Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) 2,5% pada Mahasiswa FKG USU

(1)

PENURUNAN JUMLAH BAKTERI DALAM SALIVA

SETELAH BERKUMUR LARUTAN EKSTRAK KAYU

MANIS (CINNAMOMUM BURMANII) 2,5%

PADA MAHASISWA FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkap Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh:

INDERJEET KAUR 110600171

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departmen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015

Inderjeet Kaur

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) 2,5% pada mahasiswa FKG USU.

x + 27 halaman.

Biofilm plak pada gigi merupakan suatu ekosistem bakteri. Jumlah bakteri yang tinggi di rongga mulut merupakan indikator risiko terjadinya karies. Kayu manis merupakan tanaman herbal yang memiliki daya antibakteri, antimikroba dan antijamur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis 2,5% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain pre and post test control group. Sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang mahasiswa FKG USU Medan, secara random dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yang berkumur 15 ml ekstrak kayu manis 2,5% dan kelompok kontrol yaitu berkumur 15 ml akuades selama 30 detik. Pengukuran jumlah bakteri dilakukan sebelum berkumur (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur (post test) di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Data jumlah bakteri sebelum berkumur dan setelah berkumur dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan selisih penurunan jumlah bakteri pada kelompok perlakuan yang berkumur ekstrak kayu manis 2,5% yaitu 71,47 x103 ±9,76 x103 CFU/ml dan pada kelompok kontrol yang berkumur akuades, 6,27 x103 ±3,65 x103 CFU/ml, hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan (p<0,05). Sebagai kesimpulan berkumur ekstrak kayu manis 2,5% lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva dibandingkan dengan akuades.


(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 20 Mei 2015 Pembimbing Tanda tangan


(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 20 Mei 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM ANGGOTA : 1. Simson Damanik, drg., M. Kes 2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp. Ort, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing, atas keluangan waktu, saran, dukungan, bantuan, motivasi, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departmen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memberikan masukan, dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Simson Damanik, drg., M. Kes dan Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran dukungan, dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Drs. Awaluddin Saragih, M. Si., Apt., selaku Ketua Laboratorium Obat Traditional Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang membantu dalam prosedur pembuatan obat kumur dan Dra Nunuk Priyani, M.Sc selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam yang membantu dalam prosedur perhitungan bakteri.


(6)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departmen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat- sahabat tersayang penulis, Katrina Kaur, Jasmin Kaur, Aswit Kaur , Neggy Yudibrata, Harween Kaur, Vinoshinie, serta teman-teman stambuk 2011, senior dan junior yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Gurmesh Singh atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.

Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada Ibunda Kuldip Kaur dan Almarhum Ayahanda Sarajit Singh atas perhatian, kasih sayang, doa, bimbingan semangat serta dukungan moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 20 Mei 2015 Penulis

(Inderjeet Kaur) NIM:110600171


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.3.1 Tujuan Umum... 4

1.3.2 Tujuan Khusus... 4

1.4 Hipotesis... 4

1.5 Manfaat Penelitian... 4

1.5.1 Bagi Pihak Sekolah... 4

1.5.2 Bagi Peneliti... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva………... 5

2.2 Obat Kumur…………... 7

2.3 Cinnamomum burmanii... 7

2.4 Klasifikasi...……...…... 8

2.5 Manfaat Cinnamomum burmanii... . 8

2.6 Pengaruh Cinnamomum burmanii terhadap jumlah bakteri…... 10

2.7 Perhitungan Jumlah Bakteri………... 10

2.8 Kerangka Teori……… 12

2.9 Kerangka Konsep…... . 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 14


(8)

3.4 Variabel Perlakuan dan Definisi Operasional... 15

3.5 Metode Penelitian... 16

3.5.1 Prosedur Pembuatan Obat Kumur... 16

3.5.2 Prosedur Berkumur... 17

3.5.3 Perhitungan Jumlah Bakteri ... 18

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 18

3.7 Etika Penelitian ... 19

3.8 Alur Penelitian ... 20

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 DMFT Kelompok Perlakuan dan Kontrol... 21

4.2 Rata-rata Jumlah Bakteri Sebelum Perlakuan pada Kelompok Kayu Manis 2,5% dan Kelompok Akuades………... 22

4.3 Rata-rata Jumlah bakteri Dalam Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis 2,5%... 22

4.4 Selisih Rata-rata Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Sebelum dan.Sesudah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis 2,5% dan Akuades....………. 23

BAB 5 PEMBAHASAN... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 26

DAFTAR PUSTAKA ... . 27 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. DMFT kelompok perlakuan dan kontrol ... 21 2. Rata-rata Jumlah Bakteri Sebelum Perlakuan pada Kelompok Kayu

manis 2,5% dan kelompok akuades……… 21

3. Rata - rata Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum dan Sesudah

Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis 2,5% dan Akuades... 22 4. Selisih Rata - Rata Penurunan Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Cinnamomum burmanii 9 2. Pohon Cinnamomum burmanii 9


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner pemilihan sampel

2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian 3. Informed Consent

4. Lembar hasil pemeriksaan

5. Surat izin melakukan penelitian di Fakultas Farmasi USU 6. Surat persetujuan komisi etik penelitian

7. Surat izin melakukan penelitian di Fakultas MIPA USU 8. Hasil pemeriksaan jumlah bakteri


(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departmen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015

Inderjeet Kaur

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis (Cinnamomum burmanii) 2,5% pada mahasiswa FKG USU.

x + 27 halaman.

Biofilm plak pada gigi merupakan suatu ekosistem bakteri. Jumlah bakteri yang tinggi di rongga mulut merupakan indikator risiko terjadinya karies. Kayu manis merupakan tanaman herbal yang memiliki daya antibakteri, antimikroba dan antijamur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis 2,5% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain pre and post test control group. Sampel penelitian adalah sebanyak 30 orang mahasiswa FKG USU Medan, secara random dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yang berkumur 15 ml ekstrak kayu manis 2,5% dan kelompok kontrol yaitu berkumur 15 ml akuades selama 30 detik. Pengukuran jumlah bakteri dilakukan sebelum berkumur (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur (post test) di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam USU. Data jumlah bakteri sebelum berkumur dan setelah berkumur dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan selisih penurunan jumlah bakteri pada kelompok perlakuan yang berkumur ekstrak kayu manis 2,5% yaitu 71,47 x103 ±9,76 x103 CFU/ml dan pada kelompok kontrol yang berkumur akuades, 6,27 x103 ±3,65 x103 CFU/ml, hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan signifikan (p<0,05). Sebagai kesimpulan berkumur ekstrak kayu manis 2,5% lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva dibandingkan dengan akuades.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain yang dapat mengganggu aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan Republik Indonesia melaporkan prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal masih tinggi yaitu berkisar 70-80%, dan penyebab utama kedua penyakit tersebut adalah plak. 1Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan masyarakat rumah tangga dan menempati peringkat ke-4 penyakit termahal dalam pengobatan menurut The World Oral Health Report tahun 2003.2 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007 , prevalensi karies aktif di Indonesia adalah sebesar 72,1%. Walaupun prevalensinya tinggi namun karies masih sering dianggap sepele oleh masyarakat.3

Biofilm plak merupakan suatu ekosistem bakteri.4 Plak pada gigi mengandung bakteri baik asidogenic dan asiduric. Meskipun banyak subspesies bakteri telah terbukti terkait dengan karies, Streptococcus mutans masih diyakini sebagai bakteri yang paling penting dalam inisiasi penyakit ini, sementara bakteri Lactobacillus berperan pada proses lesi karies lanjut. Oleh karena itu jumlah bakteri yang tinggi di rongga mulut merupakan indikator risiko terjadinya karies.5 Komponen saliva memainkan peran penting dalam proses adhesi bakteri dengan membentuk biofilm atau pelikal pada permukaan oral. Pemahaman tentang mekanisme pembentukan plak termasuk peran saliva dalam proses perkembangan karies dan periodontitis dapat mendorong desain langkah-langkah pencegahan yang efektif.6

Kontrol plak secara mekanis seperti menyikat gigi dan menggunakan benang gigi telah diterima secara universal untuk menjaga kesehatan mulut sejak awal 1960-an. Namun, penelitian telah menunjukkan bahwa kebanyakan pasien tidak efektif membersihkan bagian interdental untuk menyingkirkan plak gigi secara rutin. Obat kumur antimikroba yang diakui American Dental Association (ADA) terbukti mem-


(14)

bantu mencegah dan mengurangi plak dan gingivitis apabila digunakan secara rutin dalam regimen membersihkan mulut.7

Banyak bahan kimia yang memiliki sifat antiseptik atau antimikroba digunakan untuk menghambat pertumbuhan plak supragingiva dan perkembangan gingivitis.Di- antaranya adalah senyawa fenolik, bis-biguanidaes, pirimidin, campuran quaternanry ammonium, agen oksigenasi, halogen, garam logam berat dan di antara bahan kimia ini, khlorheksidin adalah antiseptik yang paling efektif dalam menghambat plak dan mencegah gingivitis bila digunakan dua kali sehari sebagai obat kumur.8 Menurut penelitian Rashad JM, saat ini khlorheksidin adalah agen kemoterapi yang paling ampuh terhadap Streptococcus mutans dan pencegahan karies gigi, namun kejadian efek samping seperti perubahan warna gigi, mulut terasa kekeringan dan sensasi terbakar di mulut membuat pasien tidak senang menggunakan obat kumur ini.9 Dalam mengatasi efek samping tersebut, World Health Organization (WHO) menganjurkan para peneliti untuk meneliti kemungkinan produk-produk alami seperti herbal dan ekstrak tanaman.8

Produk alami sekarang disukai oleh sebagian besar penduduk dan telah dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba. Salah satu tanaman herbal ini adalah Cinnamomum burmanii yang juga dikenal sebagai kayu manis.9 Pohon kayu manis merupakan tumbuhan asli Asia Selatan, Asia Tenggara dan daratan Cina, Indonesia termasuk di dalamnya.2 Kayu manis umumnya digunakan dalam memasak untuk aroma, dan rasa. Secara historis, kayu manis telah digunakan oleh orang Mesir untuk pembalseman, kemungkinan besar karena sifat antimikrobanya. Menurut penelitian Agabalogun L dkk, eugenol dan sinamaldehida adalah dua komponen kimia utama dalam kayu manis yang bermanfaat bagi kesehatan. Eugenol mengandung sifat antivirus in vitro. Selain itu, eugenol dan sinamaldehida menunjukkan keberhasilan dalam menghambat pertumbuhan bakteri H. pylori yang hadir dalam perut.10 Penelitian Jinan R dkk pada tahun 2008 menunjukkan ekstrak kayu manis dapat digunakan untuk menghindari karies walaupun efektifitasnya dalam menginhibisi bakteri kariogenik lebih kurang apabila dibanding dengan khlorheksidin. 9


(15)

bioaktif mayor kayu manis (Cinnamomum burmannii) terhadap kegiatan bakteri patogenik makanan. Penelitian ini menunjukkan bahwa kayu manis tidak hanya memiliki komponen bioaktif sinamaldehida tetapi juga mengandung banyak proanto- sianidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sinamaldehida memiliki sifat antibakteri ampuh melawan bakteri yang diuji yaitu Bacillus cereus , Listeria monocytogenes ,Streptococcous aureus, E.coli dan Streptococcus anatum. Sinamal- dehida memiliki spektrum penghambatan yang luas yaitu nilai diameter zona hambatan sebesar 22,3-68,6 mm , kadar hambat minimum (KHM) sebanyak 125-500 Ig / mL dan kadar bunuh minimum (KBM) sebanyak 250-2500 Ig / mL.11

Mekanisme penghambatan bakteri oleh minyak atsiri kayu manis melibatkan beberapa aksi dan hal ini dimungkinkan karena sifat hidrofobisitasnya. Kandungan minyak atsiri dapat mempengaruhi lapisan lipid bi-layer membran sel sehingga menjadikannya lebih permeabel, sehingga menyebabkan kebocoran isi sel vital. Hasil penelitian yang dilakukan Mutma Inna dkk pada tahun 2010 menunjukkan zat aktif sinamaldehida dan eugenol pada minyak atsiri kayu manis dapat menghambat biofilm secara alami. Adanya sifat antibiofilm ini kemungkinan membuat minyak atsiri kayu manis menjadi zat aktif yang dimasukkan dalam permen karet, sehingga dapat digunakan sebagai bahan antibiofilm.2 Penelitian Shaymaa K dkk menyatakan pada konsentrasi 2,5% ekstrak minyak kayu manis terdapat penurunan pada bakteri Streptococcus mutans setelah 1 menit berkumur.12

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak ka - yu manis 2,5% pada mahasiswa FKG USU selama 30 detik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang lebih lanjut mengenai peranan kayu manis dalam pencegahan karies, sehingga pengunaan obat kumur ekstrak kayu manis dapat dijadikan alternatif pengganti obat kumur kimia di pasaran.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur ekstrak kayu manis 2,5% dibandingkan dengan akuades selama 30 detik?


(16)

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis 2.5% selama 30 detik dibanding-kan dengan akuades.

Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata jumlah bakteri dalam saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan selisih rata-rata jumlah bakteri dal- am saliva sebelum dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol

1.4 Hipotesis.

Ada perbedaan penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur ekstrak kayu manis 2,5% dibandingkan dengan akuades.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada masyarakat luas mengenai manfaat tentang ekstrak kayu manis dalam pemeliharaan kesehatan rongga mulut.

2. Manfaat teoris

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dan informasi untuk melakukan pe- nelitian lebih lanjut pada masa yang akan datang sehingga dapat dikembangkan untuk digunakan sebagai metode tambahan pemeliharaan oral higiene.

3. Manfaat peneliti


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva

Mulut harus dalam keadaan lembab dan dilumasi oleh saliva yang mengalir supaya dapat membentuk sebuah film tipis pada permukaan rongga mulut. Saliva memasuki rongga mulut melalui kelenjar parotid utama, submandibular dan kelenjar sublingual serta dari kelenjar kecil mukosa mulut.13 Saliva mengandung elektrolit seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, bikarbonat, fosfat, serta, immunoglobulin, protein, enzim, mucins, urea, dan ammonia. Komponen ini mempunyai sifat antibakteri dan membantu dalam memodulasi tempat perlekatan bakteri pada biofilm plak.14

Beberapa faktor yang saling terkait dalam pembentukan karies adalah seperti gigi dan saliva (host), mikroorganisme dan substrat kariogenik. Semua faktor ini berinter- aksi dalam jangka waktu tertentu, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam dem- ineralisasi dan remineralisasi antara permukaan gigi dan plak yang berdekatan (biofilm).5 Dr.WD Miller merupakan orang pertama yang menggambarkan karies se- bagai aksi dari asam organik terhadap kalsium fosfat pada gigi. Ia memperlihatkan bila gigi diinkubasi dengan saliva dan karbohidrat, asam akan terbentuk dan menguraikan bagian gigi yang termineralisasi. Ia menyimpulkan bahwa asam yang dibentuk oleh bakteri dalam saliva menguraikan gigi.15

Fungsi saliva adalah16:

1.Sebagai cairan pelumas dengan jalan melapisi dan melindungi mukosa terha- dap iritasi mekanis, kimiawi, termis, membantu kelancaran aliran udara, dan mambantu pembicaraan dan penelanan makanan.

2.Sebagai cadangan ion-ion karena cairannya yang jenuh terutama dengan ion kalsium akan memfasilitasi proses remineralisasi gigi.

3.Berperan sebagai buffer yang membantu menetralkan pH plak sesudah makan, sehingga mengurangi waktu terjadinya demineralisasi.


(18)

. 5.Sebagai antimikroba dan juga mengontrol mikroorganisme rongga mulut secara spesifik misalnya dengan sIgA, dan non spesifik misal dengan adanya lisosim, laktoferin, sialoperoksidase.

6.Kemampuan aglutinasi dengan adanya agregasi dan mempercepat pembersihan sel-sel bakteri.

7.Membentuk pelikel yang berfungsi sebagai barier misalnya terhadap asam hasil fermentasi sisa-sisa makanan.

8.Membantu pemecahan makanan dan pencernaan karena ensim amilase.

9.Berperan dalam pengecapan rasa, karena kandungan protein yang berperan dalam interaksi antara makanan dengan kuncup perasa pada sel indera pengecap rasa terutama pada dorsum lidah.

10.Ekskresi, mengingat rongga mulut secara teknis langsung berhubung dengan bagian luar tubuh substansi yang disekresikan akan dibuang,

11.Keseimbangan air dalam keadaan dehidrasi, aliran saliva akan menurun dan rongga mulut akan terasa kering sehingga orang akan merasa haus.

Saliva yang melapisi seluruh bagian di rongga mulut akan berinteraksi secara selektif dengan bakteri dan membentuk salivary acquired pellicle. Interaksi bakteri pada komponen saliva tergantung pada afinitas komponen tersebut dan juga kuantitas bakteri dalam saliva. Saliva mempunyai adesin yaitu reseptor spesifik membantu perlekatan bakteri pada permukaan gigi.Adhesi bakteri adalah selektif. Setelah adhesi awal, bakteri akan berkembang biak dan mengikat bakteri lain pada rongga mulut.6 Saliva juga berperan menetralisir asam yang diproduksi dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme di rongga mulut dengan memperbaiki demineralisasi yang terjadi apabila pH plak gigi dibawah batas 5,5 hingga 6,0. Hasil karbohidrat yang difermentasi oleh mikroorganisme dalam plak akan memproduksi asam yang akan menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. Secara singkat, penurunan pH plak gigi karena produksi asam oleh bakteri menyebabkan jumlah kalsium dan fosfat menurun. 17


(19)

2.2 Obat Kumur

Penggunaan obat kumur menjadi sebuah kunci penting dalam memelihara oral higiene yang baik. Obat kumur dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu: antiseptik, antibiotik, enzim, modifying agent, anti adhesive. Obat kumur antiseptik sering digunakan karena tidak menyebabkan toksisitas sistemik atau resistensi mikroba, dan merupakan agen antimikroba yang berspektrum luas. 18

Antiseptik adalah agen kimia yang digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme rongga mulut dalam berbagai cara yaitu dengan memproduksi kematian sel, menghambat reproduksi mikroba dan menghambat metabolisme sel.7 Walaupun Khlorheksidin merupakan bahan kemoter- api dalam mencegah karies gigi, namun kejadian efek samping seperti perubahan warna gigi, rasa yang tidak diinginkan, kekeringan dan sensasi terbakar di mulut me- mbuat pasien tidak mau menggunakan obat kumur ini.9

2.3 Cinnamomum burmanii

Jenis kayu manis yang banyak ditanam di Indonesia adalah C. burmanii, C. zeylanikum dan C. cassia. Disamping itu, kayu manis juga banyak tumbuh liar dihutan-hutan yaitu jenis C. massoi dan C. culilawan. Kelima jenis kayu manis ini dapat menghasilkan minyak atsiri, terutama dari kulit dan daunnya. Cinnamomum burmanii umumnya dibudidayakan oleh rakyat dan daerah penghasil utamanya adalah Sumatera Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Pada umumnya tanaman kayu manis ini dapat tumbuh baik pada daerah-daerah dengan ketinggian 500 sampai 1.200 meter diatas permukaan laut, di mana kelembaban dan curah hujan yang tinggi serta jenis tanahnya andosol. C burmanii yang tumbuh pada daerah dataran tinggi, dan diperdagangkan dalam bentuk kulit, di Indonesia lebih dikenal dengan cassia vera Indonesia. Tanaman kayu manis pohonnya mencapai tinggi antara 8 - 27 m, dengan panjang daun antara 5 - 17 cm dan lebar daun 3 - 10 cm. Warna daun hijau muda, dan pucuk berwarna merah muda . Komponen kimia dalam kayu manis termasuk eugenol, etil sinamat, metil chavicol, linalool, sinamaldehid dan beta-caryophyllene.19


(20)

(a) (b)

Gambar 1 (a) Cinnamomum burmanii (b) Pohon Cinnamomum burmanii

2.4 Klasifikasi

Taksonomi pohon kayu manis:2 Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trancheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Gymnospermae Kelas : Magnoliopsida Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Cinnamomum

Spesies : Cinnamomumburmanii

2.5 Manfaat Cinnamomum burmanii

Kulit kayu manis digunakan di seluruh dunia sebagai bumbu dan perasa. Selain digunakan sebagai bahan masak, kayu manis mempunyai manfaat terhadap kesehatan tubuh manusia serta kesehatan gigi dan mulut. Umumnya kayu manis diolah dengan cara destilasi sehingga menjadi minyak kayu manis dan terbukti memiliki kandungan nutrisi yang mempunyai efek farmakologi yaitu sebagai peluruh kentut (carminative), peluruh keringat (diaphoretic), antirematik, penambah nafsu makan (stomachica),


(21)

penghilang rasa sakit (analgesic), antibakteri, antijamur dan lain-lain.2 Antara manfaatnya adalah:

a. Anti bakteri

Kandungan utama kayu manis adalah senyawa sinamaldehida dan eugenol. Kandungan tersebut memiliki sifat antibakteri dengan mempengaruhi lapisan bilayer membran sel bakteri. Ini menjadikannya lebih permeabel, sehingga menyebabkan kebocoran isi sel vital. Penurunan enzim bakteri juga merupakan mekanisme aksi penghambatan bakteri oleh minyak atsiri kayu manis.2

b. Anti inflamasi

Menurut penelitian di The University of Texas , kayu manis dapat mengurangi peradangan kronis terkait dengan gangguan neurologis seperti penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, tumor otak, dan meningitis.20

c. Anti diabetes

Penelitian Alam Khan dkk menunjukkan bahwa asupan 1, 3, atau 6 g kayu manis per hari dapat mengurangi glukosa serum, trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total pada orang dengan diabetes tipe 2 dan menunjukkan bahwa orang dengan diabetes tipe 2 yang mengkonsumsi kayu manis dalam diet seharian dapat mengurangi faktor resiko yang terkait dengan penyakit kardiovaskular dan diabetes.21 d. Anti jamur

Resin akrilik sering digunakan sebagai bahan gigi tiruan, khususnya basis gigi tiruan. Adanya rongga-rongga mikro pada gigi tiruan menjadi tempat perlekatan sisa-sisa makanan yang dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, salah satunya ialah jamur Candida albicans. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak kayu manis dapat menghambat pertumbuhan jumlah Candida albicans pada plat resin akrilik.20

Kayu manis secara tradisional telah digunakan untuk mengobati sakit gigi dan melawan bau mulut. Kayu manis juga dipercaya dapat mencegah masuk angin, mual, dan membantu dalam pencernaan. Kayu manis juga dipercayai dapat meningkatkan energi dan sirkulasi darah. Selain itu, kayu manis juga kaya dengan zat besi, mangan, kalsium dan serat. Kombinasi ini membantu untuk mengurangi dan menghilangkan


(22)

empedu, dan kemudian mencegah kerusakan pada sel-sel usus besar atau timbulnya kanker usus besar.20

2.6 Pengaruh Cinnamomum burmanii terhadap jumlah bakteri

Ekstrak kayu manis mengandung minyak atsiri yang kaya dengan senyawa – senyawa seperti kamfer, safrol, sinamaldehid , sinamil asetat, terpen sineol,sitral, sitronela, polifenol dan benzaldehid. Namun komponen terbesar kayu manis adalah sinamaldehid 55-65% dan eugenol 4-8%.2

Penelitian Mutma Inna dkk menyatakan bahwa minyak atsiri kayu manis memiliki dua senyawa aktif antibakteri yaitu fenolik dan sinamaldehid. Kemampuan antibakteri senyawa tersebut adalah dengan merusak protein sel bakteri sehingga mengacaukan membran sel bakteri atau membuat enzim-enzim tertentu tidak menjadi aktif. Selain senyawa golongan fenilpropanoid seperti eugenol dan sinamaldehid, minyak atsiri kayu manis mengandung senyawa golongan terpenoid. Senyawa tersebut dapat terakumulasi dalam jaringan lipid membran sel bakteri dan menyebab- kan terganggunya struktur dan fungsi membran sel disebabkan oleh penambahan volume sel dan perubahan permeabilitas membran sel bakteri.2 Mekanisme pengham- batan bakteri oleh komponen aktif kayu manis melibatkan beberapa aksi dan hal ini dimungkinkan karena sifat hidrofobitasnya.2 Molekul hidrofobik dapat melewati dinding sel bakteri gram positif.22 Ini dapat mempengaruhi lapisan lipid bilayer membran sel sehingga menjadikannya lebih permeabilitas, sehingga menyebabkan kebocoran sel vital. Penurunan aktivitas enzim bakteri juga merupakan mekanisme aksi penghambatan bakteri oleh minyak atsiri kayu manis.2

2.7 Penghitungan Jumlah Bakteri

Terdapat beberapa metode dalam perhitungan jumlah bakteri misalnya : 1. Metode direct count

Pada metode direct count ini tidak dapat dibedakan sel bakteri yang hidup dan sel bakteri yang mati. Perpanjangan dari metode ini adalah penggunaan fluorescent stains dengan mikroskop epifluorescence. Alat dan bahan utama yang digunakan


(23)

untuk metode ini adalah mikroskop, kamar penghitung bakteri atau membrane filter, penyangga kaca preparat, biological stains dan tabung kapiler. Jumlah bakteri dapat dihitung dengan penghitungan secara langsung secara mikroskopik dari sampel yang telah diatur markanya atau daerah pada kaca preparat kemudian bakteri dihitung perbidang.23

2. Metode plate count

Metode plate count adalah metode yang didasarkan pada perhitungan sel yang terlihat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan sampel awal ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran secara seri, dilanjutkan dengan menanam hasil dari pengenceran secara seri ke dalam plate count agar dengan teknik tuang atau tebar. Teknik tuang menggunakan plate count agar cair yang dituang ke dalam plat dan dicampur dengan sampel hasil dari pengenceran seri, sedangkan teknik tebar dilakukan dengan menebarkan sampel hasil pengenceran seri ke permukaan plate count agar padat. Plat yang sudah disiapkan kemudian diinkubasi dan koloni yang diamati pada plat plate count agar dihitung dengan satuan colony forming unit (CFU). Perhitungan CFU mengasumsikan setiap koloni terpisah dan dapat ditemukan sebagai satu sel mikroskopik yang terlihat.23


(24)

2.8 Kerangka Teori

Penurunan jumlah bakteri dalam saliva

Ekstrak kayu manis 2,5% Akuades

Komponen aktif: sinamaldehid, fenolik dan terpenoid

Sifat antibakteri

Menghancurkan dinding sel bakteri

Kematian sel

Aksi mekanis berkumur menstimulasi mechanoreceptors

pada jaringan gingiva

Produksi dan aliran saliva meningkat

Efek buffer dari saliva mengeliminasi jumlah bakteri


(25)

2.9 Kerangka Konsep

Variabel bebas:

Berkumur dengan ekstrak kayu manis 2,5% dan akuades

Variabel terikat: Jumlah bakteri dalam

saliva (CFU/ml)

Variabel terkendali:

1.Volume obat kumur: 15 ml 2.Lama berkumur: 30 detik

3.Konsentrasi ekstrak kayu manis: 2,5%


(26)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan pre and post test control group dengan melakukan observasi sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat

1. Laboratorium Obat Traditional Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara: untuk pembuatan ekstrak kayu manis dan formulasi obat kumur.

2. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara: untuk perhitungan jumlah bakteri sebelum dan sesudah berkumur ekstrak kayu manis dan akuades.

3. Laboratorium Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara: sebagai tempat pelaksanaan berkumur.

3.2.2. Waktu

Waktu yang dibutukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah 10 bulan (Juli 2014- Mei 2015) untuk pembuatan ekstrak kayu manis, memformulasi obat kumur, mencari sampel penelitian, analisis data dan pembuatan laporan.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi angkatan 2011-2013.Jumlah dan sampel yang disarankan menurut Frankel dan Wallen adalah sebanyak 15 subjek per group untuk penelitian eksperimen.. Sampel dibagi secara


(27)

random menjadi 2 kelompok berkumur akuades dan kelompok perlakuan berkumur 2,5% ekstrak kayu manis.

Kriteria Inklusi:

1.Kooperatif dan bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent.

2.Mempunyai skor DMFT maksimal 5 yang lebih cenderung ke decay dan filling (Menurut kriteria inklusi penelitian oleh Gupta mengenai efek obat kumur ekstrak Ocimum sanctumand terhadap plak dan inflamasi gingival).

Kriteria Eksklusi:

1. Sedang memakai pesawat ortodonti cekat atau lepasan 2. Pemakai protesa

3. Penderita penyakit sistemik saluran pernafasan, kelainan jantung dan penyakit DM serta alergi terhadap kayu manis.

4. Mengkonsumsi antibiotik sejak 3 bulan sebelum pemeriksaan 5. Sedang menggunakan obat kumur antiseptik

6. Gigi berjejal 7. Perokok

3.4Variabel dan Definisi Operasional 1. Variable bebas:

Berkumur ekstrak kayu manis: berkumur larutan ekstrak kayu manis dengan konsentrasi 2,5% dan akuades sebanyak 15ml selama 30 detik.

2. Variabel terikat :

Jumlah bakteri: jumlah bakteri sebelum berkumur dan sesudah berkumur yang dihitung dengan Colony Forming Unit (CFU) di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA, USU.


(28)

a. Volume obat kumur ekstrak kayu manis yang digunakan: 15 ml b. Lama penggunaan obat kumur ekstrak kayu manis : 30 detik

c. Konsentrasi 2,5% ekstrak kayu manis dalam obat kumur ekstrak kayu manis d. Volume akuades: 15 ml

3.5 Metode penelitian

3.5.1 Prosedur pembuatan obat kumur a. Pembuatan ekstrak kayu manis

1.Sebanyak 500gr kayu manis yang segar dan tidak berjamur diseleksi dan dicuci bersih dengan air mengalir dan ditiriskan.

2.Kayu manis yang telah dicuci lalu ditimbang seberat 100gr dan dicatat berat basahnya.

3.Kayu manis dikeringkan dalam lemari pengering sampai kering dengan suhu 40°C (simplisia).

4.Kayu manis kemudian ditumbuk dengan mortal dan diblender sampai menjadi serbuk.

5.Serbuk ditimbang 100 gr kemudian dimasukkan dalam wadah bertutup. 6.Tambahkan etanol 96% untuk perendaman seluruh simplisia terendam lalu disimpan dalam wadah tertutup dan di rendam selama 1 jam pada suhu 25°C.

7.Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkulator yang sudah diberi kapas saring pada dasarnya dan kemudian dituangkan ethanol 96% sampai hampir penuh.

8.Perkulator ditutup dengan aluminium foil serta dibiarkan selama 24 jam.

9.Setelah 24 jam, keran perkulator dibuka serta dibiarkan cairan menetes dengan kecepatan 20 tetes/menit, ethanol 96% ditambah berulang-ulang secukupnya supaya massa kayu manis tidak kekeringan dan sampai sari kayu manis (perkolat) yang keluar tidak berwarna.


(29)

katkan dengan menggunakan water bath.

11.Ekstrak dimasukkan dalam botol kaca dan disimpan dalam kulkas.

b. Formulasi Obat Kumur

1. Ekstak kayu manis 2,5% berarti mengandungi 2,5gr ekstrak kayu manis dalam 100ml larutan obat kumur dan dimasukkan ke dalam mortal. Larutan obat kumur yang dibuat sebanyak 500ml. Ekstrak kental kayu manis ditimbang sebanyak 12,5 gram dan dilarutkan dengan 450ml akuades.

2. Tambahkan Carboxymethyl cellulose (CMC) 0,3% sebanyak 15 gram sebagai suspending agent dalam ekstrak kental tersebut. Diaduk dengan stamfer sampai homogen.

3. Tambahkan bahan penyegar dan rasa ( 5 tetes peppermint oil dan sorbitol 10% secukupnya ke dalam mortal lalu diaduk sampai homogen.

4. Obat kumur placebo hanya diberikan 5 tetes pepermint oil dan sorbitol 10%.

3.5.2 Prosedur berkumur

1. Seluruh subjek sebanyak 30 orang dikumpulkan di Laboratorium DPH Fakultas Kedokteran Gigi USU untuk diberi penjelasan mengenai prosedur penelitian dan diberi informed consent untuk ditandatangani. Subjek dibagi secara acak menjadi 2 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas 15 orang yaitu kelompok perlakuan berkumur 2,5% ekstrak kayu manis dan kelompok kontrol berkumur akuades. Penelitian pada kedua kelompok dilakukan pada hari dan waktu yang sama. 2. Sebelum memulai penelitian, sampel saliva kedua kelompok ditampung.

Subjek diminta untuk mengunyah cotton roll selama 1 menit dan kemudian saliva yang dirangsang akan ditampung dalam tabung yang steril (pre test) dan ditutup rapat.


(30)

3. Seterusnya, subjek kelompok perlakuan diberi obat kumur kayu manis de-ngan konsentrasi 2,5% sebanyak 15 ml untuk berkumur selama 30 detik dan subjek kontrol diberi akuades sebanyak 15ml untuk berkumur selama 30 detik.

4. Setelah berkumur,air kumur dibuang dan subjek diminta untuk mengunyah cotton roll selama 1 menit dan kemudian saliva dari kedua kelompok ditampung sebanyak 1ml dalam tabung steril dan ditutup. Saliva ditampung dengan cara subjek diminta untuk duduk dengan nyaman dalam posisi tegak dan kepala mereka dimiringkan sedikit sehingga saliva dari mulut mengalir ke dalam tabung yang steril dan setelah itu tabung ditutup rapat. Kemudian saliva yang ditapung dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA USU paling lama 1 jam untuk dilakukan perhitungan jumlah bakteri.

3.5.3Perhitungan jumlah bakteri

1. Sebanyak 1ml saliva (pre test) dan 1ml sampel saliva (posttest) pada 2 kelompok dipindahkan ke tabung reaksi untuk melakukan pengenceran secara seri. 2. Pengenceran secara seri dilakukan pada kedua sampel pre dan post test yaitu dengan menyediakan 3 tabung reaksi berisi 9ml sodium chloride 0,9%. Pada setiap tabung reaksi diberi nomor satu sampai tiga, tabung nomor satu adalah tabung yang berisi air kumur yang sekaligus dihitung sebagai pengenceran pertama kemudian dihomogenisasikan, setelah suspensi tersebut homogen dengan pipet steril dimasukkan kedalam tabung nomor dua, dikocok sampai homogen sehingga terjadi pengeceran, dari tabung nomor dua diambil suspensi sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet steril kembali, masukkan ke dalam tabung nomor tiga, dikocok hati-hati sampai homogen sehingga terjadi pengenceran.

3. Suspensi saliva dari pengenceran tabung ketiga, diambil dengan pipet steril sebanyak 0,1ml, kemudian disebar pada piring petri steril yang mengandungi natrium agar NA dengan menggunakan hockey stick.


(31)

4. Tahap selanjutnya, piring petri dimasukkan dalam incubator 37°C selama 2X24jam.

5. Sesudah 48 jam, jumlah bakteri pada setiap piring dihitung dengan Colony Forming Unit (CFU).

3.6 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu dianalisis dengan uji statistik uji t berpasangan untuk menghitung perbedaan rata-rata jumlah bakteri sebelum (baseline salivary bacterial count) dan sesudah berkumur ekstrak kayu manis dan akuades. Kemudian dianalisa perbedaan selisih jumlah bakteri antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji t tidak berpasangan.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian ini mencakup: 1.Ethical Clearance

Peneliti menunjukan lembar persetujuan pelaksana penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

2.Lembar persetujuan ( inform consent )

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian dan mendapatkan tandatangan responden di inform consent.


(32)

3.8 Alur Penelitian

Pembuatan ekstrak kayu manis 2,5%

Subjek penelitian dipilih sesuai kriteria inklusi dan

ekslusi

Kelompok perlakuan Kelompok Kontrol

Sampel saliva ditapung dalam tabung steril sebelum berkumur sebagai sampel sebelum perlakuan (pretest) baseline

Berkumur dengan 15 ml ekstrak kayu manis 2.5% selama 30 detik

kemudian air kumur dibuang

Subjek diminta mengunyah cotton roll dan saliva yang dirangsang akan

ditampung dalam tabung yang steril 1 menit setelah berkumur (post test)

Sampel sebelum perlakuan dan sampel setelah perlakuan dibawa ke laboratorium mikrobiologi Fakultas MIPA USU untuk pemeriksaan jumlah

bakteri

Berkumur dengan 15 ml akuades selama 30 detik kemudian air

kumur dibuang

Subjek diminta mengunyah cotton roll dan saliva yang dirangsang

akan ditampung dalam tabung yang steril 1 menit setelah


(33)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 DMFT Kelompok Perlakuan dan Kontrol

Pada kelompok perlakuan rata-rata jumlah decay adalah 0,93 ± 0,96, missing adalah 0,40 ± 1,12 dan filling sebanyak 0,67 ± 0,98 sementara pada kelompok kontrol rata-rata jumlah decay adalah 1,87 ± 0,83, missing adalah 0,47 ± 0,83 dan filling sebanyak 0,53 ± 0,83. Rata-rata DMFT kelompok perlakuan adalah 2,00 ± 1,20 dan pada kelompok kontrol 2,87 ± 0,99. Hasil statistik menunjukkan ada perbedaan signi-fikan antara DMFT kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p<0,05). (Tabel 1)

Tabel 1. Gambaran DMFT kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol

Kelompok Pengalaman Karies

X̅ ± SD

Hasil Analisis Statistik

D M F DMFT

Perlakuan (berkumur ekstrak kayu manis 2,5%)

0,93 ± 0,96 0,40 ± 1,12 0,67 ± 0,98 2,00 ± 1,20 p=0,040

Kontrol (berkumur akuades) 1,87 ± 0,83 0,47 ± 0,83 0,53 ± 0,83 2,87± 0,99

4.2 Rata-rata Jumlah Bakteri Sebelum Berkumur pada Kelompok Kontrol dan Perlakuan.

Rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur pada kelompok perlakuan adalah lebih tinggi dari kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur ekstrak kayu manis 2,5% dan akuades (p<0,05) (Tabel 2).


(34)

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Bakteri Sebelum Perlakuan pada Kelompok Kayu Manis 2,5% dan Kelompok Akuades

Kelompok Rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur

(CFU/ml) X̅ ± SD

Hasil Analisis Sttistik

Perlakuan (berkumr ekstrak kayu manis 2,5%)

227,93x103 ± 37,92x103 p=0,017 Kontrol (berkumur akuades) 260x103 ± 30,96x103

4.3 Rata-rata Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis 2,5% dan Akuades

Pada kelompok perlakuan, rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur sebesar 227,93x103 ± 37,92x103 CFU/ml dan setelah berkumur yaitu 156,47x103 ± 40,76x103 CFU/ml, hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05). Pada kelompok kontrol, rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur sebesar 260x103 ± 30,96x103 CFU/ml dan setelah berkumur ada penurunan jumlah bakteri dalam saliva yaitu 253,73x103 ± 32,87x103 CFU/ml, hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p< 0,05) (Tabel 3).


(35)

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis 2,5% dan Akuades

Kelompok n Rata- rata jumlah bakteri X̅ ± SD

Hasil Analisis Statistik Sebelum berkumur (CFU/ml) Sesudah berkumur (CFU/ml) Perlakuan (berkumur

ekstrak kayu manis 2,5%)

15 227,93x103 ± 37,92x103

156,47x103 ± 40,76x103

p = 0,0001

Kontrol (berkumur akuades)

15 260x103 ± 30,96x103

253,73x103 ± 32,87x103

p = 0,0001

4.4 Selisih Rata-rata Penurunan Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum dan

Sesudah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis 2,5% dan Akuades.

Pada kelompok perlakuan, selisih jumlah bakteri sebelum berkumur ekstrak kayu manis dan sesudah berkumur ekstrak kayu manis adalah sebesar 71,47 x103 ± 9,76 x103 CFU/ml, lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu 6,27 x103 ± 3,65 x103 CFU/ml. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05). Hal ini menunjukkan berkumur ekstrak kayu manis lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri dalam saliva dibandingkan akuades (Tabel 4).

Tabel 4. Selisih Rata-Rata Penurunan Jumlah Bakteri dalam Saliva Sebelum dan Sesudah Berkumur Ekstrak Kayu Manis 2,5% dan Akuades.

Kelompok n Selisih jumlah bakteri

(CFU/ml) X̅ ± SD

Hasil Analisis Statistik Perlakuan (berkumur

ekstrak kayu manis 2,5%)

15 71,47 x103 ±9,76 x103 p = 0,0001

Kontrol (berkumur akuades)


(36)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil uji statistik jumlah bakteri sebelum perlakuan (pre test) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok berkumur ekstrak kayu manis 2,5% (227,93x103 ± 37,92x103) CFU/ml dengan kelompok berkumur akuades (260x103 ± 30,96x103CFU/ml) (p<0,05). Hal ini mungkin disebabkan pembagian sampel dalam kedua kelompok tidak dilakukan dengan tepat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan DMFT pada awal penelitian antara kedua kelompok dimana rata-rata jumlah decay pada kelompok kontrol (1,87 ± 0,83) adalah lebih banyak daripada kelompok perlakuan (0,93 ± 0,96) dan ini mengakibatkan jumlah bakteri sebelum berkumur pada kelompok kontrol lebih tinggi dari kelompok perlakuan. Penelitian Marcia dkk mengenai DMFT dan analisis mikrobiologi Streptococcus mutans pada pasien dengan kebutuhan khusus menyatakan bahwa menurut beberapa penulis, adanya gigi yang karies meningkatkan jumlah bakteri Streptococcus mutans dalam saliva dan biofilim gigi.27

Hasil peneltian menujukan bahwa terdapat penurunan jumlah bakteri yang signifikan pada kelompok berkumur ekstrak kayu manis 2,5% dan kelompok berkum-ur akuades (p<0,05). Pada kelompok perlakuan terlihat adanya penberkum-urunan jumlah bakteri sebanyak 71,47 x103 ± 9,76x103 CFU/ml sesudah berkumur dengan larutan ekstrak kayu manis. Hal ini sesuai dengan penelitian Shaymaa K dkk yang menyata -kan bahwa terdapat penurunan jumlah bakteri setelah 1 menit berkumur ekstrak min yak kayu manis pada konsentrasi 2,5%.12 Hal ini disebabkan karena ekstrak kayu manis memiliki sifat antibakteri dengan adanya komponen bioaktif yaitu minyak atsiri (sinamaldehid) dan tanin (proanthocyanidins). Senyawa tersebut dapat merusak protein sel bakteri sehingga mengacaukan membran sel bakteri atau membuat enzim-enzim tertentu menjadi tidak aktif. Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga mengakibatkan penambahan volume sel, kemudian sel menjadi rusak dan mati.2


(37)

Setelah berkumur dengan akuades ada penurunan jumlah bakteri sebanyak 6,72 x103 ± 3,65x103 CFU/ml pada kelompok kontol. Hasil ini menunjukkan penurunan jumlah bakteri dengan berkumur akuades lebih rendah daripada berkumur dengan ekstrak kayu manis disebabkan karena pada kelompok perlakuan dilakukan kumur -kumur dengan ekstrak kayu manis yang mempunyai komponen bioaktif yang bersifat antibakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri.2

Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara selisih penurunan jumlah bakteri sebelum berkumur dan sesudah berkumur pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa berkumur ekstrak kayu manis 2,5% lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri dibanding-kan dengan akuades


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur ekstrak kayu manis 2,5% yaitu 227,93x103 ± 37,92x103 CFU/ml dan sesudah berkumur ekstrak kayu manis 2,5% yaitu 156,47x103 ± 40,76x103 CFU/ml pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol rata-rata jumlah bakteri sebelum berkumur akuades yaitu 260x103 ± 30,96x103 CFU/ml dan sesudah berkumur akuades yaitu 253,73x103 ± 32,87x103 CFU/ml.

2. Ada perbedaan yang signifikan antara selisih jumlah bakteri antara kelompok perlakuan (71,47 x103 ±9,76 x103 CFU/ml) dan kelompok kontrol (6,27 x103 ±3,65 x103 CFU/ml), (p=0,0001) berarti berkumur ekstrak kayu manis lebih efektif dalam menurunkan jumlah bakteri daripada akuades.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka diberikan saran dan rekomen-dasi sebagai berikut:

1. Penelitian lanjut perlu dilakuakan untuk menghasilkan produk ekstrak kayu manis seperti obat kumur atau pasta gigi yang layak dipasarkan.

2. Penelitian ulang harus dilakukan dengan membagi sample secara seri mengikut kriteria inkulsi dan ekslusi pada awal penelitian.

3. Dilakukan penelitian lanjut mengenai efektivitas berkumur ekstrak kayu manis terhadap penyakit periodontal.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dermawan P, Widago Y, Prihanjana I. Pengaruh kumur-kumur larutan hexetidine 0.1% terhadap penurunan akumulasi plak. Interdental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar 2014; 3(5): 1-4.

2. Inna M, Atmania N, Primasari S. Potential use of cinnamomum burmanii essential oil-based chewing gum, as oral antibiofilm agent. J of Dentistry Indonesia 2010; 3(17): 80-6.

3. Anonymous. Sesuai data global menunjukkan 60-90% anak-anak sekolah di negara industri memiliki gigi berlubang. http://www.unilever.com. (Mei 30.2013).

4. Al-Duboni G, T Osman M, Al-Naggar R. Antimicrobial activity of aqueous exctracts of cinnamon and ginger on two oral pathogens causing dental caries. Research J of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences 2013; 4(3): 957-65.

5. Ja’far ZJ, Al-Bayati YAA, Taha GI. Correlation between caries related bacteria in plaque and saliva in different age group children. J Bhag College Dentistry 2012; 24(3): 140-4.

6. Scannapieco FA. Saliva-bacterium interactions in oral microbial ecology. Critical Reviews in Oral Biology and Medcine 1994; 5(4): 203-48.

7. DePaola LG, Spolarich AN. Safety and efficacy of antimicrobial mouthrinses in clinical practice.J Dental Hygine 2007; 13-22.

8. Al-Bayaty FH, Al-Koubaisi AH, Ali NAW, Abdulla MA. Effect of mouthwash extracted from salvadora persica (Misawak) on dental plaque formation:a cinical trial. J of Medical Plants Research 2010; 4(14): 1446-54.

9. Rashad JM. Effect of water cinnamon extract on mutans streptococci, incompa- rision to chlorhexidine gluconate and zac (In vitro and in vivo study). Iraq Aca- demic Scientific J 2008; 5(3): 250-60.


(40)

garlic(Allium sativun), cinnamon (Cinnamomum zeylancium) and clove (Syzygium aromaticum) against Streptococcus mutans. Tesis. Drew University Madison. NewJersey, 2012 :1-17.

11. Shan B, Yi ZC, Brooks JD, Corke H. Antibacterial properties and major bioactive components of cinnamom stick (Cinnamon burmanii): Activity against foodborne pathogenic bacteria. J. Agricultural and Food Chemistry 2007; 55: 5484-90.

12. Al-Jabburi SK, Al-Ubaydi WA. Effect of cinnamon extracts on streptococci and mutans streptococci in comparison to chlorhexidine gluconate. J Bhag College Dentistry 2011; 23(1): 141-5.

13. Marsh PD, Martin MV. Oral microbiology. 5th ed., Philadelphia: Churchill Livingstone Elsevier, 2009: 11.

14. Hurlbutt M, Novy B, Young D. Dental caries:A pH-mediated disease. J CDHA 2010; 25(1): 9-14

15. Soemantadiredja YH, Satari MH. Isolasi gen kariogenik gtf BC Streptococcus mutans dari plak gigi anak. Dent J 2005; 38(3): 151-3.

16. Suparlinah Al. Saliva dan kaitannya dengan penyakit rongga mulut anak. http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/998_pp0911162( September 9.2014)

17. Stookey GK. The effect of saliva on dental caries. J American Dental Associati- on 2008; 139(2): 115-75.

18. Asadoorian J. CDHA Position paper on commercially avaiable over-the counter oral rinsing products. Canadian J of Dent Hygine 2006; 40(4): 1-13.

19. Daswir. Profil tanaman kayu manis di Indonesia (Cinnamomum spp.). Bogor: Balai Penelitian tanaman Obat dan Aromatik, 2006; 46-54.

20. Maheshwari RK, Chauhan AK, Gupta A, Sharma S. Cinnamon: An imperative spice for human comfort. International J of Pharmaceutical Research and Bio-science 2013; 2(5): 133-45.

21. Khan A, Safdar M, Khan MMA, Khattak KN, Anderson RA. Cinnamon impro- ves glucose and lipids of people with type 2 diabetes. Diabetes Care 2003;


(41)

22. Ababutain IM. Antimicrobial activity of ethanolic extracts from some medicinal plant. Australian J of Basic and Applied Sciences 2011; 5(11): 678-83.

23. Golman E, Green LH. Practical handbook of Microbiology. 2nd ed. Boca Raton: CRC press, 2009: 17-8.

24. Kasjono HS, Yasril. Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta; Graha ilmu, 2009: 129-34.

25. Gupta D, Bhaskar DJ, Gupta AK, Karim B, Jain A, Singh R, Karim W. A randomized controlled clinical trial of ocimum sanctum and chlorhexidine mouthwash on dental plaque and gingival inflamation. J of Ayurveda Integrative Medicine 2014; 5(2): 109-16.

26. Botelho MA, Santos RA, Martins JG, Carvalho CO, Paz MC, Azenha C et al.Efficacy of a mouthrinse based on leaves of the neem tree (Azadirachta indica) in the treatment of patients with chronic gingivitis: a double-blinded, randomized, controlled trial. J of Medicinal Plants Research 2009; 2(11): 341-6. 27. Tanaka MH, Bocardi K, Kishimoto KY, Jaques P, Spolidorio DMP, Giro EMA.

DMFT index assessment and microbiological analysis of Streptococcus mutans in institutionalized patients with special needs. Brazillian J of Oral Sciences 2009; 8(1): 9-13.


(42)

KUESIONER

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU

I. Data Responden Nama : Jenis Kelamin :

II. Status Kesehatan Rongga Mulut

1. Apakah anda sedang memakai pesawat ortodonti? a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda memiliki penyakit sistemik? a.Ya. Penyakit... b. Tidak 3. Apakah anda alergi terhadap kayu manis? a.Ya b. Tidak

4. Apakah anda sedang mengkonsumsi antibiotik? a.Ya.Sejak... b. Tidak

5. Apakah anda sedang menggunakan obat kumur antiseptik di rumah? a.Ya b. Tidak

6. Apakah anda merokok?

a. Ya b. Tidak


(43)

Pengalaman Karies Indeks DMFT

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

7. D = Decay 8. M = Missing

9. F = Filling

Kesimpulan

Dapat dilanjutan penelitian eksperimental pada tanggal ... a. Ya b. Tidak

Medan... Subjek penelitian

(...) SKOR D

SKOR M SKOR F D+M+F


(44)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi saudara semuanya. Saya Inderjeet Kaur, mahasiswi setambuk 2011 Fakultas Kedokteran Gigi yang sedang melakukan penelitian tentang Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU. Pada kesempatan ini, saya ingin agar teman-teman mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis 2.5%. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan mengenai kebersihan rongga mulut dan manfaat kayu manis sebagai obat kumur. Subjek penelitian saya adalah mahasiswa angkatan 2011-2013 dari Fakultas Kedokteran Gigi , Universitas Sumatera Utara yang akan saya pilih sesuai criteria inkulsi dan eksklusi. Prosedur penelitian adalah seperti berikut:

1. Subjek diinstruksikan untuk berkumur selama 30 detik dibawah pengawasan peneliti.

2. Pengambilan sampel saliva (air liur) subjek diambil sebelum dan sesudah berkumur ekstrak.

Keuntungan menjadi subjek penelitian ini adalah setiap subjek akan mendapat pengalaman menjadi responden penelitian. Selain itu, subjek penelitian juga akan menambah ilum pengetahuan mengenai perkembangan obat kumur ekstrak herbal. Subjek tidak akan dikenakan biaya selama penelitian ini. Peneliti utama dilakukan oleh saya sendiri Inderjeet Kaur dan didampingi beberapa teman rekan mahasiswa Kedokteran Gigi USU Medan.

Jika saudara/saudari bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada saya. Demikian, mudah-mudahan keterangan kami di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.


(45)

Medan, 19 November 2014

Inderjeet Kaur

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 087867045016


(46)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN ( INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Alamat : Telpon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dengan sadar dan tanpa paksaan, dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didaptkan pada penelitian yang berjudul:

‘Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.

Medan,... Yang menyetujui,

Subjek Penelitian


(47)

DEPARTMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lembar Hasil Pemeriksaan

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU

No. Urut :

Kelompok : Perlakuan/ Kontrol Nama:

Jenis Kelamin:

Jumlah Bakteri (CFU/ml) Pre-Test

Sebelum Berkumur (Baseline)

Post-Test Sesudah Berkumur


(1)

KUESIONER

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU

I. Data Responden Nama : Jenis Kelamin :

II. Status Kesehatan Rongga Mulut

1. Apakah anda sedang memakai pesawat ortodonti? a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda memiliki penyakit sistemik? a.Ya. Penyakit... b. Tidak 3. Apakah anda alergi terhadap kayu manis? a.Ya b. Tidak

4. Apakah anda sedang mengkonsumsi antibiotik? a.Ya.Sejak... b. Tidak

5. Apakah anda sedang menggunakan obat kumur antiseptik di rumah? a.Ya b. Tidak

6. Apakah anda merokok?


(2)

Pengalaman Karies Indeks DMFT

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

7. D = Decay 8. M = Missing

9. F = Filling

Kesimpulan

Dapat dilanjutan penelitian eksperimental pada tanggal ... a. Ya b. Tidak

Medan... Subjek penelitian

(...) SKOR D

SKOR M SKOR F D+M+F


(3)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi saudara semuanya. Saya Inderjeet Kaur, mahasiswi setambuk 2011 Fakultas Kedokteran Gigi yang sedang melakukan penelitian tentang Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU. Pada kesempatan ini, saya ingin agar teman-teman mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan jumlah bakteri dalam saliva setelah berkumur larutan ekstrak kayu manis 2.5%. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan mengenai kebersihan rongga mulut dan manfaat kayu manis sebagai obat kumur. Subjek penelitian saya adalah mahasiswa angkatan 2011-2013 dari Fakultas Kedokteran Gigi , Universitas Sumatera Utara yang akan saya pilih sesuai criteria inkulsi dan eksklusi. Prosedur penelitian adalah seperti berikut:

1. Subjek diinstruksikan untuk berkumur selama 30 detik dibawah pengawasan peneliti.

2. Pengambilan sampel saliva (air liur) subjek diambil sebelum dan sesudah berkumur ekstrak.

Keuntungan menjadi subjek penelitian ini adalah setiap subjek akan mendapat pengalaman menjadi responden penelitian. Selain itu, subjek penelitian juga akan menambah ilum pengetahuan mengenai perkembangan obat kumur ekstrak herbal. Subjek tidak akan dikenakan biaya selama penelitian ini. Peneliti utama dilakukan oleh saya sendiri Inderjeet Kaur dan didampingi beberapa teman rekan mahasiswa Kedokteran Gigi USU Medan.

Jika saudara/saudari bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada saya. Demikian, mudah-mudahan keterangan kami di atas dapat


(4)

Medan, 19 November 2014

Inderjeet Kaur

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp: 087867045016


(5)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN ( INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

Alamat : Telpon/HP :

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dengan sadar dan tanpa paksaan, dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didaptkan pada penelitian yang berjudul:

‘Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU’

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.

Medan,... Yang menyetujui,

Subjek Penelitian


(6)

DEPARTMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lembar Hasil Pemeriksaan

Penurunan Jumlah Bakteri Dalam Saliva Setelah Berkumur Larutan Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum Burmanii) 2.5% Pada Mahasiswa FKG USU

No. Urut :

Kelompok : Perlakuan/ Kontrol Nama:

Jenis Kelamin:

Jumlah Bakteri (CFU/ml) Pre-Test

Sebelum Berkumur (Baseline)

Post-Test Sesudah Berkumur