PEDOMAN DOKUMEN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB V PEDOMAN DOKUMEN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

i. Daftar Isi

ii. Daftar Tabel

iii. Daftar Gambar

5.1 PENGANTAR

a. Dokumen Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas ini merupakan dokumen yang menguraikan tingkat permasalahan lalu lintas sebagaimana yang direkomendasikan dalam Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas.

b. Dokumen manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas hendaknya memuat sekurang- kurangnya, namun tidak terbatas pada ruang lingkup tersebut di bawah.

5.2 RUANG LINGKUP DOKUMEN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS Ruang Lingkup Dokumen Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas minimal memuat:

Bab I UMUM Bab ini memuat peta lokasi proyek berikut jaringan jalan sekitarnya dengan uraian jenis guna lahan yang akan dikembangkan.

Bab II MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS Menguraikan jenis-jenis manajemen dan rekayasa lalu lintas yang harus dilakukan, sesuai rekomendasi yang telah diusulkan dan disetujui oleh instansi yang berwenang. Dalam Bab ini ditampilkan pula gambar teknis lengkap dari upaya-upaya manajemen dan rekayasa lalu lintas yang dilakukan baik dalam jangka mendesak, menengah, maupun panjang.

Upaya-upaya manajemen dan rekayasa lalu lintas ini meliputi, namun tidak terbatas pada:

a. penetapan sirkulasi arah lalu lintas;

b. perbaikan geometrik jalan;

c. penyiapan daerah milik jalan (DAMIJA / ROW);

d. penyediaan fasilitas bagi angkutan umum;

e. penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki;

f. peningkatan kapasitas ruas jalan dan persimpangan; f. peningkatan kapasitas ruas jalan dan persimpangan;

h. perbaikan akses internal;

i. pembangunan jalan, simpang, dan akses baru; j. dll sesuai kebutuhan setempat.

Bab III KONTRIBUSI PENGEMBANG Bab ini menguraikan kontribusi yang harus dilakukan oleh pihak Pengembang dalam bentuk upaya-upaya manajemen dan rekayasa lalu lintas, termasuk kendala-kendala yang dihadapi untuk penyelesaiannya. Sebagai contoh: Bila pembangunan suatu proyek menyebabkan perubahan RUTR, misalnya dari kawasan permukiman menjadi kawasan bisnis, maka pengembang wajib membangun/menyediakan prasarana dan fasilitas yang diperlukan untuk antisipasi perkembangan lalu lintas dalam areal kajian.

Bab IV KONTRIBUSI

PUSAT/PROPINSI/ KOTA/KABUPATEN) Bab ini menguraikan apa saja yang menjadi kontribusi dan tanggung jawab Pemerintah dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagai upaya perbaikan kondisi akibat dampak lalu lintas yang ditimbulkan oleh pembangunan kawasan baru tersebut. Sebagai contoh: Bila pembangunan suatu proyek sesuai dengan RUTR, maka Pemerintah (Pusat/Propinsi/Kota/Kabupaten) wajib membangun prasarana dan fasilitas yang diperlukan guna antisipasi perkembangan lalu lintas dalam areal kajian.

PEMERINTAH

(PEMERINTAH

Ditetapkan di:………….………………. Pada tanggal:………….…….…………

Ketua BAPPEDA

Diteruskan kepada:

1. Kepala Dinas Tata Kota

2. Kepala Dinas Pekerjaan Umum

3. Kepala Dinas Perhubungan

4. Pengembang yang bersangkutan

BAB VI

PEDOMAN PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENILAIAN DOKUMEN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

Sebelum dilaksanakan prosedur pengajuan dan penilaian dokumen analisis dampak lalu lintas, terlebih dahulu disepakati mengenai kualifikasi penyusun, kualifikasi penilai, dan etika studi Andalalin itu sendiri, yaitu:

6.1 KUALIFIKASI PENYUSUN STUDI ANDALALIN Maksud pelaksanaan Studi Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) adalah untuk dapat mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh pengembangan suatu kawasan terhadap lalu lintas di sekitarnya. Studi ANDALALIN merupakan kewajiban pengembang yang akan melakukan pengembangan/pembangunan di suatu kawasan tertentu. Studi ini harus disusun dan/atau disupervisi oleh tenaga profesional dengan tingkat pelatihan dan pengalaman yang memadai di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas dan perencana transportasi.

6.2 KUALIFIKASI PENILAI STUDI ANDALALIN Laporan hasil Studi Analisis Dampak Lalu Lintas dikaji dan dinilai oleh beberapa staf profesional BAPPEDA dan Dinas Perhubungan bersama-sama dengan staf profesional lainnya dari instansi terkait seperti antara lain: Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata Kota, yang secara kolektif telah melalui pelatihan dan berpengalaman dalam metodologi ANDALALIN, perencanaan tata guna lahan, rekayasa lalu lintas, termasuk keselamatan lalu lintas dan operasi lalu lintas.

6.3 ETIKA STUDI ANDALALIN Analisis dampak lalu lintas pada hakekatnya bukan saja merupakan beban tambahan bagi para pengembang di dalam mendapatkan ijin bangunan. Tetapi dengan hasil studi ini para pengembang juga dapat meyakinkan bahwa aksesibilitas ke lokasi yang akan dikembangkan dapat mendukung kepentingan investasi. Dilain pihak berdasarkan studi ini pemerintah daerah dapat melihat sejauh mana suatu aktivitas pengembangan lahan memberikan kontribusi infrastruktur yang diakibatkan oleh tambahan beban lalu lintas.

Meskipun terdapat beda tujuan dan beda perspektif antara penyusun dan penilai Studi ANDALALIN, namun harus tetap mengikuti etika engineering yang ada dan seluruh analisis dan kajian dilakukan secara obyektif dan profesional.

6.4 PROSEDUR PENGAJUAN STUDI ANDALALIN

Prosedur pengajuan studi analisis dampak lalu lintas terdiri dari beberapa tahap seperti terlihat pada gambar di bawah ini, yaitu:

TAHAP I

Rencana Pembangunan/Pembangunan yang sudah ada tetapi belum Analisis Dampak Lalu Lintas

Analisis Kawasan

Tidak perlu

Perlu ANDALALIN

TAHAP II

Mengajukan Pengembangan Metodologi

Revisi

Pembahasan dan Kesepakatan

Setuju dengan Metodologi

Ditolak

perbaikan

TAHAP III

Setuju

Pemerintah

Penyusunan Dokumen ANDALALIN dan

membantu

Dokumen Manajemen Lalu Lintas

Pengembang

TAHAP IV

Penilaian Dokumen Analisis Dampak Lalu

Revisi

Setuju dengan

TAHAP IV

Setuju

Negosiasi dan Pengesahan Dokumen Manajemen & Rekayasa LL

Tugas dan Kewajiban Pengembang EVALUASI

Gambar tersebut di atas, dapat dijabarkan lebih terperinci sebagai berikut, yaitu:

Tahap I: Bila pada suatu kawasan terdapat suatu rencana pembangunan atau bila pembangunan yang ada belum mempunyai studi analisis dampak lalu lintas, maka diperlukan adanya analisis kawasan untuk mengetahui apakah kawasan tersebut perlu dilakukan studi analisis dampak lalu lintas atau tidak. Apabila rencana pembangunan tersebut tidak memerlukan analisis dampak lalu lintas maka proses pembangunan dapat langsung dilaksanakan, akan tetapi bila pembangunan kawasan tersebut memerlukan analisis dampak lalu lintas masuk ke Tahap II. Instansi yang berwenang menetapkan perlu tidaknya dilakukan analisis dampak lalu lintas terhadap suatu pengembangan kawasan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) setempat.

Tahap II: Pada Tahap ini pihak pengembang harus mengajukan pengembangan metodologi kepada BAPPEDA, dimana akan diadakan diskusi dan pembahasan antara pihak pengembang dengan instansi terkait, yang diketuai BAPPEDA, seperti Dinas Perhubungan/Dinas LLAJ, Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Bina Marga, Dinas Tata Kota dll. Dalam pembahasan ini akan menghasilkan suatu kesepakatan atas metodologi yang akan digunakan dalam melakukan studi ANDALALIN.

Ada tiga kondisi kesepakatan yang mungkin muncul, yaitu:

a. Ditolak, namun diberi kesempatan merevisi usulan pengembangan metodologi untuk di diskusikan/dibahas kembali;

b. Disetujui dengan perbaikan, dimana untuk kondisi ini harus dilakukan revisi sebelum dapat lanjut ke penyusunan dokumen ANDALALIN;

c. Disetujui untuk dilanjutkan dengan membuat Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas dan Dokumen Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.

Jangka waktu untuk proses pengajuan berikut pembahasan sampai dihasilkan kesepakatan tidak melebihi 14 hari kerja.

Tahap III: Pada Tahap ini Pemerintah akan membantu pihak pengembang dalam penyusunan Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas maupun Dokumen Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas melalui instansi terkait dalam bentuk asistensi/tatap muka sehingga diharapkan hasil yang optimal dengan memakan waktu yang relatif lebih singkat.

Tahap IV: Dalam Tahap ini dilakukan penilaian atas Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas oleh tim instansi terkait yang diketuai BAPPEDA, dimana akan dihasilkan suatu penilaian yang ditolak dan/atau setujui dengan perbaikan untuk di revisi kembali dan/atau penilaian yang disetujui oleh tim. Kemudian Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas yang telah disahkan akan disimpan di BAPPEDA. Jangka waktu penilaian Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas ini dibatasi tidak melebihi 14 hari kerja.

Tahap V: Pada Tahap ini pihak Pengembang dan Pemerintah akan melakukan negosiasi atas kontribusi dan tanggung jawab masing-masing yang kemudian dituangkan dalam Dokumen Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Setelah dicapai kesepakatan mengenai isi dokumen dimaksud, maka Dokumen Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas akan ditetapkan oleh Ketua Bappeda, dan salinannya diteruskan ke instansi terkait, yaitu:

a. Dinas Perhubungan/Dinas LLAJ;

b. Dinas Tata Kota;

c. Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Bina Marga;

d. Pengembang yang bersangkutan.

Penyelesaian tahap III sampai dengan IV ini, tidak melebihi batas waktu 40 hari kerja terhitung sejak kesepakatan metodologi dicapai.

Masa berlakunya kedua dokumen tersebut tidak sama, tergantung pada ukuran kota. Dimana untuk kawasan pembangunan di kota kecil/sedang masa berlakunya sesuai dengan bila terjadi perubahan dalam masa RUTR kota tersebut atau paling lama 5 tahun. Untuk kota besar dianjurkan masa berlakunya hanya untuk 2 hingga 3 tahun, Sedangkan untuk kota metropolitan masa berlakunya maksimum 2 tahun sejak disepakatinya kedua dokumen tersebut.