Kadar Glutathion Peroksidase (GPx) Sebagai Penanda Derajat Keparahan Keluhan Menopause Pada Paramedis Wanita Menopause DI RSUP. H. Adam Malik Dan RS. Jejaring Medan

(1)

KADAR GLUTATHION PEROKSIDASE (GPx) SEBAGAI PENANDA DERAJAT KEPARAHAN KELUHAN MENOPAUSE PADA PARAMEDIS

WANITA MENOPAUSE DI RSUP. H. ADAM MALIK DAN RS. JEJARING MEDAN

TESIS

OLEH :

RENNY ANGGRAINI

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK

MEDAN 2014


(2)

Penelitian ini di bawah bimbingan Tim 5

Pembimbing : Dr.dr.M.Fidel Ganis Siregar, M.Ked (OG), Sp.OG.K

dr. Ichwanul Adenin, M.Ked (OG), Sp.OG.K

Penyanggah : dr. Risman F. Kaban, M.Ked(OG),SpOG

dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), SpOG(K)

dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG(K)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas

dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai keahlian


(3)

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Menopause Rating Scale... 16 Gambar 2. Komplek III yang memproduksi ROS... 19

Gambar 3. Coordinates of the Curve Menopause dengan Derajat Keluhan Sedang-Berat... 52


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

Lampiran 2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek Penelitian

Lampiran 3. Lembaran persetujuan setelah penjelasan Subjek penelitian

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian

Lampiran 5. Tabel Induk Penelitian

Lampiran 6.

Lampiran 7.

Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Kurva Standard GPx

Nilai Absorban Glutathion

Tabel Perhitungan Rumus Hasil GPx

Analisa Statistik


(6)

KADAR GLUTATHION PEROKSIDASE (GPx) SEBAGAI PENANDA DERAJAT KEPARAHAN KELUHAN MENOPAUSE PADA PARAMEDIS WANITA MENOPAUSE DI RSUP. H. ADAM MALIK DAN

RS. JEJARING MEDAN Renny Anggraini

Risman F.Kaban, Edy Ardiansyah, Deri Edianto , M.Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia, Februari, 2014

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Jumlah wanita menopause diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya dan akan menimbulkan masalah tersendiri dengan munculnya keluhan-keluhan pada masa menopause. Walaupun tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menyebabkan gangguan dalam pekerjaaan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidup. Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang dihubungkan dengan kesehatan selama masa menopause, untuk mengukur tingkat keparahan keluhan menopause, dengan menilai sejumlah gejala tertentu. Stres oksidatif juga terlibat dalam patogenesis keluhan menopause, seperti gangguan vasomotor. Selama menopause, gangguan episode vasomotor berulang menghasilkan peningkatan jangka panjang terhadap masalah metabolisme. Peningkatan ini telah menunjukkan adanya kontribusi pada pembentukan stres oksidatif dengan menempatkan hambatan pada antioksidan dan fungsinya dalam menetralisir ROS ( reactive oxygen species)

TUJUAN : Mengetahui karakteristik (usia, status pernikahan, lama menopause dan BMI) paramedis wanita menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring berdasarkan derajat keluhan menopause. Untuk mengetahui hubungan, perbedaan rata-rata, nilai interval (cut off value) kadar

Glutathion Peroksidase (GPx) terhadap derajat keluhan menopause yang dinilai berdasarkan

Menopause Rating Scale (MRS), Mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif dan akurasi serta area under curve (AUC) dari kadar GPx.

.

METODE : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan uji diagnostic, dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring, dimulai bulan Desember tahun 2013 sampai jumlah sampel 50 orang. Populasi penelitian adalah penderita menopause berumur 45-56 tahun yang bekerja sebagai paramedis di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring.

HASIL : Dari 50 sampel penelitian didapatkan masing-masing 5 orang paramedis yang tidak ada keluhan menopause, 19 orang keluhan ringan, 18 orang keluhan sedang dan 8 orang keluhan berat. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar GPx terhadap derajat keparahan keluhan menopause (p=0,0001). Adanya korelasi negatif ( r = -0,641 ) dan hubungan sedang antara kadar GPx terhadap derajat keparahan keluhan menopause. Nilai titik potong (cut off value) kadar GPx dari paramedis wanita menopause dapat dijadikan sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause berada pada kadar 533,33 mU/mL. Berdasarkan nilai cut off value tersebut, untuk derajat keparahan keluhan menopause sedang-berat didapatkan nilai sensitifitas sebesar 87,5 % dan spesifisitas 80,8 %, nilai prediksi positif 80,8 %, nilai prediksi negatif 97,5 %, dan akurasi 84 %. Dapat disimpulkan bahwa uji Glutathion Peroksidase (GPx) bisa digunakan sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause sedang-berat dikarenakan nilai sensitiftas dan spesifisitasnya > 80%.


(7)

(8)

GLUTATHIONE PEROXIDASE (GPX) LEVEL AS MARKERS OF MENOPAUSE COMPLAINTS SEVERITY DEGREE AMOUNT PARAMEDICS WOMEN IN

H. ADAM. MALIK HOSPITAL AND SATELITE HOSPITAL

Renny Anggraini

Risman F.Kaban, Edy Ardiansyah, Deri Edianto , M.Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,

Obstetric and Gynecology Department, Medicine Faculty North Sumatera University Medan, Indonesian, February, 2014

ABSTRACT

BACKGROUND : The number of postmenopausal women is expected to increase each year and will cause problems of its own with the advent of complaints during menopause. Although not fatal, it can cause discomfort and lead to disruption in the day-to- day employment which can degrade the quality of life . Menopause Rating Scale ( MRS ) is a scale that is associated with quality of life health during menopause, to measure the severity of menopausal complaints and to assess a number of specific symptoms. Oxidative stress is also involved in the pathogenesis of complaints of menopause, such as vasomotor disturbances. During menopause, recurrent vasomotor disturbances episodes resulted in an increase in the long-term metabolic problems. This increase has demonstrated the contribution to the formation of oxidative stress in disturbing antioxidants function to neutralize ROS ( reactive oxygen species ).

OBJECTIVE : To determine the characteristics (age, marital status, duration of menopause and BMI) in postmenopausal paramedics H.Adam Malik Hospital and Satellite Hospital. Recruitment was based on the degree of menopausal complaints. To determine the relationship, the average difference, the interval value (cut-off value) levels of glutathione peroxidase (GPx) the degree of menopausal complaints are assessed by Menopause Rating Scale (MRS), measuring the value of sensitivity and specificity, positive predictive value, negative predictive value and accuracy and area under the curve (AUC) of GPx levels.

METHODS : This study is an analytical study using the design of diagnostic tests, carried out in the H.Adam Malik Hospital and Satellite Hospital. Recruitment of samples began in December 2013 until the sample size of 50 people. The study population was postmenopausal patients aged 45-56 years who worked as a paramedic in H.Adam Malik Hospital and Satellite Hospital.

RESULTS : Of the 50 study samples obtained each 5 paramedics were no complaints of menopause, 19 minor complaints, 18 moderate complaints and 8 severe complaints. There is a significant difference between the levels of GPx against the severity of menopausal complaints (p = 0.0001). Negative correlation (r = -0.641) was observed in the relationship between the levels of GPx and the severity of menopausal complaints. Value cut point (cut-off value) GPx levels of paramedics menopausal women can be used as a marker of the severity of menopausal complaints are at levels of 533.33 mU / mL . Based on the value of the cut-off value , the degree of severity of moderate to severe menopausal complaints obtained a sensitivity value of 87.5% and specificity 80.8%, positive


(9)

predictive value 80.8%, negative predictive value 97.5%, and accuracy 84%. It can be concluded that the test glutathione peroxidase (GPx) can be used as a marker of the severity of moderate to severe menopausal complaints due sensitiftas value and specificity >80%.


(10)

KADAR GLUTATHION PEROKSIDASE (GPx) SEBAGAI PENANDA DERAJAT KEPARAHAN KELUHAN MENOPAUSE PADA PARAMEDIS WANITA MENOPAUSE DI RSUP. H. ADAM MALIK DAN

RS. JEJARING MEDAN Renny Anggraini

Risman F.Kaban, Edy Ardiansyah, Deri Edianto , M.Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Indonesia, Februari, 2014

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Jumlah wanita menopause diperkirakan akan meningkat setiap tahunnya dan akan menimbulkan masalah tersendiri dengan munculnya keluhan-keluhan pada masa menopause. Walaupun tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menyebabkan gangguan dalam pekerjaaan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidup. Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang dihubungkan dengan kesehatan selama masa menopause, untuk mengukur tingkat keparahan keluhan menopause, dengan menilai sejumlah gejala tertentu. Stres oksidatif juga terlibat dalam patogenesis keluhan menopause, seperti gangguan vasomotor. Selama menopause, gangguan episode vasomotor berulang menghasilkan peningkatan jangka panjang terhadap masalah metabolisme. Peningkatan ini telah menunjukkan adanya kontribusi pada pembentukan stres oksidatif dengan menempatkan hambatan pada antioksidan dan fungsinya dalam menetralisir ROS ( reactive oxygen species)

TUJUAN : Mengetahui karakteristik (usia, status pernikahan, lama menopause dan BMI) paramedis wanita menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring berdasarkan derajat keluhan menopause. Untuk mengetahui hubungan, perbedaan rata-rata, nilai interval (cut off value) kadar

Glutathion Peroksidase (GPx) terhadap derajat keluhan menopause yang dinilai berdasarkan

Menopause Rating Scale (MRS), Mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif dan akurasi serta area under curve (AUC) dari kadar GPx.

.

METODE : Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan uji diagnostic, dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring, dimulai bulan Desember tahun 2013 sampai jumlah sampel 50 orang. Populasi penelitian adalah penderita menopause berumur 45-56 tahun yang bekerja sebagai paramedis di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring.

HASIL : Dari 50 sampel penelitian didapatkan masing-masing 5 orang paramedis yang tidak ada keluhan menopause, 19 orang keluhan ringan, 18 orang keluhan sedang dan 8 orang keluhan berat. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar GPx terhadap derajat keparahan keluhan menopause (p=0,0001). Adanya korelasi negatif ( r = -0,641 ) dan hubungan sedang antara kadar GPx terhadap derajat keparahan keluhan menopause. Nilai titik potong (cut off value) kadar GPx dari paramedis wanita menopause dapat dijadikan sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause berada pada kadar 533,33 mU/mL. Berdasarkan nilai cut off value tersebut, untuk derajat keparahan keluhan menopause sedang-berat didapatkan nilai sensitifitas sebesar 87,5 % dan spesifisitas 80,8 %, nilai prediksi positif 80,8 %, nilai prediksi negatif 97,5 %, dan akurasi 84 %. Dapat disimpulkan bahwa uji Glutathion Peroksidase (GPx) bisa digunakan sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause sedang-berat dikarenakan nilai sensitiftas dan spesifisitasnya > 80%.


(11)

(12)

GLUTATHIONE PEROXIDASE (GPX) LEVEL AS MARKERS OF MENOPAUSE COMPLAINTS SEVERITY DEGREE AMOUNT PARAMEDICS WOMEN IN

H. ADAM. MALIK HOSPITAL AND SATELITE HOSPITAL

Renny Anggraini

Risman F.Kaban, Edy Ardiansyah, Deri Edianto , M.Fidel Ganis Siregar, Ichwanul Adenin,

Obstetric and Gynecology Department, Medicine Faculty North Sumatera University Medan, Indonesian, February, 2014

ABSTRACT

BACKGROUND : The number of postmenopausal women is expected to increase each year and will cause problems of its own with the advent of complaints during menopause. Although not fatal, it can cause discomfort and lead to disruption in the day-to- day employment which can degrade the quality of life . Menopause Rating Scale ( MRS ) is a scale that is associated with quality of life health during menopause, to measure the severity of menopausal complaints and to assess a number of specific symptoms. Oxidative stress is also involved in the pathogenesis of complaints of menopause, such as vasomotor disturbances. During menopause, recurrent vasomotor disturbances episodes resulted in an increase in the long-term metabolic problems. This increase has demonstrated the contribution to the formation of oxidative stress in disturbing antioxidants function to neutralize ROS ( reactive oxygen species ).

OBJECTIVE : To determine the characteristics (age, marital status, duration of menopause and BMI) in postmenopausal paramedics H.Adam Malik Hospital and Satellite Hospital. Recruitment was based on the degree of menopausal complaints. To determine the relationship, the average difference, the interval value (cut-off value) levels of glutathione peroxidase (GPx) the degree of menopausal complaints are assessed by Menopause Rating Scale (MRS), measuring the value of sensitivity and specificity, positive predictive value, negative predictive value and accuracy and area under the curve (AUC) of GPx levels.

METHODS : This study is an analytical study using the design of diagnostic tests, carried out in the H.Adam Malik Hospital and Satellite Hospital. Recruitment of samples began in December 2013 until the sample size of 50 people. The study population was postmenopausal patients aged 45-56 years who worked as a paramedic in H.Adam Malik Hospital and Satellite Hospital.

RESULTS : Of the 50 study samples obtained each 5 paramedics were no complaints of menopause, 19 minor complaints, 18 moderate complaints and 8 severe complaints. There is a significant difference between the levels of GPx against the severity of menopausal complaints (p = 0.0001). Negative correlation (r = -0.641) was observed in the relationship between the levels of GPx and the severity of menopausal complaints. Value cut point (cut-off value) GPx levels of paramedics menopausal women can be used as a marker of the severity of menopausal complaints are at levels of 533.33 mU / mL . Based on the value of the cut-off value , the degree of severity of moderate to severe menopausal complaints obtained a sensitivity value of 87.5% and specificity 80.8%, positive


(13)

predictive value 80.8%, negative predictive value 97.5%, and accuracy 84%. It can be concluded that the test glutathione peroxidase (GPx) can be used as a marker of the severity of moderate to severe menopausal complaints due sensitiftas value and specificity >80%.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut World Health Organization, setiap tahunnya sekitar 25 juta wanita di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause. Sekitar 467 juta wanita berusia 50 tahun keatas menghabiskan hidupnya dalam keadaan pasca menopause, dan 40% dari wanita pasca menopause tersebut tinggal di negara maju dengan usia rata-rata mengalami menopause pada usia 51 tahun. WHO memperkirakan jumlah wanita usia 50 tahun ke atas diperkirakan akan meningkat dari 500 juta pada saat ini menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2030.

Di Asia, masih menurut data WHO, pada tahun 2025 jumlah wanita yang menopause akan meningkat dari 107 juta jiwa menjadi 373 juta jiwa. Perkiraan kasar menunjukkan akan terdapat sekitar 30 – 40 juta wanita dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240 – 250 juta jiwa pada tahun 2010. Dalam kurun waktu tersebut (usia lebih dari 60 tahun) hampir 100% telah mengalami menopausedengan segala akibat serta dampak yang menyertainya.

1

Peningkatan jumlah wanita menopause ini tentunya akan menimbulkan masalah tersendiri, apalagi ditambah dengan munculnya keluhan-keluhan pada masa menopause. Walaupun tidak menyebabkan kematian, menopause dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan gangguan dalam pekerjaaan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidup. Padahal pada kurun waktu usia 40-65 tahun (masa klimakterium) banyak wanita yang mencapai puncak prestasi karirnya.

2


(15)

dan menilai keluhan menopause.4 Beberapa alat telah dinilai ulang, sementara beberapa alat yang lain baru ditemukan setelah dilakukan penelitian analitik yang secara terpisah mengukur gejala psikologis, somatik dan vasomotor yang dialami.5 Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang dihubungkan dengan kesehatan selama masa menopause, dan awalnya dikembangkan pada awal tahun 90-an untuk mengukur tingkat keparahan keluhan yang dikaitkan dengan umur menopause, dengan cara menilai sejumlah gejala tertentu.6 Untuk menentukan skala keluhan ataupun gejala yang dialami, analisis faktorial dan metode statistik digunakan untuk mengidentifikasi tiga dimensi gejala/keluhan: faktor psikologis, somatik-vegetatif, dan urogenital, yang dapat menjelaskan 59% variasi total yang terjadi.

Signorelli et al. melaporkan temuan yang menunjukkan kadar stres oksidatif yang tinggi pada wanita menopause. Kadar serum darah digunakan untuk menilai

malondialdehyde (MDA), 4-hydroxynenal (4-HNE), LDL teroksidasi, dan glutathion peroksidase (GSH-Px) yang dibandingkan pada dua kelompok : wanita usia subur, antara usia 30-35 dan pascamenopause, antara usia 45-55. Kelompok postmenopause menunjukkan peningkatan yang signifikan pada biomarker pro-oksidan: MDA, 4-HNE, dan LDL teroksidasi, sedangkan kadar antioksidan GSH-Px secara signifikan menurun bila dibandingkan dengan subyek kontrol premenopause.

5,6

7

Stres oksidatif juga terlibat dalam patogenesis keluhan menopause, seperti gangguan vasomotor. Gangguan ini termasuk hot flashes atau berkeringat di malam hari, panik, dan lekas marah. Selama menopause, gangguan episode vasomotor berulang menghasilkan peningkatan jangka panjang terhadap masalah metabolisme. Peningkatan ini telah menunjukkan adanya kontribusi pada


(16)

pembentukan stres oksidatif dengan menempatkan hambatan pada antioksidan dan fungsinya dalam menetralisir ROS ( reactive oxygen species).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sánchez. MA, et al, didapatkan data adanya hubungan yang signifikan antara penurunan kadar anti oksidan pada wanita yang mengalami keluhan-keluhan pada menopause berdasarkan skala keluhan menopause (MRS).

8

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memeriksa kadar anti oksidan (Glutathion Peroksidase) untuk melihat adanya hubungan antara penurunan kadar anti oksidan terhadap derajat keluhan menopause. Sehingga pemeriksaan Glutathion Peroxidase merupakan suatu cara untuk menilai derajat keparahan keluhan menopause. Dimana perlu diketahui nilai interval (cut off value) dari kadar Glutathion Peroxidase tertentu yang sensitif dan spesifik sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause.

9

Dari penelitian, diketahui bahwa adanya hubungan yang signifikan antara penurunan anti oksidan (Glutathion Peroksidase) pada wanita premenopause dan postmenopause. Penurunan kadar Glutathion Peroksidase ini juga menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap keluhan menopause mempengaruhi kualitas hidup.

1.2. Rumusan Masalah

Sampai saat ini belum ada penelitian di Indonesia, khususnya Sumatera Utara yang menghubungkan antara derajat keluhan menopause berdasarkan


(17)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah pemeriksaan kadar Glutathion Peroxidase ini dapat sebagai penanda derajat keparahan keluhan pada wanita menopause?“

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui kadar Glutathion Peroksidase (GPx) dari paramedis wanita menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik paramedis wanita menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring berdasarkan derajat keluhan menopause (usia, status pernikahan, lama menopause dan BMI).

2. Mengetahui hubungan kadar Glutathion Peroksidase (GPx) dari paramedis wanita menopause di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring terhadap derajat keluhan menopause yang dinilai berdasarkan Menopause Rating Scale (MRS).

3. Mengetahui perbedaan rata-rata Glutathion Peroxidase (GPx) pada masing-masing derajat keparahan keluhan berdasarkan Menopause Rating Scale

(MRS).

4. Mengetahui interval (cut off value) Glutathion Peroxidase (GPx) pada masing-masing derajat keparahan keluhan berdasarkan Menopause Rating Scale

(MRS).

5. Mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif dan akurasi.


(18)

6. Mengetahui area under curve (AUC) dari kadar Glutathion Peroxidase (GPx).

1.4. Manfaat

1. Memberikan informasi mengenai ada tidaknya serta derajat keluhan menopause pada paramedis wanita di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring dengan menggunakan skala penilaian menopause (Menopause Rating Scale).

2. Pemeriksaan kadar Glutathion Peroksidase (GPx) pada paramedis wanita menopause dapat digunakan untuk menilai secara objektif paramedis wanita menopause yang mengalami keluhan-keluhan menopause terkait dengan kualitas hidup, produktivitas kerja, sehingga akan memberikan manfaat kedepannya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Menopause

Sudah alamiah bahwa setiap makhluk di dunia ini mengalami proses penuaan. Pada manusia proses penuaan itu sebenarnya terjadi sejak manusia dilahirkan dan berlangsung terus sampai akhir hayat. Berbeda dengan kaum pria, proses penuaan pada wanita berlangsung lebih “dramatis”, terutama karena adanya proses reproduksi dalam kehidupannya.

Menopause menurut WHO (2005) berarti berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi setiap bulan, yang disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel, serta dalam 12 bulan terakhir mengalami amenorea, dan bukan disebabkan oleh keadaan patologis. Kini wanita Indonesia rata-rata memasuki masa menopause pada usia 50 tahun. Tetapi sebagian ada yang mengalami pada usia lebih awal atau lebih lanjut. Umur waktu terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, dan pola kehidupan.

10

Usia menopause rata-rata berada pasa usia 51 tahun, setelah itu wanita akan menghabiskan sepertiga dari umurnya. Namun, dikedepan hari banyak wanita yang memilih untuk bisa menunda proses ini dikarenakan karir dan berbagai alasan lainnya, sehingga mereka membalikkan kenyataan mengenai proses penuaan reproduksi dan ovarium (ovarian aging), konsekuensi nya akan terjadi dampak perubahan pada berbagai sitem fisiologis tubuh dikarenakan perubahan hormonal ini, yang meliputi: densitas tulang, kardiovaskular, tingkah laku, dan kanker.

11


(20)

Sutanto (2005) mendefinisikan menopause proses alami dari penuaan, yaitu ketika wanita tidak lagi haid selama 1 tahun. Penyebab terhentinya haid karena ovarium tidak lagi memproduksi hormon estrogen dan progesteron. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya terjadi antara usia 45 dan 50 tahun. Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon dari otak dan sel telur.

Menopause terjadi karena produksi sel telur habis sama sekali dan biasanya terjadi pada usia 45-50 tahun. Diagnosis dibuat setelah terdapat amenorrea (tidak haid) sekurang-kurangnya 1 tahun. Shimp & Smith (2000) mendefinisikan menopause sebagai akhir periode menstruasi, tetapi seorang wanita tidak diperhitungkan postmenopause sampai wanita tersebut telah 1 tahun mengalami amenorrhea. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus yang lebih panjang dengan perdarahan yang berkurang. Umumnya batas terendah terjadinya menopause adalah umur 44 tahun. Operasi atau radiasi dapat menyebabkan menopause yang umumnya menimbulkan keluhan lebih banyak dibanding menopause secara alami.

12

Produksi hormon wanita (estrogen) makin lama makin berkurang sehingga haidpun menjadi tidak teratur dan akhirnya berhenti. Setelah usia 40 tahun seorang wanita memasuki fase klimakterium, yang berasal dari kata climacter yang berarti tahun-tahun peralihan. Klimakterium atau usia mapan, berlangsung dari saat premenopause (kira-kira umur 40 tahun) yaitu pada masa dimana ovarium berangsur-angsur menurun fungsinya dan berakhir sekitar usia 55 tahun. Pada usia sekitar 49 tahun terjadi menopause (mati haid).

13


(21)

Menopause merupakan salah satu fase dari kehidupan normal seorang wanita. Pada masa menopause kapasitas reproduksi seorang wanita berhenti. Ovarium tidak lagi berfungsi, produksi hormon steroid dan peptida berangsur-angsur hilang dan terjadi sejumlah perubahan fisiologik. Sebagian disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium dan sebagian lagi disebabkan oleh proses penuaan. Banyak wanita yang mengalami gejala dan keluhan akibat perubahan tersebut di atas. Gejala dan keluhan tersebut biasanya berangsur-angsur menghilang. Walaupun tidak menyebabkan kematian, namun menimbulkan rasa tidak nyaman dan kadang-kadang menyebabkan gangguan dalam pekerjaan sehari-hari.

Keluhan-keluhan yang biasa dialami pada masa ini antara lain mudah tersinggung, depresi, kelelahan, kurang bersemangat, sulit tidur, hot flush, berkeringat, rasa dingin, dan sakit kepala. Ketika seseorang memasuki masa menopause, terjadi ketidaknyamanan fisik seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh. Rasa kaku ini terkadang disertai rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, resah, kesal, cepat marah, dan berdebar-debar. Setelah menopause, wanita akan mengalami masa Senile. Pada masa ini tercapai keseimbangan hormonal yang baru sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis.

15,16,17

12

2.1.1. Gejala-Gejala Menopause

Bentuk dari gejala-gejala merupakan dasar diagnosis. Gejala-gejala yang ada sangat bervariasi diantara wanita-wanita. Oleh karena itu diperlukan pendekatan secara individual dalam penilaian dan pengobatan.4,5

A. Ketidakstabilan vasomotor


(22)

- Hot flushes

- Keringat malam - Gangguan tidur

B. Gangguan psikologis/kognitive - Depresi

- Irritabilitas

- Perubahan mood

- Kurang konsentrasi, pelupa. C. Gangguan seksual

- Kejadian gangguan seksual pada wanita perimenopause bervariasi dan meningkat dengan bertambahnya umur.

- Gejala-gejala berupa; berkurangnya lubrikasi vagina, menurunnya libido, dispareuni dan vaginismus.

D. Gejala-gejala somatik

- Sakit kepala

- Pembesaran mammae dan nyeri

- Palpitasi - Pusing


(23)

Secara embrional uretra dan vagina sama-sama berasal dari sinus urogenital dan duktus Muller. Selain itu pula, di uretra dan vagina banyak dijumpai reseptor estrogen, sehingga kedua organ tersebut mudah mengalami gangguan begitu kadar estrogen serum mulai berkurang. Gangguan–gangguan tersebut dapat berupa berkurangnya aliran darah, turgor dan jaringan kolagen. Kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan mitosis sel dan pemasukan asam amino ke dalam sel berkurang. Pada vulva terjadi atropi sel, epitel vulva menipis. Dijumpai fluor dan perdarahan subepitelial (kolpitis senilis), vagina menjadi kering, mudah terjadi iritasi dan infeksi.

F. Osteoporosis

G. Kelainan kardiovaskular

2.1.2. Penuaan (Aging) dan Menopause

Sejak lahir bayi wanita memiliki sekitar 770.000 sel telur yang belum berkembang. Pada fase pubertas, yaitu usia 8-12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Pada usia 12-13 tahun umumnya seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kalinya) yang dikenal sebagai masa pubertas. Pada saat itu organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap. Ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi yang disebut dengan fase reproduksi atau periode fertil yang berlangsung hingga usia sekitar 45 tahun. Periode fertil ketika telur dibuahi, akan terjadi kehamilan.

Fase terakhir setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode


(24)

produktif. Periode ini berlangsung antara 5-10 tahun atau 5 tahun sebelum menopause dan 5 tahun setelah menopause. Masa klimakterium terdiri atas tiga tahap, yaitu premenopause, perimenopause, dan postmenopause. Premenopause adalah masa sebelum berlangsungnya perimenopause. Tahap ini terjadi sejak fungsi reproduksi mulai menurun sampai timbul keluhan atau tanda-tanda menopause. Perimenopause merupakan periode dengan keluhan memuncak. Terjadi sekitar 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Postmenopause adalah masa setelah perimenopause sampai senilis. Secara umum, fase klimakterium disebut sebagai menopause.18

Menopause biasanya terjadi pada umur akhir 40-an atau awal 50-an. Menurut WHO, menopause adalah berhentinya menstruasi secara permanen disebabkan oleh hilangnya aktifitas folikel ovarium dimana estrogen disekresikan oleh folikel primordial ovarium. Meskipun ovarium dari wanita eumenorrheic mengandung rata-rata 1.000 folikel, pada saat masa transisi (perimenopause) jumlah folikel ini akan berkurang sekitar 10 kali lipat, dan hampir tidak ada folikel yang ditemukan dalam ovarium pascamenopause. Mekanisme penurunan folikel dan menopause tidak diketahui.11

Penuaan sistem reproduksi (ovarian aging) telah diketahui pada beberapa spesies vertebrata akan membawa kepada keadaan menopause. Selain penurunan jumlah folikel, proses penuaan juga berperan pada keadaan menopause, dimana ini ditandai dengan terjadinya penurunan fungsi oleh Hipotalamus Pituitari Gonad-Axis

yang menimbulkan ketidakteraturan siklus estrus. Pada tikus percobaan mengalami penurunan fungsi ovarium pada usia antara 6-18 bulan yang ditandai dengan kadar estrogen yang rendah. Penurunan sistem reproduksi berhubungan dengan gejala akut menopause meliputi gangguan vasomotor yang mengakibatkan hot flashes dan


(25)

berkeringat di malam hari, kekeringan vagina, depresi dan perubahan mood, serta gejala kronis termasuk progresif serta atrofi otot dan tulang yang berhubungan dengan meningkatnya kerentanan terhadap osteoporosis, peningkatan jumlah lipid (obesitas) dan sejumlah penyakit-penyakit metabolik, seperti dislipidemia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi dan resistensi insulin. Sehinga hal ini menimbulkan pertanyaan apakah menopause merupakan konsekuensi dari proses penuaan atau defisiensi endokrin, bahkan keduanya. 19

2.2. Menopause Rating Scale ( MRS )

Skala Penilaian Menopause (MRS) merupakan skala kualitas hidup yang dikembangkan pada awal tahun 90-an untuk menilai tingkat keparahan keluhan menopause sebagai respon terhadap kurangnya skala yang terstandarisasi untuk mengukur keparahan gejala penuaan serta efeknya terhadap kalitas hidup.6,20,21,22 Sebenarnya, versi MRS yang pertama seharusnya diisi oleh dokter yang menangani kasus yang bersangkutan, namun beberapan kritik dari ahli metodologi akhirnya memunculkan skala baru yang dapat dengan mudah diisi sendiri oleh wanita yang bersangkutan, bukan oleh dokternya. Pembenaran penggunaan MRS dimulai beberapa tahun yang lalu dengan tujuan untuk membentuk suatu alat untuk mengukur gambaran kualitas hidup, yang secara mudah dapat diisi. Tujuan pembuatan MRS adalah (1) untuk memungkinkan perbandingan gejala penuaan antara diantara kelompok wanita dengan kondisi yang berbeda, (2) untuk membandingkan keparahan penyakit yang dialami dalam selang waktu tertentu, dan (3) untuk mengukur perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah diberikan pengobatan. Skala MRS telah dibakukan secara resmi berdasarkan peraturan psikometrik dan diterbitkan pertama kali di Jerman. Sewaktu alat ini sedang


(26)

dibakukan, tiga dimensi yang terpisah ternyata teridentifikasi, yang menjelaskan 59% variansi total yang dijumpai (analisis faktor): psikologis, somato vegetatif, dan sub skala urogenital. Skala MRS terdiri dari 11 item (gejala atau keluhan). Masing-masing gejala yang terkandung didalam skala tersebut dapat diberikan nilai 0 (tidak ada keluhan) sampai 4 (gejala berat) tergantung pada tingkat keluhan yang diperoleh setelah wanita yang bersangkutan mengisi skala tersebut (dengan cara mencentang kotak yang telah disediakan). Cara penilaian pada dasarnya sederhana, contohnya: skornya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat keparahan subjektivitas gejala yang diperoleh dari setiap item (skor 0 : tidak ada keluhan, skor 4: gejala yang sangat berat]). Responden dengan sendirinya akan menunjukkan persepsinya sendiri dengan mencentang 1 dari kemungkinan 5 kotak “keparahan” yang tersedia untuk setiap item.

Saat ini, skala MRS diterima secara Internasional. Skala ini pertamaka kali dialihbahasakan ke bahasa Inggris, yang diikuti dengan terjemahan ke dalam bahasa yang lain. Rekomendasi metodologi Internasional yang terbaru juga dimasukkan. Saat ini skala ini tersedia dalam beberapa bahasa: bahasa Brasil, Inggris, Perancis, Jerman, Indonesia, Italia, Mexico/Argentina, Spanyol, Swedia, dan Turki.

6,20,21,22


(27)

Penilaian Menopause Rating Scale


(28)

Skor untuk tingkat / derajat keparahan keluhan berdasarkan subskala adalah sebagai berikut:

• Skor Total 22

- Tidak ada, sedikit : 0-4

- Ringan : 5-8

- Sedang : 9-16

- Berat : 17+

2.3. Reactive Oxygen Spesies (ROS)

Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya sehingga relatif tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya, molekul yang bersifat reaktif tersebut mencari pasangan elektronnya, sehingga disebut juga sebagai reactive oxygen species

(ROS). Mekanismenya dapat dengan donasi, meski umumnya dengan “mencuri” dari sel tubuh lain.

Terdapat 2 jenis ROS, yakni:

(1) molekul oksigen dengan elektron yang tidak mempunyai pasangan dan, (2) molekul oksigen tunggal.

Molekul yang termasuk ke dalam radikal bebas tipe 1 diantaranya ialah anion superoksida (+O2-), radikal hidroksil (OH-), dan radikal peroksil lipid (LOO). +O2- merupakan molekul reaktif yang pertama terbentuk saat metabolisme lipid dan protein, untuk selanjutnya dapat dikonversi menjadi hidrogen peroksida (H2O2) atau dimetabolisme oleh sistem enzim. H2O2 merupakan oksidan yang relatif lemah, namun mampu menginisiasi reaksi oksidatif dan membentuk spesies radikal bebas. Perubahan bentuk H2O2 menjadi OH terjadi melalui reaksi yang dikatalisasi oleh


(29)

metal transisi (Fe2+ atau Cu+). ROS dapat mengakibatkan disfusi sel akibat pengambilan elektron dari komponen lipid, protein, dan DNA. Saat sel tubuh kehilangan elektronnya, maka sel tersebut juga akan menjadi radikal bebas yang akan memulai rangkaian proses serupa berikutnya.

Stres oksidatif adalah ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang dipicu oleh dua kondisi umum yakni kurangnya antioksidan dan kelebihan produksi radikal bebas. Berbagai enzim pada sel dan proses metabolik yang terkontrol, akan menjaga agar kerusakan oksidatif ditingkat sel tetap minimal. Pada saat produksi ROS meningkat, maka kontrol protektif tidak akan mencukupi sehinggu memicu kerusakan oksidatif. Kondisi ini akan memberi dampak berupa kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hingga ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan proses penuaan dan munculnya beragam penyakit. Penuaan dapat diartikan sebagai penumpukan kerusakan, maupun penurunan fungsi biologis dan kemampuan organisme untuk beradaptasi terhadap stres metabolik.

13

ROS (Reactive Oxygen Spesies) sebagai elektron yang tidak berpasangan, dan merupakan metabolisme dari mitokondria. Mitokondria memproduksi superoxide

yang merupakan radikal bebas, superoxide sebagai radikal bebas diproduksi pada dua titik rantai transport elektron, yang pertama pada komplek I (NADPH Dehydrogenase) dan komplek III (Ubiquinone-cytochrome c reductase). Dalam metabolisme yang tidak normal, kompleks III merupakan sumber dari produksi ROS, metabolisme yang tidak normal dapat berupa proses penuaan. Pada komplek III ini terbentuk suatu radikal bebas yaitu semiquinone anion spesies (.Q-) yang merupakan suatu hasil sampingan dari regenerasi coenzyme q. Pembentukan ROS kemudian nya akan mempengaruhi proses metabolik. Pada keadaan dengan


(30)

terpapar oksidan, maka akan terbentuk glyoxal dan methylglioxal, keduanya akan menghasilkan glycation end product (AGE) yang berkontribusi pada proses penuaan secara fenotipe.23

Gambar 2. Komplek III yang memproduksi ROS

Secara evidence base, pada penelitian in vitro, mitokondria mengubah 1-2% dari molekul oxygen yang digunakan sebagai pembentukan ATP menjadi superoxide anion. Berapapun jumlah dari superoxide anion yang menjadi ROS, tetap akan berefek buruk, sehingga menyebabkan tubuh memproduksi antioksidan untuk membatasi pengeluaran oksidan ini. Suatu postulat diungkapkan dalam mengurangi produksi oksidan oleh mitokondria adalah dengan meningkatkan metabolisme

uncoupling. Ketika pemakaian oksigen dari metabolisme uncoupling untuk membentuk ATP maka akan terbentuk panas. Bagaimanapun juga, konsumsi oksigen tanpa terbentuknya ATP akan menurunkan kadar molekular oksigen bebas dalam pembentukan superoxide anion.

23

Efek buruk dari ROS sebagian besar akan dinetralisir oleh sistem antioksidan yang meliputi suatu enzim yang memakan superoxide dismutase (SOD), katalase

dan gluthatione peroxidase. SOD akan mempercepat perubahan superoxide menjadi

hydrogen peroxidase, dan katalase serta glutahtione peroxidase mengubah 24


(31)

hydrogen peroxidase menjadi air. Selain enzim, terdapat beberapa molekul kecil yang berperan dalam memakan ROS, seperti ascorbate, piruvat, flavonoid, karotenoid, dan gluthation yang muncul dalam kosentrasi milimolar dalam sel.

Keseimbangan antara produksi ROS dan mekanisme pertahanan dari antioksidan mencerminkan derajat stres oksidatif. Efek samping dari Stres ini akan memodifikasi selular protein, lemak dan DNA. Kebanyakan studi, Stres oksidatif akan memodifikasi protein sehingga terbentuk derivat carbonyl, yang nantinya menjadi penanda dalam derajat stres oksidatif.

23,24

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sel-sel yang tua dan organisme berakumulasi meningkatkan kadar oksidan yang merusak nukleus DNA. Mungkin karena kedekatannya dengan sumber utama pembentukan oksidan, atau karena sistem perbaikan DNA yang terbatas, mitokondria DNA umumnya dianggap lebih sensitif dibandingkan nukleus DNA dalam kerusakan oksidatif. Terdapat dua penelitian yang mengungkapkan bahwa stres oksidatif menimbulkan kerusakan pada mitokondria DNA. Peningkatan kerusakan mitokondria akan menyebabkan kerusakan fungsi dan integritas mitokondria, sehingga menyebabkan produksi ROS yang berlebih dan ini merupakan suatu siklus atau lingkaran dalam terjadinya kerusakan DNA.

23

24

2.3.1 Stres Oksidatif pada Menopause dan Penuaan (aging)

Stres oksidatif, yang didefinisikan sebagai ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan, yang memainkan peran penting dalam proses penuaan normal. Stres oksidatif juga terlibat dalam patogenesis sejumlah proses penyakit, termasuk yang berkaitan dengan usia degeneratif proses seperti penyakit jantung, aterosklerotik, sirosis hati non-alkohol, dan berbagai patologi yang mengenai sistem


(32)

reproduksi wanita. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa gangguan vasomotor, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular secara signifikan berkorelasi dengan hilangnya estrogen secara progresif dan efek pelindungnya, dikombinasikan dengan kekurangan pertahanan antioksidan yang mengarah ke ketidakseimbangan redoks yang nyata.

Vural et al. membandingkan serum TNF-a, IL-4, IL-10, dan IL-12 pada saat fase folikular pada pada wanita premenopause, usia 19-38 tahun, dengan postmenopause, usia 37-54 tahun. Konsentrasi serum yang lebih tinggi dari TNF-a, IL-4, IL-10, dan IL-12 terlihat pada postmenopause dibandingkan dengan premenopause. Kadar TNF-a dan sitokin inflamasi telah diketahui tinggi pada keadaan stres oksidatif. Oleh karena itu, dapat dispekulasikan bahwa stres oksidatif meningkat pada pascamenopause. Penelitian ini juga menunjukkan hubungan antara kompensasi TNF-a dan IL-4. Peningkatan kadar IL-4, dengan efek anti-inflamasinya, dapat digunakan untuk melawan efek keadaan pro-inflamasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar TNF-a.

25

Signorelli et al. juga melaporkan temuan yang menunjukkan kadar stres oksidatif yang tinggi pada menopause. Kadar serum darah digunakan untuk menilai

malondialdehyde (MDA), 4-hydroxynenal (4-HNE), LDL teroksidasi, dan glutation peroksidase (GSH-Px) yang dibandingkan pada dua kelompok: wanita usia subur, antara usia 30-35 dan pascamenopause, antara usia 45-55. Kelompok postmenopause menunjukkan peningkatan yang signifikan pada biomarker pro-oksidan: MDA, 4-HNE, dan LDL teroksidasi, sedangkan kadar antioksidan GSH-Px secara signifikan menurun bila dibandingkan dengan subyek kontrol premenopause.

26


(33)

Estrogen terlibat dalam sejumlah proses fisiologis dalam jaringan pada sistem kardiovaskular. Hal ini dikenal sebagai perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular dengan cara efek yang dimediasi oleh endotel dan non-endotel dan efek menguntungkan pada homeostasis lipoprotein, glukosa, dan insulin, perubahan komposisi matriks ekstraseluler, destabilisasi plak aterosklerosis dan fasilitasi pembentukan pembuluh darah kolateral. Defisiensi estrogen pada postmenopause dihubungkan dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi, yang berkontribusi pada patogenesis dari sindrom metabolik dan resistensi insulin. Menopause dengan komplikasi diabetes yang tidak terkontrol dikaitkan dengan peningkatan risiko aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular. Risiko penyakit kardiovaskular muncul pada wanita postmenopause nondiabetes dengan adanya faktor risiko yang seperti kadar lipid dan glukosa dalam plasma yang tinggi. Aterogenesis dianggap sebagai inflamasi, proses fibroproliferatif. Insiden aterosklerosis meningkat pada menopause, sebagai pengaruh estrogen sebagai antioksidan yang hilang, yang menyebabkan peningkatan oksidasi kolesterol LDL. Moreau et al. menunjukkan peningkatan kadar plasma LDL teroksidasi pada wanita menopause dibandingkan dengan perempuan premenopause. Pemberian antioksidan vitamin C ditujukan untuk membalikkan efek ini, dengan penurunan konsentrasi LDL teroksidasi yang mengarah kepada perbaikan dalam parameter kesehatan vaskular seperti aliran darah dan konduktansi vaskular.

Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif hebat. Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya termasuk menyerang


(34)

sel-sel tubuh yang normal. Teori ini mengemukakan bahwa terbentuknya gugus radikal bebas (hydroxyl, superoxide, hydrogen peroxide, dan sebagainya) adalah akibat terjadinya otooksidasi dari molekul intraselular karena pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak.24

2.3.2. Pemeriksaan laboratorium pada Stres oksidatif

Untuk menilai keseimbangan antara kerusakan oksidatif dan antioksidan tubuh, penting untuk melakukan pemeriksaan laboratorium dalam penilaian ini. Regulasi jumlah radikal bebas secara normal dalam sistem biologis tubuh dilakukan oleh enzim-enzim antioksidan endogenous seperti enzim SOD, GPx, dan CAT. Pengukuran radikal bebas di dalam tubuh sangat sulit dilakukan karena radikal bebas bereaksi sangat cepat sehingga seringkali dilakukan pengukuran tidak langsung melalui produk turunannya seperti MDA dan 4-hidroksinonenal.Kedua senyawa tersebut sering digunakan untuk pengukuran reaksi radikal bebas lipid.

Kita dapat menilai kapasitas dari antioksidan tubuh, enzim yang merusak radikal bebas, marker yang mengevaluasi kerusakan oleh karena produksi radikal bebas. Berikut pemeriksaan yang dapat dilakukan:

28

1. Sampel darah, dalam hal ini dapat diperiksa kapasitas dari antioxidandan enzim yang berfungsi memproteksi yang meliputi: Glutathione darah, total kapasitas antioksidan, enzim superoxidase dismutase, glutahtione peroxidase. Sementara, sampel darah yang menggambarkan kerusakan dari tubuh, pemeriksaan lipid peroxidase dan malondialdehida.


(35)

2. Sampel urin, dalam hal ini dapat diperiksa kerusakan oleh karena radikal bebas, meliputi: lipid peroxidase (kerusakan oxidatif pada membran sel) dan 8-hydroxy-deoxyGuanosine (kerusakan oxidatif pada DNA).

2.4. Enzim Glutathion Peroksidase

Glutathione peroksidase (GPx) merupakan salah satu dari 25 famili selenoprotein. GPx berfungsi sebagai antioksidan dengan mengurangi peroksida, seperti H2O2.29 Selain itu juga Glutathion peroksidase dapat mengkatalis reduksi dari berbagai hidroperoksidase menggunakan glutation sebagai substrat pereduksi.

Empat macam spesies glutathion peroksidase telah diidentifikasi pada mamalia yaitu, enzim selular yang klasik, enzim metabolisme fosfolipid hidroperoksidase, enzim saluran pencernaan dan enzim plasma ekstraseluler. Struktur primer mereka sangat tidak berkaitan dan dikode oleh gen yang berbeda serta mempunyai sifat-sifat enzim yang berbeda. Perbedaan struktur yang diamati menunjukkan perbedaan dalam subtrat dan spesifitasnya.

30

30

Glutation peroksidase merupakan bagian penting dari sistem pertahanan antioksidan. Lima isoform yang diketahui, oleh karena itu disebut seperti keluarga enzim dari enzim tunggal yang terdapat hampir disetiap sel hewan. Ada beberapa faktor membatalkan aktivitas enzim ini. Beberapa di antaranya bersifat internal, faktor individu, menghasilkan variasi yang signifikan dalam aktivitas enzim di organ yang berbeda, usia dan jenis kelamin. Regulasi endokrin juga dapat mengontrol aktivitas enzim.29


(36)

Glutathione peroksidase (GPx) adalah protein dengan bentuk tetramer. Mempunyai berat molekul sebesar 85.000 D. Enzim ini mengandung 4 atom selenium yang terikat sebagai selenocysteine.

Glutathion adalah substansi kunci yang ditemukan dalam setiap sel dalam tubuh kita dan dapat dianggap sebagai obat universal yang berlangsung secara normal dan substansi tanpa efek samping. Ia merupakan antioksidan sel yang terpenting, menetralisir radikal bebas yang dapat merusak atau menghancurkan sel. Tubuh memproduksi radikal bebas selama metabolisme. Dalam kondisi berbagai stress seperti toksisitas kimia atau infeksi tubuh menghasilkan lebih banyak radikal bebas. Jika persediaan glutathion sedikit radikal bebas ini dapat mempengaruhi sel. Terpapar radiasi sinar matahari atau sumber lain juga menimbulkan radikal bebas yang sangat meningkat sehingga tubuh perlu untuk dinetralisir.

29

Enzim glutation peroksidase membantu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas dengan cara mengkatalisa berbagai hidroperoksida. Glutation peroksidase mereduksi H

29

2O2 menjadi H2

H

O dan glutation disulfide (GSSG) dengan bantuan glutation tereduksi (GSH). Reaksi enzim tersebut seperti di bawah ini.

2O2 + 2GSH GPX GSSG + 2H2

Selenium yang mengandung enzim glutation peroksidase terdiri dari lima isoenzim yang berbeda, yaitu:

O

31

a) GPx1, glutathione peroxidase Seluler (cGSHPx, misalnya sel darah merah GSHPx)

b) GPx2, gastrointestinal glutathione peroxidase (giGSHPx)

c) GPx3,ekstraseluler glutathione peroxidase (eGSHPx, misalnya plasma GSHPx) d) GPx4, fosfolipid hidroperoksida glutation peroksidase (phGSHPx)


(37)

e) GPx5, sekresi GSHSPx Epididymis-spesifik

2.5. Hubungan Stress Oksidatif dan Anti Oksidan terhadap Menopause

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sánchez. MA, et al, didapatkan data bahwa kadar lipoperoksidase lebih tinggi pada wanita postmenopause dibandingkan dengan premenopause. (0,357+ 0,05 vs 0,331 + 0,05 чmol/L, P< 0,001. Dijumpai bahwa menopause memiliki risiko terhadap keberadaan stress oksidatif ( OR 2,62, CI95% 1,35-5,11 p<0,01). Dan dijumpai nilai korelasi positif antara keluhan berdasarkan skala menopause dengan peningkatan stress oksidatif (

Lipoperoksidase r=0,327 p= 0,001).

Penelitian oleh Shrivastava,et al 2004 dijumpai bahwa nilai anti oksidan (Glutathion peroksidase) lebih rendah pada wanita post menopause dibandingkan dengan premenopause dan terdapat hubungan yang bermakna secara signifikan (3,59 + 1,37 vs 8,9 + 0,47, p < 0,01).

32

9

2.6. Kerangka Teori Penurunan fungsi oleh

hipotalamus Pituitari Gonad

Axis ketidak teraturan siklus

haid Ketidakseimbangan Oksidan

dan anti Oksidan

Jumlah folikel ovarium sangat berkurang bahkan tidak ada Stress Oksidatif ROS Ovarium tidak merespon hormon Hipofisis MENOPAUSE Peningkatan Akumulasi ROS FSH meningkat, Penurunan Enzim Glutathion


(38)

PROSES PENUAAN / AGING

EFEK JANGKA PANJANG EFEK JANGKA

PENDEK

Penyakit kardiovaskuler

Osteoporosis

Keganasan Gejala somatik

Gejala psikologis

Gejala urogenital dan masalah seksual


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA

3.1. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel Penelitian

Variabel tergantung Confounding

3.2. Hipotesis Penelitian

Glutathion Peroksidase (GPx)

-Pengangkatan rahim dan kedua indung telur

-Terapi sulih hormon -Gangguan kejiwaan -Penyakit keganasan -riwayat penyakit jantung, DM, tekanan darah tinggi dan osteoporosis -Merokok -Minum alkohol Umur BMI Status perkawinan Lama menopause

DERAJAT KELUHAN MENOPAUSE

MENOPAUSE RATING SCALE (MRS) Berat > 17 Sedang 9-16 Ringan 5-8 Tidak ada 0-4


(40)

Ha : Terdapat hubungan antara Glutathion Peroxidase dengan derajat keparahan keluhan menopause pada paramedis wanita menopause.

Ho : Tidak terdapat hubungan antara Glutathion Peroxidase dengan derajat keparan keluhan menopause pada paramedis wanita menopause.

Ha : Terdapat perbedaan antara Glutathion Peroxidase dengan derajat keparahan keluhan menopause pada paramedis wanita menopause.

Ho : Tidak terdapat perbedaan antara Glutathion Peroxidase dengan derajat keparahan keluhan menopause pada paramedis wanita menopause.


(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan uji diagnostik.

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring. Waktu penelitian dimulai bulan Desember tahun 2013 sampai jumlah sampel minimal terpenuhi.

4.3. Populasi Penelitian

4.3.1. Populasi Target

Populasi target adalah paramedis wanita menopause di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS. Jejaring.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Penderita menopause berumur 45-56 tahun yang bekerja sebagai paramedis di RSUP.H.Adam Malik Medan dan RS. Jejaring.


(42)

4.4.1. Sampel

Rumus besar sampel yang digunakan untuk uji hipotesis pada penelitian ini berdasarkan sample size determination in health studies dengan uji hipotesis dua arah satu proporsi populasi.

Dengan rumus sebagai berikut : 33

Zα √ Po (1-Pa) + Z1-β√ Pa (1-Pa)

Dimana :

n = Besar sampel Z1-α/2

dua arah = 1,96

= Derifat baku alfa, kesalahan tipe I sebesar 5 %, hipotesis

Z1-β

dua arah = 0,84

= Derifat baku beta, power penelitian sebesar 80 %, hipotesis

Po = Proporsi populasi penelitian penderita menopause dengan keluhan-keluhan subjektif 89% (0,89)  dari kepustakaan

Pa = Proporsi populasi penelitian yang diharapkan dari penelitian ini 70% (0,7)

Didapatkan nilai n = 22,469

Besar sampel minimal pada penelitian n = 23 orang

Rumus besar sampel untuk penelitian diagnostik yang mempunyai keluaran

Area Under Curve (AUC) adalah sebagai berikut : 34

N = zα √ 2V1 + Zᵝ√ V1+V2 2 (Pa – Po)2 n =


(43)

(θ1 – θ2) Dimana :

n = Besar sampel

Zα = Derivat baku alpha (α = 5%, hipotesis dua arah  1,96) Zβ = Derivat baku beta ((β = 20%, power penelitian sebesar 80%

,hipotesis dua arah)

(θ1 – θ2) = Selisih minimal AUC antara AUC1 dan AUC2 (20%) θ1 = AUC1

θ2 = AUC

= AUC dari indeks yang diteliti (90%)

2 = AUC dari indeks yang sudah diketahui (70%) 35 V1 = Q11 + Q21 - 2θ1

V

2

2 = Q12 + Q22 - 2θ2 Q

2

11 = Nilai Q1 dari indeks yang diteliti = θ1 : (2 - (θ1 Q

) 21 = Nilai Q2 dari indeks yang diteliti = 2θ12 : (1 + θ1 Q

) 12 = Nilai Q1 dari indeks yang telah ada = θ2 : (2 - (θ2 Q

) 22 = Nilai Q2 dari indeks yang telah ada = 2θ22 : (1 + θ2)

Perhitungan besar sampel dengan rumus tersebut telah disajikan dalam suatu bentuk tabel untuk nilai AUC kesalahan Tipe I dan Tipe II tertentu. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa selisih minimal AUC sebesar 20 % (AUC1 = 90%, AUC2 = 70%) dengan kesalahan tipe I (α = 5%) dan kesalahan tipe II (β = 20%), sehingga besar sampel n = 47, 6 orang.

Dari kedua cara perhitungan besar sampel dalam penelitian ini, maka digunakan besar sampel yang terbesar yaitu sebanyak  n = 48 orang.


(44)

4.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 4.5.1. Kriteria Inklusi

a. Tidak mendapatkan menstruasi minimal dalam 12 bulan berturut-turut. b. Telah melewati screening skala L-MMPI (Minnesota Multiphasic Inventory

Lie Scale) dengan raw skor < 5.

c. Bersedia ikut dalam penelitian dan telah menandatangani formulir kesediaan.

36

d. Tidak pernah mengalami operasi pengangkatan rahim dan kedua indung telur.

e. Tidak mendapat pengobatan sulih hormon.

f. Tidak memiliki riwayat gangguan psikiatrik (Kejiwaan). g. Tidak menderita penyakit keganasan.

h. Tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, diabetes melitus dan tekanan darah tinggi, osteoporosis.

i. Tidak memiliki kebiasaan minum alkohol. j. Tidak memiliki kebiasaan merokok.

4.6. Bahan dan Cara Kerja Penelitian

4.6.1 Penilaian melalui kuesioner

Diberikan kuesioner kepada paramedis wanita yang telah mengalami menopause yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Semua peserta yang ikut dalam penelitian ini dilakukan wawancara dan dicatat dalam status penelitian meliputi : usia, status menikah, riwayat lama menopause, riwayat operasi, tingkat pendidikan, riwayat pemakaian terapi hormonal,


(45)

riwayat menderita penyakit jantung, riwayat menderita osteoporosis, riwayat menderita penyakit diabetes melitus dan hipertensi, riwayat merokok,riwayat minum alkohol.

Kemudian subjek penelitian mengisi skala L-MMPI. Skala L-MMPI adalah bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory). Penggunaan skala L- MMPI sangat penting karena instrumen-instrumen pemeriksaan yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat “ self rating” atau subjektif, sehingga validitas penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam mengisi instrumen-instrumen pemeriksaan yang diberikan Skala L-MMPI ini sudah dipergunakan sejak tahun 1949 dibidang pendidikan dan kesehatan khususnya psikiatri secara internasional. Skala ini terdiri dari 15 butir pertanyaan yang harus dijawab “Ya” atau “Tidak”. “Raw Score” diambil dari jumlah jawaban ”tidak” yang maksimal adalah 5 dari 15 pertanyaan. Bila ”Raw Score” lebih dari 5 berarti responden tersebut cenderung tidak jujur dalam menjawab pertanyaan instrumen berikan.

Sehingga jawaban dari responden tersebut tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipakai dalam penelitian.

36

Penggunaan skala L - MMPI sangat penting karena instrumen-instrumen pemeriksaan yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat “ self rating” sehingga validitas penelitian ini sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam mengisi instrumen-instrumen pemeriksaan yang diberikan.

36

Jika ada kesulitan dalam pengisian kuesioner, responden dapat menghubungi peneliti atau PPDS yang bersangkutan.


(46)

Dilakukan pengukuran keluhan menopause (somatik-vegetatif, psikologis dan urogenital) yang sesuai dengan Menopause Rating Scale yang diisi sendiri oleh Subjek penelitian dengan didampingi oleh peneliti atau dibantu oleh PPDS Obgyn.

Adapun pengukuran untuk gejala menopause dengan memakai Menopause Rating Scale. MRS terdiri dari 11 item yang menilai gejala menopause, dengan nilai skor untuk dibagi menjadi beberapa derajat.

Skor Total

- Tidak ada, sedikit : 0-4

- Ringan : 5-8

- Sedang : 9-16

- Berat : ≥ 17

4.6.2.Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini meliputi pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan

4.6.3. Pemeriksaan Laboratorium

- Dilakukan pengambilan sampel darah terhadap peserta penelitian yang bersedia mengikuti penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.

- Darah diambil menggunakan spuit sebanyak 3 cc pada vena mediana cubiti dan dimasukkan kedalam tabung. Kemudian dilakukan setrifuse untuk memisahkan antara serum dan plasma.

- Serum diambil dengan menggunakan pipet, dimasukkan kedalam tabung yang telah disediakan. Pemeriksaan sampel menggunakan alat spektrofotometri.


(47)

- Cara kerja :

• 5 – 10 чl GPx positif kontrol dimasukkan ke dalam well kosong dan tambahkan Assay Buffer sampai didapat volume akhir 50 чl.

• 50 чl Assay Buffer dimasukkan kedalam well kosong, ini sebagai Reagent

Control (RC).

• Ambil 20 чl serum dan masukkan kedalam well kosong, kemudian tambahkan

Assay Buffer sampai didapat volume akhir 50 чl.

Reaction Mix : untuk tiap well siapkan 40 чl reaction mix yang terdiri dari : 33

чl Assay Buffer

3 чl larutan 40nM NADPH

2 чl larutan GR 2 чl larutan GSH

• Tambahkan 40 чl reaction mix pada tiap sampel. Positif kontrol dan reagent

control (RC), campur, inkubasi selama 15 menit.

• Tambahkan 10 чl Cumene Hydroperoxidase,campur.

• Ukur pada panjang gelombang 340 nm pada waktu pertama (T1) untuk mendapatkan absorbansi pertama (A1).

• Inkubasi pada suhu 250

Perhitungan :

C selama 5 menit, ukur lagi pada waktu kedua (T2) untuk mendapatkan Absorbansi kedua (A2). Hindari dari cahaya.


(48)

Gunakan standard curve untuk mencari jumlah NADPH yang diperoleh (B)

dengan menasukkan nilai Δ A340nm

GPx

ke dalam persamaan garis regresi yang diperoleh dari standard curve.

activity

(T2-T1) x V

= B x sampel dilusi

Dimana :

B = jumlah NADPH yang menurun antara T1 dan T2 (nmol) T1 = waktu pertama (menit)

T2 = waktu kedua (menit)

V = volume sampel yang ditambahkan kedalam well (ml)

4.7. Etika Penelitian

Untuk izin penelitian, persetujuannya diperoleh dari subyek penelitian dan Komite Etik FK-USU yang akan melakukan penilaian kelayakan proposal penelitian.

4.8. Alur Penelitian

Paramedis wanita menopause

Sampel Penelitian


(49)

4.9. Analisis Data

Data di analisa secara deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi dari karakteristik, nilai mean, dan standard deviasi serta data numerik.

Untuk analisa analitik dilakukan uji chi square dan ANOVA untuk melihat hubungan dan perbedaan mean Glutathion Peroksidase antar kelompok. Uji korelasi dilakukan untuk analisa korelasi antar kadar Glutathion Peroksidase dan skor Menopause Rating Scale (MRS). Koefisien korelasi akan menunjukkan kuat atau lemahnya korelasi dengan interval 0 sampai 1. Korelasi searah jika nilai koefisien korelasi ditemukan positif, sebaliknya jika nilai koefisien korelasi negatif, korelasi tidak searah.

4.10. Definisi Operasional Menopause

Penilaian derajat keparahan keluhan menopause melalui

Menopause Rating Scale (MRS) dan Pemeriksaan

Glutathion Peroksidase (GPx)


(50)

a. Definisi : kejadian pada wanita usia > 45 tahun dimana tidak mendapatkan menstruasi minimal dalam 12 bulan berturut-turut.

b. Cara ukur : Anamnesa

c. Alat Ukur : Diagnosa Menopause dari perhitungan jumlah bulan lamanya amenore selama 12 bulan berturut-turut

d. Skala Ukur : Wanita Menopause (Skala nominal / variabel Kategorik) • Usia saat Menopause

a. Definisi : usia dalam tahun dihitung berdasarkan tahun kelahiran. b. Alat ukur : Kalender dalam hitungan tahun

c. Cara ukur : Menghitung jumlah tahun dari sejak tahun kelahiran periode terjadinya menopause

d. Skala ukur : Umur 45-50 tahun, 51-56 tahun37

Status pernikahan

(Skala ordinal/variabel kategorik)

a. Definisi : status pernikahan responden saat berlangsungnya penelitian. b. Alat Ukur : Anamnese

c. Cara Ukur : Anamnese

d. Skala Ukur : Belum menikah, Menikah, Janda ( Skala variabel kategorik) • Paritas

a. Definisi : Jumlah anak viable yang dilahirkan b. Cara ukur : Anamnesa Riwayat Persalinan c. Alat Ukur : Jumlah persalinan anak yang viabel

d. Skala ukur : Nulipara (0), Primipara (1), Multipara (> 2), Grandemultipara (>5) (skala ratio/variabel numerik dan kategorik)


(51)

a. Definisi : Indeks Massa Tubuh berdasarkan kriteria WHO tahun 2000. b. Alat ukur : Alat pengukur berat badan/timbangan dalam satuan

kilogram serta alat pengukur tinggi badan dalam satuan meter dan kalkulator untuk menghitung indeks massa tubuh.

c. Cara Ukur : Dihitung berdasarkan rumus berat badan dalam satuan kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam satuan meter dikuadratkan (m2

d. Skala Ukur : Klasifikasi IMT berdasarkan kriteria WHO untuk regio Asia-Pasifik tahun 2000 adalah sebagai berikut:

) hasilnya akan menunjukkan klasifikasi IMT tertentu berdasarkan kriteria WHO tahun 2000.

- Underweight < 18,5

- Normal Range 18,5 – 22,9

- Overweight at risk 23 – 24,9

- Obese >25 (Skala ordinal/variabel kategorik) • Lama Menopause

a. Definisi : wanita berusia di atas 40 tahun yang sudah tidak mengalami menstruasi selama 1 tahun.

b. Alat Ukur : Kalender dalam hitungan tahun.

c. Cara Ukur : Dihitung dari tahun saat tidak terjadi haid dalam satuan tahun.

d. Skala ukur : Jumlah tahun sudah mengalami menopause (Skala ratio/variabel numerik)

Menopause Rating Scale (MRS)


(52)

a. Definisi :

b.

Skor untuk menilai tingkat / derajat keparahan keluhan menopause

c.

Alat ukur : Kuesioner baku yang telah di buat dan divalidasi dengan mengisi 11 pertanyaan yang dibuat.

d.

Cara ukur : dihitung berdasarkan skor masing-masing pertanyaan Skala ukur : klasifikasi skala derajat keluhan menopause, dimana

- Tidak ada, sedikit : 0-4

Skor Total

- Ringan : 5-8

- Sedang : 9-16

- Berat : ≥ 17


(53)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian kadar Glutathion Peroksidase (GPx) sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause pada paramedis ini dimulai sejak Desember 2013 setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penyaringan sampel melalui proses wawancara dan instrumen penyaring kejujuran dengan kuesioner Skala L-MMPI. Skala L-MMPI adalah bagian dari skala validitas MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) untuk menilai kejujuran. Apabila subyek cenderung tidak jujur dari hasil penilaian kuesioner Skala L-MMPI, maka subyek tidak diikut-sertakan dalam penelitian, dan peneliti akan mengambil subyek penelitian yang lain hingga sampel penelitian terpenuhi sebanyak 50 orang.

Dari sampel tersebut didapatkan masing-masing 5 orang paramedis yang tidak ada keluhan menopause, 19 orang keluhan menopause ringan, 18 orang keluhan menopause sedang dan 8 orang keluhan menopause berat, kemudian dilakukan analisis statistik untuk semua data yang diperoleh.

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut :

5.1. Tabel karakteristik wanita menopause berdasarkan ada tidaknya keluhan menopause.


(54)

Tidak ada Ringan Sedang Berat

N % n % n % n %

Usia

45 – 50 4 25,0 6 37,5 4 25,0 2 12,5 51 – 56 1 2,9 13 38,2 14 41,2 6 17,6

Lama menopause

<2 0 0,0 0 0,0 2 50,0 2 50,0 2 – 5 5 17,2 15 51,7 7 24,1 2 6,1 > 5 0 0,0 4 23,5 9 52,9 4 23,5

Status pernikahan

Memiliki suami 3 7,7 15 38,5 14 35,9 7 17,9 Tidak memiliki

Suami

2 18,2 4 36,4 4 36,4 1 9,1

Kelompok IMT

Normal 1 14,3 0 0,0 3 42,9 3 42,9 Overweight 3 15,0 11 55,0 5 25,0 1 5,0 Obese 1 4,3 8 34,8 10 43,5 4 17,4

Tabel 5.1. diatas menggambarkan karakteristik paramedis wanita menopause berdasarkan umur, lama menopause, status pernikahan dan indeks massa tubuh terhadap derajat keluhan menopause.

Berdasarkan usia seperti yang terlihat pada tabel 5.1, dijumpai terbanyak pada usia 45-50 tahun wanita menopause dengan keluhan ringan (37,5%). Sedangkan pada usia 50-56 tahun dijumpai keluhan sedang (41,2%).


(55)

Data penelitian diatas sama dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Kalahroudi, dkk (2012), dijumpai keluhan menopause sedang terbanyak pada usia 50-54 tahun ( 32,3%), tetapi berbeda pada usia <50 tahun, dimana pada penelitian sebelumnya didapati terbanyak mengalami keluhan sedang (67,1%). 39

Data penelitian diatas tidak sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa keluhan menopause akan didapati lebih berat pada usia awal menopause satu sampai dua tahun setelah menopause yaitu umur 48-50 tahun. Karena pada awal menopause terjadi fase klimakterium yang ditandai dengan adanya keluhan-keluhan menopause akibat dari ketidakteraturan fungsi ovarium dan penurunan kadar estrogen. Perbedaan hasil yang didapat pada penelitian ini kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat pendidikan, sosial ekonomi, status pekerjaan, lama menopause.

Berdasarkan lamanya menopause, wanita dengan keluhan sedang-berat dijumpai pada kelompok yang mengalami menopause < 2 tahun (50%). Sedangkan pada kelompok dengan lama menopause > 5 tahun mayoritas dengan keluhan ringan (51%). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa keluhan pada menopause akan memuncak pada saat sekitar 1-2 tahun sesudah menopause, dimana pada saat ini terjadi fungsi ovarium yang tidak teratur dan penurunan kadar estrogen. pada 70% wanita akan mengalami gangguan vasomotor pada satu sampai dua tahun setelah menopause dan setelah 5 tahun hanya tinggal 25%.

40

Pada kelompok dengan kondisi masih mempunyai suami keluhan yang dijumpai mayoritas ringan (15%) sedangkan pada kelompok tanpa suami keluhannya adalah ringan hingga sedang, dengan masing-masing 36.4%.


(56)

Hubungan kecemasan dan keluhan menopause terhadap status pernikahan masih belum dapat dipastikan. Sebagian berpendapat bahwa ini lebih sering terjadi pada wanita yang telah menikah, tetapi sebagian penelitian menemukan hubungan yang sebaliknya. Beberapa penelitian menunjukkan pada wanita yang kehilangan suami ( janda atau bercerai) memiliki risiko mengalami keluhan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang masih memiliki suami terutama masalah ansietas. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh hilangnya dukungan sosial atau hubungan interpersonal yang erat dan berubahnya status ekonomi.

Pada kelompok dengan IMT normal keluhan yang dijumpai mayoritas adalah sedang ke berat dengan masing-masing 42.9%, pada kelompok overweight mayoritas keluhan ringan, sedangkan pada kelompok obesitas, keluhan terbanyak adalah sedang (43.5%)

40

Dari tinjauan pustaka menyatakan bahwa konversi terbanyak androgen menjadi estrogen terjadi di jaringan adiposa, sehingga sering diasumsikan bahwa wanita dengan obesitas memiliki lebih banyak sirkulasi estrogen, dan seharusnya memiliki keluhan menopause yang lebih rendah.43 Akan tetapi ada keluhan menopause tertentu yang justru bertambah berat pada wanita obesitas seperti gangguan vasomotor. Berdasarkan model termoregulator, adipositas yang tinggi merupakan suatu insulator yang poten yang akan menghambat kehilangan panas dan menigkatkan gejala vasomotor. 43

5.2. Tabel Kadar Glutathion Peroksidase (GPx) berdasarkan derajat keparahan keluhan menopause


(57)

Keluhan menopause

Kadar GPx

p-value

Mean Median SD

CI 95%

Lower Upper

Tidak ada 775,39 848,81 221,94 499,82 1050,97

0,000 Ringan 589,09 582,94 57,89 561,19 617,01

Sedang 478,33 450,00 101,32 427,95 528,71 Berat 337,89 232,74 227,79 147,46 528,33 *Uji One Way Anova

5.3. Tabel Multiple Comparisons untuk nilai Glutathion Peroksidase (GPx) pada kelompok keluhan menopause

Keluhan menopause Keluhan menopause p-value

Tidak ada

Ringan 0,042

Sedang 0,000

Berat 0,000

Ringan

Tidak ada 0,042

Sedang 0,083

Berat 0,000

Sedang

Tidak ada 0,000

Ringan 0,083

Berat 0,093


(58)

Ringan 0,000

Sedang 0,093

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kadar seiring dengan bertambah beratnya keluhan menopause. Pengujian one way Anova diatas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kadar Glutathion Peroksidase (GPx) pada setiap kelompok keluhan menopause. Didapati nilai p-value sebesar 0,0001. Nilai p-value ini < 0,05 maka peneliti dapat menolak H0

Penelitian sebelumnya dilakukan untuk menilai hubungan dan perbedaan antara kadar Glutathion Peroksidase (GPx) pada wanita premenopause dan postmenopause. Shrivastava, et al (2004) membandingkan kadar Glutathion Peroksidase (GPx) pada wanita premenopause dan postmenopause terdapat hubungan yang bermakna secara signifikan (3,59 + 1,37 vs 8,9 + 0,47, p < 0,01). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sánchez. MA, et al, didapatkan data bahwa kadar lipoperoksidase (stres oksidatif) lebih tinggi pada wanita postmenopause dibandingkan dengan premenopause. (0,357+ 0,05 vs 0,331 + 0,05

чmol/L, P< 0,001. Dijumpai bahwa menopause memiliki risiko terhadap keberadaan

stress oksidatif ( OR 2,62, CI95% 1,35-5,11 p<0,01).

sehingga diperoleh kesimpulan dengan tingkat kepercayaan 95% bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar Glutathion Peroksidase (GPx) pada masing-masing kelompok keluhan menopause.

Penelitian diatas sesuai dengan kepustakaan bahwa stres oksidatif terlibat dalam patogenesis keluhan menopause, seperti gangguan vasomotor.8 Gangguan ini termasuk hot flashes atau berkeringat di malam hari, panik, dan lekas marah.


(59)

Selama menopause, gangguan episode vasomotor berulang menghasilkan peningkatan jangka panjang terhadap masalah metabolisme. Peningkatan ini telah menunjukkan adanya kontribusi pada pembentukan stres oksidatif dengan menempatkan hambatan pada antioksidan dan fungsinya dalam menetralisir ROS

(reactive oxygen species).

Dari data diatas didapati adanya korelasi antara derajat keluhan menopause dengan kadar Glutathion Peroksidase (GPx), dapat dilihat dari besarnya koefisien korelasi Spearman. Data dari 50 sampel yang diteliti pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa korelasi derajat keluhan menopause terhadap Glutathion Peroksidase (GPx) adalah -0,641, yang artinya korelasi antara derajat keluhan menopause dan GPx adalah korelasi sedang.

8

Korelasi ini memiliki arah negatif yang memiliki makna ketika skor derajat keluhan menopause (MRS) mengalami peningkatan maka kadar Glutathion Peroksidase (GPx) akan mengalami penurunan yang signifikan.

Pada tabel 5.3. dengan memperhatikan nilai signifikansi (p-value) dapat dilihat adanya perbedaan yang bermakna pada kelompok derajat tidak ada keluhan menopause dengan derajat keluhan ringan, sedang dan berat. Didapati juga adanya perbedaan signifikan antara kelompok derajat keluhan ringan terhadap menopause tidak ada keluhan dan keluhan berat, derajat keluhan sedang terhadap tidak ada keluhan menopause dan derajat keluhan berat terhadap tidak ada keluhan dan keluhan ringan, dengan nilai p = 0,0001.


(60)

5.4. Nilai Titik Potong, Spesifisitas dan Sensitivitas Kadar Glutathion Peroxidase Terhadap Menopause dengan Derajat Keluhan Sedang-Berat.

Gambar 3. Coordinates of the Curve Menopause dengan Derajat Keluhan Sedang-Berat.

Dari gambar diatas, didapatkan nilai titik potong (cut off value), untuk kadar Glutathion Peroksidase (GPx) adalah pada titik 533,33mU/ml. Pada kadar ini didapatkan nilai sensitifitas sebesar 87,5 % dan spesifisitas sebesar 80,8%. ( Lihat lampiran 8 ).

Nilai sensitivitas dan spesifisitas dari uji GPx ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari Menopause Rating Scale (MRS) dimana masing-masing adalah 70,8% dan 73,5%.5

,000 ,200 ,400 ,600 ,800 1,000 1,200

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

sen

si

ti

fi

ta

s

Series1 Series2

GPx

sensiti fitas

spesifi sitas


(61)

5.5. Nilai Prediksi Positif, dan Nilai Prediksi Negatif Menopause dengan Derajat Keluhan Sedang Berat.

Kadar GPx

Keluhan menopause

Total

Sedang – berat Tidak ada-ringan

N % n % N %

< 533,33 21 87,5 5 19,2 26 52,0

≥ 533,33 3 12,5 21 80,8 24 48,0

Total 24 100,0 26 100,0 50 100,0

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai prediksi positif dari uji kadar GPx ini adalah 80,8 % yang artinya kemungkinan hasil memberikan positif semu hanya 19,2 %. Angka yang cukup baik ini dapat menjadi pertimbangan bagi klinisi dalam mengadopsi uji kadar GPx dalam menentukan keparahan keluhan menopause yang mungkin muncul.


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

- Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar Glutathion Peroksidase (GPx) terhadap derajat keparahan keluhan menopause (p=0,0001).

- Terdapat korelasi negatif ( r = -0,641 ) dan hubungan sedang antara kadar Glutathion Peroksidase (GPx) terhadap derajat keparahan keluhan menopause.

- Nilai titik potong (cut off value) kadar Glutathion Peroksidase (GPx) dari paramedis wanita menopause dapat dijadikan sebagai penenda derajat keparahan keluhan menopause berada pada kadar 533,33 mU/mL. Berdasarkan nilai titik potong (cut off value) tersebut, untuk derajat keparahan keluhan menopause sedang-berat didapatkan nilai sensitifitas sebesar 87,5 % dan spesifisitas 80,8 %, nilai prediksi positif 80,8 %, nilai prediksi negatif 97,5 %, dan akurasi 84 %. Dapat disimpulkan bahwa uji Glutathion Peroksidase (GPx) bisa digunakan sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause sedang-berat dikarenakan nilai sensitiftas dan spesifisitasnya > 80%.


(63)

- Glutathion Peroksidase (GPx) dapat digunakan sebagai penanda dalam menentukan derajat keparahan keluhan menopause karena memiliki nilai sensitifitas dan spesifisitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan Menopause Rating Scale (MRS), dimana dari penelitian sebelumnya, didapatkan sensitifitas dan spesifisitas MRS masing-masing masing-masing 70,8% dan 73,5%. Akan tetapi GPx ini memiliki biaya yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Menopause Rating Scale (MRS) dalam menentukan derajat keparahan keluhan menopause. ( lihat lampiran 9 )

- Sehingga perlu di lakukan penelitian lanjutan untuk mencari indikator lain sebagai penanda derajat keparahan keluhan menopause dengan biaya yang lebih murah, tetapi tetap dengan nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai prediksi positif di atas 80%.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aso, T. Demography of The Menopause and Pattern of Climacteric Symptoms in The East Asian Region, Department of Obstetrics and Gynaecology, Tokyo Medical and Dental University School of Medicine, Tokyo, Japan. 2008.

2. World Health Organization. Women, Ageing and Health: A Framework for Action. Focus on Gender. Geneva: World Health Organization. 2007

3. Castelo-Branco C, Palacios S, Mostajo D,et al. Menopausal transition in movima women, a Bolivian Native- American. Maturitas 2005;51:380–5.

4. Zollner YF, Acquadro C, Schaefer M. Literature review of instruments to assess health-related quality of life during and after menopause. Qual Life Res 2005;14:309–27.

5. Heinemann LAJ, Dominh T, Strelow F, et al. The Menopause Rating Scale (MRS) as outcome measure for hormone treatment? A validation study. Health Qual Life Outcomes. 2004;2:67.

6. Chedraui P, Aguirre W, Hidalgo L, et al. Assesing Menopausal Symptoms Among Healthy Middle Aged Women With The Menopausal Rating Scale. Maturitas. 2007; 57: 271-278.

7. Signorelli SS et al. Behaviour of some indicators of oxidative stress in postmenopausal and fertile women.Maturitas. 2006. 10;53(1) : 77-82.

8. Doshi SB, Agarwal A. The role of oxidative stress in menopause. Review article. Departemen of Andrology, center for reproductive medicine. USA. 2013: 140-49.


(65)

9. Shivastava V, Singh S, Singh N, et al. Status of antioxidant enzymes and trace metals in postmenopause women. The journal of Obstetrics and gynecology of india. 2005: 64-66.

10. Affandi B. Masalah kesehatan pada menopause. Panduan menopause. Edisi pertama. Pokja endokrinologi reproduksi. POGI/PERMI. Jakarta, Balai Penerbit FK UI. 2000

11. Baziad A. Endokrinologi Ginekologi edisi ketiga. Jakarta. Media Aesculapius. 2008;60-61

12. Sutanto L dan Sutanto D.B. Menopause wanita dan gizi. FKUI, Jakarta. 2005 13. Shimp, L. A., & Smith, M. A.20 Common Problems in Women,s Health Care

International Edition 2000.Singapore : McGraw – Hill Book Co. 2000

14. Warren MP, Kulak J. Is estrogen replacement indicated in perimenopause women? Clin Obstet Gynecol 2008;41:976-87

15. Kaunitz AM. Oral contraceptive use in menopause. Am J Obstet Gynecol 2001; 185: S32-7

16. Klein NA, Soules MR. Endocrine changes of the menopause. Clin Obstet Gynecol 2004;41:912-20

17. Nochtigall LE. The symptoms of perimenopause. Clin Obstet Gynecol 1998;41:921-27

18. Glasier, A., & Gebbie, A. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi (Edisi 4). Cet. Pertama. Jakarta : EGC. 2006.

19. Melissa J, Aleshire R, Maggie K, et al. Loss of ovarian in the VCD mouse-model of menopause leads to insulin resistance and a rapid progression into the metabolic syndrome. AM J Physiol Regul Integr Comp Physiol. 2009 ; 297(3)


(1)

Case Processing Summary mrs_3 Valid N (listwise)

Positivea 24

Negative 26

Larger values of the test result variable(s) indicate stronger evidence for a positive actual state.

a. The positive actual state is 1,00.


(2)

Test Result Variable(s):gpx

Area Std. Errora Asymptotic Sig.b

Asymptotic 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

.844 .062 .000 .722 .965

The test result variable(s): gpx has at least one tie between the positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be biased. a. Under the nonparametric assumption

b. Null hypothesis: true area = 0.5

no

Positive if Greater

Than or Equal

Toa Sensitivity

1 -

Specificity

specificity

1

157,3300 1,000 1,000

0,000

2

165,2750 1,000 ,962

0,038

3

194,0450 1,000 ,923

0,077

4

217,8550 1,000 ,885

0,115

5

232,7350 1,000 ,846

0,154

6

298,2100 1,000 ,808

0,192

7

355,7500 1,000 ,769

0,231

8

368,6450 1,000 ,731

0,269

9

383,5250 1,000 ,692

0,308

10

398,4050 1,000 ,654

0,346

11

407,3350 1,000 ,615

0,385

12

415,2750 1,000 ,577

0,423

13

424,2050 1,000 ,538

0,462

14

431,1500 1,000 ,500

0,500

15

438,0900 1,000 ,462

0,538

16

449,0000 1,000 ,423

0,577

17

458,9250 ,958 ,423

0,577

18

462,8950 ,958 ,385

0,615

19

471,8200 ,958 ,346

0,654

20

478,7650 ,958 ,308

0,692

21

483,7250 ,958 ,269

0,731

22

492,6500 ,958 ,231

0,769

23

506,5400 ,958 ,192

0,808

24

521,4250 ,917 ,192

0,808

25

533,3300 ,875 ,192

0,808

26

542,2550 ,833 ,192

0,808

27

548,2100 ,792 ,192

0,808


(3)

28

552,1800 ,750 ,192

0,808

29

554,1600 ,708 ,192

0,808

30

558,1300 ,667 ,192

0,808

31

570,0350 ,625 ,192

0,808

32

579,9550 ,583 ,192

0,808

33

581,9400 ,542 ,192

0,808

34

583,9250 ,500 ,192

0,808

35

591,8650 ,458 ,192

0,808

36

599,8000 ,417 ,192

0,808

37

610,7100 ,417 ,154

0,846

38

624,6000 ,375 ,154

0,846

39

629,5650 ,333 ,154

0,846

40

631,5450 ,292 ,154

0,846

41

640,4700 ,250 ,154

0,846

42

651,3850 ,208 ,115

0,885

43

665,2750 ,208 ,077

0,923

44

679,1650 ,208 ,038

0,962

45

689,0850 ,167 ,038

0,962

46

765,4750 ,125 ,038

0,962

47

841,8650 ,125 ,000

1,000

48

905,3600 ,083 ,000

1,000

49

974,8000 ,042 ,000

1,000

50

988,6900 ,000 ,000

1,000

5.7.

Nilai Prediksi Positif, dan Nilai Prediksi Negatif Menopause dengan

Derajat Keluhan Sedang Berat.

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

gpx_1 * mrs_3 50 100.0% 0 .0% 50 100.0%

gpx_1 * mrs_3 Crosstabulation mrs_3

Total 1.00 2.00


(4)

gpx_1 1.00 Count 21 5 26 % within mrs_3 87.5% 19.2% 52.0%

2.00 Count 3 21 24

% within mrs_3 12.5% 80.8% 48.0%

Total Count 24 26 50

% within mrs_3 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 23.303a 1 .000

Continuity Correctionb 20.649 1 .000

Likelihood Ratio 25.693 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 22.837 1 .000

N of Valid Cases 50

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,52. b. Computed only for a 2x2 table

Nilai Prediksi Positif

=

a : (a+b) = 21 : (26) = 0,808

Nilai Prediksi Negatif

=

d : (c+d) = 21 : (24) = 0,975


(5)

PERINCIAN BIAYA PENELITIAN

1.

Bahan dan peralatan

- Alat Tulis

: Rp. 100.000

- Pengadaan literatur

: Rp. 200.000

- Foto copy

: Rp. 500.000

- pemeriksaan laboratorium

Serum glutation peroksidase 50 x

@ 400.000

: Rp.20.000.000

2.

Seminar usulan penelitian

- Penyediaan laporan

5 x @ Rp. 20.000

: Rp. 100.000

- Konsumsi

10 x @ Rp. 30.000

: Rp. 300.000

3.

Seminar hasil penelitian

- Penyediaan laporan

5 x @ Rp. 20.000

: Rp. 100.000

- Konsumsi

10 x @ Rp. 30.000

: Rp 300.000

4.

Seminar tesis

- Penyediaan laporan

100 x @ Rp. 25.000

: Rp. 2.500.000

- Konsumsi

70 x @ Rp. 30.000

: Rp. 2.100.000


(6)

6.

Biaya tak terduga

: Rp. 500.000

Perkiraan Biaya Penelitian

:

RP.34.650.000