commit to user sinyal seluler. Kurkumin dilaporkan mempengaruhi langsung aktifitas
regulator inflamasi, yang ditunjukan oleh penurunan aktivasi NF κB, ikatan
Activator Protein 1 AP-1 dengan DNA, juga menurunkan produksi enzim COX-2, yang berperan penting dalam jalur inflamasi Davis et al., 2007.
Penghambatan COX-2 dianggap cara yang efektif untuk menghentikan respon inflamasi, meskipun tidak menghentikan secara total tetapi hanya
pembentukan prostaglandin
E2 Schulz,
2008. Kurkumin
juga mengaktivasi peroxisome-proliferator activated receptor-
γ PPAR-γ yang dapat menekan ekspresi sitokin pro-inflamasi TNF-
α. Satu skenario yang mungkin adalah kurkumin berikatan pada reseptor PPAR-
γ dan secara langsung berikatan pada peroxisome proliferation response element PPRE
dari gen TNF- α itu sendiri atau gen yang mengkode untuk peningkatan
mediator dan mengaktivasinya. Skenario kedua, kurkumin berikatan dengan reseptornya sendiri dan interaksi ligand-reseptor mengaktivasi signal yang
mengatur regulasi PPAR- γ Jacob et al., 2007.
3. Omega-3
Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang 18-22 atom karbon pada rantai panjangnya dengan banyak ikatan
ganda yang dimulai dari atom karbon ketiga dihitung dari ujung metil pada molekul asam lemak. Senyawa penting asam lemak tidak jenuh omega-3
adalah α-linolenic acidALA C18:3, eicosapentaenoic acidEPA C20:5,
and docosahexaenoic acidDHA C22:6 Holub, 2002.
commit to user 1
2
3
Gambar 2.2 . Struktur kimia ALA 1, DHA 2, dan EPA 3.
ALA ditemukan pada biji-bijian, minyak sayur kanola, biji rami, dan kedelai, sayuran hijau dan kacang-kacangan. ALA biasanya diubah dalam
jumlah kecil menjadi EPA dan DHA setelah dicerna. Minyak ikan dan lemak ikan seperti dari ikan salmon, makarel, hering dan tuna adalah
sumber utama EPA dan DHA. Minyak ganggang juga sumber DHA dari tumbuhan. Omega-3 biasanya tersedia dalam suplemen makanan berupa
kapsul dan minyaknya. Di antara asam lemak, asam lemak omega-3 merupakan yang paling
poten terhadap aktifitas imunomodulator, dan di antara asam lemak omega- 3, EPA dan DHA lebih poten daripada ALA. Beberapa efek dari asam
lemak omega-3 bekerja dengan memodulasi jumlah dan tipe dari eicosanoid, dan efek lainnya ditimbulkan dari mekanisme independen
eicosanoid, termasuk aksi terhadap jalur signal intraseluler, aktivasi faktor transkripsi, dan ekspresi gen. Kompetisi antara asam lemak omega-6 dan
omega-3 terjadi pada proses pembentukan prostaglandin Simopoulos,
commit to user 2002. EPA berkompetisi dengan asam arakidonat yang merupakan asam
lemak omega-6, untuk sintesis prostaglandin dan leukotrien pada tingkat enzim cyclooxygenase dan lipoxygenase. DHA dan EPA bereaksi dengan
cyclooxygenases COX 1 dan COX 2 untuk menghasilkan prekursor prostaglandin yang akan berisomerasi dengan prostaglandin synthase
menghasilkan prostaglandin Varney et al., 2009. EPA dilepas untuk berkompetisi dengan asam arakidonat untk metabolisme enzimatik untuk
mnginduksi lebih sedikit inflamasi dan derivat kemotaksis Simopoulos, 2002. Asam lemak omega-3 dan omega-6 tidak hanya berkompetisi pada
metabolisme enzim, tetapi juga pada pembentukan membran sel, yang berpengaruh pada kestabilan membran dan fungsi pokok pada ikatan
membran, termasuk reseptor dan enzim. EPA menunjukkan modifikasi membran pada sel imun. Sel imun secara khas kaya AA yang memproduksi
eicosanoid pro-inflamasi. EPA secara khusus menghambat pelepasan AA dari fosfolipid, sehingga mengurangi substrat untuk produksi eicosanoid
pro-inflamasi dan meningkatkan kestabilan membrane Anderson et al., 2009.
commit to user
B. Kerangka Pemikiran