KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL DALAM TAYANGAN CURHAT DENGAN ANJAS (Analisis Isi Tayangan Curhat Dengan Anjas Di Tpi Tanggal 13-14 Agustus Tahun 2009)

(1)

KEKERASAN VERBAL DAN NON VERBAL DALAM TAYANGAN CURHAT DENGAN ANJAS

(Analisis Isi Tayangan Curhat Dengan Anjas Di Tpi Tanggal 13-14 Agustus Tahun 2009)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

Nama : Tetik Lestari Rachminingsih NIM : 09220222

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

LE

Nama : Tetik Le NIM : 0122009 Konsentrasi : Audio V Jurusan : Ilmu Ko Fakultas : Ilmu So Judul Skripsi : Kekera Curhat Anjas di

Pembimbing I

Joko Susilo, S.Sos, M.

EMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Lestari Rachminingsih 092

Visual omunikasi

Sosial dan Ilmu Politik

rasan Non Verbal Dan Kekerasan Verbal Dalam t Dengan Anjas (Analisis Isi Tayangan Curha di TPI Tanggal 13 Agustus dan 14 Agustus puku

Disetujui,

Pembimbing

M.Si Dra. Frida Kusumas

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Dra. Frida Kusumastuti, M.Si

m Tayangan rhat Dengan kul 22.00)

ing II


(3)

BERI

1. Nama :

2. NIM :

3. Fakultas : 4. Jurusan : 5. Konsentrasi : 6. Judul Skripsi : K

T C A 7. Pembimbing :

8. Kronologi Bimbinga

Tanggal

Pem 12 Februari 2011

12 Februari 2011 25 April 2011 25 April 2011 25 April 2011

Pembimbing I

Joko Susilo, S.Sos, M.S

RITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

: Tetik Lestari Rachminingsih : 01220092

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik : Ilmu Komunikasi

: Audio Visual

Kekerasan Non Verbal Dan Kekerasan Verbal D Tayangan Curhat Dengan Anjas (Analisis Isi Ta Curhat Dengan Anjas di TPI Tanggal 13 Agustu Agustus pukul 22.00)

1. Joko Susilo, S.Sos, M.Si 2. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si gan:

Dosen Pembimbing

Keter embimbing I Pembimbing II

ACC Ba ACC Ba ACC Ba ACC Ba Abstraks Malang, 26 April 20

Menyetujui,

Pembimbing

.Si Dra. Frida Kusumas

l Dalam ayangan tus dan 14

terangan Bab I Bab II Bab III Bab IV ksi 2011 ing II astuti, M.Si


(4)

Nama : Tetik Le NIM : 0922022 Konsentrasi : Audio V Judul Skripsi : Kekeras

Dengan TPI Tan Telah dipe Fa U Dosen Penguji:

1. Nasrullah, M.Si 2. Sugeng Winarno 3. Joko Susilo, S.So 4. Dra. Frida Kusum

LEMBAR PENGESAHAN

Lestari Rachminingsih 222

Visual

asan Verbal Dan Non Verbal Dalam Tayangan Cu n Anjas (Analisis Isi Tayangan Curhat Dengan A anggal 13-14 Agustus Tahun 2009)

pertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Jumat Tanggal : 6 Mei 2011 Tempat : 605

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si

:

no, M.A :

.Sos, M.Si : umastuti, M.Si :

Curhat Anjas di


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 5

E.1. Komunikasi Massa ... 5

E.2. Media Massa Televisi ... 8

E.3. Kekerasan ... 12

E.4. Kekerasan di Media Massa Televisi ... 15

E.5. Analisis Isi ... 17

F. Definisi Konseptual... 18

G. Kategorisasi ... 21

H. Metode Penelitian ... 22

BAB II DATA LOKASI A. Tentang Acara Reality Show “Curhat Dengan Anjas” ... 28

B. Profil Anjasmara ... 31

C. Tentang TPI ... 32

BAB III SAJIAN DAN ANALISA DATA A. Sajian Data ... 37

B. Analisa Data ... 40

B.1. Kekerasan Non Verbal ... 40


(6)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 54 B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana 2000, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

_____________________1993, Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju

Krippendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta : Rajawali Pers.

Rakhmat, Jallaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mc Quail, Denis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy M.A. Ph.D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.

M.A, Morrison. 2005. Media Penyiaran, Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang: Ramdina Prakarsa

Nurudin . 2003. Komunikasi Massa. Malang : Cespur.

Sobur, Alex. M.si. 2003. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wimmer, Roger D. & Joseph R. Dominick. 2000. Mass Media Research. An Introduction. London.: Wadsworth Publishing Company.

Winarni. 2003. Komunikasi Massa suatu Pengantar. UMM Press; Malang.

Windhu Marsana, 1992. Kekuasaan dan kekerasan menurut Johan Galtung. Yogyakarta: Aksi Agraris Kanisiu

http://www.poskota.co.id/hiburan/2009/05/21/curhat-anjas-di-tpi-disemprit-kpi http://dodimawardi.wordpress.com/2009/05/11/awasi-tv-curhat-anjasmara-tebar-kekerasan/


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Media massa televisi mampu membentuk pemikiran, sikap, maupun perilaku manusia karena itu media massa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Pesan yang disampaikan media televisi seringkali lebih menarik.media televisi mampu menjangkau masyarakat luas dan menghantar pesan lebih cepat. Sebagian besar orang menikmati berita dan hiburan di televisi, oleh karena itu televisi media massa yang paling dipercaya masyarakat. Saat ini televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan sandang, pangan, papan.

Menonton televisi secara psikologis dapat memberikan kepuasan dalam menggunakan media massa. Televisi merupakan sarana untuk melihat berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indra manusia. Pengaruh media massa televisi lebih kuat karena pada masyarakat modern lebih banyak mendapat informasi tentang dunia dari televisi. Pada saat bersamaan orang sulit mengecek kebenaran pesan yang disajikan televisi sehingga dapat membentuk cara pandang tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas yang disampaikan.

Dalam fungsi hubungan sosial televisi dapat mengalihkan posisi manusia karena televisi bisa sebagai tempat bertanya dan menghibur diri. Sekarang ini televisi tidak lagi bersifat umum tetapi dapat menjadi bersifat pribadi karena dapat dinikmati sendiri dimana saja sehingga dapat menjadi teman yang akrab dan baik bagi setiap orang.


(9)

Televisi bisa dikatakan media komunikasi yang cukup sempurna karena dapat mengatasi kekurangan yang ada pada media komunikasi cetak dan radio. Oleh karena itu televisi memiliki pengaruh yang besar kepada masyarakat. Dalam perkembangan kemajuan pada televisi saat ini begitu memuaskan bagi manusia, televisi dipadukan dengan komputer yang berkembang semakin canggih, mengakibatkan semakin terasa efek yang ditimbulkan.

Sejak tahun 1963 di Indonesia hanya ada satu stasiun televisi yaitu (TVRI) Televisi Republik Indonesia namun pada awal tahun 90-an pertelevisian di Indonesia semakin meriah dengan muncul stasiun televisi swasta. Pada tahun 1991 muncul Televisi pendidikan indonesia (TPI) dan diawal penyiaran TPI bekerjasama dengan TVRI untuk menjadi televisi pendidikan. Kemudian diikuti dengan munculnya televisi swasta seperti Indosiar, MetroTV, TransTV, Trans7, GlobalTV dan TVOne.

Dengan bertambah stasiun televisi swasta masyarakat mendapat alternatif pilihan tayangan di layar kaca. Tetapi jika televisi di biarkan tumbuh tanpa berkaitan dengan tatanan sosial dan tatanan kebudayaan Indonesia tayangan tersebut tidak lagi meningkatkan kecerdasan bangsa melainkan menurunnya nilai mental dan moral karena masyarakat terlena oleh hiburan dan film yang tidak bermutu. Acara-acara televisi baik bersifat informasi,pendidikan, hiburan semakin dapat dinikmati dengan memuaskan tetapi masalah yang dirasakan semakin kuat terutama efek negatif berkaitan dengan kekerasan (violence) yang berpengaruh pada perilaku.

Acara Realityshow yang pada saat ini banyak digemari oleh pemirsa baik itu remaja maupun orang tua ternyata membuat para stasiun televisi secara


(10)

serempak menayangkan acara Realityshow tanpa harus memikirkan akibat yang ditimbulkan dalam tayangan itu. Stasiun televisi hanya mementingkan keuntungan royalti saja.

Acara “Curhat Dengan Anjas” yang diuntukan bagi remaja ternyata tidak layak ditonton remaja karena tema acara lebih banyak tentang persoalan keluarga seperti perselingkuhan dan menunjukkan kekerasan. Gaya penceritaan dan tampilan dalam tayangan mengandung muatan yang mendorong para remaja berperilaku tidak pantas, seperti memaki orang dengan kata-kata kasar sehingga saling adu kekuatan dan tidak menghasilkan jalan keluar yang konkret hanya kekerasan dan membuka aib orang lain.

“Curhat Dengan Anjas yang ditayangkan di TPI setiap hari sabtu dan minngu pukul 17.00-18.00 merupakan hiburan Relityshow yang banyak digemari. Bahkan acara Realityshow Curhat Dengan Anjas sempat mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menghentikan penayangan,karena banyak keluhan dari pemirsa yang tidak suka dengan acara reality show tersebut. Pihak TPI akhirnya tetap menayangkan acara Realityshow “Curhat Dengan Anjas dengan mengganti jam tayang pada pukul 22.00 wib. (www.kpi.com)

Reality show “Curhat Dengan Anjas” banyak menayangkan kekerasan verbal dan non verbal. Tayangan ini menayangkan kehidupan pribadi yang tidak seharusnya di ketahui orang banyak dan di nilai melecehkan hak asasi seseorang. Dari uraian latar belakang diatas belum diketahui kekerasan verbal dan kekerasan non verbal apa saja yang tayang dalam acara reality show “Curhat Dengan Anjas di TPI .


(11)

Pada penelitian sejenis terdahulu yang mengandung kekerasan dilakukan oleh “Muhammad Ihsan” dengan tujuan untuk mengetahui bentuk kekerasan dan prosentase kekerasan yang sering muncul pada tayangan acara komedi dengan hasil total 115 kemunculan bentuk kekerasn simbolik dengan pelecehan yang mendominasi dengan kesimpulan kekerasan simbolik yang muncul dalam acara” Ngelenong Nyok” dengan jumlah kemunculan kekerasan simbolik dengan frekuensi dan prosentase paling tinggi yang muncul melalui kategori pelecehan menempati urutan pertama.

Selain menarik permasalahan tersebut penting untuk diteliti karena dengan penelitian ini diharapkan memberi suatu referensi baru kepada stasiun televisi dalam membuat suatu tayangan dengan mempertimbangkan baik dan buruknya pesan yang disampaikan.

Dengan demikian maka penelitian ini memiliki fokus dalam kata-kata kunci: kekerasan verbal dan kekerasan non verbal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengemukakan permasalahan yang diteliti yaitu Seberapa besar frekuensi kemunculan kekerasan verbal dan non verbal dalam tayangan Realityshow “Curhat Dengan Anjas” di TPI edisi 13 – 14 Agustus 2009

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui berapa frekuensi kemunculan kategori kekerasan verbal dan non verbal dalam tayangan Realityshow “Curhat Dengan Anjas” di TPI edisi 13 – 14 Agustus 2009


(12)

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah bacaan dan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan masukan yang baik kepada pihak yang bekerja pada dunia pertelivisian dalam membuat program-program acara televisi yang bersifat mendidik.

E.TINJAUAN PUSTAKA E.1.Komunikasi Massa

Komunikasi Massa Menurut Rakhmat (dalam Winarni, 2003; 6) Komunikasi Massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim, melalui media massa cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Komunikasi Massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen. (D. Mulyana, 2002;75)

Berikut ini adalah ciri-ciri komunikasi massa: 1. Komunikator melembaga


(13)

Komunikator dalam komunikasi massa bukan satu orang, tetapi kumpulan orang-orang dari berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga yang menyerupai sebuah sistem.

2. Komunikan bersifat heterogen

Komunikan dalam komunikasi massa sifatnya beragam, baik dari segi pendidikan, umur, jenis kelamin dan sebagainya yang tidak saling tahu, sehingga dimungkinkan tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. 3. Pesan bersifat umum

Pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu, dan pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus (disengaja untuk golongan tertentu).

4. Komunikan berlangsung satu arah

Inti dari ciri khasnya adalah proses komunikasi tidak berjalan secara interaktif. Komunikasi disini lebih bersifat pasif. Namun kalaupun ada komunikasi massa yang bersifat interaktif, komunikan disini tidak mewakili semua audience yang bersifat heterogen.

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Komunikasi massa ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak disini berarti khalayak bisa menikmati media massa tersebut hampir bersamaan. Bersamaan ini juga bersifat relatif, kalaupun pesan yang diterima terlambat, itu hanya masalah teknis yang disebabkan oleh perbedaan wilayah jangkauan.


(14)

Penggunaan peralatan teknis dalam komunikasi massa merupakan syarat utama agar komunikasi dapat berjalan seperti yang diharapkan. Misalnya media elektronik harus menggunakan pemancar.

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang disebarkan oleh media lebih mudah dipahami (Nurudin, 2003 : 16-29).

Menurut Alexis S. Tan fungsi-fungsi Komunikasi Massa bisa beroperasi dalam empat hal. Untuk memperjelas funngsi-fungsi yang disodorkannya, Alexis S. Tan menyederhanakan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2.

Fungsi Komunikasi Massa No. Tujuan Komunikator

(Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan Diri Pada Sistem; Pemuasan Kebutuhan) 1. 2. 3. 4. Memberikan Informasi Mendidik Mempersuasi Menyenangkan; memuaskan kebutuhan komunikasi

Mempelajari ancaman dan peluang; memahami lingkungan; menguji kenyataan; meraih

keputusan.

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya; mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Memberi keputusan; mengadopsi nilai, tingkah laku dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Menggembirakan; mengendorkan urat syaraf, menghibur, mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.

Sumber : Alexis S. Tan (Nurudin, 2003;63)


(15)

Televisi dimulai oleh para ahli sejak awal abad 19 dan berkembang pesat pada akhir abad 20.Televisi sebagai komunikasi massa elektronik merupakan hasil perkembangan teknologi perpaduan antara audio dalam penyiaran dan video dalam gambar gerak. Agar program-program dalam siaran televisi dapat dilihat dan didengar proses penyiaran ditranmisikan oleh pemancar.

Pemancar televisi mentranmisikan suara dan gambar secara bersamaan,karena isyarat televisi (televisi signals) terdiri dari dua bagian terpadu yaitu saluran suara yang termodulasikan secara frekuensi dan saluran video.( Effendy,1993-22)

Televisi merupakan perkembangan teknologi yang menyangkut beberapa aspek dari penerapan teknologi yang akan membawa implikasi kehidupan social dan sumber daya manusia. Jaringan dan struktur industri telekomunikasi dapat mempengaruhi struktur ekonomi dan masyarakat. Dari segi kultur, televisi dapat memancing perubahan nilai sosial budaya, sikap, perluasan wawasan dan lain sebagainya.

Sedangkan Effendy (2000: 22) menyatakan bahwa televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Jelasnya isyarat televisi (television signals) terdiri dari dua bagian yang terpadu, yakni saluran suara yang termodulasikan sacara frekuensi (frequecy modulated sound channel) dan saluran video (video channel).

Sebagaimana dikemukakan pada pembahasan sebelumnya bahwa televisi merupakan salah satu media komunikasi yang banyak digemari masyarakat karena dapat mendengar suatu informasi sekaligus dapat melihat proyeksi dari suatu kejadian secara langsung walaupun mereka berada di tempat yang jauh. Dalam hal


(16)

ini televisi mempunyai fungsi yang sangat urgent dalam menyampaikan berbagai informasi kepada seluruh masyarakat yang merupakan misi utamanya.

E.2.1. Sifat dan Ciri Medium Televisi

Menurut Effendy (2000: 22) ciri-ciri televisi lebih lanjut dapat kita lihat pada klasifikasi sebagai berikut :

a. Pesan yang disampaikan bersifat umum

Pesan yang disampaikan secara terbuka untuk publik, bukan untuk individu ataupun kelompok, khalayak dari televisi ini jumlahnya sangat besar dan heterogen baik dari segi umur, pendidikan, agama, jenis kelamin dan suku bangsa serta wilayah tempat mereka tinggal.

b. Komunikan atau khalayak bersifat heterogen

Komunikasi massa televisi terjadi dari orang-orang yang heterogen, yakni penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi berbeda, dengan kebudayaan beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, serta memiliki pekerjaan yang berjenis-jenis, sehingga mereka memiliki kepentingan berbeda, standar hidup, derajat kehormatan, kekuasaan dan nilai-nilai yang berbeda pula.

c. Media televisi menimbulkan keserempakan

Keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi

Dalam komunikasi massa televisi hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim dicapai


(17)

oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator.

E.2.2. Fungsi Televisi

Kehadiran media televisi di tengah-tengah masyarakat memiliki beberapa fungsi menurut Effendy, diantaranya adalah sebagai berikut (Effendy, 2000:31):

a. Sarana informasi

Dalam media televisi, berita yang ditayangkan televisi merupakan media informasi

b. Sarana pendidikan

Dalam hal ini televisi memuat berita-berita yang mengandung pengetahuan.. c. Sarana hiburan

Mengenai hal ini memang jelas pada televisi, film dan rekaman suara. d. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi di sini merupakan implementasi dari komunikasi persuasif oleh media massa.

E.2.3. Program Acara Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Berbagai jenis program tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu:


(18)

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Program informasi tidak hanya program dimana presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan).

Program informasi dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini.

2. Program hiburan (entertainment)

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan. (Morrisan, 2005:37)

E.4.Kekerasan

Pada kamus besar bahasa indonesia susunan pusat pembinaan dan pengembangan bahasa kekerasan adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau kerusakan fisik atau barang orang lain. Perbuatan yang dikategorikan kedalam kekerasan seperti menyiksa, melukai, membunuh.

Dalam fenomena kekerasan, kekerasan tidak hanya terjadi pada kekerasan fisik saja tetapu juga terjadi kekerasan non fisik.kekerasan non fisik disebut kekerasan struktural yaitu suatu kekerasan yang terjadi akibat struktur-struktur


(19)

sosial,politik dan ekonomiyang tidak adil sehingga seseorang merasa sebagai manusia yang tidak bermartabat (Mulkan 2002:23).

Johan Galtung mendefinisikan kekerasan menjadi tiga jenis: a. Kekerasan Kultural

Kekerasan yang mengakibatkan terjadinya kekerasan sturtural dan kekerasan langsung sreta mengakibatkan tindakan kekerasan dianggap wajar terjadi dimsyarakat.

b. Kekerasan Struktural

Kekerasan yang berbentuk eksploitasi secara sistamatis disertai pemikiran yang menghambat kehadiran lembaga-lembaga yang menentang eksploitasi dan peninndasan. Kekerasan ini tersembunyi. Bentuk kekerasan struktural seperti kebijakan yang menindas,kemiskinan,kolusi korupsi dan nipotisme.

c. Kekerasan Langsung

Kekerasan yang terlihat secara langsung dalam bentuk kejadian atau perbuatan. (Galtung dalam Marsana, 1992)

Bentuk dan jenis kekerasan Johan Galtung (Galtung dalam Marsana, 1992):

a. Fisik

Kekerasan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh tubuh sering berupa kesakitan,kecacatan bahkan kematian.


(20)

Kekerasan yang sasaran pada rohani atau jiwa.dapat mengurangi juga menghilangkan kemampuan normal jiwa seseorang.

c. Kekerasan Struktural

Kekerasan yang dilakukan oleh sistem, hukum, ekonomi atau tata kebiasaan yang ada dimasyarakat.

Sedangkan jenis-jenis kekerasan dibagi menjadi:

a. Kekerasan Terbuka (overt): Kekerasan yang dapat dilihat.

b. Kekerasan Tertutup (covert): Kekerasan tersembunyi tidak dilakukan langsung.

c. Kekerasan Agresif: Kekerasan dilakukan untuk mendapat sesuatu.

d. Kekerasan Defentif: Kekerasan dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri.

Selain itu Johan Galtung mengenali enam dimensi penting kekerasan: 1. Kekerasan fisik dan psikologis

Kekerasan tidak hanya pada fisik saja tetapi juga berdampak pada jiwa seseorang.

2. Pengaruh positif dan negatif

Kekerasan tidak hanya terjadi bila dihukum atau bersalah tetapi juga dengan membari imbalan ketika tidak bersalah.sistem imbalan sebenarnya tadak bebas,kurang terbuka dan cenderung manipulatif.

3. Obyek atau tidak

Kerusakan benda termasuk kekerasan psikologi karena menghina memutuskan hubungan kepemilikan pada yang punya.


(21)

Kekerasan ada pelaku bersifat langsung namun jika tidak ada pelaku bersifat strutural atau tidak langsung. Kekerasan struktural menimbulkan ketimpangan-ketimpangan pada manusia, pendidikan, pendapatan.

5. Disengaja atau tidak

Galtung menekankan kesalahan walau tidak disengaja tetap merupakan suatu kekerasan karena korban tetap merasakan kekerasan baik disengaja atau tidak.

6.Yang tampak dan tersembunyi

Kekerasan yang tampak nyata dirasakan oleh obyek baik secara personal maupun struktural.sedang kekerasan tersembunyi tidak kelihatan namun tetap bisa dengan mudah terjadi.

E.5.Kekerasan di Media Massa Televisi

Informasi tentang peristiwa yang terjadi dimasyarakat ditayangkan oleh media massa. Informasi dapat berupa tentang pendidikan, hiburan, kebaikan dan keburukan juga kekerasan.fakta yang terjadi dimasyarakat dibuat menjadi berita lalu disuguhkan kepada pemirsa. Isi media massa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok informasi, pesan dan kritik sosial. Isi pesan dapat membentuk opini publik yang sangat beragam.

Media massa merupakan sarana komunikasi untuk menyampaikan berita dan pesan kepada masyarakat. Media massa terdiri dari surat kabar, majalah, radio, televisi dan film.televisi merupakan media massa berupa audio visual. Pesan yang disampaikan televisi dianggap bisa menimbulkan kekerasan fisik, kekerasan kultural dan kekerasan struktural. Media massa televisi dinilai sebagian


(22)

orang sebagai media yang menghidupkan tindak kekerasan dan membakar kemarahan.

Sekarang ini media massa telah memasuki masa kebebasan pers. Anggapan media massa televisi sebagai alat menghidupkan tindak kekerasan semakin tidak dirasakan. Media televisi dianggap salah satu media yang dapat menghidupkan sekaligus mendinginkan suasana politik dan kecenderungan masyarakat dalam tindak kekerasan. Pada masa orde baru saat ini media televisi cenderung memilih apa yang dibutuhkan masyarakat. Memasuki era kebebasan pers membuat media televisi memformat program-program hiburan atau informasi yang mengarah pada kepuasan kebutuhan masyarakat.

Karena hidup mati stasiun televisi sangat ditentukan oleh pangsa pasar masyarakat. Fenomena semacam ini membuktikan dimana media televisi hanya menuruti keinginan pasar tanpa mengedepankan nilai-nilai sosial masyarakat. Pada media televisi banyak kita jumpai kekerasan pada program-program acara televisi, oleh sebab itu masalah kekerasan dalam media televisi perlu mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Karena kekerasan dapat menimbulkan masalah psikologi bagi anak-anak dan remaja.

Kekerasan dalam media televisi kurang mendapat perhatian dari para orang tua disebabkan ada beberapa faktor :

a. Orang tua tidak mengetahui budaya orang muda.orang tua tidak mengetahui berapa waktu yang dihabiskan remaja dan anak-anak untuk menonton televisi dan sejauh mana pikiran mereka terpengaruhi.


(23)

b. Keluarga dan guru disekolah tidak mampu mengendalikan anak dan remaja dalam memilih tontonan yang jauh dari kkekerasan.sehingga kekerasan itu dapat dilakukan dalam kehidupan sosial mereka.

c. Faktor ideologi menunjukkan bahwa semua bentuk pembatasan atau pelarangan remaja dalam menonton televisi dapat menyebabkan reaksi. d. Orang tua meraa kesulitan dalam hal waktu, pengetahuan dan metode

untuk mendampingi anak-anak ketika menonton televisi.

Tayangan yang mengandung kekerasan secara dominan atau mengandung adegan kekerasn hanya dapat ditayangkan pada klasifikasi D pukul 22.00-03.00 dimana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidur.

E.6.Analisis Isi

Analisis isi didefinisikan sebagai teknik penelitian untuk mendapat penjelasan isi pesan komunikasi massa yang yang objektif dan sistematik. Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. (Farid Wajidi-1991). Analisis isi secara mendasar bersifat menjelaskan berkaitan dengan gejala-gejala nyata dan bertujuan prediktif.

Barelson mendefinisikan analisis isi sebagai teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuantitatif isi komunikai yang tampak (manifest). (Krippendorff 1952:18).

Analisis isi dapat dikarakterisasikan sebagai metode penelitian makna simbolik pesan-pesan.tujuan dari analisis isi untuk mempresentasikan kerangka


(24)

pesan secara akurat. Analisis isi digunakan untuk mendapat penjelasan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang.

Selain itu kegunaan analisis isi untuk mengetahui karakteristik isi pesan dan untuk mengetahui sifat komunikator, khalayak dan efek dari komunikasi yang dilakukan. Analisis isi bersifat obyektif artinya cara pandang ribadi peneliti tidak boleh dimasukkan kedalam temuan penelitian. Analisis isi harus sistematik artinya isi yang hendak dianalisa hendaknya di seleksi secara jelas dan sesuai aturan yang berlaku.

F. Definisi Konseptual F.1.Kekerasan Non Verbal

Kekerasan non verbal adalah kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan tindakan secara langsung seperti memukul dan menendang. Kekerasan non verbal dikatakan juga sebagai kekerasan langsung atau kekerasan fisik, yang merupakan kekerasan yang dapat dilihat secara langsung. Menurut kamus WEBSTER definisi kekerasan sebagai penggunaan kekuatan fisik untuk melukai atau menganiaya, perlakuan atau prosedur yang kasar serta keras, dilukai oleh atau terluka dikarenakan penyimpangan, pelanggaran atau perkataan tidak senonoh atau perbuatan kejam.

Kekerasan non verbal termasuk kedalam jenis kekerasan terbuka. Kekerasan terbuka disebut juga kekerasan agresif. Kekerasan terbuka diawali dengan perilaku mengancam. Kekerasan terbuka digunakan sebagai pendukung ancaman karena kekerasan terbuka dianggap cepat dan menakutkan.dari ancaman bisa menjadi kekerasan terbuka.


(25)

Kekerasan langsung dapat terjadi melalui proses dari kekerasan kultural ke kekerasan strutural lalu ke kekerasan langsung, proses semacam ini sering terjadi.

Kekerasan langsung menurut tindakannya antara lain:

1. Kekerasan personal dilakukan oleh individu kepada satu atau lebih individu yang lain.berupa pemukulan, penganiayaan, pembunuhan.

2. Kekerasan kolektif dilakukan oleh banyak individu atau massa pelakunya massa dan korbannya massa yang lain.berupa demonstrasi.perkelahian warga.

F.2.Kekerasan Verbal

Kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan lewat mulut atau ditulis lewat kata-kata (mengumpat, menghina, mencemooh). Menurut galtung : Kekerasan verbal termasuk juga kekerasan simbolik yaitu kekerasan yang dilakukan melalui bahasa juga berupa simbol-simbol yang mengarah pada kekerasan.

Kekerasan verbal berupa makian, membentak, mengejek, melecehkan.kekerasan verbal bisa terjadi dimana saja dan siapa saja bisa melekukan kekerasan verbal.kekerasan verbal dapat memberi dampak buruk kepada psikologi seseorang.

F.3.Relity Show

Televisi merupakan media penyampaian pesan berbasis audiovisual, melalui televisi kita dapat menonton berbagai program siaran yang ditayangkan oleh sejumlah stasiun televisi. Namun banyaknya stasiun televisi pada saat ini menyebabkan persaingan menampilkan program yang semenarik mungkin agar


(26)

banyak ditindakani. Sekarang ini yang lagi ngetrend ditampilkan oleh hampir semua stasiun televisi adalah program reality show karena dianggap “angin besar” bagi dunia industri televisi sehingga menjadi persaingan antar stasiun televisi.

Acara televisi yang paling menggemparkan saat ini adalah acara yang disebut reality show. Realityshow adalah tayanga tentang relitas sosial masyarakat. Realityshow adalah tayangan tentang realitas sosial masyarakat . Acara yang mempertontonkan peristiwa-peristiwa dramatik.peristiwa dramatik ini akan menjadi tontonan yang mengasyikkan karena akan menimbulkan emosi-emosi spontan tak terkendali,diluar dugaan yang dapat merangsang syaraf keharuan dan syaraf tawa bagi pemirsa.

Acara realitas (bahasa Inggris: reality show) adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran. Acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya.

Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang perbaikan kondisi barang kepemilikan seperti perbaikan rumah atau perbaikan mobil (http://id.wikipedia.org/wiki/Reality_show)


(27)

G. Kategorisasi

Roger D. Wimmer dan Joseph R. Dominick (2000:149) menjelaskan bahwa jantung analisis isi adalah system kategorisasi yang digunakan untuk mengklasifikasikan isi media. Penetapan kategori yang tepat akan memperjelas topik penelitian. Kategorisasi dalam penelitian berfungsi untuk mempermudah proses analisis data. Dalam penelitian ini ketegorisasi mencakup semua akting dan dialog yang mengandung kekerasan non verbal dan kekerasan verbal dalam setiap episode untuk dimasukkan dalam coding sheet lalu dianalisis.

Kategorisasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu kekerasan verbal dan non verbal. Berikut penjelasan dari masing-masing kategorisasi:

1. Kategorisasi kekerasan non verbal

Adapun indikator dalam kekerasan non verbal ini adalah sebagai berikut: a. Kekerasan fisik dalam bentuk memukul

b. Kekerasan fisik dalam bentuk menendang

c. Kekerasan fisik dalam bentuk mendorong tubuh seseorang d. Kekerasan fisik dalam bentuk saling tunjuk jari

e. Kekerasan Pelecehan

2. Kategorisasi kekerasan verbal meliputi:

a. Umpatan: Kata-kata kasar yang mencerca,mencaci maki,menjelek-jelekan orang. Seperti : Kurang Ajar !!, Sialan !!, dasar pelacur !!

b. Hiperbol : Ungkapan yang dibesar-besarkan sehingga tidak sesuai dengan sebenarnya. Seperti dalam acara Curhat dengan Anjas

muncul kalimat “ Lo gua lagi jatuh begini terus apa, lo mau ambil bini gua”


(28)

c. Eupimisme: Pengucapan gaya bahasa halus untuk menyindir atau mengkritik dengan nada yang terkesan melecehkan. Dalam hal ini dapat dicontohkan : “Lo bilang lo temen gua, lo temen apaan kalo kayak gitu.”

d. Disfemisme: Mengkasarkan mengeraskan fakta melalui ucapan sehingga maknanya berbeda dari sungguhan. Dalam penelitian ini dapat dicontohkan sebagai berikut : “ 3 tahun lalu aku ngasih kamu sampai keluar negeri kemana keluarga kamu per kepala aku bayar” e. Stigmatisasi. Berikut contoh stigmasi pada acara Curhat dengan

Anjas edisi 13 Agustus 2011: “ Lo mau nusuk gua dari belakang, mending aja gua usuk lo dari depan, lo mau nginjak gua ya mending gua injak lo duluan”

f. Asosiasi Pada Binatang: dialog yang ditujukan kepada manusia tetapi berasosiasi pada binatang. Dapat dicontohkan sebagai berikut: Anjing lo ya !!

H. METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini deskriptif kuantitatif, dimana peneliti menggunakan metode penelitian analisis isi. Karena dengan analisis isi, maka akan lebih sistematik dan bersifat obyektif jika dibandingkan dengan analisis yang lain. Menurut Klaus Krippendoff dalam bukunya “Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi”, sejarah menunjukkan bahwa metodologi analisis isi kali pertama dikenal pada akhir tahun 1600-an di sebuah gereja. Semenjak itu perkembangan historis metodologi analisis isi mulai nampak terungkap dalam studi-studi tentang


(29)

pers, dalam skala besar, penelitian sosiologis dan lingustik, terutama pada media yang meyangkut simbolisasi dan propaganda atas mitos, cerita rakyat dan teka-teki (Krippendorff, 1991:1).

Perluasan rana aplikasi metodologi analisis isi mengarah pada penelitian kuantitatif pada media massa. Rana perluasan aplikasinya tersebut mencakup siaran radio, film dan televisi. Pada fase kedua itu perkembangan intelektual analisis isi dipengaruhi oleh media elektronik yang tidak dapat dianggap sebagai perluasan dari surat kabar dan arena masalah sosial politik yang timbul dan disebabkan oleh media massa elektronik, serta karena munculnya metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial (Krippendorff, 1991:5).

Penggunaan analisis isi dirasakan lebih efektif daripada menggunakan analisis framing, wacana ataupun semiotika. Hal ini disebabkan karena tujuan dalam penelitian ini hanya mencari tahu seberapa besar kemunculan kritik sosial yang ada dalam film. Sehingga dengan menggunakan analisis isi ini sudah mewakili dari tujuan penelitian ini sendiri. Mengingat alasan diatas, pada dasarnya alasan penggunaan analisis isi dalam penelitian ini didasarkan pada keuntungan dan tujuan dari analisis isi tersebut.

Deskripsi tentang analisis isi yang lainnya juga telah dikemukakan oleh Wimmer dan Dominick dalam bukunya yang berjudul Mass Media Research. An Introduction (2000:136-138) adalah sebagai berikut:

a. Menggambarkan isi komunikasi (describing communicatiuon content). b. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testis hypotheses of


(30)

c. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content to the “real-world”).

d. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (assessing the image of particular gtroup in society).

e. Mendukung studi efek media (estabhilising a starting point for studies of media effect).

Metode analis isi yang paling awal dan paling sentral seringkali disebut sebagai analisis isi “tradisional”. Analisis isi diyakini sebagai metode analisis yang menguraikan objektivitas, sistematis, dan kuantitatif dari pengejahwantahan isi komunikasi itu sendiri. Dalam buku Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar menyebutkan bahwa pendekatan dasar dalam menerapkan analisis isi adalah (1) memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi; (2) menetapkan kerangka kategori; (3) memilih satuan analisis; (4) menentukan satuan ukur (5) mengungkap hasil sebagai distribusi menyeluruh atau percontoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian (Mc Quail, 1989:179).

H.2.Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah adegan kekerasan berupa (akting dan dialog) yang mengidentifikasikan kekerasan non verbal dan kekerasan verbal pada episode “Suka Selingkuh” hari selasa tanggal 13 agustus 2009 dengan durasi 35:25 detik dan “Kekerasan Dalam Rumah Tangga” pada hari rabu tanggal 14 agustus 2009 dengan durasi 33:27 detik yang ditayangkan di TPI.


(31)

H.3.Unit Analisis

Unit analisis merupakan elemen penting dalam penelitian analisis isi.unit analisis berupa kata-kata atau simbol tunggal dan sebuah artikel lengkap, berupa karakter, akting, dialog dari seluruh program.

Unit analisis akting semua akting yang mengandung kekerasan. Akting dalam berupa peran atau akting dari para pengisi acara. Akting merupakan segala kegiatan yang dilakukan untuk menokohkan karakter atau membangun cerita lebih hidup.

Unit analisis dialog semua kalimat yang mengarah pada kekerasan verbal yang diucaplan oleh para pengisi acara untuk membangun cerita dalam acara tersebut. Dialog merupakan segala kalimat yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan sebuah karakter.

H.4. Satuan Ukur

Satuan ukur dalam penelitian adalah frekuensi kemunculan dari adegan dan dialog yang mengandung unsur kekerasan tidak diukur durasinya.

H5. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah taknik dokumentasi yang dalam pengumpulan data dilakukan melalui teknik dolumentasi yang diperoleh dengan melihat tayangan cuerhat dengan anjas kemudian direkam menggunakan kaset Mini DV untuk ditransfer kedalam Compact Disc (CD) untuk disusun menjadi sebuah alat penelitian. Data selanjutnya dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding (Cooding Sheet) yang dibuat berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.


(32)

H.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan taknik analisis distribusi frekunsi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Data berupa semua isi pesan kekerasan yang terdapat dalam tayangan curhat dengan anjas untuk dimasukkan kedalam kategori yang telah ditetapkan, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan alat distibusi frekuensi.

H.6. Uji Realibilitas

Dalam penelitian untuk mengetahui keakuratan data yang dihasilkan peneliti menggunakan teknik realibilitas observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh dua orang untuk mencari tingkat persetujuan. Cara yang dilakukan antara lain:

Orang I dan orang II melakukan pengamatan bersama-sama dengan menggunakan sebuah format pengamatan dan diisi bersama-sama. Format isian hanya teriri dari dua kolom yang memuat alternative jawaban ''ya'' dan ''tidak'' agar mencapai tingkat realibilitas yang diisyaratkan perlu dilakukan pendefisian batasan kategori. Memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Untuk menentukan reliabilitas antar koder dapat dihitung dengan formula yang dibuat holsty.

Menurut Dominicks (2000, 155-152) untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus holsty sebagai berikut:

C.R =

2 1

2 N N

M +


(33)

Keterangan:

C.R = Coofisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti dari hasil yang diperoleh


(1)

c. Eupimisme: Pengucapan gaya bahasa halus untuk menyindir atau mengkritik dengan nada yang terkesan melecehkan. Dalam hal ini dapat dicontohkan : “Lo bilang lo temen gua, lo temen apaan kalo kayak gitu.”

d. Disfemisme: Mengkasarkan mengeraskan fakta melalui ucapan sehingga maknanya berbeda dari sungguhan. Dalam penelitian ini dapat dicontohkan sebagai berikut : “ 3 tahun lalu aku ngasih kamu sampai keluar negeri kemana keluarga kamu per kepala aku bayar” e. Stigmatisasi. Berikut contoh stigmasi pada acara Curhat dengan

Anjas edisi 13 Agustus 2011: “ Lo mau nusuk gua dari belakang, mending aja gua usuk lo dari depan, lo mau nginjak gua ya mending gua injak lo duluan”

f. Asosiasi Pada Binatang: dialog yang ditujukan kepada manusia tetapi berasosiasi pada binatang. Dapat dicontohkan sebagai berikut: Anjing lo ya !!

H. METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini deskriptif kuantitatif, dimana peneliti menggunakan metode penelitian analisis isi. Karena dengan analisis isi, maka akan lebih sistematik dan bersifat obyektif jika dibandingkan dengan analisis yang lain. Menurut Klaus Krippendoff dalam bukunya “Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi”, sejarah menunjukkan bahwa metodologi analisis isi kali pertama dikenal pada akhir tahun 1600-an di sebuah gereja. Semenjak itu perkembangan historis metodologi analisis isi mulai nampak terungkap dalam studi-studi tentang


(2)

pers, dalam skala besar, penelitian sosiologis dan lingustik, terutama pada media yang meyangkut simbolisasi dan propaganda atas mitos, cerita rakyat dan teka-teki (Krippendorff, 1991:1).

Perluasan rana aplikasi metodologi analisis isi mengarah pada penelitian kuantitatif pada media massa. Rana perluasan aplikasinya tersebut mencakup siaran radio, film dan televisi. Pada fase kedua itu perkembangan intelektual analisis isi dipengaruhi oleh media elektronik yang tidak dapat dianggap sebagai perluasan dari surat kabar dan arena masalah sosial politik yang timbul dan disebabkan oleh media massa elektronik, serta karena munculnya metode penelitian empiris dalam ilmu-ilmu sosial (Krippendorff, 1991:5).

Penggunaan analisis isi dirasakan lebih efektif daripada menggunakan analisis framing, wacana ataupun semiotika. Hal ini disebabkan karena tujuan dalam penelitian ini hanya mencari tahu seberapa besar kemunculan kritik sosial yang ada dalam film. Sehingga dengan menggunakan analisis isi ini sudah mewakili dari tujuan penelitian ini sendiri. Mengingat alasan diatas, pada dasarnya alasan penggunaan analisis isi dalam penelitian ini didasarkan pada keuntungan dan tujuan dari analisis isi tersebut.

Deskripsi tentang analisis isi yang lainnya juga telah dikemukakan oleh Wimmer dan Dominick dalam bukunya yang berjudul Mass Media Research. An Introduction (2000:136-138) adalah sebagai berikut:

a. Menggambarkan isi komunikasi (describing communicatiuon content). b. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testis hypotheses of


(3)

c. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content to the “real-world”).

d. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (assessing the image of particular gtroup in society).

e. Mendukung studi efek media (estabhilising a starting point for studies of media effect).

Metode analis isi yang paling awal dan paling sentral seringkali disebut sebagai analisis isi “tradisional”. Analisis isi diyakini sebagai metode analisis yang menguraikan objektivitas, sistematis, dan kuantitatif dari pengejahwantahan isi komunikasi itu sendiri. Dalam buku Teori Komunikasi Massa. Suatu Pengantar menyebutkan bahwa pendekatan dasar dalam menerapkan analisis isi adalah (1) memilih contoh (sample) atau keseluruhan isi; (2) menetapkan kerangka kategori; (3) memilih satuan analisis; (4) menentukan satuan ukur (5) mengungkap hasil sebagai distribusi menyeluruh atau percontoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian (Mc Quail, 1989:179).

H.2.Ruang Lingkup Penelitian

Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah adegan kekerasan berupa (akting dan dialog) yang mengidentifikasikan kekerasan non verbal dan kekerasan verbal pada episode “Suka Selingkuh” hari selasa tanggal 13 agustus 2009 dengan durasi 35:25 detik dan “Kekerasan Dalam Rumah Tangga” pada hari rabu tanggal 14 agustus 2009 dengan durasi 33:27 detik yang ditayangkan di TPI.


(4)

H.3.Unit Analisis

Unit analisis merupakan elemen penting dalam penelitian analisis isi.unit analisis berupa kata-kata atau simbol tunggal dan sebuah artikel lengkap, berupa karakter, akting, dialog dari seluruh program.

Unit analisis akting semua akting yang mengandung kekerasan. Akting dalam berupa peran atau akting dari para pengisi acara. Akting merupakan segala kegiatan yang dilakukan untuk menokohkan karakter atau membangun cerita lebih hidup.

Unit analisis dialog semua kalimat yang mengarah pada kekerasan verbal yang diucaplan oleh para pengisi acara untuk membangun cerita dalam acara tersebut. Dialog merupakan segala kalimat yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan sebuah karakter.

H.4. Satuan Ukur

Satuan ukur dalam penelitian adalah frekuensi kemunculan dari adegan dan dialog yang mengandung unsur kekerasan tidak diukur durasinya.

H5. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah taknik dokumentasi yang dalam pengumpulan data dilakukan melalui teknik dolumentasi yang diperoleh dengan melihat tayangan cuerhat dengan anjas kemudian direkam menggunakan kaset Mini DV untuk ditransfer kedalam Compact Disc (CD) untuk disusun menjadi sebuah alat penelitian. Data selanjutnya dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding (Cooding Sheet) yang dibuat berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.


(5)

H.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan taknik analisis distribusi frekunsi. Alat analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Data berupa semua isi pesan kekerasan yang terdapat dalam tayangan curhat dengan anjas untuk dimasukkan kedalam kategori yang telah ditetapkan, kemudian data tersebut dianalisis menggunakan alat distibusi frekuensi.

H.6. Uji Realibilitas

Dalam penelitian untuk mengetahui keakuratan data yang dihasilkan peneliti menggunakan teknik realibilitas observasi (pengamatan) yang dilakukan oleh dua orang untuk mencari tingkat persetujuan. Cara yang dilakukan antara lain:

Orang I dan orang II melakukan pengamatan bersama-sama dengan menggunakan sebuah format pengamatan dan diisi bersama-sama. Format isian hanya teriri dari dua kolom yang memuat alternative jawaban ''ya'' dan ''tidak'' agar mencapai tingkat realibilitas yang diisyaratkan perlu dilakukan pendefisian batasan kategori. Memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Untuk menentukan reliabilitas antar koder dapat dihitung dengan formula yang dibuat holsty.

Menurut Dominicks (2000, 155-152) untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus holsty sebagai berikut:

C.R =

2 1

2 N N

M +


(6)

Keterangan:

C.R = Coofisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkode

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkode dan peneliti dari hasil yang diperoleh