Rotasi audit: “reinkarnasi” KAP.
Rotasi audit: “reinkarnasi” KAP.
Usaha untuk mensiasati regulasi rotasi audit tidak hanya sebatas yang telah dijelaskan diatas. Puncak pensiasatan regulasi rotasi audit adalah melalui pembubaran KAP, dan disusul dengan pembentukan KAP melalui perikatan baru dimana partner baru dima- sukkan namun dengan mempertahankan
Irianto, Novianti, Wulandari, Kamuflase” dalam Praktik Rotasi...405 partner lama secara dominan. Praktik
entitas, bentuk entitas baru, ya demikian dapat ditemukan pada KAP-KAP
banyak disiasati begitu. Bahkan besar. Sinyalemen demikian disampaikan
KAP besar pun itu melakukan oleh Ibu AI:
praktik seperti itu …misalnya “… kalo “KAP besar” malah lebih
“KAP DCG” ganti nama menjadi “KAP DGCF” …”
ekstrim lagi tuh. Tiap 5 tahun mer- eka ubah nama firm-nya lho. Misal
… dulu “Kalo di [KAP] DB… kalaupun
kan KAP-nya pake nama kita harus berubah [nama] bukan “HSA”, nah setelah 5 tahun ganti karena itu [bukan karena meng- tuh jadi “HSAJ”. Itu istilahnya bu- hindari rotasi audit], kebetulan kan pinjem bendera, tapi firm-nya ada satu patner yang harus ke- dibubarkan dan bentuk firm yang luar dan kebetulan namanya ter- baru. Mereka ganti nama firm inti- cantum sehingga nama KAP ha - nya. Begitu … cara mereka.”
rus berubah.”
Setiap periode lima tahun, KAP Rasionalisasi perubahan nama KAP tertentu akan membubarkan diri dan kemu- dian membentuk KAP dengan wajah baru memang dapat beragam. Sebagai entitas
namun dengan yang dibentuk berdasar perikatan antar
partner dominan tetap yang partner, maka keluar atau masuknya partner lama. Melalui praktik tersebut, klien lama baru secara otomatis dapat membubarkan yang sudah saatnya berpindah ke KAP perikatan. Walaupun demikian motif untuk baru di dalam rangka memenuhi regulasi rotasi audit, tidak perlu lagi mencari KAP menyiasati regulasi rotasi audit melalui
pola “reinkarnasi” KAP juga mengemuka. yang benar-benar baru oleh karena tanpa Walaupun KAP besar diidentikkan dengan melakukan perpindahan sudah secara otomatis berada dalam payung KAP wajah KAP yang memiliki kualitas dan repu-
tasi tinggi, dan dengan sumber daya yang baru. Di satu sisi KAP lama dengan wajah dimiliki dipandang mampu menghasilkan baru tetap dapat mempertahankan klien kualitas audit yang tinggi, namun fenomena lama sekaligus dapat memenuhi regulasi yang diungkapkan diatas mengindikasikan rotasi audit. Klien juga diuntungkan karena bahwa besar dan kecilnya KAP bukanlah tidak perlu repot mencari auditor baru. jaminan ketaatan dalam menyikapi regulasi Strategi ini dimaknai sebagai bentuk rotasi
audit semu melalui “reinkarnasi” 4 KAP. “KAP rotasi audit.
Ketergantungan ekonomis menjadi lama” menjelma kembali menjadi “KAP baru”. salah satu pemicu sikap dan tindakan Melalui “reinkarnasi” KAP maka praktik substantif rotasi audit dapat dihindari, dari KAP. Fenomena demikian tidak dapat
dilepaskan dari nilai-nilai kapitalistik karena klien tidak harus berpindah KAP. yang tumbuh berkembang dan mendo- Klien lama tetap dapat dipertahankan minasi dalam beragam aspek kehidupan berada dalam KAP yang “sama” yang sudah
berubah wajah atau berganti nama berbeda (Subiyantoro dan Triyuwono 2004:230).
namun secara substantif tetaplah KAP yang Lebih-lebih manakala persepsi akan hakikat
lama. Dalam proses ini, regulasi rotasi audit diri cenderung kepada pandangan bahwa diri
manusia sebagai homoeconomicus semata. terpenuhi karena telah dilakukan rotasi Persepsi demikian dapat berdampak pada dari “KAP lama” pada “KAP baru”, walaupun kecenderungan tindakan yang senantiasa secara substantif tidak dapat dinyatakan didasarkan pada pertimbangan ekonomi bahwa rotasi audit telah dilaksanakan. Lagi-
semata
(Subiyantoro
dan Triyuwono
lagi asas fundamental
substance over form
2004:205) dan meniscayakan keluhuran juga diniscayakan dalam praktik seperti budi manusia sebagai makhluk yang dicip- ini. Praktik perubahan entitas ini disinyalir takan Tuhan untuk memakmurkan alam sering dilakukan sebagaimana dinyatakan oleh informan lain, Bapak BH: semesta.
Beragam praktik penyiasatan yang “Dalam praktiknya KAP itu sering
dilakukan KAP sebagai respon atas regulasi berubah nama … karena kan dia
rotasi audit dapat terjadi karena auditor
4 “Reinkarnasi” dalam Kamus Besar Bahasa Indo- maan (penitisan) kembali makhluk yang sudah nesia (KBBI-kbbi.web.id) diartikan sebagai “penjel-
mati”.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 3, Desember 2014, Hlm. 393-408 maupun klien sudah terhegemoni oleh
kebijakan, temuan studi ini dapat dijadikan persepsi tentang manusia sebagai homo-
input dalam perumusan kembali regu- economicus. Ukuran-ukuran keuntungan
lasi rotasi audit, dan peningkatan aware- ekonomi menjadi panglima di atas aspek-
ness auditor dan klien akan praktik etika aspek moral dan etika. Jika hal demikian
bisnis dan profesi par excellence. Regulasi terus terjadi, maka dalam jangka panjang
rotasi audit perlu dirumuskan dengan lebih bukan tidak mungkin auditor akan “ber-
seksama bukan saja mempertimbangkan reinkarnasi” menjadi seperti Erisychthon
cita-cita mulia dari rotasi audit itu sendiri,
dalam mitologi Yunani 5 .
namun juga sekaligus perlu mempertim- bangkan sisi lain kepentingan auditor dan
SIMPULAN
klien KAP. Regulasi rotasi audit perlu diru- Secara umum pemahaman dan muskan pada konteksnya, dalam hal ini kesadaran akan makna rotasi audit telah
konteks keindonesiaan, di mana regulasi itu dapat diungkapkan dalam penelitian ini.
akan diberlakukan, yang dapat saja berbeda Tujuan mulia rotasi audit dipahami dan
dengan regulasi rotasi audit versi Sarbanes- disadari dengan seksama antara lain untuk
Oxley Act yang diterapkan di Amerika Serikat menjaga independensi auditor, menjaga dan
atau regulasi rotasi audit di berbagai negara meningkatkan kualitas audit, serta sharing
lain. Konteks dalam arti luas (misalnya knowledge antar auditor dan “bagi-bagi
kultur, lingkungan sosial dan bisnis, dll) rezeki” sesama auditor dan KAP. Walaupun
perlu mendapatkan perhatian seksama, oleh demikian ditemukan pula fenomena yang
karena dapat mewarnai atau diwarnai oleh mengindikasikan adanya “kegamangan”
praktik-praktik seperti praktik rotasi audit. auditor dalam merespon secara substantif Lebih-lebih dalam studi ini diungkapkan regulasi rotasi audit. Kegamangan ini ditim -
bahwa strategi pensiasatan atas regulasi bulkan oleh adanya ketergantungan ekon-
rotasi audit dilakukan melalui kerjasama omis auditor terhadap klien. Di satu sisi,
sesama KAP maupun antar KAP dengan auditor berupaya mempertahankan klien
klien, dan kerjasama segitiga KAP-KAP-klien. yang dimiliki dan pada sisi lain tidak ada
Akhirnya, perluasan kajian dapat dilakukan satupun auditor yang ingin melanggar regu -
lebih lanjut dengan cakupan informan yang lasi rotasi audit yang berlaku. Kegamangan
lebih luas untuk memperoleh gambaran yang ini lebih lanjut diindikasikan dengan diprak-
lebih sempurna tentang makna maupun tikkannya beragam strategi penyiasatan
kesadaran berbagai pihak terkait dengan agar kedua aspek tersebut dapat dicapai
regulasi rotasi audit. Kajian lebih lanjut juga semuanya. Pensiasatan mana diwujudkan
dapat dilakukan dengan pendekatan riset dalam praktik yang diungkapkan sebagai
yang berbeda untuk dapat menemukan tata praktik-praktik “kamuflase” rotasi audit
regulasi rotasi audit yang lebih membumi (caumuflage audit rotation). Praktik-praktik
dan membangun konsep pencegahan atas ini meliputi rotasi audit semu (pseudo
potensi terjadinya “kamuflase” rotasi audit. audit rotation) (misalnya pinjam-meminjam bendera, tukar menukar klien, dan rotasi audit sementara), sampai pada praktik
DAFTAR RUJUKAN
“reinkarnasi” KAP (reincarnation of public American Accounting Association, the Com- accounting firm).
mittee on Basic Auditing Concepts Secara teoritis, studi ini berkontribusi
(AAA). 1973. Studies in Accounting Re- pada ditemukannya indikasi adanya praktik
search #6: A Statement of Basic Audit- kamuflase dalam rotasi audit (caumuflage
ing Concepts. Sarasota, AAA. USA. audit rotation), yang meliputi rotasi audit Adian, D.G. 2010. Pengantar Fenomenologi. semu dan praktik reinkarnasi KAP. Lebih
Koekoesan. Depok.
jauh temuan ini dapat menjadi bahan dasar Anonim. 2009. Inilah Daftar 20 Kebangkrut- dalam pengembangan konsep dan atau
an Terbesar di AS. Kompas 2 November teori tentang pencegahan praktik kamuflase
Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). rotasi audit. Pada tataran praktis dan atau
2003-2007. Siaran Pers Badan Penga- was Pasar Modal. Jakarta.
BDO Seidman LLP. 2003. Comment Letter on
5 Kisah perilaku serakah Erisychton dalam mitologi
the SEC’s Proposed Rules on Auditor In-
Yunani dapat ditemukan dalam tulisan Zohar dan
dependence. (File No. S7-49-02). BDO
Marshall (2004)
Seidman. New York.
Irianto, Novianti, Wulandari, Kamuflase” dalam Praktik Rotasi...407 Bertens, K. 1990. Filsafat Barat Abad XX Ing-
Giri, E. 2010. “Pengaruh Tenur Kantor Akun- gris Jerman. PT Gramedia. Jakarta.
tan Publik (KAP) dan Reputasi KAP Ter- Cameran, M., A. Prencipe, dan M. Tombretta.
hadap Kualitas Audit: Kasus Rotasi 2008. Earnings management, audit ten-
Wajib Auditor di Indonesia”. Prosiding. ure and auditor changes: does manda-
Simposium Nasional Akuntansi X. tory auditor rotation improve audit qual-
Husserl, E. 2010. The Idea of Phenomenol- ity?. Diunduh pada 8 Agustus 2014
ogy: A Translation of Die Idee der Phi- <http ://www.fdewb.unimaas.nl/>
inomenoiogie Husserliana II (terjemah Carcello, J.V., dan A.L. Nagy. 2004. “Audit
dan pengantar oleh Lee Hardy). Kluwer Firm Tenure and Fraudulent Financial
Academic Publishers. Netherland. Reporting”. Auditing: A Journal of Prac-
Indarto. 2007. “Rancangan Undang-undang tice & Theory, Vol 23, No. 2, hlm 55–69.
Profesi Akuntan Publik”. Economics, Carey, P. dan R. Simnett. 2006. “Audit Part-
Business and Accounting Review, Vol. ner Tenure and Audit Quality”. The Ac-
2, No. 2, hlm 24–38. counting Review, Vol. 81, No. 3, hlm
International Federation of Accountants 653–676.
(IFAC). 2003. Rebuilding Public Con- Chen, C., C. Lin, dan Y. Lin. 2008. “Audit
fidence in Financial Reporting. IFAC. Partner Tenure, Audit Firm Tenure,
USA.
and Discretionary Accruals: Does Long Irianto, G. 2003. “Skandal Korporasi dan Auditor Tenure Impair Earnings Qual-
Akuntan” Lintasan Ekonomi, Vol. XX, ity?”. Contemporary Accounting Re-
No. 2, hlm 104-114. search, Vol. 25, No. 2, hlm 415–445.
Kaplan, R.L. 2004. “The Mother of All Con- Chi, W., dan H. Huang. 2005. “Discretionary
flicts: Auditors and Their Clients”. Il- Accruals, Audit-Firm Tenure, and Au-
linois Public Law and Legal Theory Re- dit-Partner Tenure: Empirical Evidence
search Papers Series. Research Paper from Taiwan”. Journal of Contemporary
No. 04-13.
Accounting and Economics, Vol. 1, No. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar
1, hlm 65–92. Modal (BAPEPAM) No. 20/PM/2002 Chua, W.F., 1986. “Radical Development in
tentang Independensi Akuntan yang Accounting Thought”. The Accounting
Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal Review, Vol. LXI, No. 4, hlm 601–632.
(Peraturan No. VIII.A.2). Creswell, J. W. 2007. Qualitative Inquiry and
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Research Design. Second Edition. Sage
Modal dan Lembaga Keuangan (BA- Publication. USA.
PEPAM-LK) No. 310/BL/2008 tentang DeAngelo, L.E. 1981. “Auditor Indepen-
Independensi Akuntan yang Memberi- dence, ‘Low Balling’, and Disclosure
kan Jasa di Pasar Modal (Peraturan No. Regulation”. Journal of Accounting and
VIII.A.2).
Economics, Vol. 3, No. 2, hlm 113–127. Keputusan Menteri Keuangan Republik In- DeFond, M.L. dan J. Jiambalvo. 1994. “Debt
donesia Nomor 423/KMK.06/2002 ten- Covenant Violation and Manipulation
tang Jasa Akuntan Publik. of Accruals”. Journal of Accounting and
Krishnan, J. dan P.C. Schauer. 2000. “The Economics, Vol. 17, No. 1–2, hlm 145–
Differentiation of Quality Among Audi - 176.
tors: Evidence from the Not-for-Profit Denzin, N.K. dan Y.S. Lincoln. 1994. Hand-
Sector”. Auditing: A Journal of Practice book of Qualitative Research. Sage Pub-
& Theory, Vol. 19, No. 2, hlm 9–25. lication. California.
Maradona, A.G. 2009. Tenur Auditor Dan Denzin, N.K. 1989. Interpretive Interaction-
Kualitas Audit: Suatu Pembuktian Bagi ism. Sage Publication. London.
Kewajiban Rotasi Auditor Di Indonesia. Gates, S.K., D.J. Lowe, dan P.M.J. Reckers.
Tesis Tidak Dipublikasikan. Fakultas 2007. “Restoring Public Confidence in
Ekonomi Universitas Brawijaya Capital Markets through Auditor Ro-
Mayangsari, S. 2006. A udit Firms Tenure and tation”. Management Auditing Journal,
Investor’s Perception of Audit Quality. Vol. 22, No. 1, hlm 5–17.
Simposium Nasional Akuntansi IX. Geiger, M.A., dan K. Raghunandan. 2002.
Mayangsari, S. 2007. “The Auditor Tenure “Auditor Tenure and Audit Reporting
and the Quality of Earnings: Is Manda- Failures”. Auditing: A Journal of Practice
tory Auditor Rotation Useful?”. Simpo- and Theory, Vol. 21, No. 1, hlm 67–77.
sium Nasional Akuntansi X.
408
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 3, Desember 2014, Hlm. 393-408 Moustakas, E. 1994. Phenomenological Re-
Triyuwono, I. 2000. Organisasi dan Akuntan- search Methods. Sage. Thousand Oaks.
si Syariah. LKiS. Yogyakarta. CA. Triyuwono, I. 2006. Perspektif, Metodologi, Myers, J.N., L.A. Myers, dan T.C. Omer.
dan Teori Akuntansi Syariah. PT. Raja 2003. “Exploring the Term of the Audit-
Grafindo Persada. Jakarta. Client Relationship and the Quality of
Undang-Undang Akuntan Publik Nomor 5 Earnings: A Case for Mandatory Audi-
tahun 2011
tor Rotation”. The Accounting Review, van Manen, M. 1990. Researching lived expe- Vol. 78, No. 3, hlm 779–799.
rience: human science for an actionsen- Neuman, L.W. 2006. Social Research Meth-
sitive pedagogy. State University of New ods: Qualitative and Quantitative Ap-
York Press. Albany. proaches. Pearson Education Inc.
Watkins, A.L., W. Hillison, dan S.E. More- America.
croft. 2004. “Audit Quality: A Synthe- Novianti, N, G. Irianto, dan Sutrisno. 2012.
sis of Theory and Empirical Evidence”. “Tenur KAP, Tenur Partner Audit, Audi-
Journal of Accounting Literature, Vol. 2, tor Spesialisasi Industri, dan Kualitas
hlm 153–193.
Audit”. Simposium Nasional Akuntansi Wibowo, A. 2008. “Sisi Baik Kewajiban Ro-
XV. tasi KAP (KAP): Pembuktian di Indo- Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/
nesia”. The 2 nd Accounting Conference, PBI/2001 tentang Transparansi Kondi-
1 st Doctoral Colloquium and Accounting si Keuangan Bank.
Workshop, Universitas Indonesia, De- Peraturan Menteri Keuangan Republik Indo-
pok.
nesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Wulandari, P.P. 2012. “Mengungkap Makna Jasa Akuntan Publik.
Pemain Sepakbola Sebagai Aset Klub: Rapar, J.H. 1996. Pengantar Filsafat.
Studi Fenomenologi pada PT. Arema Kanisius. Yogyakarta.
Indonesia”. Tesis Tidak Dipublikasikan. Subiyantoro, E.B dan I. Triyuwono. 2004.
Program Pascasarjana, Fakultas Eko- Laba Humanis. Tafsir Sosial atas Kon-
nomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. sep Laba dengan Pendekatan Herme-
Zohar, D. dan I. Marshal, 2004. Spiritual neutika. PPBEI Fakultas Ekonomi Uni-
Capital: Wealth We Can Live by Using versitas Brawijaya. Malang.
Our Rational, Emotional, and Spiritu- The Congress of United States of America.
al Intelligence to TransformOurseleves 2002. Sarbanes-Oxley Act.
and Corporate Culture (terjemah: Spiri- Tim Kajian Akademik RUU Akuntan Pub-
tual Capital: Memberdayakan SQ di Du- lik, Departemen Akuntansi Fakultas
nia Bisnis). Mizan. Bandung. Ekonomi Universitas Indonesia. 2007. Usulan Penyempurnaan Pasal-pasal RUU Akuntan Publik.