Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Tentang Personal Hygiene Menstruasi Terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Puteri Pada Saat Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI TERHADAP TINDAKAN PERSONAL

HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 081000219 DWI RAHMATIKA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

MEDAN 2010

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI TERHADAP TINDAKAN PERSONAL

HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000219 DWI RAHMATIKA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI TERHADAP TINDAKAN PERSONAL

HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000219 DWI RAHMATIKA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima: Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Syarifah, MS Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi,

MKM

NIP. 19611219 198708 2 002 NIP. 19671219 199303 1 003

Penguji II Penguji III

Siti Khadijah, SKM, Mkes

NIP.19730803 199903 2 001 NIP.19620604 199203 1 001 Drs. Alam Bakti Keloko, Mkes Medan, 18 Desember 2010


(4)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS

ABSTRAK

Perilaku higienis merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam. Salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Namun demikian perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 87 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap strata (kelas) secara proporsional agar setiap orang memiliki peluang yang sama. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong baik sebesar (77%), sikap baik (85,1%), dan tindakan terbesar (54%) yaitu sedang. Dari analisa multivariat di temukan ada pengaruh pengetahuan tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi (p=0,022), dan ada pengaruh sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi (p=0,021). Sikap tentang personal hygiene menstruasi paling berpengaruh terhadap tindakan remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan (p=0,021).

Dari hasil penelitian diatas disarankan agar pihak Dinas Pendidikan perlu memberikan pelatihan yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan setempat mengenai pendidikan kesehatan reproduksi kepada sekolah-sekolah, khususnya SMA/sederajat di wilayah kerjanya, dan bagi pihak sekolah khususnya SMK Negeri 8 Medan agar memberikan pembelajaran mengenai pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa dan siswinya.

Kata Kunci : Perilaku Personal Hygiene Menstruasi, Siswi SMK, Personal Hygiene Menstruasi.


(5)

Abstract

Hygienic behavior is an important theme that needs to be explored deeply. However hygienic behavior during the menstrual period does not just happen, it comes from a learning process because of someone understanding about the positive or negative behaviors impact that associated with menstruation.

This study aims to determine the influence of knowledge and attitudes about the personal hygiene of menstruation to the practice of personal hygiene during menstruation of teenage in SMK Negeri 8 Medan. This is a descriptive analytic study by using quantitative approach. The number of respondents are 87 people with proportional stratified random sampling technique that is taking sample in each strata (classes) in proportion so that everyone has equal opportunity. Presentation of data using frequency distribution tables.

The results showed that knowledge are classified as good (77%), the attitude are classified as good (85.1%) and practice are classified as medium (54%). From multivariate analysis found an effect of knowledge about personal hygiene personal hygiene of menstruation to the practice of teenage during menstruation (p = 0.022), and attitudes about personal hygiene personal hygiene of menstruation to the practice of teenage during menstruation (p = 0,021). Attitudes has the highest influences to the practice of teenage during menstruation in SMK Negeri 8 Medan (p = 0,021).

From the results, it is suggested to the Education Department to provide training that is facilitated by the local Health Department regarding reproductive health education to schools, especially high school in the working area, and for the school, especially SMK Negeri 8 Medan for providing learning about the importance of reproductive health education for students.

Keywords: Personal Hygiene Menstruation Behavior, SMK Students, Personal Hygiene Menstruation.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : DWI RAHMATIKA

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Pura / 10 Agustus 1986

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 (dua) dari 2 (tiga) bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Jend. Sudirman Kp. Pagar No. 7 Tanjung Pura Riwayat Pendidikan : 1. 1990-1992 : TK Lestari Tanjung Pura

2. 1992-1998 : SD Negeri No. 050727 Tanjung Pura 3. 1998-2001 : MTsN Negeri Tanjung Pura

4. 2001-2004 : MAN-1 Medan

5. 2004-2007 : D-3 Keperawatan Fak. Kedokteran Universitas Sumatera Utara

6. 2008-2010 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan serta keselamatan, dan atas berkah dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan

dan Sikap Tentang Personal Hygiene Menstruasi Terhadap Tindakan Personal Hygiene Remaja Puteri Pada Saat Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010”.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara materi maupun dukungan moril. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

2. Drs, Tukiman, MKM selaku ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.

3. Dra. Syarifah, MS, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Dr. Drs. R.Kintoko Rochadi, MKM, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikirannya dalaam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Siti Khadijah, SKM, MKes, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak

memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

6. Drs. Alam Bakti Keloko, Mkes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

7. Seluruh staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, terima kasih untuk pembelajaran yang telah diberikan kepada penulis selama ini dan tidak


(8)

lupa kepada Bang Hendro Lukito yang selalu membantu penulis dalam hal administrasi.

8. Erna Mutiara, Ir, Mkes, Dr, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan petunjuk selama penulis mengikuti perkuliahan di FKM USU.

9. Dra. Sulistianingsih selaku pimpinan SMK Negeri 8 Medan yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di SMK Negeri 8 Medan dan seluruh siswi SMK Negeri 8 Medan yang bersedia menjadi responden dalam penulisan skripsi ini.

10. Orangtua Penulis, Drs. Darmansyah Jono dan Dra. Latifah Siregar serta kakak ku Dina Pranita, AMK terima kasih atas dukungan moril, materil serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis.

11. Sahabat-sahabatku: Neni, Mansur, Lina, Kak Imel, Bang Mukhlis, Wina,

Ica, Dilla, Ulfa, Asri, Kak Afni, Kak Asna, Kak Umi, Andre, dan Tya

yang telah banyak memberikan dukungan serta semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Terkhusus buat Okrevianto, ST, yang telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil, semangat, waktu, bimbingan serta kasih sayang yang tulus kepada penulis.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Medan, Desember 2010

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...……… i

ABSTRAK...………... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Permasalahan... 11

1.3. Tujuan Penelitian... 11

1.3.1. Tujuan Umum... 11

1.3.2. Tujuan Khusus... 11

1.4. Manfaat Penelitian... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku... 13

2.1.1. Pengetahuan... 14

2.1.2. Sikap... 15

2.1.3. Tindakan... 16

2.2. Teori WHO... 17

2.3. Remaja... 20

2.3.1. Definisi Remaja... 20

2.3.2. Pembagian dan Batasan Usia Remaja... 21

2.3.3. Karakteristik Remaja... 23

2.4. Pembalut... 24

2.4.1. Pengertian Pembalut... 24

2.4.2. Sumber Informasi dalam Pemilihan Pembalut... 25

2.5. Personal Hygiene Saat Menstruasi... 30

2.6. Kerangka Konsep……….. 34

2.7. Hipotesis Penelitian……….. 34

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 35

3.2. Lokasi dan waktu penelitian... 35

3.2.1. Lokasi Penelitian... 35

3.2.2. Waktu Penelitian... 35


(10)

3.3.1. Populasi... 36

3.3.2. Sampel... 36

3.4. Metode Pengumpulan Data... 37

3.4.1. Data Primer... 37

3.4.1. Data Sekunder... 37

3.5. Instrumen Penelitian... 38

3.6. Definisi Operasional... 38

3.7. Aspek Pengukuran... 39

3.7.1. Sumber Informasi... 39

3.7.2. Pengetahuan... 39

3.7.3. Sikap... 40

3.7.4. Tindakan... 40

3.8. Tehnik Pengolahan dan Analisa data... 40

3.8.1. Univariat... 40

3.8.2. Bivariat... 41

3.8.3. Multivariat... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum SMK Negeri 8 Medan... 43

4.2. Karakteristik Responden... 44

4.3. Hasil Analisa Univariat... 45

4.3.1. Sumber Informasi... 45

4.3.2. Pengetahuan Responden... 49

4.3.3. Sikap Responden... 56

4.3.4. Tindakan Responden... 60

4.4. Hasil Analisa Bivariat... 68

4.5. Hasil Analisa Multivariat... 70

4.5.1. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat... 70

4.5.2. Pembuatan Penentu Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi.... 71

4.5.3. Penentu Variabel yang Berpengaruh dan Paling Berpengaruh Terhadap Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi... 72

BAB V. PEMBAHASAN... 73

5.3.1. Sumber Informasi... 73

5.3.2. Pengetahuan Mengenai Personal Hygiene saat Menstruasi... 76

5.3.3. Sikap Mengenai Personal Hygiene saat Menstruasi... 78

5.3.4. Tindakan Mengenai Personal Hygiene saat Menstruasi... 79

5.3.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Tindakan Personal Hygiene pada Saat Menstruasi ... 80

5.3.6. Pengaruh Sikap Terhadap Tindakan Personal Hygiene pada Saat Menstruasi ... 81


(11)

6.1. Kesimpulan... 83 6.2. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA... 85 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Variabel Penelitian, Sub Variabel, dan Skala Ukur... 40 Tabel 4.1. Jumlah Siswa dan Siswi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010 ... 43

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Kelas di SMK Negeri 8 Medan... 44 Tabel 4.3. Distribusi Sumber Informasi Responden Mengenai Kebersihan

Diri Kewanitaan Pada Saat Menstruasi ... 45 Tabel 4.4. Distribusi Sumber Informasi Responden Mengenai Pembalut ... 46 Tabel 4.5. Distribusi Sumber Informasi Responden Mengenai Menstruasi ... 46 Tabel 4.6. Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Iklan Pembalut

yang Diketahui ... 47 Tabel 4.7 Distribusi Sumber Informasi Responden Mengenai Merk

Pembalut yang Digunakan Saat ini ... 48 Tabel 4.8 Distribusi Responden Tentang Alasan Pemilihan Pembalut ... 48 Tabel 4.9 Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Media Terbaik

Untuk Menyampaikan Informasi Mengenai Kebersihan Kewanitaan Saat Menstruasi ... 49 Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pernah atau

Tidaknya Mendengar Istilah Personal Hygiene ... 49 Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Personal

Hygiene ... 50

Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pernah atau Tidaknya Mendengar Istilah Tentang Personal Hygiene Menstruasi ... 50 Tabel 4.13 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Personal

Hygiene Menstruasi ... 51 Halaman


(13)

Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Menjaga Kebersihan Organ Kewanitaan Pada Saat Menstruasi... 51 Tabel 4.15 Distribusi Pengeathuan Responden Tentang Hal Pertama yang

Dilakukan Sebelum Membasuh Alat Kelamin ... 52 Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Pembalut yang

Sebaiknya Digunakan Pada Saat Menstruasi ... 52 Tabel 4.17 Distribusi Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Bahan

Pembalut yang Sebaiknya Digunakan Pada Saat Menstruasi ... 53 Tabel 4.18 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Dampak Tidak

Sering Mengganti Pembalut Pada Saat Menstruasi ... 53 Tabel 4.19 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Dampak Pembalut

Bagi Kesehatan ... 53 Tabel 4.20 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Bahan-Bahan yang

Ada di dalam Sehelai Pembalut ... 54 Tabel 4.21 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tahu Penyakit yang

Dapat Timbul Akibat Penggunaan Pembalut ... 54 Tabel 4.22 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Frekuensi

Mengganti Pembalut Dalam Sehari ... 55 Tabel 4.23 Distribusi Pengetahuan Responden ... 56 Tabel 4.24 Distribusi Sikap Responden Mengenai Personal Hygiene Pada

Saat Menstruasi ... 56 Tabel 4.25 Distribusi Sikap Responden ... 59 Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pertama Kali

Mengalami Menstruasi... 60 Tabel 4.27 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pertama Kalinya

Menggunakan Pembalut ... 60 Tabel 4.28 Distribusi Tindakan Responden Berdasarkan Frekuensi


(14)

Tabel 4.29 Distribusi Tindakan Responden Tentang Jenis Pembalut yang Sering Digunakan ... 61 Tabel 4.30 Distribusi Tindakan Responden Tentang Merk Pembalut yang

Sering Digunakan ... 61 Tabel 4.31 Distribusi Tindakan Responden Tentang Jumlah pembalut yang

Digunakan Dalam Sehari Saat Menstruasi... 62 Tabel 4.32 Distribusi Tindakan Responden Tentang Tempat Membeli

Pembalut... 62 Tabel 4.33 Distribusi Tindakan Responden Tentang Penggantian Merk

Pembalut Jika Pembalut yang Biasa Digunakan Tidak Ada ... 63 Tabel 4.34 Distribusi Tindakan Responden Mengenai Efek Samping yang

Dirasakan Saat Menggunakan Pembalut ... 63 Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Cara Mengetahui

Kualitas Pembalut yang Digunakan... 65 Tabel 4.36 Distribusi Tindakan Responden Usaha Untuk Menjaga

Kebersihan Kewanitaan ... 65 Tabel 4.37 Distribusi Tindakan Responden Tentang Kegiatan yang

Dilakukan Setelah Membersihkan Alat Kelamin Saat Menstruasi .... 67 Tabel 4.38 Distribusi Tindakan Responden Tentang pernah atau Tidaknya

Mengajak Teman/Kenalan Untuk Menjaga Kebersihan Kewanitaan Saat Menstruasi ... 67 Tabel 4.39 Distribusi Tindakan Responden Tentang Cara Membersihkan

Pembalut... 68 Tabel 4.40 Distribusi Tindakan Responden Tentang Pernah Atau Tidaknya

Responden Mengajak Orang Lain Untuk Menjaga Berat Badan Ideal ... 68 Tabel 4.41 Distribusi Tindakan Responden Tentang Tempat Membuat

Pembalut yang Sudah Digunakan ... 69 Tabel 4.42 Distribusi Tindakan Responden ... 69


(15)

Tabel 4.43 Hasil Uji Chi Square Hubungan Variabel Independen (Pengetahuan dan Sikap) Terhadap Tindakan Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010 ... 70 Tabel 4.44 Hasil Analisis Uji Bivariat Pengaruh Variabel Independen

(Pengetahuan dan Sikap) Terhadap Tindakan Personal Hygiene Pada Saat Menstruasi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010 ... 71 Tabel 4.45 Hasil Analisis Uji Multivariat Regresi Logistik Berganda

Tentang pengarug Pengetahuan dan Sikap tentang Personal Hygiene Menstruasi Terhadap Tindakan Personal Hygiene Saat Menstruasi Remaja Puteri di SMK Negeri 8 Medan ... 71


(16)

LAMPIRAN

• Kuesioner

• Output Pengolahan Data


(17)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, MS

ABSTRAK

Perilaku higienis merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam. Salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Namun demikian perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden dalam penelitian ini 87 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap strata (kelas) secara proporsional agar setiap orang memiliki peluang yang sama. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tergolong baik sebesar (77%), sikap baik (85,1%), dan tindakan terbesar (54%) yaitu sedang. Dari analisa multivariat di temukan ada pengaruh pengetahuan tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi (p=0,022), dan ada pengaruh sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi (p=0,021). Sikap tentang personal hygiene menstruasi paling berpengaruh terhadap tindakan remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan (p=0,021).

Dari hasil penelitian diatas disarankan agar pihak Dinas Pendidikan perlu memberikan pelatihan yang difasilitasi oleh Dinas Kesehatan setempat mengenai pendidikan kesehatan reproduksi kepada sekolah-sekolah, khususnya SMA/sederajat di wilayah kerjanya, dan bagi pihak sekolah khususnya SMK Negeri 8 Medan agar memberikan pembelajaran mengenai pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa dan siswinya.

Kata Kunci : Perilaku Personal Hygiene Menstruasi, Siswi SMK, Personal Hygiene Menstruasi.


(18)

Abstract

Hygienic behavior is an important theme that needs to be explored deeply. However hygienic behavior during the menstrual period does not just happen, it comes from a learning process because of someone understanding about the positive or negative behaviors impact that associated with menstruation.

This study aims to determine the influence of knowledge and attitudes about the personal hygiene of menstruation to the practice of personal hygiene during menstruation of teenage in SMK Negeri 8 Medan. This is a descriptive analytic study by using quantitative approach. The number of respondents are 87 people with proportional stratified random sampling technique that is taking sample in each strata (classes) in proportion so that everyone has equal opportunity. Presentation of data using frequency distribution tables.

The results showed that knowledge are classified as good (77%), the attitude are classified as good (85.1%) and practice are classified as medium (54%). From multivariate analysis found an effect of knowledge about personal hygiene personal hygiene of menstruation to the practice of teenage during menstruation (p = 0.022), and attitudes about personal hygiene personal hygiene of menstruation to the practice of teenage during menstruation (p = 0,021). Attitudes has the highest influences to the practice of teenage during menstruation in SMK Negeri 8 Medan (p = 0,021).

From the results, it is suggested to the Education Department to provide training that is facilitated by the local Health Department regarding reproductive health education to schools, especially high school in the working area, and for the school, especially SMK Negeri 8 Medan for providing learning about the importance of reproductive health education for students.

Keywords: Personal Hygiene Menstruation Behavior, SMK Students, Personal Hygiene Menstruation.


(19)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan-kegiatan seksual menempatkan remaja pada tantangan resiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Resiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, misalnya tuntutan untuk menikah muda dan hubungan seksual, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa maupun gaya hidup.

Upaya untuk menuju reproduksi sehat sudah harus dimulai paling tidak pada usia remaja. Remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap maupun tindakannya kearah pencapaian reproduksi yang sehat (WHO, 1995 dalam Sianturi, 2000). Kelompok remaja menjadi perhatian karena jumlah mereka yang besar dan rentan serta mempunyai resiko gangguan terhadap kesehatan reproduksi. Pada masa remaja, mereka mengalami berbagai macam proses perubahan terkait dengan kesehatan


(20)

reproduksi. Perubahan tersebut sering dikenal dengan istilah masa pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi.

Salah satu yang sangat ditekankan bagi perempuan yang tengah mengalami menstruasi adalah pemeliharaan kebersihan diri. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, idealnya penggunaan pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4 sampai 5 kali sehari atau setiap 4 jam sekali, apalagi jika sedang banyak-banyaknya. Setelah mandi atau buang air, vagina harus dikeringkan dengan tisu atau handuk agar tidak lembab. Selain itu pemakaian celana dalam hendaknya bahan yang terbuat dari yang mudah menyerap keringat (PKBI DIY, 2000).

Perilaku higienis merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam. Hal ini karena berdasarkan kajian teoritis yang ada, salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Namun demikian perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Indriastuti, 2009).

Jika remaja putri melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi maka akan terhindar dari kanker rahim, merasa nyaman beraktivitas sehari-hari, percaya diri, bersemangat dan tidak malas-malasan lagi, tidak dijauhi teman-teman karena bau badan amis dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat karena sudah memahami kebenarannya. Sedangkan apabila perilaku higienis tersebut tidak dilakukan maka remaja putri kurang peduli akan kebersihan alat reproduksinya, tidak


(21)

menjaga penampilan dan kesehatan sewaktu menstruasi, dapat terkena kanker rahim, keputihan, mengurangi aktivitas saat menstruasi karena malas, kurang percaya diri, percaya akan mitos-mitos seputar menstruasi yang beredar di masyarakat, dijauhi teman-teman karena bau badan amis (Indriastuti, 2009).

Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa kurangnya perilaku higienis saat menstruasi dapat menyebabkan berbagai penyakit misalnya kanker rahim. Berdasarkan data dari badan kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks merupakan kanker nomor dua terbanyak pada perempuan berusia 15–45 tahun setelah kanker payudara. Tidak kurang dari 500.000 kasus baru dengan kematian 280.000 penderita terjadi setiap tahun diseluruh dunia. Bisa dikatakan, setiap dua menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks. Di Wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah ada 1,3 Milyar perempuan berusia 13 tahun ke atas yang beresiko terkena kanker serviks. WHO memperkirakan ada lebih dari 265.000 kasus kanker serviks dengan kematian 140.000 penderita setiap tahun di wilayah ini. Menurut data Globocan 2002, terdapat lebih dari 40.000 kasus baru kanker serviks dengan sekitar 22.000 kematian karenanya pada wanita di Asia Tenggara (Progestian, 2009).

Indonesia berada pada peringkat pertama untuk kasus wanita penderita kanker mulut rahim (serviks) sedunia, sedangkan data dari Yayasan Kanker Indonesia, bahwa penyakit penyakit kanker leher rahim (serviks) mengakibatkan korban meninggal dunia sedikitnya 555 wanita perharinya dan 200.000 wanita pertahunnya. Menurut beberapa penelitian menyebutkan bahwa kanker ini disebabkan oleh virus Human Papilloma Virus (HPV) yang muncul, antara lain karena perilaku


(22)

sering berganti-ganti pasangan seks dan perilaku yang tidak higienis pada saat menstruasi. Virus ini hidup di daerah yang lembab, persisnya dalam cairan vagina yang diidap oleh penderita keputihan (leukore). Jika keputihan ini tidak segera membaik, virus ini bisa memunculkan kanker rahim. Biasanya keadaan ini ditandai dengan banyaknya cairan keputihan yang disertai bau tidak sedap dan perdarahan yang keluar dari vagina. Tapi ada kalanya kanker yang muncul itu tidak memberikan gejala -gejala sakit seperti itu. Ditemukan penyebab utama kanker mulut rahim di Indonesia adalah pembalut berkualitas buruk (Progestian, 2009).

Setiap wanita yang masih mengalami menstruasi pasti mengenal pembalut. Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di saat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari vagina supaya tidak meleleh kemana-mana. Selain saat menstruasi, perangkat ini juga digunakan setelah pembedahan vagina, setelah melahirkan, sesudah aborsi, maupun situasi lainnya yang membutuhkan pembalut ini untuk menyerap setiap cairan yang berupa pendarahan pada vagina (4).

Sekarang ini begitu banyak pilihan merek pembalut wanita dengan keunggulan masing-masing, mulai dari pembalut tradisonal sampai pembalut modern yang memiliki aroma, warna, dan bentuknya beragam yang ditawarkan melalui banyaknya iklan di media massa yang menawarkan berbagai kelebihan pembalut wanita. Hal itu membuat konsumen khususnya remaja putri bingung menentukan pilihan, sehingga tidak jarang orang jadi gemar berganti-ganti jenis pembalut (7).


(23)

Pembalut tradisional merupakan pembalut yang terbuat dari kain (tentu saja dengan desain yang lebih baik, bukan sekadar potonga-potongan kain yang disumpalkan) kembali muncul sekitar tahun 1970-an dan cukup populer pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Wanita memilih memakai pembalut kain karena memiliki kelebihan seperti alasan kenyamanan, kesehatan, dampak lingkungan, dan lebih murah karena memungkin kan untuk dicuci. Namun pembalut tradisional ini sendiri juga memiliki kekurangan seperti gangguan kesehatan reproduksi jika pembalut tidak cuci dengan keadaan benar-benar bersih (4).

Berbeda dengan pembalut modern yang merupakan pembalut wanita sekali pakai yang terbuat dari campuran-campuran bahan daur ulang dan zat-zat yang terkandung didalamnya. Banyak wanita suka membeli pembalut biasa yang ada di pasaran hanya memikirkan harga murah dan cukup enak dipakai, tanpa mengetahui sedikit pun resiko kesehatan dari pemakaian pembalut atau pantyliner biasa. Pembalut wanita termasuk klasifikasi produk konsumer cepat saji dan produk sekali pakai. Karena itulah, para produsen pembalut biasa kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar untuk menghemat biaya produksi. Dalam proses daur ulang sampah kertas bekas ini, tentu banyak menggunakan bahan-bahan kimia seperti dioxin untuk proses pemutihan kembali, menghilangkan bau sampah kertas bekas dan proses sterilisasi bakteri yang terdapat pada sampah kertas bekas. Kertas daur ulang yang telah diproses dengan bahan kimia inilah yang kemudian dibungkus rapi dan siap dipasarkan sebagai pembalut biasa yang kita temukan di pasaran(7).


(24)

Menurut sebuah penelitian, sebanyak 107 bakteri per m2 ditemukan di atas pembalut wanita berkualitas buruk yang menjadi sarang pertumbuhan bakteri merugikan walaupun hanya digunakan selama 2 jam. Penyebab utama penyakit kewanitaan, yaitu: 10% Imunitas tubuh lemah, 30% kurang higienis, dan 50% lingkungan yang tidak bersih serta penggunaan pembalut yang kurang sehat. 83% wanita dewasa terjangkit infeksi vagina (62% dari data tersebut disebabkan oleh pemakaian pembalut yang kurang berkualitas) (1).

Para wanita membeli pembalut dengan harga murah dan menggunakan tanpa perasaan waswas, namun berpotensi buruk bagi kesehatan wanita. Saat sedang haid dan memakai pembalut biasa, tanpa disadari cairan yang sudah diserap pembalut biasa yang sudah bercampur dengan kimia dan bercampur dengan bahan yang tidak steril dari pembalut biasa. Dan saat seorang wanita duduk tanpa disadari, cairan kotor dari pembalut akan keluar kembali karena terkena tekanan dan naik ke atas dan masuk kembali ke organ kewanitaan. Hal ini yang akan menyebabkan infeksi dan timbulnya masalah kewanitaan. Maka perlu dikhawatirkan jika saat memakai pembalut terasa becek/tidak kering (8).

Berbicara mengenai pembalut wanita tidak terlepas dari pembahasan mengenai iklan dan cara pemasarannya melalui media masa dan elektronik khususnya televisi. Iklan di televisi begitu besar pengaruhnya, sebab televisi adalah media pandang-dengar atau audio-visual. Iklan-iklan selalu bersifat mempromosikan produk yang dijualnya. Namun, beberapa iklan sama sekali tidak menginformasikan atau memberi pesan tentang dampak kesehatan terhadap penggunaan produk tersebut,


(25)

diantaranya adalah iklan pembalut wanita. Tentu saja tayangan iklan juga dapat memberikan pengaruh yang sangat negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian pemirsanya, khususnya anak-anak dan remaja. Jika tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup, maka tidak sedikit yang kemudian akan menjadi korban iklan (Fikri, 2010).

Hal ini sesuai pendapat Fishbein dan Azjen (Azwar, 2003) yang menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut positif maupun negatif tergantung dari pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan mendorong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut (Indriastuti, 2009).

Menurut Morgan (Utami, 2003) orang tua, seperti ayah, kakak atau saudara perempuan, khususnya ibu, diharapkan mampu memberikan informasi yang tepat dan benar tentang apakah menstruasi itu. Jika mengetahui informasi yang benar tentang menstruasi maka anak remaja perempuan akan merasa siap ketika mendapatkan menstruasi pertama kali. Seperti dikatakan oleh Astuti (2003) bahwa pendidikan seputar menstruasi mempengaruhi kesiapan anak perempuan menjelang remaja untuk menghadapi menarche. Oleh karena itu, pendidikan seputar menstruasi disarankan untuk diterapkan bagi anak remaja perempuan yang belum mengalami menstruasi sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan kesiapan menghadapi menarche. Selanjutnya jika individu tahu hal apa saja yang harus dilakukan pada saat mengalami kondisi yang sama, misalnya bagaimana cara mengatasi keluarnya darah menstruasi


(26)

yang dapat terjadi sewaktu-waktu, bagaimana cara memakai dan mencuci pembalut, serta bagaimana cara perawatan diri pada saat menstruasi, maka dapat diharapkan individu berperilaku higienis ketika mengalami menstruasi (Indriastuti, 2009).

Orangtua sebaiknya sudah membekali anak dengan pengetahuan tentang masalah dan bagaimana menghadapi fase perkembangan remaja. Cara meyampaikannya tentu harus dengan penjelasan yang sederhana dan sesuai dengan pemahaman anak-anak. Hal ini penting, supaya pada waktunya anak tidak merasa kaget, malu, cemas, gelisah, dan tertekan. Anak akan memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya dan tahu bagaimana seharusnya ia bertindak (2).

Berdasarkan survey pendahuluan oleh peneliti, sebagian besar murid SMK Negeri 8 Medan berjenis kelamin perempuan, dimana setiap perempuan pasti mengalami menstruasi setiap bulannya. Selain itu frekuensi proses belajar mengajar hingga ektrakurikuler berlangsung relatif lama dari pagi hari hingga sore hari, sehingga sangat berpengaruh terhadap tindakan personal hygiene remaja putri pada saat menstruasi. Disamping itu asumsi peneliti, murid SMK Negeri 8 Medan memiliki banyak sumber informasi dimana hal tersebut akan mempengaruhi pembentukan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMK Negeri 8 Medan mengenai pemilihan pembalut. Dari latar belakang inilah peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.


(27)

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka permasalahan penelitian adalah bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada pihak SMK Negeri 8 Medan dalam upaya menjaga personal hygiene pada saat menstruasi bagi siswi-siswinya


(28)

melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), ekstrakurikuler seperti Pramuka, PMR dengan cara pendidikan sebaya (peer education).

2. Sebagai bahan informasi bagi orang tua kepada anaknya yang menjaga personal hygiene pada saat menstruasi dengan cara yang salah agar dapat memberikan perhatian dan dukungannya terhadap anak dalam membentuk suatu perilaku tentang menjaga personal hygiene pada saat menstruasi yang positif kepada anak-anak mereka yang sudah mengalami menstruasi. 3. Sebagai masukan dan informasi bagi lintas sektor terkait (Dinas

Kesehatan, Dinas Pendidikan) dan pihak SMK Negeri 8 Medan untuk melaksanakan upaya-upaya pencegahan berupa edukasi yang berkaitan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh para siswi SMK Negeri 8 dalam menjaga personal hygiene pada saat menstruasi.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku

Menurut pendapat Skinner yang dikutip oleh Notoatmodjo (2005), perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang

kemudian di ikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior.


(30)

2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut

overt behavior.

Menurut teori Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan dalam Notoatmodjo (2005), perilaku dibedakan dalam tiga kawasan (domain) yakni

Cognitive Domain, Afektif Domain, Psycomotor Domain. Ketiga Domain tersebut

diukur dari pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practise).

2.1.1. Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat di klasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah


(31)

diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk kedalam struktur organisasi tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2005).


(32)

Merupakan respon yang masih tertutup pada suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung di lihat akan tetapi harus di tafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang tertutup.

Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip Notoatmodjo (2005), sikap mempunyai tiga pokok, yaitu:

a. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek b. Kepercayaan (keyakinan). Ide, konsep, terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tent be behave)

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan:

1. Menerima (receiving)

Mau dan memperhatikan stimulus tahu objek yang diberikan.

2. Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila di jawab apabila di tanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang di berikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Mempunyai terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan dapat juga tidak. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu objek. Orang bisa berperilaku bertentangan dengan sikapnya, dan bisa juga merubah sikapnya sesudah yang bersangkutan merubah tingkatannya. Namun


(33)

secara tidak mutlak dapat dikatakan bahwa perubahan sikap merupakan loncatan untuk terjadinya perubahan perilaku.

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tindakan:

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

2.2. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok.


(34)

Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah objek kesehatan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Seorang anak memperoleh pengetahuan bahwa apa itu panas adalah setelah memperoleh pengalaman tangan atau kakinya kena api dan terasa panas. Seorang ibu akan mengimunisasikan anaknya setelah melihat anak tetangganya kena penyakit polio sehingga cacat, karena anak tersebut belum pernah memperoleh imunisasi polio.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak kesulitan waktu melahirkan.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:


(35)

1. Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Misalnya, seorang ibu yang anaknya sakit, segera ingin membawanya ke puskesmas, tetapi pada saat itu tidak mempunyai uang sepeserpun sehingga ia gagal membawa anaknya ke puskesmas.

2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit keras kerumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap RS, sebab ia teringat akan anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di RS.

3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Seorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan. Meskipun sikapnya sudah positif terhadap KB, tetapi ia kemudian tetap tidak mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apapun.

4. Nilai (value)

Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di masyarakat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Untuk anak-anak sekolah misalnya, maka gurulah yang menjadi panutan perilaku mereka .


(36)

Orang-orang yang dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (referensi group), antara lain guru, alim ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya.

e. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu tenaga, dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorangatau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi juga dapat berpengaruh sebaliknya.

f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia. Kebudayaan atau pola hidup masyarakat disini merupakan kombinasi dari semua yang telah disebut diatas. Perilaku yang normal adalah salah satu aspek dari kebudayaan, dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku ini (Notoadmodjo, 2005).

2.3. Remaja


(37)

Remaja atau masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Di dalam jenjang kehidupan, masa remaja ini merupakan suatu masa dimana gelombang kehidupan sudah mencapai puncaknya. Pada masa ini remaja memiliki kesempatan yang sebesar-besarnya dan sebaik-baiknya untuk mengalami hal-hal yang baru serta menemukan sumber-sumber baru dari kekuatan-kekuatan, bakat-bakat serta kemampuan yang ada di dalam dirinya.

Masa remaja merupakan suatu masa dimana para remaja itu dihadapkan kepada tantangan-tantangan, pembatasan-pembatasan, dan kekangan-kekangan yang datang baik dari dalam dirinya maupun luar dirinya (lingkungannya). Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi “sesuatu” menggali serta memahami arti dan makna dari segala sesuatu yang ada (Sulaeman, 1995).

Sarwono (2006) mengatakan bahwa remaja adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang ditandai dengan matangnya organ-organ seksual yang disebut dengan pubertas sampai tercapainya pertumbuhan fisik dan mental yang maksimal sejak usia 12-21 tahun. Menurut Agustiani (2006) mendefinisikan masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Pandangan serupa di kemukakan Lerner dan Hultesh bahwa perkembangan remaja adalah periode antara rentang waktu dimana saat ia anggap masa anak-anak


(38)

menuju dewasa. Dimana remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional (Santrock, 2003).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial.

2.3.2. Pembagian dan Batasan Usia Remaja

Santrock (2003) membagi masa remaja menjadi dua fase yaitu yang disebut “masa remaja awal” atau “pre adolence” yang berkisar antara 12-15 tahun dan “masa remaja akhir” atau “late adolensence” antara usia 15-18 tahun. Pembagian ini di kemukakan Gilmer dalam Sulaeman (1995) sebagai berikut :

1. Pre adolesen, yaitu antara usia 10-13 tahun

2. Masa adolesen awal, yaitu antara usia 13-17 tahun 3. Masa adolesen akhir, dari usia 18-21 tahun

Ini berlaku untuk laki-laki yang biasanya mencapai kematangan yang lebih lambat dari pada gadis-gadis, sedangkan untuk wanita yang biasanya matang lebih cepat pembagiannya adalah :

1. Pre adolesen datang pada usia 10 dan 11 tahun 2. Masa adolesen awal antara usia 12-16 tahun 3. Masa adolosen akhir antara 17-21 tahun

Sementara itu pendapat Konopka dan Ingersoll dalam Hurlock (2004) mengatakan bahwa secara umum masa remaja dibagi menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:


(39)

1. Masa remaja awal (12-15 tahun)

Pada masa ini mulai meninggalkan perannya sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.

2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)

Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya memiliki peran yang penting. Pada masa ini remaja juga mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri dan selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

3. Masa remaja akhir (19-21 tahun)

Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman sebaya dan diterima orang dewasa.

2.3.3. Karakteristik Remaja

Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Hurlock dalam Rochadi (2004) menerangkan beberapa ciri remaja adalah sebagai berikut:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Dikatakan Tanner yang dikutip oleh Hurlock bahwa sebagian besar anak muda, usia antara 12 tahun dan 16 tahun yang penuh kejadian yang


(40)

menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang terjadinya terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa Remaja sebgai periode transisi

Dalam tiap adanya transisi suatu perubahan, status individu menjadi tidak jelas karena terdapat keraguan akan peran yang harus di lakukan. Pasa masa remaja, individu bukan lagi seorang anak-anak dan bukan orang dewasa (Gunter & Moore dalam Hurlock, 2004)

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Hurlock menjelaskan ada beberapa perubahan yang pada umumnya terjadi pada masa remaja, yaitu:

a. Peningkatan emosional

b. Intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Peningkatan emosi lebih menonjol pada masa awal periode masa remaja.

c. Perubahan fisiologis tubuh

Perubahan pada proses pematangan seksual membuat individu remaja menjadi tidak percaya diri terhadap kemampuan dan minat mereka.


(41)

Pada masa ini mulai dipahami bahwa kualitas lebih penting dibandingkan kuantitas.

e. Ambivalen terhadap perubahan

Pada masa remaja, individu mengiginkan dan menuntut kebebasan tetapi sering kali takut bertanggung jawab akan akibat yang terjadi.

2.4. Pembalut

2.4.1. Pengertian Pembalut

Pembalut wanita adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh wanita di saat menstruasi, ini berfungsi untuk menyerap darah dari vagina supaya tidak meleleh ke mana-mana. Selain saat menstruasi, perangkat ini juga digunakan setelah pembedahan vagina, setelah melahirkan, sesudah aborsi, maupun situasi lainnya yang membutuhkan pembalut ini untuk menyerap setiap cairan yang berupa pendarahan pada vagina (3).

Pembalut wanita adalah produk sekali pakai, karena itulah para produsen mendaur ulang bahan baku kertas bekas dan pulp, menjadikannya bahan dasar untuk menghemat biaya. Bahan bakunya mulai dan kertas koran, kardus, karton bekas, penuh dengan bakteri dan kuman-kuman, serta bermacam pewarna sintetis, dan berbau. Dalam proses daur ulang, banyak zat kimia digunakan untuk proses pemutihan kembali. Zat kimia juga digunakan untuk proses sterilisasi kuman-kuman pada kertas bekas serta pembuangan bau (3).

Produk pembalut yang berkualitas buruk mengandung dioxin yang sering menyebabkan bagian intim organ kewanitaan selalu mengalami banyak masalah,


(42)

seperti keputihan, gatal-gatal, iritasi, serta memicu terjadinya kanker mulut rahim/serviks. Banyak hal yang dapat menyebabkan wanita terinfeksi bakteri, khususnya pada daerah ke-wanitaan, salah satunya adalah yang diakibatkan pembalut wanita. Menurut penelitian, terdapat sebanyak 107 bakteri permilimeter persegi ditemuka n di atas pembalut wanita biasa. Zat dioxin itu sendiri merupakan hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper (pembalut untuk anak-anak/ pampers) pada saat daur ulang bahan bakunya (3).

2.4.2 Sumber Informasi dalam Pemilihan Pembalut a. Peran Keluarga

Pentingnya peran serta keluarga dalam memberikan informasi seputar kebersihan kewanitaan kepada remaja putri dapat di pandang dari berbagai sisi yaitu:

• Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya.

• Jika keluarga di pandang sebagai satu sistem, maka masalah yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem.

• Berbagai pelayanan kesehatan reproduksi bukan tempat yang di kunjungi hanya pada saat individu merasaka sakit atau memiliki keluhan, tetapi juga dapat membantu individu dan keluarga memperoleh informasi seputar kesehatan reproduksi, mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadi masalah, dan menanggulangi berbagai masalah.


(43)

• Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kanker serviks, keputihan, dan gangguan kesehatan organ reproduksi lainnya adalah keluarga yang tidak pernah memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi dan ikut serta menangani perilaku premenstruasi individu.

Dari keempat pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga berperan penting dalam memberikan informasi seputar kesehatan reproduksi premenstruasi dan proses penyesuaian perilaku baru individu (Noor, 2010).

Perilaku dan sikap anggota keluarga dibentuk oleh hubungannya dengan anggota keluarga lain. Terdapat dua fungsi dasar keluarga yaitu guna memenuhi kebutuhan fisik dan kesejahteraan psikososial. Kesejahteraan fisik meliputi terpenuhinya kebutuhan makanan, pakaian, rasa aman dan kesehatan jasmani, sedang kesejahteraan psikososial adalah bila keluarga mampu menjadi struktur atau kerangka dasar pertumbuhan psikososial atau keluarga yang berhasil menjalani pertumbuhan psikososial dengan baik.

Orang tua mungkin membayangkan tentang bagaimana mengajarkan anak berjalan, bicara, membaca dan bermain. Tetapi orang tua banyak yang terkejut menghadapi anak yang melawan, temper tantrum (mengamuk), berkelahi, perilaku menyimpang, keras kepala dan tuntutan-tuntutan yang tidak masuk akal. Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang tidak putus-putus dijalani oleh orang tua.


(44)

Ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, khususnya pada masa balita dan beranjak remaja. Keibuan adalah rasa yang dimiliki setiap perempuan. Anak yang merasa kehilangan perhatian atau merasa diperlakukan tidak wajar dapat mengalami ketimpangan kepribadian. Ibu mengemban tugas yang sangat khusus dan mulia. Secara kodrati hanya perempuan yang mengalami haid, mengandung dan melahirkan yang sangat mempengaruhi perubahan hormon dan perasaannya. Ditambah dengan tugasnya merawat bayi hingga anak tumbuh dewasa, maka perasaan keibuan tumbuh secara alami.

Cinta kebapakan lebih banyak terjadi karena dorongan psikis/psikologis tanpa dipengaruhi faktor fisiologis karena laki-laki tidak mengalami proses haid, mengandung dan melahirkan seperti perempuan. Secara umum cinta bapak kepada anaknya dikarenakan :

1. anak sumber kesenangan dan kegembiraan 2. anak sumber kekuatan dan kebanggaan

3. anak adalah faktor penting bagi kelangsungan peran bapak dan kehidupan dunia 4. anak akan mengenang bapaknya bila sudah tiada.

Jadi, baik peran ibu maupun ayah sama-sama penting bagi perkembangan dan pendidikan anak. Khusus ayah, memiliki tugas khusus yaitu sebagai pemimpin keluarga sehingga ayah bertanggung jawab atau baik dan buruknya keluarga. Otomatis, ayah memainkan peran sangat penting untuk menyelenggarakan pendidikan keluarga.


(45)

Konstruksi instrumen pada peran tanggung jawab orang tua oleh Lucia Gilbert dan Gary Handson pada tahun 1982:

1. Mengajari perkembangan kognitif 2. Mengajari menangani emosi 3. Mengajari keterampilan sosial 4. Mengajari norma dan nilai sosial 5. Mengajari kesehatan fisik

6. Mengajari kebersihan pribadi 7. Mengajari bertahan hidup

8. Memberikan kebutuhan dasar kesehatan

9. Memberikan kebutuhan dasar makan, pakaian dan tempat tinggal

10. Memberikan kebutuhan dasar emosional (kasih sayang, mengenal emosi-emosi lainnya)

11. Memberikan kebutuhan dasar perawatan anak

12. Mendampingi anak terlibat dalam institusi-institusi sosial 13. Mendampingi anak terlibat dengan anggota keluarga yang lain.

Jadi, tanggung jawab utama orang tua adalah mengajarkan anak bersosialisasi dan memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan keamanan (Asrilla,2010).

Dalam tabel diberikut ini jelas bahwa peran orang tua dalam komunikasi dengan remaja terbatas dalam hal-hal tertentu saja seperti pendidikan, pelajaran, kesehatan dan keuangan. Sementara untuk masalah-masalah pergaulan dan khususnya


(46)

masalah seksual, remaja cenderung untuk lebih banyak bertanya kepada teman-temannya.

Tabel. 1. Orang yang pertama diharapkan membantu remaja dalam berbagai masalah.

NARA SUMBER UNTUK MASALAH %

Ayah Karir

Pendidikan Pelajaran

61 52 35

Ibu Kesehatan

Keuangan

Hubungan dengan orang tua

84 69 48

Kakak Hubungan kakak/adik

Hubungan dengan saudara

41 40

Teman Pilih pasangan

Pergaulangan dengan teman Pergaulan dengan lawan jenis Info tentang alat KB

Info tentang aborsi Info tentang AIDS

80 79 65 43 39 39 (Sarwono, 2010).

b. Iklan Pembalut

Iklan-iklan selalu bersifat mempromosikan produk yang dijualnya. Namun, beberapa iklan sama sekali tidak menunjukkan produknya atau model iklan tidak memakai atau mengkonsumsi produk yang dipakai dalam iklan tersebut.

Beberapa iklan ini adalah iklan yang paling sering tidak menunjukkan produk yang dikonsumsi oleh model iklannya, diantaranya adalah iklan pembalut wanita. Karena digunakan di daerah pribadi kewanitaan, jadi jangan berharap model iklan bersedia menggunakannya secara terang-terangan. Sebagai gantinya iklan tersebut akan mendemokan pembalut tersebut dengan menyiramkan cairan berwarna biru


(47)

(umumnya) untuk membuktikan pembalut tersebut anti bocor plus adegan yang memperlihatkan bokong-bokong model iklannya (6).

2.5. Personal Hygiene Saat Menstruasi

Higiene pada saat menstruasi merupakan komponen hygiene perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanaya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR).

Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapakan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh remaja putri pada saat menstruasi yaitu: 1. Perawatan kulit dan wajah. Wajah merupakan bagian yang paling sensitive bagi

seorang remaja terutama remaja putri. Masalah jerawat pada remaja terkait dengan penampilan mereka. Pada saat menstruasi kerja dari kelenjar sebaseus akan meningkat sehingga produksi keringat meningkat. Pada saat menstruasi sangat bermanfaat untuk membersihkan muka dua sampai tiga kali sehari guna membantu mencegah timbulnya jerawat.


(48)

2. Kebersihan rambut. Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lainnya.

3. Kebersihan tubuh. Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina. Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan lain dan douche karena cairan tersebut akan semakin merangsang bakteri yang menyebabkan infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh, harus dikeringkan dengan handuk atau tissue, tetapi jangan digosok-gosok. Dengan menjaga kebersihan tubuh dapat memberikan kesegaran bagi tubuh dan memperlancar peredaran darah.


(49)

4. Kebersihan pakaian sehari-hari. Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah terkena darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian celana yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi. Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan menyerap keringat, seperti misalnya katun. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit.

5. Penggunaan pembalut. Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal. Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap setelah mandi dan buang air kecil. Penggantian pembalut yang tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan darah. Alasannya ialah karena gumpalan darah yang terdapat di


(50)

permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu diuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam memakai sabun di tempat tertutup terlebih dahulu sebelum dicuci.

Adapun kesalahan yang sering dilakukan saat pemakaian pembalut : a. Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu b. Menyimpan pembalut di tempat lembab seperti kamar mandi.

c. Menggunakan pembalut yang telah kadaluarsa

d. Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut e. Memakai pembalut yang mengandung bahan penghilang bau f. Pemakaian pembalut yangterlalu lama (Sujarwati, 2002).

Menurut Wilopo (1994), kesehatan reproduksi sebagaimana tercantum dalam konvensi kependudukan dan pengembangan ICPD tahun 1994 di Cairo, yakni keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya tidak adanya penyakit atau kekurangan sesuatu yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi-fungsi, serta proses-prosesnya. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah banyaknya informasi yang diperoleh tentang keadaan seksualitas sehat, baik secara fisik, psikis dan sosial yang berhubungan dengan fungsi serta proses sistem reproduksi (Indriastuti, 2009).

Menurut Kollman dan Emmy kesehatan juga merupakan syarat esensial bagi kesehatan bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa dan bahkan orang yang berusia


(51)

masa tidak reproduktif. Masa tidak reproduktif yaitu masa dimana perempuan telah mengalami menopause atau telah berhentinya menstruasi (Indriastuti, 2009).

Pemahaman seseorang terhadap sistem maupun fungsi reproduksinya sangatlah penting. Seseorang yang tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang cukup, akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksinya dan pada akhirnya ia akan melakukan tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku higienis perempuan pada saat menstruasi. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduki akan memungkinkan perempuan tidak berperilaku higienis pada saat menstruasi (BKKBN, 2003).

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat di jelaskan bahwa pengetahuan serta sikap remaja puteri tentang personal hygiene menstruasi dapat mempengaruhi tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi.

2.7. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh pengetahuan tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi

Tindakan Personal Hygiene

Remaja Puteri Pada saat Menstruasi Pengetahuan


(52)

2. Ada pengaruh sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi.

3. Ada pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu untuk melihat pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan di lakukan di SMK Negeri 8 Medan, dengan alasan:

1. SMK Negeri 8 Medan merupakan sekolah umum yang terdiri dari banyak siswa perempuan.

2. Proses belajar mengajar serta ekstra kulikuler di SMK Negeri 8 Medan dilaksanakan dari pagi sampai sore hari.

3. Belum pernah di lakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMK Negeri 8 Medan pada bulan November sampai dengan Desember 2010.


(54)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas I, II, dan III SMK NEGERI 8 MEDAN sebanyak 929 orang. Siswi kelas I berjumlah 418 orang, siswi kelas II berjumlah 270 orang, siswi kelas III berjumlah 241 orang.

3.3.2. Sampel

Pengambilan sampel di lakukan dengan rumus penentuan jumlah sampel menurut Lemeshow (1997), sebagai berikut:

n = Z².P(1-P)N d²(N-1)=Z².P(1-P)

n = (1.96²).0.5(1-0.5)929 0.1²(929-1)+(1.96²)0.5(1-0.5)

n = 892.21 9.28 + 0.96

n = 892.21 10.24

n = 87.12 = 87

Keterangan: N = Besar Populasi n = Jumlah Sampel

d = Galat Pendugaan (0,1)

Z = Tingkat Kepercayaan (90%=1,96) 35


(55)

P = Proporsi Populasi (0,5)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus diatas maka diketahui jumlah sampel dari populasi 929 orang di dapatkan sampel penelitian sebanyak 87 orang responden.

Pengambilan sampel dilakukan secara proportional stratified random

sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap strata (kelas) secara proporsional

agar setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili setiap kelas (strata).

Kelas I = 418 x 87 = 39.14 = 39 929

Kelas II = 270 x 87 = 25.28 = 25 929

Kelas III = 241 x 87 = 22.56 = 23 929

Dari perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 87 orang dengan perincian untuk kelas I = 39 orang, kelas II = 25 orang, kelas III = 23 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang diperlukan diperoleh dari peninjauan ke lapangan dengan menggunakan kuesioner yang di bagikan kepada responden dan berisikan daftar pertanyaan serta pilihan jawaban yang telah di persiapkan.


(56)

Data sekunder yang diperlukan di peroleh dari kantor Tata Usaha SMK Negeri 8 Medan, yaitu data-data mengenai jumlah seluruh siswa dan jumlah kelas.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi terhadap tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi di SMK Negeri 8 Medan.

3.6. Definisi Operasional

1. Sumber Informasi adalah asal atau sumber keterangan-keterangan yang diperoleh responden. Sumber informasi terdiri dari:

a. Keluarga adalah orang-orang yang memiliki kedekatan darah dengan responden.

• Ayah adalah orang tua laki-laki dari responden yang ikut memberikan informasi mengenai personal hygiene menstruasi.

• Ibu adalah orang tua perempuan dari responden yang ikut memberikan informasi mengenai personal hygiene menstruasi.

• Kakak/ Saudara adalah orang-orang yang memiliki kedekatan dan hubungan darah dengan responden yang ikut memberikan informasi mengenai personal hygiene menstruasi.

b. Iklan pembalut. Yang dimaksud dengan iklan pembalut adalah semua jenis pembalut yang di iklan kan di televisi.


(57)

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan diyakini oleh responden terkait dengan personal hygiene pada saat menstruasi..

• Pengetahuan baik adalah apabila responden banyak mengetahui dan meyakini segala sesuatu tentang personal hygiene pada saat mensteruasi

• Pengetahuan sedang adalah apabila responden kurang banyak mengetahui dan meyakini segala sesuatu tentang personal hygiene pada saat menstruasi.

• Pengetahuan buruk adalah apabila responden sangat sedikit mengetahui dan meyakini segala sesuatu tentang personal hygiene pada saat menstruasi.

3. Sikap adalah penilain atau pendapat responden tentang personal hygiene pada saat menstruasi.

• Sikap baik adalah apabila responden memiliki kecenderungan untuk bertindak baik di dalam melakukan personal hygiene pada saat menstruasi.

• Sikap sedang adalah apabila responden memiliki kecenderungan kurang berminat untuk bertindak di dalam melakukan personal hygiene pada saat menstruasi.

• Sikap buruk adalah apabila responden memiliki kecenderungan tidak berminat untuk bertindak di dalam melakukan personal hygiene pada saat menstruasi. 4. Tindakan personal hygiene remaja putri adalah segala tindakan nyata remaja putri

sehubungan dengan personal hygiene pada saat menstruasi.

• Tindakan baik adalah apabila responden melakukan seluruhnya tindakan personal hygiene pada saat menstruasi.


(58)

• Tindakan sedang adalah apabila responden melakukan sebahagian tindakan personal hygiene pada saat menstruasi.

• Tindakan buruk adalah apabila responden melakukan sedikitnya tindakan personal hygiene pada saat menstruasi.

Dari defenisi operasional di atas, maka dapat dibuat tabel variabel, sub variabel dan skala ukur.

Tabel 3.1. Variabel Penelitian, Sub Variabel, dan Skala Ukur

Variabel Sub Variabel Skala Ukur

Independen Pengetahuan Ordinal

Sikap Ordinal

Dependen Tindakan Ordinal

3.7. Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto (1998), aspek pengukuran dengan kategori (baik, sedang, kurang) terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan. Untuk mengukur pengetahuan, sikap dan tindakan dalam penelitian ini di gunakan skala Thurstone. Skala yang disusun menurut metode Thurstone disusun sedemikian rupa sehingga interval antar-urutan dalam skala mendekati interval yang sama besarnya. Karena itulah skala ini sering juga disebut equal-appearing interval atau equal interval scale (skala interval sama). Dengan demikian ukuran yang dihasilkan oleh skala ini hampir-hampir mendekati ukuran interval sehingga dapat digunakan analisa statistik.


(59)

3.7.1. Pengetahuan

Untuk pengetahuan disusun sebanyak 16 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 3 dan terendah 1. Total skor tertinggi 45, karena pada soal nomor 14 hanya diliat gambarannya saja. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat di klasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Pengetahuan baik, apabila jumlah skor responden >34 (>75%)

b. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor responden 21 – 34 (45% - 75%) c. Pengetahuan kurang, apabila jumlah skor responden <21 (<45%)

3.7.2. Sikap

Untuk sikap disusun sebanyak 16 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 2 dan terendah 1. Total skor tertinggi 32. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat di klasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

a. Sikap baik, apabila jumlah skor responden >24 (>75%)

b. Sikap sedang, apabila jumlah skor responden 15 – 24 (45% - 75%) c. Sikap kurang, apabila jumlah skor responden <15 (<45%)

3.7.3. Tindakan

Untuk tindakan disusun sebanyak 20 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan nomor 2, 5, 6, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 dan 20 mempunyai nilai tertinggi 3. untuk pertanyaan nomor 1, 3, 4, 7, 8 dan 9 hanya dilihat gambaran hasilnya saja. Total nilai adalah 42. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat di klasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :


(60)

b. Tindakan sedang, apabila jumlah skor responden 19 – 32 (45% - 75%) c. Tindakan kurang, apabila jumlah skor responden <19 (<45%)

3.8. Tekhnik Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Univariat

Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dengan mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi pada tiap variabel. Diantaranya variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan dan sikap dalam pemilihan pembalut. Pada variabel terikat (dependent) yang dideskripsikan adalah tindakan personal hygiene remaja putri di SMK Negeri 8 Medan.

3.8.2. Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan antara variabel independen (pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi) dengan variabel dependen (tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi) dengan uji Chi – Square Test. Hubungan ini di identifikasi dengan melihat p-value. Analisis bivariat juga dimaksudkan untuk melihat variabel-variabel yang potensial dimasukkan kedalam regresi linear berganda (analisis multivariat), yaitu varibel-varibel yang mempunyai p-value 0,25.

3.8.3. Multivariat

Analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama dengan variabel dependen dan melihat yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene menstruasi dalam


(61)

melakukan tindakan personal hygiene remaja puteri pada saat menstruasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda dengan taraf


(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum SMK Negeri 8 Medan

SMK Negeri 8 Medan terletak di Jl. Dr. Mansur Padang Bulan Medan. SMK Negeri 8 Medan berdiri pada tahun 1982, dengan luas 2,2 Ha, dengan batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah barat berbatasan dengan Perhimpunan Pemuda Indonesia Amerika (PPIA), sebelah utara berbatasan dengan kolam renang selayang dan sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk. SMK Negeri 8 Medan adalah sekolah yang berbentuk sebuah yayasan yang terdiri dari jurusan perhotelan, tata boga, tata busana, dan kecantikan yang berada di bawah tanggung jawab Dra. Sulistianingsih sebagai kepala sekolah SMK Negeri 8 Medan.

Tabel 4.1. Jumlah Siswa dan Siswi di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010

No. Kelas Program Keahlian J K Agama Asal Sekolah L P Is KP KK Hd Bd SMP MTs

1 X A. Perhotelan 52 90 86 47 8 1 0 133 9

2. X Restoran 27 115 112 28 2 0 0 127 15

3. X Tata Busana 2 142 105 33 5 0 1 123 21 4. X Tata Kecantikan 0 71 53 15 3 0 0 67 4

Jumlah 81 418 356 123 18 1 1 450 49

1 XI A. Perhotelan 13 57 37 27 5 1 0 68 2

2. XI Restoran 13 83 75 19 2 0 0 91 5

3. XI Tata Busana 1 96 71 24 2 0 0 86 11

4. XI Tata Kecantikan 0 34 31 1 1 1 0 33 1

Jumlah 27 270 214 71 10 2 0 278 19

1 XII A. Perhotelan 10 19 14 11 3 1 0 28 1

2. XII Restoran 12 87 66 27 6 0 0 89 10

3. XII Tata Busana 1 101 78 23 1 0 0 94 8 4. XII Tata Kecantikan 0 34 22 11 1 0 0 32 2


(63)

4.2. Karakteristik Responden

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Kelas di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010

No Karakteristik Responden Jumlah (n) Persen (%) Umur

1 14 tahun 10 11,5

2 15 tahun 25 28,7

3 16 tahun 22 25,3

4 17 tahun 16 18,4

5 18 tahun 11 12,6

6 19 tahun 3 3,4

Total 87 100

No Kelas

1 X (10) 39 44,8

2 XI (11) 25 28,7

3 XII (12) 23 26,4

Total 87 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan umur, sebagian besar responden berumur 15 tahun yaitu 25 orang (28,7%) sedangkan yang paling rendah adalah responden dengan umur 19 tahun yaitu sebanyak 3 orang (3,4%).

Berdasarkan kelas, sebagian besar responden berada pada kelas X (10) yaitu 39 orang (44,8%), dibandingkan responden yang berada pada kelas XI (11) yaitu 25 orang (28,7%) dan responden yang berada pada kelas XII (12) yaitu 23 orang (26,4%).


(1)

Sikap 3

15 17,2 17,2 17,2

72 82,8 82,8 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 4

6 6,9 6,9 6,9

81 93,1 93,1 100,0

87 100,0 100,0

Setuju Tidak Setuj u Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 5

52 59,8 59,8 59,8

35 40,2 40,2 100,0

87 100,0 100,0

Setuju Tidak Setuj u Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 6

38 43,7 43,7 43,7

49 56,3 56,3 100,0

87 100,0 100,0

Setuju Tidak Setuj u Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 7

10 11,5 11,5 11,5

77 88,5 88,5 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 8

41 47,1 47,1 47,1

46 52,9 52,9 100,0

87 100,0 100,0

Setuju Tidak Setuj u Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(2)

Sikap 9

11 12,6 12,6 12,6

76 87,4 87,4 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 10

10 11,5 11,5 11,5

77 88,5 88,5 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 11

25 28,7 28,7 28,7

62 71,3 71,3 100,0

87 100,0 100,0

Setuju Tidak Setuj u Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 12

12 13,8 13,8 13,8

75 86,2 86,2 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 13

25 28,7 28,7 28,7

62 71,3 71,3 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 14

13 14,9 14,9 14,9

74 85,1 85,1 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(3)

Sikap 15

43 49,4 49,4 49,4

44 50,6 50,6 100,0

87 100,0 100,0

Tidak Setuj u Setuju Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap 16

16 18,4 18,4 18,4

71 81,6 81,6 100,0

87 100,0 100,0

Setuju Tidak Setuj u Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap Responden

4 4,6 4,6 4,6

5 5,7 5,7 10,3

3 3,4 3,4 13,8

11 12,6 12,6 26,4

19 21,8 21,8 48,3

22 25,3 25,3 73,6

14 16,1 16,1 89,7

9 10,3 10,3 100,0

87 100,0 100,0

24 26 27 28 29 30 31 32 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Sikap Responden

74 85,1 85,1 85,1

13 14,9 14,9 100,0

87 100,0 100,0

baik (>24) sedang (15-24) Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 2

87 100,0 100,0 100,0

a Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 5

24 27,6 27,6 27,6

63 72,4 72,4 100,0

87 100,0 100,0

a b Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(4)

Tin dakan 6

31 35,6 35,6 35,6

39 44,8 44,8 80,5

17 19,5 19,5 100,0

87 100,0 100,0

a b c Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

Tin dakan 10

11 12,6 12,6 12,6

52 59,8 59,8 72,4

24 27,6 27,6 100,0

87 100,0 100,0

c b a Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

Tin dakan 11

65 74,7 74,7 74,7

3 3,4 3,4 78,2

19 21,8 21,8 100,0

87 100,0 100,0

c a b Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

Tindakan 12

87 100,0 100,0 100,0

a Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tin dakan 13

52 59,8 59,8 59,8

17 19,5 19,5 79,3

18 20,7 20,7 100,0

87 100,0 100,0

c b a Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

Tin dakan 14

15 17,2 17,2 17,2

19 21,8 21,8 39,1

53 60,9 60,9 100,0

87 100,0 100,0

b a c Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent


(5)

Tindakan 15

87 100,0 100,0 100,0

c Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 16

16 18,4 18,4 18,4

71 81,6 81,6 100,0

87 100,0 100,0

b c Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 17

40 46,0 46,0 46,0

47 54,0 54,0 100,0

87 100,0 100,0

b a Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 18

4 4,6 4,6 4,6

83 95,4 95,4 100,0

87 100,0 100,0

c a Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 19

3 3,4 3,4 3,4

84 96,6 96,6 100,0

87 100,0 100,0

b a Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan 20

18 20,7 20,7 20,7

69 79,3 79,3 100,0

87 100,0 100,0

b c Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


(6)

Tindakan Responden

3 3,4 3,4 3,4

3 3,4 3,4 6,9

41 47,1 47,1 54,0

24 27,6 27,6 81,6

15 17,2 17,2 98,9

1 1,1 1,1 100,0

87 100,0 100,0

31 33 34 35 36 37 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent

Tindakan Responden

40 46,0 46,0 46,0

47 54,0 54,0 100,0

87 100,0 100,0

baik (>32) sedang (19-32) Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumul ative Percent


Dokumen yang terkait

Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Remaja Putri Tentang Higienis Pada Saat Menstruasi Di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2010

0 28 121

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL Pengaruh Penyuluhan Personal Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 5 Karanganyar.

0 4 17

PENDAHULUAN Pengaruh Penyuluhan Personal Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 5 Karanganyar.

0 3 5

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Penyuluhan Personal Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Siswi Kelas VII Di SMP Negeri 5 Karanganyar.

0 5 4

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN

0 0 6

POTENSI PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI

0 1 7

PERSEPSI REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE MENSTRUASI DENGAN PERILAKU REMAJA PUTRI SAAT MENSTRUASI PADA SISWA KELAS XI SMK YPPM BOJA

0 0 6

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI MTS NEGERI GUBUK RUBUH GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Penyuluhan tentang Personal Hygiene terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstr

0 1 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI SAAT MENSTRUASI DI SMPN 2 GAMPING

0 2 16

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMA NEGERI 1 SUNGGUMINASA TAHUN 2016

0 3 107