• Skor Keluhan Somatis-vegetatif - Tidak ada sedikit : 0-2
- Ringan : 3-4
- Sedang : 5-8
- Berat : 9+
• Skor Keluhan Psikologi - Tidak ada sedikit : 0-1
- Ringan : 2-3
- Sedang : 4-6
- Berat : 7+
• Skor Keluhan Urogenital - Tidak ada sedikit : 0
- Ringan : 1
- Sedang : 2-3
- Berat : 4
• Skor Total - Tidak ada, sedikit : 0-4
- Ringan : 5-8
- Sedang : 9-16
- Berat : 17+
2.3. KELENJER ADRENAL DAN HORMON KORTISOL
Terdapat 2 dua organ endokrin dalam kelenjar adrenal yaitu medulla pada bagian dalam dan korteks pada bagian luar. Korteks adrenal
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kemampuan untuk mensintesis lebih dari 25 hormon steroid. Sel-sel korteks terdiri dari 3 lapisan Lihat Gambar 2.3.
6,16
Gambar 2.4 Kelenjar Adrenal a. Zona Glomerulosa lapisan luar menghasilkan mineralokortikoid
Menghasilkan hormon aldosteron dalam meregulasi keseimbangan elektrolit cairan ekstraseluler terutama Na
+
dan K
+
b. Zona Fasikulata lapisan tengah menghasilkan glukokortikoid . Kelainan
hiposekresi dari mineralokortikoid dan glukokortikoid disebut Addison’s disease bermanifestasi pada hipoglikemia, dehidrasi berat, ketidak-
seimbangan elektrolit, hiperkalemia, hipotensi dan kulit mengkilap.
Universitas Sumatera Utara
Mempengaruhi metabolisme sel-sel tubuh terkait stres. Hormon kortisol yang dihasilkan dari trigger ACTH dari hipofisis anterior
berperan dalam proses glukoneogenesis menyimpan cadangan gula pada otak, katabolisme protein, berperan dalam perbaikan jaringan dan
sistesis enzim. Hormon kortisol juga membantu kerja vasokonstriktor adrenalin untuk meningkatkan tekanan darah terkait distribusi nutrisi.
Kadar kortisol yang berlebihan mengganggu metabolisme tubuh, diantaranya menekan sistem imun, menurunkan formasi tulang,
menghambat inflamasi serta berpengaruh pada fungsi gastrointestinal dan jantung. Gangguan hipersekresi dari glukokortikoid disebut
Cushing’s Syndrome bermanifestasi pada hiperglikemia, penurunan densitas tulang, retensi cairan dan garam menimbulkan hipertensi dan
edema, penyembuhan luka yang buruk, dan mencetus terjadinya infeksi.
c. Zona Retikularis lapisan dalam menghasilkan gonadokortikoid Paling banyak menghasilkan dehydroepiandrosterone DHEA dan
androgen yang berperan dalam fisiologi reproduktif pria dan wanita. DHEA dikonversi menjadi testosteron terutama pada wanita dan
dikonversi lagi menjadi estrogen estradiol. Berperan menghasilkan adrenal sex hormone, dimana adrenal androgen kadarnya meningkat
pada usia 7-13 tahun sehingga menstimulasi onset pubertas, menstimulasi pertumbuhan bulu pubis dan aksila, juga menstimulasi
libido.
Universitas Sumatera Utara
Hormon steroid berasal dari kolesterol dan dibangun oleh kerja enzim yang khas. Seluruh jaringan penghasil steroid dapat menghasilkan
androgen dan estrogen, tetapi hanya korteks adrenal yang memiliki enzim yang diperlukan bagi pembentukan kortisol. Kortisol sebagai produk dari
glukokortioid korteks adrenal yang disintesis pada zona fasikulata dapat mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid serta berbagai
fungsi fisiologis lainnya. Pada tahap selanjutnya akan berpengaruh terhadap keseimbangan
metabolisme tubuh seluruhnya, sehingga pemahaman terhadap anatomi, fisiologi dan metabolisme dari glukokortikoid khususnya kortisol sangat
diperlukan.
17
Banyak senyawa telah dihasilkan oleh korteks adrenal lebih kurang 40 macam. Namun, hanya sebagian yang dijumpai di dalam
darah vena adrenal. Kerja fisiologis utama dari hormon-hormon adrenal khususnya glukokortikoid adalah sebagai berikut :
16
1. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, yaitu memacu glikogenolisis, ketogenesis, katabolisme protein dan
fungsi hormonal lain.
17
2. Memiliki kerja anti insulin, dimana glukokortikoid menaikkan glukosa, asam-asam lemak dan asam-asam amino dalam sirkulasi.
Dalam jaringan perifer seperti otot, adiposa dan jaringan limfoid, steroid adalah katabolik dan cenderung menghemat glukosa,
pengambilan glukosa dan glikolisis ditekan.
Universitas Sumatera Utara
3. Terhadap pembuluh darah meningkatkan respon terhadap katekolamin.
4. Terhadap jantung memacu kekuatan kontraksi inotropik positif 5. Terhadap saluran cerna meningkatkan sekresi asam lambung dan
absorbsi lemak, 6. menyebabkan erosi selaput lendir.
7. Terhadap tulang dan metabolisme menyebabkan terjadinya osteoporosis, olehkarena menghambat aktifitas osteoblast dan
absorbsi kalsium di usus. 8. Meningkatkan aliran darah ginjal dan memacu eksresi air oleh
ginjal. 9. Pada dosis farmakologis menurunkan intensitas reaksi
peradangan, dimana pada 10. konsentrasi tinggi glukokortikoid menurunkan reaksi pertahanan
seluler dan khususnya memperlambat migrasi leukosit ke dalam daerah trauma.
2.4. Metabolisme Kortisol