Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai Sayuran Indigenous.

KARAKTERISASI, KANDUNGAN BIOAKTIF DAN PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP PUCUK KEMANG (Mangifera
kemanga Blume.) SEBAGAI SAYURAN INDIGENOUS

SYHABUDDIN AL TAPSI
A24080166

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

RINGKASAN
SYHABUDDIN AL TAPSI. Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi
Masyarakat Terhadap Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai
Sayuran Indigenous. (Dibimbing oleh ANI KURNIAWATI dan EDI
SANTOSA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi, kimiawi dan
persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang. Penelitian dilakukan di enam
kecamatan wilayah Bogor yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang,
Leuwiliang, Ciampea dan Tenjolaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Januari sampai Agustus 2012.
Sebanyak 10 tanaman diamati di setiap kecamatan. Identifikasi morfologi
tanaman dilakukan berdasarkan descriptors for mango dari IPGRI. Persepsi
masyarakat terhadap pucuk kemang diketahui dengan melakukan wawancara pada
180 orang. Wawancara diarahkan pada informasi kebiasaan makan, nilai ekonomi,
dampak konsumsi dan pengetahuan masyarakat terhadap pucuk kemang. Analisis
kandungan bioaktif menggunakan metode GC-MS (Gas Chromatography Mass
Spectrometry).
Hasil penelitian menunjukkan tanaman kemang tumbuh secara alami.
Tanaman kemang di enam kecamatan membentuk tiga gerombol. Setiap gerombol
memiliki individu-individu dari setiap kecamatan kecuali pada gerombol II. Hal
tersebut menunjukkan tingginya keragaman morfologi yang terbentuk dari aksesi
tiap kecamatan. Karakter yang menjadikan pembeda adalah bentuk ujung daun,
panjang daun, lebar daun, bentuk daun, bentuk margin daun, bentuk tajuk dan
tempat munculnya flush.
Senyawa bioaktif pada pucuk kemang dapat dikelompokkan menjadi
kelompok fenol, asam lemak, terpenoid, steroid, amina, alkohol, benzena dan
hidrokarbon. Senyawa dominan adalah fenol, asam lemak dan steroid. Terdapat
senyawa spesifik yang ada pada pucuk kemang yaitu Vitamin E $$ 2H-1Benzopyran-6-ol, 3-pentadecyl-Phenol $$ Phenol m, Hexadecanoic Acid (CAS)
$$ Palmiti, 2,6,10,14,18,22-Tetracosahexaene, Hexadecen-1-ol 3,7,11,15-Tetram,

dan Neophytadiene $$ 2,6,10-Trimethyl. Senyawa-senyawa tersebut dapat

menjadi sumber antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antibakteri dan
pencegahan kanker.
Masyarakat sudah mengkonsumsi pucuk kemang dari kecil dengan cara
dilalap. Pucuk kemang didapatkan dengan cara membeli di pasar dengan harga
Rp 262.53 per pucuk. Beberapa faktor yang perlu dikembangkan agar pucuk
kemang menjadi sayuran komersial diantaranya rasa, informasi senyawa
bermanfaat, teknik budidaya dan inovasi olahan. Selain itu, terdapat laporan
adanya alergi yang disebut balas kemang yang dirasakan oleh sebagian responden.

KARAKTERISASI, KANDUNGAN BIOAKTIF DAN PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP PUCUK KEMANG (Mangifera
kemanga Blume.) SEBAGAI SAYURAN INDIGENOUS

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

SYHABUDDIN AL TAPSI

A24080166

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul

: KARAKTERISASI, KANDUNGAN BIOAKTIF DAN
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PUCUK
KEMANG (Mangifera kemanga Blume.) SEBAGAI
SAYURAN INDIGENOUS

Nama

: SYHABUDDIN AL TAPSI

NIM


: A24080166

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ani Kurniawati, SP., MSi
NIP 19691113 199403 2 001

Dr. Edi Santosa, SP., MSi
NIP 19700520 199601 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr
NIP 19611101 198703 1 003


Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat pada tanggal 31 Agustus
1990. Penulis adalah anak bungsu dari 8 bersaudara dari Bapak Madsati (Alm.)
dan Ibu Romlah.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Cibitung
Kulon 2 pada tahun 2002 yang kemudian dilanjutkan ke SLTPN 1 Pamijahan
sampai tahun 2005. Jenjang sekolah selanjutnya penulis lanjutkan di MA Negeri 2
Kota Bogor hingga lulus pada tahun 2008. Penulis diterima sebagai mahasiswa di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri)
pada tahun 2008.
Penulis mendapatkan pendanaan dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
(DIKTI) dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa dalam bidang penelitian
pada tahun 2010, artikel ilmiah pada tahun 2011 serta pengabdian masyarakat
tahun 2011 dan 2012. Penulis juga aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler kampus
diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor periode 2010/2011 sebagai staff kementrian sosial kesehatan masyarakat
dan Himpunan Profesi pada periode 2011 sebagai Kepala Divisi Kewirausahaan

Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (HIMAGRON). Penulis Juga
aktif dalam kegiatan kokurikuler menjadi asisten mata kuliah Ilmu Tanaman
Pangan, Pembiakan Tanaman serta Tanaman Obat, Penyegar dan Aromatik.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian

yang

berjudul “Karakterisasi, Kandungan Bioaktif dan Persepsi Masyarakat Terhadap
Pucuk Kemang (Mangifera kemanga Blume.) Sebagai Sayuran Indigenous”,
diajukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Keluarga yaitu umi, apa (alm.) dan kakak-kakak tercinta yang telah
memberikan motivasi dan do’anya kepada penulis.
2. Dr. Ir. Edi Santosa, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
pembimbing skripsi atas bimbingan dan nasehat selama penulis melaksanakan
studi maupun penelitian.
3. Dr. Ani Kurniawati, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi atas arahan dan

nasehatnya selama melakukan penelitian.
4. Dr. Ir. Diny Dinarti M.Si. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik
dan saran yang membangun kearah kesempurnaan skripsi ini.
5. Masyarakat di Kecamatan Leuwiliang, Ciampea, Rancabungur, Kemang,
Tenjolaya dan Dramaga yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas
peran serta dalam penelitian ini.
6. Teman-teman Indigenous 45 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
dalam pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Agus, Joko dan pihak Lab Kesda Jakarta yang telah membantu
pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian
dan penyusunan tugas akhir ini.

Bogor, Januari 2013
Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................


Halaman
ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

xi

PENDAHULUAN ......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan .............................................................................................
Hipotesis..........................................................................................

1
1
2
2


TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................
Kemang (Mangifera kemanga Blume.)...........................................
Senyawa Bioaktif ............................................................................
Karakterisasi ..................................................................................
Sayuran Indigenous .........................................................................
Persepsi Masyarakat Terhadap Sayuran .........................................

3
3
4
4
5
5

BAHAN DAN METODE ...........................................................................
Waktu dan Tempat ..........................................................................
Alat dan Bahan ................................................................................
Pelaksanaan .....................................................................................
Pengamatan .....................................................................................


7
7
7
7
8

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Karakter Agronomi .........................................................................
Senyawa Bioaktif ............................................................................
Persepsi Masyarakat ........................................................................

13
13
25
36

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan .....................................................................................
Saran ................................................................................................


43
43
43

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

44

LAMPIRAN ................................................................................................

49

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Rataan data iklim di lokasi penelitian bulan Januari-Agustus
2012 ...............................................................................................

7

2. Data rata-rata beberapa variabel pohon kemang ...........................

17

3. Nilai komponen utama ciri morfologi pada 60 tanaman kemang .

18

4. Data rata-rata beberapa variabel pucuk kemang per pucuk pada
umur ± 7 hari ................................................................................. ........ 24
5. Kandungan senyawa kelompok asam lemak pada pucuk kemang

27

6. Kandungan senyawa kelompok fenol pada pucuk kemang ..........

28

7. Kandungan senyawa kelompok terpenoid pada pucuk kemang ...

29

8. Kandungan senyawa kelompok steroid pada pucuk kemang ........

31

9. Kandungan senyawa kelompok benzena pada pucuk kemang .....

31

10. Kandungan senyawa kelompok alkohol pada pucuk kemang ......

32

11. Kandungan senyawa kelompok alkaloid pada pucuk kemang......

33

12. Kandungan senyawa kelompok amina pada pucuk kemang .........

33

13. Kandungan senyawa kelompok hidrokarbon pada pucuk kemang

34

14. Nilai ekonomi pucuk kemang .......................................................

42

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur; (B) Dramaga; (C)
Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F) Tenjolaya ................
13
2. Beberapa karakter agronomi tanaman kemang
(A)
perkecambahan benih kemang (B) pucuk dorman (C) arah spiral
kedudukan daun.............................................................................

14

3. Bentuk-bentuk daun tanaman kemang aksesi (A) Rancabungur;
(B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F)
Tenjolaya .......................................................................................

15

4. Stomata pada tanaman kemang dari aksesi (A) Rancabungur;
(B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; (F)
Tenjolaya .......................................................................................

16

5. Diagram pencar 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi ....

20

6. Dendrogram 60 pohon kemang berdasarkan ciri morfologi .........

21

7. Fase pertumbuhan pucuk kemang hari ke-2 (a); hari ke-4 (b);
hari ke-5 (c) dan hari ke-6 (d) .......................................................

23

8. Organisme yang menjadi pengganggu pucuk kemang (A) ulat
ordo Lepidoptera dan (B) kutu putih ...........................................

25

9. Kromatogram pucuk kemang hasil GC-MS (A) Rancabungur;
(B) Dramaga; (C) Kemang; (D) Leuwiliang; (E) Ciampea; dan
(F) Tenjolaya .................................................................................

26

10. Dendrogram asal aksesi kemang berdasarkan jenis dan
kandungan senyawa pada pucuk kemang......................................

35

11. Persentase alasan masyarakat mengonsumsi pucuk kemang ........

36

12. Cara masyarakat mengolah pucuk kemang ...................................

37

13. Partisipasi masyarakat dalam mengonsumsi pucuk kemang.........

38

14. Persentase tingkat kemudahan memperoleh pucuk kemang .........

38

15. Persentase masyarakat memperoleh pucuk kemang .....................

39

16. Frekuensi masyarakat mengonsumsi pucuk kemang ....................

39

17. Dampak yang dirasakan masyarakat setelah mengonsumsi
pucuk kemang ...............................................................................

40

18. Arah pengembangan pucuk kemang yang perlu dilakukan
menurut masyarakat ......................................................................

41

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Lembar pertanyaan wawancara untuk mengetahui persepsi
masyarakat .....................................................................................

50

2. Tinggi tanaman dan agroekosistem lokasi tumbuh tanaman
kemang di Bogor ...........................................................................

52

3. Peta lokasi koordinat aksesi tanaman kemang ..............................

54

4. Persentase ciri morfologi 60 pohon kemang di 6 kecamatan
Kabupaten Bogor...........................................................................

55

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pucuk kemang (Mangifera kemanga Blume.) merupakan salah satu
sayuran indigenous yang telah lama berkembang di masyarakat Bogor. Menurut
Bompard (1992) masyarakat sunda di Jawa Barat biasa mengonsumsi pucuk
kemang dengan cara dilalap. Pohon kemang banyak ditemukan di Jawa Barat,
terutama di sekitar daerah Bogor.
Sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung berbagai zat gizi
yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas (Soetiarso,
2010a). Energi dan bahan kering yang dikandung sayuran rendah, tetapi sangat
penting sebagai sumber vitamin dan mineral (Grubben et al., 1994).
Senyawa tanaman tertentu dalam jumlah yang sesuai dapat berfungsi
farmakologis (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Daun mangga dapat digunakan
untuk antibakteri (Kanwal et al., 2009), antimikroba (Mashibo dan He, 2009),
antidiabetes (Bhowmik et al., 2009; Morsi et al., 2010) dan antioksidan
(Kawpoomhae et al., 2010; Ling et al., 2010; Badmus et al., 2011).
Penggunaan tanaman pada bidang farmakologi karena ditemukannya
senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan respon biologis spesifik bagi yang
mengonsumsinya. Senyawa tersebut merupakan bioaktif yang dihasilkan dari
metabolit sekunder tanaman (Bernhoft, 2010). Senyawa tersebut dapat diperoleh
melalui proses skrining atau ekstraksi.
Menurut Kintzios dan Barberaki (2004) jumlah produksi senyawa bioaktif
kurang dari 10% dari total metabolisme. Produksi senyawa tersebut sangat sedikit
oleh tanaman. Holmboe-Ottensen (2010) mengemukakan bahwa kegiatan
produksi pertanian mempengaruhi komposisi tanaman, seperti varietas/kultivar,
dosis pupuk, pengolahan lahan, waktu panen dan masa penyimpanan.
Data mengenai keragaman morfologi dan kimia tanaman kemang di
lapang belum banyak diketahui. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya untuk
mengidentifikasi karakter tanaman kemang serta senyawa yang terkandung di
pucuk kemang.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter agronomi, kimiawi dan
persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang.

Hipotesis
1.

Pucuk kemang memiliki kandungan bioaktif yang dapat dikembangkan
sebagai sayuran komersial.

2.

Penyebaran tanaman kemang berpengaruh terhadap karakter agronomi dan
kandungan senyawa bioaktif.

3.

Pucuk kemang merupakan salah satu sayuran indigenous di Bogor dan
mempunyai nilai ekonomis.

TINJAUAN PUSTAKA
Kemang (Mangifera kemanga Blume.)
Kemang termasuk famili anacardiaceae serta satu genus dengan mangga.
Nama ilmiah kemang yaitu Mangifera kemanga yang bersinonim dengan
Mangifera polycarpa dan Mangifera caesia (Bompard, 1992). Flora identitas
Kabupaten Bogor ini mempunyai nama Indonesia kemang sedangkan di
Kalimantan Timur disebut palong. Pohon kemang tersebar secara alami di
Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa Barat. Kemang biasanya
dibudidayakan di Jawa Barat khususnya di daerah Bogor.
Pohon kemang umumnya tumbuh di dataran rendah di daerah tropika
basah di bawah ketinggian 400 mdpl, walaupun dapat dijumpai juga hingga
ketinggian 800 mdpl (Bompard, 1992). Tanaman ini memerlukan sebaran curah
hujan yang merata sepanjang tahun dan tumbuh baik di pinggiran sungai yang
secara berkala tergenang air. Pohon kemang tingginya dapat mencapai 30-45 m
dengan garis tengah batang hingga 120 cm. Kulit batang kemang memiliki rekah
dan mengandung getah yang dapat menyebabkan iritasi (Bompard, 1992).
Daun kemang berselang-seling, bertangkai pendek, bentuknya lonjong
atau lanset. Daun-daunnya seringkali mengumpul di ujung-ujung percabangan.
Pangkal daunnya meruncing, menyempit pada tangkainya, tepinya rata, warna
daunnya mengkilat pada permukaan atasnya (Bompard, 1992).
Karangan bunga pohon kemang terletak di ujung percabangan berbentuk
malai dan berbunga banyak. Jenis bunga terdiri atas bunga jantan, betina dan
hermaprodit (Bompard, 1992). Bunga kemang berwarna merah muda pucat dan
beraroma harum.
Buah kemang berbentuk bulat telur terbalik sampai lonjong dengan kulit
buah tipis yang berwarna coklat kuning kusam apabila masak (Bompard, 1992).
Daging buah kemang berwarna keputihan, lunak, berair dan berserat. Aroma buah
kemang berbau sangat khas dan tajam dengan rasa buah bervariasi dari asam
sampai manis.

4
Senyawa Bioaktif
Menurut Finley (2005) senyawa bioaktif merupakan senyawa yang
menyebabkan respon biologis spesifik pada organisme yang mengonsumsinya.
Bernhoft (2010) menambahkan senyawa bioaktif pada tanaman adalah metabolit
sekunder tanaman yang memunculkan efek farmakologis atau toksikologi pada
manusia dan hewan.
Metabolit sekunder adalah senyawa yang diproduksi terbatas pada
sekelompok taksonomi, tidak penting untuk hidup sebuah sel (organisme) tetapi
mempunyai peran dalam interaksi sel (organisme) dengan lingkungannya dan
menjamin kelangsungan hidup pada ekosistem organisme (Verpoorte, 2000).
Produksi metabolit sekunder biasanya kurang dari 10% dari total metabolisme
tanaman, produk tersebut adalah unsur utama tanaman pada ilmu farmasi
(Kintzios dan Barberaki, 2004).
Penelitian mengenai senyawa bioaktif pada daun mangga pernah
dilakukan dengan ekstraksi dan skrining. Steroid dan flavonoid diperoleh melalui
skrining ekstrak daun mangga dalam larutan hexaene (Aiyelaagbe dan
Osamudiamen, 2009). Senyawa fenol pada daun mangga diketahui pada hasil
ekstraksi dengan menggunakan GC-MS ( Elzaawely dan Tawata, 2010).
Hasil penelitian Kawpoomhae et al. (2010) adanya aktivitas antioksidan
serta jumlah total fenol dan asam tanik pada ekstrak daun mangga dalam metanol
dan aquades. Morsi et al. (2010) mendapatkan ekstrak daun mangga dalam 70 mg
mengandung total fenol dan flavonoid yaitu 9.15±0.08 dan 0.68±0.05 mg g-1.

Karakterisasi
Karakterisasi merupakan fokus dalam membedakan antara aksesi satu
dengan lainnya mengenai identifikasi dan mengeliminasi kelebihan (Kohel dan
Yu, 2002). Karakterisasi digunakan untuk mengetahui karakter-karakter tanaman,
baik karakter kuantitatif maupun karakter kualitatif (Miswar et al., 2012). Pemulia
tanaman menekankan karakterisasi untuk penggunaan langsung dalam program
pemuliaan komersial. Karakterisasi plasma nutfah penting untuk membedakan
dan menggambarkan perubahan pada karakter yang disukai (Okuno dan Fukuoka,

5
2002). Perkembangan dari satu atau beberapa karakter penting dapat memudahkan
akses penggunaan keragaman genetik sebelum program pemuliaan.

Sayuran Indigenous
Sayuran indigenous adalah sayuran asli daerah yang telah banyak
diusahakan dan dikonsumsi atau sayuran introduksi yang telah berkembang lama
dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu (Putrasamedja, 2005). Sayuran
yang tergolong sayuran indigenous dapat dikatakan sayuran asli dari lingkungan
lokal atau sayuran pribumi (Soetiarso, 2010a).
Sayuran indigenous biasanya dibudidayakan di pekarangan maupun
kebun. Sayuran ini dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan makanan. Masyarakat
Jawa Barat biasanya mengonsumsi sayuran indigenous dengan cara dilalap.
Menurut Duriat et al. (2000) beberapa spesies liar sayuran indigenous mempunyai
fungsi ganda sebagai pangan, rempah atau obat. Putrasamedja (2005) menyatakan
bahwa setiap daerah (kabupaten) berbeda-beda dalam memanfaatkan sayuran
indigenous dan nilai ekonominya.
Pemanfaatan sayuran indigenous oleh masyarakat masih terbatas. Menurut
Soetiarso (2010b) kendala kurang dimanfaatkannya sayuran indigenous oleh
konsumen adalah variasi menu terbatas, rasa dari olahan sayuran indigenous
kurang enak terutama bagi anak-anak dan tersedia musiman.

Persepsi Masyarakat Terhadap Sayuran
Sayuran merupakan pangan yang dimanfaatkan sebagai sumber vitamin
dan mineral. Beragam jenis sayuran berkembang di masyarakat sehingga
konsumen dapat memilih sayuran berdasarkan kesukaannya. Perilaku konsumen
dalam memersepsi atribut produk yang sesuai dengan preferensinya dapat
dijadikan sebagai dasar untuk perbaikan dan pengembangan suatu produk, seleksi
dan perbaikan varietas ( Rebin et al., 2002).

6
Pengukuran tingkat kesukaan pada sayuran dapat dilakukan berdasarkan
persepsi masyarakat dengan menilai kualitasnya. Menurut Almatsier (2009)
secara umum makanan yang disukai adalah makanan yang memenuhi selera atau
citarasa/inderawi, yaitu dalam hal rupa, warna, bau, rasa, suhu dan tekstur.
Soetiarso (2010b) menggunakan atribut nutrisi, obat, rasa, daya simpan, harga dan
ketersediaan untuk menilai preferensi terhadap paria, selada air, oyong, leunca dan
kemangi.
Tingkat kesukaan terhadap suatu produk akan membentuk suatu pola
makan akibat dari kebiasaan makan. Pola makan terbentuk melalui seleksi jenis
pangan yang dikonsumsi. Faktor ketersediaan dan biaya sangat menentukan
pilihan jenis pangan dalam menu individu atau keluarga (Rubatzki dan
yamaguchi, 1998). Konsumen lebih menempatkan kemudahan memperoleh di
pasar pada urutan pertama dalam mengonsumsi jenis sayuran indigenous
(Soetiarso, 2010b).
Konsumsi sayuran pada tingkat rumah tangga dapat beragam jenisnya.
Menurut Soetiarso (2010b) Konsumen (ibu rumah tangga) tidak hanya
mempertimbangkan seleranya sendiri tetapi juga mempertimbangkan selera dari
semua angggota keluarga (termasuk anak-anak).

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2012 di enam
kecamatan di Kabupaten Bogor. Pengujian kandungan senyawa kimia dengan
GC-MS dilakukan di laboratorium Kesehatan Daerah Jakarta. Data agroekologi
lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan data iklim di lokasi penelitian bulan Januari-Agustus 2012
Curah hujan
(mm)
213

Suhu
(oC)**
31.9

Kelembaban
(oC)**
82

Altitude pengukuran
(m)
142

Dramaga

229

31.9

82

207

Kemang

237

31.9

82

129

Leuwiliang

214

31.9

82

395

Ciampea*

250

31.9

82

180

Tenjolaya*

250

31.9

82

180

Kecamatan
Rancabungur

(Sumber: BMKG)
Keterangan : *
**

: data disamakan berdasarkan kedekatan lokasi stasium pengukuran
: data yang digunakan iklim makro Bogor

Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan ialah tanaman kemang dan pucuk kemang. Alat
yang digunakan adalah GC-MS, GPS, oven, meteran, abney level dan mikroskop.

Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan survei tanaman kemang
di beberapa kecamatan di Bogor. Enam kecamatan yang dipilih sebagai lokasi
penelitian yaitu Kecamatan Rancabungur, Dramaga, Kemang, Leuwiliang,
Ciampea dan Tenjolaya. Jumlah tanaman kemang yang diamati sebanyak 10
tanaman setiap kecamatan. Tanaman kemang yang digunakan merupakan tanaman
yang sudah tumbuh di lokasi penelitian.
Lokasi tumbuh tanaman kemang ini kemudian ditentukan ketinggian
tempat dan koordinat lokasinya dengan GPS. Identifikasi karakter agronomi

8
tanaman dilakukan pada pohon kemang berdasarkan descriptors for mango
(IPGRI, 2006) yang telah dimodifikasi.
Persepsi masyarakat terhadap pucuk kemang sebagai sayuran indigenous
diketahui dengan melakukan wawancara. Informasi berdasarkan pengetahuan
masyarakat mengenai kebiasaan makan, nilai ekonomi, dampak mengonsumsi dan
pengetahuan masyarakat terhadap pucuk kemang.
Data dari responden diperoleh dengan melakukan wawancara. Jumlah
responden diperoleh dari tiga desa di setiap kecamatan dengan masing-masing
desa dipilih 10 orang sehingga terdapat 180 orang. Pemilihan responden
berdasarkan responden yang pernah mengonsumsi pucuk kemang.
Kandungan bioaktif pucuk kemang dianalisis dengan menggunakan
metode GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectrometry). Senyawa yang
teridentifikasi dikelompokkan berdasarkan jenisnya.

Pengamatan
A. Peubah Kualitatif
Komponen yang diamati terlampir pada lembar wawancara Lampiran 1.
B. Peubah Kuantitatif
1. Agroekologi
Data iklim diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
meliputi altitude, curah hujan, suhu dan RH. Lokasi tumbuh tanaman ditentukan
dengan GPS meliputi ketinggian tempat dan koordinat lokasi (Lampiran 2 dan 3).
2. Karakter Tanaman
Pohon
a. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman diukur sampai dengan bagian atas tajuk
tanaman menggunakan abney level. Tinggi tanaman dihitung dengan persamaan:
y = z + (x tan α)
Keterangan : z = tinggi pengukur; x = jarak pengukur ke pohon; y = tinggi pohon;
α = sudut yang terbentuk oleh abney level

9
b. Diameter Batang
Diameter batang diukur pada setinggi dada (diameter at brest height, dbh)
kurang lebih 1.3 m dari atas tanah dengan mengukur lingkar batang terlebih
dahulu. Diameter batang dihitung dengan menggunakan rumus:
Diameter Batang =

keliling batang
π

c. Bentuk Tajuk

Oblong

Broadly Pyramidal

Semi-circular

Spherical

d. Tree Growth Habit

Erect

Spreading

Drooping

e. Percabangan
Percabangan ini diamati di lapangan dengan skoring. Skoring 1 untuk
cabang rusak dan skoring 2 untuk cabang baik.
f. Tempat Muncul Flush
1. Terminal

2. Aksilar

3. Terminal dan aksilar

g. Warna Batang
1. Coklat

2. Coklat keabuan

3. Abu-abu

4. Hitam

Daun
Daun contoh sebanyak 10 daun yang diambil pada cabang yang berbeda
dan setiap cabang diambil satu daun secara acak.

10
a. Panjang Daun
Panjang daun diukur dari pangkal tangkai daun hingga ujung daun.
1. 20.18≤x