Enterococcus faecalis sebagai Salah Satu Bakteri yang Berperan

dan obat-obatan melarang penggunaan PBSC untuk perawatan endodontik disebabkan adanya resiko terjadi sensitisasi dan reaksi alergi yang berhubungan dengan pemakaian penisilin. 2

2.2 Enterococcus faecalis sebagai Salah Satu Bakteri yang Berperan

dalam Infeksi Saluran Akar Penyebab utama infeksi pasca perawatan adalah mikroorganisme yang persisten pada apikal saluran akar gigi yang telah dirawat. Beberapa spesies mikroorganisme yang ditemukan pada infeksi pasca perawatan mampu bertahan pada lingkungan yang tidak mendukung dan keterbatasan nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa mikroflora dengan prevalensi tinggi pada infeksi persisten adalah Enterococci dan Streptococci, kemudian Lactobacilli, Actinomyces sp., Peptostreptococci, dan Candida . 22 Enterococci telah dikenal sebagai bakteri yang berpotensi patogen terhadap manusia sejak lama dan terlibat dalam infeksi saluran akar. 23 Enterococci memiliki kemampuan untuk tumbuh dengan atau tanpa oksigen dan bertahan pada lingkungan dengan pH alkalin yang ekstrim. 5 E. faecalis merupakan salah satu dari 23 spesies Enterococci yang telah diketahui. 5 E. faecalis tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, gram positif kokus, berbentuk ovoid dengan diameter 0,5 – 1 µm, biasanya tunggal, berpasangan atau berbentuk rantai pendek Gambar 1. 23 Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Gambaran koloni E. faecalis di bawah scanning electron microscope 24 Ada tiga komponen utama yang menyusun dinding sel E. faecalis : peptidoglikan, teichoic acid, dan polysaccharide. Dinding sel tersusun atas 40 peptidoglikan, sementara sisanya terdiri dari polysaccharide dan teichoic acid. Peptidoglikan berfungsi untuk menahan pecahnya sel yang disebabkan oleh tekanan osmotik sitoplasmik yang tinggi. 24 E. faecalis ditemukan sebanyak 4 − 40 pada infeksi endodon tik primer dan bertambah banyak pada lesi periradikular persisten dengan prevalensi 24 - 77. 5 Faktor-faktor yang menyebabkan E. faecalis mampu bertahan pada saluran akar, antara lain : 5 bertahan terhadap ketidaktersediaan nutrisi, berikatan dengan dentin, menginvasi tubulus dentin, mengubah respon host, menekan kerja limfosit, bersaing dengan bakteri lain, membentuk biofilm, dan resisten terhadap pemberian kalsium hidroksida. Kalsium hidroksida tidak efektif dalam membunuh E. faecalis disebabkan oleh faktor berikut : 5 Universitas Sumatera Utara a. E. faecalis mampu mempertahankan keseimbangan pH, yang merupakan akibat dari penetrasi ion membran sel dan juga kapasitas bufer sitoplasma. b. E. faecalis memiliki proton pump yang juga mempertahankan keseimbangan pH. Mekanisme ini dilakukan melalui “pumping” proton ke dalam sel sampai diperoleh pH internal yang lebih rendah. c. Adanya kapasitas buffer dentin menyebabkan pH 11,5 tidak dapat dipertahankan di dalam tubulus dentin, sehingga E. faecalis tetap hidup pada tubulus dentin. Selain itu, berbagai komponen dentin seperti matriks dentin, kolagen tipe I, hidroksiapatit, dan serum bisa mengurangi efek antibakteri kalsium hidroksida. Javidi et al. 2011 menemukan bahwa kalsium hidroksida tidak mampu mengeliminasi seluruh bakteri E. faecalis dari saluran akar, baik setelah 1 hari maupun 7 hari pemberian kalsium hidroksida. 25 Selain itu, E .faecalis juga mempunyai faktor-faktor virulensi yang berperan pada infeksi saluran akar, yaitu aggregation substance AS, surface adhesions, sex pheromones, lipoteichoic acid LTA, extracellular superoxide, gelatinase, hyaluronidase , cytolysin, dan AS-48. 6 Bakteri ini menghasilkan perubahan patogen baik secara langsung melalui produksi toksin atau secara tidak langsung dengan cara menginduksi proses inflamasi. 6 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Sebuah model penyakit endodontik terkait dengan faktor-faktor virulensi E. faecalis. Faktor-faktor virulensi bakteri dalam tubulus dentin dan saluran akar yang dilepas menuju daerah periradikular sehingga merangsang leukosit untuk menghasilkan mediator inflamasi atau enzim litik. Beberapa bakteri dapat berpindah ke lesi periradikular. Faktor- faktor virulensi yang merugikan dan produk leukosit ditampilkan pada zona antara garis potong. Pada gambar yang diperbesar, perlekatan bakteri ke berbagai elemen dari dentin digambarkan. Produk bakteri melawan bakteri lain juga dimasukkan. Perhatikan bahwa nama dalam kotak hitam adalah produk dari bakteri. Singkatan: Adh surface adhesions; AS agregation substance; Bact bacteriocins; BS binding substance; CP colagen peptides; Cyl cytolysin; Ef Enterococcus Faecalis; Elas elastase; Gel gelatinase; Hya hyaluronidase; H2O2 hidrogen peroksida; IFN- gamma interferon; IL interleukin; LE lysosomal enzyme; LTA lipoteichoic acid; NO nitrat oxide; O2.- superoxide anion; PGE2 prostaglandin E2; SP sex pheromones; dan TNF tumor necrosis factor. 6 Gambar 2. menunjukkan patogenisitas E. faecalis pada infeksi endodontik. AS membantu untuk berikatan dengan protein extracellular matrix ECM, termasuk kolagen tipe I yang merupakan komponen organik utama dentin. Ikatan dengan kolagen ini kemungkinan akan menyebabkan infeksi endodontik. AS bersama dengan Universitas Sumatera Utara BS binding substance menginduksi proliferasi sel-T, diikuti dengan pelepasan tumor necrosis factor beta TNF- β dan gamma interferon IFN-γ, kemudian mengaktifkan makrofag melepaskan tumor necrosis factor alpha TNF- α. Sitokin TNF-α dan TNF- β terlibat dalam resorpsi tulang, sementara IFN-γ dianggap sebagai faktor dalam pertahanan host terhadap infeksi, tapi pada saat bersamaan juga sebagai mediator inflamasi. IFN- γ menstimulasi produksi agen sitotoksik nitric oxide NO oleh makrofag dan neutrofil dan menyebabkan kerusakan jaringan. 6 Sex pheromones bersifat kemotaktik terhadap manusia serta menginduksi produksi superoxide dan sekresi lysosomal enzymes. Enzim ini mengaktifasi sistem komplemen, yang memperbesar resorpsi tulang pada jaringan periapikal baik berupa perusakan tulang maupun dengan menghambat pembentukan tulang baru. LTA mampu menstimulasi leukosit untuk melepaskan beberapa mediator yang berperan dalam respon inflamasi, seperti TNF- α, interleukin 1 beta IL-1β, interleukin 6 IL- 6, interleukin 8 IL-8, prostaglandin PGE2, lysosomal enzymes dan superoxide anion . Mediator-mediator tersebut berperan dalam perusakan jaringan. 6 Superoxide anion yang terdapat pada extracellular superoxide merupakan radikal oksigen yang sangat reaktif terlibat dalam kerusakan sel dan jaringan pada proses inflamasi. Superoxide anion juga dihasilkan osteoklas dan berperan dalam resorpsi tulang. Gelatinase berkontribusi terhadap resorpsi tulang dan degradasi dentin matriks organik. Hal ini berperan penting terhadap timbulnya inflamasi periapikal. 6 Hyaluronidase merupakan suatu enzim terdegradasi yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan. Peranan lain hyaluronidase ialah menyuplai nutrisi untuk Universitas Sumatera Utara bakteri, karena produk degradasi dari substrat target merupakan disakarida yang diangkut dan dimetabolisme pada intraselular bakteri. Hyaluronidase dianggap memudahkan penyebaran bakteri serta toksinnya melalui jaringan host. 6 Cytolysin menyebabkan kerusakan jaringan, sementara AS-48 menghambat pertumbuhan organisme lain. 23

2.3 Pegagan Centella asiatica L. Urban

Dokumen yang terkait

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

39 299 83

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Umbi Lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Fusobacterium nucleatum ATCC 25586 sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

9 130 100

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Siwak (Salvadora persica) sebagai Alternatif Bahan Irigasi Saluran Akar terhadap Enterococcus faecalis (Secara In Vitro)

3 56 77

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Enterococcus faecalis sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar (Secara In Vitro)

2 96 63

Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernoniaamygdalina) Sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar Terhadap Enterococcus Faecalis(Secarain Vitro)

21 182 71

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Fusobacterium nucleatum (Secara In-Vitro)

8 110 71

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (Secara In-Vitro)

3 71 74

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Aloe vera Terhadap Enterococcus faecalis Secara in Vitro.

3 112 71

Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Aloe vera Terhadap Sel Fibroblas Sebagai Bahan Medikamen Saluran Akar Secara In Vitro.

8 106 83

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Fusobacterium nucleatum (Secara In-Vitro)

0 0 13