Lingkungan yang bervariasi diantara hulu DAS Kali Bekasi bagian atas, tengah, dan bawah serta kebutuhan keadaan lingkungan yang berbeda diantara
jenis bambu mengakibatkan adanya keragaman jenis-jenis bambu yang terdapat di kawasan hulu DAS Kali Bekasi. Faktor lingkungan seperti perbedaan ketinggian
tempat di atas permukaan laut m dpl dapat menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban, dan
curah hujan. Menurut Threwartha 1968 perbedaan cuaca yang diakibatkan oleh bertambahnya ketinggian tempat dari permukaan laut menyebabkan tekanan udara
menjadi berkurang yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya pergerakan udara. Penelitian ini memperkuat simpulan Kartodihardjo 1997 bahwa semakin basah
suatu kawasan maka keragaman jenis bambu akan semakin meningkat. Dan hal ini berlaku pula dengan perubahan ketinggian altitude. Selain itu terdapat juga
faktor yang juga berpengaruh perbedaan keragaman jenis tumbuhan suatu tempat yaitu adanya perbedaan musim Sitompul dan Guritno, 1995.
Uji signifikansi terhadap keanekaragaman jenis di ketiga lokasi mengindikasikan bahwa ketinggian tidak memberikan pengaruh terhadap indeks
keragaman bambu. Hal ini dapat dilihat melalui hasil uji ANOVA menghasilkan nilai F
hitung
=0,28 lebih rendah dari F
tabel
=5,14 dan p-value=0,764 lebih besar dari nilai kritik 0,05. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan elevasi diantara ketiga lokasi
yang tidak terlalu mencolok.Nilai keanekaragaman jenis bambu yang tinggi dipengaruhi oleh jumlah buluhrumpun Ni serta proporsinya terhadap
keseluruhan jenis yang ada Pi, serta jumlah jenis species richness dari masing- masing lokasi. Berdasarkan spesies, nilai indeks keanekaragaman tertinggi adalah
bambu tali sedangkan yang terendah adalah bambu krisik.
4.4.3 Indeks Biomassa Bambu
Dari hasil perhitungan indeks biomassa bambu diketahui bahwa nilai indeks biomassa total bedasarkan lokasi tertinggi terdapat pada hulu DAS bagian
bawah dengan indeks biomassa sebesar 98,96 tonha. Sedangkan berdasarkan plot, indeks biomassa tertinggi plot 2 di hulu DAS bagian bawah dengan indeks sebesar
32.12 tonha Gambar 30. Terdapat tiga jenis bambu di plot 2 di hulu DAS bagian bawah yaitu bambu ampel hijau, bambu andong, dan bambu tali.
Sedangkan nilai indeks biomassa total terendah terdapat di hulu DAS bagian
10 20
30 40
50
Bawah Tengah
Atas
Biomassa tonha Plot 1
Plot 2 Plot 3
tengah yaitu sebesar 44,54 tonha. Berdasarkan plot, nilai indeks terendah terdapat pada plot 2 di hulu DAS bagian tengah dengan indeks biomassa sebesar 5,27
tonha sedangkan jenis bambu yang ditemukan adalah bambu krisik dan bambu tali. Jenis bambu krisik adalah jenis bambu yang memiliki diameter terkecil
diantara jenis bambu lainnya berkisar antar 3-5 cm Dransfield dan Widjaja, 1995.
Gambar 30. Indek Biomassa Bambu per Plot di Hulu DAS Kali Bekasi Dilihat dari potensi biomassa berdasarkan spesies maka indeks biomassa
terbesar dimiliki oleh jenis bambu tali dengan nilai indeks sebesar 139, 47 tonha atau rata-rata di setiap lokasi sebesar 46,49 tonha Tabel 16. Nilai ini
bersesuaian dengan yang dikemukakan Christanty, L. et al. 1996 bahwa indeks biomassa bambu ater Gigantochloa atter Hassk. Kurz adalah sebesar 45
tonha. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tengah diameter diantara kedua jenis bambu ini hampir sama yaitu sebesar 7,5 cm untuk bambu tali dan delapan
sentimeter untuk bambu ater Dransfields dan Widjaja, 1995. Sedangkan indeks biomassa terendah berdasarkan spesies adalah dari jenis
bambu hitam dan bambu ampel hijau dengan indeks biomassa total di ketiga plot sebesar masing-masing sebesar 1,12 tonha dan 4,03 tonha. Studi mengenai
ekosistem bambu dibutuhkan dalam rangka memperoleh informasi seberapa besar potensi jasa lingkungan yang diberikan dalam proses sekuestrasi karbon oleh
bambu. Potensi biomassa bambu untuk mensekuestrasi karbon cukup besar, yaitu 25-50 dari biomassa serasah dan sekitar 50 dari biomassa tegakan INBAR,
2011.
5 10
15 20
25
B.Ampel Hijau
B.Andong B.Tali
B.Hitam B.Betung
B.Krisik
D B
H cm
DBH mean DransfieldWi
djaja, 1995
DBH rataan
Diantara keenam jenis bambu yang dijumpai pada hulu DAS bagian atas, tengah, dan bawah yang memiliki DBH terbesar adalah dari jenis bambu betung
dengan DBH rata-rata sebesar 9,27 cm. Sedangkan DBH terkecil adalah bambu krisik dengan rata-rata diameter sebesar 2,34 cm Gambar 31. Diameter jenis
bambu diurut dari yang terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah sebagai berikut: bambu betung 9,27 cm, bambu andong 7,72 cm, bambu hitam 6,09
cm, bambu tali 5,20 cm, bambu ampel hijau 5,01 cm, dan bambu krisik 2,34 cm.
Tabel 16. Indeks Biomassa Bambu per Spesies di Hulu DAS Kali Bekasi
Potensi Biomassa
tonha Spesies
Total A.Hijau Andong
Tali Hitam
Betung Krisik
Atas 1,26
9,48 62,54
1,12 4,88
- 79,28
Tengah -
30,26 12,66
- -
1,62 44,54
Bawah 2,77
- 64,27
- 31,92
- 98,96
Total 4,03
39,74 139,47
1,12 36,80
1,62 222,78
Rataan
1,34 13,25
46,49 0,37
12,27 0,54
74,26
Sumber: Pengamatan lapang dengan pengolahan
Sedangkan menurut Dransfield dan Widjaja 1995 tingkat keragaman diameter Bambu berturut-turut dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah
bambu betung 8 hingga 20 cm, bambu hitam 6 hingga 8 cm, bambu andong 5 hingga 13 cm, bambu tali 4 hingga 13 cm, bambu ampel hijau 4 hingga 10
cm, dan bambu krisik 3 hingga 5 cm.
Gambar 31. Perbandingan DBH Bambu Pengamatan Dengan Literatur
Dari Gambar 31 diketahui bahwa pola diameter bambu rata-rata yang dijumpai pada pengamatan di hulu DAS Kali Bekasi masih mengikuti pola nilai
tengah diameter bambu dimana diameter terbesar dimiliki oleh jenis bambu betung dan diameter terkecil dimiliki oleh jenis bambu krisik Dransfield dan
Widjaja, 1995. Namun, nilai diameter rata-rata hasil pengamatan masih berada di bawah dari nilai tengah diameter.
4.5 Keanekaragaman Jenis Non-bambu