Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut. Pulau Sebesi, Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, 2002-2003.

KAJIAN STRUKTUR KOMUNITAS DAN INTERAKSI
SUBSTRAT DASAR TERUMBU KARANG DENGAN IKAN
KARANG DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT, PULAU
SEBESI, TELUK LAMPUNG, KABUPATEN LAMPUNG
SELATAN, TAHUN 2002-2003

YEN1 TRIANA
C06499076

PROGRAM STUD1 E M U KELAUTAN
DEPARTEMEN E M U DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN E M U KELAUTAN
INSTITUT PERTANlAN BOGOR
2004

Yeni Triana. C06499076. Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar
Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut. Pulau Sebesi,
Teluk Lampung, Kahupaten Lampung Selatan, 2002-2003. Dibawah bimbingan Neviaty
Putri Zamani dan Dietriech Geoffrey Bengen.
RINGKASAN
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis dengan produktifitas

dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Berbagai jenis biota terdapat pada relung
terumbu karang, dengan demikian sesuai dengan fungsi terumbu karang untuk memberikan
makanan dan perlindungan.
Spesialisasi ikan-ikan pengisi ekosistem terumbu karang mungkin terjadi dengan
adanya diversifikasi relung yang merupakan hasil proses kompetisi inter-intra spesies terhadap
kebutuhan Suatu Sumberdaya yang sama. Keanekaragaman bentang terumbu karang
(reeficape diversizy) yang tinggi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kelompok
komunitas ikan yang hidup dalam suatu sistem terumbu menjadi sangat beranekaragam dan
melimpah.
Pengembangan daerah perlindungan laut (DPL) di Pulau Sebesi merupakan upaya
masyarakat untuk mempertahankan dan memperbaiki sumberdaya ekosistem terumbu karang
juga sekaligus mempertahankan dan meningkatkan sumberdaya lainnya yang berasosiasi
dengan terumbu karang.
Pengamatan dilakukan dari Bulan November 2002 sampai dengan November 2003 di
daerah Pulau Sebesi, Lampung. Pengamatan dilakukan pada zona inti daerah perlindungan
laut (DPL) yang dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan.
Pengambilan data menggunakan line intersept transect sepanjang 30 meter dan
dilakukan tiga kali ulangan. Data diambil berdasarkan keadaan kedalaman yang berbeda.
Pengamatan ikan karang menggunakan metode pencacahan visual (Under water Visual
Cencus).

Analisis Data menggunakan persentase penutupan karang hidup, analisis struktur
komunitas, analisis faktorial koresponden (Correspondence Analysis) menggunakan software
STATISTIC 6.0.
Penutupan karang pada kedalaman 3 m memiliki persentase yang cukup tinggi. Bulan
November 2002 persentase penutupan terbesar pada DPL P. Umang (68,97%) dan terkecil
pada DPL Sianas (30,39%). Pengamatan berikutnya pada Bulan Maret 2003 terjadi p e n m a n
dengan kondisi dari buruk hingga baik, akan tetapi pada akhir periode pengamatan yaitu Bulan
November 2003 kondisinya mulai pulih dengan persentase terbesar pada DPL Sianas
(74,00%).
Kondisi persentase penutupan karang pada kedalaman 7 m tergolong buruk pada
hampir seluruh stasiun pengamatan (DPL Sianas dan DPL Sawo). Terdapat banyaknya rubble
dan pecahan karang yang mengakibatkan penutupan karangnya rendah. Faktor lain yang
menyebabkan rendahnya penutupan karang adalah rendahnya kemampuan hidup dari karang
itu sendiri dan aktifitas masyarakat.
Komunitas karang pada kedalaman 3 m memiliki keanekaragaman dan keseragaman
karang yang cukup tinggi pada seluruh stasiun, ha1 ini menunjukkan bahwa komunitas karang
pada perairan itu semakin baik. Dominansi karang mati semakin berkurang.
Komposisi ekosistem DPL pada kedalaman 7 masih didominasi oleh karang mati dan
faktor abiotik. Komunitas karang pada kedalaman 7 m di kedua stasiun bisa dikatakan cukup


stabil, dimana fluktuasi komunitas karangnya hampir tidak berbeda jauh kecuali pada Bulan
Maret 2003 di DPL Sawo yang mengalami p e n m a n yang sangat berarti.
Penyebaran ikan karang pada kedalaman 3 m di seluruh staslun cukup merata.
Dominansi ikan karang yang terjadi pada DPL Sianas (Bulan November 2002 dan Maret
2003) dan P. Umang (Maret 2003) tidak berlangsung lama dikarenakan terjadinya pemulihan
ekosistern karang. Cueszo feres merupakan ikan yang banyak dijulnpai pada hampir seluruh
stasiun di kedalamn 3 m.
Tidak terdapatnya dominansi ikan karang pada kedalaman 7 m menunjukkan bahwa
ikan-ikan pada kedalaman tersebut tersebar secara merata. Keanekaragarnan yang tinggi
sehingga menyebabkan keseragaman ikannya menjadi tinggi pula. Kondisi yang demikian
menjadikan ekosistem ikan karang menjadi lebih seimbang.
Kesukaan ikan terhadap habitat tertentu menyebabkan terjadinya perbedaan antar
bentang terumbu karang. Hal ini menyangkut akan fungsi dari terumbu karang itu sendiri,
sehinga terjadi perbedaan pola habitat ikan karang tergantung akan keberadaan dan bentuk
terumbu karang.
Interaksi yang terjadl menjelaskan besamya kedekatan keanekaragaman hayati dan
keseragaman ikan karang dengan stasiun pengamatan. Caesio meiniliki pembobotan yang
terbesar dengan interaksi yang kuat pada DPL Sawo 3, yang dipengaruhi faktor kesukaan dan
pola pencarian makan.
Stasiun dengan penutupan karang mati beralga (DCA) yang besar berinteraksi pada

ikan Caesio dan ikan Chromis dengan jumlah ikan yang besar. disebabkan oleh pola makan
dan kebutuhan akan tempat berlindung, dimana ikan Caesio merupakan ikan pemakan
plankton dan ikan kecil. Sedangkan ikan Chromis merupakan ikan herbivor, bertindak sebagai
grazer yaitu pemakan alga sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan
karang dapat terkendali.
Ikan Pomacentrus dan tersebar hampir merata pada seluruh stasiun dengan nilai
terbesar pada DPL Sawo kedalaman 3 m. Penyebaran ikan ini dipengaruhi oleh kebutuhan
akan tempat perlindungan, dimana shuktur terumbu pada stasiun ini cocok sebagai tempat
berlindung bagi ikan Pomacentrus.