kemiringan  lereng    15  dengan  konsentrasi  kerapatan  drainase  tinggi,  tingkat permukaan  air  tanah  ditentukan  pola  drainase,  dan  bukan  merupakan  daerah
banjir.  Bagian  hilir  DAS  memiliki  ciri-ciri  yaitu  memiliki  tingkat  kemiringan 8  dengan  kerapatan  drainase  tinggi,  merupakan  daerah  pemanfaatan,  dan  pada
beberapa  tempat  merupakan  daerah  genangan  banjir.  Sedangkan  DAS  bagian tengah merupakan daerah transisi diantara keduanya Asdak, 1995.
2.4 Kearifan Lokal dan Jasa Lingkungan
Dalam  kehidupan  manusia  dan  interaksinya  terhadap  lingkungan  berlaku suatu  sistem  tata  nilai  tentang  bagaimana  lingkungan  tersebut  dikelola.  Menurut
Sartini 2004, kearifan lokal atau local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan- gagasan  setempat  local  yang  bersifat  bijaksana,  penuh  kearifan,  bernilai  baik,
yang  tertanam  dan  diikuti  oleh  anggota  masyarakatnya.  Sedangkan  UUPPLH No.32  Tahun  2009  mendefinisikan  kearifan  lokal  sebagai  nilai-nilai  luhur  yang
berlaku  dalam  tata  kehidupan  masyarakat  untuk  antara  lain  melindungi  dan mengelola  lingkungan  hidup  secara  lestari.  Dalam  pengelolaan  lingkungan
termasuk  di  dalamnya  pengelolaan  lanskap,  perlu  kiranya  mengadopsi  nilai-nilai luhur kearifan lokal untuk mencapai suatu lanskap yang berkelanjutan. Nilai-nilai
kearifan lokal yang berbasis ekologis selanjutnya disebut sebagai local ecological knowledge LEK atau pengetahuan ekologi lokal.
Menurut Berkes 1999 pengetahuan ekologi tradisional TEK merupakan ilmu  atau  pengetahuan  berkaitan  tentang  hubungan  antara  jasad  hidup  termasuk
manusia  dan  lingkungannya,  lintas  generasi  maupun  budaya.  TEK  meliputi pengetahuan, pengalaman, dan kepercayaan yang terintegrasi satu dengan lainnya,
bersifat  dinamis,  yang  melibatkan  manusia  untuk  mengembangkan  pengalaman dan pengamatan, uji coba, pengetahuan dari kelompok atau individu lainnya, serta
kemampuan beradaptasi terhadap kondisi perubahan lingkungan sepanjang waktu. TEK  kadangkala  juga  bersifat  spesifik  terhadap  tempat  dan  letak  geografis
tertentu,  yang  biasanya  ditemukan  diantara  kelompok  masyarakat  yang behubungan dengan penggunaan sumberdaya alam setempat Berkes, 1999.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pengetahuan baru tercipta sepanjang waktu dan  tidak  hanya  penduduk  asli  setempat  yang  memilikinya,  namun  juga
masyarakat yang telah lama berinteraksi dengan lingkungan tersebut. Pengetahuan
baru  ini  kemudian  disebut  sebagai  pengetahuan  ekologi  lokal  local  ecological knowledge  atau  LEK.  LEK  didefinisikan  sebagai  suatu  pengetahuan,  kegiatan,
atau kepercayaan terkait dengan hubungan yang berbasis ekologis yang diperoleh melalui  pengamatan  perorangan  yang  dilakukan  secara  intensif  dan  interaksinya
dengan  ekosistem  lokal  dan  kemudian  membagi  pengetahuan  tersebut  dengan pengguna  sumberdaya  lokal.  Pada  akhirnya  LEK  dapat  berubah  menjadi  TEK
dimana  keduanya  memiliki  nilai  penting  dalam  konservasi  terhadap  sumberdaya hayati.
Terkait upaya
konservasi keanekaragaman
hayati, baik
itu keanekaragaman  jumlah  dan  jenis  serta  pemanfaatan  sumberdaya  secara
berkelanjutan  merupakan  salah  satu  bentuk  jasa  lingkungan.  Jasa  lingkungan didefinisikan  sebagai  keseluruhan  konsep  sistem  alam  yang  menyediakan  aliran
barang  dan  jasa  yang  bermanfaat  bagi  manusia  dan  lingkungan.  Jasa  lingkungan dihasilkan  oleh  suatu  proses  yang  terjadi  pada  ekosistem  alam.  Misalnya,  dalam
suatu  ekosistem  hutan  yang  memiliki  beragam  jenis  vegetasi  dan  plasma  nutfah, ekosistem tersebut memiliki fungsi menjaga keanekaragaman hayati. Keberadaan
jasa lingkungan dapat dipengaruhi oleh faktor alam dan juga faktor manusia. Adanya  jasa  lingkungan  dalam  mengkonservasi  keanekaragaman  hayati
juga merupakan upaya mitigasi terhadap perubahan iklim. Tegakan bambu dalam luasan  besar  seperti  hutan  bambu  apabila  dikelola  dengan  baik  mampu
menghasilkan  biomassa  dan  karbon  yang  cukup  tinggi  dibandingkan  dengan spesies  pohon  cepat  tumbuh  INBAR,  2009.  Pemanenan  terhadap  bambu  yang
cukup  dewasa  dilakukan  secara  rutin  tidak  akan  menghentikan  sistem  yang  ada, namun  dapat  mempertahankan  terlepasnya  stok  karbon  yang  disimpan  dalam
lapisan perakaran. Hutan bambu yang dikelola dengan baik merupakan salah satu upaya  mengkonservasi  keanekaragaman  hayati  dalam  rangka  mencegah  dampak
pemanasan  global  melalui  mekanisme  pemberian  insentif
terhadap
jasa lingkungan.  Jasa  konservasi  keanekaragaman  hayati  pada  umumnya  sulit
dikomersialisasikan  karena  tidak  berwujud  sehingga  sulit  dikemas.  Namun, dengan  meningkatnya  kesadaran  publik  terhadap  manfaat  maupun  ancaman
terhadap  keanekaragaman  hayati  seperti  pada  bahaya  perubahan  iklim  kemudian tumbuh  inovasi  disain  komoditas  melalui  mekanisme  pembayaran.  Salah  satu
contoh mekanisme pembayaran yang dapat diterapkan dari adanya jasa ini adalah memberikan insentif bagi negara-negara yang dapat mempertahankan stok karbon
pada kawasan hutan.
2.5 Penginderaan Jauh dan Citra ALOS AVNIR-2