Kandungan Gizi berbagai Bahan Baku Pakan

6

III. PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

Alat : Kompor, baskom, pisau, loyang, Talenan, Dandang, Pengukus, Sendok, Gilingan daging Bahan : 1. dedak halus dengan kandungan protein : 15,38 2. Tepung Ikan dengan kandungan protein : 62,99 3. Daun Turi dengan kandungan protein : 14,1 4. Tepung kanji sebagai perekat 6. vitamin sebagai bahan tambahan 1 bungkus 1 – 2

IV. MENYUSUN FORMULASI PAKAN BUATAN

untuk Omnivora dalam menyususn formula harus berimbang antara bahan nabati maupun hewani. Pada Herbivor sebaliknya, dimana bahan nabati lebih banyak digunakan dalam formulasinya. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam memilih bahan baku untuk ikan, antara lain :  Ketersediaan bahan baku; mudah diperoleh secara berkesinambungan  Mempunyai nilai gizi yang relatif tinggi  Mudah diolah dan tidak mengandung racun  Nilai ekonomis, sehingga pakan yang dihasilkan menguntungkan. Salah satu cara yang paling sederhana dalam menyusun formulasi adalah dengan Metoda Kuadratik. Metoda ini didasarkan pada pembagian bahan-bahan makanan ikan menurut level kandungan proteinnya. Berdasarkan level kandungan protein, bahan pakan dibagi atas: 1. Basal makanan, yaitu bahan-bahan makanan ikan, baik yang berasal dari bahan nabati maupun hewani yang mempunyai kandungan protein kurang dari 20 2. Protein suplemen, yaitu bahan makanan ikan yang mempunyai kandungan protein lebih besar dari 20 . Menurut kriteria level protein diatas, maka dapat disusun beberapa formulasi makanan ikan dengan kandungan protein tertentu yang dikehendaki. Sebagai contoh, dalam penggunaan metoda ini adalah sebagai berikut: Bahan pakan yang digunakan terdiri dari dedak halus dengan kandungan protein 15,58 dan tepung ikan dengan kandungan protein 62,99 dan daun turi dengan kandungan protein 14,1 harus disusun formulasi makanan ikan dengan kandungan protein 30 ,

V. PROSES PEMBUATAN

Tahapan proses pembuatan pakan : - Ikan asin direndam dengan menggunakan air garam selama ± 1 malam, kemudian tiriskan sampai benar-benar tidak ada airnya, kemudian gilingtumbuk ikan asin sampai halus. - Siapkan perekat yaitu campur tepung kanji dengan air ± 1 liter, dan masak sambil di aduk selama ± 20 menit. - Campur semua bahan pada tempat yang tersedia. - Tambahkan air ± 60 pada campuran bahan tersebut sampai menjadi adonan. - Setelah bahan tercampur, masukkan lemperekat yang sudah terbuat., kemudian kukus adonan selama ± 20 menit. - Dinginkan dan tambahkan larutan vitamin 1 bungkus, aduk sampai rata. - Kemudian giling adonan agar terbentuk menjadi pellet. - Jemur pellet dalam keadaan utuh selama 2 – 3 hari sampai kering.

VI. ANALISA USAHA

INPUT NO URAIAN HARGA SATUAN RP JUMLAH RP 1. Tepung ikan 3,5 kg Rp 1.000,- Rp 3.500,- 2. Dedak halus 3,5 kg Rp 1.500,- Rp 5.250,- 3. Tepung kanji 0,25 kg Rp 2.500,- Rp 2.500,- 4. Daun turi - - 5. Vitamin 1 bungkus Rp 1500 Rp 1.500,- Jumlah Total Rp 12.750,- OUTPUT Untuk 10 kg bahan yang digunakan dapat menghasilkan pellet kering 9 kg. Budidaya Ikan Patin di Kolam Dalam o SUKA ARTIKEL INI? o Retweet Link Ini o Bagikan di Facebook Seiring meningkatnya permintaan komoditi ikan patin khususnya untuk industri pengolahan, belum mampu dipenuhi oleh produksi dari hasil budidaya. Ditambah lagi kualitas daging patin nasional yang dihasilkan untuk produk fillet daging tanpa tulang dinilai pihak industri pengolahan masih kalah bagus dengan produk dari Vietnam. Dengan metode budidaya ikan patin di kolam dalam, dapat meningkatkan produksi 2 kali lipat serta memperbaiki kualitas daging sesuai standar pabrik pengolahan. Guna menjawab tantang tersebut, Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya BLUPPB Karawang, Kementerian Kelautan dan Perikanan, sejak 2011 menerapkan teknologi budidaya patin di kolam dalam. Menurut Kepala BLUPPB, Karawang,Supriyadi, tujuan utaman pengaplikasian metode ini adalah untuk meningkatkan produksi dan kualitas fillet patin. Keunggulan Kolam Dalam Supriyadi menjelaskan, pemeliharaan patin di kolam dalam merupakanmengadaptasi metode budidaya di Vietnam. Keunggulan metode ini antara lain mencegah daging patin berbau lumpur, karena sifat patin makan dibawa kedasar lumpur, dengan kolam yang dalam jadi pakan itu cepat langsung ke mulutnya. “Jika kolam tidak dalam maka lumpur termakan,” jelasnya. Dijelaskan, Ditambahkan Wisnu Adianto, Penanggung Jawab Budidaya Patin di BLUPPB Karawang, metode budidaya patin kolam dalam ini dapat meningkatkan produktivitas sebanyak 2 kali lipat dibandingkan budidaya patin pada kolam biasa dengan luasan area kolam yang sama. Serta kualitas daging patin pada kolam dalam, lebih diterima oleh unit pengolahan ikan coldstorage. “Hal ini karena daging patin lebih putih dibandingkan daging patin yang dipelihara pada kolam biasa yang cenderung kuning,” ungkapnya.