MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang

(1)

i MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN

KOMUNITAS

Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Disusun oleh: Jefry Adhipradana

NIM: 08220426

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN

1. Nama : Jefry Adhipradana

2. Nim : 08220426

3. Fakultas/ Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/ Ilmu Komunikasi 4. Judul Skripsi :

MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS

(Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Frida Kusumastuti, M. Si Sulismadi, M. Si

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi


(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Jefry Adhipradana Nim : 08220426

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand UpMalang

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan Dinyatakan Pada Hari : Sabtu

Tanggal : 13 April 2013

Tempat : Ruang Sidang (R.605)

Mengesahkan Dekan FISIP

Dr Wahyudi M.Si

Dosen penguji

1) Joko Susilo, MA Penguji I (...) 2) Zen Amiruddin, S. Sos Penguji II (...) 3) Frida Kusumastuti, M. Si Penguji III (...) 4) Sulismadi, M. Si Penguji IV (...)


(4)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Jefry Adhipradana Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 20 Juni 1990 Nomor Induk Mahasiswa : 08220426

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS

(Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 28 Maret 2013 Yang Menyatakan,


(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Jefry Adhipradana

2. Nim : 08220426

3. Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4. Jurusan : Ilmu Komunikasi

5. Konsentrasi : Jurnalistik 6. Judul Skripsi :

MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS

(Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang)

Pembimbing : 1. Frida Kusumastuti, M. Si 2. Sulismadi, M. Si

Kronologi Bimbingan :

Tanggal

Paraf Pembimbing

Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

24 Oktober 2012 Acc Judul

6 Desember 2012 Seminar Proposal

22 Maret 2013 Acc Bab I

22 Maret 2013 Acc Bab II

22 Maret 2013 Acc Bab III

28 Maret 2013 Acc Bab IV

28 Maret 2013 Acc Seluruh Naskah

Disetujui Malang, 28 Maret 2013 Pembimbing I Pembimbing II


(6)

vi ABSTRAK

Jefry Adhipradana

MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS (STUDI PADA MAHASISWA ANGGOTA KOMUNITAS

STAND UP MALANG)

Pembimbing: Frida Kusumastuti, M. Si. Sulismadi, M.Si xviii + 77 + 4 table + 4 gambar + 3 lampiran

Bibliografi : 13 buku, 3 penelitian terdahulu, 5 website Kata kunci : Motivasi, Twitter

Latar belakang penelitian ini didasari atas fenomena media sosial yang penggunaannya semakin marak di masyarakat. Salah satu media sosial yang kini sedang digemari yaitu twitter. Salah satu yang aktif di dunia twitter adalah komunitas Stand Up Malang. Maka dari itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa motivasi penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang. tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa motivasi penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang.

Clayton Alderfer dari Universitas Yale berargumen bahwa ada tiga kelompok kebutuhan inti, eksistensi (existence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth) yang disebut teori ERG (Robbins, 2001: 171). Alderfer lebih menyukai perincian kebutuhan itu didasarkan pada kontinum dibandingkan dengan hierarki seperti Maslow dan dua faktor kebutuhan yang potensial dari Herzberg. Tidak seperti Maslow atau Herzberg, Alderfer tidak menyatakan bahwa tingkat yang di bawah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memuaskan tingkat kebutuhan di atasnya atau tidak pula bahwa usaha perampasan itu satu – satunya jalan untuk mengaktifkan suatu kebutuhan. Suatu contoh menurut teori ERG ini, latar belakang seseorang atau lingkungan kebudayaannya dapat saja menyebabkan timbulnya kebutuhan – kebutuhan berhubungan terlebih dahulu tanpa harus dipenuhi kebutuhan – kebutuhan akan eksistensi. Demikian pula kebutuhan berkembang dapat saja terus meningkat walaupun orang tersebut sudah merasa puas. Atas dasar itulah peneliti menggunakan teori ERG dalam melakukan penelitian. Peneliti meyakini penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yaitu untuk tetap eksis, berhubungan dengan orang lain dan untuk berkembang.

Melalui metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara maka data yang diperoleh dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penggambaran kesimpulan (conclusing drawing). Subjek penelitian yakni mahasiswa anggota komunitas Stand Up Malang dan diambil dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti, terpilih 5 orang sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang yaitu adalah Twitter dapat dijadikan sarana eksistensi diri comic, baik di dunia nyata maupun di dunia maya,


(7)

vii twitter memudahkan comic untuk berhubungan dengan orang lain, twitter memudahkan comic dalam menyebarkan informasi acara Stand Up Comedy, twitter merupakan media penghubung antara comic Nasional dengan komunitas Stand Up Malang yang efektif dan twitter dapat dijadikan media untuk membuat materi komedi sebagai comic. Kesimpulannya adalah bagi comic komunitas Stand Up Malang, twitter merupakan media sosial yang tepat untuk memenuhi berbagai kebutuhan khususnya sebagai comic, walaupun dengan tampilannya yang lebih sederhana dari jejaring sosial facebook. Atas dasar itulah comic komunitas Stand Up Malang merasa termotivasi untuk menggunakan twitter.Atas hasil penelitian ini, direkomendasikan terhadap peneliti yang ingin membuat penelitian serupa, agar mengambil subjek berbeda selain kalangan mahasiswa, bisa seperti karyawan perusahaan sehingga ada kemungkinan ditemukan informasi baru dan data tidak bersifat subjektif. Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan menggunakan metode penelitian lain seperti metode penelitian kuantitatif. Selain itu saran peneliti kepada comic komunitas Stand Up Malang adalah dengan lebih memaksimalkan aktivitas di twitter seperti membuat fanbase, dengan membuat fanbase maka hubungan antara comic dengan penggemar bisa jadi lebih erat. Selain itu comic juga bisa memanfaatkan twitter untuk kultwit (kuliah twitter) masalah Stand Up Comedy. Mengingat Stand Up Comedy masih terbilang baru di Indonesia.


(8)

viii ABSTRACT

Jefry Adhipradana

MOTIVATION TWITTER SOCIAL MEDIA USE AMONG COMMUNITY (STUDY ON STUDENTS OF STAND UP COMEDY COMMUNITY MEMBERS)

Supervisor: Frida Kusumastuti, M. Sulismadi, M.Si xviii + 77 pages + 4 table + 4 + images + 3 attachments Bibliography: 13 books, 3 previous studies, 5 websites Keywords: Motivation, Twitter

The background of this research is based on the phenomenon of social media use is increasingly prevalent in society. One of social media that is now in vogue is twitter. One of which is active in the twitter world is Stand Up Malang community. Therefore, the formulation of the problem in this research is what motivated the use of social media among community twitter Stand Up Malang. purpose of this study was to determine and describe what motivated the use of social media among community twitter Stand Up Malang.

Clayton Alderfer of Yale University argues that there are three groups of core needs, existence (existence), relationships (Relatedness), and growth (growth) called ERG theory (Robbins, 2001: 171). Alderfer more detail like it needs based on the continuum than as Maslow's hierarchy of needs and two potential factors from Herzberg. Unlike Maslow or Herzberg, Alderfer does not state that level below must be met before a satisfactory level of need on it or not anyway that the seizure of the business - the only way to activate a necessity. An example of this ERG theory, a person's background or culture environment may lead to the emergence of the need - the need to first touch without having fulfilled the need - the need for existence. Similarly evolving needs may continue to rise even if that person had been satisfied. Based on that research using ERG theory in conducting research. Researchers believe the use of social media among community twitter Stand Up Malang is to meet basic human needs is to exist, relate to others and to thrive.

Through qualitative research methods with techniques of interview data collection, the data were analyzed using Miles and Huberman models, namely the reduction of data (data reduction), the presentation of data (data display) and the depiction of the conclusion (conclusing drawing). Student members of the research subjects Stand Up Malang community and taken by purposive sampling technique. Based on the criteria set by the researcher, was elected as research subject 5 people to be interviewed.

The results showed that the use of social media twitter motivation among communities Stand Up Malang that is Twitter can be used as a means of self-existence comic, both in the real world or in cyberspace, twitter comic easier to relate to other people, twitter comic facilitate the spread of information events Stand Up Comedy, twitter is a media liaison between the national comic community Malang Effective Stand Up and twitter can be used as a medium to create a comic comedy material. The conclusion is for the Stand Up Malang comic community, twitter is a social media the right to meet the various needs


(9)

ix especially as a comic, although with a more modest zoom from social networking facebook. On this basis Stand Up comic community Malang twitter. Based on the results of this study, it is recommended to researchers who want to make a similar study, in order to take on a different subject than the students, such as employees of a company can be so there is the possibility of a new information and data are found not to be subjective. For future studies, researchers suggest using other research methods such as quantitative research methods. In addition to the comic community researchers suggestions Stand Up Malang is by maximizing activity on twitter like making fanbase, the fanbase by making the connection between comic fans can be even tighter. Besides comic can also use twitter to kultwit (lecture twitter) Stand Up Comedy problem. Given Stand Up Comedy is relatively new in Indonesia.


(10)

x KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Dengan selalu mengucap Alhamdulillahirobbil’alamin, rasa syukur

kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

MOTIVASI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL TWITTER DI KALANGAN KOMUNITAS (Studi pada Mahasiswa Anggota Komunitas Stand Up Malang)

Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M. AP, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Dr. Wahyudi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Nurudin, M. Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.


(11)

xi 4. Bapak Sugeng Winarno, MA, Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. 5. Ibu Frida Kusumastuti, M. Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak

Sulismadi, M. Si selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

6. Kedua Orang tua penulis Ayahanda Mirsyahban Ashfa dan Ibunda HJ. Farida, Kakak –kakak penulis Mirda Savitri, Risya Wiraviatama, Novita Astrini, Frima Bhudi Prasetya, Joko Mulyono, Wiwik Aristianti, Ade “Pipit” Riyadi, Adik - adik penulis Luthfi Wahyu Irfananda, Nauval Septa Aviansyahputra yang tiada henti – hentinya memberikan doa, bantuan, dukungan, semangat, motivasi dan kasih sayang yang sangat bermakna dan berarti bagi penulis baik dalam hal moril maupun materiil yang selama ini diberikan dalam kehidupan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Keluarga Maulida Hasyim, Rizaldy Putra, Irfan Aditya dan (Alm) Mudji Tri Sulistyono yang telah memberikan tempat tinggal selama penulis berada di kota Malang.

8. Restu Nurpratikno dan Zaid Nasrul Huda yang telah memberikan bantuan kepada penulis sebelum dan selama penelitian berlangsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

9. Seluruh anggota komunitas Stand Up Indo Malang, khususnya kepada Yoel Yaspier selaku ketua Stand Up Indo Malang, comic Stand Up Indo Malang, Hena, Fariz, Kukuh, Arie Kriting dan Sindy Asta yang bersedia meluangkan


(12)

xii waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sekaligus belajar tentang Stand Up Comedy.

10. Seluruh teman – teman kos Jupiter dan Himalaya yang telah menjadi rumah dan keluarga kedua penulis selama di kota Malang.

11. Seluruh dosen pengajar, staff dan karyawan khususnya jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan materi – materi semasa penulis menempuh studi pembelajaran serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12.Serta kepada seluruh sahabat-sahabat penulis dan pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang, 28 Maret 2013


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBARAN PERSETUJUAN…... .ii

LEMBAR PENGESAHAN…...iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS...iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI...v

ABSTRAKSI…...vi

KATA PENGANTAR…...x

DAFTAR ISI…...xiii

DAFTAR TABEL…...xvii

DAFTAR GAMBAR…...xviii

BAB I PENDAHULUAN…...1

A. Latar Belakang…...1

B. Rumusan Masalah…...7

C. Tujuan Penelitian…...7

D. Manfaat Penelian…...7

1. Manfaat Akademis…...7

2. Manfaat Praktis…...8

E. Tinjauan Pustaka...8

E.1 Motivasi...8

1. Pengertian Motivasi...8

2. Konsep Motivasi dalam Psikologi Sosial...9

3. Komponen– komponen Motivasi...9

a. Kebutuhan...9

b. Dorongan...9

c. Tujuan...10


(14)

xiv

a. Motivasi Intrinsik...10

b. Motivasi Ekstrinsik...10

5. Bentuk – bentuk Motivasi...11

a. Kompetisi...11

b. Mendekatkan Tujuan...11

c. Tujuan yang Jelas dan Diakui...11

d. Minat...11

6. Teori – teori Motivasi...12

a.Teori Abraham H. Maslow (Teori Tingkat Kebutuhan)...12

b. Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg...15

c. Teori Motivasi Alderfer (Alderfer’s ERG Theory)...18

E.2 TWITTER...20

1. Pengertian Twitter...20

2. Sejarah Twitter...21

3. Istilah dalam Twitter...23

E.3 Komunitas...24

1. Komunitas Virtual...24

E.4. Stand Up Comedy...25

E.5 Penelitian Terdahulu...29

F. Definisi Konseptual...31

F.1 Motivasi Penggunaan Media...31

F.2 Media Sosial...31


(15)

xv

G.1 Tipe Penelitian...32

G.2 Ruang Lingkup Penelitian...32

G.3 Waktu dan Lokasi Penelitian...33

G.4 Kriteria dan Penetapan Subjek Penelitian...33

H. Teknik Pengumpulan Data...39

I. Analisis Data...40

J. Uji Keabasahan Data...42

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN...44

A. Komunitas Stand Up Malang...44

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...48

A. Profil Subjek Penelitian...48

1. Subjek Penelitian Pertama...48

2. Subjek Penelitian Ke Dua...50

3. Subjek Penelitian Ke Tiga...50

4. Subjek Penelitian Ke Empat...52

5. Subjek Penelitian Ke Lima...53

B. Hasil Dan Analisis Data...55

B.1 Motivasi Penggunaan Media Sosial Twitter Di Kalangan Komunitas...55

B.2 Motivasi Internal...65

B.3 Motivasi Eksternal...68


(16)

xvi

BAB IV PENUTUP...74

A. Kesimpulan...74

B. Saran...77

B.1 Saran Akademis...77

B.2 Saran Praktis...77 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xvii DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Matriks Penelitian Terdahulu...29

Tabel 1.2 Tabel Penentuan Subjek Penelitian...34

Tabel 1.3 Tabel Subjek Penelitian yang Memenuhi Kriteria...37


(18)

xviii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Teori Tingkat Kebutuhan Abraham Maslow...13

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman...40

Gambar 1.3 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data...43


(19)

xix DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Ana, Nadhya. 2003.”Teknologi Komunikasi: Perspektif Ilmu Komunikasi”.

Yogyakarta: LESFI

Fauzi, Ahmad. 2009. “All about Twitter: Bongkar Rahasia Sukses Men – Tweets”.

Depok: Yureka!

Hamidi.2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi:Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press.

Masmuh, Abdullah, 2010. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM Press.

Mulyana, Dedy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Papana, Ramon. 2012. Kiat Tahap Awal Belajar Stand Up Comedy Indonesia:

Kitab Suci. Jakarta: mediakita

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: PT Prenhallindo.

Santoso, Slamet. 2010. Teori – teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Siagian, Sondang.1989. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina Aksara. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Thoha, Miftah. 1992. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Non Buku:

Febriyanto, Ary, Dwi. 2012. Makna Materi Komedi Pada Tayangan Stand Up Comedy Show Metro TV. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Lestari, Dessy, Ika. 2011. Motivasi Penggunaan Twitter Sebagai Media Sosial

Dalam Berkomunikasi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Rizal, Faisol. 2008. Motivasi Ibu Rumah Tangga dalam Menonton Acara Hole In

the Wall Mom. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.


(20)

xx Internet:

Purnomo, Hengki, dkk. 2011. Pengertian Social Networking Media. Dalam

http://aggashi.blogspot.com/2011/11/pengertian-social-networking-media.html diakses 27 juni 2012 jam 11.10 WIB

Santoso, Agung. 2011. Teori Tingkat Kebutuhan Abraham Maslow. Dalam http://nersgoeng.blogspot.com/2011_02_01_archive.html diakses 29 juni 2012 jam 20.10

Hamid, Musa. 2010. Definisi Social Media. Dalam http://www.kangmusa.com/2010/11/definisi-social-media.html diakses 29 juni 2012 jam 21.00

Munir, Misbahul. 2012. Ciri ciri media sosial. Dalam http://mbloggery.blogspot.com/2012/11/media-sosial diakses 7 november 2012 jam 14.40

http://www.pekanbaru.co/1074/tampilan-dan-fitur-baru-twitter/ diakses 7 januari 2013 jam 14.20


(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun manusia digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup manusia. Komunikasi menurut John R. Wenburg dan William W. Wilmot adalah usaha untuk memperoleh makna (Mulyana, 2007: 76). Media dalam proses komunikasi mempunyai peran mensukseskan pesan yang dikirim komunikator kepada penerima (komunikan).

Saat ini mulai banyak orang menggunakan media sosial sebagai alat berkomunikasi di dunia maya. Mereka menggunakan media sosial karena berbagai alasan. Di antaranya untuk mencari berita terkini, berhubungan dengan teman lama, atau malah mencari teman baru. Banyak juga yang menggunakan media sosial karena alasan hiburan. Tidak sedikit pula yang menggunakan media sosial untuk membentuk kelompok yang mempunyai hobi yang sama.

Berbicara tentang penggunaan media sosial sebenarnya merupakan salah satu aspek dari kajian komunikasi yang meliputi: perilaku komunikator atau komunikan, efektivitas media atau pesan, penggunaan media, kemasan pesan, konteks komunikasi, situasi komunikasi, kerangka rujukan (frame of reference) komunikator atau komunikan, bidang pengalaman (field of experience)


(22)

2 komunikator atau komunikan, termasuk motivasi tindakan memilih media (Hamidi, 2010: 47)

Media sosial adalah sebuah media online, di mana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia (definisi media sosial dalam http://aggashi.blogspot.com/2011/11/pengertian-social-networking-media.html) diakses 27 juni 2012 jam 11.10 WIB

Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".

Ciri - ciri media sosial

Media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut :

1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke berbagai banyak orang, contohnya pesan melalui SMS ataupun internet

2. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper

3. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya


(23)

3 Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas (Ciri - ciri media sosial dalam http://mbloggery.blogspot.com/2012/11/media-sosial.html) diakses 7 November 2012 jam 14.40.

Saat teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja hanya dengan menggunakan sebuah mobile phone. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi. Tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peranan media massa konvensional dalam menyebarkan berita-berita.

Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya dengan media sosial. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses media sosial menggunakan jaringan internet bahkan yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan sendiri tanpa karyawan. Manusia sebagai pengguna media sosial dengan bebas bisa mengedit, menambahkan, memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai model content lainnya.


(24)

4 Jika dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa menyampaikan pendapat secara terbuka karena satu dan lain hal, maka tidak jika menggunakan media sosial. Manusia bisa menulis apa saja dan bebas mengomentari apapun yang ditulis atau disajikan orang lain. Ini berarti komunikasi terjalin dua arah. Komunikasi ini kemudian menciptakan komunitas dengan cepat karena ada ketertarikan yang sama akan suatu hal.

Seperti yang sudah disinggung di atas, salah satu media sosial yang terkenal di Indonesia adalah Twitter. Twitter adalah sebuah situs web yang dimiliki dan dioperasikan oleh Twitter Inc., yang menawarkan jejaring sosial berupa mikroblog sehingga memungkinkan penggunanya untuk mengirim dan membaca pesan yang disebut kicauan (tweets). Kicauan adalah teks tulisan hingga 140 karakter yang ditampilkan pada halaman profil pengguna. Kicauan bisa dilihat secara luas, namun pengirim dapat membatasi pengiriman pesan ke daftar teman-teman mereka saja. Pengguna dapat melihat kicauan penulis lain yang dikenal dengan sebutan pengikut (follower). Semua pengguna dapat mengirim dan menerima kicauan melalui situs Twitter, aplikasi eksternal yang kompatibel (telepon seluler), atau dengan pesan singkat (SMS) yang tersedia di negara-negara tertentu. Situs ini berbasis di San Bruno, California dekat San Francisco, di mana situs ini pertama kali dibuat. Twitter juga memiliki server dan kantor di San Antonio, Texas dan Boston, Massachusetts.

Sejak dibentuk pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Twitter telah mendapatkan popularitas di seluruh dunia dan saat ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna. Apa yang luar biasa dari Twitter sehingga layanan online itu menjadi


(25)

5 fenomena sedemikian populer di dunia? Jawaban paling tepat mungkin karena kesederhanaan twitter sendiri. Twiiter sangat sederhana karena layanan itu hanya memungkinkan penggunanya menampilkan pesan berupa teks sepanjang maksimum 140 karakter di internet.

Karena twitter hanya mengizinkan para penggunanya menampilkan pesan singkat, maka twitter pun kerap disebut sebagai “SMS Internet”. Namun begitu, SMS ala twitter tentu sangat berbeda dibandingkan SMS tradisional. Pada SMS tradisional, seorang pengguna ponsel hanya dapat mengirimkan kabar melalui SMS kepada orang-orang yang nomor ponselnya tercantum dalam daftar kontak. Artinya, pengguna tersebut hanya dapat mengirimkan pesan kepada orang – orang berjumlah terbatas.

Situasi tersebut berbeda dengan twitter. Sebab dengan twitter, pengguna bisa mengirimkan pesan singkat kepada orang – orang dengan jumlah nyaris tak terbatas. Hal ini dapat dilakukan karena pesan yang dikirimkan ke twitter ditampilkan di internet. Inilah kekuatan utama twitter (Fauzi, 2009: 5).

Tidak hanya itu, twitter pun dimanfaatkan sebagian orang untuk mengumpulkan orang yang satu visi dengan mereka. Orang yang berkumpul karena mempunyai visi yang sama, entah itu hobby atau kesukaan yang sama disebut komunitas. Mereka menggunakan twitter untuk bertemu atau mengajak orang baru untuk bergabung dalam komunitasnya.

Salah satu yang bisa dibilang aktif di dunia twitter adalah komunitas stand up Malang. Sesuai dengan namanya, komunitas ini adalah kumpulan orang yang


(26)

6 menyukai stand up comedy. Di Indonesia, stand up comedy sebenarnya sudah ada dari dulu, pencetus stand up comedy pertama di Indonesia adalah Grup lawak WARKOP DKI. Komunitas stand up Malang sudah melakukan banyak kegiatan seperti shared comic dan Stand up nite di beberapa kafe di Malang. Twitter benar – benar diminati semua kalangan. Tidak terkecuali untuk kalangan komunitas stand up Malang yang sebagian besar mengaku membuat akun twitter agar dapat eksis di dunia maya.

Terkadang ada sekelompok orang yang lebih memilih berkomunikasi melalui twitter dengan rekan – rekannya di dunia maya dibanding di dunia nyata sendiri. Hal ini menarik untuk diteliti karena pada dasarnya manusia memang butuh berkomunikasi.Tapi tak bisa dipungkiri jika komunikasi lewat dunia maya lebih memberikan kenyamanan bagi orang yang berkomunikasi, sehingga orang yang sudah terlanjur nyaman dengan dunia maya melupakan esensi sebenarnya dari komunikasi yaitu tatap – muka (face-to-face). Namun seringkali manusia terjebak dalam realitas permainan dunia maya. Harus diakui bahwa dunia maya lebih memberikan kenyamanan bagi manusia yang berkomunikasi (Lestari, 2011:2)

Melalui penelitian ini diharapkan dapat terungkap apa yang sebenarnya memotivasi anggota komunitas stand up Malang menggunakan twitter. Mengingat praktek komunikasi kian berkembang seiring munculnya teknologi – teknologi canggih seperti internet yang mendukung proses komunikasi itu sendiri. Penelitian ini juga diharapkan memberi kontribusi dalam melakukan pengujian (retest) terhadap teori yang digunakan (Hamidi, 2010: 48).


(27)

7 B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut: “apa motivasi penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand UpMalang?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa motivasi penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan serta wawasan dalam dunia akademik bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi ketika akan melaksanakan penelitian – penelitian selanjutnya terkait dengan penggunaan media sosial dalam aktivitas komunikasi yang mana keberadaannya kini cukup banyak diminati masyarakat yang notabene pengguna aktif media.


(28)

8 2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi juga pengetahuan baru bagi mahasiswa tentang penggunaan twitter di kalangan komunitas yang mendominasi penggunaan twitter dalam kehidupan sehari – hari. Bagi dosen khususnya Ilmu Komunikasi penelitian ini dapat pula dijadikan referensi yang digunakan sebagai bahan pengajaran. Selain itu hasil penelitian dapat diharapkan memberikan suatu gambaran fenomena baru bagi perancang situs – situs komunitas.

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1 Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai suatu tujuan. Atau dengan kata lain, motif adalah daya gerak yang mendorong seseorang berbuat sesuatu. Sedangkan motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti “Dorongan” atau “Daya penggerak”. Motivasi berarti kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Jadi, motivasi bermakna membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu untuk mencapai suatu kepuasan atau suatu tujuan (Masmuh, 2010: 227).


(29)

9 2. Konsep Motivasi dalam Psikologi Sosial

Motif yakni dorongan dari manusia untuk bertingkah laku guna mencapai suatu tujuan. Dalam setiap motive aspek yang ada adalah want (keinginan) dan goal (tujuan) (Santoso, 2010: 108). Dalam psikologi, motif berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Sedangkan motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan (Sobur, 2003: 268).

3. Komponen – komponen motivasi

Sondang (1989:142) dalam bukunya mengemukakan bahwa ada tiga komponen utama dalam motivasi, yaitu:

a. Kebutuhan

Timbul dalam diri individu apabila merasa adanya kekurangan dari dalam dirinya, dalam pengertian lain, kebutuhan akan muncul apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang menurut persepsi yang bersangkutan seyogyanya dimiliki, baik arti kebutuhan – kebutuhan yang secara bertahap akan menjadi suatu motivator untuk bertingkah laku sesuai dengan tingkat, kemampuan, keadaaan individu masing – masing.

b. Dorongan

Dorongan berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh individu. Dorongan biasanya bersumber dari dalam diri seseorang dan dapat juga bersumber dari luar diri seseorang. Dorongan yang berorientasi pada


(30)

10 tindakan itulah yang sesungguhnya menjadi inti motivasi. Sebab apabila tidak ada tindakan, situasi ketidakseimbangan yang dihadapi oleh seseorang tidak akan pernah teratasi.

c. Tujuan

Segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan, dalam kata lain mencapai tujuan berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri individu baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Berarti tercapainya tujuan akan mengurangi bahkan menghilangkan dorongan tertentu untuk berbuat sesuatu.

4. Jenis – jenis motivasi

Jenis jenis motivasi menurut Thornburg dalam Siswati (1996: 26) dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Motivasi intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dalam (internal) individu. Individu yang digerakkan oleh motivasi intrinsik akan puas bila kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang terlihat dalam kegiatan itu.

b. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang ada karena terdapat pengaruh dari luar dirinya. Individu yang mempunyai motivasi eksternal walaupun melakukan kegiatan atau aktivitas tertentu, sebenarnya tujuan utamanya terletak di luar aktivitas tersebut.


(31)

11 5. Bentuk – bentuk motivasi

Effendi dan Praja (1985:34) mengemukakan bentuk – bentuk motivasi di antaranya adalah:

a. Kompetisi

1. Kompetisi dengan prestasi sendiri dalam pengertian individu itu harus mengetahui prestasi yang telah dicapainya.

2. Kompetisi dengan orang lain. Individu mempelajari dan membandingkan prestasi yang telah dicapainya dengan prestasi orang lain, sehingga usaha untuk mencapai tujuan semakin kuat.

b. Mendekatkan tujuan

Adalah merupakan suatu pembangkit semangat agar pencapaian tujuan semakin dekat.

c. Tujuan yang jelas dan diakui

Semakin jelas dan kuat tujuan yang ingin dicapai, maka semakin besar kekuatan motivasi untuk mencapainya.

d. Minat

1. Membangkitkan suatu kebutuhan misalnya untuk mendapatkan penghargan


(32)

12 3. Memberikan kemampuan untuk mendapatkan hasil yang baik atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu, sebab sukses menimbulkan rasa puas (Rizal, 2008: 25 - 27)

6. Teori – Teori Motivasi

a. Teori Abraham H. Maslow (Teori Tingkat Kebutuhan)

Abraham H. Maslow mengatakan bahwa manusia sesungguhnya memiliki beberapa kebutuhan secara bertingkat, diantaranya sebagai berikut :

1. Kebutuhan akan biologis atau dasar fisik (biological needs or basic needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex.

2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual.

3. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta atau sosial (belongingness and love or social needs).

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status.

5. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self – actualitations needs), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata (Masmuh, 2010: 223)


(33)

13 Gambar 1.1 Teori Tingkat Kebutuhan Abraham Maslow

Sumber: Robbins, 2001: 152

Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (biological needs or basic needs) dan kedua (safety needs) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori


(34)

14 “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan“ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, -dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :

1. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;


(35)

15 2. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.

3. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi di mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif (Teori tingkat kebutuhan Abraham H. Maslow, dalam http://nersgoeng.blogspot.com/2011_02_01_archive.html).

b. Teori Motivasi Dua Faktor Herzberg

Frederick Herzberg (1966) menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori motivasi dua faktor (Curtis et al., 1996; Pace & Faules, 1998; Kossen, 1983; Pareek, 1996). Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak membedakan antara aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang bercirikan pengembangan dan pertumbuhan individu, sedangkan kebutuhan – kebutuhan lainnya mengejar suatu kekurangan. Perbedaan ini secara dramatis dipertajam oleh Herzberg, yang teori motivasi kerjanya paling dikenal, digunakan dan dibicarakan. Teorinya juga disebut teori motivasi dua faktor, karena ia


(36)

16 membicarakan dua golongan utama kebutuhan menutup kekurangan dan kebutuhan pengembangan (Parek, 1996).

Dengan menggunakan teknik insiden kritis, Herzberg mengumpulkan data tentang kepuasan dan ketidakpuasan orang dalam pekerjaan mereka . Analisis, katanya, menimbulkan dua kumpulan faktor (Face & Paules, 1998: 122 – 124), atau dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia: (1) kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja, dan (2) kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja. Faktor – faktor yang memengaruhi kepuasan kerja disebut motivator. Ini meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemajuan atau promosi, pekerjaan itu sendiri dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Semua ini berkaitan dengan pekerjaan itu sendiri. Bila faktor – faktor ini ditanggapi secara positif, pegawai cenderung merasa puas dan termotivasi. Namun, bila faktor – faktor tersebut tidak ada di tempat kerja, pegawai akan kekurangan motivasi, namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka.

Faktor – faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut dengan faktor pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygiene), dan meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi dan hubungan antar pribadi dengan rekan kerja, atasan dan bawahan di tempat kerja. Faktor – faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih – alih dengan pekerjaan itu sendiri. Itulah sebabnya program – program untuk memotivasi pegawai yang menggunakan sistem Herzberg menyebutnya “motivasi melalui pekerjaan itu sendiri”. Bila faktor – faktor ini ditanggapi secara positif,


(37)

17 pegawai tidak mengalami kepuasan atau tampak termotivasi. Namun, bila faktor – faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas.

Herzberg memahami bahwa para pegawai menginginkan dan mengharapkan gaji yang memadai, jaminan pekerjaan dan kehidupan pribadi, kondisi kerja yang baik, status dan kebijakan – kebijakan perusahaan serta perilaku administrasi yang bertanggung jawab. Apabila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi , mereka akan mencari peluang pekerjaan ke tempat lain, kemangkirannya (absen) meningkat, hubungan kerja memburuk, munculnya sikap – sikap yang menderita, dan seterusnya. Banyak manajer berpikir bahwa pemuasan kebutuhan – kebutuhan ini akan meningkatkan motivasi dan produksi. Akan tetapi, Herzberg menyanggah hal itu (Curtis, et al., 1996). Menurutnya, saat kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, para pegawai akan merasa tidak puas dan tidak dapat dimotivasi karena perhatian mereka tertuju pada pemenuhan kebutuhan dasar. Penyediaan kebutuhan ini dapat menghasilkan kepuasan, tetapi tidak meningkatkan produksi secara langsung.

Sebaliknya, kebutuhan motivasi (motivator) dalam urutan yang lebih tinggi meliputi kemajuan dan perkembangan, tanggung jawab, penghargaan, prestasi dan kenyamanan pekerjaan itu sendiri. Menurut Herzberg , untuk memotivasi seorang pegawai, sebagai langkah awal, seorang manajer pertama – tama harus memenuhi, atau sekurang – kurangnya memelihara kebutuhan dasar. Setelah hal itu terpenuhi, kebutuhan motivasi menjadi prioritas (Sobur, 2003: 281 - 282).


(38)

18 c. Teori Motivasi Alderfer (Alderfer’s ERG Theory)

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan teori Motivasi Alderfer. Clayton Alderfer dari Universitas Yale berargumen bahwa ada tiga kelompok kebutuhan inti, eksistensi (existence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth) yang disebut teori ERG (Robbins, 2001: 171).

Kebutuhan eksistensi adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup. Kebutuhan ini kira – kira sama artinya dengan kebutuhan fisik Maslow dan sama pula dengan faktor higienisnya Herzberg. Kebutuhan berhubungan adalah suatu kebutuhan untuk menjalin hubungan antar sesama seperti melakukan hubungan sosial dan bekerjasama dengan orang lain. Kebutuhan ini sama halnya dengan kebutuhan sosial dari Maslow dan higienisnya Herzberg. Adapun kebutuhan untuk berkembang adalah suatu kebutuhan yang berhubungan dengan keinginan intrinsik dari seseorang untuk mengembangkan dirinya. Hubungan ini seperti kebutuhan penghargaan dan aktualisasi dirinya Maslow dan kebutuhan motivatornya Herzberg.

Alderfer lebih menyukai perincian kebutuhan itu didasarkan pada kontinum dibandingkan dengan hierarki seperti Maslow dan dua faktor kebutuhan yang potensial dari Herzberg. Tidak seperti Maslow atau Herzberg, Alderfer tidak menyatakan bahwa tingkat yang di bawah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memuaskan tingkat kebutuhan di atasnya atau tidak pula bahwa usaha perampasan


(39)

19 itu satu – satunya jalan untuk mengaktifkan suatu kebutuhan. Suatu contoh menurut teori ERG ini, latar belakang seseorang atau lingkungan kebudayaannya dapat saja menyebabkan timbulnya kebutuhan – kebutuhan berhubungan terlebih dahulu tanpa harus dipenuhi kebutuhan – kebutuhan akan eksistensi. Demikian pula kebutuhan berkembang dapat saja terus meningkat walaupun orang tersebut sudah merasa puas. Jika dilihat sepintas, terdapat persamaan antara teori Alderfer dengan teori Maslow. Konsep dasar yang digunakan berbagai pihak atau orang untuk menjelaskan suatu fenomena sosial sebenarnya sama, akan tetapi klasifikasi atau istilah berbeda. Karena itu persamaan teori yang dikemukakan oleh dua orang ahli dapat saja berakibat pada perbedaan kesimpulan yang ditarik dalam analisis teori tersebut. Dalam teorinya, Alderfer menekankan bahwa ke tiga jenis kebutuhan tersebut diusahakan pemuasannya secara simultan meskipun karena berbagai faktor, seperti faktor sosial, budaya, latar belakang sosial, latar belakang pendidikan dan kemampuan. Seseorang dapat saja memberikan penekanan yang lebih kuat kepada salah satu di antara ke tiga jenis kebutuhan itu. Dan memang demikianlah halnya dalam kenyataan hidup. Alderfer menekankan pula dimensi lain dari usaha pemuasan kebutuhan itu. Dikatakannya, misalnya bahwa apabila ternyata kondisi tidak memungkinkan pemuasan kebutuhan yang bersifat psikologis dan intelektual (yaitu pertumbuhan) perhatian akan ditujukan pada pemuasan kebutuhan yang lebih bersifat kebendaan, yaitu mempertahankan eksistensi (Siagian, 1989: 167). Teori ini lebih mendekati kenyataan hidup yang dihadapi sehari – hari. Sebagai contoh seseorang lebih rela untuk lapar daripada


(40)

20 tidak bisa mengakses jejaring sosial facebook. Atas dasar itulah peneliti menggunakan teori ERG dalam melakukan penelitian.

Untuk mendukung teorinya ini Alderfer mempergunakan tes empiris. Sayangnya tidak ada riset langsung yang memperdalam teori ERG ini. Walaupun pada hakekatnya banyak analisa – analisa kontemporer tentang motivasi cenderung memberikan dukungan pada teori Alderfer dibandingkan dengan Maslow dan Herzberg. Secara keseluruhannya teori ERGnya Alderfer, nampaknya menduduki tempat yang kuat pada awalnya, tetapi teori tersebut sedikit memberikan batasan – batasan, sehingga kenyataannya teori tersebut masih tetap menunjukkan sifat umumnya dan kurang kemampuan penjelasan atas rumitnya teori motivasi (Thoha, 1992: 227 – 229).

E.2 TWITTER

1. Pengertian Twitter

Twitter adalah situs jejaring sosial (social networking site) yang berbasis microblogging (Yulius, 2009: 10). Di twitter postingan yang lazim disebut tweets akan dibatasi maksimal 140 karakter (Diki, 2010: 51). Twitter merupakan situs microblogging gratis yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Prinsip utama microblogging adalah pesan yang dapat disampaikan dibatasi oleh jumlah karakter tertentu, umumnya tidak lebih dari 200 karakter. Yang membedakan mikroblog dengan blog lainnya adalah mikroblog memiliki ukuran yang lebih


(41)

21 kecil dari ukuran blog sebenarnya. Akan tetapi tujuannya tetap sama yaitu pengguna menulis topik tertentu. Bila blog disebut citizen journalism dalam bentuk artikel, maka microblogging (twitter) adalah citizen journalism dalam bentuk pesan singkat (Yulius, 2009: 12)

2. Sejarah Twitter

Menurut Yulius (2009: 11) kata twitter berasal dari kata “tweet” yang diartikan sebagai kicauan burung. Burung berkicau tidak pernah panjang. Kicauan burung itu singkat namun kontinyu. Dengan konsep itulah twitter dibuat. Orang yang mengirim statusnya ke publik disebut “tweeting”. Pesan yang dikirim disebut “tweet”.

Twitter dikembangkan pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey bersama dengan Evan Williams dan Biz Stone. Twitter.com merupakan situs microblogging sekaligus social networking yang sangat populer (Diki, 2010: 51). Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging di mana pengguna dapat memberikan informasi update (perbaruan) informasi tentang diri, bisnis dan lain sebagainya (pengertian media sosial twitter dalam http://sejarahteknologi.blogspot.com)

Sejak muncul pada tahun 2006, twitter memang merupakan fenomena dan dianggap sebagai sensasi global yang mampu menarik para selebriti seperti Stephen Fry, Ashton Kutcher, Demi Moore, Jonathan Ross dan Lily Allen (Yulius, 2009: 67, Dalam Lestari, Dessy, Ika. 2011. Motivasi Penggunaan Twitter


(42)

22 Sebagai Media Sosial Dalam Berkomunikasi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang) .Catatan ini membuktikan bahwa keberadaan twitter memang sangat diminati oleh berbagai kalangan. Kelebihan twitter yang menjadikannya sebagai mikroblog terlaris saat ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut (http://febryhadinata.wordpress.com) :

a. Mudah untuk mencari berita terbaru, karena dibantu dengan fitur Trending Topics

b. Bentuknya yang sangat sederhana (140 karakter untuk tiap shoutout) membuat web ini lebih cepat di-load baik di mobile browser ataupun desktop browser

c. Hashtag (#) dengan hashtag pengguna bisa membuat sebuah conversations sendiri ke beberapa orang sekaligus

d. Sistem following dan follower

Adapun yang dikemukakan Yulius (2009) mengenai kelebihan twitter yaitu:

a. Jaringan yang fokus, dengan komunikasi yang berkualitas

b. Bertemu dengan orang – orang yang memiliki ketertarikan yang sama


(43)

23 3. Istilah dalam Twitter

a. Tweet: Apa yang pengguna tulis (post) di Twitter, itu yang dinamakan Tweet. Dalam Bahasa Indonesia, Tweet memiliki terjemahan kicauan.

b. Mention: Fungsinya bisa untuk me-reply tweet teman pengguna, membuat link kepada nama yang dimaksud.

c. Direct Messages: Direct Message biasa disingkat DM. Pengiriman pesan pribadi yang tidak bisa dibaca oleh pengguna lainnya.

d. ReTweet: ReTweet biasa disingkat RT. ReTweet adalah mengulang apa yang di-tweet oleh orang lain, sehingga tweet tersebut akan terlihat oleh follower dan begitu seterusnya, maka dengan meng-RT sebuah tweet akan menyebar kemana-mana.

e. Tweeps: Sebutan untuk pengguna twitter.

f. Hash Tags: karena twitter hanya menyediakan 140 karakter untuk tweet, maka akan sulit untuk menelusuri tweet yang bersambung, misalnya membahas sebuah topik yang spesifik tentang Indonesia, maka digunakanlah Hash Tags, penggunaan dengan cara menambahkan karakter (#) di kata Indonesia menjadi #Indonesia. Dan ketika di-search tweet tentang Indonesia akan ada di list hasil pencarian.

g. Trending Topics: Topik yang sedang ramai dibicarakan di twitter pada saat ini (real time).


(44)

24 h. Avatar: Gambar profil pengguna yang akan muncul di profil twitter pengguna.

E.3 Komunitas

Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah komunitas (community) yang juga menekankan kesamaan atau kebersamaan. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu, dan mereka berbagi makna dan sikap. Tanpa komunikasi tidak akan ada komunitas. Komunitas bergantung pada pengalaman dan emosi bersama, dan komunikasi berperan dan menjelaskan kebersamaan itu. Oleh karena itu, komunitas juga berbagi bentuk – bentuk komunikasi yang berkaitan dengan seni, agama dan bahasa, dan masing – masing bentuk tersebut mengandung dan menyampaikan gagasan, sikap, perspektif, pandangan yang mengakar kuat dalam sejarah komunitas tersebut (Mulyana, 2007: 46)

1. Komunitas Virtual

Komunitas virtual adalah kelompok orang – orang yang terbiasa menggunakan multimedia untuk berkomunikasi. Karena terbiasa menggunakan multimedia, mereka terbiasa pula dengan virtual reality. Virtual reality sendiri adalah realitas sintesis, yang merujuk pada lingkungan yang “menyelubungi” atau “menghidupkan secara sensual”, yang diperoleh seorang individu dengan cara menghubungkan dirinya ke komputer. Dengan demikian, para individu yang menggunakan multimedia ada yang paham bahwa sesungguhnya mereka sering berhadapan dengan ilusi. Tetapi, di antara mereka ada yang tidak peduli. Tentu


(45)

25 saja sikap ini tidak akan mendatangkan masalah bila mereka bisa membedakan ilusi dan dunia nyata.

Bisa saja muncul penilaian bahwa komunitas virtual bukan komunitas yang riil sesuai dengan konsep sosiologi, melainkan komunitas semu (pseudo community). Bukankah persyaratan sebuah komunitas adalah hubungan antar indivdu dalam komunitas harus berdasarkan hubungan interpersonal? Bukankah hubungan antara individu dalam komunitas virtual dilakukan lewat komputer multimedia? Tetapi, interaksi antara individu dalam komunitas virtual ada dan riil. Para anggota komunitas virtual tidak pernah mempersoalkan semu atau tidak. Bagi mereka, yang penting adalah mereka eksis dan bisa memuaskan kebutuhan informasi mereka (Abrar, 2003: 112 - 113).

E.4 Stand Up Comedy

Stand Up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live dan komedian akan melakukan one man show. Meskipun disebut dengan stand up comedy, komedian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada beberapa komedian yang melakukannya dengan duduk di kursi persis seperti orang yang sedang bercerita. Karena dalam stand up comedy tidak ada aturan yang mengikat tentang seseorang yang ingin melakukan stand up show. Stand up comedy adalah suatu seni pertunjukan yang dimaksudkan untuk langsung memancing tawa dari penonton. Tidak seperti theatrical comedy, di mana menciptakan komedi dari sebuah drama terstruktural dengan karakter-karakter dan


(46)

26 situasi tertentu. Biasanya para komedian telah menyiapkan konsep materi yang dia buat sendiri sebelum mereka show. Stand Up Comedy merupakan seni komedi cerdas yang menuntut setiap komedian untuk mempermainkan bahasa. Materi yang biasa diangkat adalah tentang kritik fenomena sosial, pengalaman pribadi, dan lain - lain.

Dalam sejarahnya, Stand Up Comedy sendiri sebenarnya telah ada di abad ke 18-19 di Eropa dan Amerika. Di sana pelaku komedian ini biasa disebut dengan stand up comic atau secara singkat disebut dengan comic. Para comic ini biasanya memberikan beragam cerita humor, lelucon pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya. Beberapa comic pun bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di atas panggung. Stand Up Comedy biasanya dilakukan di kafe, bar, universitas dan teater. Di awal abad ke-20, akhirnya vaudeville (pertunjukan yang menampilkan tarian, nyanyian, komedi, akrobat hingga sulap) dan komedi musikal digilai masyarakat di Amerika. Vaudeville membuktikan bahwa komedi bisa ditampilkan di panggung besar, tapi burlesque) pertunjukan humor yang provokatif menampilkan humor slapstick, lelucon verbal, aksi penari telanjang, dan para penyanyi perempuan) membuktikan bahwa stand-up comedy bisa ditampilkan dalam tempat yang lebih intim. Para comic yang tampil di burlesque menampilkan sketsa dan monolog di gedung pertunjukan yang lebih kecil, intim, dan penuh interaksi hingga menghasilkan gaya stand up. Pada tahun 1979 di Inggris terbentuk sebuah kelompok Stand up Comedy gaya Amerika pertama yang didirikan oleh Peter


(47)

27 Rosengard. Seiring dengan dibentuknya kelompok ini serta berjalannya waktu kemudian mulai bermunculan kelompok-kelompok Stand up Comedy sejenis di berbagai penjuru dunia hingga sampai ke Indonesia dan semakin menancapkan eksistensinya.

Di Indonesia sendiri, belum jelas pastinya kapan Stand Up Comedy itu masuk, akan tetapi sebenarnya sudah ada sejak dahulu kala. Nama-nama beken seperti (alm) Taufik Savalas, Butet Kertaradjasa dan Ramon P. Tommybens telah lama ada di Stand Up Comedy di Indonesia. Bahkan grup Warkop DKI dan Bagito sebenarnya sudah memulai era komedi cerdas, hanya saja mereka membawakan bentuk komedinya secara berkelompok. Berawal dari kegelisahan seorang Ramon P. Tommybens atau yang lebih dikenal dengan Ramon Papana, terhadap gaya komedi Indonesia yang berbeda dengan komedi di Eropa dan Amerika yang lebih banyak menampilkan komedi yang lebih pintar dan modern (Smart Comedy). Maka ia ingin mengenalkan dan mengembangkan Stand Up Comedy di Indonesia. Harapan dia ini mulai terwujud pada tahun 1992, bersama rekannya Harry de fretes, ia menyelenggarakan Lomba Lawak Tunggal di café milik mereka (Boim Cafe). Lomba Lawak Tunggal yang diusung Ramon Papana ini mungkin berbeda dari yang sudah ada, karena di sini mensyaratkan “bahan” lawakan yang menceritakan pengalaman atau kehidupan pribadi dan point of view si pelawak tunggal.

Pada tahun 1997 dimulai acara Open Mic (ketika itu dinamakan acara “Bintang Baru”) yang memperbolehkan siapapun tampil di panggung untuk melucu. Bahkan saat itu Ramon Papana menyediakan hadiah bagi siapa saja yang


(48)

28 tampil di pangggung Comedy Café Indonesia miliknya. Acara tersebut berlanjut dan dipelihara secara konstan, karena inginnya Ramon Papana melihat berkembangnya Stand Up Comedy di Indonesia. Di tahun 2004 seorang penggemar fanantik Stand Up Comedy, yang bernama Iwel Sastra (dikenal juga sebagai Iwel Wel), nekad menggelar Show Tunggal Stand Up Comedy di Gedung Kesenian Jakarta dengan modal sendiri dan tercatat sebagai Comic Indonesia pertama yang menggelar Show Tunggal. (ISC-doc: 8 dalam Febriyanto, Ary, Dwi. 2012. Makna Materi Komedi Pada Tayangan Stand Up Comedy Show Metro TV) Di tahun 2011 merupakan era berkembang dan booming-nya Stand Up Comedy di Indonesia. Banyaknya comic-comic baru yang mulai menunjukkan kebolehannya dalam Stand Up Comedy seperti Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, Setyawan Tiada Tara, Ernest Prakasa, Ryan Adriandy, Asep Suaji, Farhan, Mongol, Reggy Hasibuan, Soleh Solikhun, dan masih banyak lagi.

Tidak ketinggalan menangkap fenomena berkembangnya Stand Up Comedy di Indonesia, dua stasiun televisi nasional memproduksi acara tentang Stand Up Comedy. Metro TV memulai program acara yang bernama Stand Up Comedy Show yang tayang mulai tanggal 15 September 2011. Lalu pada tanggal 21 September 2011 disusul dengan Kompas TV yang membuat konsep audisi di acaranya yang bertajuk Stand Up Comedy Kompas TV.

Seiring berjalannya waktu, suasana bertambah ramai dengan mulai terbentuknya komunitas-komunitas Stand Up Comedy dan mengadakan Open Mic dan Stand Up Nite di kota - kota lain, seperti Bandung, Jogjakarta, Surabaya, Depok, Bogor, Bekasi, Medan, Malang, Semarang, Solo, Purwokerto, Padang,


(49)

29 Pekanbaru, Sukabumi, Jambi, Pontianak, Banjaramsin, Samarinda, Manado, Bali, Makasar, dan lain - lain (Febriyanto, 2012: 16 – 19).

E.5 Penelitian Terdahulu

Studi penelitian terdahulu dilakukan peneliti untuk menjadi bahan acuan yang mampu memberikan rumusan asumsi dasar bagi pengembangan kajian. Peneliti mencari studi penelitian yang memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, dalam konteks subjek, metodologi maupun perspektif penelitian.

Tabel 1.1 Matriks Penelitian Terdahulu No Judul

Skripsi

Nama Peneliti

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Motivasi

Penggunaan Twitter sebagai Media Sosial dalam Berkomunik asi (Studi pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammad iyah Malang Pengguna Twitter Dessy Ika Lestari, Universitas Muhammadi yah Malang, 2011 Mengungkap juga mendeskripsi kan, apa motivasi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiy ah Malang menggunakan Twitter sebagai media sosial dalam berkomunikas i  Metode penelitian kualitatif deskriptif  Sasaran dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadi yah Malang yang menggunaka n Twitter  Pengumpula n data Hasil penelitian menunjuk kan bahwa motivasi penggunaa n Twitter di kalangan mahasiswa yaitu adalah untuk menjalin komunikas i serta memperer at hubungan silahturah mi,


(50)

30 dilakukan

dengan cara wawancara, observasi dan

dokumentasi

melepaska n

kejenuhan, mendapatk an

informasi dan sebagai sarana eksistensi diri

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah dari tujuan penelitian, pengumpulan data, serta sasaran penelitian. Untuk tujuan penelitian, penelitian terdahulu bertujuan untuk mengungkap juga mendeskripsikan, apa motivasi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang menggunakan twitter sebagai media sosial dalam berkomunikasi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan apa motivasi penggunaan sosial media twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang. Untuk pengumpulan data, penelitian terdahulu mengumpulkan data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan untuk penelitian ini peneliti hanya menggunakan wawancara mendalam (in-depth interview). Sasaran penelitian pada penelitian terdahulu adalah mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, sedangkan untuk penelitian ini difokuskan pada komunitas saja tetapi dengan latar belakang yang berbeda.


(51)

31 F. Definisi Konseptual

F.1 Motivasi Penggunaan Media

Motivasi bermakna membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu untuk mencapai suatu kepuasan atau suatu tujuan (Masmuh, 2010: 227). Jadi motivasi penggunaan media adalah daya gerak seseorang untuk memilih media tertentu agar tercapai suatu kepuasan atau tujuan.

F.2 Media Sosial

Media sosial merupakan media di mana user dapat membuat konten dan aplikasi serta memungkinkan user tersebut untuk berinteraksi dan bertukar wawasan dengan user lain. Dan berikut ini merupakan beberapa daftar dari media sosial.

a. Online Forums (seperti Digitalpoint)

b. Blogs (seperti Blogger)

c. Social Networking (seperti Facebook)

d. Social Bookmarking (seperti Digg)

e. Video Sharing (seperti Youtube)


(52)

32 g. Streaming Sites (seperti Ustream)

h. User Reviews (seperti Amazon)

i. Crowdsourcing (seperti Wikipedia)

(http://www.kangmusa.com/2010/11/definisi-social-media.html)

G. METODE PENELITIAN

G.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan menggali atau membangun suatu prosisi atau menjelaskan makna di balik realita. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah Interview (wawancara), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2011: 9).

G.2 Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti membatasi ruang lingkup yang diteliti agar penelitian tetap pada objek (fokus penelitian) dari awal hingga akhir penelitian. Penelitian difokuskan pada motivasi penggunaan media sosial twitter di kalangan komunitas Stand Up Malang.


(53)

33 G.3 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 dan selesai pada bulan Januari 2013. Lokasi penelitian ini berada di Kafe five point six, Jalan Soekarno- Hatta, Malang. Alasan memilih tempat penelitian di Kafe Five point six karena merupakan tempat berkumpulnya anggota komunitas Stand Up Malang, serta di tempat itu pula komunitas Stand Up Malang melakukan kegiatan rutin seperti Shared comic pada rabu malam dan Open Mic pada jumat malam. Tapi tidak menutup kemungkinan lokasi penelitian di tempat lain sesuai dengan kesepakatan peneliti dengan subjek penelitian. Berikut adalah tempat dilakukan wawancara antara peneliti dengan informan:

a. Kafe Five Point Six, Soekarno - Hatta

b. Coffe Time, Tlogomas

c. Universitas Brawijaya, Soekarno – Hatta

d. Kampus Institut Teknologi Nasional, Malang

e. Kafe May’s, MT Haryono

f. Kampus LP3I, Blimbing

G.4 Kriteria dan Penetapan Subjek Penelitian

Penentuan sampel penelitian yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011: 218 – 219).


(54)

34 Sampel sebagai sumber data atau sebagai subjek penelitian mempunyai beberapa kriteria, yaitu :

a. Sumber mempunyai akun twitter.

b. Sumber aktif (tweet, mention, Retweet) di twitter satu minggu sebelum peneliti melakukan penelitian.

c. Sumber mempunyai follower (pengikut) lebih dari 300.

d. Sumber masih berstatus mahasiswa.

e. Sumber pernah Open mic setidaknya satu kali.

f. Sumber bersedia diwawancara/ mudah ditemui.

Dua puluh lima orang anggota komunitas Stand Up Malang telah berhasil peneliti temui dan terseleksi lima orang comic yang memenuhi syarat menjadi subjek penelitian. Berikut tabel hasil pemilihan subjek penelitian.

Tabel 1.2 Penentuan Subjek Penelitian No Nama Mempuny ai akun Twitter Aktif di Twitter (ReTweet,t weet, mention) Follower lebih dari 300 Status mahasis wa Pernah Open mic setidaknya

satu kali

Bersedia diwawancar

a/mudah dtemui 1 Wawan

Saktiawan

V V V V V X

2 Satriaddin V V V V V V

3 Yanuar Rezqi

V V X X V X

4 M. Fariz S V V V V V V


(55)

35 Marza

Ditapradja 6 Yoel

Yaspier

V V V X V X

7 Hena Wira Satya

V V V V V V

8 Kholilul Rohman

V V V X V X

9 Fajri Arma Erikk S

V V X V V X

10 Yuda Wicaksono

V V V X V X

11 Daniel Aryz V V X V V X

12 Rahadyan Kukuh

V V V V V V

13 Habib Afwan

V X X V V X

14 Rezky Safawi

V X X V V X

15 Bayu Siddhartha

V V V V V X

16 Fajar Rahman

V V V V V X

17 Nur Kholiq V V X X V X

18 Reza Ariefanda

V V X X V X

19 Guk Sueb V V V X V X

20 Sindy Ridho Asta Sumartono

V V V V V V

21 Novan Angga

V X X V V X

22 Lanang Agung

V V V V V X

23 Abdurrahim Arsyad

V V V V V X

24 Subhan Setowara

V V V X V X

25 M. Sutoni V V X V V X


(56)

36 Keterangan :

V = Memenuhi kategori X = Tidak memenuhi kategori

Dalam penentuan subjek penelitian, tidak sedikit kendala yang dihadapi peneliti. Beberapa di antaranya adalah saat peneliti ingin melihat akun twitter milik comic komunitas Stand Up Malang. Sebagian besar comic komunitas Stand Up Malang menggunakan nama samaran, sehingga menyulitkan peneliti untuk mengidentifikasi sebagian akun comic Stand Up Malang di twitter. Kendala lainnya yaitu koneksi internet yang lambat membuat peneliti kesulitan untuk membuka profile akun comic komunitas Stand Up Malang di twitter. Tujuan peneliti membuka profile akun comic Stand Up Malang adalah untuk mengetahui jumlah follower mereka. Kendala selanjutnya adalah peneliti selama seminggu harus mengamati beberapa akun comic Stand Up Malang sekaligus di twitter untuk mengetahui seberapa aktif mereka di dunia twitter.

Berdasarkan kriteria subjek penelitian tersebut, peneliti mendapatkan 5 comic komunitas Stand Up Comedy Indonesia Malang yang telah memenuhi kriteria subjek penelitian. Berikut nama – nama subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria subjek penelitian:


(57)

37 Tabel 1.3 Tabel Subjek Penelitian Yang Memenuhi Kriteria

N o

Nama Akun Twitter Jumlah Follower

s

Tempat Kuliah Jumla h Open

Mic 1. Hena Wira

Satya

@sintingg 1.277 Universitas

Muhammadiya h

Malang(UMM)

14 kali

2. M. Fariz S @luaposeh 667 Universitas Brawijaya

(UB)

5 kali

3. Rahadyan Kukuh

@rahadyankuku h

839 Universitas Muhammadiya

h Malang (UMM)

16 kali

4. Satriadin Maharingg

a

@Arie_Kriting 1.319 Institut

Teknologi Nasional (ITN)

30 kali

5. Sindy Ridho Asta

Sumartono

@sindyasta 722 Lembaga

Pendidikan dan Perkembangan Profesi Indonesia (LP3I) 10 kali

Sumber: Olahan data peneliti

Dari tabel di atas, terlihat bahwa subjek penelitian Pertama yang bernama Hena Wira Satya memiliki akun twitter yang bernama @sintingg. Hena memilki followers yang berjumlah 1.277. dari jumlah followers tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa Hena sudah sangat dikenal di dunia twitter. Hena masih berstatus mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Hena sudah melakukan Open Mic sekitar 14 kali yang artinya Ia sudah cukup berpengalaman di panggung Stand Up Comedy.


(58)

38 Subjek penelitian ke Dua bernama M. Fariz S. Fariz mempunyai akun twitter yang benama @luaposeh. Jumlah followers yang dimiliki Fariz adalah 667. Dari jumlah followers-nya dapat dikatakan Fariz sudah cukup dikenal di dunia twitter. Fariz merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang. Fariz sudah melakukan Open Mic sebanyak 5 kali.

Subjek penelitian ke Tiga bernama Rahadyan Kukuh. Pria yang biasa disapa Kukuh ini mempunyai akun twitter yang bernama @rahadyankukuh. Kukuh memiliki followers berjumlah 839 yang artinya Ia cukup dikenal di dunia twitter. Kukuh merupakan mahasiswa UMM. Dalam pengalaman di dunia Stand Up Comedy, Kukuh sudah melakukan Open Mic sebanyak 16 kali. Dapat dikatakan Kukuh sudah cukup berpengalaman di panggung Stand Up Comedy.

Subjek penelitian ke Empat bernama Satriaddin Maharingga. Satriaddin dalam kehidupan sehari – hari biasa dipanggil Arie. Arie mempunyai akun twitter yaitu @Arie_Keriting. Arie mempunyai 1.319 followers yang artinya Arie sudah sangat terkenal di dunia Twitter maupun di dunia Stand Up Comedy. Arie masih berstatus sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Arie sudah Open Mic sebanyak 30 kali yang artinya Ia sudah sangat berpengalaman dalam dunia Stand Up Comedy.

Subjek penelitian yang ke Lima bernama Sindy Ridho Asta Sumartono. Sindy merupakan satu – satunya wanita yang memenuhi syarat dalam penentuan subjek penelitian. Sindy mempunyai followers berjumlah 722. Sindy berstatus mahasiswa Lembaga Pendidikan dan Perkembangan Profesi Indonesia (LP3I) di


(59)

39 Kota Malang. Sindy sudah melakukan Open Mic sebanyak 10 kali. Bisa dibilang Sindy cukup berpengalaman di dunia Stand Up Comedy.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian dengan tujuan memperoleh data. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara (interview) dan dokumentasi. Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal – hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. (Sugiyono, 2011: 232) teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tidak berstruktur yakni wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2011: 233 - 234). Teknik ini juga bertujuan agar para informan dapat mengungkapkan informasi secara leluasa dan lebih terbuka. Selain dengan teknik wawancara, peneliti juga mengumpulkan data dengan dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 240). Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa rekaman wawancara peneliti dengan subjek penelitan. Peneliti menyimpan data rekaman hasil wawancara di internet untuk menghindari kemungkinan data wawancara tersebut hilang.


(60)

40 I. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2011: 246). Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Sugiyono, 2011: 247

Data Display Data collection

Conclusions drawing/veryfying Data


(1)

38 Subjek penelitian ke Dua bernama M. Fariz S. Fariz mempunyai akun twitter yang benama @luaposeh. Jumlah followers yang dimiliki Fariz adalah 667. Dari jumlah followers-nya dapat dikatakan Fariz sudah cukup dikenal di dunia twitter. Fariz merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) Malang. Fariz sudah melakukan Open Mic sebanyak 5 kali.

Subjek penelitian ke Tiga bernama Rahadyan Kukuh. Pria yang biasa disapa Kukuh ini mempunyai akun twitter yang bernama @rahadyankukuh. Kukuh memiliki followers berjumlah 839 yang artinya Ia cukup dikenal di dunia twitter. Kukuh merupakan mahasiswa UMM. Dalam pengalaman di dunia Stand Up Comedy, Kukuh sudah melakukan Open Mic sebanyak 16 kali. Dapat dikatakan Kukuh sudah cukup berpengalaman di panggung Stand Up Comedy.

Subjek penelitian ke Empat bernama Satriaddin Maharingga. Satriaddin dalam kehidupan sehari – hari biasa dipanggil Arie. Arie mempunyai akun twitter yaitu @Arie_Keriting. Arie mempunyai 1.319 followers yang artinya Arie sudah sangat terkenal di dunia Twitter maupun di dunia Stand Up Comedy. Arie masih berstatus sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang. Arie sudah Open Mic sebanyak 30 kali yang artinya Ia sudah sangat berpengalaman dalam dunia Stand Up Comedy.

Subjek penelitian yang ke Lima bernama Sindy Ridho Asta Sumartono. Sindy merupakan satu – satunya wanita yang memenuhi syarat dalam penentuan subjek penelitian. Sindy mempunyai followers berjumlah 722. Sindy berstatus mahasiswa Lembaga Pendidikan dan Perkembangan Profesi Indonesia (LP3I) di


(2)

39 Kota Malang. Sindy sudah melakukan Open Mic sebanyak 10 kali. Bisa dibilang Sindy cukup berpengalaman di dunia Stand Up Comedy.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian dengan tujuan memperoleh data. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara (interview) dan dokumentasi. Susan Stainback (1988) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal – hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak bisa ditemukan melalui observasi. (Sugiyono, 2011: 232) teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tidak berstruktur yakni wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman yang digunakan hanya berupa garis – garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2011: 233 - 234). Teknik ini juga bertujuan agar para informan dapat mengungkapkan informasi secara leluasa dan lebih terbuka. Selain dengan teknik wawancara, peneliti juga mengumpulkan data dengan dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2011: 240). Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa rekaman wawancara peneliti dengan subjek penelitan. Peneliti menyimpan data rekaman hasil wawancara di internet untuk menghindari kemungkinan data wawancara tersebut hilang.


(3)

40 I. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2011: 246). Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 1.2 Analisis Data Model Interaktif dari Miles dan Huberman Sumber: Sugiyono, 2011: 247

Data Display Data collection

Conclusions drawing/veryfying Data


(4)

41 a. Data Reduction (Reduksi data) berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2011: 247).

b. Data Display (penyajian data) dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2011, 249).

c. Conclusion Drawing/verification langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti – bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,


(5)

42 maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2011: 252 – 253).

J. Uji Keabsahan Data

Dalam pengujian keabsahan data dalam penelitian, peneliti menggunakan cara triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang – ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono, 2011: 274). Berikut gambar triangulasi waktu pengumpulan data:


(6)

43 Gambar 1.3 Triangulasi Waktu Pengumpulan Data

Sumber: Sugiyono, 2011: 274

Siang Sore