Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Komoditas ini sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu yang relatif
lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi Indonesia yang pada awal pembudidayaan karet merupakan penghasil karet utama dunia
sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum lama dalam hal membudidayakan karet Siregar, 1995.
Luas areal tanaman karet di Indonesia pada tahun 2006 adalah seluas 3,31 juta Ha dengan produksi nasional karet sebesar 2,27 juta Ton karet kering KK
dengan produksi terbanyak berasal dari Sumatera Anonimous, 2006. Sumatera Utara adalah dikenal sebagai salah satu pengekspor karet alam.
Karet alam ini berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara, salah satu diantaranya adalah Kabupaten Mandailing Natal.
Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas daerah 662.070 ha atau 9,23 persen dari wilayah propinsi Sumatera Utara. Ditinjau dari potensi lahan,
Kabupaten Mandailing Natal memiliki potensi yang sangat luas untuk pengembangan tanaman perkebunan yang terdiri dari tanah milik swasta maupun
tanah rakyat. Luas areal tanaman perkebunan di Kabupaten Mandailing Natal 111.778,5 Ha yang terdiri dari Perkebunan Rakyat seluas 96.280,2 Ha dan
Perkebunan swasta 15.498,3 Ha, sehingga pertambahan luas areal selama tahun anggaran 2005 adalah 3.432,77 atau 3,16 persen.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Untuk itu luas tanaman perkebunan di kabupaten Mandailing Natal sebanyak 16,88 persen dari total luas perkebunan Kabupaten Mandailing Natal
Dinas Perkebunan Madina, 2005 . Subsektor perkebunan merupakan subsektor pertanian yang secara
tradisional merupakan salah satu penghasil devisa negara. Sebagian besar tanaman tersebut merupakan usaha perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh
perkebunan besar
baik milik
pemerintah maupun
milik swasta
Soetrisno, L.,1999. Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi pengelolaan. Jenis tanaman
dan produk yang dihasilkan. Berdasarkan fungsi, perkebunan diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan, devisa
negara dan pemeliharaan Sumber Daya Alam. Berdasarkan pengelolaan dapat dibagi menjadi perkebunan rakyat, perkebunan besar milik negara atau swasta,
perkebunan perusahaan inti rakyat dan perkebunan unit pelaksanaan proyek Syamsulbahri,1996 .
Produksi karet alam sangat penting dikembangkan karena memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu : dapat
tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, mampu membentuk ekologi
hutan yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik menanggulangi lahan kritis, dapat memberikan
pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, memiliki prospek harga yang cukup baik karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat
Anonimous, 2006.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Perkebunan rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat, serta rendahnya pendapatan petani. Rendahnya produktivitas
perkebunan karet rakyat juga disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan teknik-teknik
budidaya yang sesuai dengan syarat-syarat tekhnis yang diperlukan. Dan rendahnya produksi tanaman karet juga disebabkan oleh usia pohon karet yang
sudah sangat tua Anonimous, 2003. Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan Indonesia masih
memerlukan usaha ke arah peningkatan produksi. Salah satu faktor teknis yang perlu dipertimbangkan adalah rendahnya mutu penyadapan. Kenyataan ini tidak
hanya terjadi pada areal pertanaman karet rakyat, tetapi juga di perkebunan- perkebunan besar milik pemerintah. Padahal sifat perlakuan teknis penyadapan
karet berkaitan dengan tingkat produksi yang diharapkan, bahkan sangat menentukan umur ekonomi pohon. Pada sisi lain , perkembangan sistem panen
tanaman karet yang dilakukan melalui pelukaan kulit pohon sudah berkembang pesat. Di Indonesia tampaknya usaha menetapkan penyadapan karet yang benar
masih memerlukan waktu lagi, karena kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa penyadapan tanaman karet kita belum sepenuhnya mengikuti pedoman baku.
Kenyataan menunjukkan betapa banyak areal pertanaman karet yang mutu penyadapannya sangat memprihatinkan. Dengan demikian, selain produksinya
rendah juga umur pohon layak sadap menjadi semakin singkat. Dengan kata lain, penyadapan tanaman karet di Indonesia merupakan prioritas utama agar pangsa
pasar dan pelestarian produksi dapat diantisipasi Siregar, 1995 .
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Barang pertanian pada umumnya dicirikan oleh sifat : diproduksi secara musiman, selalu segar freshable , mudah rusak , jumlahnya banyak tetapi
nilainya relatif sedikit bulky , dan spesifik tidak dapat diproduksi disemua tempat. Ciri tersebut mempengaruhi mekanisme pasar. Oleh karena itu sering
sekali terjadi harga produksi pertanian yang dipasarkan menjadi naik-turun berfluktuasi secara tajam; dan kalau saja harga produksi pertanian berfluktuasi ,
maka yang sering dirugikan adalah dipihak petani atau produsen. Karena kejadian yang semacam ini petani atau produsen memerlukan kekuatan sendiri atau
berkelompok dengan yang lain untuk
melaksanakan pemasaran
Soekartawi, 1990 .
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Untuk melihat luas penanaman karet rakyat di Sumatera Utara tahun 2001-2005 dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 1. Luas Penanaman TM dan TBM Ha Perkebunan Karet Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara 2001-2005 .
No. Kabupaten 2001
2002 2003
2004 2005
1 Deli Serdang 21.515
21.280,8 21.235,8
9.603,1 4.789,0
2 Langkat 36.520
36.908 33.446
25.353 41.859
3 Simalungun 15.868
12.145,5 12.145,5
12.037,5 12.145,5
4 Karo 65
65 65
65 65
5 Dairi 501
505 505
134,5 134
6 Taput 10.724
11.382 10.657,5
8.028 8.031,2
7 Tapteng 29.474
30.083 30.114
30.264 30.51
8 Nias 27.258
27.258 28.211
26.267 25.265,0
9 Nias Selatan 2.72
4.153,0 10 Tapsel
59.963 58.186,4
58.186,4 49.749
52.907,0 11 Labuhan Batu
84.136 85.613,4
83.576 81.849
67.568,0 12 Asahan
12.625 12.614
9.703 9.61
9.610,0
13 Madina 39.258
43.044,5 39.708
39.078,3 69.760,0
14 Tobasa 688
785 640,5
640,5 1.640,6
15 Humbahas 3.535
3.514,7 16
Pak-pak Barat
371 417,8
17 Samosir 18 Sergai
10.699 10.699
Jumlah 338.595 339.870,7 327.743,7 309.643,9 343.068,85
Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2006.
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa Kabupaten Madina menduduki peringkat ketiga daerah penghasil karet terbanyak di Sumatera Utara. Dimana
luas penanaman karet mengalami penurunan pada tahun 2003 sampai tahun 2004, dan pada tahun 2005 kembali mengalami kenaikan dengan luas penanaman
sebesar 69.760,0 Ha.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Untuk melihat produksi karet rakyat menurut kabupaten di Sumatera Utara dapat di lihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Perkembangan Produksi Ton Perkebunan Karet Rakyat Menurut Kabupaten di Sumatera Utara 2001-2005 .
No. Kabupaten 2001
2002 2003
2004 2005
1 Deli Serdang
14.021 17.188,43 12.872,45 5.890,11
3.974,56 2
Langkat 21.428
21.428 20.971
17280 29.284
3 Simalungun
13.875 10.751,62 10.739,98 10.831,35
10.886,58 4
Karo 39
61,75 61,75
61,75 63,50
5 Dairi
323 405
375 79,40
102,90 6
Taput 6.688
6700 6700
4.563,16 4.565,99
7 Tapteng
15.802 15.802
14.786 16.243
16.524,00 8
Nias 14.086
14.086 15.049
14.581 1.072,00
9 Nias Selatan
1.406 2.309,00
10 Tapsel
44.684 44.328,39 44.328,39 16230
19.085,42 11
Labuhan Batu
69.271 70.399
69.407 68.546
62.932,00 12
Asahan 7.641
7.499 4.938,86
5.273,2 5.273,20
13 Madina
26.994 26.993,84 26.694
26.693,6 32.768,00
14 Tobasa
465 234,50
398,37 398,37
785,90 15
Humbahas 2.056,9
2.161,14 16
Pak-pak Barat
207 302,40
17 Samosir
18 Sergai
7.574 8.354,28
Jumlah 235.317 235.877,5 227.321,8 197.914,84 211.080,87
Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara,2006.
Dari Tabel diatas dapat lihat bahwa produksi perkebunan karet rakyat di Sumatera utara pada tahun 2003 sampai tahun 2005 secara umum mengalami
penurunan. Sedangkan di daerah penelitian Kabupaten Madina produksi perkebunan karet rakyat juga mengalami penurunan pada tahun 2002 sampai
tahun 2004, sedangkan pada tahun 2005 kembali mengalami kenaikan seluas 32.768,00 ton
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian ?
2. Apa saja komponen biaya produksi terbesar pada usahatani karet rakyat dan
berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usahatani karet rakyat di daerah penelitian?
3. Bagaimana bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian ?
4. Bagaimana price spread, share margin pada saluran tataniaga karet rakyat di
daerah penelitian ? 5.
Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian ?
6. Kendala apa saja yang dihadapi petani dalam sistem usahatani dan tataniaga
karet rakyat serta apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah : 1.
Untuk mengetahui proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian. 2.
Untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani karet rakyat dan berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usahatani karet
rakyat di daerah penelitian. 3.
Untuk mengetahui bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian. 4.
Untuk mengetahui price spread, share margin pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
5. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Tataniaga pada saluran tataniaga karet
rakyat di daerah penelitian. 6.
Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam sistem usahatani dan tataniaga karet rakyat serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Sebagai bahan informasi bagi petani karet dalam rangka menyalurkan hasil usahataninya secara efisien sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang
diinginkan. 2.
Sebagai bahan informasi bagi pemerintah ataupun lembaga lainnya untuk menentukan strategi usahatani dan tataniaga, dalam usaha meningkatkan
produksi karet dan pendapatan petani. 3.
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang berhubungan dengan penelitian.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Dalam dunia tumbuhan, tanaman karet tersusun dalam sistematika sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiacae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
Setiawan, H., 2005 Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik
untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang
perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara
lain dan negara asal tanaman karet sendiri Tim Penulis, 1999. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak 1876. Henry A. Wickham
memasukkan beberapa biji karet ke kebun percobaan pertanian di Bogor, dan kemudian disusul pemasukan bibit-bibit karet berikutnya tahun 1890, 1896, dan
1898. Walaupun demikian, memerlukan waktu yang cukup lama untuk membudidayakan tanaman ini Setyamidjaja, D,. 1993 .
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Tanaman karet, Hevea brasiliensis Muell. Agr, adalah anggota famili Euphorbiaceae. Berbentuk pohon, tinggi 10-20 m, bercabang dan mengandung
banyak getah susu. Tanaman karet mengalami gugur daun sekali setahun pada musim kemarau, di Sumatera Utara terjadi pada bulan Februari-Maret. Setelah
gugur daun, terbentuk bunga bila tanaman karet telah berumur 5-7 tahun, tergantung pada tinggi tempat di atas permukaan laut. Masa produktif tanaman
karet adalah 25-30 tahun Sianturi, 2001 Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk
tanaman karet adalah pada zone antara 15 ° LS dan 15 ° LU, curah hujan yang
cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mmtahun. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai 600 m
dpl dengan suhu 25-35 ° C Setyamidjaja, D, 1993.
Landasan Teori
Analisis produksi merupakan suatu analisis untuk mengetahui proses pengeluaran hasil usaha tani secara keseluruhan. Dalam usaha tani, produksi
diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditas yang
diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksipun ikut sebagai penentu pencapaian produksi Daniel, 2002.
Produksi itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor-faktor alam, tenaga, dan modal dibawah asuhan atau usaha pengelolaan petani. Fungsi unsur
alam dalam usaha tani atau usaha pertanian dipandang dari sudut sosial ekonomis sangat tergantung dari pada sifat atau tujuan dari usaha pertanian Tohir, 1991.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Peningkatan produksi bisa dilakukan kapan saja, untuk mencapainya perlu beberapa faktor yang berpengaruh pada produksi, seperti penggunaan lahan,
tenaga kerja, modal dan keahlian. Pada tanaman karet penggunaan tenaga kerja, modal dan keahlian yang tidak optimal akan menyebabkan pengeluaran biaya
menjadi tinggi. Agar bisa mencapai optimal maka lahan harus ditambah agar bisa seimbang dengan produksi dan pendapatannya Tim Penulis, 1999.
Pembudidayaan dapat dilakukan dengan menggunakan klon karet unggul. Klon tanaman karet yang melebihi keunggulan dianjurkan untuk ditanam dalam
berbagai skala atau tingkatan. Hal ini mengingat beberapa pertimbangan, seperti luasnya lahan, lokasi, cara pengolahan serta ketahanan terhadap hama dan
penyakit, produksi, ketahanan terhadap angin. Klon-klon yang dianjurkan untuk ditanam diperkebunan rakyat adalah AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR
261, PR 300, PR 303 Setyamidjaja, 1993. Sistem sadap merupakan penentu naik atau turunnya produksi lateks.
Penyadapan bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks dikulit pohon. Kriteria utama layak sadap pada suatu areal pertanaman karet adalah lilit
batang pohon. Lilit batang dinilai sudah dapat memberi petunjuk tentang ketebalan kulit dan kemampuan fisiologinya untuk menghasilkan lateks dalam
jangka waktu yang lama 20-25 tahun. Ditinjau dari umur tanaman, biasanya lilit batang yang siap sadap berukuran
≥ 45 cm yang diukur pada ketinggian 130 cm dari pertautan populasi didekat permukaan tanah yang dicapai pada umur 5-7
tahun Siregar, 1995. Dalam operasi usahataninya, petani akan menerima penerimaan dan
pendapatan dari usaha taninya. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
produksi dengan harga jual. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya Soekartawi, 1995.
Tataniaga merupakan suatu usaha untuk menciptakan, mempromosikan, serta menyerahkan barang dan jasa kekonsumen akhir atau suatu macam kegiatan
ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikn barang dari produsen ke konsumen. Dalam perekonomian dewasa ini sebagai besar produsen tidak menjual
langsung barang-barang mereka kepada konsumen akhir, begitu juga dengan konsumen. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya saluran Tataniaga yang akan
menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen yang akan melibatkan lembaga-lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang
pengecer, dll Kotler, P,. 2003. Tataniaga jika ditinjau dari aspek ekonomi dikatakan sebagai kegiatan
produktif karena mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat , guna bentuk dan guna waktu ini
diperlukan biaya tataniaga. Biaya tataniaga ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam
proses tataniaga dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja tataniaga ini memerlukan ukuran efisiensi tataniaga Sudiyono, 2004 .
Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tataniaga. Biaya tataniaga meliputi biaya angkut, pengiriman, retribusi, dll. Besarnya biaya
tataniaga ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi pemasaran, macam lembaga tataniaga dan efektifitas tataniaga yang dilakukan
Soekartawi, 1989.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan margin dan spread. Margin menyatakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dan harga yang diterima petani. Sedangkan spread menyatakan perbedaan kedua tingkat harga antara dua tingkat pasar. Marketing margin disebut
juga price spread dan jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka diperoleh share margin Sudiyono, 2004 .
Selama dalam proses menyalurkan hasil akan mengalami markering loss kehilangan hasil. Kehilangan hasil pada tanaman perkebunan pada hal nya
komoditi karet umumnya disebabkan oleh jarak antara kebun dan pabrik pengolahan menyebabkan kerusakan atau penurunan mutu hasil perkebunan
rakyat dan juga disebabkan oleh cara dan waktu panen yang belum tepat Anonimous, 2005.
Efisiensi tataniaga dapat diukur dengan menjumlahkan profit petani dari hasil penjualannya dengan profit middle-man termasuk di dalamnya pedagang
pengumpul desa dan kecamatan maupun agen dibagi dengan penjumlahan biaya tataniaga dengan biaya produksi dan pemasaran hasil. Adapun kriteria efisiensi
adalah jika efisiensi tataniaga lebih besar dari 11 maka pasar tersebut dikatakan efisien, dan jika efisiensi tataniaga lebih kecil dari 1
≤1 maka keadaan pasar tersebut tidak efisien Mustafid, 2002 .
Kerangka Pemikiran
Produksi karet adalah hasil usahatani karet dalam bentuk cup lump, yang dihitung dalam ukuran kg atau ton dan dibedakan mutu serta ukuran
produk. Produksi merupakan suatu proses pengeluaran usahatani karet secara keseluruhan atau proses pengeluaran hasil.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi yang menggunakan input pupuk dan obat-obatan . Sistem usahatani karet juga meliputi tekhnik budidaya
yang terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai penyadapan. Penggunaan input produksi ini dalam usahatani akan menghasilkan output
pengeluaran yang disebut produksi yang menjadi tujuan utama dalam mengelola usahatani.
Harga jual dipengaruhi oleh hasil produksi fisik. Produksi fisik dikali dengan harga jual disebut total penerimaan. Penerimaan usahatani maupun
pendapatannya akan mendorong petani untuk mengalokasikaannya dalam berbagai kegunaan seperti biaya produksi selanjutnya, tabungan dan pengeluaran
lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara total penerimaan dengan biaya produksi. Dari
pendapatan bersih akan dilihat besarnya efisiensi usahatani. Korbanan dalam usaha tani karet dinilai dalam rupiah disebut sebagai biaya produksi.
Tataniaga adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai dari titik
usahatani sampai ditangan konsumen akhir. Aliran barang ini terjadi karena adanya pihak atau lembaga tataniaga yang akan melakukan fungsi-fungsi
tataniaga. Tataniaga melibatkan berbagai pihak atau lembaga yang meliputi petani, agen pedagang besar , pedagang pengumpul , dan pasar getah.
Pada jalur tataniaga karet ini, petani sebagai produsen menjual hasil usahataninya berupa cup lump melalui pasar getah yang ada di daerah setempat.
Pasar getah merupakan tempat para petani dan pembeli cup lump dikumpulkan untuk melakukan transaksi jual beli cup lump. Pasar getah ditempat penelitian
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
dilakukan 1 kali seminggu, yakni bertepat pada hari selasa. Yang datang ke pasar getah ini antara lain agen pedagang besar dan pedagang pengumpul desa
kecamatan, lalu pedagang pengumpul desa kecamatan menjual cup lump tersebut kepada pedagang besar dan menyalurkannya ke pabrik.
Semua pihak atau lembaga yang terlibat dalam saluran tataniaga cup lump ini melakukan fungsi-fungsi tataniaga antara lain pembelian, transportasi,
penyimpanan, pembiayaan, resiko usaha, informasi pasar dan standarisasi. Pada setiap saluran tataniaga cup lump dipengaruhi oleh sejumlah penjual
dan sejumlah pembeli. Keadaan ini menunjukkan struktur pasar tertentu. Struktur pasar yang terjadi dapat mempengaruhi dan dapat dipengaruhi oleh saluran
tataniaga yang ada. Struktur pasar yang terbentuk ini akan mempengaruhi atau akan menentukan besarnya biaya tataniaga, margin tataniaga, price spread dan
share margin lembaga dan efisiensi tataniaga. Banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam saluran akan
mengakibatkan terjadinya perbedaan dan selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir terhadap harga jual petani marketing margin . Besarnya penerimaan
petani sebagai produsen yang menjual sendiri produk usahataninya tergantung pada harga penjualan cup lump.
Dalam kegiatan produksi usahatani karet rakyat, petani sering kali mengalami masalah antara lain : mahalnya harga sarana produksi seperti pupuk,
obat-obatan yang kadang tidak diimbangi dengan besarnya harga jual cup lump serta rendahnya produksi karet. Dan salah satu yang dikeluhkan petani adalah
pohon karet sudah terlalu tua. Dan belum memadainya fasilitas pengolahan hasil perkebunan khususnya komoditi karet. Upaya yang dapat dilakukan petani
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
diantaranya dengan menggunakan sarana produksi yang efektif dan seefisien mungkin dan mengadakan penanaman bibit baru ataupun membuka lahan baru,
dan diharapkan adanya pabrik Crumb Rubber.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Skema Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Karet
Kendala
Upaya
Produksi
Harga
Penerimaan Cum lump
Pedagang Pengumpul
Agen
Biaya Produksi
Pendapatan Bersih
Struktur Pasar Biaya Tataniaga
Price spread dan Share margin
Efisiensi Tataniaga Petani Karet
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Hipotesis Penelitian.
1. Ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit antara petani dan
pedagang perantara di daerah penelitian 2.
Tingkat efisiensi Tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian sudah efisien.
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu desa Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina, sebagai daerah penelitian
dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu sentra produksi tanaman karet, dan petani sampel terpusat di daerah tersebut dan daerah ini mudah
dijangkau oleh peneliti sehingga mudah melakukan penelitian. Untuk melihat luas areal, produksi dan produktifitas perkebunan karet
rakyat di Kabupaten Madina dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3. Daftar Luas Areal dan Produksi Tanaman Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Madina Tahun 2005
No Kecamatan
Luas Areal Ha Produksi
Produktifitas TBM
TM TTM
Jumlah Ton
KgHathn
1 Siabu
307 1082
739 2128
1001 0,92
2 Bukit Malintang
480 2206
82 2768
2052 0,930
3 Pyb. Utara
732 3337
466 4535
2970 0,890
4 Pyb. Kota
775 7865
328 8968
6607 0,840
5 Pyb. Timur
694 2890
1113 4697
1907 0,659
6 Pyb. Barat
302 1131
794 2227
961 0,849
7 Pyb. Selatan
322 1106
751 2179
951 0,859
8 Lembah Sorik
Marapi 179
577 401
1157 387
0,670 9
Tambangan 598
2631 1712
4941 1763
0,670 10
Kotanopan 688
2355 1599
4642 1437
0,610 11
Uta Pungkut 72
276 179
527 127
0,460 12
Muarasipongi 88
323 212
623 152
0,470 13
Batang Natal 1309
5396 3580
10285 4101
0,760 14
Lingga Bayu 1380
3525 2605
7510 3208
0,910 15
Batahan 227
893 608
1728 723
0,809 16
Natal 176
480 351
1007 379
0,789 17
Muara BT. Gadis 1264
5116 3458
9838 4042
0,790
Jumlah 9593
41189 18978
69760 32766
12,885 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Madina
Ket : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan TTM = Tanaman Tidak Menghasilkan
Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina , 2008.
USU Repository © 2009
Metode Pengambilan Sampel 1.
Petani Karet
Metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan “Metode Sensus”. Karena petani karet di Desa Tanobato hanya terdiri dari 30 KK. Oleh karena itu
semua petani karet akan dijadikan sebagai sampel di daerah penelitian.
2. Pedagang Pengumpul Desa dan Pedagang Pengumpul Kecamatan