Dimensi Sosial dan Kultural Masyarakat Adat Dayak

7.5. Masyarakat Adat Dayak dan Sumber Daya Alam

Munurut aliran filsafat determinisme yang dipelopori Darwin (1809-1882) dan Ratzel (1844-1904) bahwa meskipun manusia dipandang sebagai mahluk yang dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam dipermukaan bumi. Iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim di permukaan bumi ini bervariasi, maka kebudayaan itu pun sangat beraneka ragam, perkembangan seni, agama, etnis, pemerintahan dan segi-segi kebudayaan lain sangat tergantung pada iklim setempat (Sumaatmadja,1998:72). Pandangan tersebut barangkali sangat relevan bila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat adat Dayak di Kalteng. Fenomena alam hutan, sungai, danau, dan rawa yang telah hadir sejak jutaan tahun lalu dan menjadi karakteristik wilayah Kalteng dalam berproses dan berevolusi telah membentuk hubungan “simbiosis mutualism” dengan masyarakat adat Dayak. Sehingga sumber daya alam dengan segala isi dan lingkungannya merupakan bagian integral dan holistik dalam tata kehidupan politik, ekonomi, sosial dan kultural mereka, baik pada masa lalu, masa sekarang maupun Munurut aliran filsafat determinisme yang dipelopori Darwin (1809-1882) dan Ratzel (1844-1904) bahwa meskipun manusia dipandang sebagai mahluk yang dinamis, mobilitasnya tetap dibatasi dan ditentukan oleh kondisi alam dipermukaan bumi. Iklim sangat menentukan perkembangan kebudayaan manusia. Karena iklim di permukaan bumi ini bervariasi, maka kebudayaan itu pun sangat beraneka ragam, perkembangan seni, agama, etnis, pemerintahan dan segi-segi kebudayaan lain sangat tergantung pada iklim setempat (Sumaatmadja,1998:72). Pandangan tersebut barangkali sangat relevan bila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat adat Dayak di Kalteng. Fenomena alam hutan, sungai, danau, dan rawa yang telah hadir sejak jutaan tahun lalu dan menjadi karakteristik wilayah Kalteng dalam berproses dan berevolusi telah membentuk hubungan “simbiosis mutualism” dengan masyarakat adat Dayak. Sehingga sumber daya alam dengan segala isi dan lingkungannya merupakan bagian integral dan holistik dalam tata kehidupan politik, ekonomi, sosial dan kultural mereka, baik pada masa lalu, masa sekarang maupun

“Tanah, hutan dan sungai merupakan elemen yang sangat penting untuk diperhatikan bagi setiap orang yang ingin hidup di daerah Dayak” (Bamba, dalam Alcorn dan

Royo,2000:35).

“Hutan adalah darah dan jiwanya orang Dayak” (Petebang,2000).

“Hutan itu bagian dari hidup kita, sehingga kalau hutan itu rusak, maka kita semua ikut sengsara” (Djamri, tokoh adat Dayak Barito Utara, wawancara 02 April 2003).

“Hutan itu bukan hanya untuk generasi kita sekarang, tetapi juga untuk kelangsungan hidup anak cucu kita dikemudian hari, oleh karena itu kita bersama mempunyai

tanggungjawab sejarah untuk mempertahankan kelestariannya” (Eyak, tokoh adat Dayak Barito Utara, wawancara 28 Maret 2003).

"Hutan dengan segala isinya juga tempat pengungkapan rasa terima kasih pada Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya diperlukan perlakuan-perlakuan atau ketentuan yang mengatur agar keseimbangan dan keserasian tetap terperlihara (Timanggong Miden dikutip Petebang,2000).

"Masyarakat Dayak pada dasarnya tidak pernah berani merusak tanah dan hutan beserta isinya secara besar-besaran. Hutan, bumi, seluruh lingkungan, serta semua makhluk hidup diatasnya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidup itu sendiri. Oleh karena itu, sebelum mengambil sesuatu dari alam, manusia Dayak selalu memberi terlebih dahulu kepada penunggu hutan" (Loir Botor Dingit, Kepala Adat Besar Dayak Bentian dikutip Petebang,2000).

Dengan demikian, sumber daya alam dengan segala isi dan lingkungannya telah menentukan kultur “material” maupun “non-material” orang Dayak (Petebang,2000:4). Hal ini bisa dilihat dari rumah panjang yang disebut “betang” atau “lamin”, rumah-rumah penduduk bahkan kantor-kantor pemerintah baik dibangun di darat maupun di atas sungai (lanting) dibuat hampir seluruhnya dari kayu tiang, lantai, dinding, atap, pasak, pengikat (sebelum ada paku, rumah diikat

dengan rotan atau akar dan dipasak dengan kayu). Pendek kata menurut Muchlis Ensoey (Tokoh LSM Barito Utara) “saking kayanya kita dengan hutan hampir 100% dengan rotan atau akar dan dipasak dengan kayu). Pendek kata menurut Muchlis Ensoey (Tokoh LSM Barito Utara) “saking kayanya kita dengan hutan hampir 100%

Demikian juga dengan sarana transportasi seperti sampan, klotok, dan kapal dibuat dari kayu juga diambil dari sumber daya hutan. Bahkan peralatan kerja dan senjata, seperti : kapak, beliung, parang, bakul, tikar, mandau, perisai, sumpitan, senjata lantak dan lain-lain paling tidak sebagiannya terbuat dari bahan-bahan yang diambil di hutan. Dari kultur non-materialnya, dapat disaksikan, seperti cerita rakyat yang hidup di kalangan etnik Dayak yang bertutur tentang kehidupan di hutan atau sekitar hutan, bahkan pohon-pohon besar, atau spesies kayu tertentu dipandang sebagai simbol kekuatan mistik. Banyak jenis pohon yang tidak boleh ditebang karena dipercaya tempat bersemayam roh-roh nenek moyang mereka. Bahkan ada paham yang hidup dalam masyarakat Dayak, bahwa hancurnya hutan akan menghancurkan kehidupan ideologi, budaya, sosial, dan ekonomi mereka, bahkan Duwata (Tuhan) akan mengutuk manusia yang menghancurkan hutan. Korelasi adikodrati antara manusia dengan hutan dilambangkan dalam mite-mite yang semuanya menggambarkan keterkaitan manusia dengan hutan (Petebang,2000). Kedekatan hubungan masyarakat adat Dayak dengan sumber daya alam juga tergambar dari hasil “Musyawarah Besar Pertama Damang Kepala Adat se Kalteng Tengah” di Palangkaraya, tanggal 23-24 Mei 2002, yang memuat hal-hal berikut ini :

1. Kami merasa sangat berhutang pada hutan-hutan kami, sungai-sungai, gunung-gunung, pantai, dan laut, bahkan pada seluruh isi alam di daerah kami, yang telah menjadi sumber kesehatan, kesejahteraan dan mata pencaharian kami dimasa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, yang telah menjadi sumber ilham yang tiada putus-putusnya dalam pengembangan seni budaya kami. Kami menegaskan bahwa alam di Kalimantan Tengah betul-betul telah menopang segala aspek kehidupan kami tanpa upaya dan perjuangan menjaga kesinambungan hutan, sungai, pantai dan gunung, kami sama 1. Kami merasa sangat berhutang pada hutan-hutan kami, sungai-sungai, gunung-gunung, pantai, dan laut, bahkan pada seluruh isi alam di daerah kami, yang telah menjadi sumber kesehatan, kesejahteraan dan mata pencaharian kami dimasa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, yang telah menjadi sumber ilham yang tiada putus-putusnya dalam pengembangan seni budaya kami. Kami menegaskan bahwa alam di Kalimantan Tengah betul-betul telah menopang segala aspek kehidupan kami tanpa upaya dan perjuangan menjaga kesinambungan hutan, sungai, pantai dan gunung, kami sama

itu, kita semua bertanggungjawab dalam menghadapi kondisi alam yang demikian, kita sebagai umat manusia menjadi satu. 3. Dengan mengesampingkan perbedaan-perbedaan prinsip dan ajaran politik, agama dan sosial, kami menyadari bahwa martabat, keutuhan dan karunia atas siapapun dan seluruh umat manusia, terkait langsung dengan keutuhan alam. 4. Bahwa segala bentuk kesewenang-wenangan terhadap alam adalah kesewenang- wenangan pula terhadap manusia, demikian sebaliknya. Kesewenang-wenangan yang demikian tidak pernah menguntungkan, melainkan merusak keharmonisan antara umat manusia dan alam, merusak keseimbangan ekologi dalam aspek spiritual/keagamaan, sosial, budaya, ekonomi, politik dan fisik kehidupan manusia.

Uraian di atas telah dengan jelas menggambarkan bahwa bagi masyarakat adat Dayak hutan dan segala yang hidup di hutan, tumbuh-tumbuhan dan binatang, merupakan basis material dan non-material bagi keberlangsungan kehidupan mereka secara individu maupun komunal. Sumber daya hutan dijadikan sebagai tempat pemenuhan kebutuhan akan sumber protein dan mineral (binatang perburuan, lebah madu, ikan sungai, sarang burung), sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar), bahan bangunan, padang pengembalaan dan lain-lain. Secara teoritis hutan adalah merupakan penyangga food security dari masyarakat. Food security diartikan sebagai kesempatan bagi setiap warga dari satu masyarakat untuk dapat makan sepanjang tahun baik melalui usaha tani mereka maupun adanya kesempatan bagi mereka untuk memperoleh uang tunai dari ketersediaan sumber daya alam guna membeli bahan makanan yang mereka butuhkan pada saat hasil Uraian di atas telah dengan jelas menggambarkan bahwa bagi masyarakat adat Dayak hutan dan segala yang hidup di hutan, tumbuh-tumbuhan dan binatang, merupakan basis material dan non-material bagi keberlangsungan kehidupan mereka secara individu maupun komunal. Sumber daya hutan dijadikan sebagai tempat pemenuhan kebutuhan akan sumber protein dan mineral (binatang perburuan, lebah madu, ikan sungai, sarang burung), sebagai sumber bahan bakar (kayu bakar), bahan bangunan, padang pengembalaan dan lain-lain. Secara teoritis hutan adalah merupakan penyangga food security dari masyarakat. Food security diartikan sebagai kesempatan bagi setiap warga dari satu masyarakat untuk dapat makan sepanjang tahun baik melalui usaha tani mereka maupun adanya kesempatan bagi mereka untuk memperoleh uang tunai dari ketersediaan sumber daya alam guna membeli bahan makanan yang mereka butuhkan pada saat hasil

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24