Characteristic of Catchment Habitat and Demographic Parameter of Harvested Population of Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) in Central Kalimantan Province

KARAKTERISTIK HABITAT TANGKAP DAN PARAMETER
DEMOGRAFI POPULASI PANENAN LABI-LABI
Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) DI PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH

MIRTA SARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
 
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Karakteristik Habitat Tangkap dan
Parameter Demografi Populasi Panenan Labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert
1770) di Provinsi Kalimantan Tengah adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
 
Bogor, Oktober 2012
Mirta Sari
NRP. E353100085 

 
 

ABSTRACT
MIRTA SARI. Characteristic of Catchment Habitat and Demographic Parameter
of Harvested Population of Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) in Central
Kalimantan Province. Under Direction of YANTO SANTOSA and LILIK BUDI
PRASETYO.
Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) is one of harvested turtle species in
Indonesia, mainly for consumption purpose in oriental countries. In order to
prevent over-exploitation and the declining of the population, harvesting has been
limited by quota. However, there is still too few supporting data, that can be used
as a basis to determine the quota. The research was aimed to identify
characteristics of catchment habitat, and also the demography and morphometric

parameters of A. cartilaginea in Central Kalimantan Province. The result showed
that harvested population of A. cartilaginea was dominated by adult females
within the range weight of 3 – 5 kilograms of body mass. Two statistical tests
were applied to describe the characteristic of catchment habitat of A. cartileginea
in Central Kalimantan. Chi-square test on the types of land cover suggested that A.
cartileginea catchment habitat had a specific condition. Index Neu showed that
the catchment habitat were swamp and river (w=10,17; w=6,28 respectively).
Binary logistic regression was used to construct a model which explained the
dominant variables influencing the number of A. cartileginea at a certain point of
habitat. There were four biophysical variables that significantly drove the number
of catchment of A. cartileginea, and all were negatively correlated with number of
catchment.
Keywords : Amyda cartilaginea, demographyc parameters, morphometric
parameters, habitat characteristics, habitat usage, catchment habitat.

 
 

 
 


RINGKASAN
MIRTA SARI. Karakteristik Habitat Tangkap dan Parameter Demografi Populasi
Panenan Labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) di Provinsi Kalimantan
Tengah. Dibawah bimbingan YANTO SANTOSA and LILIK BUDI
PRASETYO.
Saat ini ancaman yang mempengaruhi keberadaan labi-labi di alam adalah
perdagangan secara lokal dan internasional. Kuota tangkap diberlakukan pada
spesies ini untuk mengantisipasi terjadinya eksploitasi berlebihan dan menjamin
perdagangan yang dilakukan tidak merusak populasi labi-labi di habitat alam.
Kuota tangkap labi-labi di Kalimantan Tengah sejak tahun 2007-2011 meningkat
dari 1.000 ekor menjadi 1.500 ekor per tahun (BKSDA Kalteng 2012). Padahal,
informasi dasar mengenai parameter demografi populasi dan biologi jenis ini
belum diketahui. Penelitian yang menyajikan data mengenai habitat, populasi dan
pemanenan jenis ini menjadi sangat penting dilakukan untuk dapat ditentukan
upaya pengelolaan yang sesuai guna mengantisipasi terjadinya eksploitasi
berlebihan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik habitat tangkap
yang berpengaruh penting terhadap keberadaan labi-labi panenan dan menentukan
sebaran penggunaan habitat oleh labi-labi panenan di Kalimantan Tengah;

menduga ukuran populasi, nisbah kelamin, kelas umur dan angka kematian
populasi sebagai bagian dari parameter demografi populasi panenan labi-labi di
Kalimantan Tengah; dan mengidentifikasi karakteristik morfometri populasi
panenan labi-labi di Kalimantan Tengah.
Pengumpulan data karakteristik habitat tangkap dilakukan di 4 lokasi
penangkapan labi-labi. Data parameter demografi diperoleh dari 11 pemancing di
lokasi tangkap Kecamatan Bukit Batu Kota Palangkaraya dan 3 pengumpul di
Kota Palangkaraya (1 pengumpul), dan Kabupaten Seruyan (2 pengumpul).
Pengukuran parameter morfometri dilakukan terhadap 445 ekor labi-labi, terdiri
dari 60 ekor hasil tangkapan dan 385 ekor labi-labi di pengumpul. Penelitian
dilakukan selama bulan April s.d Mei 2012.
Habitat tangkap labi-labi di Kalimantan Tengah terdiri dari beberapa tipe
yaitu sungai, danau, rawa, dan kanal. Berdasarkan pengukuran, diperkirakan
panjang sungai yang menjadi habitat tangkap memiliki total panjang 574,28 km
yang meliputi kelompok anak sungai Kahayan, anak sungai Katingan, anak sungai
Mentaya dan anak sungai Seruyan. Sungai yang menjadi target tempat memancing
memiliki berbagai variasi kedalaman mulai dari 0,5-7,5 meter, dasar sungai
berlumpur hingga berpasir dan banyak dihuni hewan air (molusca, ikan, crustacea
dll) serta permukaan air yang terdapat banyak tumbuhan air seperti eceng gondok
(Eichornia crassipes), bakung (Hanguana malayana) dan Hydrilla verticillata.

Kawasan pinggir sungai dengan cekungan-cekungan yang dalam biasanya
terdapat di bawah vegetasi pohon maupun jenis-jenis herba.
Karakteristik habitat tangkap yang berpengaruh signifikan terhadap labi-labi
panenan adalah kecepatan arus, suhu udara, suhu air dan ketinggian
tempat/elevasi. Tipe tutupan lahan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi sebaran pemanfaatan oleh labi-labi panenan pada suatu habitat,

 
 

dan sungai merupakan tipe habitat yang paling banyak dimanfaatkan labi-labi
karena produktifitasnya yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan sumber
pakannya.
Populasi panenan labi-labi di Kalimantan Tengah dilakukan pada kelas
umur remaja, dewasa muda dan dewasa yang didominasi oleh kelas umur dewasa
(97,98%) dan terbanyak adalah betina dewasa dengan seks rasio 1:1,47. adanya
preferensi pada kelas umur dewasa dapat memberikan implikasi negatif terhadap
populasi labi-labi di alam dan juga pemanfaatan di masa mendatang. Angka
kematian pada populasi panenan di seluruh pemancing adalah sebesar 1,67% dari
total populasi sebesar 60 ekor. Kematian yang terjadi disebabkan oleh luka akibat

bekas pemancingan Kematian terjadi pada labi-labi dewasa dan tidak ada pada
kelas umur tukik.
Pengukuran morfometri pada tingkat pemancing dan pengumpul
menunjukkan bahwa labi-labi panenan di Kalimantan Tengah terbanyak pada
bobot 3-5 kg yang termasuk dalam kelas umur dewasa. Keberhasilan reproduksi
sangat menentukan perkembangan populasi. Reproduksi merupakan faktor
penentu dalam memelihara keseimbangan populasi maupun untuk meningkatkan
jumlah satwaliar. Umur reproduksi optimal labi-labi diasumsikan berkisar pada
bobot antara 5,1 kg – 15 kg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11,46%
(n=445) labi-labi yang dipanen adalah berumur reproduksi optimal. Dengan
demikian, jika labi-labi umur reproduksi optimal dieksploitasi untuk
diperdagangkan secara terus-menerus dalam jumlah besar maka hal tersebut dapat
memberikan implikasi negatif terhadap populasi labi-labi di alam dan juga
pemanfaatan di masa mendatang. Upaya pemanfaatan sumberdaya labi-labi yang
berkelanjutan memerlukan dukungan dan kerjasama yang baik antara komponen
yang terlibat langsung di lapangan yaitu pemanfaatan (pemancing; pengumpul),
perijinan dan pengawasan.
Kata kunci:
morfometri.


 
 

Amyda cartilaginea, karakteristik habitat, parameter demografi,

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah;
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan wajar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

 
 

KARAKTERISTIK HABITAT TANGKAP DAN PARAMETER

DEMOGRAFI POPULASI PANENAN LABI-LABI
Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) DI PROVINSI
KALIMANTAN TENGAH

MIRTA SARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesi pada
Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
 
 

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc.


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
barokah, rahmah dan hidayah-Nya sehingga pelaksanaan penelitian dan penulisan
tesis ini dapat diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian ini adalah ekologi
kuantitatif dengan judul Karakteristik Habitat Tangkap dan Parameter Demografi
Populasi Panenan Labi-labi Amyda cartilaginea (Boddaert 1770) di Provinsi
Kalimantan Tengah. Penulisan tesis ini merupakan syarat dalam menyelesaikan
studi pada Program Magister Profesi Konservasi Keanekaragaman Hayati,
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA dan Bapak Prof. Dr. Ir. Lilik Budi
Prasetyo, M.Sc. selaku komisi pembimbing atas curahan ilmu, pemikiran,
arahan, kesabaran dan motivasi yang diberikan selama pembimbingan
sehingga penyusunan tesis ini dapat diselesaikan;
2. Bapak Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. selaku penguji luar komisi, untuk
masukan dan saran perbaikan yang diberikan dalam upaya penyempurnaan
penulisan tesis ini;

3. Sekretariat Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
(PHKA) Kementerian Kehutanan, yang telah memberikan kesempatan dan
bantuan beasiswa S2;
4. Bapak Ir. Mega Hariyanto selaku Kepala BKSDA Kalimantan Tengah atas
rekomendasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk dapat
mengikuti beasiswa program pendidikan S2 Kementerian Kehutanan;
5. Bapak Ir. Kholid Indarto dan Ir. Achmad Zaini, M.P selaku Kepala dan
KSBTU BKSDA Kalimantan Tengah yang telah memberikan ijin penelitian,
dukungan berupa bantuan fasilitas dan tenaga selama pelaksanaan penelitian;
6. Bapak Ir. Maraden Purba dan Asosiasi Pengusaha Kura-kura dan Labi-labi
Konsumsi Indonesia (APEKLI) yang telah memberikan informasi dan
bantuan dana penelitian;
7. Rekan-rekan tim survey labi-labi BKSDA Kalimantan Tengah: Amrullah
(mahasiswa Universitas Palangkaraya), Pak Marten, Elly, Mas Ian, Sudir, Pak
Tatang, Dedi, Ipan, Pak Arsud, Pak Nandang, Bu Linda, Horas dan Didik
(DKP Banjarbaru) yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data di
lapangan;
8. Keluarga KKH 2010 : Mbah Komti (Pak Parjoni), Mas Yusuf, Mas Buday,
Pak Ndok, Pak Nyot, Mbak Desi, Hendra, Teguh (ahli IT KKH), dan tim
penyemangat yang takkan terlupakan : Mbak Mina, Mbak Lintang, Mbak

Via, Kaka Lusi, Mbak Imas, Mbak Leni, Septi, Ferdi, Cahyo, dan Kaka
Yarman;
9. Pak Sofwan yang selalu siap sedia membantu kelancaran administrasi
perkuliahan, Bik Um untuk teh dan tumpangan tempat istirahatnya juga Pak
Udin untuk kenyamanan ruang kelas;

10. Kekasih hati Atiq Wicaksana Praja dan ananda tersayang Embun Anindya
Praja atas cinta, doa, dan kerelaan waktu yang terbagi selama penulis
menjalani studi;
11. Emak tersayang Suparni dan Bapak Sugiman, Mbak Dian, Iis, Icha dan
keluarga di Magelang Bapak R. Suprodjo Bintoro, Mbak Wulan dan Tia atas
semangat, dukungan dan doa yang diberikan.
Akhirnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan di tesis ini, maka
hanya penulis yang bertanggungjawab. Kiranya Allah SWT yang memberi
balasan kebaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis dan
akhir kata semoga hasil penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah ini dapat
bermanfaat dalam upaya konservasi.

Bogor, Oktober 2012
Mirta Sari

 
 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungkarang, Bandar Lampung pada tanggal 10
Maret 1981 dari ayah Sugiman dan ibu Suparni. Penulis merupakan putri kedua
dari empat bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bandar Lampung dan pada
tahun yang sama diterima di Universitas Lampung (Unila) melalui jalur UMPTN.
Penulis memilih Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Pertanian dan lulus pada
tahun 2004.
Pada tahun 2004 penulis bergabung sebagai Tim Peneliti Bibit GNRHL
Provinsi Lampung. Tahun 2005-2006 penulis mengikuti program magang
Departemen Kehutanan di Balai Taman Nasional Gunung Palung di Kalimantan
Barat dengan konsentrasi magang Perencanaan Pengembangan Ekowisata di Batu
Barat. Tahun 2005 sampai dengan 2010 penulis bekerja pada Balai Konservasi
Sumberdaya Alam Kalimantan Tengah, sebagai tenaga fungsional umum
Penelaah Bahan Perencanaan. Tahun 2008 penulis tergabung dalam tim ekologi
dan konservasi untuk HCV 1-4 pada studi kajian identifikasi HCVF/A (High
Conservation Value Forest/Area–Kawasan/Hutan Bernilai Konservasi Tinggi)
Secara Lansekap di Kalimantan Tengah bersama WWF-Kalteng. Tahun 2010
penulis memperoleh kesempatan karyasiswa dari Kementerian Kehutanan c.q.
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA)
pada Magister Profesi IPB, Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi pada
Program Studi Konservasi Keanekaragaman Hayati Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian mengenai “Karakteristik Habitat
Tangkap dan Parameter Demografi Populasi Panenan Labi-labi Amyda
Cartilaginea (Boddaert 1770) di Provinsi Kalimantan Tengah” dibimbing Dr. Ir.
Yanto Santosa, DEA sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Lilik
Budi Prasetyo, M.Sc. sebagai Anggota.

 

 

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................
i
DAFTAR TABEL .........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii
I.

PENDAHULUAN ................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1.2 Perumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................

1
1
2
4
4

II.

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Labi-labi ...............................................
2.2 Perilaku ..........................................................................................
2.3 Demografi Populasi ........................................................................
2.3.1 Populasi ...............................................................................
2.3.2 Kerapatan Populasi ..............................................................
2.3.3 Struktur Umur ......................................................................
2.3.4 Nisbah Kelamin ...................................................................
2.4 Habitat dan Penyebaran ..................................................................
2.4.1 Faktor Fisik ..........................................................................
2.4.2 Faktor Biotik ........................................................................
2.4.3 Penyebaran ..........................................................................
2.4.4 Seleksi Habitat .....................................................................
2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG) .................................................
2.6 Pemanenan dan Perdagangan ........................................................
2.6.1 Pemanenan ............................................................................
2.6.2 Alur Perdagangan ................................................................
2.6.3 Harga ...................................................................................

5
5
8
9
9
10
11
12
12
13
15
16
16
18
19
19
20
20

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................
3.1 Provinsi Kalimantan Tengah ..........................................................
3.2 Kota Palangkaraya ..........................................................................
3.3 Kabupaten Katingan .......................................................................
3.4 Kabupaten Kotawaringin Timur ....................................................
3.5 Kabupaten Seruyan ........................................................................

23
23
27
28
28
29

IV.

31
31
31
32
32
32
32
32

METODE PENELITIAN .................................................................
4.1 Lokasi dan Waktu ............................................................................
4.2 Peralatan ..........................................................................................
4.3 Metode Pengumpulan Data .............................................................
4.3.1 Studi Literatur .......................................................................
4.3.2 Pengamatan Langsung ...........................................................
4.3.2.1 Sebaran Habitat Tangkap ...........................................
4.3.2.2 Karakteristik Habitat Tangkap ...................................
[i] 

 

4.3.2.3 Parameter Demografi Populasi Panenan ....................
4.4 Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................
4.4.1 Pemetaan Sebaran Habitat Tangkap Labi-labi ......................
4.4.2 Analisis Peubah Determinan Keberadaan Labi-labi
Panenan ..................................................................................
4.4.3 Analisis Penutupan Lahan ......................................................
4.4.4 Analisis Seleksi Habitat ..........................................................
4.4.5 Analisis Parameter Demografi Populasi Panenan ..................
V.

34
36
36
36
37
39
39

HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................
5.1 Karakteristik Habitat Tangkap ........................................................
5.1.1 Sebaran Habitat Tangkap ......................................................
5.1.2 Identifikasi Komponen Habitat .............................................
5.1.2.1 Ketinggian Tempat .....................................................
5.1.2.2 Suhu Udara .................................................................
5.1.2.3 Suhu Air .....................................................................
5.1.2.4 Kelembaban Udara Nisbi ............................................
5.1.3 Peubah Determinan Keberadaan Labi-labi Panenan .............
5.1.4 Penggunaan Habitat oleh Labi-labi Panenan Menurut Tipe
Penutupan Lahan ...................................................................
5.2 Parameter Demografi Populasi Panenan .........................................
5.2.1 Ukuran Populasi ......................................................................
5.2.2 Struktur Populasi ...................................................................
5.2.3 Nisbah Kelamin .....................................................................
5.2.4 Angka Kematian ......................................................................
5.2.5 Morfometri ..............................................................................
5.2.6 Teknik Pemanenan ................................................................
5.2.7 Alur Perdagangan ..................................................................
5.3 Implikasi Terhadap Pelestarian .......................................................
5.3.1 Populasi Labi-labi ..................................................................
5.3.2 Habitat Labi-labi .....................................................................

51
54
54
57
59
59
60
62
66
69
69
72

SIMPULAN DAN SARAN ................................................................
6.1 Simpulan .........................................................................................
6.2 Saran ................................................................................................

75
75
76

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

77

LAMPIRAN ...................................................................................................
 

83

VI.

41
41
41
44
44
45
47
48
49

[ii] 
 

DAFTAR TABEL

Halaman
1

Ukuran morfometri labi-labi A.cartilaginea yang pernah diukur di
beberapa daerah ........................................................................................... 7

2

Struktur umur labi-labi berdasarkan hasil pengukuran PLK ...................... 11

3

Karakteristik fisik dan kimia habitat labi-labi di perairan Jambi (Elviana
2000) ............................................................................................................ 15

4

Luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah ................................................ 24

5

Nama-nama sungai di Kalimantan Tengah menurut panjang yang dapat
dilayari dan rata-rata kedalamnya ............................................................... 26

6

Struktur umur labi-labi berdasarkan hasil pengukuran PLK ...................... 35

7

Faktor fisik dan kimia perairan yang mempengaruhi sebaran populasi
labi-labi di lokasi tangkap ........................................................................... 42

8

Estimasi panjang wilayah target pemanenan labi-labi di Kalimantan
Tengah yang diukur dari peta .................................................................... 44

9

Suhu udara minimum, maksimum dan rataan pada lokasi pengamatan ..... 46

10 Suhu permukaan perairan minimum, maksimum dan rataan pada lokasi
pengamatan ................................................................................................. 47
11 Kelembaban udara minimum, maksimum dan rataan pada lokasi
pengamatan ................................................................................................. 48
12 Taraf signifikansi dan koefisien regresi peubah determinan ...................... 50
13 Tipe penutupan lahan di sekitar titik penangkapan ..................................... 52
14 Rekapitulasi perhitungan χ2 untuk uji signifikansi seleksi tipe tutupan
lahan oleh labi-labi ...................................................................................... 52
15 Peubah parameter demografi populasi panenan labi-labi di pemancing
dan pengumpul ............................................................................................ 54
16 Jumlah tangkapan labi-labi menggunakan pancing di lokasi pengamatan .. 55
17 Jumlah labi-labi panenan pada setiap kelas umur ....................................... 58
18 Hasil pengukuran morfometri labi-labi di Kalimantan Tengah .................. 61
19 Hasil analisis morfometri pada tipe habitat danau dan sungai ..................... 62
20 Harga labi-labi di tingkat pemancing dan pengumpul ................................ 68
 

[iii] 
 

[iv] 
 

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Peta lokasi penelitian .................................................................................. 23

2

Tahapan pengolahan citra ........................................................................... 38

3

Sebaran wilayah tangkapan labi-labi di Kalimantan Tengah ..................... 43

4

Sebaran jumlah labi-labi panenan menurut kelas ketinggian di
Kecamatan Bukit Batu ................................................................................ 45

5

Sebaran jumlah labi-labi panenan menurut kelas suhu udara di
Kecamatan Bukit Batu ................................................................................. 47

6

Sebaran jumlah labi-labi panenan menurut kelas suhu perairan di
Kecamatan Bukit Batu ................................................................................. 48

7

Sebaran jumlah labi-labi tangkapan menurut kelas kelembaban di
Kecamatan Bukit Batu ................................................................................. 49

8

Tutupan lahan di sekitar lokasi penangkapan labi-labi di Kecamatan
Bukit Batu .................................................................................................... 53

9

(a) Struktur populasi panenan labi-labi di pemancing dan pengumpul
berdasarkan kelas umur .............................................................................. 57
(b) Struktur populasi panenan labi-labi di pemancing berdasarkan kelas
umur ........................................................................................................... 57

10 (a) Proporsi populasi panenan berdasarkan bobot tubuh di tingkat
pemancing ................................................................................................... 61
(b) Proporsi populasi panenan berdasarkan bobot tubuh di tingkat
pengumpul ................................................................................................... 61
11 Alat tangkap yang digunakan pemancing ................................................... 64
12 Umpan yang digunakan untuk memancing labi-labi .................................. 65
13 Bak penampungan dan kotak penyimpanan labi-labi di penampung ......... 66
14 Alur perdagangan labi-labi di Kalimantan Tengah ..................................... 68
15 Volume labi-labi yang dikirim dari Kalimantan Tengah pada bulan
Maret sampai dengan Nopember 2011 ....................................................... 68

 

[v] 
 

[vi] 
 

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1

Data peubah habitat tangkap labi-labi sebagai penyusun model
kesesuaian habitat labi-labi tangkapan di Kalimantan Tengah ................... 85

2

Hasil uji normalitas data peubah karakteristik habitat tangkap labi-labi .... 88

3

Hasil uji multikolinearitas data peubah karakteristik habitat tangkap
labi-labi ........................................................................................................ 90

4

Hasil analisis regresi logistik biner data peubah karakteristik habitat
tangkap labi-labi .......................................................................................... 93

5

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk morfometri labi-labi ...................... 100

[vii] 
 

 

 

I.

1.1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Saat ini ancaman serius yang mempengaruhi keberadaan labi-labi (Amyda

cartilaginea) di alam adalah perdagangan secara lokal dan internasional. Individuindividu yang diperdagangkan selama ini masih dalam taraf pengambilan
langsung dari alam (Shepherd 2000). Sistem pengambilan seperti ini bila
berlangsung

terus-menerus

dan

besar-besaran

dikhawatirkan

dapat

membahayakan keberadaan spesies tersebut di alam, bahkan mungkin dapat
mempercepat laju kepunahannya. Perubahan lahan basah (rawa, danau, sungai)
yang menjadi habitat alami spesies ini juga dalam jangka panjang dapat
mengurangi populasi spesies ini (Marchand & Litvaitis 2004).
Mardiastuti & Soehartono (2003) mengatakan bahwa A. cartilaginea
merupakan reptil yang banyak di ekspor dalam kondisi hidup untuk dikonsumsi.
Negara tujuan ekspor labi-labi adalah China, Taiwan, Singapura, dan Malaysia
(Lau & Haitao 2000; Shepherd 2000; Mardiastuti & Soehartono 2003). Tingginya
permintaan daging labi-labi dunia ternyata tidak hanya disebabkan oleh rasa
dagingnya yang enak, tetapi juga karena kandungan zat gizinya yang tinggi (Amri
& Khairuman 2002). Daging labi-labi merupakan sumber protein hewani, sumber
energi dan sumber mineral kalsium, fosfor, zat besi, dan seng. Di China, daging
labi-labi dimanfaatkan untuk obat luka, keputihan, sesak napas dan penyembuhan
setelah melahirkan. Di Jepang, darah labi-labi digunakan untuk obat TBC dan
radang selaput dada, di Hongkong empedunya untuk obat kulit dan keracunan, di
Singapura abu kepala dan batok labi-labi diseduh dengan air kemudian diminum
untuk mengobati sakit lambung dan ambeien serta manfaat lainnya adalah
mencegah pembentukan batu ginjal, membersihkan hati dan ginjal, bahkan ada
yang meyakini dapat menangkal serangan HIV dan menekan pertumbuhan sel
kanker (Amri & Khairuman 2002).
Kelimpahan labi-labi di perdagangan mengalami penurunan sebesar
duapertiga selama kurun waktu 15 tahun terakhir, yang menggambarkan


 

penurunan populasi alami di beberapa negara termasuk Indonesia (CITES 2004).
Guna menjamin bahwa perdagangan internasional yang dilakukan tidak akan
merusak populasi labi-labi di habitat alam, maka CITES menggolongkannya
dalam satwa Appendix II pada tahun 2005. Spesies yang masuk dalam Appendix
II CITES diatur pemanfaatannya dengan prinsip non detrimental findings yang
sesuai dengan isi Article IV CITES. Prinsip non detrimental findings salah
satunya diterjemahkan dalam bentuk sistem kuota tangkap dan kuota ekspor serta
pengaturan peredaran, perlindungan, dan konservasi jenis tersebut. Pemanfaatan
yang lestari melalui penentuan kuota tangkap memerlukan data demografi,
ekologi dan biologi untuk memastikan pemanenan jangka panjang dapat
dilakukan dan tidak menyebabkan kepunahan terhadap satwaliar.
Kalimantan Tengah sebagai salah satu daerah pemasok labi-labi untuk pasar
lokal dan ekspor dipenuhi dengan melakukan penangkapan dari alam. Kuota
tangkap labi-labi di Kalimantan Tengah sejak tahun 2007-2011 meningkat dari
1.000 ekor menjadi 1.500 ekor per tahun (BKSDA Kalteng 2012). Padahal,
informasi dasar mengenai populasi dan biologi jenis ini belum diketahui. Jumlah
individu yang dipanen setiap tahun ini menimbulkan pertanyaan akan
keberlanjutan jenis ini di alam. Penelitian yang menyajikan data mengenai habitat,
populasi dan pemanenan jenis ini menjadi sangat penting dilakukan untuk dapat
ditentukan upaya pengelolaan yang sesuai guna mengantisipasi terjadinya
eksploitasi berlebihan.
1.2

Perumusan Masalah
Salah satu strategi dalam pengelolaan labi-labi secara lestari adalah perlu

dilakukannya

pemantauan

terhadap

parameter

demografi

populasi

dan

karakteristik habitatnya. Parameter demografi populasi yaitu ukuran populasi,
struktur umur, nisbah kelamin dan kematian merupakan komponen penting dalam
mempelajari perkembangan populasi satwaliar. Di samping sebagai suatu
indikator kuantitatif dari pertumbuhan populasi (Dajoz 1971; Barbault 1981;
Gaillard 1988), dari segi teknis, pengetahuan tentang hal ini merupakan data-data
dasar dalam perencanaan dan penentuan kuota pemanenan, pengambilan
keputusan tentang jenis pengelolaan yang diperlukan serta penentuan status

3
 

populasi (status kelangkaan, optimum viable population dll) (CEMAGREF 1984;
Santosa 1990).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencoba menggali data dan
informasi terkait demografi populasi, habitat dan pemanenan (Oktaviani &
Samedi 2008; Kusrini et al. 2009; Mumpuni & Riyanto 2010; Lilly 2010 dan
Mumpuni et al. 2011), sementara penelitian tentang hal ini di Kalimantan Tengah
belum pernah dilakukan. Selama ini, kuota pemanenan tahunan di Kalimantan
Tengah ditetapkan berdasarkan kuota tahun sebelumnya, belum seluruhnya
berdasarkan sebaran habitat dan parameter demografi populasi spesies tersebut.
Hal ini tidak dapat diharapkan untuk memastikan pemanenan yang lestari.
Penelitian populasi panenan labi-labi selama ini yang telah dilakukan
kebanyakan pada tingkat pengumpul, sementara kekurangan dari metode ini
adalah tidak diketahui komposisi umur populasi yang sebenarnya karena biasanya
para pengumpul/pedagang hanya mengumpulkan kura-kura pada tingkat umur
yang diminta pasar dan diabaikannya konsumsi subsisten masyarakat lokal.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
penelitian jangka pendek mengumpulkan data populasi panenan tidak hanya di
tingkat pengumpul tapi juga di tingkat pemancing pada lokasi tangkap terpilih,
monitoring jumlah labi-labi panenan yang sampai pada tingkat pengumpul dan
mengukur morfometrinya.
Karakteristik habitat tangkap labi-labi di Kalimantan Tengah menjadi
bagian dari penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi
keberadaan labi-labi di suatu tempat dan juga untuk mengetahui sebaran habitat
labi-labi di Kalimantan Tengah. Data yang dibutuhkan untuk mengetahui
karakteristik habitat tangkap labi-labi didapatkan dengan pengukuran sejumlah
peubah biofisik di setiap lokasi pengamatan, sebaran habitat labi-labi dilakukan
wawancara dengan para penangkap dan pengumpul labi-labi.

 
 


 

1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian karakteristik habitat tangkap dan parameter demografi populasi

panenan labi-labi (A. cartilaginea Boddaert, 1770) di Kalimantan Tengah ini
adalah untuk :
1)

Mengidentifikasi karakteristik habitat tangkap yang berpengaruh penting
terhadap keberadaan labi-labi panenan dan menentukan sebaran penggunaan
habitat oleh labi-labi panenan di Kalimantan Tengah;

2)

Menduga ukuran populasi, nisbah kelamin, kelas umur dan angka kematian
populasi sebagai bagian dari parameter demografi populasi panenan labilabi di Kalimantan Tengah; dan

3)

Menganalisis karakteristik morfometri populasi panenan labi-labi.

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelestarian labi-

labi berupa :
1) Tersedianya data dan informasi tentang kondisi habitat dan sebaran labi-labi
di Kalimantan Tengah
2) Tersedianya informasi tentang karakteristik populasi panenan labi-labi di
Kalimantan Tengah yang pada beberapa hal memiliki kesamaan dengan
lokasi lain, sehingga ketika karakteristik panenan tersebut dipandang
mengancam kelestarian populasi labi-labi pihak management authority dapat
merumuskan perbaikan regulasi pemanenan labi-labi dari alam.
3) Tersedianya informasi tentang kegiatan pemanfaatan labi-labi di Kalimantan
Tengah sehingga lebih lanjut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pemanfaatan labi-labi di
Kalimantan Tengah maupun provinsi lain dengan karakteristik yang sama.

5
 

II.

2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Labi-labi
Klasifikasi Amyda cartilaginea menurut Ernst dan Barbour (1989) adalah

sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Testudines

Sub-Ordo

: Criptodira

Famili

: Trionychidae

Genus

: Amyda

Spesies

: Amyda cartilaginea (Boddaert 1770)

Kasmirudin (1998) menyatakan bahwa terdapat perkembangan takson A.
cartilaginea dari masing-masing ahli. Nama spesimen tipe yang pertama diberi
nama Testudo cartilaginea oleh Boddaert pada tahun 1770 dengan type locality di
Jawa (Bour et al. 1995). Kemudian Geoffroy Saint-Hilaire (1809) memberi nama
Trionyx javanicus. Boulenger (1889) memberi nama Trionyx cartilagineus di
bawah genus Trionyx. Siebenrock tahun 1909 dan Anandale tahun 1912
menyetujui nama Trionyx cartilagineus. Hasil penelitian morfologi karapas family
Trionychidae yang dilakukan Meylan (1987) menyatakan bahwa genus Trionyx
yang menyebar di Asia Tenggara sebagai genus Amyda Boddaert dan yang
menyebar di Rusia, Cina sampai Jepang adalah Plediscus sinensis Wiegmann,
sedangkan genus Trionyx hanya menyebar di perairan tawar Afrika yaitu di
Sungai Nil.
Dalam penelitiannya, Kusdinar (1995) menggunakan nama Trionyx
cartilaginous Boddaert untuk kura-kura belawa, sedangkan Kasmirudin (1998)
dalam penelitiannya di Bengkulu dan Palembang menggunakan nama A.
cartilaginea. Mashar (2009) dalam penelitian karakteristik morfologi kura-kura
belawa menyimpulkan bahwa kura-kura belawa merupakan jenis A. cartilaginea,
 
 


 

termasuk pada kelompok kura-kura berkarapas lunak. Spesies A. cartilaginea
yang menurut Pritchard (1979) adalah Trionyx cartilaginous adalah anggota
family Trionychidae yang dikenal sebagai kura-kura berkarapas lunak Asiatic Soft
Shelled Turtles, dengan ciri-ciri umum adalah karapas dan plastron tidak punya
lempeng epidermis, hanya berupa kulit lunak, tubuh pipih, ekor pendek dan
tungkai dengan jari-jari yang nampak jelas dengan 3 cakar.
Nama daerah untuk labi-labi cukup banyak, misalnya masyarakat pasundan
(Jawa Barat) menyebut kuya, masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat)
menamakan labi, dan masyarakat yang bermukim di Kalimantan menyebutnya
bidawang. Di dunia Internasional labi-labi dikenal sebagai soft-shelled turtles. Hal
tersebut dikarenakan karapas atau cangkangnya lebih lunak jika dibandingkan
dengan karapas penyu (marine turtles) yang 100% hidup di air asin (Kairuman &
Amri 2002).
Bentuk tubuh labi-labi sangat khas berbentuk theca yaitu oval agak lonjong,
pipih, dan tanpa sisik. Di sisi belakang dari karapas terdapat pelebaran pipih yang
bentuknya membulat mengikuti bentuk karapas bagian belakang, dengan tekstur
seperti tulang rawan (cartilage). Hidungnya memanjang membentuk tabung
seperti belalai. Sepasang tungkai kaki di depannya masing-masing berkuku tiga
buah dan berselaput renang, demikian pula sepasang tungkai kaki belakangnya.
Dengan dua pasang tungkai tersebut, labi-labi dapat berenang dengan cepat karena
selaput renangnya cukup besar dan bisa berlari di daratan. Labi-labi tidak bergigi,
tetapi rahangnya sangat kuat dan tajam. Matanya berukuran relatif kecil dan
lubang hidungnya terletak di ujung belalai yang kecil dan pendek. Mulutnya
mempunyai bibir yang relatif tebal. Hewan ini termasuk jenis yang mempunyai
leher relatif panjang karena dapat mencapai paling sedikit pertengahan dari
karapasnya (Kairuman & Amri 2002). Leher labi-labi dapat dipanjang-pendekkan,
jika ingin melindungi dirinya maka akan memendekkan lehernya dan
memasukkan kepala serta tungkai-tungkainya ke dalam theca (Iskandar 2000).
Labi-labi memiliki karapas yang ditutupi oleh kulit, dan sebagian dibangun
dari tulang rawan. Warna karapas hitam sampai abu-abu, pada perisai punggung
terdapat bintil-bintil kecil membentuk garis putus-putus dari depan ke belakang.
Kadang-kadang ditemui juga bercak hitam bertemu putih melengkung sebanyak

7
 

6-10 pada bagian belakang perisainya, terutama pada individu muda. Kepala dan
kaki berwarna hitam atau abu-abu, pada hewan muda umumnya dijumpai bintilbintil berwarna kuning (Iskandar 2000). Di Kalimantan Timur, ditemukan labilabi berwarna kuning memiliki tubuh yang lebih tipis/ramping dengan bagian
supracaudal dan marginal karapas lebar dan tipis. Labi-labi berwarna kuning
umumnya diperoleh di sungai besar berarus kuat (Kusrini et al. 2009). Bagian
plastron (ventral) berwarna putih pucat pada A. cartilaginea dewasa dan
kemerahan pada individu muda (Elviana 2000). Plastron berwarna putih susu atau
kadang-kadang sampai kuning tua, tergantung dari habitat dan lingkungannya
(Kairuman & Amri 2002). Perbedaan ciri individu muda dan individu dewasa A.
cartilaginea adalah guratan-guratan dan bintik-bintik hitam atau kuning pada
karapas. Tanda-tanda khas dipermukaan karapas mulai berkurang, kecuali bintikbintik kuning pada kepala tetap ada sampai mencapai ukuran maksimal. Kaki
menyerupai dayung dengan 3 jari bercakar (Elviana 2000).
Labi-labi dapat mencapai sekitar 100 cm, pada umumnya hanya sekitar 60
cm saja. Ukuran morfometri labi-labi yang pernah diukur di Belawa, Bengkulu,
dan Palembang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Ukuran Morfometri Labi-labi A. cartilaginea yang pernah diukur di
beberapa daerah
Parameter
Belawa
a.
Panjang Karapas (cm)
b. Lebar Karapas (cm)
c.
Bobot Tubuh (kg)
Bengkulu
a.
Panjang Karapas (cm)
b. Lebar Karapas (cm)
c.
Bobot Tubuh (kg)
Palembang
a.
Panjang Karapas (cm)
b. Lebar Karapas (cm)
c.
Bobot Tubuh (kg)

Jantan
Kisaran
Rataan

Betina
Kisaran
Rataan

32,9-66,9
23,8-50,7
3,3-29,8

53,6
39,4
16,7

26,4-68,7
20-51
1,9-30,2

41,8
30,2
8,9

11-18,5
10-16,5
0,2-0,6

15,3
13,2
0,4

14-18
12-16
0,2-0,6

16,3
14,2
0,4

9-21
8,5-17
0,08-0,8

16,2
13,2
0,3

9-18,5
8-17,5
0,1-0,9

14,2
12,4
0,3

 
 


 

2.2

Perilaku
Perilaku adalah gerak-gerik satwaliar untuk memenuhi rangsangan dalam

tubuhnya dengan memanfaatkan rangsangan yang datang dari lingkungannya.
Satwaliar mempunyai berbagai perilaku dan proses fisiologis untuk menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungannya. Untuk mempertahankan hidupnya,
melakukan

kegiatan-kegiatan

yang

agresif,

melakukan

persaingan

dan

bekerjasama untuk mendapatkan pakan, pelindung, pasangan untuk kawin,
reproduksi dan lainnya (Alikodra 2002). Fungsi utama perilaku adalah untuk
menyesuaikan diri terhadap beberapa perubahan keadaan, baik dari luar maupun
dari dalam (Tanudimadja 1978 dalam Alikodra 2002)
Labi-labi bisa hidup pada iklim yang berbeda, dari musim panas, dingin,
semi, hingga musim gugur. Ia termasuk hewan berdarah dingin, yang artinya suhu
tubuhnya tidak tetap tetapi berubah-ubah mengikuti suhu lingkungan di
sekitarnya. Perubahan suhu lingkungan dapat mempengaruhi aktivitas hewan
tersebut. Pada suhu yang tinggi, labi-labi bersifat lebih aktif dan pada suhu rendah
bersifat kurang aktif.
Dalam keadaan umum, labi-labi selalu bersembunyi di dalam lumpur atau di
dalam pasir di dasar kolam atau sungai, sehingga sulit untuk ditemukan. Labi-labi
hanya kadang-kadang memunculkan hidungnya ke permukaan air (Kusrini et al.
2009). Makanan utama labi-labi adalah ikan, tetapi tidak menolak sisa makanan
manusia (Iskandar 2000). Labi-labi seringkali berada di dalam lubang di pinggir
sungai yang dipakai untuk beristirahat, kawin dan berkumpul dengan labi-labi
lainnya. Lubang dapat dicari berdasarkan tanda-tanda cakaran di sekitar pinggir
sungai. Lubang ini berukuran cukup besar yang sebagian besar berair namun
sebagian lagi kering. Lubang ini biasanya terlihat saat surut yang jika digali bisa
diperoleh sejumlah labi-labi. Jumlah labi-labi yang bisa ditemukan di lubang ini
berkisar 7-12 ekor. Pada saat bertelur, labi-labi akan meletakkan telur-telurnya di
sarang yang bisa berupa banir pohon yang ditutupi daun-daunan dan kayu lapuk di
lantai hutan atau dalam gundukan lumpur, jumlah telur mencapai 20-50 butir
(Kusrini et al. 2009).
Kebiasaan berjemur labi-labi

merupakan salah satu kebutuhan hidup.

Dengan berjemur matahari membuat semua air pada cangkang atas dan bawahnya

9
 

terjemur kering, sehingga lumut, jamur, parasit yang menempel pada permukaan
badannya dapat kering dan terkelupas. Bila tidak berjemur, maka labi-labi akan
mudah terserang penyakit atau mendapat gangguan fisiologis.
2.3

Demografi Populasi

2.3.1 Populasi
Pengelola harus mempunyai pengetahuan mengenai dinamika populasi dan
interaksi dengan habitatnya agar pengelolaan populasi satwaliar dapat berjalan
secara efektif. Dinamika populasi yang tidak beraturan menurut skala waktunya
(irregular) disebut fluktuasi, sedangkan jika beraturan dan tetap skala waktunya
(reguler) disebut siklik (Alikodra 2002).
Populasi menurut Tarumingkeng (1994) adalah sehimpunan individu atau
kelompok individu suatu jenis makhluk hidup yang tergolong dalam suatu spesies
(atau kelompok lain yang dapat melangsungkan interaksi genetik dengan jenis
yang bersangkutan), dan pada suatu waktu tertentu menghuni suatu wilayah atau
tata ruang tertentu. Sifat khas yang dimiliki oleh suatu populasi adalah kerapatan
(densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), sebaran
(distribusi) umur, potensi biotik, sifat genetik, perilaku dan pemencaran
(dispersal). Populasi juga diartikan sebagai kelompok organisme yang terdiri dari
individu-individu satu spesies yang mampu menghasilkan keturunan yang sama
dengan tetuanya, bisa menempati wilayah yang sempit sampai luas, tergantung
spesies dan kondisi daya dukung habitatnya (Alikodra 2002).
Sifat populasi satwaliar menurut Odum (1994) adalah kerapatan, natalitas
(laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), penyebaran umur, potensi biotik,
dispersi dan bentuk pertumbuhan atau perkembangan. Sifat genetik populasi
berkaitan langsung dengan ekologinya seperti adaptif, sifat keserasian reproduktif
dan ketahanan. Sifat populasi di alam sangat sulit untuk diukur meskipun sudah
ada perbaikan-perbaikan dan perkembangan dalam metodenya. Untungnya,
seringkali tidak perlu mengukur semua sifat populasi tersebut karena kadang sifat
populasi bisa diukur dari data yang lainnya.

 
 

10 
 

Siklus hidup labi-labi hampir sama dengan reptil lainnya, yaitu dari telur
menetas menjadi larva, kemudian berubah menjadi tukik dan selanjutnya menjadi
labi-labi remaja, dewasa dan kemudian melakukan perkawinan serta menetaskan
telur untuk melanjutkan keturunannya (Kairuman & Amri 2002). Musim bertelur
labi-labi pada bulan September-Januari dengan puncaknya pada bulan NovemberDesember. Labi-labi bertelur di darat pada saat hari sudah mulai gelap dan
suasana tenang (Kusdinar 1995). Pinggir sungai yang landai sangat menunjang
untuk mencari tempat bertelur karena labi-labi bertelur di pinggiran sungai yang
landai (Nutaphand 1979; Elviana 2000)
Labi-labi bernapas dengan paru-paru, demikian juga dengan anak-anaknya
yang baru menetas. Sepanjang hidupnya, labi-labi tidak pernah mengalami
perubahan alat pernapasan. Jika berada di dalam air sekali-kali kepala labi-labi
akan muncul ke permukaan air untuk menghirup oksigen dari udara bebas. Karena
bernapas dengan paru-paru, peredaran darahnya menyerupai peredaran darah
manusia. Hanya, sekat antar kedua belahan jantungnya belum sempurna, sehingga
darah bersih dan darah kotor masih dapat bercampur di dalam jantung.
2.3.2 Kerapatan Populasi
Indriyanto (2010) menyatakan kerapatan populasi bervariasi menurut waktu
dan tempat. Dalam pengkajian suatu kondisi populasi, kerapatan merupakan
parameter utama yang harus diketahui. Kerapatan populasi merupakan salah satu
hal yang menentukan pengaruh populasi terhadap komunitas atau ekosistem.
Kerapatan populasi juga sering digunakan untuk mengetahui perubahan populasi
pada saat tertentu. Perubahan tersebut adalah berkurang atau bertambahnya
individu dalam satu unit luas atau volume.
Kerapatan menjadi ciri yang pertama mendapatkan perhatian di dalam
pengkajian populasi. Pengaruh populasi dalam ekosistem tidak hanya bergantung
pada jenis, namun juga pada jumlah individunya atau kerapatan populasinya
(Odum 1994). Perhitungan secara aktual terhadap kerapatan seringkali sangat sulit
untuk dilakukan, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Odum (1994)
mengemukakan bahwa kerapatan populasi bisa dihitung dengan beberapa metode,
yaitu (1) Perhitungan total (kadang-kadang mungkin untuk organisme besar, jelas

11
 

tampak atau berkelompok); (2) Pengambilan contoh secara kuadrat (perhitungan
dan penimbangan organisme dalam petak contoh atau transek yang cukup besar
ukuran dan jumlahnya; (3) Menandai dan menangkap kembali (sampel ditangkap,
ditandai dan dilepaskan kembali; (4) Removal sampling (sejumlah organisme
disingkirkan dari daerah itu; dan (5) Tanpa petak contoh (untuk organisme yang
diam seperti pohon).
2.3.3 Struktur Umur
Struktur umur adalah perbandingan jumlah individu di dalam setiap kelas
umur dari suatu populasi, perbandingan tersebut dapat juga dibedakan menurut
jenis kelaminnya. Struktur umur dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan
perkembangbiakan satwaliar, sehingga dapat dipergunakan pula untuk menilai
prospek kelstarian satwaliar (Alikodra 2002).
Kajian mengenai dinamika populasi sangat bergantung pada kemampuan
untuk mengenali umur individu dalam populasi tersebut (Caughley 1977).
Namun, menentukan umur satwaliar di lapangan adalah suatu hal yang sangat
sulit untuk dilakukan sehingga perlu dilakukan suatu pendekatan yang lebih
sederhana untuk pendugaan umur (Alikodra 2002).
Penentuan struktur umur labi-labi didasarkan pada Panjang Lengkung
Karapas (PLK), hal ini mengacu pada Alviola et al. (2003) bahwa panjang
karapas pada kura-kura (penyu) merupakan indikator yang baik bagi pertumbuhan
dibandingkan dengan lebar karapas. Pembagian kelas umur mengacu pada Kusrini
et al. (2007), dimana kelas umur labi-labi dibagi kedalam 4 (empat) kelas umur
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Struktur umur labi-labi berdasarkan hasil pengukuran PLK
Kelas Umur
I
II
III
IV

PLK (cm)
≤ 5,9
6,0 – 19,9
20 – 24,9
≥ 25

Struktur Umur
Tukik
Remaja
Dewasa Muda
Dewasa

 
 

12 
 

2.3.4 Nisbah kelamin
Indriyanto (2010) menyatakan bahwa selain distribusi individu menurut
kelas umur, ukuran populasi juga dipengaruhi oleh perbandingan jenis kelamin,
yaitu perbandingan antara jantan dan betina dalam suatu populasi. Keseimbangan
jumlah jantan dan betina menjadi sangat penting untuk menjamin keberlanjutan
populasi tersebut. Ukuran populasi akan lebih bernilai jika diketahui proporsi
jantan dan betina dalam populasi tersebut. Apabila dalam suatu populasi
ukurannya besar namun perbandingan jantan dan betina tidak seimbang, maka
kemungkinan terjadinya penurunan populasi akan lebih besar.
Identifikasi jenis kelamin pada labi-labi baru dapat dilakukan terhadap labilabi dewasa dengan ukuran PLK lebih dari 25 cm (Oktaviani et al. 2008). Labilabi jantan memiliki ekor berbentuk memanjang sehingga ujungnya banyak
terlihat diluar karapas, sebaliknya pada labi-labi betina bentuk ekor lebih pendek
dan gempal sehingga tidak tampak di luar karapas (Jensen & Das 2008; Kusrini et
al. 2009)
2.4

Habitat dan Penyebaran
Bailey (1984) mengatakan bahwa habitat yang sesuai merupakan habitat

yang mampu menyediakan semua kelengkapan habitat terdiri dari berbagai
macam jenis termasuk makanan, perlindungan, dan faktor-faktor lainnya yang
diperlukan oleh spesies satwaliar untuk bertahan hidup dan melangsungkan
reproduksinya secara berhasil. Suatu habitat merupakan hasil interaksi dari
komponen fisik dan komponen biotik. Sedangkan komponen biotik terdiri atas
vegetasi, mikrofauna, makrofauna dan manusia. Jika seluruh keperluan hidup
satwaliar dapat terpenuhi di dalam suatu habitatnya, maka populasi satwaliar
tersebut akan tumbuh dan berkembang sampai terjadi persaingan dengan populasi
lainnya (Alikodra 2002)