KETAHANAN SOSIAL KOMUNITAS SEKTOR INFORMAL(Studi Bentuk Ketahanan Sosial Pada Komunitas Pemulung Di BantaranSungai BrantasRT 7 RW 5 Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen, Malang)

KETAHANAN SOSIAL KOMUNITAS SEKTOR INFORMAL(Studi Bentuk
Ketahanan Sosial Pada Komunitas Pemulung Di BantaranSungai
BrantasRT 7 RW 5 Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen, Malang)
Oleh: DWI INDAH ROMADHANI ( 04240019 )
Sociology
Dibuat: 2009-04-16 , dengan 3 file(s).

Keywords: Ketahanan sosial, komunitas, sektor informal, pemulung
ABSTRAK
Fenomena pemulung di kota Malang sebagai bagian dari pekerjaan sektor informal merupakan ekses dari adanya
lapangan pekerjaan formal yang tidak sebanding dengan para pencari kerja. Kaum urban yang datang membawa
harapan akan nasib yang lebih baik di kota harus mencari laternatif pekerjaan lain di sektor informal. Ketiadaan
skill dan pendidikan rendah membuat komunitas pemulung berada di posisi marginal. Jika dilihat secara fungsional,
keberadaan pemulung dalam kehidupan kota memang banyak membantu pemerintah dalam mengurangi volume
sampah masyaraka. Namun, masih banyak konstruksi negatif dari masyarakat terhadap pemulung. Hal itu
disebabkan profesi memulung yang rentan dengan tindak kriminal, seperti mencuri. Kehidupan urban pemulung
yang identik dengan pemukiman kumuh dapat merusak wajah kota membuat komunitas pemulung semakin tidak
memiliki bargainning. Banyak tekanan yang dihadapi. Baik itu dari segi sosial, ekonomi maupun politik. Delapan
belas tahun mereka masih menempati pemukiman di Bantaran Sungai Brantas. Hal ini cukup membuktikan bahwa
mereka memiliki imunitas atau daya tahan dalam menghadapai tekanan agar tetap survive. Studi ini bertujuan
untuk mengetahui bentuk ketahanan sosial komunitas pemulung di Bantaran Sungai Brantas RT 7 RW 5 Kelurahan

Penanggungan Malang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan setting di pemukiman pemulung bantaran sungai
Brantas RT 7 RW 5 Kelurahan Penanggungan Kec. Klojen, Malang. Sebagai subjek penelitian dipilih 9 orang
pemulung. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Teknik pengolahan
data menggunakan analisa deskriptif kualitatif.
Dari hasil studi, terdapat tiga bentuk ketahanan sosial komunitas pemulung, yakni ketahanan secara sosial,
ekonomi dan politik. Ketahanan secara sosial dilihat dari hubungan dengan interaksi komunitas dengan lingkungan
diluarnya maupun dengan sesamanya. Ketahanan secara ekonomi diidentifikasi melalui cara pemenuhan
kebutuhan ekonomi keluarga. Sedangkan ketahanan secara politik diidentifikasi melalui cara yang digunakan
komunitas dalam mengahadapi tekanan-tekanan berupa norma yang dibuat oleh masyarakat yang kurang
menguntungkan dari sebuah lembaga atau institusi. Hasil studi juga menunjukkan bahwa komunitas pemulung ini
merupakan pemulung klasik, dimana mereka belum bersebtuhan dengan teknologi modern seperti saat ini.
Meskipun mereka sudah memiliki jaringan, namun aktivitas pemulung ini masih berorientasi subsistensi. Data yang
telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teori Fungsional Struktural dari Talcott Parson untuk
menganalisis bentuk ketahanan sosial komunitas pemulung melalui syarat-syarat fungsional sistem, yakni analisis
AGIL, dimana bentuk ketahanan ekonomi merupakan manifestasi yang dominan dari fungsi Adaptasi yang terdiri
dari Adaptation, Pencapaian kebutuhan ekonomi agar tetap survive sebagai Goal Attainment, Tindakan kolektif
dalam hubungan keluar sebagai bentuk Integration dalam melindungi kolompok, dan Latency yang dibentuk
komunitas di dalam penanaman nilai ekonomi pada diri anak.


ABSTRACT
The adopter phenomenon in Malang as a part of sector job as the as the excess of formal sector job that imbalance
to the job seekers. The urban people those comes to the town with hope of better living should find out other
alternatives in informal sector job. No good skill and low education makes them in the marginal position.
Functionally, the exixtence of adopter help a lot for goverment in decreasing the volume of people trashes, even
only for some kind of trash that could be recycle. But there are alot of negative construct of the people for the
adopters. It because of the profession of adopter is risk to crime acts, such as steal. The life of adopter urban
identical to dirty living that breaks the looks of the town makes them more did not have bargaining. A lot of
pressures, socially. Economically, even politically. For eighteen years they have lived inflood plain of Brantas river.
It is proved that they immunity or resistance in facing the pressure to be survive. The study is purposed to find out
the social resistance of the adopter community in flood plain of Brantas river RT 7 RW 5 Penanggungan Village
Malang.
This was qualitative descriptive method research, setting in adopter living in flood plain of Brantas river RT 7 RW 5
Penanggungan village Klojen district Malang. As the research subject it was chosen 9 adopters. The data colection
method was used observation, interview, and documentation. The data analysis was used qualitative descriptive
analysis.
From the research results there are three forms of sosial resistance adopter community those are: social, economic
and political. Social resistance were seen from relationship to community interact to the outside neighborhood and
to their own groups. The economic resistance were identified from their way in fulfill their family needs. The
political resistance were identified by using their way in solving the pressure as the norm an organization or an

institution wich is little profitable. The results of the study also shows that they are a classic adopter where they
are not touch with recent modern technology. Although they already has a network but their orientation is still
sibsistent. The data were analyzed by using structural functional theory of Talcott Parson to analyze the form of
social resistance of adopter community by systm functional condition, those are AGIL analysis, where economic
resistance form is adominant manifest from the adaptation function wich are consists of adaptation: the reach of
economical needs to be survive as a Goal Attainment. Collective action: in out relationship as a form of Integration
in protecting their group, and Latency that formed by the community in implanting the economic value for their
children.

Dokumen yang terkait

MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang

1 12 63

PROSES KEMANDIRIAN SOSIAL EKONOMI KAUM PINGGIRAN (Suatu Studi Tentang Pekerja Sektor Informal Khususnya Pedagang Kaki Lima Di Kecamatan Klojen Kota Malang Periode 2000 2002)

0 18 2

PEMBANGUNAN “MALANG TOWN SQUARE” DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT (Studi Deskriptif Tentang Perubahan Nilai, Perubahan Sikap, dan Perubahan Pola Prilaku Pada Masyarakat Yang Berada di Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen Malang)

0 4 2

PENGGUNAAN JEJARING SOSIAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI ANTAR ANGGOTA KOMUNITAS RINGO48 (Studi Pada Komunitas Ringo48 di Kota Malang)

0 8 11

Analisis Strategi Ketahanan Pangan Komunitas Petani

0 4 178

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Mikro Kredit Berbasis Komunitas Untuk Pengembangan Komunitas ( Kasus Komunitas Sektor Informal, RW 01 Kelurahan Kebon Waru, Kota Bandung)

0 14 193

Jaminan sosial berbasis komunitas bagi pekerja mandiri sektor informal dalam upaya pengembangan jenis perlindungan sosial: studi kasus di Kelurahan Jamika Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung

0 12 288

Asset-Asset Sosial Pada Komunitas Nelayan (Studi Kasus Proses Mobilisasi Asset Sosial Pada Komunitas Nelayan Di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap, Jawa Tengah)

0 17 188

Bentuk Hubungan Sosial dalam Komunitas Blogger diInternet Bentuk Hubungan Sosial dalam Komunitas Blogger di Internet (Studi Deskripsi Terhadap Mahasiswa Perguruan Tinggi yang Menjadi Anggota Komunitas Blogger dalam Situs Blogfam.Com).

0 2 7

KOMUNITAS PEMULUNG DI MAKAM RANGKAH KELURAHAN TAMBAKREJO KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA.

0 3 95