Klasifikasi Batuan Karbonat BAB 2 DASAR TEORI batuan karbonat (silahkan di copy, mohon sertakan sumber link asli)

2.5. Klasifikasi Batuan Karbonat

Secara umum, klasifikasi batuan karbonat ada 2 macam, yaitu: klasifikasi deskriptif dan klasifikasi genetik. Klasifikasi deskriptif merupakan klasifikasi yang didasarkan pada sifat-sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara langsung, seperti fisik, kimia, biologi, mineralogi atau tekstur. Klasifikasi genetik merupakan klasifikasi yang lebih menekankan pada asal usul batuan. Parameter sekunder yang digunakan antara lain porositas, sementasi, tingkat abrasi atau kebundaran butiran, penambahan unsur nonklastik dan sebagainya. Klasifikasi Grabau 1904 Menurut klasifikasi Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi 5 macam seperti pada gambar 2.8 , yaitu: a. Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar daripada pasir 2 mm. b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir 116-2 mm. c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir116 mm. d. Calcipuluerite, yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, seperti batugamping kristalin. e. Batugamping organik, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu seperti terumbu dan stromatolite. Gambar 2.8. perbandingan skala Wentworth dan terminologi Grabau untuk penamaan batuan karbonat Colin J.R. Braithwaite, 2005 Klasifikasi Folk 1959 Parameter utama yang dipakai pada klasifikasi ini adalah tekstur deposisi. Folk menyatakan bahwa proses pengendapan batuan karbonat dapat disebandingkan dengan proses pengendapan batupasir atau batulempung. Menurut Folk ada 3 macam komponen utama penyusun batugamping yaitu: a. Allochem, yaitu material karbonat sebagai hasil presipitasi kimiawi atau biokimia yang telah mengalami transportasi intrabasinal, analog dengan butiran pasir atau gravel pada batuan asal daratan. Allochem ada 4 macam yaitu intraclast, oolite, pellet dan fosil. b. Microcrystalline calcite ooze micrite, yaitu material karbonat yang berdiameter 1-4 mikron, translucent, dan berwarna kecoklatan dalam sayatan tipis. Sedangkan dalam handspecimen, micrite bersifat opak dan dull, berwarna putih, abu-abu, abu-abu kecoklatan atau hitam. Micrite analog dengan lempung pada batulempung atau matrik lempung pada batupasir. c. Sparry calcite sparite, yaitu komponen yang berbentuk butiran atau kristal yang berdiameter = 4 mikron 4-10 mikron dan memperlihatkan kenampakan yang jernih dan mozaik dalam asahan tipis, berfungsi sebagai pore filling cement. Sparite analog dengan semen pada clean sandstone. Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite dan sparite serta jenis allochem yang dominan. Prosedur pemberian nama batuan menurut Folk adalah: 1. Jika intraclast 25 intraclastic rock 2. Jika intraclast = 25, lihat prosentase oolite-nya 3. Jika oolite 25 oolitic rock 4. Jika intraclast =25 dan oolite =25, lihat perbandingan antara fosil dengan pelet, yaitu: a fossil : pellet 3:1 biogenic rock, b fossil : pellet 3:1 pellet rock, c fossil : pellet = 3:1 – 1:3 biogenic pellet rock. Kelemahan utama dari klasifikasi ini adalah tidak dapat menjelaskan batuan karbonat yang kompleks. Sebagai contoh ketika dalam suatu batuan terdapat a pecahan cangkang Pelecypoda, b Ostrakoda utuh, c Glaukonit, maka sulit ditentukan nama batuan tersebut. Aturan penamaan batuan adalah sebagai berikut: kata pertama adalah jenis allochem yang dominan dan kata kedua adalah jenis orthochem yang dominan, contoh: intrasparite, biomicrite, dll. Gambar 2.9. Klasifikasi Folk,after Folk 1959 Keterangan: Tipe 1, sparry allochemical rocks, terutama tersusun atas allochem yang tersemenkan oleh sparry calcite cement. Tipe 2, microcrystalline allochemical rocks, mengandung allochem, tetapi arus yang bekerja tidak cukup kuat sehingga microcrystalline ooze tidak tercuci dan terendapkan sebagai matriks sparry calcite jarang terbentuk karena tidak ada pori tempat terbentuknya. Tipe 3, microcrystalline rocks kebalikan dari tipe 2, lingkungan pengendapan tidak berarus kuat sehingga presipitasi dari microcrystalline ooze sangat cepat dan jarang dijumpai allochem. Klasifikasi Dunham 1962 Dunham membuat klasifikasi batugamping berdasarkan tekstur deposisi batugamping, yaitu tekstur yang terbentuk pada waktu pengendapan batugamping, meliputi ukuran butir dan susunan butir sortasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pengklasifikasian batugamping berdasarkan tekstur deposisinya, yaitu: 1. Derajat perubahan tekstur pengendapan 2. Komponen asli terikat atau tidak terikat selama proses deposisi 3. Tingkat kelimpahan antar butiran grain dan lumpur karbonat Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham mengklasifikasikan batugamping menjadi 5 macam, yaitu mudstone, wackestone, packestone, grainstone, dan boundstone. Sedangkan batugamping yang tidak menunjukkan tekstur deposisi disebut crystalline carbonate. Fabrik supportation grain- supported butiran yang satu dengan yang lain saling mendukung dan mud- supported butiran mengambang di dalam matrik lumpur karbonat digunakan untuk membedakan antara wackestone dan packestone. Dunham tidak memperhatikan jenis butiran karbonatnya seperti klasifikasi Folk. Batas ukuran butir yang digunakan oleh Dunham untuk membedakan antara butiran dan lumpur karbonat adalah 20 mikron lanau kasar. Klasifikasi batugamping yang didasarkan pada tekstur deposisi dapat dihubungkan dengan fasies terumbu dengan tingkat energi yang bekerja, sehingga dapat untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Klasifikasi ini memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut: Kelebihan : a. Sangat mudah digunakan, karena tidak perlu menentukan jenis butiran secara detail. Jenis butiran tidak mempengaruhi penamaan batuan, gambar 2.10. b. Dapat digunakan untuk menentukan tingkat diagenesa, karena klasifikasi ini berdasarkan pada fabric sehingga sparit tidak perlu di deskripsi. Kekurangan : Pada sayatan tipis tidak mudah membedakan fabric batuan karena pada sayatan tipis hanya memberikan gambaran 2 dimensi. Gambar 2.10. Klasifikasi Dunham Dunham, 1962 Vide Rizqi Amelia Melati, 2011 Mudstone – batuan karbonat, yang mengandung butiran kurang dari 10, sinonim dengan kalsilutit, hanya saja tidak menyebutkan secara spesifik komposisi mineralogi. Wackestone – batuan karbonat yang mud supported mengandung lebih dari 10 butiran tetapi antar butirannya tidak saling bersinggungan, butiran kasar mengambang dalam matriks. Packstone - Batuan karbonat, grain supported, terdapat kandungan lumpur dan antar butiran saling bersinggungan. Grairtstone - Batuan karbonat, tidak terdapat lumpur, grain supported, dan antar butir saling bersinggungan. Boundstone - Batuan karbonat, mengalami pengikatan material organik sewaktu pengendapan yang mengindikasikan asal-usul komponen yang direkatkan bersama selama proses deposisi. Crystalline carbonates - Batuan karbonat, tidak menunjukkan tekstur deposisi, dimasukkan dalam klasifikasi sendiri. Klasifikasi Embry and Klovan 1971 Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur pengendapan dan merupakan pengembangan dari klasifikasi Dunham 1962 yaitu dengan menambahkan kolom khusus pada kolom boundstone, menghapus kolom crystalline carbonate, dan membedakan butiran yang berdiameter = 2 mm dari butiran yang berdiameter 2mm. Dengan demikian klasifikasi Embry and Klovan seluruhnya didasarkan pada tekstur pengendapan dan lebih tegas di dalam ukuran butir yaitu ukuran grain =0,03 –2 mm dan ukuran lumpur karbonat 0,03 mm. Berdasarkan cara terjadinya, Embry Klovan membagi batugamping menjadi dua kelompok, yaitu batugamping allochtonous dan batugamping autochtonous. Batugamping autochtonous adalah batugamping yang komponen penyusunnya berasal dari organisme yang saling mengikat selama pengendapannya. Batugamping ini dibagi menjadi 3 yaitu: bafflestone tersusun oleh biota berbentuk cabang, bindstone tersusun oleh biota berbentuk menegak atau lempengan dan framestone tersusun oleh biota berbentuk kubah atau kobis. Batugamping allochtonous adalah batugamping yang komponennya berasal dari sumbernya oleh fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan kembali sebagai partikel padat. Batugamping ini dibagi menjadi 6 macam yaitu: mudstone, wackestone, packetone, grainstone, floatstone dan rudstone. Dengan demikian klasifikasi Embry Klovan sangat tepat untuk mempelajari fasies terumbu dan tingkat energi pengendapan. Tambahan pada klasifikasi ini yaitu dengan membagi lagi kelompok boundstone menjadi 5 yaitu: Floatstone, batugamping dengan komponen yang lebih besar dari 2 mm dengan komposisi lebih besar dari 10, matriks supported. Rudstone, batugamping dengan komponen yang lebih besar dari 2 mm dengan komposisi lebih besar dari 10, komponen supported. Bqfflestone, terbentuk akibat perilaku organisme seperti baffle , berdasarkan atas komponen terumbu yang merupakan perangkap sedimen dan menghapus kolom crystalline carbonates. Bindstone, terbentuk akibat organisme yang terjebak dan terjepit selama proses deposisi. Framestone, terbentuk oleh aktivitas organisme yang membentuk kerangka yang keras. Gambar 2.11. Klasifikasi batuan karbonat oleh Dunham yang dimodifikasi oleh Embry dan KlovanAfter Dunham, 1962 dan Embry Klovan 1971 Klasifikasi Plumpey Et Al 1962 Klasifikasi batuan karbonat menurut Plumpey et al, 1962 pada penelitian digunakan untuk mengetahui kondisi energi ketika fasies batuan karbonat diendapkan, dimana klasifikasi ini adalah klasifikasi batuan karbonat yang berdasarkan endeks energi, yang mana indeks energi merupakan salah satu parameter penting di dalam menentukan lingkungan pengendapan batuan karbonat. Pembagian indeks energi tersebut adalah sebagai berikut lampiran 1 : a. Indeks energi I Batuan karbonat yang diendapkan pada kondisi air laut yang tenang quiet water, dicirikan oleh kandungan lumpur karbonatnya yang dapat mencapai 50, keadaan fosil-fosilnya masih dalam keadaan yang utuh, walaupun jarang fosil tersebut dijumpai. b. Indeks energi II Batuan karbonat yang diendapkan pada kondisi air laut yang sedikit bergelombang intermittently agitated, dicirikan oleh kandungan lumpur kurang dari 25, fosil-fosil yang dijumpai masih dalam jumlah yang sedikit dan keadaan fosilnya masih dalam kondisi yang reatif baik. c. Indeks energi III Batuan karbonat yang diendapkan pada kondisi air laut yang bergelombang lemah slighty agitated, dicirikan oleh kandungan butirannya yang dapat mencapai 50 dengan kandungan fosilnya yang menunjukkan gejala abrasi. d. Indeks energi IV Batuan karbonat yang diendapkan pada kondisi air laut yang bergelombang sedang moderately agitated, dicirikan oleh kandungan butirnya yang mencapai lebih dari 50 dengan keadaan fosilnya pada umumnya telah pecah-pecah. e. Indeks energi V Batuan karbonat yang diendapkan pada kondisi air laut yang bergelombang kuat strongly agitated. Dicirikan oleh kandungan lumpurnya yang kurang dari 5. Keadaan fosilnya sebagian besar telah pecah-pecah. Dapat pula batuan karbonat ini tersusun oleh organisme yang tumbuh dan berkembang di daerah tersebut, seperti koloni koral, ganggang, stromatoporoid dan lainnya. Dari beberapa klasifikasi diatas, dalam pembahasan ini menggunakan klasifikasi Grabau 1904 untuk penamaan sampel di lapangan dan Dunham 1962 untuk penamaan pada sayatan tipis sampel batuan yang berdasarkan tekstur pengendapannya, Klasifikasi Pumpley Et Al 1962 untuk mengetahui kondisi energi ketika fasies batuan karbonat diendapkan, karena pada daerah penelitian sangat mudah dikenali dengan menggunakan klasifikasi ini.

2.6. Fasies Karbonat