Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilagínea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang

(1)

PEMELIHARAAN LABI-LABI (Amyda cartilaginea Boddaert,

1770) DAN UJI COBA PREFERENSI PAKAN ANAKAN DI

PENANGKARAN PT. EKANINDYA KARSA, KABUPATEN

SERANG

FATWA NIRZA SUSANTI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(2)

RINGKASAN

FATWA NIRZA SUSANTI. Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang. Dibimbing oleh ACHMAD MACHMUD THOHARI dan MIRZA DIKARI KUSRINI.

Labi-labi (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) merupakan satwa yang telah dikategorikan dalam Appendix II CITES dan vulnerable atau rentan dalam

Red List Data Book IUCN. Upaya budidaya melalui kegiatan penangkaran dinilai penting untuk dilakukan agar tetap dapat memanfaatkan satwa ini secara berkelanjutan. PT. Ekanindya Karsa adalah salah satu perusahaan di Indonesia yang telah merintis usaha untuk mengembangbiakan labi-labi sejak tahun 2008. Hingga saat ini, belum banyak data dan acuan terkait bentuk pengelolaan dan teknik pemeliharaan labi-labi dalam penangkaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik labi-labi, bentuk pengelolaan serta teknik pemeliharaan dan preferensi pakan labi-labi khususnya anakan. Diharapkan hasil penelitian ini akan membantu dan meningkatkan usaha konservasi satwa ini untuk masa yang akan datang.

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Ekanindya Karsa pada bulan Juli hingga Oktober 2012. Data yang diambil meliputi karakteristik labi-labi yang terdiri dari morfometri dan morfologis labi-labi, bentuk umum pemeliharaan labi-labi di penangkaran dan tingkat preferensi pakan anakan labi-labi terhadap beberapa jenis pakan uji yang diberikan. Objek yang diamati yaitu sembilan induk labi-labi dewasa (3 jantan dan 6 betina), 25 telur labi-labi, serta 45 ekor anakan labi-labi umur 1 - 3 bulan (anakan non uji dan juvenil uji tingkat preferensi pakan). Pakan yang diujikan dalam uji preferensi pakan yaitu ikan tongkol, udang, bayam dan ubi jalar yang diberikan pada 15 ekor anakan uji dan diukur tingkat konsumsi pakan, pertumbuhan, efisiensi biaya serta aktivitas anakan uji untuk mengatahui waktu ideal pemberian pakan dengan metode focal animal sampling.

Karakteristik dewasa yaitu rataan panjang lengkung karapas (PLK) 43.33 cm, lebar lengkung karapas (LLK) 35.33 cm dan rataan bobot tubuh yaitu 10.11 kg. Anakan non uji terdiri atas tiga kelompok penetasan yang berbeda dengan kisaran rataan PLK 4.21 – 4.68 cm; LLK 3.68 – 4.24 cm dan bobot tubuh 9.95 – 12.59 gram pada saat awal penetasan. Telur labi-labi memiliki kisaran diameter 2.84 – 3.95 cm dan kisaran bobot telur yaitu 12.00 – 24.00 gram. Pemeliharaan yang dilakukan telah cukup baik karena mencakup aspek pemeliharaan habitat, pengelolaan pakan dan penanganan terhadap telur. Aspek penanganan terhadap penyakit belum dilakukan oleh pihak penangkaran karena masih ditemui beberapa individu dewasa yang mengalami penyakit namun tidak ditangani secara tepat. Jenis pakan yang paling disukai adalah ubi jalar kuning dan ikan tongkol. Aktifitas makan terlihat pada waktu pengamatan pagi (07.00 – 10.00 WIB) dan malam hari (19.00 – 22.00 WIB).


(3)

SUMMARY

FATWA NIRZA SUSANTI. Maintenance of Softshell turtle (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) and Feed Preference Trial of Juveniles in PT. Ekanindya Karsa Captivity, District of Serang. Under Supervision of ACHMAD MACHMUD THOHARI and MIRZA DIKARI KUSRINI.

Softshell turtle (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) is categorized as Appendix II CITES and vulnerable in IUCN Red List Data Book. Captive breeding of this turtle is important to continue their sustainable utilization. PT Ekanindya Karsa was one of the pioneer in captive breeding of this species since 2008. Until now, there reference related to management and maintenance techniques of softshell turtle in captivity are few. This research aims to asess the characteristics of softshell turtle in captivity, document the management and maintenance techniques and analyse feeding preferences especially juveniles. The results will assist wildlife conservation efforts and improve it for the future.

Research was carried out at PT. Ekanindya Karsa from July to October 2012. Data collected includes characteristics of shoftshell turtle, which consists morphometry and morphological of shoftshell turtle, maintenance of turtle in captivity and foods preference of juveniles. Nine adult shoftshell turtle (3 males and 6 females), 25 shoftshell turtle eggs, and 45 juveniles between 1 - 3 months were observed. Food tested comprises of tuna, shrimp, spinach and sweet potatoes which are given to 15 juveniles. Level of food intake, growth, cost efficiency and activity of juveniles were measured to assess ideal feeding time with focal animal sampling methods.

Mean carapace length of an adults (CCL) is 43.33 cm, curved-carapace wide (CCW) 35.33 cm and body weight 10.11 kg. Juvenil non test consists of three clutches with range of CCL is 4.21 - 4.68 cm; CCM is 3.68 - 4.24 cm and body weights of 9.95 – 12.59 g during hatching. Softshell turtle’s eggs had range of diameter of 2.84 - 3.95 cm and weight of 12.00 - 24.00 grams. Maintenance of turtle in captivity is quite well includes aspects of habitat maintenance, management of food and handling of eggs. However, diseases management has not been handled correctly in the captivity as shown by some untreated diseased adult. Preferred food of 15 juveniles were sweet potato and tuna. Feeding activities were visible in the morning (7.00 – 10.00 am) and evening (7.00 – 10.00 pm).

Key words : Softshell turtle, characteristic, captivity maintenance, feed, PT. Ekanindya Karsa.


(4)

PEMELIHARAAN LABI-LABI (Amyda cartilaginea Boddaert,

1770) DAN UJI COBA PREFERENSI PAKAN ANAKAN DI

PENANGKARAN PT. EKANINDYA KARSA, KABUPATEN

SERANG

FATWA NIRZA SUSANTI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dibawah bimbingan Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari, DEA dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si. Skripsi ini belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah perguruan tinggi atau lembaga manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan di dalam teks tulisan ilmiah ini dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

Fatwa Nirza Susanti E34080055


(6)

Judul Skripsi : Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilagínea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang

Nama : Fatwa Nirza Susanti

NIM : E34080055

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari, DEA Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si NIP. 19480208 198001 1 001 NIP. 19651114 199002 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 19580915 198403 1 003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Fatwa Nirza Susanti dilahirkan di Mataram pada tanggal 8 Januari 1990 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Ir. Joko Susanto dan Ibu Ir. Zarnigusti. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN 21 Lubuk Lintah (2002), SLTPN 8 Bogor (2005), dan SMAN 3 Bogor (2008). Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK. Penulis mulai aktif belajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai ketua Biro Informasi dan Komunikasi serta anggota Kelompok Pemerhati Herpetofauna pada organisasi HIMAKOVA periode 2009-2011.

Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain: Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Gunung Burangrang Jawa Barat (2010) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak II Jawa Barat (2011), Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Sebangau, Kalimanan Tengah (2010), Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Gunung Sawal dan Pangandaran (2010), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2011), serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru (2012).

Sebagai usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi berjudul “Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilaginea Boddaert 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang” yang dibimbing oleh Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari, DEA dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini, M.Si.


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil`aalamiin. Puji dan syukur dipanjatkan ke-Hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Salawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya serta para pengikutnya. Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada :

1. Ibunda Ir. Zarnigusti dan Ayahanda Ir. Joko Susanto (Alm), guru terbaik dalam hidup. Terima kasih atas semua nasehat kehidupan dan semangatnya. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik, Allohummaghfirlii waliwaalidaiya warhamhuma kamaa robbayaanii soghiroo. Adikku tersayang Fadil Erlangga atas doa, dukungan dan semangat hingga skripsi ini selesai. 2. Dr. Ir. Achmad Machmud Thohari, DEA dan Dr. Ir. Mirza Dikari Kusrini,

M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan, kasih sayang, pengertian dan kesabaranya selama membimbing. Allohumma nawwir qolbii bi nuuri hidaayatika kamaa nawwartal ardho bi nuuri syamsyika wa qomarika abadan abadaa.

3. Ir. Lin Nuriah Ginoga, M.Si selaku ketua sidang dan Ir. Edje Djamhuri selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji, memberikan masukan dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, M.Sc selaku moderator seminar hasil penelitian dan telah bersedia mengoreksi, memberi masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf Departemen KSHE dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu selama proses belajar khususnya bu Evan dan bu Titin.

6. Segenap jajaran Crocodile Farm PT. Ekanindya Karsa, Bapak Rachmat, Bapak Eric, Bapak Yana atas ijin dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Herman yang telah membantu, menemani dan memberikan segala bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.


(9)

8. Bapak Ir. Maraden Purba yang bersedia membantu dan memberikan dukungan selama penelitian berlangsung.

9. Keluarga besar Ibu Ujen yang telah memberikan bantuan, dukungan semangat, tempat tinggal yang nyaman, dan atmosfer kekeluargaan yang hangat selama penulis melakukan penelitian.

10.Luthfia Nuraini Rahman, S.Hut, M.Si, Arief Tajalli, S.Hut, Adininggar Ulfah Ul-Hasanah, S.Hut atas kesediannya menjadi pembimbing skripsi ke-3 penulis yang telah memberikan saran dan masukan serta teman-teman Laboratorium Katak Afnelasari Eka Lestari, S.Hut, Raden Tirtayasa, S.Hut dan Faith Fitrian, S.Hut.

11.Fiqh Chairunnisa, S.Hut, Intan Handayani, S.Hut, Rika Sri Wahyuni S.Hut, Insani Widya Astuti, S.Hut, Mega Haditia, S.Hut, Meyladona Paramitha S.Hut dan Rian Ristia Wulandari, S.Hut yang telah mengajarkan arti persahabatan dan kekeluargaan.

12.Teman-teman KSHE 45 “Edelweis” tanpa terkecuali, atas segala kebersamaan, kekompakan, kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, suka duka, serta semua hal yang telah dilakukan bersama. Salam hangat dan sukses untuk kita semua.

13.Rekan-rekan HIMAKOVA khususnya Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH) “Python” HIMAKOVA.

14.Rahmi Fitria, S.Pi, Hellyta Haska, S.Gz, Hellya Haska, S.Hut, M.Si, Hilhamsyah Putra Haska, S.Hut dan Dwi Puji Lestari, S.Hut yang telah mengajarkan arti kekeluargaan.

15.Rekan seperjuangan Ririn Rihatni, S.Hut, atas segala bantuan, motivasi dan saran yang diberikan selama penulisan skripsi ini. Sukses untuk kita berdua, Rin.

16.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan segala bentuk bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan berhasil menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Pemeliharaan Labi-labi (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) dan Uji Coba Preferensi Pakan Anakan di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa, Kabupaten Serang”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini terdapat kekurangan baik pada isi maupun teknis penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak yang membaca untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis ucapkan syukur kepada Allah SWT semoga ilmu dan tulisan yang didapatkan mendatangkan makna dan manfaat dalam kehidupan, terima kasih.

Wassalamuaikum wr.wb.

Bogor, Maret 2013


(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI. ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-Ekologi Labi-labi ... 3

2.1.1 Klasifikasi dan taksonomi ... 3

2.1.2 Morfologis ... 3

2.1.3 Populasi dan penyebaran ... 6

2.1.4 Habitat dan pakan ... 6

2.1.5 Status perlindungan ... 7

2.2 Penangkaran labi-labi ... 7

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 10

3.2 Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 10

3.2.1 Karakteristik dan pemeliharaan labi-labi ... 10

3.2.1.1 Pengukuran karakteristik morfometri dan identifikasi karakteristik morfologis labi-labi ... 10

3.2.1.2 Pemeliharaan di penangkaran ... 11

3.2.2 Uji coba preferensi pakan... 12

3.4 Analisis Data ... 15

3.4.1 Pemeliharaan labi-labi ... 15

3.4.2 Karakteristik labi-labi ... 15

3.4.3 Uji coba preferensi pakan... 16

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Penangkaran PT.Ekanindya Karsa ... 19

4.2. Kondisi Fisik Lingkungan ... 19

4.3. Jenis-jenis Satwa Lain yang Ditangkarkan ... 19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil ... 21


(12)

5.1.1 Karakteristik Labi-labi di Penangkaran ... 21

5.1.2 Pengelolaan dan pemeliharaan labi-labi... 24

5.1.2.1 Pengelolaan tempat pemeliharaan ... 24

5.1.2.2 Pengelolaan dan pemberian pakan ... 28

5.1.2.3 Pemeliharaan kesehatan dan penanganan terhadap penyakit ... 30

5.1.2.4 Pemeliharaan dan pengelolaan telur labi-labi ... 31

5.1.2.5 Suhu, kelembaban dan pH kolam pemeliharaan labi-labi ... 35

5.1.3 Uji coba preferensi pakan anakan uji ... 35

5.1.3.1 Tingkat konsumsi, preferensi dan palatabilitas pakan ... 35

5.1.3.2 Pertumbuhan anakan uji ... 38

5.1.3.5 Efisiensi biaya pakan... 40

5.1.3.6 Aktivitas harian anakan uji... 41

5.2 Pembahasan ... 43

5.2.1 Pengadaan bibit dan karakteristik labi-labi ... 43

5.2.2 Pengelolaan dan pemeliharaan labi-labi... 48

5.2.3 Preferensi pakan anakan uji ... 60

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 68

6.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1 Kriteria Indeks Neu ... 17 2 Analisis efisiensi biaya pakan anakan/ekor/hari ... 18 3 Karakteristik morfometri labi-labi dewasa ... 22 4 Data jumlah telur dan anakan yang berhasil menetas dalam inkubator ... 22 5 Karakteristik morfometri dan kondisi umum telur labi-labi ... 23 6 Karakteristik morfometri anakan non uji ... 24 7 Rataan pakan yang dikonsumsi anakan (g/ekor/hari) ... 36 8 Tingkat kesukaan anakan terhadap pakan dengan metode Indeks Neu ... 37 9 Rataan pertumbuhan anakan uji per minggu pengamatan ... 38 10 Laju pertumbuhan tiap individu anakan uji ... 39 11 Perbandingan biaya pakan/ekor/hari ... 40


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Perbandingan morfologis karapas labi-labi ... 4

2 Perbandingan morfologis plastron dan warna ekor labi-labi ... 4

3 Bentuk kepala labi-labi ... 5

4 Gigi dan bibir anakan labi-labi ... 5

5 Morfologis cakar dan selaput renang labi-labi ... 6

6 Perbedaan kelamin individu jantan dan betina dewasa labi-labi dengan memperhatikan ciri ekor ... 11

7 Jenis pakan uji ... 13

8 Peletakan pakan untuk anakan uji ... 13

9 Tempat pemeliharaan anakan uji . ... 14

10 Kolam dan kandang awal labi-labi dewasa ... 25

11 Komposisi kandang dan kolam baru labi-labi dewasa ... 26

12 Bak pemeliharaan anakan ... 26

13 Pengurasan air kolam labi-labi dewasa dengan pompa ... 27

14 Cara pemberian pakan untuk labi-labi ... 29

15 Jenis-jenis penyakit yang ditemukan pada labi-labi dewasa ... 30

16 Proses pengkoleksian telur labi-labi... 31

17 Inkubator telur labi-labi ... 32

18 Tempat kotak pasir dan rak peletakan telur labi-labi di dalam inkubator ... 33

19 Telur normal dan telur yang busuk serta berlumut. ... 33

20 Proses menetasnya anakan labi-labi di dalam inkubator... 34

21 Tempat dan kotak pemeliharaan anakan sementara. ... 35

22 Rataan konsumsi pakan anakan per jenis pakan yang diberikan selama penelitian (g/ekor/hari) ... 36

23 Persen palatabilitas keseluruhan anakan per jenis pakan yang diberikan ... 38

24 Aktivitas harian anakan uji pada rentang waktu pengamatan pagi, siang dan malam hari. ... 41


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Karakteristik labi-labi dewasa ... 75

2 Karakteristik telur labi-labi ... 75

3 Karakteristik anakan labi-labi non uji saat menetas ... 76

4 Suhu kandang labi-labi dewasa ... 77

5 Kelembaban kandang labi-labi dewasa ... 77

6 Fluktuasi pH air kolam labi-labi dewasa ... 78

7 Pertumbuhan panjang lengkung karapas (PLK) anakan uji setiap minggu pengamatan ... 79

8 Pertumbuhan lebar lengkung karapas (LLK) anakan uji setiap minggu pengamatan ... 79


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suku kura air tawar bertempurung lunak merupakan kelompok kura-kura yang mempunyai penyebaran paling luas di dunia (Iskandar 2000). Labi-labi (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) atau yang lebih umum dikenal oleh masyarakat dengan sebutan bulus merupakan satu-satunya spesies dari marga

Amyda. Sampai saat ini, labi-labi belum dilindungi oleh undang-undang Republik Indonesia, namun secara internasional labi-labi termasuk spesies yang terancam kelestariannya lalu digolongkan ke dalam kategori Appendix II CITES (CITES 2010) dan digolongkan pula dalam kategori vulnerable (rentan) pada Red Data Book (IUCN 2010).

Kategori yang ditetapkan oleh CITES dan IUCN tersebut dilandasi atas tingginya eksploitasi labi-labi di alam untuk memenuhi permintaan bagi kepentingan komersil, baik untuk peliharaan maupun konsumsi yang ditunjukan dengan kuota 75.822 ekor dalam kurun tahun 2006 - 2008 untuk dalam negeri dan 25.200 ekor untuk kuota ekspor (Ditjen PHKA 2006, 2007, 2008). Selain dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi, tingginya permintaan daging labi-labi juga disebabkan oleh kepercayaan sebagian besar masyarakat terutama dari etnis Cina, Jepang, Singapura dan Hongkong yang mempercayai bahwa daging labi-labi dapat menyembuhkan bermacam jenis penyakit (Amri & Khairumman 2002).

Eksploitasi yang dilakukan terus menerus tentunya dapat mengakibatkan kepunahan terhadap spesies ini apabila tidak segera dilakukan kegiatan budidaya dan pengembangbiakan intensif di luar habitat aslinya. Salah satu tindakan konservasi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan manusia akan ketersediaan labi-labi tanpa mengabaikan sisi konservasi adalah dengan melakukan upaya pembudidayaan melalui kegiatan penangkaran. Penangkaran labi-labi di Indonesia sendiri tergolong baru sehingga belum banyak terdapat acuan pustaka terkait bentuk pengelolaan dan pemeliharaan satwa ini di luar habitat aslinya (eks-situ). PT. Ekanindya Karsa adalah salah satu perusahaan di Indonesia yang telah merintis usaha untuk mengembangbiakan labi-labi sejak tahun 2008 hingga kini.


(17)

Hingga saat ini, belum banyak data dan acuan terkait bentuk pengelolaan dan teknik pemeliharaan labi-labi dalam penangkaran. Penelitian mengenai bentuk pengelolaan serta teknik pemeliharaan mengenai labi-labi dan preferensi pakan anakan labi-labi diharapkan akan membantu dan meningkatkan usaha konservasi satwa ini.

1.2 Tujuan

Labi-labi merupakan spesies yang masih jarang untuk dibudidayakan dalam penangkaran, maka tujuan yang dicapai dengan adanya penelitian ini adalah :

1. Mengukur karakteristik labi-labi yang berada di penangkaran PT. Ekanindya Karsa

2. Mendokumentasikan bentuk pemeliharaan labi-labi yang dilakukan oleh PT. Ekanindya Karsa

3. Mengukur tingkat konsumsi dan preferensi pakan anakan uji terhadap beberapa jenis pakan yang diberikan

1.3 Manfaat

Manfaat dari adanya penelitian ini adalah menghasilkan informasi dan data mengenai keseluruhan bentuk pemeliharaan labi-labi secara umum agar dapat menjadi masukan untuk kelangsungan dan keberhasilan pemeliharan labi-labi di penangkaran. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menghasilkan informasi mengenai tingkat konsumsi dan preferensi pakan anakan melalui uji coba pemberian berbagai jenis pakan agar terjaminnya kelangsungan hidup labi-labi, khususnya anakan yang tergolong masih rentan untuk dapat bertahan hidup di luar habitat alaminya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bio-Ekologi Labi-labi (Amyda cartilaginea) 2.1.1 Klasifikasi dan taksonomi

Kura-kura bertempurung lunak sering dideskripsikan seperti kue panekuk dikarenakan cangkangnya yang datar dan lembut (Lim & Lim 1992). Menurut Ernst dan Barbour (1989), klasifikasi ilmiah labi-labi (Amyda cartilaginea) adalah termasuk ordo Testudinata, family Trionychidae, genus Amyda dan spesies

Amyda cartilaginea (Boddaert 1770). Selain dikenal dengan nama ilmiah

Amyda`cartilaginea, nama ilmiah lain labi-labi adalah Trionyx cartilagineous

(Amri & Khairumman 2002). Amyda cartilaginea dikenal juga dengan nama umum Asiatic shoftshell turtle atau Black-rayed shoftshell turtle (Inggris),

Trionyx cartilagineux (Perancis), Knorpel weichschildkröte (Belanda) (Ernst & Barbour 1989). Untuk nama daerah labi-labi menurut Amri dan Khairumman (2002) cukup banyak, misalnya masyarakat Pasundan (Jawa Barat) menyebut kuya dan masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) menamakannya labi. Masyarakat yang bermukim di Pulau Kalimantan menyebutnya bidawang. Meskipun demikian, secara luas masyarakat Indonesia lebih mengenalnya dengan sebutan labi-labi atau bulus.

2.1.2 Morfologis

Labi-labi memiliki theca yaitu bagian tubuh labi-labi yang berbentuk bulat oval. Theca dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu karapas pada bagian dorsal dan plastron pada bagian ventral (Amri & Khairumman 2002). Menurut Lim dan Das (1999), labi-labi memiliki karapas yang lonjong cenderung bulat dengan sisi terluas ke arah posterior. Labi-labi memiliki tuberkel yang berbeda di pinggiran karapas, ada yang berbentuk baris tunggal maupun ganda. Karapas anakan labi-labi memiliki tuberkel yang kecil dan permukaan karapasnya bertekstur kasar, sedangkan labi-labi dewasa sudah tergolong memiliki karapas yang halus. Bagian karapas pada labi-labi memiliki banyak variasi warna, diantaranya berwarna coklat, hitam kecoklatan dan terkadang hitam kotor.


(19)

Karapas labi-labi terkadang memiliki bintik atau tanda gelap, terutama bagi individu anakan (De Rooij 1915) (Gambar 2).

Gambar 1 Perbandingan morfologis karapas (a) labi-labi dewasa dan (b) anakan labi-labi.

Pada labi-labi plastron umumnya berwarna putih kekuningan. Perbedaan bagian plastron antara labi-labi dewasa dan anakan adalah pada bagian ekor. Ekor labi-labi dewasa berwarna putih, senada dengan warna plastron dan bertekstur keriput. Sedangkan pada individu anakan, ekor tampak berwarna kekuningan (Gambar 2).

Gambar 2 Perbandingan morfologis plastron dan warna ekor pada (a) labi-labi dewasa dan (b) anakan labi-labi.

Perisai dan kepala labi-labi berbentuk bulat, perisai dengan lipatan memanjang yang halus dan terputus-putus, kepala biasanya dengan bintik-bintik kuning dan hitam (Iskandar 2000). Menurut Lim dan Das (1999), kepala dan leher labi-labi memiliki bintik-bintik berwarna kuning dan 2-3 garis membentuk tanda berbentuk V atau panah di kepala. (Gambar 3). Leher labi-labi dapat dipanjang-pendekan, sehingga apabila merasa terancam labi-labi akan memasukan leher dan tungkai-tungainya ke dalam theca (Amri & Khairumman 2002). Iskandar (2000) juga menyebutkan bahwa satwa ini termasuk spesies yang memiliki leher yang cukup panjang karena dapat mencapai paling sedikit pertengahan dari perisainya.


(20)

.

Gambar 3 Bentuk kepala (a) labi-labi dewasa dan (b) anakan labi-labi. Salah satu ciri labi-labi yaitu mata tidak terletak dekat dengan ujung moncong. Matanya berukuran kecil dan lubang hidungnya terletak di ujung belalai yang kecil dan pendek. Mulutnya mempunyai bibir yang relatif tebal (Iskandar 2000). Ciri umum labi-labi yang termasuk dalam Ordo Testudinata, adalah ketiadaan gigi, sebagai gantinya tepi rahangnya tertutup zat tanduk yang tajam (Hoeve 2003). Menurut Morris (1959), bagian ini sangat baik untuk memotong dan menyobek makanannya sampai ukuran kecil hingga mudah untuk ditelan. Labi-labi tidak bergigi namun memiliki rahang yang sangat kuat dan tajam, juga memiliki lidah yang tebal, pendek, lebar dan melekat di dasar mulut (Gambar 4).

Gambar 4 Gigi dan bibir anakan labi-labi.

Labi-labi dapat mencapai ukuran 100 cm, walaupun pada umumnya hanya sekitar 60 cm saja (Iskandar 2000). Labi-labi memiliki sepasang tungkai kaki depan masing-masing berkuku tiga buah dan berselaput renang, demikian pula sepasang kaki belakangnya. Dengan dua pasang tungkai tersebut, labi-labi dapat berenang dengan cepat karena selaput renangnya cukup besar dan bisa berlari di daratan (Iskandar 2000, Amri & Khairumman 2002) (Gambar 5).


(21)

Gambar 5 Morfologis cakar dan selaput renang (a) kaki depan labi-labi dan (b) kaki belakang labi-labi.

2.1.3 Populasi dan penyebaran

Populasi labi-labi terutama di Indonesia belum diketahui pasti jumlahnya dikarenakan minimnya penelitian populasi terhadap satwa ini. Salah satu survey penelitian mengenai jumlah populasi satwa ini adalah survey di Berau Propinsi Kalimantan Timur yang dilakukan oleh Kusrini et al. (2009) yang berhasil menghimpun data penangkapan labi-labi selama 3 bulan yaitu bulan April – Juni 2009 sebanyak 612 ekor.

Distribusi labi-labi meliputi wilayah timur dan selatan Myanmar, bagian selatan Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, bagian barat Malaysia dan sebagian wilayah Indonesia. Penyebaran labi-labi di Indonesia meliputi pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Lombok dan beberapa pulau kecil di sekitarnya (Lim & Das 1999). Iskandar (2000) menyebutkan pula bahwa labi-labi juga tersebar di sebagian kecil wilayah pulau Sulawesi.

2.1.4 Habitat dan pakan

Menurut Lim dan Das (1999), Iskandar (2000), Win dan Win (2002) Amri dan Khairumman (2002), labi-labi dapat ditemukan di perairan tergenang dengan dasar perairan lumpur berpasir yang terdapat batu-batuan dan tidak terlalu dalam serta di berbagai tipe habitat air tawar lainnya seperti sungai berlumpur, kolam dan kanal-kanal irigasi, baik yang terletak di ketinggian maupun daerah dengan elevasi rendah dengan suhu air sekitar 25 – 30%. Pada habitat alaminya, labi-labi mengonsumsi beberapa jenis serangga air, kepiting, udang-udangan, ikan, bangkai dan terkadang buah-buahan dan rerumputan (Lim & Das 1999). Disebutkan pula dalam Ernst dan Barbour (1989), labi-labi merupakan satwa karnivora yakni berupa ikan, beberapa jenis amfibi, krustasea, serangga air dan


(22)

invertebrata air lainnya. Namun, menurut penelitian Jensen dan Das (2008) terlihat bahwa labi-labi adalah omnivora.

2.1.5 Status perlindungan

Menurut Lim dan Das (1999), labi-labi biasanya dieksploitasi secara berlebihan untuk dimanfaatkan dagingnya dan dipercayai oleh etnis Cina bahwa daging dan karapasnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengobatan tradisional. Berdasarkan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan disebutkan bahwa labi-labi, bulus atau kura-kura air tawar merupakan salah satu sumber daya ikan (Amri & Khairumman 2002). Labi-labi merupakan satwa yang belum dilindungi oleh perundang-undangan RI, namun telah masuk dalam dalam daftar CITES pada tahun 2005 (Kusrini et al. 2009). Labi-labi digolongkan oleh ke dalam kategori Appendix II CITES (CITES 2010) dan digolongkan pula dalam kategori vulnerable (rentan) pada Red List Data Book (IUCN 2010) yang berarti rawan atau tidak kritis berbahaya atau berbahaya tetapi beresiko tinggi terhadap kepunahan di alam liar di masa yang akan datang.

2.2 Penangkaran Labi-labi

Berdasarkan PP No. 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan tumbuhan dan satwaliar (Ditjen PHKA 2004), penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran tumbuhan dan satwaliar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. PP No. 8 Tahun 1999 juga menyebutkan penangkaran untuk tujuan pemanfaatan jenis dilakukan melalui kegiatan: (a) pengembangbiakan satwa atau perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam lingkungan yang terkontrol; (b) penetasan telur dan atau pembesaran anakan yang diambil dari alam. Seperti yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah diatas, perkembangbiakan jenis di luar habitat aslinya wajib memenuhi syarat menjaga kemurnian jenis, menjaga keanekaragaman genetik, melakukan penandaan dan sertifikasi serta laporan berupa pencatatan secara terstruktur.

Pemeliharaan diluar habitat alaminya wajib memenuhi syarat standar kesehatan satwa, menyediakan tempat yang memadai, aman dan nyaman, memiliki tenaga ahli dalam bidang medis dan pemeliharaan satwa dan selalu memperhatikan kesejahteraan satwa. Kesejahteraan satwa berhubungan dengan


(23)

kualitas hidup kondisi dan perlakuan terhadap satwa tersebut (Dallas 2006) dan mencakup antara lain bebas dari rasa haus, lapar dan kekurangan nutrisi; perlengkapan yang tepat untuk kenyamanan dan ketersediaan shelter; pencegahan atau diagnosa yang cepat dan bebas luka, penyakit dan parasit; bebas dari rasa tertekan dan stress; dan mampu menunjukan pola perilaku alami seperti di habitat aslinya (Gregory 1998).

Menurut Amri dan Khairumman (2002), dalam budidaya labi-labi idealnya dikenal empat tempat yang harus disediakan pihak penangkaran, diantaranya adalah kolam pemeliharaan dan pemijahan, tempat penetasan telur (inkubator), tempat pemeliharaan larva (pendederan) dan tempat pembesaran. Ukuran kolam bervariasi tergantung tujuan pembuatan kolam.

Pemberian pakan di penangkaran dapat mengacu kepada pakan asli labi-labi di alam yaitu ikan kecil, krustasea kecil, kepiting, udang-udangan lumpur dan satwa air lainnya. Menurut Amri dan Khairumman (2002), pakan yang cocok dan disenangi labi-labi adalah ikan rucah atau ikan yang tidak layak konsumsi untuk manusia. Cara pemberian pakan adalah dengan cara meletakan pakan di beberapa tempat di tepi kolam atau daratan yang mudah dijangkau oleh labi-labi.

Pada kegiatan reproduksi dalam penangkaran, harus ditentukan perbandingan ideal antara induk jantan dan betina agar reproduksi dapat optimal. Ujicoba perkembangbiakan di kolam oleh pihak pengusaha labi-labi di Kalimantan dan Sumatra dilakukan dengan perbandingan jantan dan betina sebesar 1 : 4, dan menunjukan jumlah telur yang dihasilkan rendah (berkisar antara 5% sampai 15%) (BBAT 1998). Labi-labi dewasa dapat bertelur lebih dari satu kali dalam setahun.

Hama yang merugikan labi-labi adalah hewan yang termasuk predator, yang mengancam labi-labi baik dari tahap telur, larva anakan maupun labi-labi dewasa (Amri & Khairumman 2002). Lebih lanjut dikatakan dalam Amri dan Khairumman (2002) bahwa hewan yang tergolong hama adalah pacet, linsang, biawak dan ular. Selain hama, penyakit juga adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi dan pertumbuhan labi-labi. Menurut Amri dan Khairumman (2002), ciri-ciri labi-labi yang terkena penyakit adalah gerakannya lemah, hilang keseimbangan, nafsu makan berkurang, menggosok-gosokkan


(24)

tubuhnya pada benda yang keras, kulit dan bagian badannya rusak sehingga berwarna pucat, dan terlihat bintik-bintik pucat pada permukaan tubuhnya. Berdasarkan Amri dan Khairumman (2002), penyakit yang sering menyerang labi-labi diantaranya adalah parasit (Ichthyopthyrius multifilis) yang menyebabkan penyakit bintik putih dan penyakit bercak merah yang disebabkan oleh jamur, parasit dan kutu air.


(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yakni dimulai pada tanggal 3 Juli 2012 sampai dengan 3 Oktober 2012 di Penangkaran PT. Ekanindya Karsa di Cikende Kabupaten Serang, Jawa Barat. Perusahaan ini terletak pada areal seluas 14.000 m²/1,4 Ha, yang tepatnya terletak di Jl. Raya Serang km 62 Desa Parigi Kecamatan Cikende, Kabupaten Serang Provinsi Serang.

3.2 Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Objek yang diamati selama penelitian adalah berupa sembilan induk labi-labi dewasa, 25 telur labi-labi-labi-labi hasil peneluran labi-labi-labi-labi dewasa serta 45 ekor anakan labi-labi (15 anakan uji untuk preferensi pakan dan 30 anakan non uji untuk melihat bentuk pemeliharaan yang dilakukan pihak penangkaran) yang berumur kurang lebih 1-2 bulan.

3.2.1 Karakteristik dan pemeliharaan labi-labi

3.2.1.1Pengukuran karakteristik morfometri dan identifikasi karakteristik morfologis labi-labi

Pengukuran karakteristik morfometri telur dilakukan dengan mengukur diameter (cm) dengan menggunakan kaliper dan bobot telur (gram) dengan mengggunakan timbangan digital. Pengukuran karakteristik morfometri labi-labi dilakukan dengan pengukuran panjang lengkung karapas (cm), lebar lengkung karapas (cm) serta pengukuran bobot tubuh (gram untuk anakan dan kilogram untuk dewasa) pada setiap individu. Pengukuran panjang dan lebar lengkung karapas dilakukan menggunakan meteran jahit.

Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan digital untuk anakan labi-labi sedangkan timbangan gantung untuk individu dewasa. Pengukuran terhadap telur dan individu dewasa dilakukan sekali selama penelitian. Identifikasi karakteristik morfologis kualitatif dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengambilan gambar terhadap individu labi-labi. Karakteristik morfologis kualitatif yang diamati meliputi bentuk tubuh dan jenis kelamin dewasa dengan melihat ciri ekor (Gambar 6).


(26)

Gambar 6 Perbedaan jenis kelamin labi-labi (a) jantan dan (b) betina dewasa dengan melihat ciri ekor.

3.2.1.2 Pemeliharaan di penangkaran

Dokumentasi dan penjelasan mengenai kandang diantaranya bentuk, jumlah, ukuran, konstruksi, fasilitas, daya tampung dan suhu kandang. Data diambil dengan metode pengamatan langsung dan pengukuran secara deskriptif. Pengukuran suhu dan kelembaban kandang menggunakan termometer dry-wet

yang diletakan dalam kandang. Pengamatan dilakukan selama satu bulan dengan pengulangan waktu 4 kali dalam sehari yaitu pagi (07.00 WIB), siang (12.00 WIB), sore (16.00 WIB) dan malam hari (20.00 WIB).

Aspek pakan yang diamati dan diukur meliputi jenis pakan, waktu pemberian pakan, pengukuran jumlah pakan dan cara pemberian pakan pada labi-labi. Data mengenai aspek pakan ini diambil dengan metode pengamatan langsung di lapang dan wawancara dengan animal keeper. Pengamatan pemeliharaan kesehatan satwa di dalam kandang dilakukan dengan studi pustaka, pengamatan langsung dan wawancara terhadap animal keeper. Data yang diambil meliputi jenis penyakit, upaya pencegahan dan penanggulangan, jenis obat atau desinfektan dan waktu pemberian obat atau desinfektan. Aspek pemeliharaan dan pengelolaan telur labi-labi meliputi kegiatan identifikasi dan pengkoleksian telur dari sarang, peletakan telur dalam inkubator, pemeliharaan telur dalam inkubator dan penanganan anakan labi-labi pasca menetas. Data tersebut diambil dengan menggunakan metode pengamatan langsung dan wawancara terhadap animal keeper,

Data menajemen pengelolaan penangkaran dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lokasi serta wawancara yang dilakukan kepada manager teknis perusahaan serta satu orang animal keeper labi-labi PT. Ekanindya Karsa


(27)

dalam kurun waktu selama penelitian berlangsung. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui bentuk pengelolaan dan pemeliharaan labi-labi dalam penangkaran, dimulai dari perlakuan terhadap individu baru yang datang, koleksi dan inkubasi telur, perlakuan penetasan dan penangangan anakan pasca tetas, bentuk pemeliharaan secara umum dan hal-hal lain yang terkait akan pengelolaan penangkaran labi-labi.

3.2.2 Uji coba preferensi pakan

Penelitian uji coba pakan terhadap anakan labi-labi menggunakan cara pemberian pakan dengan sistem cafeteria. Sistem ini membebaskan anakan memilih pakan yang telah disediakan sebagai berbagai pilihan konsumsinya. Pakan yang diujikan terdiri dari 4 jenis pakan yang terbagi atas dua kelompok, yaitu kelompok daging dan tumbuhan. Kelompok daging terdiri atas halusan daging ikan tongkol dan halusan daging udang, sedangkan kelompok tumbuhan terdiri atas tumbukan bayam dan parutan ubi jalar kuning. Alur prosedur penelitian uji coba preferensi pakan ini adalah dengan memberikan 4 macam pakan sekaligus terhadap masing-masing 15 ekor anakan lalu dilakukan pengukuran terhadap preferensi dan konsumsi pakan; pertumbuhan panjang, lebar lengkung karapas; dan bobot tubuh serta data pendukung lainnya seperti suhu, kelembaban dan pH air.

Sebelum dilakukan penelitian dan pemisahan di kotak, setiap sampel anakan diberikan pakan yang biasa diberikan oleh pihak pengelola pada waktu yang bersamaan. Kemudian setiap anakan diukur panjang lengkung karapas (PLK), lebar lengkung karapas (LLK) dan bobotnya serta dilihat kondisi kesehatannyan pada awal kegiatan. Kemudian masing-masing anakan diletakkan pada kotak plastik yang berukuran (33 x 25 x 11) cm yang telah terisi pasir setinggi 5 cm, air setinggi 4 cm dan telah dilengkapi oleh tempat berjemur dan pakan berupa batu bata merah yang berukuran (22 x 11 x 5) cm. Setiap kotak diberikan nomor agar tidak terjadi kesalahan pencatatan dan pengukuran. Keseluruhan anakan dipuasakan 1 hari terlebih dahulu agar memiliki tingkat kelaparan yang sama pada saat hari percobaan pertama.


(28)

Sebelum diberikan kepada anakan, semua bahan pakan yang telah disiapkan dipastikan untuk dicuci bersih dan kemudian dihaluskan. Daging ikan tongkol dan udang dipotong-potong dengan ukuran kecil terlebih dahulu dengan pisau lalu dihaluskan manual dengan menggunakan tangan agar lebih halus. Untuk jenis pakan bayam, bayam dipotong-potong terlebih dahulu lalu di tumbuk sampai halus dengan menggunakan ulekan tradisional, sedangkan ubi jalar kuning diparut dengan parutan sampai halus (Gambar 7).

Gambar 7 Jenis pakan uji (a) daging ikan tongkol, (b) daging udang, (c) bayam dan (d) ubi jalar kuning.

Pakan yang diberikan kepada anakan memiliki berat masing-masing 20% (Rahmi 2008) dari rata-rata berat keseluruhan anakan untuk menyamaratakan dan mempermudah penimbangan pakan. Pakan diberikan satu kali sehari untuk satu hari pada sore hari yaitu pada pukul 15.00 WIB. Pakan diletakan masing-masing terpisah dalam tempat pakan yang diletakan di balok kayu (Gambar 8). Pakan yang disediakan harus segar dan bebas dari kotoran. Anakan yang telah diberikan 4 jenis pakan lalu diukur panjang lengkung karapas (cm), lebar lengkung karapas (cm) dan bobot tubuh (gram) setiap 1 minggu sekali selama kegiatan penelitian (9 minggu). Kotak pemeliharaan anakan labi-labi dibersihkan seminggu sekali dengan dilakukan pergantian air dan pencucian pasir agar kotoran anakan dan lumut yang mulai tumbuh dapat hilang.

Gambar 8 Peletakan pakan untuk anakan uji (dari kiri kekanan : daging ikan tongkol, daging udang, bayam dan parutan ubi).


(29)

Kotak uji yang berjumlah 15 buah tersebut disatukan dan dimasukan ke dalam bak pemeliharaan yang lebih besar untuk memudahkan kegiatan pemberian pakan pemeliharaan serta terlindungi dari predator seperti anjing dan tikus yang banyak terdapat di penangkaran. Bak tersebut berukuran (112 x 95 x 50) cm dan terbuat dari plastik tebal yang dilengkapi dengan rangka besi agar lebih kokoh (Gambar 9).

Gambar 9 Tempat pemeliharaan anakan uji (a) susunan kotak uji di dalam bak plastik dan (b) bak plastik yang dilengkapi dengan rangka besi serta ditutupi anyaman daun kelapa agar anakan terlindungi oleh panas.

Selain dilakukan kegiatan pembersihan kotak pemeliharaan secara rutin, juga dilakukan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan anakan labi-labi uji selama penelitian. Anakan uji di bersihkan karapasnya apabila ada kotoran atau lumut yang menempel di karapasnya untuk mencegah penyakit. Pembersihan karapas anakan uji dilakukan dengan menyikat dengan lembut karapas anakan dengan menggunakan sikat gigi, lalu karapas anakan dikeringkan dengan menggunakan lap kering.

Parameter yang diukur dan diamati meliputi pertumbuhan panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas, bobot tubuh, konsumsi pakan dan konversi pakan. Selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap kondisi dan aktivitas anakan selama penelitian, suhu dan kelembapan selama di lokasi penelitian sebagai data pendukung. Pengukuran untuk masing-masing parameter dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Data pertambahan panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas dan bobot tubuh, diperoleh dari hasil pengukuran parameter pertumbuhan setiap seminggu sekali selama 9 minggu percobaan yang meliputi: panjang, lebar lengkung karapas dan bobot tubuh anakan labi-labi percobaan.


(30)

2. Data konsumsi pakan, diperoleh dengan menghitung selisih bobot pakan yang diberikan dan sisa yang tidak termakan. Perhitungan dilakukan setiap sehari satu kali setelah pemberian pakan sehari sebelumnya selesai. Jumlah konsumsi akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan Metode Neu. Pengukuran nilai gizi masing-masing pakan dengan mencari literature mengenai analisis proksimat tiap bahan pakan.

3. Kondisi dan aktivitas anakan labi-labi selama penelitian. Studi pustaka dan penelusuran dokumen yang terdapat di PT. Ekanindya Karsa. Observasi lapang meliputi jenis perlengkapan perawatan dan pengelolaan labi-labi. Wawancara dilakukan terhadap animal keeper dan pihak pengelola PT. Ekanindya Karsa .

Untuk mengetahui waktu pemberian pakan ideal bagi anakan, maka dilakukan pengamatan aktivitas harian anakan labi-labi. Pengambilan data ini aktivitas harian anakan labi-labi di penangkaran dilakukan dengan metode ad libitum sampling, yaitu mencatat perilaku yang terlihat sebanyak-banyaknya pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan per 5 menit selama 5 hari untuk masing-masing anakan uji. Total anakan yang di amati adalah keseluruhan anakan uji yaitu 15 ekor anakan. Pengamatan dilakukan pada 3 waktu yaitu pagi (07.00 – 10.00 WIB), siang (12.00 – 15.00 WIB) dan malam (19.00 – 22.00 WIB). Seluruh anakan uji yang ada di dalam setiap kotak pemeliharaan dapat teramati pada waktu tersebut.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Pemeliharaan labi-labi

Data yang telah diperoleh melalui pengamatan dan observasi langsung di lokasi serta wawancara yang dilakukan selama penelitian berlangsung akan dianalisis secara deskriptif.

3.3.2 Karakteristik labi-labi

Perhitungan nilai tengah dari parameter yang meliputi diameter telur, bobot telur dan badan, panjang lengkung karapas anakan dan induk serta lengkung karapas anakan dan induk badan dengan menggunakan persamaan statistik sebagai berikut (Walpole 1993).


(31)

Keterangan :

x : nilai tengah setiap parameter

�x : jumlah data setiap parameter

n :jumlah individu

Rumus yang digunakan dalam perhitungan nilai standar deviasi (Walpole 1993), karena data yang dianalisis merupakan data sampel serta dikelompokkan, sehingga persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Keterangan : S : standar deviasi

xi : nilai ke-i

x : nilai rata-rata

n : jumlah populasi

Data-data yang diperoleh tersebut akan di analisis secara deskriptif dan membandingkannya dengan literatur yang tersedia.

3.3.3 Uji coba preferensi pakan anakan

Data dan informasi yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dianalisis berdasarkan jenis dan klasifikasi data yang duikumpulkan. Penelitian preferensi pakan ini terbagi atas data tingkat konsumsi pakan dan preferensi pakan yang selanjutnya akan dilakukan analisis secara kuantitatif.

1. Analisis tingkat konsumsi dan preferensi pakan

Untuk mendapatkan besaran konsumsi, data dilakukan secara analisis secara kuantitatif. Banyaknya pakan yang dikunsumsi oleh masing-masing anakan labi-labi per hari dihitung selisih antara sebelum dan sesudah pemberian pakan. Besaran konsumsi setiap jenis pakan dihitung dengan cara sebagai berikut (Novriyanti 2011):

Keterangan :

K : konsumsi pakan BP0 : berat pakan mula-mula

BP1 : berat pakan sisa

Selain menghitung tingkat konsumsi, analisis kuantitatif yang digunakan yaitu menggunakan pengujian dengan pendekatan Metode Neu (Indeks Preferensi). Menurut Neu et al.(1974), jika nilai w ≥ 1 maka jenis pakan tersebut

K = BP

0

- BP

1

n

x

x

n

x

x

s

n

i 1

(

1

2

)

2


(32)

disukai. Nilai w yang didapat dari hasil perhitungan merupakan Indeks Preferensi, maka nilai Indeks Preferensi dari jenis pakan dibagi dalam dua kriteria, yaitu : a. W ≥ 1 : disukai

b. W ≤ 1 : tidak disukai

Penentuan Metode Neu (Indeks Preferensi) menurut Neu et al. (1974) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Indeks Neu

Jenis pakan Ketersediaan Penggunaan Indeks Preferensi

A P N U E W B

Ikan Tongkol a.1 p.1 n.1 u.1 e.1 w.1 b.1 Udang a.2 p.2 n.2 u.2 e.2 w.2 b.2 Bayam a.3 p.3 n.3 u.3 e.3 w.3 b.3 Ubi Jalar Kuning a.4 p.4 n.4 u.4 e.4 w.4 b.4

Jumlah Keterangan :

a : jumlah pakan yang teramati

p : proporsi jumlah pakan yang teramati

n : jumlah masing-masing jenis pakan yang teramati dimakan

u : proporsi jumlah masing-masing pakan yang teramati dimakan ( /⅀n) e : nilai harapan

w : indeks preferensi ( / )

b : indeks seleksi yang distandarkan ( / ⅀w)

2. Analisis palatabilitas pakan

Palatabilitas setiap jenis pakan dihitung dengan membandingkan jumlah total konsumsi pakan keseluruhan anakan (gram) per jenis pakan dengan jumlah bobot total pakan awal (gram) per jenis pakan, lalu di persentasekan untuk mendapartkan persentase palatabilitas pakan anakan (Novriyanti 2010).

Keterangan :

P : palatabilitas

BKP : bobot konsumsi pakan

BTP : bobot total pakan yang diberikan

3. Analisis pertumbuhan dan laju pertumbuhan anakan uji

Data pertumbuhan anakan labi-labi disajikan dalam bentuk tabel dan gambar hingga dapat ditarik kesimpulan. Analisis data juga dilakukan dengan menggambaran keterkaitan pertumbuhan dengan pemberian pakan. Hasil pengukuran panjang lengkung karapas, lebar lengkung karapas dan bobot tubuh dianalisis dengan persamaan berikut :

%

100

BTP

BKP

P


(33)

Rumus laju pertumbuhan (Effendie 1997)

Keterangan :

v : laju pertumbuhan

: selisih variabel pengukuran (bobot tubuh, panjang lengkung karapas dan lebar lengkung karapas)

: selisih waktu

4. Analisis efisiensi biaya pakan anakan labi-labi

Dari data rataan jumlah pakan yang dikonsumsi keseluruhan anakan perharinya dan harga satuan bahan pakan anakan yang digunakan, akan dilihat keefektifan biaya pembelian bahan pakan dan waktu pertumbuhan anakan berdasarkan penentuan bobot optimal bahan pakan yang digunakan (Tabel 2). Hasil analisis ini diharapkan akan membantu pihak pengelola PT. Ekanindya Karsa dalam menentukan bobot optimal pakan yang paling efisien secara waktu dari bahan pakan yang dianggap paling di sukai oleh anakan labi-labi dari hasil penelitian ini.

Tabel 2 Analisis biaya pakan anakan/ekor/hari

Jenis pakan Jumlah konsumsi (g/ekor/hari)

Harga/kg

(Rp) Biaya pakan/ekor /hari (Rp) Daging ikan tongkol

Daging udang Bayam

Ubi jalar kuning

5. Aktivitas harian anakan labi-labi uji

Data hasil pengamatan aktivitas harian anakan labi-labi uji di analisis secara naratif deskriptif dalam bentuk persentase untuk menjelaskan secara rinci mengenai aktivitas yang dilakukan. Untuk mempermudah dalam penginterpretasian data maka data yang disajikan dalam bentuk gambar dan grafik.

t

w

v


(34)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Penangkaran PT. Ekanindya Karsa

PT. Ekanindya Karsa semula merupakan perusahaan penyamakan kulit yang didirikan pada tahun 1990. Perusahaan ini berkecimpung dalam usaha perdagangan jenis reptil yaitu buaya. Perusahaan ini terletak pada areal seluas 14.000 m²/1,4 Ha, yang tepatnya terletak di Jl. Raya Serang km 62 Desa Parigi Kecamatan Cikende, Kabupaten Serang Provinsi Serang. Pada tahun 1999 Direktur PT. Ekanindya Karsa mengajukan surat permohonan untuk melakukan usaha pemeliharaan dan perkembangbiakan buaya dalam bentuk penangkaran. Pada tahun 2000 surat ijin tersebut dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan untuk dimulainya mendirikan penangkaran buaya.

Perusahaan ini membuat barang jadi berupa tas, dompet, ikat pinggang, serta aksesoris pria dan wanita yang berasal dari kulit buaya, biawak dan ular sanca. Pada tahun 1995 produk yang telah dibuat lalu diekspor ke luar negeri antara lain ke Jepang dan sekarang sedang diperjuangkan untuk bisa menembus pasar di Paris dan Italia dengan nama produk “Raflo” (Ratnani 2007).

4.2 Kondisi Fisik Lingkungan

Perusahaan ini terletak pada areal bekas rawa dengan topografi dataran rendah yaitu 500 m dari permukaan laut. Temperatur lingkungan di penangkaran berkisar antara 28 - 34º C dan kelembapan berkisar antara 74 – 77 % (Profil perusahaan PT. Ekanindya Karsa).

4.3 Jenis-jenis Satwa Lain yang Ditangkarkan

Labi-labi merupakan satwa yang baru saja diujicobakan dalam pengembangan melalui kegiatan penangkaran di PT. Ekanindya Karsa. Satwa yang menjadi priorotas utama pengembangan pada perusahaan penangkaran ini adalah buaya. Ada 4 jenis satwa yang sekarang ditangkarkan oleh PT. Ekanindya Karsa selain labi-labi, diantaranya adalah buaya Muara (Crocodylus porosus), buaya Air Tawar Irian (Crocodylus novaeguinea), buaya Senyulong (Tomistoma schlegelii) dan kura-kura Moncong Babi (Carettochelys insculpta). Jenis yang


(35)

telah berhasil dikembangkan dengan baik adalah buaya Muara (Crocodylus porosus), untuk dua jenis buaya lainnya belum berhasil dikembangkanbiakan. Kura-kura moncong babi adalah jenis terbaru yang ditangkarkan di penangkaran ini dengan jumlah sebanyak 1 jantan dan 1 betina.

Pihak penangkar menyediakan satu kolam untuk individu dewasa, dikarenakan jumlah labi-labi yang ditangkarkan belum sebanyak buaya. Kolam induk ini berisikan 9 induk labi-labi dewasa yang memang disiapkan untuk pembesaran dan berkembangbiak. Pada kandang ini terdapat satu kolam yang terisi air dan dilengkapi dengan daratan berupa pasir untuk tempat bertelur induk labi-labi. Selain kolam induk, juga disediakan bak-bak pemeliharaan bagi anakan yang baru menetas dan dalam masa pembesaran.


(36)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Karakteristik labi-labi di penangkaran

Pada tahun 2008, perusahaan ini mendapatkan satwa titipan BKSDA yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat berupa 14 ekor labi-labi untuk diujicobakan kegiatan budidaya dan perkembangannya secara intensif di luar habitat aslinya (eks-situ). Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola penangkaran, labi-labi dewasa berasal dari tangkapan langsung di alam dan didatangkan dalam dua tahap, yaitu tahap pertama sebanyak 10 ekor dan tahap kedua sebanyak 4 ekor. Wadah pengangkutan dan pengiriman bibit labi-labi menggunakan kotak kayu dan dikirimkan melalui jalur udara. Selama kurun waktu empat tahun yaitu terhitung dari tahun 2008 jumlah labi-labi dewasa berkurang akibat kematian sehingga menjadi 9 ekor yang terdiri atas 3 jantan dan 6 betina.

Sebelum dilakukan kegiatan penelitian, pihak penangkaran tidak memiliki data mengenai karakteristik morfometri labi-labi dewasa sehingga tidak diketahuinya pertumbuhan dan perkembangaannya sejak didatangkan pertama kali pada 4 tahun yang lalu. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap labi-labi dewasa yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung, didapatkan rataan panjang lengkung karapas (PLK) yaitu 43,33 cm dengan standar deviasi sebesar 0,59 cm, lebar lengkung karapas (LLK) yaitu 35,33 cm dengan standar deviasi sebesar 0,41 cm dan rataan bobot tubuh yaitu 10,11 kg dengan standar deviasi sebesar 3,42 kg. Berdasarkan hasil pengukuran dan identifikasi kelamin tersebut juga dapat diketahui bahwa individu terbesar yaitu individu jantan dengan urutan pengukuran nomer 4 dengan ukuran PLK sebesar 54 cm, LLK sebesar 46 cm dan bobot tubuh seberat 17,5 kg (Tabel 3).


(37)

Tabel 3 Karakteristik morfometri labi-labi dewasa

Individu Jenis Kelamin PLK (cm) LLK (cm) Bobot Tubuh (kg)

Induk 1 Betina 42,00 34,00 8,50

Induk 2 Jantan 44,00 33,00 9,50

Induk 3 Betina 42,00 34,00 10,00

Induk 4 Jantan 54,00 46,00 17,50

Induk 5 Betina 50,00 41,00 14,00

Induk 6 Jantan 40,00 32,00 8,00

Induk 7 Betina 40,00 34,00 8,50

Induk 8 Betina 39,00 31,00 7,50

Induk 9 Betina 39,00 33,00 7,50

Rataan (SD) 43,33 ± 0,59 35,33 ± 0,41 10,11 ± 3,42

Terhitung sejak datang dari Kalimantan 4 tahun yang lalu, labi-labi dewasa telah berhasil melakukan kegiatan reproduksi dan menghasilkan telur pada akhir tahun 2011. Telur yang dihasilkan labi-labi berbetuk bulat, berwarna putih dengan permukaan yang halus dan bercangkang keras. Ukuran telur labi-labi yang berbeda-beda, diduga karena dihasilkan oleh induk yang berbeda (Tabel 3).

Pencatatan telur labi-labi yang dilakukan pihak penangkaran masih sebatas jumlah telur total dan jumlah telur yang dibuahi maupun tidak. Selama kurun waktu 4 tahun sejak induk labi-labi didatangkan pada tahun 2008, labi-labi dewasa telah menghasilkan telur sebanyak 120 telur dengan rincian tanggal peneluran, jumlah telur baik yang dibuahi dan tidak serta jumlah anakan yang berhasil menetas sebagai berikut (Tabel 4).

Tabel 4 Data jumlah telur dan anakan yang berhasil menetas dalam inkubator

Tanggal koleksi telur Jumlah telur

Telur dibuahi

Telur tidak dibuahi

Telur menetas

Anakan mati

19 Oktober 2011 13 8 5 0 0

20 Nopember 2011 14 7 7 0 0

13 Desember 2011 17 12 5 0 0

24 Januari 2012 15 6 9 0 0

5 Maret 2012 19 17 2 15 0

2 April 2012 17 17 0 17 5

19 April 2012 11 8 3 8 0

21 Mei 2012 14 12 2 10 0


(38)

Persentase telur yang menetas dari keseluruhan telur yang dihasilkan oleh labi-labi dewasa adalah sebesar 41,67 % dan persentase telur yang gagal menetas (baik yang dibuahi maupun tidak dibuahi tetapi gagal menetas) dari keseluruhan telur yang dihasilkan oleh labi-labi dewasa adalah sebesar 58,33 %. Sedangkan persentase anakan yang mati dari keseluruhan anakan yang berhasil menetas di dalam inkubator adalah sebesar 10 %, dimana keseluruhan anakan yang mati tersebut berasal dari koleksi telur tanggal 2 April 2012.

Berdasarkan hasil wawancara dengan animal keeper, telur labi-labi yang dibuahi atau tidak sudah dapat dibedakan pada saat di koleksi. Telur labi-labi yang dibuahi akan terlihat “cincin” putih transparan yang mengelilingi pada bagian atas telur, sedangkan yang tidak dibuahi pada umumnya tidak tampak. Guna menghindari kesalahan identifikasi telur, animal keeper akan tetap meletakkan telur yang dicurigai tidak dibuahi ke dalam inkubator. Apabila telur telah mulai berlumut maka telur tersebut sudah dipastikan tidak akan menetas dan akan segera dibuang. Pada saat penelitian berlangsung, terdapat 4 kelompok telur (egg clutch) yang belum menetas (Tabel 5). Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat dua kelompok telur yang berlumut dan membusuk sehingga tidak dilakukan pengukuran morfometri. Pengukuran morfometri hanya dilakukan pada 2 kelompok telur yang sehat. Telur-telur yang berlumut dan membusuk ini tidak menetas sampai akhir penelitian dan telur-telur ini kemudian dibuang oleh animal keeper karena dikhawatirkan akan mengkontaminasi telur lain.

Tabel 5 Karakteristik morfometri dan kondisi umum telur labi-labi

Tanggal koleksi

telur N

Rataan diameter (cm)

Rataan bobot

(g) Kondisi telur

19 April 2012 11 3,40 ± 0,10 22,40 ± 1,02 Baik dan tidak berlumut 21 Mei 2012 14 3,01 ± 0,11 17,00 ± 1,74 Baik dan tidak berlumut

Anakan yang berada di dalam penangkaran merupakan hasil tetasan langsung dari telur yang dihasilkan oleh labi-labi dewasa. Terhitung sejak telur pertama yang menetas pada bulan Maret 2012, telah terdapat 45 ekor anakan labi-labi yang berhasil bertahan hidup dari total 50 ekor yang berhasil ditetaskan. Anakan tidak diberikan makanan oleh animal keeper selama kurang lebih 4 hari sejak telur menetas, dikarenakan masih memiliki cadangan kuning telur. Setelah 4 – 5 hari anakan lalu diberikan makan berupa cacahan halus udang atau cacing


(39)

darah yang telah ditumbuk terlebih dahulu. Anakan yang berhasil menetas tersebut berasal dari 4 kelompok telur (egg clutch) yang berbeda lalu diukur beberapa variabel pertumbuhannya (PLK, LLK dan bobot tubuhnya) (Tabel 6), sedangkan untuk karakteristik morfometri anakan yang menjadi uji coba preferensi pakan disajikan pada tabel lain.

Tabel 6 Karakteristik morfometri anakan non uji

Nomor dan tanggal koleksi kelompok telur N

Rataan PLK (cm) Rataan LLK (cm) Rataan bobot (g)

Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir

1 (2 April

2012) 12

4,35 ± 0,14 6,02 ± 0,31 3,99 ± 0,16 5,32 ± 0,25 12,59 ± 0,40 29,79 ± 3,54 2 (19 April

2012) 8

4,68 ± 0,38 6,21 ± 0,39 4,24 ± 0,17 5,40 ± 0,32 15,50 ± 1,04 32,63 ± 3,54 3 (21 Mei

2012) 10

4,21 ± 0,12 4,94 ± 0,24 3,68 ± 0,11 4,28 ± 0,19 9,95 ± 0,69 17,50 ± 2,37

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karakteristik morfologis, dewasa dan anakan labi-labi memiliki beberapa perbedaan ciri tubuh. Perbedaan yang paling terlihat adalah pada bagian kepala, karapas dan ekor. Pada bagian kepala, anakan labi-labi memiliki pola berbintik putih kekuningan yang sangat jelas pada bagian kepala dan leher sedangkan pada dewasa tidak terlihat begitu jelas. Pada bagian karapas, anakan labi-labi memiliki pola bulat berwarna hitam kecoklatan yang tersebar teratur pada karapasnya, sedangkan induk labi-labi umumnya tidak terlihat pola apapun pada karapasnya. Perbedaan karakteristik morfologis yang terlihat jelas lainnya adalah bagian ekor. Bagian ekor anakan labi-labi terlihat sangat pendek dan berwarna kekuningan, sedangkan pada labi-labi dewasa ekor terlihat berwarna putih dan memiliki tekstur kulit yang berlipat. Berbeda dengan individu dewasa, ekor yang terdapat pada anakan labi-labi ini belum bisa dijadikan indikator pembeda jantan dan betina.

5.1.2 Pengelolaan dan pemeliharaan labi-labi 5.1.2.1Pengelolaan tempat pemeliharaan

Habitat labi-labi yang berada di penangkaran PT. Ekanindya Karsa disesuaikan semirip mungkin dengan kondisi habitatnya di alam. Labi-labi dewasa menempati dua kandang dan kolam yang berbeda namun terletak


(40)

bersebelahan. Kandang dan kolam yang pertama telah dihuni oleh labi-labi dewasa selama kurang lebih 4 tahun, yakni dimulai saat pertama kali datang ke penangkaran (awal tahun 2008) sampai dengan akhir bulan Agustus 2012.

Kolam awal pemeliharaan berukuran 8 meter x 8 meter yang terdiri atas daratan pasir dan air. Luas daratan berpasir yaitu 13,75 m² dengan kedalaman pasir 30 cm, sedangkan luas kolam dewasa yaitu 50,25 m². Kedalaman air kolam dewasa sedalam 60 cm dengan 30 cm berupa lapisan lumpur dan 30 cm merupakan air. Dinding pembatas kolam dan kandang berupa tembok beton dengan tinggi 1,15 m dan dilengkapi pintu yang terbuat dari besi. Guna mencapai daratan berpasir pada saat bertelur, pihak penangkar telah membuatkan sisi landai dari kolam menuju daratan. Selain kolam dan daratan, terdapat pula inkubator untuk tempat peletakan telur labi-labi yang terdapat di dalam kompleks kandang labi-labi dewasa (Gambar 10).

Gambar 10 Kolam dan kandang awal labi-labi dewasa.

Pada akhir bulan Agustus 2012, semua labi-labi dewasa dipindahkan ke kolam baru karena kolam lama digunakan untuk 2 ekor kura-kura moncong babi (Carettochelys insculpta) titipan. Kolam baru ini berbentuk persegi panjang berlapis semen dengan ukuran 1600 x 300 cm dengan kedalaman air 90 cm dan didalamnya terdapat lapisan lumpur setebal 30 cm. Kandang dikelilingi tembok beton dengan tinggi 42 – 59 cm dan ditambah dengan pembatas berupa bingkai bambu yang dilapisi terpal setinggi 71 cm. Sebagai peneduh, pihak pengelola penangkaran juga menanam pepohonan seperti palem dan pohon mangga (Gambar 10).


(41)

Gambar 11 Komposisi kandang dan kolam baru labi-labi dewasa.

Anakan labi-labi yang telah menetas dan berumur seminggu dipelihara di dalam bak pemeliharaan secara masal. Bak pemeliharaan anakan berwarna putih dan terbuat dari plastik tebal yang di lindungi dengan rangka luar yang terbuat dari besi. Bak pemeliharaan anakan ini merupakan bak bekas tempat pemeliharaan buaya yang baru menetas. Bak pemeliharaan anakan ini berukuran (112 x 95 x 50) cm untuk menampung satu kelompok anakan yang menetas dalam satu kelompok telur (clutch egg) yang sama (Gambar 12).

Gambar 12 Bak pemeliharaan anakan.

Bak pemeliharaan dilengkapi dengan lapisan pasir setebal 6 cm dan air yang dibatasi oleh susunan batu bata untuk peletakan pakan dan tempat untuk berjemur. Bak pemeliharaan dibersihkan satu minggu sekali dari lumut dan kotoran lainnya serta dilakukan penggantian air kotor dengan air bersih. Letak dan lokasi bak pemeliharaan anakan berada cukup jauh dari lokasi kandang dan kolam labi-labi dewasa. Bak pemeliharaan anakan berada di lokasi karantina anakan buaya yang mengalami gangguan dan penyakit. Kondisi anakan yang masih lemah dan memerlukan perhatian lebih menjadi salah satu pertimbangan peletakan bak pemeliharaan anakan di lokasi ini. Hal lain yang menjadi pertimbangkan karena lokasi tersebut dapat dikatakan cukup steril karena tidak


(42)

boleh sembarangan petugas atau animal keeper yang memasuki area tersebut. Sehingga ketenangan dan kebersihan lokasi tersebut terjamin untuk tempat hidup anakan labi-labi.

Perawatan kandang dan kolam labi-labi umumnya dilakukan secara berkala satu kali dalam seminggu. Kegiatan perawatan ini umumnya dilakukan dengan membersihkan pasir, membersihkan sampah-sampah daun yang bertebaran diatas pasir, mengambil kotoran-kotoran yang berada di permukaan air kolam serta menyiram pasir yang kering akibat terpaan matahari dengan air agar debu berkurang serta kelembapan meningkat. Perawatan bak pemeliharaan labi-labi dilakukan dengan membersihkan bak pemeliharaan tersebut dari lumut-lumut yang menempel pada dinding bak, mencuci pasir dan batu bata serta mengganti air setiap seminggu sekali.

Pengurasan air dari kolam labi-labi dewasa menggunakan pipa-pipa yang tersambung dengan pompa lalu di alirkan ke kolam penampungan di sisi luar kolam labi-labi dewasa (Gambar 13). Air kolam labi-labi ini di kuras sekitar 2/3 dari total debit air. Setelah itu kolam dewasa diisi kembali dengan air bersih. Air kolam yang kotor dan telah tertampung di kolam tampungan akan diproses menjadi air bersih kembali dengan teknik penyaringan.

Gambar 13 Pengurasan air kolam labi-labi dewasa dengan pompa.

Bentuk kegiatan sanitasi kolam labi-labi adalah dengan mengambil sampah berupa daun-daunan yang jatuh ke permukaan air serta sisa pakan yang mulai membusuk di dalam air. Pengambilan sampah dan sisa pakan ini menggunakan bantuan jaring dan dilakukan dengan intensitas 1 – 2 kali seminggu. Menurut hasil wawancara, untuk kegiatan penggantian dan pembersihan lumpur yang mengendap di bawah kolam, pihak pengelola melakukan kegiatan penggantian lumpur dengan intensitas kurang lebih dua kali


(43)

setahun. Lumpur yang dibiarkan terlalu lama akan berwarna hitam akibat bercampurnya lumpur dengan sedimentasi kotoran labi-labi.

Sedangkan untuk bak pemeliharaan anakan labi-labi, pihak pengelola penangkaran lebih berhati-hati dan memperhatikan kebersihan tempat pemeliharaan. Pembersihan bak labi-labi dilakukan dengan membersihkan bak dan komponen yang ada di dalam bak secara menyeluruh. Lumut-lumut yang menempel pada dinding bak dan batu bata tempat pakan dibersihkan dengan cara disikat. Pasir dibersihkan dengan cara dicuci dengan air berungkali hingga bersih dan diganti apabila pasir telah berwarna hitam. Sisa-sisa pakan anakan yang tidak habis dimakan dibersihkan dan diangkat dari dalam bak untuk mencegah timbulnya belatung akibat sisa pakan yang membusuk tersebut.

5.1.2.2Pengelolaan dan pemberian pakan

Pakan induk dan anakan labi-labi berbeda disesuaikan dengan ketersediaan pakan yang terdapat di penangkaran. Induk labi-labi diberikan kepala ayam yang sudah dicuci terlebih dahulu dan dibelah menjadi dua bagian. Pemilihan jenis pakan kepala ayam ini disamakan dengan pakan buaya karena untuk mempermudah proses pembersihan dan pemberian pakan juga menghemat biaya pakan. Kepala ayam merupakan makanan utama dan tetap yang diberikan pihak penangkaran kepada induk labi-labi. Pemberian pakan untuk labi-labi dewasa ini diberikan satu minggu dua kali.

Berbeda dengan dewasa, anakan labi-labi non uji diberikan pakan yang beraneka macam oleh pihak pengelola penangkaran dikarenakan belum diketahui pakan yang baik bagi pertumbuhan dan disukai oleh anakan labi-labi. Selama penelitian selama dua bulan dapat diketahui pakan yang diberikan adalah antara lain cacing darah, cacahan siput, cacahan daging sapi dan cacahan udang. Jenis pakan yang paling sering diberikan kepada anakan non uji adalah cacahan udang sebanyak 25 kali (45%) sedangkan yang terendah adalah cacahan siput yaitu sebanyak 1 kali (2%) dari keseluruhan total 55 kali pemberian pakan selama penelitian berlangsung. Hal ini dilatarbelakangi ketersediaan pakan di penangkaran yang tidak pasti dan seringkali berubah-ubah disesuaikan dengan kesukaan anakan.


(44)

Pemberian pakan untuk anakan labi-labi diberikan oleh para animal keeper pada sore hari sekitar pukul 15.00 - 16.00 WIB. Waktu pemberian pakan ini disamakan dengan waktu pemberian pakan buaya yaitu pada sore hari agar pekerjaan pembersihan dan pemotongan kepala ayam dapat dilakukan bersamaan dan lebih ringan. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung, jumlah pakan yang diberikan untuk dewasa dan anakan labi-labi bervariasi setiap kalinya. Untuk labi-labi dewasa animal keeper memberikan pakan berupa potongan kepala ayam dengan berat pakan sekitar 3 - 5 kilogram sedangkan untuk anakan biasa diberikan 4-5 gram perhari untuk satu ekor anakannya.

Pemberian pakan dilakukan dengan cara memberikan pakan langsung kepada labi-labi dengan meletakkan pakan tersebut di dekat tempat hidupnya. Selain itu, terkadang animal keeper melepaskan beberapa kilogram ikan mujair hidup ke dalam kolam labi-labi untuk sebagai cadangan makanan. Untuk labi-labi dewasa, pakan utama yang diberikan berupa kepala ayam di tebarkan di kolam dan membiarkan kepala ayam tersebut sampai habis dimakan. Sedangkan untuk anakan labi-labi, pakan terlebih dicuci bersih dihaluskan sampai benar-benar halus lalu di letakan di tempat yang tidak digenangi air (Gambar 14).

Gambar 14 Cara pemberian pakan (a) labi-labi dewasa dan (b) anakan labi-labi. Pakan yang diberikan kepada induk dan anakan labi-labi biasanya hanya terdiri atas satu jenis pakan saja (tidak dicampurkan dengan jenis pakan lain). Menurut wawancara hal ini dilakukan karena animal keeper belum mengetahui komposisi pakan apa yang paling baik untuk pertumbuhan dan kondisi tubuhnya. Selain itu pemberian satu jenis komposisi pakan ini juga dikarenakan terbatasnya ketersediaan pakan yang tersedia, sehingga pihak penangkaran menyamakan saja jenis pakan labi-labi dewasa dengan jenis pakan buaya.


(1)

Lampiran 1 Karakteristik labi-labi dewasa

Individu Jenis

Kelamin PLK (cm) LLK (cm) Bobot Tubuh (kg) Kondisi Tubuh

Induk 1 Betina 42 34 8,5 Karapas terkelupas

Induk 2 Jantan 44 33 9,5 Kutil pada plastron

Induk 3 Betina 42 34 10 Sehat

Induk 4 Jantan 54 46 17,5 Kutil pada plastron

Induk 5 Betina 50 41 14 Karapas terkelupas

Induk 6 Jantan 40 32 8 Infeksi jamur putih

Induk 7 Betina 40 34 8,5 Infeksi jamur putih

Induk 8 Betina 39 31 7,5 Karapas terkoyak

Induk 9 Betina 39 33 7,5 Sehat

Rataan (SD) 43.33 ± 5,27 35.33 ± 4,90 10.11 ± 3,42

Lampiran 2 Karakteristik telur labi-labi

Tanggal koleksi telur Diameter (cm) Bobot (gram) Kondisi telur 19 Aprill 2012 (n = 11

butir) 3,46 21 Baik dan tidak berlumut

3,32 21 Baik dan tidak berlumut 3,34 23 Baik dan tidak berlumut 3,47 23 Baik dan tidak berlumut 3,48 23 Baik dan tidak berlumut 3,59 24 Baik dan tidak berlumut 3,32 22 Baik dan tidak berlumut 3,33 23 Baik dan tidak berlumut 3,39 23 Baik dan tidak berlumut 3,23 22 Baik dan tidak berlumut 3,43 24 Baik dan tidak berlumut Rataan (SD) 3,40 ± 0,10 22,64 ± 1,02

21 Mei 2012 (n = 14 butir) 2,96 16 Baik dan tidak berlumut 2,84 16 Baik dan tidak berlumut 2,96 17 Baik dan tidak berlumut 3,16 17 Baik dan tidak berlumut 2,94 16 Baik dan tidak berlumut 3,04 17 Baik dan tidak berlumut 2,93 18 Baik dan tidak berlumut 3,03 18 Baik dan tidak berlumut 3.02 18 Baik dan tidak berlumut 3,24 18 Baik dan tidak berlumut 2,91 19 Baik dan tidak berlumut 3,12 19 Baik dan tidak berlumut 2,99 12 Baik dan tidak berlumut 2,95 17 Baik dan tidak berlumut Rataan (SD) 3,01 ± 0,11 17,00 ± 1,75


(2)

Lampiran 3 Karakteristik anakan labi-labi non uji saat menetas

Individu Tanggal Menetas PLK (cm) LLK (cm)

Bobot (kg)

Kondisi Tubuh

1 29 Mei 2012 4,2 4,1 12,0 Sehat

Kelompok anakan I (Kelompok telur tanggal 2 April 2012)

2 29 Mei 2012 4,4 4,1 13,0 Sehat

3 29 Mei 2012 4,6 4,0 14,0 Sehat

4 29 Mei 2012 4,6 4,2 14,0 Sehat

5 29 Mei 2012 4,5 4,3 13,0 Sehat

6 29 Mei 2012 4,3 3,8 12,0 Sehat

7 30 Mei 2012 4,3 3,8 11,0 Sehat

8 30 Mei 2012 4,2 3,8 12,0 Sehat

9 31 Mei 2012 4,4 4,1 13,0 Sehat

10 31 Mei 2012 4,2 4,0 13,0 Sehat

11 31 Mei 2012 4,3 3,9 13,0 Sehat

12 31 Mei 2012 4,4 4,1 14,0 Sehat

13 31 Mei 2012 4,2 4,1 13,0 Sehat

14 2 Juli 2012 4,3 3,7 12,0 Sehat

15 2 Juli 2012 4,5 3,9 11,0 Sehat

16 3 Juli 2012 4,2 4,0 12,0 Sehat

17 5 Juli 2012 4,3 3,9 12,0 Sehat

Rataan (SD) 4,35 ± 0,14 3,99 ± 0,16 12,59 ± 0,94 Kelompok anakan II (Kelompok telur tanggal 19 April 2012)

1 24 Juli 2012 5,1 4,5 17,0 Sehat

2 27 Juli 2012 5,0 4,3 16,5 Sehat

3 27 Juli 2012 4,3 4,0 14,5 Sehat

4 27 Juli 2012 5,0 4,3 15,5 Sehat

5 27 Juli 2012 5,0 4,4 16,5 Sehat

6 30 Juli 2012 4,3 4,1 14,5 Sehat

7 30 Juli 2012 4,4 4,2 15,0 Sehat

8 30 Juli 2012 4,3 4,1 14,5 Sehat

Rataan (SD) 4,68 ± 0,38 4,24 ± 0,17 15,50 ± 1,04 Kelompok anakan III (Kelompok telur tanggal 21 Mei 2012)

1 22 Agustus 2012 4,2 3,6 10,5 Sehat 2 22 Agustus 2012 4,0 3,5 10,0 Sehat 3 24 Agustus 2012 4,3 3,7 10,0 Sehat 4 24 Agustus 2012 4,1 3,6 9,0 Sehat 5 24 Agustus 2012 4,2 3,7 9,5 Sehat 6 24 Agustus 2012 4,1 3,7 9,0 Sehat 7 24 Agustus 2012 4,3 3,7 10,5 Sehat 8 24 Agustus 2012 4,3 3,8 10,5 Sehat 9 29 Agustus 2012 4,2 3,6 9,5 Sehat 10 31 Agustus 2012 4,4 3,9 11,0 Sehat

Rataan (SD) 4,21 ± 0,12

3,68 ± 0,11

9,95 ± 0,69


(3)

Lampiran 4 Suhu kandang labi-labi dewasa

Waktu

Tanggal pengukuran suhu (Juli 2012)

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Pagi

29

30

30

30

28

29

30

29

29

30

29

30

29

30

30

29

30

29

30

30

30

29

30

Siang

33

32

33

33

32

33

32

33

33

32

33

33

32

33

33

33

32

33

32

33

33

32

33

Sore

30

30

29

29

30

29

29

29

29

29

30

29

30

29

29

31

30

32

30

31

30

32

31

Malam 29

28

28.5

29

29

28

29

28

29

29

29

28

29

28

29

29

29

30

29

30

29

30

30

Waktu

Tanggal pengukuran suhu (Agustus 2012)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Pagi

30 29 29 30 30 29 29 30 30 30 30 30 30 31 30 30 29 30 30 29 30 29 30 30 30 30 29 30 30 30 30

Siang

33 32 32 33 33 33 33 32 33 34 34 33 34 34 34 32 32 32 33 32 34 33 34 33 32 34 32 33 33 35 34

Sore

30 30 30 30 30 30 30 30 29 31 31 31 30 31 31 30 30 30 29 29 32 30 31 29 30 30 29 30 30 33 31

Malam

29 29 29 29 29 29 30 29 28 30 30 29 29 30 30 29 29 28 29 28 30 29 30 28 29 30 28 29 28 30 30

Lampiran 5 Kelembaban kandang labi-labi dewasa

Waktu

Tanggal pengukuran kelembaban (Juli 2012)

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

Pagi

54

78

65

78

64

78

65

71

64

72

71

72

64

65

78

71

65

78

72

72

65

54

65

Siang

73

61

61

56

73

61

61

56

56

61

56

56

61

56

61

56

61

61

61

56

56

55

56

Sore

78

72

78

64

72

71

71

78

71

71

72

71

78

71

64

66

72

61

72

66

72

61

60

Malam

78

77

85

71

78

70

78

85

71

78

78

77

71

85

64

71

71

72

71

71

71

72

65


(4)

Lampiran 5 Kelembaban kandang labi-labi dewasa (Lanjutan)

Waktu

Tanggal pengukuran kelembaban (Agustus 2012)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

Pagi

72 71 71 65 72 71 78 65 72 72 72 65 65 66 65 72 78 65 72 78 72 71 72 71 65 72 78 65 72 78 72

Siang

56 61 55 56 61 56 56 61 56 56 56 56 56 56 56 61 61 61 56 61 62 61 56 56 61 56 61 61 61 63 56

Sore

72 65 65 65 65 72 72 65 71 66 66 66 72 66 60 65 65 72 78 78 61 72 66 71 72 72 78 72 72 61 66

Malam

78 71 64 71 71 78 65 78 77 65 65 71 78 65 65 64 71 77 71 77 65 71 65 70 71 65 77 71 77 72 65

Lampiran 6 Fluktuasi pH air kolam labi-labi dewasa

Minggu pengukuran PH Kondisi Air

Juli minggu 2 8 Keruh kehijauan

Juli minggu 3 8 Keruh kehijauan

Juli minggu 4 7 Keruh kehijauan

Agustus minggu 1 7 Keruh kehijauan

Agustus minggu 2 8 Keruh kehijauan

Agustus minggu 3 7 Keruh kehijauan

Agustus minggu 4 7 Keruh kehijauan

September minggu 1 7 Keruh


(5)

Lampiran 7 Pertumbuhan panjang lengkung karapas (PLK) anakan uji setiap

minggu pengamatan

Individu Minggu Pengukuran

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tukik 1 4,5 4,5 4,8 4,9 5,0 5,0 5,1 5,2 5,5 5,6 Tukik 2 5,2 5,2 5,4 5,5 5,7 5,7 6,0 6,3 6,6 6,7 Tukik 3 4,7 5,0 5,0 5,0 5,5 5,6 5,7 6,0 6,1 6,4 Tukik 4 5,3 5,5 5,5 5,6 6,1 6,1 6,4 6,9 7,0 7,4 Tukik 5 5,0 5,2 5,3 5,5 5,7 5,9 6,2 6,9 7,2 7,4 Tukik 6 4,3 4,4 4,7 4,7 4,8 4,8 5,2 5,2 5,2 5,5 Tukik 7 4,5 4,7 4,9 4,9 5,0 5,1 5,2 5,5 5,6 6,0 Tukik 8 4,7 4,7 4,7 4,7 4,8 4,9 5,1 5,3 5,3 5,5 Tukik 9 4,5 4,5 4,5 4,5 4,6 4,6 4,7 4,9 5,1 5,3 Tukik 10 4,5 4,5 4,5 4,6 4,9 5,0 5,1 5,4 5,4 5,7 Tukik 11 4,6 4,7 4,9 5,0 5,1 5,1 5,3 5,4 5,4 5,8 Tukik 12 4,3 4,3 4,4 4,4 4,6 4,6 4,7 5,0 5,0 5,3 Tukik 13 4,5 4,6 4,7 4,7 4,7 4,7 4,8 4,7 4,9 5,2 Tukik 14 4,3 4,4 4,4 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,6 4,8 Tukik 15 4,7 4,7 4,7 4,8 4,9 4,9 5,0 5,0 5,1 5,2

Jumlah 69,6 70,9 72,4 73,3 75,9 76,5 79,0 82,2 84,0 87,8

Rataan 4,64 4,73 4,83 4,89 5,06 5,10 5,27 5,48 5,60 5,85

Lampiran 8 Pertumbuhan lebar lengkung karapas (LLK) anakan uji setiap minggu pengamatan

Individu Minggu Pengukuran

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tukik 1 4,0 4,1 4,3 4,5 4,5 4,6 4,7 4,8 4,8 4,9 Tukik 2 4,6 4,7 4,8 4,9 5,0 5,2 5,4 5,7 5,7 5,7 Tukik 3 4,0 4,3 4,3 4,5 4,8 4,9 5,1 5,5 5,5 5,5 Tukik 4 4,4 4,7 4,9 5,0 5,3 5,5 5,5 5,9 6,0 6,1 Tukik 5 4,4 4,8 4,8 4,9 5,0 5,3 5,5 5,8 6,2 6,5 Tukik 6 3,7 3,7 4,0 4,1 4,1 4,1 4,1 4,3 4,5 4,5 Tukik 7 4,0 4,1 4,2 4,3 4,5 4,6 4,7 4,8 5,0 5,1 Tukik 8 4,2 4,2 4,3 4,3 4,4 4,4 4,5 4,5 4,7 4,7 Tukik 9 4,1 4,2 4,2 4,2 4,3 4,3 4,3 4,4 4,5 4,7 Tukik 10 4,1 4,0 4,0 4,0 4,2 4,3 4,4 4,7 4,8 4,9 Tukik 11 4,2 4,2 4,2 4,3 4,4 4,4 4,4 4,5 4,5 4,8 Tukik 12 3,9 3,9 3,9 4,0 4,1 4,2 4,2 4,4 4,8 4,8 Tukik 13 4,0 4,2 4,.2 4,2 4,3 4,4 4,5 4,3 4,5 4,7 Tukik 14 3,9 3,9 3,9 4,0 4,0 4,1 4,2 4,2 4,2 4,2 Tukik 15 4,0 4,0 4,1 4,2 4,2 4.2 4,3 4,5 4,5 4,6 Jumlah 61,.5 63,0 64,1 65,4 67,1 68,5 69,8 72,3 74,2 75,7


(6)

Lampiran 9 Pertumbuhan bobot tubuh anakan uji setiap minggu pengamatan

Individu Minggu Pengukuran

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tukik 1 14 15 16 17 18,5 21 22,5 23,5 25,5 26 Tukik 2 20,5 21 25 26,5 28 30 34 38 41 41 Tukik 3 15,5 16 18 21 24 26 28,5 32 34 36

Tukik 4 22 23 26 29 33 35 39 41 42 45

Tukik 5 17,5 19 23 25 27,5 29 34 40 46 47 Tukik 6 11,5 12 12 13 14 14,5 16 18,5 19,5 20 Tukik 7 13,5 14 16 16 17,5 18,5 20,5 23,5 25,5 26.5 Tukik 8 14 14 14 14 15,5 16 18,5 20 21,5 21,5 Tukik 9 13 13,5 14 14 15 15 16,5 17,5 20,5 21,5 Tukik 10 14 14,5 15 15 17,5 18,5 20,5 24 26 27 Tukik 11 14 14,5 15 15,5 16,5 16,5 19 20 20 21,5 Tukik 12 12,5 12,5 12,5 12,5 13 13,5 14,5 17,5 18 19 Tukik 13 13 13 13 13 13,5 13,5 15,5 16,5 17 19,5 Tukik 14 12 12 12 13 13 13,5 14,5 14,5 14,5 15 Tukik 15 14 15 15 15,5 16,5 16,5 19 19,5 195 20

Jumlah 221 229 246,5 260 283 297 314 366 390,5 406,5