktor virulen yang terpenting dari S.mutans adalah sifat asidofilik. Metabolisme S.mutans meningkat pada pH yang sangat rendah, sedangkan bakteri lain yang ada dalam plak akan melambat metabolismenya apabila berada dalam suasana yang asam. Hal yang dapat menyebabkan metabolisme S.mutans meningkat pada pH rendah adalah adanya sistem daya proton yang digunakan untuk transport nutrisi yang menembus dinding sel pada lingkungan dengan pH yang rendah dan kadar glukosa tinggi, yang diatur oleh kandungan ion hydrogen yang meningkat pada keadaan asam (Hamilton dan Marthin 1982 cit Simon L).11

S.mutans mampu menurunkan atau mempertahankan pH rongga mulut pada

suasana asam yang akan menyebabkan kondisi ini semakin menguntungkan untuk metabolisme itu sendiri dan tidak menguntungkan bagi spesies lain yang hidup pada waktu bersamaan.11

S.mutans dapat menghasilkan polisakarida ekstraselular yang soluble dan insoluble (glucan, mutan, dan fructan) dari sukrosa. Hal ini berhubungan dengan

proses pematangan suatu plak dan karies gigi geligi. Glucan dan fructan diproduksi melalui glucosyl dan fructosyltransferase. Mutan merupakan glucan yang sangat

insoluble yang hanya diproduksi oleh S.mutans apabila fructan sedang tidak

diproduksi. Polimer-polimer ini akan memberi bentuk terhadap karakteristik morfologi dari koloni S.mutans yang ditumbuhkan dalam media agar mengandung sukrosa. S.mutans dapat menghasilkan polisakarida intraseluler ketika mereka berkontak atau terpapar dengan karbohidrat, sehingga hal ini dapat bertindak sebagai penyedia karbohidrat untuk metabolisme dan mengalami perubahan pH menjadi asam


(19)

selama diet sukrosa tinggi tidak dihentikan. Hal ini dikarenakan S.mutans dapat dengan mudah menjadikan sugars sebagai produk fermentasi berupa asam (terutama laktat) dan dapat hidup dalam lingkungan yang sangat asam sekalipun.1

Streptococcus terbagi dalam empat kelompok spesies, yakni : anginosus, mitis, mutans, dan salivarius. Kelompok mutans terdiri dari S.mutans, S.criceritus, S.rattus, S.dawneii, S.macacae, dan S.sobrinus. Semuanya termasuk oral Streptococci

walaupun hanya S.mutans dan S.sobrinus saja yang ditemukan dalam rongga mulut manusia, sedangkan sepsis yang lain ditemukan pada hewan.10

2.1.1 Biokimia dan Morfologi

Sel Streptococcus mutans berbentuk bulat & oval serta merupakan kokus gram positif. Koloni Streptococcus mutans, tampak gambaran yang berpasangan atau membentuk rantai, tidak bergerak, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mempunyai metabolisme yang bersifat anaerob. Jika bakteri ini ditanamkan didalam media yang solid, maka bakteri ini akan berbentuk kasar, runcing, dan berkoloni mukoid. Dalam proses tumbuh kembangnya akan membentuk CO2 jika dilakukan

inkubasi didalam suhu 37o selama 48 jam.12

Dalam rongga mulut, S.mutans pada umumnya hidup pada permukaan yang keras dan juga solid. Permukaan-permukaan tersebut antara lain adalah permukaan gigi, gigitiruan, ataupun alat ortodonti cekat. Habitat utama S.mutans ini adalah permukaan gigi, namun mereka tidak dapat tumbuh secara bersamaan pada seluruh permukaan gigi, melainkan hanya tumbuh pada permukaan gigi tertentu saja.


(20)

Biasanya bakteri ini banyak diisolai dari daerah pit, fissure, permukaan oklusal gigi, permukaan proksimal gigi, margin gusi, atau pada lesi karies gigi. Jumlah populasi

Streptococcus mutans di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : diet sukrosa,

topikal aplikasi fluor, penggunaan antibiotik, obat kumur yang mengandung

antiseptic, dan keadaan hygiene oral seseorang.12

2.1.2 Pembagian S.mutans

S.mutans dibagi atas tiga bagian berdasarkan serotipenya yaitu:10

a. Serotype c dari plak manusia

b. Serotype e dari karies gigi

c. Serotype f dari plak anak yang memiliki resiko karies tinggi

S.mutans serotype c merupakan jenis yang paling banyak dijumpai pada saliva

dan plak. Prevalensinya mencakup 75-90%, sementara serotype e 10-20% dan serotype f hanya beberapa persen.14

2.1.3 Peranan S.mutans dalam pembentukan karies

Karies merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan pada jaringan keras gigi yaitu pada enamel, dentin, dan sementun gigi yang disebabkan oleh aktivitas bakteri. Prosesnya dimulai dari demineralisasi gigi secara langsung yang disebabkan oleh adanya asam laktat dan asam organik lain yang tertumpuk atau terakumulasi didalam permukaan gigi melalui plak.21


(21)

Mekanisme patogen dari bakteri ini dimulai dengan adanya proses erosi dari hidroksiapatit yang merupakan mineral dari enamel. Dimineralisasi ini dikarenakan oleh asam laktat, dimana asam laktat merupakan hasil akhir metabolisme dari pertumbuhan S.mutans. Konsentrasi destruksi yang signifikan dari asam ini membutuhkan akumulasi yang banyak dari Streptococcus asidogenik dalam plak gigi. Proses akumulasi diawali oleh aktivitas extracellular glucosyltransferase (GTF) yang disekresikan oleh S.mutans. Maka dari itu, dengan adanya sukrosa, GTF akan mensintesis beberapa glukan ekstraseluler dengan berat molekul tinggi. Polimer glukosa ini akan membantu agregasi dari Streptococcus lainnya melalui interaksi protein ikatan glukan (glucan binding protein). S.mutans merupakan penghasil asam laktat yang paling banyak dalam proses akumulasi ini meskipun pH yang rendah dari bakteri lainnya juga memberikan kontribusi.3


(22)

2.1.4 Streptococcus mutans dalam pembentukan plak

Plak merupakan suatu tempat dimana mikroorganisme tertanam dalam matriks polimer bakteri dan produk saliva diatas permukaan gigi. Plak yang terus-menerus terkalsifikasi, akan berubah bentuk menjadi kalkulus atau tartar. Untuk dapat melihat plak di permukaan gigi, dapat dilakukan proses rinsing dengan menggunakan

disclosing solutioin seperti erythrosine. Plak banyak ditemukan di permukaan gigi

bagian fissur, approximal, dan gingival crevice.1,20

Pada saat gigi mulai erupsi, gigi segera dilindungi oleh lapisan tipis glikoprotein yang disebut acquired pellicle. Glikoprotein dari saliva segera diabsorbsi oleh hidroksiapatit dan kemudian melekat erat pada permukaan gigi. Pada awal pembentukan plak, bakteri aerob yang pertama kali melekat pada permukaan pelikel adalah bakteri Streptococcus sanguis dan kemudian diikuti oleh bakteri lainnya. Perlekatan awal bakteri ini terhadap hidroksiapatit sangat lemah dan bersifat

reversible, sehingga bakteri tidak membentuk koloni. Setelah Streptococcus mutans serotype c mensintesis dekstran ekstraseluler dari sukrosa, perlekatan dan agregasi

bakteri terhadap permukaan enamel terjadi dan kemudian diikuti dengan peningkatan kolonisasinya. Terjadinya agregasi bakteri ini, dikarenakan adanya reseptor dekstran pada permukaan dinding sel bakteri. Reseptor spesifik yang terdapat pada permukaan gigi juga membantu bakteri ini untuk melekat pada permukaan gigi. Hal ini menyebabkan terjadinya interaksi antar sel selama pembentukan plak.1, 16


(23)

Streptococcus sanguis mampu mensintesis dekstran eksraseluler dari sukrosa

yang berbentuk rantai (16) dan larut dalam air. Sebaliknya, Streptococcus mutans mensintesis lebih banyak dekstran yang tidak larut dalam air dengan rantai (13), sehingga bakteri ini lebih baik dalam pembentukan plak dari pada Streptococcus

sanguis.16

Metabolisme sukrosa ekstraseluler oleh Streptococcus mutans serotype c dengan produk dekstran ikatan (13) yang tidak larut dalam air, sangat berperan dalam mekanisme pembentukan plak gigi dan peningkatan kolonisasi dalam plak. Peningkatan kolonisasi ini, terjadi karena agregasi bakteri melalui tiga dasar interaksi sel. Interaksi yang terjadi meliputi perlekatan bakteri pada permukaan gigi, perlekatan

homotipik antar sesama sel, dan perlekatan heterotipik antar sel yang berbeda.

Dekstran dengan ikatan (13) juga bertindak sebagai mediator agregasi antara

S.mutans, S.sanguis dan A.viscosus, oleh karena itu dekstran yang pembentukannya

dikatalisis oleh glucosyltranferase (GTF), merupakan ekspresi essensial dari virulensi

Streptococcus mutans.16

Streptococcus mutans pada plak memetabolisme sukrosa menjadi asam dalam

waktu yang lebih cepat dari pada bakteri lain. Koloni Streptococcus mutans ditutupi oleh glukan atau dekstran yang dapat mengurangi aktifitas anti bakteri pada saliva terhadap plak gigi. Plak dapat menghambat difusi asam ke saliva dan sebagai hasilnya konsentrasi asam menjadi tinggi di permukaan enamel. Kondisi ini akan


(24)

menyebabkan demineralisasi gigi terus berlanjut yang merupakan proses awal terjadinya karies.12

2.2 SALIVA

Saliva melapisi seluruh bagian di rongga mulut dan melindunginya dengan membentuk lapisan tipis biofilm baik pada jaringan keras maupun pada jaringan lunak. Saliva masuk ke dalam rongga mulut melalui duktus dari kelenjar parotis, submandibular, dan kelenjar sublingual (kelenjar labial, lingual, bukal, dan palatal). Saliva mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan integritas dari suatu gigi geligi yaitu dengan cara membersihkan gigi geligi dari sisa-sisa makanan dan menyeimbangkan asam yang dapat melarutkan enamel. Salah satu komponen saliva yang berperan penting dalam proses buffering adalah bikarbonat. Selain bikarbonat juga terdapat fosfat, peptide, dan protein. Peran dari saliva ini bergantung pada cepat atau lambatnya aliran saliva kerongga mulut. Biasanya aliran saliva akan lambat atau menurun pada saat tidur. Maka dari itu, hal penting yang harus diingat adalah jangan mengkonsumsi makanan mengandung gula tinggi sebelum tidur karena fungsi

protektif saliva akan menurun pada saat itu.1

Unsur utama saliva adalah protein dan glycoprotein. Unsur-unsur tersebut mempengaruhi oral microflora dengan cara sebagai berikut : 1

Membuat suatu lapisan film tipis pada permukaan gigi (acquired pellicle) Berperan sebagai sumber makanan utama (karbohidrat dan protein) bagi oral


(25)

Agregasi mikroorganisme exogenous

Menginhibisi pertumbuhan beberapa mikroorganisme exsogenous.

Selain protein dan glycoprotein, unsur saliva yang lain adalah asam amino, peptida, dan urea. Metabolisme asam amino, peptide, protein, dan urea dapat berfungsi membatasi produksi alkali yang berkontribusi pada kenaikan pH rongga mulut. Kenaikan pH ini sangat bermanfaat untuk buffer acid production setelah diet dengan karbohidrat tinggi. Unsur-unsur antimicrobial seperti lysozyme, lactoferrin, dan sialoperoxidase juga terdapat di dalam saliva. Antimicrobial ini berperan penting dalam mengontrol koloni bakteri dan jamur dalam rongga mulut. Antibodi juga telah dideteksi dari saliva yaitu SIg A. Selain IgA, IgM dan IgG juga terdapat dalam saliva tetapi dalam konsentrasi yang sedikit. Banyaknya unsur-unsur penting di dalam saliva yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut, saliva sering disebut sebagai “defender of the oral cavity” atau “pertahanan rongga mulut”. 1

2.3 XILITOL

Xilitol merupakan bahan alami pemanis yang pada umumnya terdapat dalam permen karet, permen, pasta gigi, dan tablet flour kunyah. Xilitol merupakan “preventive

agent” yang sangat efektif melawan karies pada gigi geligi.


(26)

Uji klinis dan eksperimental terhadap xilitol biasanya dilakukan dengan cara penggantian diet dan merubah kebiasaan mengkonsumsi permen yang mengandung gula tinggi. Sebagai contoh, dapat dilakukan pola diet sehat dengan cara berhenti mengkonsumsi permen mengandung karbohidrat (sukrosa) dan menggantinya dengan permen sugar free yang mengandung xilitol untuk menurunkan jumlah karies.5,25

Xilitol telah banyak dikonsumsi dan digunakan sebagai agen pemanis dalam makanan sejak 1960-an. Xilitol merupakan zat yang tidak berbau, berwarna kristal putih, berbentuk powder yang memiliki rasa manis yang sama seperti sukrosa, tetapi kalorinya tidak sebesar sukrosa, yakni hanya satu pertiga kalori dibandingkan dengan sukrosa.4 Mengkonsumsi permen sugar free mengandung xilitol juga merupakan salah satu cara untuk mempercepat dan merangsang aliran saliva kedalam rongga mulut. Pertambahan kecepatan aliran saliva ini akan menambah efektivitas kapasitas

buffer saliva semakin meningkat untuk menghadapi penuruan pH setelah

mengkonsumsi makanan manis dan mengembalikannya ke level pH yang normal.10 Selain sebagai preventive agent terhadap karies gigi, permen karet sugar free mengandung xilitol juga memiliki peranan penting dalam membantu pasien yang memiliki gastro esophageal reflux. Gastro esophageal reflux akan menyebabkan pH lambung semakin asam dan menyebabkan muntah sehingga pH rongga mulut akan turun dan dapat melarutkan enamel gigi oleh asam muntahan tersebut. Dengan mengkonsumsi permen karet sugar free, akan menstimulasi aliran saliva yang dapat meningkatkan aliran saliva kedalam rongga mulut. Peningkatan aliran saliva ini selain


(27)

berguna untuk melindungi gigi, juga berguna untuk menurunkan pH yang dapat membantu menangani reflux tersebut.7

Xilitol banyak ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran seperti strawberry, raspberry, dan plums). Xilitol pada umumnya dapat digunakan dalam makanan, obat-obatan, dan produk-produk kesehatan gigi dan rongga mulut dilebih 35 negara termasuk Amerika Serikat.4

Berdasarkan artikel “July issue” dari Archives of Pediatrics dan Adolescent

medicine, Dr. Peter Milgrom, ahli kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran Gigi University of Washington bersama dengan mahasiswa-mahasiswanya, mengadakan

uji penelitian efektivitas dari xilitol sirup pada 94 orang anak yang berumur 9 sampai 15 tahun di Republic Marshal Island dimana kasus karies sangat menonjol pada daerah ini.8

Kelompok anak yang berjumlah 94 tersebut dibagi kedalam 3 kelompok. Kelompok pertama berjumlah 33 orang meminum sirup xilitol 8 gram perhari dibagi dalam dua dosis. Kelompok kedua berjumlah 32 orang meminum sirup xilitol 8 gram dibagi dalam tiga dosis. Sedangkan kelompok terakhir yang berjumlah 29 orang berlaku sebagai kontrol meminum 2,7 gram perhari. Kemudian hasilnya menunjukkan bahwa selama 10 bulan terdapat 24 persen dari 33 orang dan 41 persen dari 32 orang yang menerima sirup xilitol 8 gram/hari telah terbukti menurunkan karies, dibandingkan dengan 52 persen dari 29 orang pada kelompok kontrol. Nilai rata-rata dari gigi karies adalah 0,6 pada grup dengan xilitol dibagi dalam dua dosis, 1 pada orang yang mendapat xilitol syrup dibagi dalam tiga dosis, dan 1,9 pada kelompok kontrol. Jadi


(28)

dapat disimpulkan bahwa dengan mengkonsumsi sirup xilitol pada anak yang sedang dalam berada pada masa gigi pergantian erupsi, dapat menurunkan atau mencegah

gigi karies sebesar 70 persen.8

2.3.1 Mekanisme xilitol bekerja dalam menurunkan karies gigi

Banyak penelitian yang melaporkan tentang penurunan karies gigi dan level

Streptococcus mutans pada populasi sampel setelah dicobakan untuk mengkonsumsi

permen sugar free mengandung xilitol setiap hari. Hal ini mengindikasikan bahwa xilitol dapat menurunakan aktivitas bakteri Streptococcus mutans sebagai bakteri kariogenik.4

Hal yang dapat membuat xilitol membantu menurunkan karies karena xilitol tidak dapat difermentasikan oleh Streptococcus mutans atau Streptococcus sobrinus. Selain itu, dengan mengkonsumsi xilitol, akan menggantikan diet sukrosa tinggi menjadi rendah. Xilitol juga tidak di metabolisme oleh Streptococcus mutans sehingga tidak dapat menghasilkan zat asam yang dapat melarutkan enamel gigi.5,10

Mengkonsumsi permen karet sugar free mengandung xilitol dapat merangsang laju aliran saliva kedalam rongga mulut. Saliva dapat berfungsi sebagai efek lubrikasi terhadap jaringan mukosa rongga mulut, melindungi jaringan lunak rongga mulut dari abrasi pada saat proses mastikasi, aktivitas antibakterial melawan mikroorganisme asing, membersihkan lingkungan rongga mulut, dan menghilangkan debris serta sisa-sisa makanan yang menempel di jaringan mukosa rongga mulut.4 Selain itu saliva juga berperan penting dalam lingkungan kimia rongga mulut karena


(29)

mengandung calsium, fosfat, dan agent buffer. Hal ini akan menurunkan resiko dan level karies gigi geligi.9

2.4. PARAFIN WAX

Parafin wax merupakan bahan yang terdiri dari campuran ikatan hidrokarbon yang mempunya titik leleh sekitar 48o C sampai 66o C. Wax ini pertama kali diproduksi secara komersil pada tahun 1867. Parafin wax didapat dari petroleum melalui lubricating oli stocks. Biasanya wax ini digunakan untuk lilin, kertas wax, cosmetic, saliva check buffer, dan isolasi elektrik. Parrafin wax juga dapat ditambahkan parfum dari ekstrak bunga untuk obat salep dan juga untuk melapisi bahan kayu sebagai


(30)

BAB III

HIPOTESA PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEP

Penelitian ini menggunakan dua bahan yaitu xilitol dan paraffin wax. Pengunyahan dilakukan oleh subjek penelitian kemudian saliva subjek ditampung dalam gelas ukur. Setelah saliva subjek ditampung, lakukan inkubasi mulai dari pengenceran, kultur, dan perhitungan jumlah koloni S.mutans

3.1 HIPOTESA PENELITIAN

1. Xilitol menunjukkan jumlah koloni rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan paraffin wax


(31)

Mengunyah permen karet mengandung

xilitol

Mengunyah paraffin wax

Tampung saliva Tampung saliva

Inkubasi Inkubasi

CFU

(Colony Forming Unit)

3.2 KERANGKA KONSEP

Jumlah koloni Streptococcus

mutans

Saliva

Pertama, tampung saliva dari subjek setelah masing-masing subjek pada kelompok I mengunyah permen karet xilitol dan subjek pada kelompok II mengunyah paraffin wax. Lakukan pengenceran, penanaman kedalam media, dan lakukan inkubasi kemudian, koloni yang tumbuh dalam media dihitung dan dibandingkan


(32)

jumlah koloninya antar kedua kelompok subjek. Media piring Petri dibagi 4 kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Hitung koloni yang tumbuh pada masing-masing kuadran, kemudian jumlahkan ke empat kuadran.


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Eksperimental laboratorium dengan rancangan

Cross sectional.

4.2 Tempat dan waktu Penelitian 4.2.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dalam waktu 3 bulan

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU angkatan 2007-2008

4.3.2 Sampel

Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus : (t-1)(n-1) > 15


(34)

t = perlakuan n= besar sampel

Penelitian ini menggunakan dua kelompok yang masing-masing terdiri atas : Kelompok I : mengunyah permen karet mengandung xilitol

Kelompok II : mengunyah paraffin wax Jadi perlakuan (t) adalah 2

(2-1).(n-1) > 15 (1).(n-1) > 15 n-1>15

n = 15 + 1 = 16

Jadi sampel yang dipakai adalah 32 orang dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok I dan kelompok II. Masing-masing kelompok berjumlah 16 orang. Kelompok I adalah sampel yang mengunyah permen karet mengandung xilitol dan kelompok II merupakan sampel yang mengunyah paraffin wax

4.3.3 Kriteria inklusi

a. Mahasiswa FKG USU angkatan 2007-2008

b. Sampel bersedia dan berpartisipasi dalam penelitian ini c. Status kesehatan umum baik


(35)

4.3.4 Kriteria eksklusi

a. Sampel tidak suka mengkonsumsi permen karet.

b. Sampel memiliki kelainan patologis di rongga mulut yang mengganggu pengunyahan.

4.4 Variabel Penelitian VARIABEL TERKENDALI

 Mahasiswa FKG USU angkatan 2007-2008  Tehnik pengumpulan / penampungan saliva  Keterampilan operator

 Kecermatan menghitung jumlah koloni (CFU : colony forming unit)  Keadaan umum sampel

 Umur sampel

 Dosis konsumsi permen karet  Oral hygiene sampel

VARIABEL BEBAS

 Permen karet mengandung xilitol  Parrafin wax

VARIABEL TERGANTUNG


(36)

4.5 Defenisi Operasional

a. Xilitol adalah bahan pemanis alami yang terdapat pada permen, permen karet, dan pasta gigi.

b. Colony forming unit (CFU) adalah unit koloni bakteri yang terbentuk dan tumbuh dalam media.

c. Pengunyahan adalah proses melumatkan makanan yang terjadi didalam rongga mulut agar memecah makanan menjadi bentuk yang lebih mudah di cerna dengan menggunakan saliva dan gigi geligi (selama 30 menit).

d. Oral hygiene adalah keadaan status kebersihan rongga mulut seseorang

(prosedur penskeleran).

4.6 Bahan dan Alat penelitian 4.6.1 Bahan penelitian

Bahan – bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Permen karet happy dent white sugarfree with xilitol 2. Parrafin wax

3. Media TYC

4.6.2 Alat-alat yang digunakan

1. Piring Petri 2. Pipet ukur 3. Sampel Cup 4. Masker


(37)

5. Sarung tangan 6. Kertas Label

8. Rak dan tabung reaksi 9. Inkubator

10. Kalkulator, kertas pencatat, dan Alat pencatat 11. Erlenmeyer

12. Lampu spiritus dan 13. Alumunium foil

4.7 Prosedur pengambilan dan pengumpulan data

4.7.1. Pemberian permen karet untuk masing-masing kelompok sampel dan penampungan saliva

 Masing-masing sampel dilakukan prosedur pensklerean untuk menyamakan kondisi rongga mulut.

 Sampel Kelompok I diberi permen karet mengandung xilitol dan sampel kelompok II diberi paraffin wax

 Kemudian Kelompok I diinstruksikan untuk mengunyah pemen karet mengandung xilitol dan kelompok II diinstruksikan mengunyah paraffin wax

 kemudian setelah mengunyah masing-masing saliva sampel ditampung dan lakukan pengkulturan pada media TYC , masukkan dalam


(38)

inkubator dan setelah 1 x 24 jam hitung jumlah koloni satu-satu pada media tersebut

 Bandingkan jumlah koloni antara kelompok I dan kelompok II.

4.8 Perhitungan jumlah koloni Streptococcus mutans 4.8.1 Cara Kerja

Setelah mengunyah permen karet maupun paraffin wax pada masing-masing kelompok, subjek disuruh menampung saliva didalam gelas ukur. Kemudian, setelah saliva selesai ditampung pada masing-masing kelompok, gelas ukur tempat untuk menampung saliva diberi label nama subjek.

gambar 3. Tabung Pengenceran

Siapkan 5 tabung reaksi untuk masing-masing subjek yang sudah berisi 4,5 ml saline. Tabung reaksi juga diberi label nama ataupun ditulis dengan spidol non permanen. Setelah tabung reaksi disiapkan, ambil 0,5 ml saliva dengan pipet tetes


(39)

ukur dan masukkan kedalam tabung pertama yang sudah berisi 4,5 ml saline. Dari tabung pertama, ambil 0,5 ml dan masukkan kedalam tabung kedua dan seterusnya sampai tabung ke lima.

Gambar 4. Peletakkan saliva dalam petri Gambar 5. Sterilisasi Erlenmeyer Ambil 0,5 ml saliva dari tabung ke lima (pengenceran terakhir) dan letakkan di dalam piring Petri yang steril


(40)

Gambar 6. Penuangan media kedalam petri

Siapkan media TYC dalam labu erlenmeyer, kemudian tuangkan media TYC secukupnya kedalam piring petri dan goyang-goyang piring petri agar media dan sediaan saliva tercampur dan tersebar dalam piring Petri. Lakukan inkubasi.

Gambar 7. Hasil inkubasi

Setelah koloni S.mutans tumbuh dalam piring Petri, bagi daerah perhitungan pada piring Petri dengan spidol menjadi 4 kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Hitung jumlah koloni pada masing-masing kuadran dan jumlahkan koloni S.mutans pada ke empat kuadran.

4.9 Analisis data

Data dari setiap perlakuan diuji terlebih dahulu apakah data berdistribusi normal atau tidak untuk menentukan uji statistika apa yang akan digunakan.

1. Uji Kolmogorov-Smirnov test untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak


(41)

2. Jika data berdistribusi normal, maka kita gunakan uji T independent test, namun apabila data tidak berdistribusi normal, maka kita gunakan uji kruskel wallis.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Setelah sampel mengunyah permen karet, baik pada kelompok I yang mengunyah permen karet xilitol maupun pada sampel B yang mengunyah paraffin wax, masing-masing saliva sampel ditampung, kemudian lakukan pengenceran, kultur dalam media TYC, dan inkubasi untuk kemudian melihat dan menghitung koloni satu-satu yang tumbuh dalam media.

5.1 Hasil Penelitian

Tabel 1. Hasil perhitungan Koloni S.mutans pada media TYC SAMPEL A

XILITOL

SAMPEL B PARRAFIN WAX

No Nama Jmlh koloni No Nama Jlh koloni

1 A1 132 1 B1 185

2 A2 122 2 B2 202

3 A3 167 3 B3 195

4 A4 141 4 B4 213

5 A5 130 5 B5 199

6 A6 126 6 B6 215


(43)

8 A8 130 8 B8 198

9 A9 125 9 B9 199

10 A10 120 10 B10 207

11 A11 130 11 B11 208

12 A12 128 12 B12 195

13 A13 135 13 B13 165

14 A14 130 14 B14 189

15 A15 125 15 B15 199

16 A16 135 16 B16 201

quadran I quadran II

quadran III quadran IV

Gambar 8. Hasil inkubasi Gambar 9. Pembagian Quadran 5.2 Analisis hasil penelitian

Sebelum melakukan analisis data, tentukan dulu data berdistribusi normal atau tidak. Lakukan uji Kolmogrov – Smirnov Test


(44)

Kolmogorov- Smirnov test Tabel 2. Kolmogrov smirnov test

Xilitol Parafin wax

N

Normal parameters Mean

Std. Deviation Most extreme Absolute Diffrences Positive Negative Kolmogrov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

16 132.25 10.945 .213 .213 -.132 . 853 .460 16 198.31 11.842 .202 .096 -.202 .809 .529

Tabel 3. rerata jumlah koloni

N Bahan Mean SD

16 Xilitol 132,25 10,945

16 Parrafin wax 198,31 11,842

*P <0.05

Uji kolmogorov – Smirnov menunjukkan bahwa Asymp. Signifikan 2 tailed >0,05, yang berarti bahwa data berdistribusi normal. Dikarenakan data berdistribusi normal, maka digunakan uji T untuk melihat komparasi antara xilitol dengan paraffin wax.


(45)

UJI T independent

Hasil uji T t test yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara kedua sampel. Nilai signifikan menunjukkan nilai dibawah 0,05.


(46)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian perbandingan jumlah koloni S.mutans pada saliva setelah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol dan paraffin wax bertujuan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni antara kelompok I yang mengunyah permen karet xilitol dengan kelompok II yang mengunyah paraffin wax dan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni S.mutans memiliki nilai yang bermakna. Metode yang digunakan adalah metode pengenceran terlebih dahulu, kemudian pengkulturan didalam media Tryptone Yeast extract L-Cystine (TYC), dan terakhir adalah perhitungan jumlah koloni. Jumlah koloni dari sampel yang mengunyah permen karet xilitol kemudian dibandingan dengan jumlah koloni sampel yang mengunyah paraffin wax.

Dalam penelitian ini, pengenceran saliva dilakukan didalam tabung reaksi sebanyak 5 kali. Pengambilan saliva untuk ditanam/dikultur didalam media diambil dari pengenceran terakhir (pengenceran ke 5). Pengambilan jumlah saliva untuk setiap pengenceran adalah 0,5 ml yang kemudian ditambahkan dengan larutan saline sebanyak 4.5 ml. Setelah didapat pengenceran terakhir, kemudian ambil 0,5 ml untuk dikultur didalam media TYC.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah koloni sampel pengunyah xilitol lebih rendah dari pada rata-rata jumlah koloni pengunyah paraffin wax. Jumlah rata-rata koloni S.mutans pada sampel pengunyah permen karet xilitol


(47)

adalah 132,25, sedangkan pada sampel yang mengunyah paraffin wax adalah 198,31. Perbedaan rata-rata yng didapat pada penelitian ini juga sesuai dengan penelitan Gary H. Hildebrandt, yang juga menggunakan paraffin wax sebagai pambanding, menunjukkan bahwa xilitol dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans pada saliva. Hasil penelitian Gary H. Hildebrandt menunjukkan bahwa sampel yang mengunyah permen karet mengandung xilitol memiliki jumlah koloni jauh lebih rendah dibandingkan sampel yang tidak mengunyah permen karet mengandung xilitol.5

Penelitian Maryline Robert dkk juga menunjukkan hasil yang sama bahwa rata-rata jumlah koloni sampel yang mengkonsumsi permen karet xilitol lebih rendah dari pada rata-rata jumlah koloni sampel yang tidak mengkonsumsinya. Marylin melakukan penelitian di beberapa negara seperti Canada, Thailand, dan Prancis dan menghasilkan kesimpulan penelitian yang sama di 3 negara tersebut.4

Menurut Maryline Robert dkk, mekanisme yang membuat rata-rata jumlah koloni S.mutans pada pengunyah permen karet xilitol lebih rendah dibandingkan sampel yang tidak mengunyah permen karet mengandung xilitol. Hal ini disebabkan karena xilitol dapat menurunkan kemampuan bakteri untuk multiplikasi di dalam rongga mulut. Xilitol mampu menahan proses metabolisme sehingga asam laktat sebagai hasil metabolisme S.mutans tidak terbentuk dan enamel tidak terlarut. Selain itu, Trahan L. juga setuju bahwa xilitol dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans karena xilitol tidak dapat difermentasi mikroorganisme mulut.4,5

Saliva melapisi seluruh bagian di rongga mulut dan melindunginya dengan membentuk lapisan tipis biofilm baik pada jaringan keras maupun pada jaringan


(48)

lunak. Saliva masuk ke dalam rongga mulut melalui duktus dari kelenjar parotis, submandibular, dan kelenjar sublingual (kelenjar labial, lingual, bukal, dan palatal). Saliva mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan integritas dari suatu gigi geligi yaitu dengan cara membersihkan gigi geligi dari sisa-sisa makanan dan menyeimbangkan asam yang dapat melarutkan enamel. Salah satu komponen saliva yang berperan penting dalam proses buffering adalah bikarbonat. Selain bikarbonat juga terdapat fosfat, peptide, dan protein. Peran dari saliva ini bergantung pada cepat atau lambatnya aliran saliva kerongga mulut. Biasanya aliran saliva akan lambat atau menurun pada saat tidur. Maka dari itu, hal penting yang harus diingat adalah jangan mengkonsumsi makanan mengandung gula tinggi sebelum tidur karena fungsi

protektif saliva akan menurun pada saat itu.1

Di Indonesia, masyarakat lebih banyak mengenal permen yang banyak mengandung gula dari pada permen yang mengandung xilitol (sugar free). Permen karet yang mengandung xilitol sangat baik untuk mereka yang ingin hidup sehat tanpa karies. Sedangkan permen yang mengandung sukrosa akan meningkatkan jumlah level koloni S.mutans yang akan memperparah kondisi rongga mulut apabila


(49)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian permen karet mengandung xilitol terhadap jumlah koloni

S.mutans dapat disimpulkan bahwa :

 Xilitol menunjukkan rata-rata jumlah koloni lebih rendah dibandingkan jumlah koloni sampel yang tidak mengunyah xilitol (paraffin wax)

7.2 Saran

 Perlu dilakukan penelitian tentang konsumsi xilitol dalam jangka waktu yang lama dan berulang-ulang apakah masih ada perbedaan bermakna dengan jumlah koloni sampel kontrol (yang tidak mengunyah permen karet xilitol).


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Marsh PD ,Martin MV. Oral microbiology. 5th Ed. New York : Elsevier. 2009 : 30-2, 11-2, 74-5.

2. Rowson JE , Slaney AE. Dentistry. 1st Ed. Delhi, India ; AITB, 2001 : 39-46. 3. Smith DJ. Dental caries vaccines : prospect and concerns. Crit Rev Oral Biol

Med. 2002: 13(4) : 335-49.

4. Robert MC, Riedy CA, Coldwell SE, et all. How xilitol-containing products

affect cariogenic bacteria. J Am Dent. 2002 : 113 : 435 – 9.

5. Hildebrandt GH, Sparks BS. Maintaining mutans streptococci suppression

with xilitol chewing gum. J Am Dent. 2010 : 131 : 913-5

6. Syafiq A, Setiarini A, Utari DM, dkk. Gizi dan kesehatan masyarakat. Edisi Revisi. Depok : Raja grafindo persada, 2009 : 29-40

7. Moazzez R, Bartlett D, Anggiansah A. The effect of chewing sugar-free

gumon gastro-esophageal reflux. J Am Dent. 2005 : 1064-65.

8. Berry J. Xilitol-containing oral syrup may prevent caries in children. J Am Dent Assoc 2010:140: 972

9. Goerge K, Stookey. The effect of saliva on dental caries. J Am Dent Assoc 2008: 139: 11-2

10.Gronroos L. Review of literature : General bacteriology aspects of mutans


(51)

11.Simon L. The role of Streptococcus mutans and oral ecology in formation of

dental caries. LURJ. Vol 2. 2007 : 1-17

12. Regina NS. The effect of mouthwash containing cetylpiridinium chloride on

salivary level of streptococcus mutans. Jurnal PDGI. 2007 : 57(1):19-24

13. White I, Oshima L, Leswara ND. Antimicrobial activity and

micropropagation of peperomia tetraphylia. Journal of Medicine. 2007: 1(1).

14. Dikri I, Soetanto S, Widjiastuti I. Kelarutan kalsium pada enamel setelah

direndam saliva buatan PH 5,5 dan PH 6,5 . Dent.J. Vol 36;(1) Jan 2003 :

7-10.

15. Moyniham P. Food and factors that protect against dental caries. British Nutrition Foundation. 2000 : 25:281-6

16. Roeslan BO. Imunologi oral: kelainan di dalam rongga mulut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI 2002:122-6.

17. Lamount RJ, Robert AB, Lantz MS, LeBlanc DJ.Oral microbiology and

immunology. Washington DC: ASM Press : 2008 : 233-5.

18. Bhatia R, Ichpujalni RL. Microbiology for dental students. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers, 2003 : 256-7

19.Marshall TA, Eichenberger-Gilmore JM,Larson MA, Warren JJ, Levy SM.

Comparison of the intakes of sugars by young children with and without dental caries experience. 2007 ; 138 : 39-40

20. Fejerskov O. Changing paradigsm in concept on dental caries : consequences


(52)

21. Rahardjo M.B, Melani PS, Kusumaningsih T, dkk. Hubungan antara tingkat

kedalaman karies dengan jumlah Streptococcus mutans dan Lactobaccilus Sp;

Dent.J Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III 6-9 Aug 2003 : 41-3. 22. Kunkel D. Science stock photography. 2006.

http://visualsunlimited.photoshelter.com/image/I0000rerlI9Vkbns. (15 November 2010).

23. Prestige. Dental care. 2011.

http://www.prestige-dental-care.com.my/blog/category/aesthetic-dentistry (1 januri 2011) 24. Britannica. 2011

(http://www.britannica.com/EBchecked/topic/442604/paraffin-wax) 25. Sabir A. Pengaruh mengkonsumsi permen yang mengandung asesulfam-k

(sugar free) atau sukrosa terhadap jumlah koloni bakteri streptococcus mutans pada saliva. Indonesian Journal of dentistry ; 14(1) : 35-40.


(1)

adalah 132,25, sedangkan pada sampel yang mengunyah paraffin wax adalah 198,31. Perbedaan rata-rata yng didapat pada penelitian ini juga sesuai dengan penelitan Gary H. Hildebrandt, yang juga menggunakan paraffin wax sebagai pambanding, menunjukkan bahwa xilitol dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans pada saliva. Hasil penelitian Gary H. Hildebrandt menunjukkan bahwa sampel yang mengunyah permen karet mengandung xilitol memiliki jumlah koloni jauh lebih rendah dibandingkan sampel yang tidak mengunyah permen karet mengandung xilitol.5

Penelitian Maryline Robert dkk juga menunjukkan hasil yang sama bahwa rata-rata jumlah koloni sampel yang mengkonsumsi permen karet xilitol lebih rendah dari pada rata-rata jumlah koloni sampel yang tidak mengkonsumsinya. Marylin melakukan penelitian di beberapa negara seperti Canada, Thailand, dan Prancis dan menghasilkan kesimpulan penelitian yang sama di 3 negara tersebut.4

Menurut Maryline Robert dkk, mekanisme yang membuat rata-rata jumlah koloni S.mutans pada pengunyah permen karet xilitol lebih rendah dibandingkan sampel yang tidak mengunyah permen karet mengandung xilitol. Hal ini disebabkan karena xilitol dapat menurunkan kemampuan bakteri untuk multiplikasi di dalam rongga mulut. Xilitol mampu menahan proses metabolisme sehingga asam laktat sebagai hasil metabolisme S.mutans tidak terbentuk dan enamel tidak terlarut. Selain itu, Trahan L. juga setuju bahwa xilitol dapat menurunkan jumlah koloni S.mutans karena xilitol tidak dapat difermentasi mikroorganisme mulut.4,5


(2)

lunak. Saliva masuk ke dalam rongga mulut melalui duktus dari kelenjar parotis, submandibular, dan kelenjar sublingual (kelenjar labial, lingual, bukal, dan palatal). Saliva mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan integritas dari suatu gigi geligi yaitu dengan cara membersihkan gigi geligi dari sisa-sisa makanan dan menyeimbangkan asam yang dapat melarutkan enamel. Salah satu komponen saliva yang berperan penting dalam proses buffering adalah bikarbonat. Selain bikarbonat juga terdapat fosfat, peptide, dan protein. Peran dari saliva ini bergantung pada cepat atau lambatnya aliran saliva kerongga mulut. Biasanya aliran saliva akan lambat atau menurun pada saat tidur. Maka dari itu, hal penting yang harus diingat adalah jangan mengkonsumsi makanan mengandung gula tinggi sebelum tidur karena fungsi protektif saliva akan menurun pada saat itu.1

Di Indonesia, masyarakat lebih banyak mengenal permen yang banyak mengandung gula dari pada permen yang mengandung xilitol (sugar free). Permen karet yang mengandung xilitol sangat baik untuk mereka yang ingin hidup sehat tanpa karies. Sedangkan permen yang mengandung sukrosa akan meningkatkan jumlah level koloni S.mutans yang akan memperparah kondisi rongga mulut apabila Oral hygiene tidak dijaga.


(3)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian permen karet mengandung xilitol terhadap jumlah koloni S.mutans dapat disimpulkan bahwa :

 Xilitol menunjukkan rata-rata jumlah koloni lebih rendah dibandingkan jumlah koloni sampel yang tidak mengunyah xilitol (paraffin wax)

7.2 Saran

 Perlu dilakukan penelitian tentang konsumsi xilitol dalam jangka waktu yang lama dan berulang-ulang apakah masih ada perbedaan bermakna dengan jumlah koloni sampel kontrol (yang tidak mengunyah permen karet xilitol).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Marsh PD ,Martin MV. Oral microbiology. 5th Ed. New York : Elsevier. 2009 : 30-2, 11-2, 74-5.

2. Rowson JE , Slaney AE. Dentistry. 1st Ed. Delhi, India ; AITB, 2001 : 39-46. 3. Smith DJ. Dental caries vaccines : prospect and concerns. Crit Rev Oral Biol

Med. 2002: 13(4) : 335-49.

4. Robert MC, Riedy CA, Coldwell SE, et all. How xilitol-containing products affect cariogenic bacteria. J Am Dent. 2002 : 113 : 435 – 9.

5. Hildebrandt GH, Sparks BS. Maintaining mutans streptococci suppression with xilitol chewing gum. J Am Dent. 2010 : 131 : 913-5

6. Syafiq A, Setiarini A, Utari DM, dkk. Gizi dan kesehatan masyarakat. Edisi Revisi. Depok : Raja grafindo persada, 2009 : 29-40

7. Moazzez R, Bartlett D, Anggiansah A. The effect of chewing sugar-free gumon gastro-esophageal reflux. J Am Dent. 2005 : 1064-65.

8. Berry J. Xilitol-containing oral syrup may prevent caries in children. J Am Dent Assoc 2010:140: 972

9. Goerge K, Stookey. The effect of saliva on dental caries. J Am Dent Assoc 2008: 139: 11-2

10.Gronroos L. Review of literature : General bacteriology aspects of mutans streptococci disseratation mannaheimintie . University of Helsinki, 2000.


(5)

11.Simon L. The role of Streptococcus mutans and oral ecology in formation of dental caries. LURJ. Vol 2. 2007 : 1-17

12. Regina NS. The effect of mouthwash containing cetylpiridinium chloride on salivary level of streptococcus mutans. Jurnal PDGI. 2007 : 57(1):19-24

13. White I, Oshima L, Leswara ND. Antimicrobial activity and micropropagation of peperomia tetraphylia. Journal of Medicine. 2007: 1(1). 14. Dikri I, Soetanto S, Widjiastuti I. Kelarutan kalsium pada enamel setelah

direndam saliva buatan PH 5,5 dan PH 6,5 . Dent.J. Vol 36;(1) Jan 2003 : 7-10.

15. Moyniham P. Food and factors that protect against dental caries. British Nutrition Foundation. 2000 : 25:281-6

16. Roeslan BO. Imunologi oral: kelainan di dalam rongga mulut. Jakarta: Balai Penerbit FK UI 2002:122-6.

17. Lamount RJ, Robert AB, Lantz MS, LeBlanc DJ.Oral microbiology and immunology. Washington DC: ASM Press : 2008 : 233-5.

18. Bhatia R, Ichpujalni RL. Microbiology for dental students. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers, 2003 : 256-7

19.Marshall TA, Eichenberger-Gilmore JM,Larson MA, Warren JJ, Levy SM. Comparison of the intakes of sugars by young children with and without dental caries experience. 2007 ; 138 : 39-40


(6)

21. Rahardjo M.B, Melani PS, Kusumaningsih T, dkk. Hubungan antara tingkat kedalaman karies dengan jumlah Streptococcus mutans dan Lactobaccilus Sp; Dent.J Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III 6-9 Aug 2003 : 41-3.

22. Kunkel D. Science stock photography. 2006.

http://visualsunlimited.photoshelter.com/image/I0000rerlI9Vkbns. (15 November 2010).

23. Prestige. Dental care. 2011.

http://www.prestige-dental-care.com.my/blog/category/aesthetic-dentistry (1 januri 2011) 24. Britannica. 2011

(http://www.britannica.com/EBchecked/topic/442604/paraffin-wax) 25. Sabir A. Pengaruh mengkonsumsi permen yang mengandung asesulfam-k

(sugar free) atau sukrosa terhadap jumlah koloni bakteri streptococcus mutans pada saliva. Indonesian Journal of dentistry ; 14(1) : 35-40.


Dokumen yang terkait

Efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur air rebusan daun sirih 10% dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung Cetylpiridinium Chloride (CPC) pada mahasiswa FKG USU

6 85 58

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) 2,5% pada Mahasiswa FKG USU

3 127 47

Perbedaan Laju Aliran Saliva Sebelum dan Sesudah Mengunyah Permen Karet Xylitol® pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

2 123 50

Perbandingan Jumlah koloni S.mutans pada Saliva setelah mengunyah Permen Karet mengandung xilitol dengan paraffin wax pada mahasiswa FKG USU angkatan 2007/2008

6 41 52

Pengaruh Mengunyah Permen Karet Rendah Gula terhadap Peningkatan Sekresi Saliva pada Pasien yang Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD Langsa

33 198 62

Perbandingan pH Saliva Sebelum dan Sesudah Menyikat Gigi dengan Pasta Gigi yang Mengandung Sorbitol dan Xylitol pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2007/2008

1 46 72

Perbandingan pH Saliva Sebelum Dan Sesudah Kumur-Kumur Dengan Larutan Sukrosa, Sorbitol dan Xylitol Pada Mahasiswa FKG USU

3 70 48

Perbedaan Laju Aliran Saliva yang Distimulasi dengan Mengunyah dan Menghisap Permen Karet pada Pasien Mengonsumsi Antidepresan dengan Xerostomia di RSUP Haji Adam Malik Medan

5 81 56

Prevalensi insomnia pada mahasiswa FKIK UIN angkatan 2011 pada tahun 2012

2 16 56

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur air rebusan daun sirih 10% dibandingkan dengan obat kumur yang mengandung Cetylpiridinium Chloride (CPC) pada mahasiswa FKG USU

1 2 10