Implikasi Penelitian

4. Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi maka diperoleh implikasi penelitian sebagai berikut.

a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan administratif PT XYZ. Hasil penelitian ini tidak sejalan temuan terdahulu dari Sheridan (1992), Gordon (1991), Indriantoro (2000), dan Daultram (2003). Hubungan yang bersifat kausalitas ini menunjukkan bahwa budaya organisasi PT XYZ tidak memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Menurut observasi, sosialisasi nilai-nilai PT XYZ jarang dilakukan sehingga penerapan/implementasi nilai-nilai tidak berjalan. Akibatnya, nilai-nilai individu menjadi lebih berkembang dan dominan. Dapat disimpulkan, apabila nilai-nilai individu lebih dominan dibandingkan nilai-nilai organisasi maka akan berdampak negatif terhadap kinerja organisasi karena tidak ada keseragaman nilai – membuat cara sendiri-sendiri – dalam mencapai tujuan organisasi. Agar budaya organisasi a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan administratif PT XYZ. Hasil penelitian ini tidak sejalan temuan terdahulu dari Sheridan (1992), Gordon (1991), Indriantoro (2000), dan Daultram (2003). Hubungan yang bersifat kausalitas ini menunjukkan bahwa budaya organisasi PT XYZ tidak memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Menurut observasi, sosialisasi nilai-nilai PT XYZ jarang dilakukan sehingga penerapan/implementasi nilai-nilai tidak berjalan. Akibatnya, nilai-nilai individu menjadi lebih berkembang dan dominan. Dapat disimpulkan, apabila nilai-nilai individu lebih dominan dibandingkan nilai-nilai organisasi maka akan berdampak negatif terhadap kinerja organisasi karena tidak ada keseragaman nilai – membuat cara sendiri-sendiri – dalam mencapai tujuan organisasi. Agar budaya organisasi

1) Melakukan revisi nilai-nilai organisasi yang lebih inovatif dan menampung nilai- nilai individu yang relevan dengan tujuan PT XYZ.

2) Melakukan sosialisasi nilai-nilai PT XYZ secara terjadwal terhadap seluruh karyawan.

3) Memberikan penjelasan nilai-nilai PT XYZ terhadap calon karyawan yang akan bergabung sehingga mereka mengetahui dan dapat menyesuaikan dengan nilai- nilai yang berlaku di PT XYZ.

4) Melakukan evaluasi terhadap penerapan nilai-nilai PT XYZ secara terjadwal untuk mengetahui tingkat partisipasi karyawan dalam memahami dan implementasi nilai-nilai PT XYZ.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan administratif PT XYZ. Pengaruh yang terjadi tergolong cukup kecil, yaitu 25,9%. Artinya, gaya kepemimpinan hanya mememberikan dampak positif sebesar 25,9% terhadap kinerja karyawan. Walaupun demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Harsey dan Blanchard (1985); Harris dan Ogbonna (2001) bahwa pemimpin memberikan ijin kepada semua bawahan untuk berpartisipasi dalam mempengaruhi keputusan. Hasil observasi, gaya kepemimpinan di PT XYZ belum sepenuhnya menerapkan manajemen partisipatif hingga level staf paling bawah ( grassroot ). Partisipasi yang sering ditampung, baru sebatas level kepala unit hingga ke atas, karena kepala unit dianggap sudah mewakili stafnya. Selain itu, beberapa pemimpin dianggap kurang kharismatik dan berperilaku kurang positif yang menimbulkan karyawan kurang loyal. Oleh karena itu, apabila penerapan manajemen partisipatif semakin baik dan perilaku pemimpin semakin positif maka kinerja karyawan akan meningkat. Agar gaya kepemimpinan dapat meningkatkan kinerja karyawan, pemimpin PT XYZ dapat:

1) Meningkatkan penerapan manajemen partisipatif dengan mengakomodir masukan/usulan dari karyawan bawah, sepanjang masukan/usulan sesuai dengan kebutuhan dan tidak bertentangan dengan aturan.

2) Maningkatkan kharismatik pemimpin melalui pendekatan perilaku cendikia/ilmuwan.

3) Meningkatkan rasa tanggung jawab pemimpin terhadap tugas dan tanggungjawab yang diemban, serta menghasilkan karya-karya yang inovatif untuk kemajuan PT XYZ .

c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan administratif PT XYZ. Pengaruh yang terjadi tergolong cukup besar, yaitu 55,5%. Artinya, kepuasan kerja mememberikan dampak positif sebesar 55,5% terhadap kinerja karyawan. Semakin puas karyawan maka kinerja akan semakin tinggi. Menurut Luthans (1998) kepuasan kerja merupakan ungkapan karyawan tentang pekerjaannya. Karyawan yang puas akan ditandai dengan loyalitas yang tinggi. Menurut pengamatan, karyawan administratif terlihat kurang puas dengan pekerjaanya yang diperlihatkan dengan sikap kurang loyal, datang terlambat, dan sering tidak masuk. Fakta lainnya menunjukkan bahwa jumlah karyawan turnover tahun 2012/2013 cukup tinggi, sebesar 10 orang (11,63%). Agar kepuaan kerja dapat meningkatkan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, pemimpin PT XYZ dapat:

1) Memperhatikan dan menyesuaikan pendapatan (finansial dan non finansial) sesuai dengan kinerja karyawan.

2) Meningkatkan kenyamanan dan kesesuain kerja karyawan, yaitu memberikan fasilitas kerja sesuai dengan kebutuhan tugas, dan menempatkan karyawan sesaui dengan keahliannya.

3) Meningkatkan rasa keadilan di antara sesama karyawan.

4) Menyusun jenjang karir yang jelas dan memberikan penghargaan atau promosi jabatan bagi karyawan yang berprestasi, yang merupakan salah satu motivasi karyawan lainnya untuk meningkatkan kinerja.

d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan administratif PT XYZ. Pengaruh yang terjadi tergolong cukup besar, yaitu 68,9%. Artinya, budaya organisasi mememberikan dampak positif sebesar 68,9% terhadap kepuasan kerja karyawan. Semakin sesuai nilai-nilai individu dengan nilai-nilai PT XYZ maka karyawan akan semakin puas bekerja. Wallach (1983) menuturkan bahwa untuk mencapai kepuasan kerja harus ada kesesuaian antara karakteristik individu dan budaya organisasi. Hasil pengamatan, budaya PT XYZ kurang dipahami oleh karyawan karena jarang disosialisasikan sehingga memunculkan nilai-nilai individu. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara nilai satu karyawan dengan karyawan lainnya, sehingga terjadi ketidakharmonisan dalam bekerja. Untuk meningkatkan pengaruh positif budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan, pemimpin PT XYZ dapat:

1) Membangun budaya organisasi yang lebih inovatif, seperti kekompakan, keadilan, bersaing secara sehat, dan kemudian mensosialisasikannya secara berkala terhadap semua karyawan. Budaya organisasi yang inovatif akan membangun sikap dan perilaku karyawan ke arah positif.

2) Meningkatkan kebersamaan dan saling mendukung, serta kualitas lingkungan yang supportif dalam rangka meningkatkan kepuasan karyawan.

e. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan administratif PT XYZ. Pengaruh yang terjadi tergolong cukup besar, yaitu 43,5%. Artinya, gaya kepemimpinan mememberikan dampak positif sebesar 43,5% terhadap kepuasan kerja karyawan. Semakin tinggi penerapan manajemen partisipatif dan semakin baik perilaku pemimpin maka karyawan akan semakin puas bekerja. Menurut Spactor,1986; Fiscer, 1989; dan Soon Hee Kim, 2002; bahwa pengambilan keputusan yang partisipatif akan meningkatkan kesehatan mental dan kepuasan karyawan. Hasil pengamatan, karyawan administratif PT XYZ terlihat kurang puas terhadap gaya kepemimpinan yang berlangsung karena partisipasi mereka sangat jarang diikutkan atau ditampung dalam keputusan-keputusan. Selama ini, partisipasi yang diikutkan hanya sebatas kepala unit ke atas. Untuk meningkatkan pengaruh positif gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan, pemimpin PT XYZ dapat:

1) Meningkatkan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan karena dengan mengikutkan partisipasi bawahan akan berdampak pada meningkatnya rasa untuk tunduk kepada putusan yang dibuat bersama.

2) Meningkatkan rasa tanggung jawab pemimpin terhadap tugas dan tanggung jawab pemimpin, sebagai contoh bagi bawahan. Sikap pemimpin yang baik akan menjadi kebanggaan dan menjadi pemicu kepuasan kerja karyawan.

f. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan tidak berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan administratif

PT XYZ. Artinya, kinerja yang dihasilkan karyawan tidak dipengaruhi oleh budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan. Namun dalam penelitian sebelumnya terdapat hubungan positif, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Harris dan Mossholder, 1996; Chen, 2004; Wallach, 1983 O’Relly dkk, 1991 tentang

budaya organisasi terhadap kinerja, serta penelitian Harsey dan Blanchard, 1985; dan Ogbonna, 2001 tentang gaya kepemimpinan terhadap kinerja. Berdasarkan observasi, tidak berjalannya sosialisasi nilai-nilai organisasi menyebabkan kekosongan nilai sehingga nilai-nilai individu berkembang subur. Selain itu, gaya kepemimpinan terlihat kurang mengakomodir partisipasi bawahan sehingga bawahan merasa bahwa kurang empati atas keputusan yang dibuat. Akibatnya, budaya PT XYZ dan gaya pemimpin tidak memberikan pengaruh simultan terhadap kinerja karyawan administratif PT XYZ. Agar budaya organisasi dan gaya kepemimpinan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kinerja karyawan, pemimpin PT XYZ dapat:

1) Meningkatkan sosialisasi dan pemahaman nilai-nilai kepada semua karyawan. Apabila dibutuhkan, melakukan review atas nilai-nilai yang sudah ada dengan memasukkan unsur karakter individu yang dinilai dapat mendukung tujuan PT XYZ. Dengan adanya kesamaan antara karakter individu dan nilai-nilai PT XYZ maka karyawan akan lebih mudah beradaptasi dan melaksanakan tugas-tugas dengan baik dan tepat waktu.

2) Meningkatkan partisipasi bawahan dalam memberikan pemikiran/masukan dalam pengambilan keputusan PT XYZ. Keputusan yang diambil akan dilaksanakan sesuai yang diharapkan, karena karyawan merasa ikut berkontribusi dalam pembuatan keputusan tersebut, dan secara otomatis akan meningkatkan kinerja karyawan.

g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan administratif PT XYZ. Pengaruh yang terjadi tergolong cukup besar, yaitu 55,4% oleh budaya organisasi dan 21,6% oleh gaya kepemimpinan. Artinya, budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan mememberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan. Semakin sesuai budaya organisasi dengan karakter individu dan semakin baik gaya kepemimpinan maka kepuasan kerja akan semakin tinggi. Menurut Teed dan Meyer (1993), karyawan yang terpuaskan lebih memiliki tingkat kehadiran yang tinggi dan turnover yang rendah. Sedangkan menurut observasi, karyawan administratif PT XYZ mengalami ketidakpuasan, yang ditandai dengan adanya turnover karyawan administratif yang cukup besar pada tahun 2012/2013 sebesar 11,63% serta sering bolos kerja. Untuk meningkatkan pengaruh positif budaya organisasi dan gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan, pemimpin PT XYZ dapat:

1) Membangun budaya organisasi yang lebih inovatif, yang sesuai dengan karakteristik karyawan, dengan penerapan yang berlandaskan pada keadilan dan saling memajukan, seperti memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.

2) Meningkatkan ruang gerak karyawan administratif untuk berkontribusi dalam pengambilan keputusan, karena dengan adanya kontribusi tersebut mereka merasa dihargai dan puas dengan keputusan yang dibuat bersama.

h. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja melalui kepuasan kerja h. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi dan gaya kepemimpinan secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja melalui kepuasan kerja

1) Merumuskan kembali nilai-nilai organisasi yang inovatif, yang sesuai dengan karakteristik karyawan, dengan menjunjung semangat keadilan dan kebersamaan dalam rangka mencapai tujuan PT XYZ.

2) Meningkatkan ruang gerak karyawan administratif dalam memberikan masukan/saran dalam berbagai keputusan PT XYZ, melalui penerapan manajemen partisipatif.

3) Meningkatkan wibawa (kharismatik) pemimpin melalui peningkatan tanggung jawab atas jabatan, peningkatan kinerja, perilaku positif, dan menjalin hubungan keakraban yang positif denbgan bawahan.