PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PJB UP BRANTAS KARANGKATES
PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PJB UP BRANTAS KARANGKATES
SKRIPSI
Oleh :
Hijrachman
05810221
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. PJB UP BRANTAS KARANGKATES
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
Hijrachman
05810221
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN
Judul Skripsi : Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB UP. Brantas
Karangkates
Nama Peneliti : Hijrachman
No.Induk Mahasiswa : 05810221
Fakultas : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Waktu Penelitian : 3 – 6 Januari 2011
Tanggal Ujian : 22 Januari 2011
Malang, 26 Januari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji
Tanggal : 22 Januari 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Drs. Tulus Winarsunu, M.Si (_________________)
Anggota Penguji : 1. Dra. Djudiah, M.Si (_________________)
2. Hudaniah, S.Psi.,M.Psi (_________________)
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
(5)
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Hijrachman
Nim : 05810221
Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa Skripsi / Karya Ilmiah yang berjudul :
“Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB UP. Brantas Karangkates”
1. Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi akademik sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Mengetahui, Malang, 26 Januari 2011
Ketua Program Studi Yang Menyatakan,
(6)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul “Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di PT. PJB UP Brantas Karangkates”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, beserta orang-orang yang senantiasa berada di jalan-Nya.
Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mohon saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Teriring salam dan doa kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan pemikiran, saran, dan doa yang sangat bermanfaat bagi penulis hingga dapat terselesaikan tugas akhir ini, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi dan selaku Dosen Pembimbing I atas waktu yang telah diberikan dan bimbingannya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak M. Shohib, S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang juga dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Heru Sriwidodo General Manager PT. PJB Unit Pembangkitan Brantas Karangkates yang telah berkenan memberikan ijin dan segenap karyawan PLTA Distrik A Unit Pembangkit Sutami dan Sengguruh, Pak Kusman, Pak Anang Widodo, Pak Agus Purwanto, yang telah berkenan memberikan bantuan data untuk melakukan penelitian sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Ayahanda Adenan HL,S.Sos dan Ibunda Suhartini HT atas kesabaran, cinta, dukungan, nasehat dan ketulusan do’a yang tanpa batas, tiada kata yang dapat terucap untuk mengungkapkan rasa terima kasih ananda dan juga tak lupa terima
(7)
kasih untuk kakak dan adik-adikku atas do’anya serta menjadi motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Ari Firmanto, S.Psi, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
7. Seluruh teman–teman psikologi angkatan 2005 khususnya kelas E, dan teman-teman seperjuangan selama bimbingan. Keluarga kedua ku di Base Camp LA C78 rumah yang selalu menjadi tempat inspirasi, kontemplasi, diskusi, dan selalu menghibur di saat-saat bosan dan jenuh dalam menyusun skripsi ini. Adear tercinta terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabarannya, Seluruh teman–teman aktivis HMI Cabang Malang Komisariat Psikologi, HMI Korkom UMM, dan saudara-saudara ku Keluarga Pelajar Mahasiswa Kabupaten Paser Cabang Malang.
8. Segenap pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan mendapatkan ridho Allah, Amin.
Billahittaufiq Wal Hidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Malang, 11 Januari 2011 Penyusun
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi ... 11
2. Jenis-jenis Persepsi ... 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 13
4. Proses Terbentuknya Persepsi ... 14
B. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian ... 17
2. Persepsi terhadap Program Keselamatan dan kesehatan Kerja . 19 3. Tujuan Program Keselamatan dan kesehatan Kerja ... 20
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program K3... 21
5. Unsur-unsur yang mendukung Keberhasilan Program K3... 23
6. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PJB... 25
C. Persepsi Karyawan Terhadap Program K3 ... 31
D. Kerangka Berfikir ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 36
B. Variabel Penelitian ... 36
C. Definisi Operasional ... 37
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 38
E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 39
F. Prosedur Penelitian ... 42
G. Validitas dan Reliabilitas ... 43
H. Metode Analisa Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 49
B. Analisa Data Penelitian ... 51
C. Pembahasan ... 58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA... 66
(9)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor pilihan jawaban pada Skala Likert ... 41
Tabel 2. Blue Print Skala Persepsi terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan kerja ... 41
Tabel 3. Blue Print Skala Persepsi terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan kerja setelah Try Out... 42
Tabel 4. Uji Validitas Skala Persepsi terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 45
Tabel 5. Analisis Reliabilitas Skala Persepsi terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 47
Tabel 6. Gambaran umur subjek ... 50
Tabel 7. Gambaran tingkat pendidikan subjek ... 51
Tabel 8. Gambaran masa kerja subjek ... 51
Tabel 9. Sebaran T–score Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 52
Tabel 10. Sebaran T–score Pandangan terhadap Substitusi... 53
Tabel 11. Sebaran T–score Pandangan terhadap Isolasi ... 53
Tabel 12. Sebaran T–score Pandangan terhadap Pengendalian Sumber Bahaya ... 54
Tabel 13. Sebaran T–score Pandangan terhadap Alat Pelindung Diri... 54
Tabel 14. Sebaran T–score Pandangan terhadap Peringatan ditempat Kerja 55 Tabel 15. Sebaran T–score Pandangan terhadap Pelatihan K3 ... 55
Tabel 16. Sebaran T–score Pandangan terhadap Obat-Obatan P3K ... 56
Tabel 17. Sebaran T–score Pandangan terhadap Pemeriksaan Kesehatan . 56 Tabel 18. Sebaran T–score Pandangan terhadap Asuransi ... 57
Tabel 19. Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berdasarkan Indikator Tertinggi... 57
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bagan Kerangka berfikir... 29 Gambar 2 Diagram persepsi karyawan terhadap program keselamatan dan
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skala untuk Try Out
Lampiran 2 Data Try Out Skala Persepsi terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran 3 Hasil Analisis Try Out Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4 Skala untuk Penelitian
Lampiran 5 Data Penelitian Skala Persepsi terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lampiran 6 Hasil Analisa
(12)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Anoraga, Panji. 2002. Psikologi Kerja. Jakarta : PT. Rineka Cipta Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Puataka Pelajar.
_______. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. _______. 2008. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Belajar. _______. 2005. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Daryanto. 2003. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bengkel. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), 2007. Visi, Misi, Kebijakan, Strategi, dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional. http://www.docstoc.com/docs/Keselamatan-dan-Kesehatan-Kerja-di-Indonesia
Dimyati, Mahmud, M. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : BPFE Fitri, Hijratul. 2004. Hubungan Antara Persepsi Tentang Keamanan
Lingkungan Kerja Dengan Accident Behavior Pada Karyawan PT. XYLO Indah Pratama Musi Rawas. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak Diterbitkan.
Indrawijaya, Adam. I. 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta : Sinar Baru Algensindo.
Kerlinger, F.N.2004. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM Press.
Mangkunegara, Anwar. P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Bandung.
(13)
Moenir, A.S. 1983. Pendekatan Manusiawi Dan Organisasi Terhadap Pembinaan Kepegawaian. Jakarta : PT. Gunung Agung
Patria, Bhina. 2007. Bagaimana Behavioral Safety Mengurangi Angka Kecelakaan. http://www.inparametric.com//
Poerwanti, Endang. 1998. Dimensi-dimensi Riset Ilmiah. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
Rakhmat, Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi. Cetakan Keduapuluhtiga. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ranupandojo Heidjrachman & Husnan Suad. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE.
Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Makalah. http://repository.ui.ac.id/telusur/hasil/10?keyw=riset&submit=Telusur+ Semua+Koleksi
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
. 1999. Perilaku Organisasi (Konsep, Kontroversi, Aplikasi). Jakarta : Prenhallindo.
Sukoco, W.A. 2008. Hubungan Antara Persepsi Tentang Manajemen Keselamatan Kerja Dengan Safety Behavior Pada Karyawan. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Tidak diterbitkan
Suharnan, M.S. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi.
Suma’mur, P.K. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji Masagung.
(14)
Sutjana, I Dewa Putu. 2006. Hambatan Dalam Penerapan K3 Dan Ergonomi Di Perusahaan. Disampaikan pada Seminar Ergonomi Dan K3 29 di Surabaya. http://ejournal.unud.ac.id/index.
Silalahi, Bannett N.B; Rumondang. 1991. Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Slamer, As Yusuf. 1982. Pendidikan Persepsi Masyarakat Terhadap Keluarga Berencana. Malang : Umm Press
Soeprihanto John. 1996. Manajemen Personalia. Yogyakarta : BPFE.
Thoha, Miftah. 2003. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT.Renika Cipta
Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Winarsunu, Tulus. 2006. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.
(15)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pembangunan nasional tergantung banyak kepada kualitas, kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia termasuk praktisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Dari segi dunia usaha diperlukan produktivitas dan daya saing yang baik agar dapat berkiprah dalam bisnis internasional maupun domestik. Salah satu faktor yang harus dibina sebaik-baiknya adalah implementasi K3 dalam berbagai aktivitas masyarakat khususnya dalam dunia kerja (DK3N, 2007:5).
Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia adalah sangat penting. Oleh karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja sebagai salah satu unsur yang sangat penting sesuai dengan tujuan kesehatan nasional (Suma’mur, 1989:48).
Setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada tahun 2007 menurut data jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal dunia, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera (Ramli, 2009:1).
Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Bahkan menurut penelitian World Economic Forum tahun 2006, anggka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17 – 18 untuk setiap 100.000 pekerja (Ramli, 2009:1).
(16)
2
Sedangkan data Depnakertrans sepanjang tahun 2009 telah terjadi 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Angka tersebut menunjukkan terjadinya penurunan angka kecelakaan kerja dari 83.714 kasus pada 2007, dan pada tahun 2008 terjadi 58.600 kasus kecelakaan kerja.
Dengan kata lain akibat kecelakaan kerja tersebut tentu mengakibatkan banyak kerugian dimana hilangnya jumlah jam kerja, dan produktivitas kerja menjadi rendah.
Cooper (1999) berpendapat walaupun sulit untuk di kontrol secara tepat, 80-95% dari seluruh kecelakaan kerja yang terjadi disebabkan oleh unsafe behavior (Patria, 2005:2).
Hasil riset yang dilakukan National Safety Council (NSC) menunjukkan bahwa penyebab kecelakaan kerja 88% adalah adanya unsafe behavior, 10% karena unsafe condition dan 2% tidak diketahui penyebabnya (Patria, 2005:2).
Pada banyak kejadian kecelakaan atau sekitar 70% sampai 80% penyebabnya adalah kesalahan manusia atau human error (Winarsunu, 2008:5).
Menurut Swain (1974), menyatakan bahwa faktor manusia memegang peranan penting di dalam sistem keselamatan kerja juga sebaliknya dalam menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Lawton (1998) juga menyatakan bahwa 80% sampai 90% kecelakaan kerja disebabkan oleh kecelakaan kerja. (Winarsunu, 2008:8).
Seperti insiden yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu yaitu kecelakaan kereta api argo bromo anggrek dengan senja utama yang terjadi pada pukul 03.00 Wib pagi hari sabtu (2/10), dengan menelan korban lebih dari 30 orang tewas dan puluhan lain luka-luka. Penyebab terjadinya kecelakaan tersebut ditenggarai akibat dari kelalaian manusia atau human error, masinis yang menjalankan kereta api dalam kondisi lelah dan mengantuk akibatnya, kereta api melanggar sinyal jalur perlintasan dan persimpangan sehingga menabrak kereta yang ada didepannya (http://www.tempointeraktif.com).
(17)
3
Kerugian langsung yang nampak dari timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan. Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja (Patria, 2005:2).
Sanders (1993), menyatakan bahwa apabila di dalam situasi tertentu sudah tersedia unsur-unsur yang menjadi indikasi kuat adanya perilaku berbahaya maka kejadian kecelakaan kerja adalah tinggal menunggu waktu saja (Winarsunu, 2008:18).
Rendahnya kesadaran pekerja akan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan fakta yang tidak perlu diperdebatkan lagi. walaupun demikian, perlu ditekankan bahwa masalah kurangnya pemahaman mengenai K3 bukan hanya masalah pekerja saja karena pada kenyataannya, dapat dikatakan bahwa seluruh lapisan masyarakat pada umumnya memiliki kesadaran yang rendah akan keselamatan dan kesehatan kerja.
Sukoco (2008), dalam penelitiannya hubungan antara tersepsi tentang manajemen keselamatan kerja dengan safety behavior pada karyawan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi tentang manajemen keselamatan kerja dengan safety behavior pada karyawan, dan memberikan sumbangan efektif terhadap safety behavior sebesar 30,4 %, sedangkan sisanya sebesar 69,6 % berasal dari variabel lain yang tidak diteliti.
Fitri (2004:47) dalam penelitiannya hubungan antara persepsi tentang keamanan lingkungan kerja dengan accident behavior pada karyawan PT. XYLO Indah Pratama Musi Rawas menunjukkan bahwa persepsi karyawan tentang keamanan lingkungan kerja memiliki sumbangan efektif 11,8% terhadap
accident behavior, sisanya 88,2% disebabkan oleh variabel lain yang tidak
diteliti. Dengan demikian semakin positif persepsi seorang karyawan terhadap keamanan lingkungan kerja maka semakin rendah accident behavior mereka.
(18)
4
Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah. Indonesia akan sulit menghadapi pasar global karena mengalami ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja atau produktivitas kerja yang rendah. Padahal kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Karena itu disamping perhatian perusahaan, pemerintah juga perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Begitu pentingnya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi perusahaan, sehingga membuat pemerintah ikut serta dalam membentuk peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok mengenai perlindungan tenaga kerja dijamin dalam pasal 9: ”setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atau keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai
dengan martabat manusia dan moral agama” (Silalahi, 1991:39).
Untuk menjabarkan jaminan tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini memberikan perlindungan hukum kepada tenaga kerja yang bekerja agar tempat dan peralatan produksi senantiasa berada dalam keadaan selamat dan aman bagi mereka (Silalahi, 1991: 40).
Kewajiban mengenai penerapan Sistem Manajemen K3 oleh setiap perusahaan ini ditegaskan kembali dalam Pasal 87 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang berbunyi: ”setiap perusahaan wajib menerapkan sitem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan” (www.isdindonesia.com).
Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cedera atau penyakit jangka pendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan
(19)
5
pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan Sutjana (2006), untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan ergonomi dan K3 diperusahaan yaitu hasil observasi pada beberapa perusahaan kecil dan menengah di Bali sejak tahun 1995, dimana penerapan K3 dan ergonomi baru dalam bentuk terciptanya tempat kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien, dan peningkatan produktivitas kerja, namun belum mampu menunjukan keuntungan dalam bentuk uang. Kemudian manajemen perusahaan masih memberikan prioritas rendah pada program ergonomi dan K3, dan program yang dilaksanakan lebih banyak program kuratif dibandingkan dengan program preventif dan promotif sehingga tampak sebagai pengeluaran saja. Di samping itu beberapa faktor lain seperti kurangnya pengetahuan manajemen dan karyawan mengenai ergonomi dan K3, terbatasnya dana, pengawasan dan penerapan sangsi oleh pemerintah.
PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT.PJB) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yaitu penyediaan layanan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pembangkitan tenaga listrik UP Brantas ini mengoperasikan 12 Pembangkit Listrik Tenaga Air yang tersebar di sepanjang aliran tiga sungai yaitu Kali konto, Kali Brantas, dengan Kali catur dan Telaga ngabel jawa timur. Dengan total daya terpasang sekitar 281 Megawatt dan mampu memproduksi energy listrik rata-rata 1200 Gwh/pertahun (PT. PJB. UP. Brantas).
Gambaran kondisi kerja di PT. PJB brantas termasuk dalam wilayah objek vital yang rawan akan potensi kecelakaan dan sabotase pihak luar karena sebagai sumber ekonomi negara dan fasilitas listrik bagi masyarakat luas.
Bentuk-bentuk pelaksanaan dalam meningkatkan semangat dan produktivias kerja karyawan yang dilakukan PT. PJB UP Brantas yaitu salah satunya dengan memberikan kesejahteraan kepada karyawan yaitu dalam bentuk penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
(20)
6
Bentuk-bentuk perhatian yang diberikan PT. PJB Brantas yaitu dengan memberikan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman, selamat dan produktif. Bentuk dari fasilitas kesehatan yaitu yang pertama dengan memberikan jaminan kesehatan tenaga kerja, adanya sarana dan prasarana yang mendukung seperti perlengkapan APD, kebersihan lingkungan, penerangan, kondisi fisik dan mental karyawan.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah sebagai wujud nyata safety
behavior yang diberikan PT. PJB Up Brantas dalam mencegah bentuk
kecelakaan di tempat kerja. Alat pelindung diri sebagai suatu perlengkapan yang dimaksudkan untuk dipakai oleh seseorang di tempat kerja yang melindunginya dari salah satu atau lebih resiko terhadap keselamatan dan kesehatannya. Seperti dalam bentuk helm pengaman, mantel hujan, mantel debu, pengaman dada, sarung tangan untuk kimia, sarung tangan untuk mengelas, sarung tangan tahan tegangan, ear plug, sepatu karet lars, sepatu karet tegangan tinggi, sepatui karet lars hitam, baju tahan api, baju pelampung, safety belt, kacamata gerindra, dan herness. Selain perlengkapan alat pelindung diri ada pula peraturan-peraturan terkait standar maupun prosedur operasional kerja, asuransi, dan beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan kerja. (PT. PJB. UP. Brantas).
PT.PJB UP Brantas memiliki program keselamatan dan kesehatan kerja bulanan maupun tahunan dalam menciptakan zero accident di bidang lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja (LK3) antara lain melakukan pengawasan dan pengendalian seperti inspeksi K3, peningkatan SDM bidang K3 seperti menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran, pelatihan safety dan fire untuk operator, ceramah K3 yang dilakukan setiap rapat, pelatihan menyelam, dan pelatihan PK3. Selain itu perusahaan juga melakukan sertifikasi pengujian ulang dan pemeliharaan terhadap kondisi alat-alat manajemen dan fasilitas K3. Melaksanakan peringatan kampanye bulan K3, dengan mengadakan lomba K3, pembutan sticker, pembutan spanduk K3, rambu-rambu K3, maupun bendera K3.
(21)
7
Kemudian program di bidang kesehatan kerja yaitu melakukan check up kesehatan serta pengadaan obat-obatan untuk PK3 (PT. PJB. UP. Brantas).
Supervisor bagian LK3 unit pembangkit sutami mengungkapkan sejauh ini pelaksanaan K3 oleh PT.PJB UP Brantas sudah cukup baik, namun masih ada beberapa karyawan yang kurang memperdulikan peraturan atau prosedur operasi dalam bekerja terkait penggunaan alat pelindung diri, seperti tidak menggunakan helm pengaman ketika bekerja, sepatu, sarung tangan, harness, dll. beliau juga mengungkapkan bahwa masih adanya beberapa kasus kecelakaan kerja ringan yang terjadi seperi terpeleset, terinjak benda yang tajam yang dikarenakan tidak memakai sepatu, kemudian tersengat aliran listrik tegangan rendah yang dikarenakan tidak mengindahkan peraturan untuk memakai sarung tangan pengaman. Seperti data jumlah kecelakaan kerja menyebutkan pada tahun 2007-2008 terjadi 3 orang mengalami kecelakaan kerja yang tercatat, dan beberapa kejadian kecelaakan kerja kecil lainnya yang tidak tercatat atau terlaporkan seperti tersengat listrik tegangan rendah yang dikarenakan tidak menggunakan sarung tangan. (PT. PJB. UP. Brantas).
Riyadina (2007:27), dalam penelitian pada pekerja industri yang bekerja pada 7 perusahaan di wilayah kawasan industri Pulo Gadung. Mendapatkan hasil pekerja yang sudah patuh menggunakan APD (alat pelindung diri) saat bekerja sebanyak 68,1% sedangkan yang tidak menggunakan APD ada sebanyak 31,9%. Sebagian besar alasan tidak memakai APD saat bekerja dikarenakan tidak nyaman atau justru merasa mengganggu aktifitasnya saat bekerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan memakai APD cukup tinggi yaitu 82,3% tetapi yang mengaku selalu memakai APD hanya 41,7% .
Hubungan pemakaian APD dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja industri ternyata justru terjadi pada pekerja yang mengunakan APD saat terjadi kecelakaan. Pekerja yang menggunakan APD berisiko 2,20 kali (95% CI: 1,59 – 3,05) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang tidak memakai APD. Beberapa kasus menunjukkan bahwa menggunakan sarung
(22)
8
tangan justru membuat pekerja tidak merasa nyaman atau mengganggu aktifitas kerja sehingga justru membahayakan. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang APD disesuaikan dengan jenis pekerjaan sehingga APD tersebut benar-benar bisa melindungi (Riyadina, 2007:29).
Sudah tidak asing bagi para safety officer apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tengah melakukan suatu pekerjaan namun tidak melengkapi dirinya dengan APD. Mulai dari pekerja konstruksi yang bekerja tanpa Helm Safety, pekerja yang bekerja di ketinggian namun tidak memakai full body harness, pekerja di sekitar pelabuhan yang tidak memakai rompi pelampung, pekerja yang sedang melakukan pekerjaan las tanpa apron tahan percikan api, dan kondisi kondisi sejenis lainnya (www.lorco.co.id).
Hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja “Ini tidak cocok/ tidak nyaman buat saya pakai “ (alasan 30 % pekerja). “Saya tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD” (10% alasan pekerja). “Saya tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan waktu saya” (18% alasan pekerja). “Saya tidak akan celaka” (8 % alasan para manager dan pekerja).(www.lorco.co.id)
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lawrence pada pekerja pertambangan emas bawah tanah tahun 1974, dimana hasilnya mengindikasikan bahwa tipe kesalahan yang paling dominan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja adalah kegagalan pekerja dalam mempersepsi peringatan terhadap bahaya
dan underestimations of hazards (Winarsunu, 2008:66).
Sanders (1985), menyatakan bahwa keberhasilan seseorang di dalam tahap-tahap mempersepsi, mengenal, memutuskan menghindari, dan kemampuan menghindari bahaya akan menyebabkan perilaku yang aman (safe behavior) dan sebaliknya kegagalan di dalam tahap-tahap tersebut akan mengakibatkan perilaku berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja (Winarsunu, 2008:66).
(23)
9
Selain itu persepsi pekerja pada manajemen keselamatan kerja akan mempengaruhi perilaku pekerja sejauh mana memiliki kontribusi keselamatan kerja di dalam proses produksi. Misalnya ketika organisasi tidak memperhatikan perihal keselamatan kerja, maka akan demikian juga dengan pekerjanya. Bahwa seperti apapun canggihnya program keselamatan kerja yang ada akan menjadi tidak efektif kecuali di dalam organisasi sudah terbentuk persepsi dari pekerja bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar telah mendukung secara penuh usaha-usaha keselamatan kerja (Winarsunu, 2008:91).
Lebih lanjut dalam penelitian Hofmann dan Stetzer (1996) menemukan bahwa persepsi tentang iklim keselamatan kerja yang positif memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku-perilaku yang tidak berbahaya di dalam bekerja.
Dalam masalah ini peranan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting dan dibutuhkan karena dengan melihat kejadian-kejadian kecelakaan kerja yang telah terjadi dimana melibatkan langsung dengan keselamatan kerja karyawan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaan merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam perusahaan terutama dalam proses operasionalnya. Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam lingkungan kerja mempunyai maksud memelihara tenaga kerja. Adanya persepsi yang berbeda dari tiap karyawan tentang program keselamatan dan kesehatan kerja yang ada tentunya dapat mempengaruhi perilaku karyawan ketika bekerja, apakah karyawan akan berperilaku aman atau berperilaku tidak aman. Dengan demikian persepsi memiliki peranan penting untuk menentukan perilaku karyawan.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengangkat judul “Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB UP Brantas Karangkates”.
(24)
10 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka timbul keinginan untuk meneliti ”Bagaimana Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB Up Brantas Karangkates”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui secara utuh bagaimana Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB Up Brantas Karangkates.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, antara lain : a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dalam keilmuan psikologi pada umumnya, serta psikologi industri dan organisasi pada khususnya.
b. Manfaat Praktis
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi organisasi perusahaan, dalam meningkatkan kualitas program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan menjadi lebih baik lagi, sehingga karyawan memiliki persepsi yang positif.
(1)
pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.
Dalam penelitian yang dilakukan Sutjana (2006), untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan ergonomi dan K3 diperusahaan yaitu hasil observasi pada beberapa perusahaan kecil dan menengah di Bali sejak tahun 1995, dimana penerapan K3 dan ergonomi baru dalam bentuk terciptanya tempat kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien, dan peningkatan produktivitas kerja, namun belum mampu menunjukan keuntungan dalam bentuk uang. Kemudian manajemen perusahaan masih memberikan prioritas rendah pada program ergonomi dan K3, dan program yang dilaksanakan lebih banyak program kuratif dibandingkan dengan program preventif dan promotif sehingga tampak sebagai pengeluaran saja. Di samping itu beberapa faktor lain seperti kurangnya pengetahuan manajemen dan karyawan mengenai ergonomi dan K3, terbatasnya dana, pengawasan dan penerapan sangsi oleh pemerintah.
PT. Pembangkitan Jawa Bali (PT.PJB) merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yaitu penyediaan layanan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Pembangkitan tenaga listrik UP Brantas ini mengoperasikan 12 Pembangkit Listrik Tenaga Air yang tersebar di sepanjang aliran tiga sungai yaitu Kali konto, Kali Brantas, dengan Kali catur dan Telaga ngabel jawa timur. Dengan total daya terpasang sekitar 281 Megawatt dan mampu memproduksi energy listrik rata-rata 1200 Gwh/pertahun (PT. PJB. UP. Brantas).
Gambaran kondisi kerja di PT. PJB brantas termasuk dalam wilayah objek vital yang rawan akan potensi kecelakaan dan sabotase pihak luar karena sebagai sumber ekonomi negara dan fasilitas listrik bagi masyarakat luas.
Bentuk-bentuk pelaksanaan dalam meningkatkan semangat dan produktivias kerja karyawan yang dilakukan PT. PJB UP Brantas yaitu salah satunya dengan memberikan kesejahteraan kepada karyawan yaitu dalam bentuk penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
(2)
Bentuk-bentuk perhatian yang diberikan PT. PJB Brantas yaitu dengan memberikan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja yang mendukung terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman, selamat dan produktif. Bentuk dari fasilitas kesehatan yaitu yang pertama dengan memberikan jaminan kesehatan tenaga kerja, adanya sarana dan prasarana yang mendukung seperti perlengkapan APD, kebersihan lingkungan, penerangan, kondisi fisik dan mental karyawan.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah sebagai wujud nyata safety behavior yang diberikan PT. PJB Up Brantas dalam mencegah bentuk kecelakaan di tempat kerja. Alat pelindung diri sebagai suatu perlengkapan yang dimaksudkan untuk dipakai oleh seseorang di tempat kerja yang melindunginya dari salah satu atau lebih resiko terhadap keselamatan dan kesehatannya. Seperti dalam bentuk helm pengaman, mantel hujan, mantel debu, pengaman dada, sarung tangan untuk kimia, sarung tangan untuk mengelas, sarung tangan tahan tegangan, ear plug, sepatu karet lars, sepatu karet tegangan tinggi, sepatui karet lars hitam, baju tahan api, baju pelampung, safety belt, kacamata gerindra, dan herness. Selain perlengkapan alat pelindung diri ada pula peraturan-peraturan terkait standar maupun prosedur operasional kerja, asuransi, dan beberapa pelatihan yang berkaitan dengan keselamatan kerja. (PT. PJB. UP. Brantas).
PT.PJB UP Brantas memiliki program keselamatan dan kesehatan kerja bulanan maupun tahunan dalam menciptakan zero accident di bidang lingkungan keselamatan dan kesehatan kerja (LK3) antara lain melakukan pengawasan dan pengendalian seperti inspeksi K3, peningkatan SDM bidang K3 seperti menyelenggarakan latihan penanggulangan kebakaran, pelatihan safety dan fire untuk operator, ceramah K3 yang dilakukan setiap rapat, pelatihan menyelam, dan pelatihan PK3. Selain itu perusahaan juga melakukan sertifikasi pengujian ulang dan pemeliharaan terhadap kondisi alat-alat manajemen dan fasilitas K3. Melaksanakan peringatan kampanye bulan K3, dengan mengadakan lomba K3, pembutan sticker, pembutan spanduk K3, rambu-rambu K3, maupun bendera K3.
(3)
Kemudian program di bidang kesehatan kerja yaitu melakukan check up kesehatan serta pengadaan obat-obatan untuk PK3 (PT. PJB. UP. Brantas).
Supervisor bagian LK3 unit pembangkit sutami mengungkapkan sejauh ini pelaksanaan K3 oleh PT.PJB UP Brantas sudah cukup baik, namun masih ada beberapa karyawan yang kurang memperdulikan peraturan atau prosedur operasi dalam bekerja terkait penggunaan alat pelindung diri, seperti tidak menggunakan helm pengaman ketika bekerja, sepatu, sarung tangan, harness, dll. beliau juga mengungkapkan bahwa masih adanya beberapa kasus kecelakaan kerja ringan yang terjadi seperi terpeleset, terinjak benda yang tajam yang dikarenakan tidak memakai sepatu, kemudian tersengat aliran listrik tegangan rendah yang dikarenakan tidak mengindahkan peraturan untuk memakai sarung tangan pengaman. Seperti data jumlah kecelakaan kerja menyebutkan pada tahun 2007-2008 terjadi 3 orang mengalami kecelakaan kerja yang tercatat, dan beberapa kejadian kecelaakan kerja kecil lainnya yang tidak tercatat atau terlaporkan seperti tersengat listrik tegangan rendah yang dikarenakan tidak menggunakan sarung tangan. (PT. PJB. UP. Brantas).
Riyadina (2007:27), dalam penelitian pada pekerja industri yang bekerja pada 7 perusahaan di wilayah kawasan industri Pulo Gadung. Mendapatkan hasil pekerja yang sudah patuh menggunakan APD (alat pelindung diri) saat bekerja sebanyak 68,1% sedangkan yang tidak menggunakan APD ada sebanyak 31,9%. Sebagian besar alasan tidak memakai APD saat bekerja dikarenakan tidak nyaman atau justru merasa mengganggu aktifitasnya saat bekerja. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan memakai APD cukup tinggi yaitu 82,3% tetapi yang mengaku selalu memakai APD hanya 41,7% .
Hubungan pemakaian APD dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja industri ternyata justru terjadi pada pekerja yang mengunakan APD saat terjadi kecelakaan. Pekerja yang menggunakan APD berisiko 2,20 kali (95% CI: 1,59 – 3,05) mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan pekerja yang
(4)
tangan justru membuat pekerja tidak merasa nyaman atau mengganggu aktifitas kerja sehingga justru membahayakan. Untuk itu perlu dilakukan kajian tentang APD disesuaikan dengan jenis pekerjaan sehingga APD tersebut benar-benar bisa melindungi (Riyadina, 2007:29).
Sudah tidak asing bagi para safety officer apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tengah melakukan suatu pekerjaan namun tidak melengkapi dirinya dengan APD. Mulai dari pekerja konstruksi yang bekerja tanpa Helm Safety, pekerja yang bekerja di ketinggian namun tidak memakai full body harness, pekerja di sekitar pelabuhan yang tidak memakai rompi pelampung, pekerja yang sedang melakukan pekerjaan las tanpa apron tahan percikan api, dan kondisi kondisi sejenis lainnya (www.lorco.co.id).
Hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja “Ini tidak cocok/ tidak nyaman buat saya pakai “ (alasan 30 % pekerja). “Saya tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD” (10% alasan pekerja). “Saya tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan waktu saya” (18% alasan pekerja). “Saya tidak akan celaka” (8 % alasan para manager dan pekerja).(www.lorco.co.id)
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Lawrence pada pekerja pertambangan emas bawah tanah tahun 1974, dimana hasilnya mengindikasikan bahwa tipe kesalahan yang paling dominan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja adalah kegagalan pekerja dalam mempersepsi peringatan terhadap bahaya dan underestimations of hazards (Winarsunu, 2008:66).
Sanders (1985), menyatakan bahwa keberhasilan seseorang di dalam tahap-tahap mempersepsi, mengenal, memutuskan menghindari, dan kemampuan menghindari bahaya akan menyebabkan perilaku yang aman (safe behavior) dan sebaliknya kegagalan di dalam tahap-tahap tersebut akan mengakibatkan perilaku berbahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja (Winarsunu, 2008:66).
(5)
Selain itu persepsi pekerja pada manajemen keselamatan kerja akan mempengaruhi perilaku pekerja sejauh mana memiliki kontribusi keselamatan kerja di dalam proses produksi. Misalnya ketika organisasi tidak memperhatikan perihal keselamatan kerja, maka akan demikian juga dengan pekerjanya. Bahwa seperti apapun canggihnya program keselamatan kerja yang ada akan menjadi tidak efektif kecuali di dalam organisasi sudah terbentuk persepsi dari pekerja bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja benar-benar telah mendukung secara penuh usaha-usaha keselamatan kerja (Winarsunu, 2008:91).
Lebih lanjut dalam penelitian Hofmann dan Stetzer (1996) menemukan bahwa persepsi tentang iklim keselamatan kerja yang positif memiliki korelasi yang tinggi dengan perilaku-perilaku yang tidak berbahaya di dalam bekerja.
Dalam masalah ini peranan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting dan dibutuhkan karena dengan melihat kejadian-kejadian kecelakaan kerja yang telah terjadi dimana melibatkan langsung dengan keselamatan kerja karyawan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahaan merupakan salah satu kebutuhan yang penting dalam perusahaan terutama dalam proses operasionalnya. Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam lingkungan kerja mempunyai maksud memelihara tenaga kerja. Adanya persepsi yang berbeda dari tiap karyawan tentang program keselamatan dan kesehatan kerja yang ada tentunya dapat mempengaruhi perilaku karyawan ketika bekerja, apakah karyawan akan berperilaku aman atau berperilaku tidak aman. Dengan demikian persepsi memiliki peranan penting untuk menentukan perilaku karyawan.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan mengangkat judul “Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB UP Brantas Karangkates”.
(6)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka timbul keinginan untuk meneliti ”Bagaimana Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB Up Brantas Karangkates”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui secara utuh bagaimana Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT. PJB Up Brantas Karangkates.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini, antara lain : a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dalam keilmuan psikologi pada umumnya, serta psikologi industri dan organisasi pada khususnya.
b. Manfaat Praktis
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi organisasi perusahaan, dalam meningkatkan kualitas program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan menjadi lebih baik lagi, sehingga karyawan memiliki persepsi yang positif.