UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SDN SUMBAGA 02 KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009 2010

(1)

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA

SISWA KELAS V SDN SUMBAGA 02 KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

OLEH : MOKHAMAD AFIF

NIM.X2707030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA

SISWA KELAS V SDN SUMBAGA 02 KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

OLEH : MOKHAMAD AFIF

NIM.X2707030

Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Ditulis dan disajikan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Hari : Kamis Tanggal : 24 Juni 2010

Tim Penguji Laporan PTK

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua :Drs.Kartono,M.Pd ………

Sekretaris :Drs.Hadi Mulyono,M.Pd ………

Anggota I :Drs.A.Dakir.M.Pd ………

Anggota II :Drs.Chumdari,M.Pd ………

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof.Dr.H.M .Furqon Hidayatullah,M.Pd NIP.196007271987021001


(4)

PERSETUJUAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Laporan Penelitian Tindakan Kelas Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juni 2010

Pembimbing, Supervisor

Drs. A.DAKIR , M.Pd KUSTI MUTFIAH, S.Pd NIP.19491106 197603 1 001 NIP. 19680408 199303 2 009


(5)

ABSTRAK

Mokhamad Afif .NIM. X2707030, UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SDN SUMBAGA 02 KECAMATAN BUMIJAWA KABUPATEN TEGAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas V SDN Sumbaga 02 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.

Penelitian ini disusun dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas model siklus dengan langkah : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjeknya adalah siswa kelas V SDN Sumbaga02 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal. Siswa kelas V SDN Sumbaga 02 dengan jumlah 35 terdiri dari 19 siswa putera dan 16 siswa puteri.

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan pada kondisi awal, nilai rata-rata kelas 64. Dengan penggunaan model pembelajaran Teaching And Learning (CTL), pada siklus I, nilai rata-rata kelas menjadi 73. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81. Dari keseluruhan siklus yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu meningkatkan motivasi belajar matematika. Setiap siklus selalu membawa dampak positif ke arah peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Sumbaga 02 Tahun Pelajaran 2009 / 2010.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun penelitian tindakan kelas yang berjudul Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dengan Model Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V SDN Sumbaga 02 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2009 / 2010. Penulisan ini diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, dengan segala kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun material sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Terlebih lagi ucapan kasih ini dihaturkan kepada :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Rernat Sajidan, M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

4. Drs.A.Dakir,M.Pd, selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan,

sehingga penulisan tindakan kelas ini dapat selesai tepat waktu.

5. Kusti Mutfiah, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sumbaga 02 dan Bapak/Ibu Guru serta karyawan SD Negeri Sumbaga 02, atas segala bantuannya.

6. Siswa kelas V SDN Sumbaga 02, yang dengan semangat telah membantu berhasilnya penelitian tindakan kelas.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan dan menjadikan


(7)

amal ibadah yang mulia. Selanjutnya sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari segala kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf yang setulus-tulusnya. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu penulis dalam penyempurnaan penyusunan selanjutnya.

Surakarta, Juni 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN PERSETUJUAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... BAB I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Hasil Penelitian ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Kajian Teori ... B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Pikir ... D. Hipotesis Tindakan ... BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...

B. Subjek Penelitian ... C. Prosedur Penelitian ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... B. Pembahasan ... BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... A.Simpulan ... B.Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR LAMPIRAN ...


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Motivasi belajar merupakan pendorong aktivitas dan inisiatif siswa yang mengarah pada ketekunan dan keberhasilan belajar siswa yang sedang dalam proses pembelajaran.

Pada umumnya siswa kelas V menganggap mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Fenomena yang demikian juga terjadi pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Sumbaga 02 Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.

Motivasi siswa belajar matematika di kelas V SD Negeri Sumbaga 02 yang terlihat selama ini dapat dikatakan sangat rendah. Dari data yang berhasil dihimpun, terlihat gambaran dari 35 siswa kelas V dalam pembelajaran matematika sebagai berikut.

- Setiap guru memberi kesempatan bertanya, hanya 11 % atau 4 siswa yang memberi pertanyaan sedangkan 89 % atau 31 siswa yang lain tidak memberikan pertanyaan.

- Hanya 13 siswa atau 37 % yang tuntas belajar sedangkan yang lain sebanyak 22 siswa atau 63 % belum tuntas belajar

- Jumlah siswa yang tidak aktif cukup banyak, yaitu mencapai 22 siswa dari 35 siswa yang ada di kelas V.

Jika diperhatikan selama ini, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Negeri Sumbaga 02 cenderung sebagai pemindahan pengetahuan matematika dari guru kepada siswa. Siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa yang disampaikan guru. Hal ini tentu saja membuat siswa tidak maksimal dalam pembelajaran matematika di kelasnya. Pada kelas V SD


(10)

Negeri Sumbaga 02, pada pembelajaran matematika, siswa kelas V mempunyai keengganan dalam belajar matematika di kelasnya. Dengan kondisi yang demikian tersebut, Sekolah Dasar Negeri Sumbaga 02 tidak berani mematok nilai tinggi dalam membuat kriteria ketuntasan minimal untuk mata pelajaran matematika kelas V.

Sejalan dengan munculnya berbagai kajian tentang peserta didik, kita sadar bahwa tidak dapat dipungkiri, siswa kelas V SD Negeri Sumbaga 02 menginginkan sebuah proses belajar matematika yang sesuai dengan proses berpikirnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, beberapa upaya dilakukan, salah satunya adalah dengan mencoba pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kontekstual.

Model Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2002: 24).

Harapan dari diterapkannya Model Pembelajaran Kontekstual di kelas V Sekolah Dasar Negeri Sumbaga 02 adalah motivasi siswa belajar matematika akan meningkat serta siswa menjadi tidak lagi takut dan malas melainkan menyenangi terhadap pembelajaran matematika. Matematika tidak lagi menjadi pelajaran sulit, tetapi siswa merasa mudah dalam mempelajari matematika.

B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya 1. Rumusan Masalah

Adanya kesenjangan antara keinginan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan keadaan yang terjadi berupa kekurangaktifan belajar pada mata pelajaran Matematika di Sekolah Dasar Negeri Sumbaga 02, menjadi masalah dalam penelitian.

Berdasarkan masalah tersebut, dalam proposal ini diajukan rumusan permasalahan sebagai berikut :


(11)

Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika Kelas V di SD Negeri Sumbaga 02 ?

2. Pemecahan Masalah

Pembelajaran yang sesuai dengan proses berpikir siswa, tentunya akan membuat siswa menyenangi proses pembelajaran tersebut. Dengan melakukan pembelajaran matematika menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual secara baik paling tidak akan mampu mendekatkan siswa dengan ide dan konsep matematika melalui pemecahan masalah-masalah nyata yang dialami sehari-hari.

Model Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Johnson, 2002: 24).

Demikian halnya dengan guru melakukan pembelajaran matematika melalui Model Pembelajaran Kontekstual, dengan harapan motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini dikarenakan adanya matematisasi konsepsi atau proses pengembangan ide dan konsep-konsep matematika yang diawali dengan pengalaman siswa yang dapat dari dunia real. Dengan demikian siswa akan lebih termotivasi dalam mempelajari matematika yang sampai saat ini masih dianggap sulit.

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

Penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika Kelas V di SD Negeri Sumbaga 02


(12)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan/atau pembelajaran berupa terwujudnya pembelajaran matematika yang bermakna serta sesuai dengan minat dan proses berpikir siswa.

Adapun manfaatnya bagi siswa, guru, dan sekolah yaitu :

1. Siswa

Meningkatkan motiovasi belajar siswa dan memudahkannya dalam mempelajari matemtaika.

2. Guru

Menumbuhkan kreativitas guru dengan menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual dalam pembelajaran matematika.

3. SD Negeri Sumbaga 02

Meningkatkan pemberdayaan Model Pembelajaran Kontekstual agar motivasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lainnya.


(13)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori

1.Motivasi Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (M Sobri Sutikno, 2009 : 4). Menurut Skinner (dalam M. Sobri Sutikno, 2009 : 3) belajar merupakan suatu proses adaptasi akan penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Sedangkan Mc. Donald (dalam Oemar Hamalik, 2001 : 158) mendefinisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivasi belajar menurut Martinis Yamin (2009 : 219) adalah daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan dan pengalaman. Menurut Pupuh Faturrohman, 2009 : 19), motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam dini siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Sedangkan menurut Sutawijaya (1997:176), matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo (1990:3) matematika berkenan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak.

Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi pelajaran di sekolah. Setidak -tidaknya seorang anak harus memiliki motivasi untuk belajar di sekolah. Misalkankeinginan untuk berprestasi sebagai perbu atan normal yang selalu lahir dari dorongan,baik asalnya dari luar maupun dalam diri orang yang bersangkutan. Dorongan inilah yang kemudian populer dengan sebutan motivasi. Berbagai


(14)

pengertian telah dikemukakan oleh para ahli tentang motivasi yang satu de ngan yang lainnya berbedadari segi redaksi, namun secara prinsip tidak ada perbedaan. S. Nasution (1997 : 182) menyatakan bahwa, “Pelajar harus diberikan ganjaran (reward) berupa pujian, angka yang baik, rasa keberhasilan atas hasil belajarnya, sehingga ia lebih tertarik oleh pelajaran. Keberhasilan dalam interaksi dengan lingkungan belajar, penguasaan tujuan program pendidikan memberikan rasa kepuasan dan karena itu merupakan sumber motivasi yang terus menerus bagi pelajar, sehingga ia sanggup belajar se ndiri depanjang hidupnya, yang dapat dianggap sebagai salah satu hasil pendidikan yang paling penting”. Motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong,mengaktifkan atau menggerakkan dan mengarahkan atau menyalurkan ke arah tujuan. Mc Clelland (dalam S. Nasution, 1997 : 182) menyelidiki berbagai hal yang dapat mempertinggi motivasi yang terkait dengan pelajaran di sekolah , yaitu “Merumuskan tujuan dengan jelas, mengetahui kemajuan yang dicapai, merasa

bertanggung jawab, dan lingkungan sosial yang menyokong”. Siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki kemauan lebih keras. Kegagalan yang dialaminya akan membangkitkan semangat berusaha lebih giat untuk memperoleh sukses di masa yang akan datang. Individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah jika mengalami kegagalan akan mengakibatkan cenderung menurun,sehingga kegagalan yang satu akan diikuti oleh kegagalan berikutnya.

Jadi motivasi belajar matematika adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar matematika karena didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar. Kegiatan itu dilakukan dengan kesungguhan hati dan terus menerus dalam rangka mencapai tujuan. Motivasi belajar matematka siswa dikatakan tinggi apabila :

1. Prosentase kehadiran siswa tinggi

2. Kualitas keterlibatan siswa tinggi dibuktikan dengan banyaknya siswa yang bertanya


(15)

2.Model Pembelajaran

Secara umum, model diartikan sebagai benda tiruan dari benda yang sesungguhnya. Secara khusus, model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan sesuatu kegiatan.

Menurut Joyce dan Weil (1986) adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran

3.Model Pembelajaran Kontekstual

(a).Landasan Filosofi Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Landasan filosofi Model Pembelajaran Kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 26). Menurut pandangan konstruktivistik bahwa perolehan pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih khusus ialah pengetahuan tertanam dalam benak sesuai dengan skemata yang dimiliki seseorang. Skemata itu tersusun dengan upaya dari individu siswa yang telah bergantung kepada skemata yang telah dimiliki seseorang.

(b).Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Elaine B. Johnson (2007) menjelaskan Model Pembelajaran Cotextual Teaching and Learning adalah sebuah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa seorang pembelajaran akan mau dan mampu menyerap materi pelajaran jika mereka dapat menangkap makna dari pembelajaran tersebut.

Menurut Trianto (2009), karakteristik Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning :


(16)

1. Kerjasama

2. Saling menunjang

3. Menyenangkan, mengasyikan

4. Tidak membosankan (joyfull, comfortable) 5. Belajar dengan bergairah

6. Pembelajaran terintegrasi

7. Menggunakan berbagai sumber siswa aktif

Menurut Trianto (2009), sebuah kelas dikatakan menerapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning jika menerapkan ketujuh komponen, yaitu (1) kontruktVisme, (2) inkuiri, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) permodelan, (6) refleksi, (7) penilaian yang sebenarnya.

Menurut Trianto (2009), secara garis langkah-langkah pembelajaran dengan Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning sebagai berikut.

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik 3. Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompoknya)

5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6. Melakukan refleksi di akhir pertemuan

7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

(c). Definisi Model Pembelajaran Kontekstual

Model Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa memahami materi pelajaran yang sedang mereka pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran dengan penerapannya dalam kehidupan sehari –hari (Johnson, 2002: 24 )


(17)

1.Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful conections),adalah

membuat hubungan antara subyek dengan pengalaman yang bermakna dan

makna ini akan memberi alasan apa yang dipelajari.Menghubungkan antara

pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehingga hasilnya akan

bermakna (berarti). Ini akan membuat siswa merasakan bahwa belajar penting untuk masa depannya (Johnson,2002: 43-44).

2. Melakukan pekerjaan atau kegiatan -kegiatan yang signifikan (doing significant work), adalah dapat melakukan pekerjaan atau tugas yang sesuai. 3. Belajar yang diatur sendiri (self regulated learning), adalah membangun minat individual siswa untu k bekerja sendiri ataupun kelompok dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna dengan mengaitkan antara materi ajar dan konteks kehidupan sehari -hari (Johnson, 2002: 82 -84).

4. Bekerja sama (collaborating), adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok, membantu siswa untuk mengerti bagaimana berkomunikasi atau berinteraksi dengan yang lain dan dampak apa yang ditimbulkannya.

5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), si swa diwajibkan untuk memanfaatkan berpikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan, analisis dan sintesis data, memahami suatu isu atau fakta dan pemecahan masalah (Johnson, 2002: 100 -101).

6. Memelihara atau membina pribadi (nurturing the individual ), adalah menjaga atau mempertahankan kemajuan individu. Hal ini menyangkut pembelajaran yang dapat memotivasi, mendukung, menyemangati, dan memunculkan gairah belajar siswa. Guru harus memberi stimuli yang baik terhadap motivasi belajar siswa dalam lingk ungan sekolah. Guru diharap mampu memberi pengaruh baik terhadap lingkungan belajar siswa. Antara guru dan orang tua mempunyai peran yang sama dalam mempengaruhi kemampuan siswa. Pencapaian perkembangan siswa tergantung pada lingkungan sekolah juga pada kepedulian perhatian yang diterima siswa terhadap pembelajaran (termasuk orang tua). Hubungan ini penting dan


(18)

memberi makna pada pengalaman siswa nantinya didalam kelompok dan dunia kerja (Johnson, 2002: 127 -128).

7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), adalah menyiapkan siswa mandiri, produktif dan cepat merespon atau mengikuti perkembangan teknologi dan jaman. Dengan demikian dibutuhkan penguasaan pengetahuan dan kete rampilan sebagai wujud jaminan untuk menjadi orang yang bertanggung jawab, pengambil keputusan yang bijaksana dan karyawan yang memuaskan (Johnson, 2002: 149-150).

8. Penilaian yang sesungguhnya (authentic assesment), ditujukan pada motivasi siswa untuk menjadi unggul di era teknologi, penilaian sesungguhnya ini berpusat pada tujuan, melibatkan keterampilan tangan, penerapan, dan kerja sama serta pemikiran tingkat tinggi yang berulang-ulang. Penilaian itu bertujuan agar para siswa dapat menunjukkan penguasaan dan keahlian yang sesungguhnya dan kedalaman berpikir dari pengertian, pemahaman, akal budi, kebijaksanaan dan kesepakatan (Johnson, 2002: 165).

e. Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual

Untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran kontekstual, guru dalam pembelajarannya mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama Model Pembelajaran Kontekstual yakni sebagai berikut.

1.. Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).

2. Membentuk group belajar yang saling tergantung (interdependent learning groups) yaitu agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu dilaksanakan dalam kelompok - kelompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok.


(19)

3. Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry), yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sejumlah fakta).

4. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan (questioning). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir siswa, sedangkan bagi siswa kegiatan bertanya untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan menunjukkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang baru yang didatangkan di kelas.

5. Pemodelan (modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar, namun demikian guru bukan satu –satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa atau dapat juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa -apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa.

7. Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses pengumpulan berbagai data yang bias memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya itulah hakekat penilaian yang sebenarnya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 10-20).


(20)

4.Matematika

Istilah matematika berasal dari berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti ,”Mathesis” yang berarti ajaran ,pengetahuan abstrak dan deduktif,dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan,tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia )

Dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) terdapat istilah Matematika Sekolah yang dimaksut untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas:1994)

5.Pembelajaran Matematika

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau mahluk hidup belajar” (Depdikbud). Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti “ berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”(Depdikbud).

Menurut Gagne dan Briggs dalam (Aisyah) melukiskan pembelajaran sebagai “upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar” (Aisyah, dkk, 2007), secara lebih terinci Gagne mendefinisikan pembelajaran sebagai “ seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang sifatnya internal (Gredler, 1991).

Suatu pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Corey bahwa pembelajaran adalah “Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan. (Miarso dkk, 1977).


(21)

Dari keempat pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk

menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (sipelajar)

melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.

Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah, pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas atau sekolah yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam pembelajaran matematika SD adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksana kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai obyek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.

B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun dalam penelitian ini menggunakan kajian empiris / penelitian yang relevan sebagai berikut :

1. Mukhrozi. 2008. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Melalui

Penerapan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas V SD Negeri Cacaban 01 Tahun Pelajaran 2007/2008. Jakarta : Universitas Terbuka Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

Pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV SD Negeri Cacaban 01.

2. Muhamad Bukhori. 2006. Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui

Penerapan Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas V SD Negeri Wotgalih 02 Tahun Pelajaran 2005/2006. Jakarta : Universitas Terbuka Hasil penelitian menunjukkan bahwa :


(22)

Pendekatan Matematika realistik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Wotgalih 02.

C.Kerangka pikir yang digunakan penulis sebagai berikut :

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit dikuasai siswa jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya perlu dicari inovasi baru yang mampu memudahkan siswa dalam belajar matematika, disamping dapat merangsang siswa untuk tertarik atau senang belajar matematika. Pembelajaran yang menekankan pada aktifitas siswa dalam menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata, dapat membantu siswa dalam belajar matematika sesuai proses berpikirnya. Dengan begitu, minat dan prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran yang syarat dengan kreteria di atas adalah pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Dengan demikian, gambar kerangka berpikirnya sebagai berikut :

INPUT PROSES OUTPUT

Kondisi awal: Tindakan : Kondisi Akhir - Pembelajaran matematika -Pembelajaran - Motivasi belajar

konvensional menggunakan siswa meningkat

- Perhatian Siswa Kurang metode CTL - Pembelajaran -Siklus I menjadi

a.Perencanaan menarik b.Tindakan

c.Observasi d,Refleksi -Siklus II a.Perencanaan b.Tindakan c.Observasi d,Refleksi

PBM Efektif


(23)

Kerangka berpikir dalam penelitian ini, dengan model pembelajaran yang ditawarkan , siswa akan lebih mudah menemukan kembali ide dan konsep matematika yang dipelajari. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna sehingga dimungkinkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dapat meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Jika Model Pembelajaran Kontekstual diterapkan pada pembelajaran matematika maka motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri Sumbaga 02 menjadi meningkat.


(24)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Sumbaga 02, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal.

2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2010.

B.Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas V SD Negeri Sumbaga 02, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, dengan jumlah 35 siswa terdiri dari putera 19 puteri 16.

C.Prosedur Penelitian 1. Seting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sumbaga 02 yang memiliki 6 rombongan belajar tahun pelajaran 2009/2010 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V dengan jumlah siswa 35 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas.

2. Rencana Tindakan

Untuk memecahkan masalah penelitian diperlukan langkah yang tepat dalam penanganannya. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan kontekstual maka pelaksanaan tindakan direncanakan dalam dua siklus.

Siklus pertama dilaksanakan dengan kompetensi dasar menentukan jarring-jaring beberapa bangun ruang sederhana sedangkan siklus kedua dilaksanakan dengan kompetensi dasar menyelesaikan


(25)

masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana. Setiap siklus terdiri atas dua pertemuan.

Langkah-langkah yang secara umum digunakan untuk

memecahkan masalah adalah membuat perencanaan yang memuat :

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berbasis model

pembelajaran kontekstual. Dalam rencana pembelajaran yang dibuat menggunakan alat peraga yang ada disekitar siswa itu sendiri dan mudah diperoleh..

b. Menyiapkan/Membuat alat bantu mengajar yang mendukung

terlaksananya pembelajaran kontekstual, meliputi balok dan kubus yang dicari/dibuat sendiri oleh siswa yang semuanya diperoleh dari lingkungan sekitarnya, maupun yang telah dipersiapkan oleh kelompoknya masing-masing dari rumah.

c. Membuat instrumen untuk merekam bentuk aktifitas siswa selama proses pembelajaran (lembar observasi), penilaian tingkat motivasi (kuesioner). Penilaian hasil belajar siswa dilakukan pada setiap akhir siklus

d. Personil yang dilibatkan dalam penelitian ini selain siswa adalah peneliti sendiri sebagai pelaksana tindakan dan seorang supervisor. e. Refleksi pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan pada setiap akhir

kegiatan pembelajaran dan pada akhir setiap siklus.

Penelitian tindakan dilakukan melalui dua siklus. Adapun mengenai pelaksanaan tindakan melalui tahapan sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, kegiatan yang akan dilakukan adalah : (1). Mengidentifikasi Masalah

(2). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(3). Menyusun format observasi dan instrumen penelitian

(4). Menetapkan jenis data yang akan dikumpulkan dan teknis analisis data yang digunakan dalam PTK ini.


(26)

Penelitian tindakan ini dilakukan melalui dua siklus. Adapun mengenai pelaksanaan tindakan secara umum melalui tahapan sebagai berikut :

SIKLUS I

a. Perencanaan

 Mengidentifikasi masalah pembelajaran.

 Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran

 Penyiapan media pembelajaran

 Penyiapan bahan dan alat pembelajaran

 Penyiapan instrumen observasi pembelajaran

 Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran

 Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi

Pada tahap pelaksanaan tindakan, penulis bersama siswa melakukan proses pembelajaran sebagai berikut :

(1). Pengenalan dan tanya jawab mengenai masalah-masalah dalam pembelajaran matematika.

(2). Siswa berkelompok untuk mencermati masalah-masalah nyata yang dibuat guru dan mendiskusikan penyelesaiannya bersama.

(3). Siswa mulai menyusun kalimat matematika dan penyelesaiannya yang bisa mereka buat bersama kelompoknya.

(4). Siswa melaporkan hasilnya di depan kelas dan siswa lain menanggapi.

Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.


(27)

c. Evaluasi dan refleksi

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat kemampuan siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan.

Hasil refleksi siklus I ini digunakan untuk merancang pembelajaran di siklus II.

SIKLUS II

a. Perencanaan

 Mengidentifikasi masalah pembelajaran hasil refleksi pada siklus I.

 Penyiapan perangkat pembelajaran berupa skenario pembelajaran yang

telah disempurnakan

 Penyiapan media pembelajaran

 Penyiapan bahan dan alat pembelajaran

 Penyiapan instrumen observasi pembelajaran

 Penyiapan instrumen evaluasi pembelajaran

 Penyiapan instrumen refleksi pembelajaran

b. Pelaksanaan tindakan dan observasi

(1). Siswa membuat lagi kalimat matematika dan penyelesaiannya dari masalah-masalah lainnya yang bisa dibuatnya secara indVidu berdasarkan kemampuannya. Caranya siswa melihat terlebih dahulu permasalahan sekitar. Kemudian siswa menuliskan kedalam kalimat matematika tentang masalah tersebut.Masalah bisa diambil dari pengalaman dahulu siswa atau yang sedang dirasakannya.

(2). Siswa menceritakan cara menyelesaikan masalah nyata melalui kalimat matematika yang telah dibuatnya dan menuliskannya di papan tulis.


(28)

(3). Siswa lain dipersilahkan menanggapi atau bertanya mengenai cara menyelesaikan masalah tersebut.

(4). Guru tidak lupa melakukan evaluasi baik proses maupun produk berupa kalimat matematika yang dibuat anak maupun tentang cara menyelesaikannya.

(5). Guru memberikan penguatan sebagai kesimpulan dari pembelajaran saat itu.

(6). Guru bersama siswa mengadakan refleksi untuk mngetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung.

Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.

c. Evaluasi dan refleksi

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar. Tes digunakan untuk mengungkap tingkat pemahaman siswa mengenai ide dan konsep matematika dalam masalah-masalah nyata dan penyelesaiannya dengan baik atau tepat antara sebelum dan sesudah tindakan

Hasil refleksi siklus II ini digunakan untuk menarik kesimpulan,

d. Tahap Observasi dan Monitoring

Pada tahap observasi dan monitoring, dilakukan observasi dan monitoring serta evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah bahwa para siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata dengan kalimat matematika.

Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes dan tugas menyelesaikan soal yang berdasarkan masalah nyata dengan benar.


(29)

e. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis, sintesis dan memaknai hasil tindakan pertama untuk kemudian disimpulkan apakah perlu merevisi gagasan umum atau mungkin memikirkan dan merencanakan kembali jenis tindakan berikutnya yang perlu diterapkan agar siswa dapat mudah mempelajari matematika dengan baik. Begitu seterusnya sampai tindakan ini tercapai. Dalam implementasi tindakan ini guru menggunakan metode dan teknik pembelajaran tanya jawab, ceramah, observasi, tugas, kerja kelompok, diskusi, presentasi, dan konstruktvisme.

3.Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara, catatan lapangan (lembar observasi), dan tes, serta penugasan. Kuisioner, lembar observasi, dan wawancara digunakan untuk mengungkap sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang dialami. Tes dan penugasan digunakan untuk mengungkap tingkat penguasaan siswa dalam pembelajaran matematika.

4.Teknik Analisis Data Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dskriptif kuantitatif untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat pemahaman siswa terhadap materi matematika antara sebelum dan sesudah tindakan. Selain itu digunakan juga teknik analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui secara lebih memadai proses pembelajaran matematika.


(30)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pada siklus I pembelajaran dilaksanakan dengan standar kompetensi memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antarbangun, dengan kompetensi dasar menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana. Adapun indikator pencapaian kompetensi pembelajaran pada siklus I sebagai berikut.

- Menggambar berbagai jaring-jaring kubus dan balok

- Membuat jaring-jaring kubus dan balok

Rencana pelaksanan pembelajaran yang dibuat didasarkan atas kondisi obyektif sekolah dan karakteristik siswa yang memuat rencana kegiatan kelas yang dirancang sedemikian rupa. Oleh karena itu kegiatan guru berhubungan dengan penggunaan strategi belajar sesuai dengan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Guru hanya memberikan motivasi dan penjelasan seperlunya jika siswa membutuhkannya. Sedangkan pelaksanaan pembelajaran diarahkan dengan mengemas bahan ajar untuk disajikan sedemikian yang tentunya berhubungan secara fungsional antara materi dan pengalaman nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dibiasakan dan diarahkan untuk menemukan sendiri, mengalami sendiri dan memecahkan masalah melalui pengalaman langsung dalam proses belajar. Tempat kegiatan dalam proses belajar ditentukan oleh kelompok masing-masing yang telah diatus sebelumnya.


(31)

Kegiatan siklus I dilakukan dengan menggunakan pilar-pilar pendekatan kontekstual dengan usaha mengkombinasikan pilar-pilar tersebut sesuai dengan karakteristik bahan ajar.

Tampak jelas bahwa tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran yang telah

dilaksanakan mencerminkan adanya implementasi penggunaan model

pembelajaran kontekstual. Pilar-pilar kontekstual yang tampak yaitu terbentuknya masyarakat belajar (learning community), yaitu siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, pemodelan (modelling) berupa penjelasan singkat tentang cara penggunaan alat atau cara kerja, konstruktivisme melalui penggunaan alat dan upaya mengaitkan materi pelajaran dengan dunia nyata siswa, menemukan (inquiry) dalam bentuk menemukan konsep-konsep matematika melalui pembelajaran dengan menggunakan alat bantu yang ada di sekeliling mereka, bertanya (questioning) atau latihan inquiry melalui tanya jawab, diskusi kelompok/kelas atau pertanyaan yang diberikan oleh guru, refleksi (reflection) dalam bentuk hasil kerja (karya) atau diskusi, dan adanya penilaian (authentic assessment) yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran selain dari pada penilaian pada setiap akhir siklus.

2. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I

Data tentang motivasi belajar siswa sebagai hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I yang dikumpulkan melalui angket skala sikap adalah menyangkut seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang dilakukan oleh supervisor menunjukkan data sebagai berikut.


(32)

NO KEGIATAN SISWA

PERSENTASE

PERT1 PERT2

RATA-RATA

1 Hadir dalam kegiatan pembelajaran 100 100 100

2 Mengerjakan tugas rumah (PR) 75 75 75

3 Aktif bertanya 70 50 60

4 Aktif menjawab pertanyaan/

Siap menjawab (tunjuk jari)

75 70 72,5

5 Aktif mengerjakan tugas di depan/

siap mengerjakan

70 70 70

6 Mengikuti pembelajaran secara aktif 70 70 70

7 Menguasai konsep materi 80 70 75

8 Memberi pendapatnya ketika diberikan

kesempatan

70 70 70

9 Mencatat informasi penting 50 75 62,5

10 Berinteraksi positif dengan temannya 70 70 70

JUMLAH 725

NILAI TERTINGGI 100

NILAI TERENDAH 60

RATA-RATA 72,5

MEDIAN 70

Tabel 1. Data Lembar Observasi Siklus I

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui lembar observasi pada akhir siklus I menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 60,0 sampai dengan tertinggi 100,0; rata-rata sebesar 72,5; dan median


(33)

sebesar 70,0. Median sebesar 70,0 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 70,0 ke atas atau 70,0 ke bawah.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap yang terdiri atas 10 item. Skor pada masing-masing butir adalah 1 sampai 3 sehingga nilai terendah yang kemungkinan diperoleh seorang responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 30. Jika dinilai pada interval 0 sampai dengan 100 maka diperoleh nilai minimal 33 dan nilai maksimal 100.

Berikut ini adalah data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap.

NO NAMA SISWA SKOR NILAI

1 SUGENG ARDIANSYAH 17 57

2 AHMAD FAOZI 19 63

3 ABDUL QODIR JAELANI 21 70

4 MUALIM 23 76

5 MITA ERNAWATI 15 50

6 MUKAROMAH 22 73

7 SITI MALIA 19 63

8 M.FADOLI 21 70

9 AKROM KHASANI 17 57

10 A.MIKDAM MUNTAKO 17 57

11 HESTI MULYATI 21 70

12 ISLAKHUNISA 22 73

13 IMAS MASITOH 26 87

14 ISMIATUN KHASANAH 22 73


(34)

16 INAYAH 23 76

17 ILMA SOFIANA SILFI 23 76

18 JAMALUDIN AL KHUDORI 23 76

19 M.FIKRI ULUMUDIN 22 73

20 M. AMINUDIN 21 70

21 M. WAHYUDIN 21 70

22 M. WILDAN MUKHOLADUN 22 73

23 MALKAN MUZAKI 18 60

24 SAMROTUL UMAROH 21 70

25 SITI NURAFIAH 21 70

26 SAMSUL MAARIF 23 76

27 SOFIA AF IDA 16 53

28 SITI SOLEKHA 22 73

29 TUTIK HARYANTI 19 63

30 YASINTA SETYANINGSIH 22 73

31 UMI LAELATUL MARZUKOH 22 73

32 ULUMUDIN 24 80

33 USMAN ALI 18 60

34 ZAENAL MUSTOFA 19 63

35 ZIDAN MAULANA 25 83

Jumlah 2410

Nilai Tertinggi 87

Nilai Terendah 50

Rata-rata 68,8571

Median 70


(35)

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap pada akhir siklus I menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 50,0 sampai dengan tertinggi 87,0; rata-rata sebesar 68,8571; dan median sebesar 70,0.

Median sebesar 70,0 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 70,0 ke atas atau 70,0 ke bawah. Skor rata-rata motivasi belajar siswa 68,8571 dapat dikatakan bahwa motivasi belajar kategori tinggi.

Distribusi tabel frekuensi dan persentase motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap untuk siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini.

INTERVAL

SKOR KATEGORI FREKUENSI

PROSENTASE (%)

33-49 Rendah 0 0

50-66 Sedang 12 34

67-83 Tinggi 22 63

84-100 Sangat Tinggi 1 3

Jumlah 35 100

Tabel 3. Frekuensi dan Persentase Motivasi Angket siklus I

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui wawancara sederhana pada akhir siklus I menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih termotivasi dengan model pembelajaran kontekstual.


(36)

3. Refleksi Siklus I

Pada tatap muka awal, tampaknya proses pembelajaran masih berjalan secara rutinitas. Belum ada perubahan yang sangat berarti dalam mutu proses. Hal yang cukup menggembirakan adalah munculnya motivasi, minat dan perhatian siswa, serta hilangnya ketegangan dan berganti dengan rasa gembira.

Pada tatap muka kedua, sudah mulai tampak antusias, kerja sama baik, cukup konsentrasi dalam mengikuti pelajaran, cukup aktif memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan dan cukup banyak jawaban yang diberikan sudah benar serta cukup terampil menggunakan alat bantu dalam kegiatan pembelajaran. Kelemahan yang terjadi adalah masih banyak siswa belum ada keberanian mengajukan pertanyaan dan belum memiliki kemampuan memberikan penjelasan.

Kurang berhasilnya tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran pada siklus I diakibatkan oleh kadar implementasi pilar-pilar kontekstual yang digunakan belum mencapai tingkat yang optimal. Kondisi nyata yang dihadapi adalah berhubungan langsung masalah-masalah sebagai berikut.

- Media pembelajaran perlu di sempurnakan agar lebih mudah dipahami

siswa.

- Media pembelajaran perlu ditambah untuk lebih menambah variasi

- Siswa yang merasa tidak bisa mengikuti pelajaran cenderung tidak aktif dalam kelompok karena belum beradaptasi

- Siswa perlu banyak dilatih secara rutin agar dapat terbiasa melakukan kegiatan inquiry

4. Rencana Strategi dan Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Pada siklus II pembelajaran dilaksanakan dengan standar kompetensi Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antarbangun dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana.


(37)

Adapun indikator pencapaian kompetensi pembelajaran pada siklus II adalah memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan bangun datar dan bangun ruang.

Berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I masih terdapat beberapa kekurangan mendasar pada diri siswa dalam mengikuti proses pembelajaran matematika. Usaha untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terjadi dilakukan dengan mengadakan perbaikan pada aspek strategi yang digunakan, terutama perlunya latihan inquiry.

Model latihan inquiry bertujuan untuk menumbuhkan keberanian siswa dan mengemukakan gagasan pada orang lain. Melalui latihan inquiry siswa diarahkan untuk berani melakukan presentase atau memberikan penjelasan-penjelasan terhadap suatu hasil karya/kerja. Gagasan pada siswa akan muncul bila dalam proses belajar mengajar dilaksanakan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu secara optimal dan siswa dapat mengontrol dirinya sendiri.

Upaya untuk meningkatkan minat, motivasi, konsentrasi, keaktifan menjawab pertanyaan, kerja sama kelompok, ketepatan jawaban yang diberikan maka langkah yang ditempuh adalah mengubah lembar observasi menjadi sebuah paket penilaian untuk setiap siswa. Melalui paket penilaian ini siswa menyadari bahwa setiap aktifitas yang dilakukan diberikan penghargaan atau nilai sesuai dengan tingkat perubahan setiap aspek yang terjadi pada setiap siswa.

Pada siklus II pembelajaran dilaksanakan dengan standar kompetensi Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antarbangun dengan kompetensi dasar menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana.

Adapun indikator pencapaian kompetensi pembelajaran pada siklus II adalah memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan bangun datar dan bangun ruang

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak terjadi perubahan dan tetap mengacu pada skenario pembelajaran yang telah dibuat.


(38)

Hanya dalam pelaksanaan tindakan difokuskan perbaikan atas kekurangan atau kelemahan yang terjadi pada siklus I

5. Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II

Data tentang motivasi belajar siswa sebagai hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II yang dikumpulkan melalui angket skala sikap adalah menyangkut seberapa besar motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang dilakukan oleh supervisor menunjukkan data sebagai berikut.

NO KEGIATAN SISWA

PERSENTASE

PERT1 PERT2

RATA-RATA

1 Hadir dalam kegiatan pembelajaran 100 100 100

2 Mengerjakan tugas rumah (PR) 97 100 98,5

3 Aktif bertanya 72 89 80,5

4 Aktif menjawab pertanyaan/ Siap

menjawab (tunjuk jari)

89 86 87,5

5 Aktif mengerjakan tugas di depan/siap mengerjakan

77 86 81,5

6 Mengikuti pembelajaran secara aktif 91 94 92,5

7 Menguasai konsep materi 89 89 89

8 Memberi pendapatnya ketika diberikan

kesempatan

89 89 89

9 Mencatat informasi penting 57 74 65,5

10 Berinteraksi positif dengan temannya 74 80 77

JUMLAH 861


(39)

NILAI TERENDAH 65,5

RATA-RATA 86,1

MEDIAN 88,25

Tabel 4. Data Lembar Observasi Siklus II

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui lembar observasi pada akhir siklus II menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 65,5 sampai dengan tertinggi 100,0; rata-rata sebesar 86,1; dan median sebesar 86,1. Median sebesar 88,1 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 88,1 ke atas atau 88,1 ke bawah.

Data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap yang terdiri atas 10 item. Skor pada masing-masing butir adalah 1 sampai 3 sehingga nilai terendah yang kemungkinan diperoleh seorang responden adalah 10 dan nilai tertinggi adalah 30. Jika dinilai pada interval 0 sampai dengan 100 maka diperoleh nilai minimal 33 dan nilai maksimal 100.

Berikut ini adalah data motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui angket skala sikap.

NO NAMA SISWA SKOR NILAI

1 SUGENG ARDIANSYAH 15 50

2 AHMAD FAOZI 21 70

3 ABDUL QODIR JAELANI 24 80

4 MUALIM 25 83

5 MITA ERNAWATI 15 50

6 MUKAROMAH 26 87

7 SITI MALIA 24 80


(40)

9 AKROM KHASANI 25 83

10 A.MIKDAM MUNTAKO 21 70

11 HESTI MULYATI 26 87

12 ISLAKHUNISA 26 87

13 IMAS MASITOH 27 90

14 ISMIATUN KHASANAH 26 87

15 IMAM GUNAWAN 21 70

16 INAYAH 25 83

17 ILMA SOFIANA SILFI 24 80

18 JAMALUDIN AL KHUDORI 25 83

19 M.FIKRI ULUMUDIN 24 80

20 M. AMINUDIN 26 87

21 M. WAHYUDIN 26 87

22 M. WILDAN MUKHOLADUN 21 70

23 MALKAN MUZAKI 23 77

24 SAMROTUL UMAROH 23 77

25 SITI NURAFIAH 24 80

26 SAMSUL MAARIF 23 76

27 SOFIA AF IDA 18 60

28 SITI SOLEKHA 24 80

29 TUTIK HARYANTI 21 70

30 YASINTA SETYANINGSIH 24 80

31 UMI LAELATUL MARZUKOH 23 77


(41)

33 USMAN ALI 22 73

34 ZAENAL MUSTOFA 21 70

35 ZIDAN MAULANA 28 93

Jumlah 2713

Nilai Tertinggi 93

Nilai Terendah 50

Rata-rata 77,5143

Median 80

Tabel 5. Hasil Angket Siklus II

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap pada akhir siklus II menunjukkan perolehan skor motivasi belajar siswa mulai dari minimum 50,0 sampai dengan tertinggi 93,0; rata-rata sebesar 77,5143; dan median sebesar 80,0.

Median sebesar 80,0 menunjukkan bahwa 50 persen para siswa mempunyai tingkat motivasi 80,0 ke atas atau 80,0 ke bawah. Skor rata-rata motivasi belajar siswa 77,5143 dapat dikatakan bahwa motivasi belajar kategori tinggi.

Distribusi tabel frekuensi dan persentase motivasi belajar siswa melalui angket skala sikap untuk siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini.

INTERVAL

SKOR KATEGORI FREKUENSI

PROSENTASE (%)

33-49 Rendah 0 0


(42)

67-83 Tinggi 24 68,5

84-100 Sangat Tinggi 8 23

Jumlah 35 100

Tabel 6. Frekuensi dan Persentase Angket Siklus II

Hasil penjaringan data motivasi belajar siswa melalui wawancara sederhana pada akhir siklus II menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih termotivasi dengan model pembelajaran kontekstual.

6. Refleksi II

Masalah yang ditemukan pada siklus I telah dapat diatasi pada siklus II. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan skor rata-rata motivasi belajar siswa dan peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika. Peningkatan tersebut merupakan implikasi peningkatan mutu proses belajar mengajar. Pengaruh positif yang muncul dari penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sudah dianggap cukup sebagai bukti keberhasilan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu siklus pelaksanaan tindakan dapat dihentikan.

7. Analisis Hubungan Pelaksanaan Tindakan Setiap Siklus

Ada atau tidaknya peningkatan dan hubungan terhadap tindakan pembelajaran yang dilakukan harus didasarkan oleh bukti-bukti kuat. Bukti nyata, menjadi acuan berada pada hasil tindakan pada siklus I dan siklus II. Hasil yang diperoleh pada setiap siklus melalui lembar observasi seperti tampak pada tabel berikut ini.


(43)

NO KEGIATAN SISWA

PERSENTASE

SIKLUS1 SIKLUS2

KETERANGAN (%)

1 Hadir dalam kegiatan

pembelajaran 100 100 Tetap

2 Mengerjakan tugas rumah (PR) 75 98,5 Naik 23,5

3 Aktif bertanya 60 80,5 Naik 20,5

4

Aktif menjawab pertanyaan/ Siap menjawab (tunjuk jari)

72,5 87,5 Naik 15

5

Aktif mengerjakan tugas di depan/

siap mengerjakan

70 81,5 Naik 6,5

6 Mengikuti pembelajaran secara

aktif 70 92,5 Naik 22,5

7 Menguasai konsep materi 75 89 Naik 14

8 Memberi pendapatnya ketika

diberikan kesempatan 70 89 Naik 19

9 Mencatat informasi penting 62,5 65,5 Naik 3

10 Berinteraksi positif dengan

temannya 70 77 Naik 7


(44)

persentase 100 -- 90 -- 80 -- 70 -- 60 -- 50 -- 40 -- 30 -- 20 – 10 -- 0 --

Gambar 1. Grafik Lembar Observasi Siklus I dan II

KETERANGAN :

A Hadir dalam kegiatan pembelajaran

B Mengerjakan tugas rumah (PR)

C Aktif bertanya

D Aktif menjawab pertanyaan/siap menjawab (tunjuk jari)

E Aktif mengerjakan tugas di depan/siap mengerjakan

F Mengikuti pembelajaran secara aktif

G Menguasai konsep materi

H Memberi pendapatnya ketika diberikan kesempatan

I Mencatat informasi penting

J Berinteraksi positif dengan temannya 100% A 100% B 75% 98,5% 60% 80,5% 72,5% 87,5%

C D

70% 81,5% E 70% 92,5% F 75%

89% 89%

75%

G H

62,5% 65,5%

70% 77%

I J = Siklus 1 =Siklus 2


(45)

Hasil yang diperoleh pada setiap siklus melalui angket skala sikap seperti tampak pada tabel berikut ini.

INTERVAL

SKOR KATEGORI

PERSENTASE KETERANGAN

(%)

SIKLUS1 SIKLUS2

33-49 Rendah 0 0 Tetap

50-66 Sedang 34 8,5 Turun 25,5

67-83 Tinggi 63 68,5 Naik 5,5

84-100 Sangat Tinggi 3 23 Naik 20

Tabel 8. Persentase Motivasi Angket Siklus I dan II Persentase

100 -- 90 -- 80 -- 70 -- 60 -- 50 -- 40 -- 30 -- 20 – 10 -- 0 --

Gambar 2. Grafik Persentase Motivasi Angket Siklus I dan II Rendah

68,5%

34%

23%

3% 63%

8,5%

0% 0%

Sedang Tinggi SangatTinggi = Siklus 1 = Siklus 2


(46)

Berdasarkan informasi dari kegiatan wawancara sederhana pada siklus I dan siklus II, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa.

B. Pembahasan

Berdasarkan informasi dari kegiatan observasi bahwa pada siklus I dan siklus II siswa semua hadir dalam setiap pertemuan. Siswa yang mengerjakan tugas rumah (PR) pada siklus I sebanyak 75 persen; pada siklus II menjadi 98,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 23,5 persen. Siswa yang aktif bertanya pada siklus I sebanyak 60 persen; pada siklus II menjadi 80,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 20,5 persen. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan/siap menjawab (tunjuk jari) pada siklus I sebanyak 72,5 persen; pada siklus II menjadi 87,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 15 persen. Siswa yang aktif mengerjakan tugas di depan/siap mengerjakan pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 81,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 6,5 persen. Siswa yang mengikuti pembelajaran secara aktif pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 92,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 22,5 persen. Siswa yang menguasai konsep materi pada siklus I sebanyak 75 persen; pada siklus II menjadi 89 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 14 persen. Siswa yang memberi pendapatnya ketika diberikan kesempatan pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 89 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 19 persen. Siswa yang mencatat informasi penting pada siklus I sebanyak 62,5 persen; pada siklus II menjadi 65,5 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 3 persen. Siswa yang Berinteraksi positif dengan temannya pada siklus I sebanyak 70 persen; pada siklus II menjadi 77 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 7 persen.

Berdasarkan informasi dari angket skala sikap bahwa pada siklus I dan siklus II tidak terdapat siswa yang memiliki motivasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi sedang pada siklus I sebanyak 34 persen; pada siklus II menjadi 8,5 persen; berarti terjadi penurunan sebanyak 25,5 persen. Siswa yang memiliki motivasi tinggi pada siklus I sebanyak 63 persen; pada siklus II menjadi 68,5


(47)

persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 5,8 persen. Siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 3 persen; pada siklus II menjadi 23 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 20 persen.

Berdasarkan informasi dari kegiatan wawancara sederhana, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif ternyata terdapat peningkatan motivasi belajar dalam pengajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata motivasi belajar pada siklus I dan II dapat menjadi bukti pendukung yang cukup berarti tentang kebermaknaan penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatnya motivasi belajar matematika siswa.

Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pengajaran matematika kelas V SD Negeri Sumbaga 02 memberikan indikasi yang kuat terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual selain meningkatkan motivasi belajar juga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, matematika secara signifikan.

Adapun hambatan yang menjadi penyebab kurang berhasilnya tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran diakibatkan oleh kadar implementasi pilar-pilar kontekstual yang digunakan belum mencapai tingkat yang optimal. Kondisi nyata yang dihadapi adalah berhubungan langsung masalah-masalah sebagai berikut.

- Media pembelajaran perlu di sempurnakan agar lebih mudah dipahami siswa.

- Media pembelajaran perlu ditambah untuk lebih menambah variasi

- Siswa yang merasa tidak bisa mengikuti pelajaran cenderung tidak aktif dalam kelompok karena belum beadaptasi


(48)

- Siswa perlu banyak dilatih secara rutin agar dapat terbiasa melakukan kegiatan inquiry


(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika kompetensi dasar 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana, dengan model pembelajaran kontekstual dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan pada kondisi awal, nilai rata-rata kelas 64. Dengan penggunaan model pembelajaran Teaching And Learning (CTL), pada siklus I, nilai rata-rata kelas menjadi 73. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81. Dari keseluruhan siklus yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu meningkatkan motivasi belajar matematika. Setiap siklus selalu membawa dampak positif ke arah peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Sumbaga 02 Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

B.Saran

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peningkatan kualitas pembelajaran mutlak harus diupayakan semaksimal mungkin agar tercipta kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang di dalamnya merupakan kondisi atau keadaan yang dialami siswa atau di sekitar siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga belajar siswa di kelas lebih optimal dan bermakna serta mudah dan menyenangkan .

Oleh karena itu disarankan kepada : 1. Guru, sebaiknya :

a. Menganalisa kebutuhan dan keadaan siswa dalam hal ini kelebihan dan


(50)

b. Tidak mendominasi pembelajaran, namun selalu menjadi fasilitator bagi kelancaran belajar siswa.

c. Mengawali pembelajaran matematika dengan hal-hal yang

menyenangkan dan akrab dengan siswa.

d. Bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung. e. Mengadakan bimbingan khusus di luar jam pelajaran terhadap siswa

yang kesulitan dalam menulis dan membaca.

f. Senantiasa menggunakan model pembelajaran kontekstual sehingga

siswa merasa akrab dengan pelajaran matematika serta dapat diujicoba pada pelajaran lainnya.

2. Siswa, sebaiknya :

a. Memanfaatkan sumber dan media belajar secara optimal untuk lebih memahami materi.

b. Selalu minta petunjuk jika mengalami kesulitan dalam belajar.

3. Sekolah, sebaiknya :

a. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

b. Meningkatkan pembinaan profesional sistem gugus sekolah dengan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan serta pendanaannya. c. Mengefektifkan kunjungan kelas secara terencana untuk memperoleh data hasil proses belajar mengajar sebagai bahan kajian melalui pengawas/ kepala sekolah.

4. Pemerintah, sebaiknya :

a. Meningkatkan kualifikasi tenaga kependidikan khususnya pada


(51)

b. Meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga profesional.

c. Memberi dukungan dan penghargaan terhadap segala usaha guru

dalam rangka menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, termasuk model pembelajaran kontekstual.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Soli Abimanyu. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Ditjen Dikti

Klien, S. B. 1996. Principles and Applicatin, third edition. New York : McGwaw-Hill

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

KonstruktVistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Trianto. 2009. Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Nyimas Aisyah, dkk (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.


(1)

persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 5,8 persen. Siswa yang memiliki motivasi sangat tinggi pada siklus I sebanyak 3 persen; pada siklus II menjadi 23 persen; berarti terjadi kenaikan sebanyak 20 persen.

Berdasarkan informasi dari kegiatan wawancara sederhana, pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kontekstual menunjukkan adanya peningkatan motivasi belajar siswa.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis deskriptif ternyata terdapat peningkatan motivasi belajar dalam pengajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan rata-rata motivasi belajar pada siklus I dan II dapat menjadi bukti pendukung yang cukup berarti tentang kebermaknaan penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam meningkatnya motivasi belajar matematika siswa.

Peningkatan motivasi belajar siswa dalam pengajaran matematika kelas V SD Negeri Sumbaga 02 memberikan indikasi yang kuat terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual selain meningkatkan motivasi belajar juga dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran, matematika secara signifikan.

Adapun hambatan yang menjadi penyebab kurang berhasilnya tindakan yang diberikan dalam proses pembelajaran diakibatkan oleh kadar implementasi pilar-pilar kontekstual yang digunakan belum mencapai tingkat yang optimal. Kondisi nyata yang dihadapi adalah berhubungan langsung masalah-masalah sebagai berikut.

- Media pembelajaran perlu di sempurnakan agar lebih mudah dipahami siswa.

- Media pembelajaran perlu ditambah untuk lebih menambah variasi

- Siswa yang merasa tidak bisa mengikuti pelajaran cenderung tidak aktif dalam kelompok karena belum beadaptasi


(2)

- Siswa perlu banyak dilatih secara rutin agar dapat terbiasa melakukan kegiatan inquiry


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Dari hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika kompetensi dasar 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana, dengan model pembelajaran kontekstual dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian diperoleh kesimpulan pada kondisi awal, nilai rata-rata kelas 64. Dengan penggunaan model pembelajaran Teaching And Learning (CTL), pada siklus I, nilai rata-rata kelas menjadi 73. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81. Dari keseluruhan siklus yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa guru telah mampu meningkatkan motivasi belajar matematika. Setiap siklus selalu membawa dampak positif ke arah peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Sumbaga 02 Tahun Pelajaran 2009 / 2010.

B.Saran

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peningkatan kualitas pembelajaran mutlak harus diupayakan semaksimal mungkin agar tercipta kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang di dalamnya merupakan kondisi atau keadaan yang dialami siswa atau di sekitar siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga belajar siswa di kelas lebih optimal dan bermakna serta mudah dan menyenangkan .

Oleh karena itu disarankan kepada : 1. Guru, sebaiknya :

a. Menganalisa kebutuhan dan keadaan siswa dalam hal ini kelebihan dan kekurangannya sebelum pembelajaran.


(4)

b. Tidak mendominasi pembelajaran, namun selalu menjadi fasilitator bagi kelancaran belajar siswa.

c. Mengawali pembelajaran matematika dengan hal-hal yang menyenangkan dan akrab dengan siswa.

d. Bersama siswa mengadakan refleksi untuk mengetahui kesan-kesan atau respon siswa terhadap pembelajaran yang baru saja berlangsung. e. Mengadakan bimbingan khusus di luar jam pelajaran terhadap siswa

yang kesulitan dalam menulis dan membaca.

f. Senantiasa menggunakan model pembelajaran kontekstual sehingga siswa merasa akrab dengan pelajaran matematika serta dapat diujicoba pada pelajaran lainnya.

2. Siswa, sebaiknya :

a. Memanfaatkan sumber dan media belajar secara optimal untuk lebih memahami materi.

b. Selalu minta petunjuk jika mengalami kesulitan dalam belajar.

3. Sekolah, sebaiknya :

a. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

b. Meningkatkan pembinaan profesional sistem gugus sekolah dengan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan serta pendanaannya. c. Mengefektifkan kunjungan kelas secara terencana untuk memperoleh data hasil proses belajar mengajar sebagai bahan kajian melalui pengawas/ kepala sekolah.

4. Pemerintah, sebaiknya :

a. Meningkatkan kualifikasi tenaga kependidikan khususnya pada pendidikan dasar dengan segala konsekuensinya.


(5)

b. Meningkatkan kesejahteraan guru sebagai tenaga profesional.

c. Memberi dukungan dan penghargaan terhadap segala usaha guru dalam rangka menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, termasuk model pembelajaran kontekstual.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Soli Abimanyu. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Ditjen Dikti

Klien, S. B. 1996. Principles and Applicatin, third edition. New York : McGwaw-Hill

Trianto, 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi KonstruktVistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Trianto. 2009. Mendesain Metode Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, landasan dan implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo

Nyimas Aisyah, dkk (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Depdiknas.


Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Peranan Model Ctl (Contextual Teaching Learning) Dalam Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Pkn ( Di Mis Irsyadul Khair)

0 22 179

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sumber Energi Gerak melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ( Penelitian Tindakan Kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok)

0 14 135

Peningkatan hasil belajar siswa pada konsep sumber energi gerak melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL): penelitian tindakan kelas di MI Muhammadiyah 2 Kukusan Depok

2 3 135

Penagruh pendekatan contextual teaching laering (CTL) terhadap hasil bejaran biologi siswa kuasi Ekperimen di SMPN 1 Cisauk

0 7 208

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV SDN 02 PRAWOTO PATI

0 7 221

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep perkembangbiakan tumbuhan melalui pendekatan kontekstual: penelitian tindakan kelas di MI Hidayatul Athfal Gunungsindur

0 19 141

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA SISWA KELAS II SDN O2 GAMBIRMANIS PRACIMANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009 2010

0 6 146

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 0 8

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA MATA

0 0 16