Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA
SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN GEDONGJETIS,
TULUNG, KLATEN

DIYAH YUNINGSIH

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Perencanaan
Lanskap Kawasan Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten
adalah hasil karya saya dengan bimbingan dan arahan dosen pembimbing. Skripsi
ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber data dan infromasi yang diperoleh baik yang diterbitkan atau
tidak diterbitkan telah dicantumkan dalam daftar pustaka.

Bogor, Februari 2012


Penulis

Diyah Yuningsih. A44070004. Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata
Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten. Dibimbing oleh Dr.
Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr.

RINGKASAN

Gedongjetis merupakan salah satu sentra produksi rambutan di Kecamatan
Tulung, Kabupaten Klaten, terletak pada 7°35ꞌ46ꞌꞌLS - 7°36ꞌ31ꞌꞌLS dan
110°37ꞌ07ꞌꞌBT - 110°38ꞌ46ꞌꞌBT. Desa Gedongjetis memiliki luas 161,7 ha dengan
area persawahannya seluas 116,6 ha termasuk di dalamnya kebun rambutan
dengan luas 20 ha. Kebun rambutan di desa Gedongjetis hanya ramai dikunjungi
ketika datang musim panen rambutan. Untuk itu solusi berupa perencanaan
agrowisata yang komprehensif dan imparsial diharapkan mampu menggali dan
mengarahkan potensi kawasan ini. Tujuan penelitian ini adalah menyusun rencana
lanskap kawasan agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung,
Klaten sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana edukasi pertanian padi
sawah, palawija, hortikultura khususnya rambutan, dan tanaman hias agar

kawasan ini dapat menjadi daerah tujuan wisata sepanjang tahun dengan
memanfaatkan potensi tapak yang ada sebagai obyek wisata yang dilengkapi
fasilitas pelayanan wisata dalam suasana pertanian pedesaan.
Penelitian ini mengikuti metode perencanaan Gold (1980) dengan
pendekatan sumberdaya dan aktivitas, dan dibatasi hingga tahap perencanaan.
Tahapan yang dilakukan meliputi inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan.
Pada tahap inventarisasi dikumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian baik
yang primer maupun sekunder. Data yang diperoleh pada tahap inventarisasi
kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi, kendala, dan amenitas yang ada
sehingga dihasilkan peta tematik dan peta analisis tapak. Pemecahan masalah dan
pengembangan potensi diperoleh dengan melihat hasil analisis sehingga
dihasilkan solusi perencanaan berupa konsep perencanaan.
Konsep dasar perencanaan lanskap desa Gedongjetis adalah menjadikan
kawasan penelitian sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata
utamanya kebun rambutan, padi sawah dan palawija dengan menonjolkan karakter

lanskap alami tapak dalam suasana pertanian pedesaan dengan dilengkapi fasilitas
pelayanan

wisata.


Konsep

dasar

pada

perencanaan

desa

Gedongjetis

dikembangkan menjadi konsep ruang dan sirkulasi, konsep vegetasi, serta konsep
fasilitas dan utilitas. Tahap akhir penelitian ini adalah perencanaan lanskap yang
diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan.
Rencana lanskap yang dihasilkan berupa gambar site plan dan dijelaskan
dalam rencana ruang, rencana sirkulsai, rencana vegetasi, rencana fasilitas dan
utilitas, dan rencana daya dukung tapak. Selurah tapak merupakan daerah
pengembangan agrowisata dengan ruang penerimaan dan pelayanan seluas 0,1 ha,

ruang wisata umum 1,4 ha, ruang konservasi 7,2 ha, dan sisanya adalah
persawahan dan permukiman. Kegiatan wisata yang dikembangkan pada tapak
dibedakan menjadi dua, yakni kegiatan wisata pertanian dan kegiatan wisata non
pertanian. Kegiatan wisata pertanian yang dikembangkan adalah menikmati obyek
wisata tanaman rambutan, padi, dan palawija beserta mengikuti kegiatan
budidayanya, serta mengenal ikan konsumsi dan belajar pemijahan. Wisata non
pertanian yang direncanakan adalah belajar kerajinan anyaman lidi, menikmati
pemandangan, piknik, bermain, outbound, photo hunting, dan berolahraga.
Rencana sirkulasi yang dikembangkan pada tapak terdiri atas sirkulasi
primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama dalam
tapak yang menghubungkan akses masuk tapak dengan obyek wisata di dalam
tapak. Sirkulasi sekunder dikembangkan di dalam setiap obyek yang ada. Rencana
vegetasi pada tapak dibagi menjadi vegetasi konservasi, vegetasi pengarah,
vegetasi penyangga, dan vegetasi estetika. Fasilitas yang direncanakan adalah
pintu masuk, loket tiket, ruang informasi dan ruang pengelola, tempat parkir
kendaraan, pos keamanan, mushola, kantin, toilet, sawah demo budidaya, dan
kolam demo budidaya ikan. Utilitas yang direncanakan adalah penyediaan air
bersih yang dipenuhi dari sumur bor, dan suplai aliran listrik yang dipenuhi dari
PLN Cabang Tulung. Daya dukung tapak dalam menampung wisatawan adalah
522 orang dalam satu kali kunjungan.


© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras mengutip sebagian atau keseluruhan karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya diperuntukkan
bagi kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut
tidak merugikan kepentingan Institut Pertanian Bogor. Dilarang mengumumkan
dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan karya tulis ini dalam bentuk
apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA
SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN, GEDONGJETIS, TULUNG, KLATEN

DIYAH YUNINGSIH

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Di Departemen Arsitektur Lanskap

Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul

: Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi
Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten

Nama

: Diyah Yuningsih

NRP

: A44070004


Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr
NIP. 19620118 198601 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
NIP. 19480912 197412 2 001

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Nosutan, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten,

Provinsi Jawa Tengah tanggal 11 Juni 1989. Penulis adalah anak kandung nomor
dua dari tiga bersaudara dari pasangan Sutoto (bapak) dan Marsiyam (ibu).
Penulis menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah
menengah atas di Kabupaten Klaten. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan tahun
2001 di SD Negeri 2 Cawas. Pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan
di SMP Negeri 1 Cawas tahun 2004. Sekolah menengah umum diselesaikan pada
tahun 2007 di SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Setelah lulus SMA, penulis
melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Arsitektur Lanskap,
Fakultas Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) masuk
pada tahun 2007.
Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis mengikuti
beberapa kegiatan di luar perkuliahan yang terdapat di kampus. Tahun 2008-2010
penulis mengikuti organisasi Bapan Pengawas Himpunan Mahasiswa Arsitektur
Lanskap (BP HIMASKAP). Di samping aktif dalam organisasi yang terdapat di
dalam kampus, penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA)
yaitu Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK). Penulis aktif dalam kegiatan KMK
sejak masuk IPB hingga tahun 2010. Selain itu, dalam mengikuti perkuliahan di
IPB, penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa
Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. KKP merupakan salah satu mata
kuliah wajib bagi mahasiswa yang dilaksanakan di luar kampus, yakni dengan

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah kepada masyarakat
selama kurang lebih 2 bulan.
Penulis juga turut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang
diselenggarakan di kampus, antara lain panitia Masa Perkenalan Departemen
Arsitektur Lanskap (MPD ARL) dan panitia fieldtrip departemen Arsitektur
Lanskap angkatan 45 tahun 2009 sebagai penanggung jawab kelompok (PJK),
panitia JAVA CUP (lomba futsal antar OMDA se-Jawa) yang diadakan Keluarga
Mahasiswa Klaten sebagai staf divisi acara.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga
skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi
Rambutan di Gedongjetis, Tulung, Klaten berhasil diselesaikan. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Departemen Arsitektur Lanskap Program Sarjana, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1.

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan memberi arahan dengan sabar dan penuh dukungan
selama penyusunan skripsi.

2.

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik atas
bimbingan dan arahannya selama penulis menjalani kuliah di Departemen
Arsitektur Lanskap IPB.

3.

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku
dosen penguji yang telah memberi saran, kritik dan masukan demi
perbaikan skripsi menjadi lebih baik lagi.

4.

BAPPEDA Kabupaten Klaten yang telah memberi ijin lokasi untuk
penelitian, Dinas Pertanian Klaten, Dinas Pekerjaan Umum Klaten,
Kecamatan Tulung, Kelurahan Gedongjetis, dan seluruh warga Gedongjetis

yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi.

5.

Bapak, Ibu, Mbak Helly, Mas Yusuf, keponakanku Rosyid, adikku Royan,
sepupuku Galuh dan Lia serta seluruh keluarga dan saudara atas dukungan
moril materiil serta kasih sayangnya kepada penulis.

6.

Iis atas bantuannya selama pengambilan data, Rini, Dewi, dan Fika atas
bantuan dan sarannya dalam penyusunan skripsi, serta teman-teman
ARL’44 yang telah memberi dukungan dan bantuannya selama penyusunan
skripsi ini.

7.

‘Atiq, Vinda, Inda, dan teman-teman KMK’44 atas kebersamaan, bantuan,
dukungan dan dorongan semangat kepada penulis selama menjalani kuliah
di IPB.

8.

Mas Donny atas motivasi, bantuan dan nasihat yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.

9.

Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi
pemerintah Kabupaten Klaten untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di
Kabupaten Klaten.

Bogor, Februari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang

........................................................................................ 1

1.2 Tujuan ......................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ....................................................................................................... 3
1.4 Kerangka Berpikir ..................................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 5
2.1 Perencanaan Lanskap ................................................................................ 5
2.2 Rekreasi dan Wisata .................................................................................. 6
2.3 Agrowisata ................................................................................................ 8
2.4 Produksi Rambutan ................................................................................... 10
BAB III. BAHAN DAN METODE ................................................................... 15
3.1 Lokasi dan Waktu ....................................................................................... 15
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................................ 15
3.3 Metode ........................................................................................................ 16
3.4 Batasan Studi .............................................................................................. 19
BAB IV. KONDISI UMUM .............................................................................. 21
4.1 Aspek Fisik ............................................................................................... 21
4.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian ......................... 21
4.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan ............................ 24
4.1.3 Hidrologi dan Drainase ................................................................. 24
4.1.4 Geologi dan Jenis Tanah ............................................................... 26
4.1.5 Iklim .............................................................................................. 27
4.1.6 Vegetasi dan Satwa ....................................................................... 30
4.1.7 Tata Guna Lahan ........................................................................... 31
4.1.8 Visual dan Akustik ........................................................................ 34
4.1.9 Sirkulasi, Fasilitas, dan Utilitas ..................................................... 35

xii

4.2 Aspek Sosial .............................................................................................. 37
4.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ........................................... 37
4.2.2 Data Pengunjung ........................................................................... 40
4.2.2.1 Identitas Pengunjung ....................................................... 40
4.2.2.2 Aktivitas Pengunjung ...................................................... 41
4.2.2.3 Persepsi Pengunjung ....................................................... 42
4.2.2.4 Preferensi Pengunjung .................................................... 43
BAB V. ANALISIS DAN SINTESIS ................................................................ 46
5.1 Aspek Fisik ............................................................................................... 46
5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian ......................... 46
5.1.2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan ............................ 50
5.1.3 Hidrologi dan Drainase ................................................................. 50
5.1.4 Geologi dan Jenis Tanah ............................................................... 51
5.1.5 Iklim .............................................................................................. 51
5.1.6 Vegetasi dan Satwa ....................................................................... 54
5.1.7 Tata Guna Lahan ........................................................................... 56
5.1.8 Visual dan Akustik ........................................................................ 56
5.1.9 Fasilitas, dan Utilitas ..................................................................... 59
5.2 Aspek Sosial .............................................................................................. 59
5.2.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ........................................... 59
5.2.2 Pengunjung .................................................................................... 60
5.3 Analisis - Sintesis ...................................................................................... 60
5.4 Program Ruang ......................................................................................... 64
BAB VI. KONSEP DAN PERENCANAAN .................................................... 67
6.1 Konsep Dasar ............................................................................................ 67
6.2 Konsep Pengembangan ............................................................................. 68
6.2.1 Konsep Ruang dan Sirkulasi ......................................................... 68
6.2.2 Konsep Wisata ............................................................................... 69
6.2.3 Konsep Fasilitas dan Utilitas ......................................................... 69
6.2.4 Konsep Vegetasi ............................................................................ 72
6.3 Perencanaan Lanskap ................................................................................ 74
6.3.1 Rencana Ruang .............................................................................. 74

xiii

6.3.2 Rencana Sirkulasi .......................................................................... 76
6.3.3 Rencana Vegetasi .......................................................................... 76
6.3.4 Rencana Aktivitas Wisata ............................................................. 79
6.3.5 Rencana Fasilitas dan Utilitas ......................................................... 80
6.3.6 Rencana Daya Dukung ................................................................... 85
BAB VII. PENUTUP ......................................................................................... 86
7.1 Kesimpulan ............................................................................................... 86
7.2 Saran

......................................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

DAFTAR TABEL

Halaman
1.

Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian ................ 18

2.

Land Use Desa Gedongjetis Berdasar RTRW Kabupaten Klaten .............. 31

3.

Penutupan Lahan Desa Gedongjetis Berdasarkan Survey Lapang ............. 31

4.

Sarana yang terdapat di Desa Gedongjetis .................................................. 37

5.

Hewan Ternak yang Dibudidayakan di Desa Gedongjetis ......................... 39

6.

Identitas Pengunjung dari Hasil Kuisioner ................................................. 41

7.

Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Kuisioner ............................................ 42

8.

Persepsi Pengunjung ................................................................................... 44

9.

Preferensi Pengunjung ................................................................................ 45

10. Analisis dan Sintesis Tapak ........................................................................ 61
11. Standar Kesesuaian Ruang .......................................................................... 65
12. Pengembangan Program Ruang pada Tapak .............................................. 65
13. Rencana Pembagian Ruang ......................................................................... 74
14. Rencana Sirkulasi ........................................................................................ 76
15. Rencana Vegetasi ........................................................................................ 79
16. Rencana Fasilitas ........................................................................................ 80

DAFTAR GAMBAR

1.

Halaman
Kerangka Berpikir ....................................................................................... 4

2.

Lokasi Penelitian ......................................................................................... 15

3.

Metode Perencanaan ................................................................................... 20

4.

Peta Batas Tapak Penelitian ........................................................................ 22

5.

Peta Aksessibilitas Tapak ........................................................................... 23

6.

Peta Topografi ............................................................................................. 25

7.

Saluran Drainase untuk Irigasi .................................................................... 26

8.

Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis ....................................................... 28

9.

Grafik Hari Hujan Desa Gedongjetis .......................................................... 28

10. Grafik Suhu Rata-rata Desa Gedongjetis .................................................... 29
11. Grafik Kelembaban Rata-rata Desa Gedongjetis ........................................ 29
12. Grafik Kecepatan Angin Rata-rata Desa Gedongjetis ................................ 30
13. Peta Penutupan Lahan ................................................................................. 32
14. Peta Tata Guna Lahan ................................................................................. 33
15. View Kebun Rambutan di Desa Gedongjetis ............................................. 34
16. Akses Menuju Tapak dan Gerbang Desa .................................................... 36
17. Beberapa Kerusakan Jalan Menuju Tapak .................................................. 36
18. Akses Dalam Tapak ................................................................................... 37
19. Peta Fasilitas dan Utilitas ............................................................................ 38
20. Peta Analisis Aksessibilitas ....................................................................... 47
21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten ..................................... 48
22. Peta Analisis Kemiringan Lahan ................................................................ 49
23. Peta Analisis Hidrologi ............................................................................... 52
24. Peta Analisis Vegetasi ................................................................................. 55
25. Peta Analisis Tata Guna Lahan ................................................................... 57
26. Peta Analisis Visual .................................................................................... 58
27. Peta Komposit ............................................................................................. 66
28. Konsep Ruang ............................................................................................. 70
29. Konsep Sirkulasi ......................................................................................... 71
30. Konsep Vegetasi ......................................................................................... 73

xvi

31. Block Plan ................................................................................................... 75
32. Site Plan ...................................................................................................... 82
33. Site Plan Kolam Demo Budidaya dan Sawah Demo Budidaya .................. 83
34. Site Plan Saung Anyaman dan Pusat Hasil Produksi Pertanian ................. 84

LAMPIRAN

Halaman
1.

Kuisioner ..................................................................................................... 91

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia sebagai suatu negara yang memiliki keindahan alam yang

menyebabkan Indonesia menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Jumlah
wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
mengalami kenaikan. Wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada
periode Januari-Mei 2010 mencapai 2.770.000 orang mengalami kenaikan 14,59%
dibandingkan jumlah wisatawan pada periode yang sama pada tahun 2009 yang
berjumlah 2.410.000 orang (BPS Pusat, 2010). Meningkatnya jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Indonesia memberikan peluang bagi perkembangan wisata di
Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan wisata
tersebut adalah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS
Kabupaten Klaten (2010), jumlah pengunjung yang berwisata di Kabupaten
Klaten pada tahun 2010 adalah 347.565 orang yang mengalami peningkatan
35,52% jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada tahun 2009 yang
sejumlah 256.463 orang.
Salah satu keindahan alam Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan
adalah keindahan bentang alam Indonesia yang kebanyakan berupa sawah dan
hutan. Areal persawahan Indonesia yang luas dengan topografi yang beragam
memberikan keindahan yang mampu dijadikan sebagai potensi wisata alternatif
yang dapat mendatangkan devisa. Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan
wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan
pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya
seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil
panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan pengunjung dapat
membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh (Arifin, 1992).
Pada kenyataannya potensi wisata yang ada belum berkembang secara
maksimal. Masalah yang sering terjadi pada tapak adalah terjadinya alih guna
lahan dan pengaruh perubahan cuaca. Gejala masalah alih guna lahan adalah isu
tata guna lahan yang dapat disebabkan oleh terjadinya perpindahan penduduk ke

2

kota, penghasilan yang rendah, peluang/kesempatan kerja, kesehatan dan nutrisi
yang buruk, produksi subsisten yang tidak sesuai, terjadi degradasi lahan, dan
erosi serta banjir di lahan pertanian (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Selain
gejala alih guna lahan, kegiatan pertanian yang tidak stabil karena dipengaruhi
oleh cuaca juga berpengaruh dalam pengembangan agrowisata. Pengaruh cuaca
dalam pengembangan agrowisata menyebabkan kawasan agrowisata hanya
menjadi obyek pilihan pengunjung pada musim tertentu. Salah satu contohnya
adalah Desa Gedongjetis dengan tanaman rambutan sebagai unggulan
agrowisatanya.
Kawasan

Gedongjetis

dengan

luas

161,7

ha

berpotensi

untuk

dikembangkannya suatu agrowisata karena memiliki keunikan tersendiri. Hal ini
karena agrowisata kebun buah tersebut memberikan pelayanan yang sangat
menyenangkan. Pengunjung bisa dengan sesuka hati memetik sendiri buah
rambutannya. Disinilah keunggulan yang ada, ketika pengunjung sudah merasa
puas memetik buah rambutan sesuai keinginan, baru kemudian ditimbang dengan
harga rata-rata per kilogramnnya yang sangat terjangkau. Dan tentunya
pengunjung juga boleh mencicipi rambutan masak di kebun tersebut
(www.pariwisataklaten.com).
Tanaman rambutan sangat sensitif terhadap perubahan cuaca seperti yang
terjadi akhir-akhir ini, cuaca berubah-ubah tidak menentu dan berpengaruh
terhadap proses pembungaan dan pembuahan rambutan. Adanya perubahan cuaca
ini berpengaruh terhadap kondisi pariwisata desa tersebut, karena kawasan
pertanian seperti sentra rambutan di Gedongjetis hanya ramai dikunjungi ketika
datang musim panen rambutan. Ketika tanaman rambutan telah berhenti berbuah,
daerah ini akan sepi pengunjung. Hal ini dikarenakan di Gedongjetis belum tertata
menjadi kawasan wisata yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke
daerah tersebut. Di samping itu, berkembangnya sarana rekreasi buatan
mengalihkan perhatian masyarakat terhadap rekreasi alam termasuk agrowisata.
Solusi berupa perencanaan agrowisata yang komprehensif setidaknya akan
mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan ini. Nantinya tapak tidak
hanya dikembangkan untuk kegiatan produksi tetapi juga mempunyai nilai jual
pada sektor wisata. Imbasnya, pendapatan petani semakin meningkat sehingga

3

dapat mempertahankan dan terus memberdayakan lahannya serta dapat menjadi
salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran.

1.2

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap kawasan

agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten sebagai
tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana edukasi pertanian padi sawah, palawija,
hortikultura khususnya rambutan, tanaman hias, dan perikanan agar kawasan ini
dapat menjadi daerah tujuan wisata sepanjang tahun dengan memanfaatkan
potensi tapak yang ada sebagai obyek wisata yang dilengkapi fasilitas pelayanan
wisata dalam suasana pertanian pedesaan. Lanskap agrowisata ini direncanakan
agar berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan, dan secara tidak langsung
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan.

1.3

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan rencana pengembangan

agrowisata oleh pemerintah setempat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam usaha pelestarian pertanian lokal.

1.4

Kerangka Berpikir
Desa Gedongjetis merupakan salah satu sentra produksi rambutan di

Kabupaten Klaten yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan
agrowisata. Potensi pada tapak yang digunakan pada penelitian ini adalah potensi
pengunjung, potensi tanaman pangan dan tanaman rambutan, potensi infrastruktur
serta potensi masyarakat. Potensi tersebut kemudian dilakukan proses analisis
sintesis yang menghasilkan rekomendasi pengembangan kawasan agrowisata yang
dituangkan dalam bentuk konsep dasar yang dikembangkan menjadi konsep
ruang, konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan utilitas, serta konsep vegetasi.
Pengembangan konsep ini menghasilkan gambar block plan yang diolah lebih
lanjut menjadi rencana lanskap dan gambar site plan sebagai hasil akhir dari
penelitian ini, sehingga terwujud suatu lanskap kawasan agrowisata dengan

4

tanaman rambutan sebagai unggulannya di Desa Gedongjetis, Kabupaten Klaten.
Gambaran kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan

menginterpretasikan data, memproyeksikan masa depan, mengidentifikasi
masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalahmasalah tersebut (Knudson, 1980). Perencanaan merupakan urutan-urutan
pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan yang tersusun sedemikian rupa
sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, akan mempengaruhi bagian
lainnya (Simonds, 1983). Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat
yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan
cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat
dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain:
1.

Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas
rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi
sumberdaya.

2.

Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas
berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan
kemungkinan yang dapat dilakukan pada masa mendatang.

3.

Pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan
aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.

4.

Pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan
pertimbangan perilaku manusia.
Menurut Laurie (1994), perencanaan tapak merupakan bentuk pendekatan

ke masa depan terhadap suatu lahan yang diikuti imajinasi dan kepekaan terhadap
analisis tapak. Untuk menghasilkan rencana dan rancangan area rekreasi yang
baik, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, dipelajari, dan dianalisis.
Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
potensi dan kendala tersedia, potensi pengunjung, kebijakan dan peraturan yang
terkait dengan sumberdaya dan penggunanya, alternatif dan dampak dari
perencanaan dan pelaksanaan ulang yang dilakukan, dan pemantauan hasil

6

perencanaan dan perancangan. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami prinsip
dasar dalam perencanaan. Menurut Gold (1980), prinsip umum dalam
perencanaan terutama perencanaan suatu kawasan rekreasi adalah:
1.

Semua orang harus melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi.

2.

Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi
yang lain untuk menghindari duplikasi.

3.

Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan,
pendidikan, dan transportasi.

4.

Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang
akan datang.

5.

Fasilitas

dan

program-programnya

secara

finansial

harus

dapat

dilaksanakan.
6.

Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan.

7.

Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan
evaluasi.

8.

Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi.

9.

Terlebih dahulu harus ada lahan yang akan dikembangkan menjadi taman
atau tempat wisata.

10.

Fasilitas-fasilitas yang ada harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin
dalam menyediakan tempat yang sebaik-baiknya demi kenyamanan,
keamanan, dan kebahagiaan pengunjung.
Perencanaan lanskap kawasan wisata alam merupakan suatu perencanaan

yang menyesuaikan dengan bentuk program rekreasi yang menjaga kelestarian
suatu lanskap. Program wisata alam dibuat untuk menciptakan lingkungan fisik
luar atau bentang alam yang dapat mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi
manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan kenyamanannya, dimana
proses perencanaan dimulai dari pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan
manusianya dalam menggunakan tapak untuk kawasan wisata (Knudson, 1980).

2.2

Rekreasi dan Wisata
Rekreasi merupakan apa yang terjadi yang berhubungan dengan kepuasan

diri dari sebuah pengalaman (Gold, 1980). Selanjutnya, menurut Douglass (1992),

7

rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan dan konstruktif serta menambah
pengetahuan dan pengalaman mental dari sumberdaya alam dalam ruang dan
waktu yang terluang. Dilihat dari sudut tempat kegiatan rekreasi dilakukan,
terdapat rekreasi di dalam ruangan dan rekreasi di luar ruangan. Rekreasi di luar
ruangan termasuk di dalamnya rekreasi alam. Rekreasi alam terbuka merupakan
suatu kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi adanya bangunan, yang
berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya
alam seperti air, hujan, pemandangan alam, atau kehidupan bebas.
Rekreasi menuntut pilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok,
baik yang aktif maupun pasif (Gold, 1980). Aktivitas rekreasi terjadi pada
berbagai tingkatan umur manusia, ditentukan elemen waktu, kondisi dan sikap
manusia serta situasi lingkungan. Rekreasi aktif lebih berorientasi pada manfaat
fisik dan pelakunya aktif secara fisik. Sedangkan rekreasi pasif lebih berorientasi
pada mental. Pada praktiknya, kegiatan rekreasi dapat berupa aktivitas berenang,
memancing, berperahu, berpiknik, jogging, berkemah, mendaki gunung, dan
sebagainya.
Pariwisata adalah industri yang berkaitan dengan perjalanan untuk
mendapatkan rekreasi. Menurut Adisasmita (2010) pariwisata meliputi berbagai
jenis karena beragamnya keperluan dan motif perjalanan wisata, misalnya
pariwisata pantai, pariwisata etnik, pariwisata agro, pariwisata perkotaan,
pariwisata sosial dan pariwisata alternatif. Dan menurut Soemarno (2008),
pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke
tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan.
Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya.
Selanjutnya sebagai sektor yang komplek juga meliputi industri-industri klasik
yang sebenarnya seperti industri kerajinan dan cinderamata, penginapan dan
transportasi, secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. Hakekat pariwisata
dapat dirumuskan sebagai seluruh kegiatan wisatawan dalam

perjalanan dan

persinggahan sementara dengan motivasi yang beraneka ragam sehingga
menimbulkan permintaan barang dan jasa.

8

Kawasan yang ditunjuk sebagai obyek wisata alam harus mengandung
potensi daya tarik alam, baik flora, fauna beserta ekosistemnya, formasi geologi,
dan gejala alam. Kawasan yang demikian nantinya mampu mendukung
pengembangan selanjutnya sesuai dengan fungsi dan memenuhi motivasi
pengunjung. Motivasi pengunjung pada hakekatnya akan timbul karena 5
kelompok kebutuhan (Soemarno, 2008), yaitu :
1.

adanya daya tarik,

2.

angkutan dan jasa kemudahan yang melancarkan perjalanan,

3.

perjalanan,

4.

akomodasi, serta

5.

makanan dan minuman.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengembangan

pariwisata menurut Soemarno (2008) adalah :
1.

tersedianya obyek dan atraksi wisata, yaitu segala sesuatu yang menjadi
daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu kawasan wisata, misalnya
keindahan alam kebun buah-buahan, taman teknologi, tata cara produksi,
adat istiadat masyarakat, festival tradisional produk buah,

2.

adanya fasilitas aksesibilitas, yaitu sarana dan prasarana perhubungan
dengan segala fasilitasnya, sehingga memungkinkan para wisatawan dapat
mengunjungi suatu kawasan wisata tertentu, dan

3.

tersedianya fasilitas amenitas, yaitu sarana kepariwisataan yang dapat
memberi pelayanan pada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang
dilaksanakannya.

2.3

Agrowisata
Agrowisata atau disebut pula wisata agro merupakan suatu perjalanan untuk

meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan
kehutanan yang bertujuan untuk mengajak wisatawan ikut memikirkan
sumberdaya alam dan kelestariannya (Adisasmita, 2010). Wisatawan tinggal
bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan
kehidupan dan kegiatannya. Menurut Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan
Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. 204/KPTS/HK050/4/1989 dan

9

No. KM.47/PW.004/MPPT-89 tanggal 6 April 1989, bahwa wisata agro adalah
suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek
wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan
hubungan usaha dibidang agro yang dilakukan secara terus menerus.
Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996) bahwa agrowisata
merupakan upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi).
Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu
sebagai berikut:
1.

perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah
tempat agrowisata itu berada,

2.

perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin,

3.

perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial
masyarakat sekitar,

4.

perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
sumber dana dan teknik-teknik yang ada, selanjutnya

5.

perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup

dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang
sebagai berikut :
1.

Kebun Raya. Obyek wisata kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman
yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada
wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di
dalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman.

2.

Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman
keras dan tanaman lainnya oleh perkebunan swasta nasional maupun asing,
BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata
perkebunan dapat berupa pra produksi, produksi, dan pasca produksi.

3.

Tanaman pangan dan hortikultura. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan
meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultura yakni bunga,
buah, sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra
panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya
dapat dijadikan obyek agrowisata.

10

4.

Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan
budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan
sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan
serta kegiatan lain, seperti memancing ikan.

5.

Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain
pola beternak, cara tradisonal dalam peternakan serta budidaya hewan
ternak.
Dalam mewujudkan suatu kawasan wisata yang baik harus memperhatikan

daya dukung dari kawasan tersebut. Daya dukung rekreasi menurut Gold (1980)
merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami dari segi fisik dan sosial
untuk dapat mendukung aktivitas rekreasi dan dapat memberikan kualitas
pengalaman rekreasi yang diinginkan.
Adanya

agrowisata

mampu

memberikan

manfaat

sebagai

berikut

(Tirtawinata dan Fachruddin, 1996) :
1.

meningkatkan konservasi lingkungan,

2.

meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam,

3.

memberikan nilai rekreasi,

4.

meningkatkan kegiatan ilmiah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan

5.

mendapatkan keuntungan ekonomi.

2.4

Produksi Rambutan
Rambutan

(Nephellium

lappaceum

L.)

merupakan

tanaman

buah

hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis
yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit merupakan tanaman asli
Indonesia dan Malaysia. Hingga saat ini rambutan telah menyebar luas di daerah
yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan
ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis. Menurut Kalie
(1994), beberapa wilayah di Indonesia bagian barat memiliki ekologi yang sesuai
untuk pertumbuhan rambutan, seperti Jawa, Kalimantan, dan Sumatra yang
memiliki iklim relatif basah sepanjang tahun sehingga merupakan sentra produksi
rambutan. Rambutan dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah

11

hingga daerah dengan ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan
iklim basah merata sepanjang tahun hingga iklim yang memiliki 1-3 bulan kering.
Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan
buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut
dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial
dan nonesensial, vitamin serta zat mineral makro dan mikro yang menyehatkan
keluarga (Anonim, 2000). Selanjutnya menurut Kalie (1994), buah rambutan
memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Buah ini cukup digemari
masyarakat sebagai buah segar maupun buah olahan. Selain buahnya, bagian
tubuh lain dari pohon rambutan dapat bermanfaat. Tunas atau pucuk daun muda
pohon rambutan bermanfaat untuk mengubah warna kain sutra yang telah berubah
kuning menjadi hijau. Akar pohon rambutan dapat menurunkan demam dengan
merebusnya. Kulit batangnya yang keras dan kuat dapat digunakan untuk berbagai
keperluan. Tetapi ada pula masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon
pelindung di pekarangan, sebagai tanaman hias.
Rambutan sebagai tanaman buah dengan banyak manfaat banyak
dibudidayakan masyarakat baik sebagai penghias pekarangan maupun diproduksi
dalam jumlah besar. Berdasarkan data Anonim (2000), terdapat 22 jenis rambutan
baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari
dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis
rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna
kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan di atas hanya beberapa
varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai
ekonomis relatif tinggi, diantaranya:
1.

Rambutan Rapiah. Varietas ini berasal dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi. Kulit berwarna hijaukuning-merah tidak merata dengan berambut agak jarang, daging buah
manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal. Daya
tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.

2.

Rambutan Aceh Lebak Bulus. Pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan
hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon. Kulit buah berwarna merah kuning,

12

halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok. Daya simpan 4
hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.
3.

Rambutan Simacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat
per pohon. Kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut
kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair. Rambutan jenis ini kurang
tahan dalam pengangkutan.

4.

Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di
Indonesia yang berasal dari Binjai, Sumatra Utara. Buahnya cukup besar,
kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan
jarang, serta rasanya manis dengan asam sedikit, hasil buah tidak selebat
aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.

5.

Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai
terutama orang Tionghoa. Rambutan ini memiliki batang yang kuat
sehingga cocok untuk diokulasi. Warna kulit buah merah tua sampai merah
anggur, dengan rambut halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak
berair, lembek dan tidak ngelotok.
Budidaya tanaman rambutan di Indonesia pada umumnya bersifat

pekarangan. Jarak tanamnya tidak beraturan, tindakan agronomis seperti
pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan lainnya
kurang diperhatikan. Kerapatan dan kepadatan tanaman tiap satuan luas cukup
tinggi, mencapai 50-78 tanaman per hektar, sehingga kualitas dan kuantitas
rambutan yang dihasilkan juga sangat beragam. Untuk menghasilkan kuantitas
yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik diperlukan perbaikan dalam
tindakan agronomis (Kalie, 1994).
Rambutan menurut Kalie (1994) termasuk tanaman yang berbunga banyak.
Bunganya dapat berbentuk bunga jantan atau bunga sempurna yang tersusun
dalam suatu malai bunga atau panicula. Malai rambutan terdiri dari satu tangkai
utama dengan panjang 15-20 cm dan memiliki cabang banyak, serta setiap
cabangnya bercabang lagi. Malai tersebut tumbuh pada tunas ujung yang disebut
tunas terminal. Pada malai terdapat bunga kecil-kecil yang tersusun rapat
berjumlah sekitar 50-2.000 bunga. Bunga-bunga ini berwarna hijau kekuningan
serta diselaputi rambut dan tepung halus. Terkadang di bawah malai akan tumbuh

13

tunas samping atau tunas lateral yang kemudian menghasilkan malai bunga yang
lebih kecil. Ketika malai bermunculan dan bermekaran akan memberikan pesona
yang lebih pada pohon rambutan tersebut. Pesona akan semakin bertambah ketika
tajuk pohon mulai dipenuhi dengan buah rambutan yang bergelantungan dengan
warna merah dan oranye yang merona.
Proses pembungaan dan pembuahan pada pohon rambutan lebih lanjut
menurut Kalie (1994) terjadi pada tajuk bagian luar. Pada proses pembungaan,
pohon yang menghasilkan bunga jantan merupakan pohon jantan yang tidak dapat
menghasilkan buah. Dengan kata lain, tanaman rambutan yang dapat
menghasilkan buah adalah pohon yang menghasilkan bunga sempurna.
Pembungaan pohon rambutan terjadi pada penghujung musim kemarau. Iklim
kering selama sekitar sebulan, merupakan kebutuhan awal aktivitas pembentukan
tunas-tunas bunga rambutan. Apabila musim kemarau berkepanjangan, bunga yag
dihasilkan akan berguguran dan apabila terjadi pembuahan, buah yang dihasilkan
bermutu rendah. Bunga sempurna mulai mekar dan masak pada pagi hari dan
masa mekar bunga sempurna cukup singkat, yakni sekitar 1-8 hari. Sehingga
proses penyerbukan pohon rambutan tergolong singkat dan memerlukan perhatian
khusus. Untuk menjamin proses penyerbukan, sebaiknya rambutan yang ditanam
dari beberapa varietas sekaligus dalam satu pertanaman. Penyerbukan pohon
rambutan biasanya dibantu oleh serangga, yaitu lebah madu. Bunga-bunga
rambutan yang telah mekar membutuhkan kelembaban dan air hujan. Akan tetapi
apabila hujan turun terus-menerus, maka bunga-bunga akan berguguran.
Selanjutnya pada masa pertumbuhan pentil buah membutuhkan kelembaban dan
hujan yang kian melebat. Pada saat pertumbuhan buah, kualitas dan intensitas
cahaya merupakan faktor penentu keberhasilan pematangan buah. Cahaya yang
diperlukan berkisar 40-80%. Buah yang terkena cahaya matahari akan lebih cepat
masak berwarna merah menyala. Buah yang telah masak dan berwarna merah
menyala sudah siap panen.
Masa panen buah rambutan terjadi pada musim penghujan. Di Indonesia
masa panen buah rambutan sekitar 2-3 bulan. Setiap wilayah memiliki waktu
panen yang berbeda-beda tergantung dengan letak geografis, suhu dan cahaya
matahari yang berpengaruh pada datangnya musim kering yang berbeda pula.

14

Buah rambutan yang dipanen harus buah yang telah matang di pohon. Apabila
buah dipetik sebelum masak, maka kualitas buah akan menurun. Hal ini karena
setelah dipetik, proses pemasakan buah telah terhenti. Proses respirasi dan
produksi etilen relatif tetap, sehingga proses pemasakan tidak dapat berlanjut.
Buah yang memiliki sifat fisiologis demikian ini disebut buah non klimaterik
(Kalie, 1994).
Cara yang baik untuk menentukan kapan waktu panen yang tepat untuk
buah rambutan menurut Kalie (1994) adalah dengan melihat warna kulit dan
rambut buah. Warna merah kekuningan sampai merah untuk rambutan varietas
berkulit dan berambut merah, serta warna kuning kehijauan hingga kuning untuk
varietas berkulit dan berambut kuning. Selain itu, saat panen juga dapat ditentukan
dari umur buah. Umur buah mulai dari masa pembungaan sampai saat buah siap
dipanen adalah 90-120 hari. Buah-buah yang terdapat dalam satu tangkai masak
secara tidak serempak. Sehingga pemetikan sebaiknya dilakukan bertahap agar
kualitas buah dapat terjaga. Buah yang telah dipetik sebaiknya dihindarkan dari
paparan sinar matahari langsung. Buah rambutan yang telah dipanen tidak tahan
lama, hanya tahan 1-2 hari. Setelah dua hari, rambut akan berubah warna menjadi
coklat dan lama kelamaan menghitam. Meski daging buahnya masih terasa enak
tetapi buah sudah tidak laku dipasaran.
Buah rambutan yang telah dipanen dapat segar lebih lama dengan
penyimpanan pada suhu 8,9-11,1°C dengan kelembaban nisbi 90-95%.
Penyimpanan rambutan dengan suhu dingin ini akan bertahan hingga 12 hari
masih terlihat segar. Penyimpanan rambutan pada suhu lebih rendah dari 8,9°C
akan menyebabkan kerusakan fisiologis, yakni kulit dan rambut buah berubah
warna menjadi lebih gelap. Buah rambutan selama ini lebih banyak dinikmati
dengan dimakan langsung ketika masih segar. Selain dimakan langsung, rambutan
dapat diolah menjadi buah kalengan dan manisan buah untuk memperpanjang
masa penyimpanan (Kalie, 1994).

BAB III
BAHAN DAN METO