PENGARUH SELF HELP GROUP (SHG) TERHADAP SIKAP BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKATAN 2015

(1)

PENGARUH SELF HELP GROUP (SHG) TERHADAP SIKAP BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKATAN 2015 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh: Fitri Aspatrianti

20120320132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SELF HELP GROUP (SHG) TERHADAP SIKAP BERHENTI MEROKOK PADA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA ANGKATAN 2015 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh: FITRI ASPATRIANTI

20120320132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Fitri Aspatrianti NIM : 20120320132 Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(4)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mendapat hikmah itu sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang

banyak. dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan orang- orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 269)

Puji syukur alhamdulillah atas terselesaikannya karya tulis ilmiah ini peneliti persembahkan kepada orang-orang yang selalu menginspirasi dan memotivasi dalam perjalanan hidup dan masa-masa kuliah. Tiada ada kata yang lebih pantas selain kata alhamdulillah dan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih peneliti ucapkan kepada, Sang Maha Pencipta Allah SWT, Alhamdulillah telah memberikan kemudahan dalam melaksanakan penelitian ini. Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman kejahilan dan menuju zaman yang penuh dengan peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Ayahanda (Drs.Mustafa) dan Ibunda (Basariah) tercinta yang telah mencucurkan keringat dan mencurahkan kasih sayang, dukungan dan semangat serta doa restu sehingga kuliah yang peneliti jalani terselesaikan dan berjalan dengan lancar. Bangga memiliki orang tua seperti beliau, seorang ibu yang selalu mendidik dari berbagai hal, berkorban dalam segala hal, dan seorang Ayah yang selalu berjuang untuk memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Terima kasih telah mengasuh, mengasah, dan memberikan kasih sayang selama 22 tahun ini sehingga bisa merasakan indahnya dunia pendidikan ini dalam suka duka beliau selalu ada. Adik-adikku Wita Aspatriani,Uswatun Aspatria Putri, Rahmi Aspatria Utami yang selalu memberikan semangat dalam kuliah dan bantuan dalam penyusunan karya tulis ini

Ibu Dianita Sugiyo,S.Kep.,Ns., MHID selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memberikan motivasi sehingga karya tulis ini bisa terselesaikan.

Sahabat-sahabatku Dina, Endah, Yani,Fatmi,Mega,Affin dan teman-teman satu bimbingan bimbingan Anto,Aris,Hafid,Nana,viky terima kasih atas segala ukiran hati bertemakan persahabatan yang tulus murni sepanjang masa pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan sejak awal hingga terselesainya pendidikan. Terima kasih atas segala canda, tawa dan tangisan haru serta bahagia yang telah dibagi dan turut dirasa. Terimakasih atas rasa kekeluargaan yang begitu besar meski tanpa ikatan darah. Jalinan persahabatan ini semoga Allah jaga hingga ke Surga.

Keluarga besar PSIK 2012 yang selalu memberikan semangat dan kenangan manis dalam perkuliahan, semoga bisa kompak selalu. Semua yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu terima kasih atas segenap doa dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ini.

”your dreams today, can be your future tomorrow” Fitri Aspatrianti, S.Kep


(5)

iv

MOTTO HIDUP

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya karena Allah SWT” ”Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah

selesai (mengerjakan yang lain), dan berharaplah kepada Tuhanmu” (Q.S. Al Insyiroh: 6-8)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesunggunya bersama Kesulitan Ada Kemudahan”

(Q.S. Asy- Syarh 94: 5-6)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah ~Thomas

Alva Edison

If you want something you’ve never had, you must be willing to do something you’ve never done. Success is a journey, not a destination

Mustahil adalah bagi mereka yang tidak pernah mencoba ~ Jim Goodwin

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ~ Einstein

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah.

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua ~ Aristoteles Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan ~ Chairul

Tanjung

Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan


(6)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan salawat atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul“ Pengaruh Self Helf Group (SHG) Terhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2015 ”.

Teriring rasa syukur penulis yang begitu besar, karena akhirnya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dianita Sugiyo, S.Kep., Ns., MHID selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan sehingga beliau mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah ini. 4. Dosen penguji Ibu Dr. Titih Huriah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberi arahan kepada penulis dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.


(7)

viii

5. Ayah (Drs.Mustafa), ibu (Basariah), Adik-adikku (Wita Aspatriani, Uswatun Aspatria Putri dan Rahmi Aspatria Utami) dan keluarga besar ku tercinta yang tak lepas memberikan doa kepada penulis, karya ini ku persembahkan untuk kalian. 6. Sahabat-sahabatku dan teman sepayungan (Nana, Viki, Anto, Aris, Hafidz dan

Kiki) terimakasih telah menemaniku dalam suka maupun duka selama 4 tahun ini 7. Responden penelitian ini yaitu anak-anak teknik mesin angkatan 2015

8. Teman-teman PSIK 2012 seangkatan yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan karya tulis ini.

9. Teman-teman sejawat yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah memiliki kekurangan, mengingat keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Wassalamu’alaikum, wr.wb.

Yogyakarta, Agustus 2015 Penulis


(8)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Alasan mahasiswa merokok ... 11

2. Sikap berhenti merokok ... 15

3. Self Help Group dan sikap berhenti merokok ... 18

B. Kerangka Konsep ... 22

C. Hipotesis ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel ... 25

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

D. Variabel Penelitian ... 26

E. Definisi Operasional... 26

F. Instrumen Penelitian... 27


(9)

x

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 30

I. Pengolahan Data dan Metode Analisa Data ... 31

J. Etika Penelitian ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 34

B. Hasil Penelitian... 36

1. Karakteristik Responden Penelitian... 36

2. Gambaran Sikap Berhenti Merokok Kelompok Penelitan... 36

3. Hasil Uji Wilcoxon pengaruh Self Help Group terhadap Sikap Berhenti Merokok ... 37

4. Hasil Uji Perbedaan Sikap Berhenti Merokok antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol... 38

C. Pembahasan ... 1. Karakteristik responden penelitian ... 41

2. Pengaruh Self Help Group (SHG) dengan Sikap Berhent ... 45

3. Pengaruh Self Help Group (SHG) terhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol ... 42

4. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA


(10)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 26

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Kuesioner Sikap ... 28

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia... 35

Tabel 4.2 Gambaran Sikap Berhenti Merokok Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol... 36

Tabel4.3 Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Intervensi...38

Tabel4.4 Hasil Uji Wilcoxon Kelompok Kontrol...38


(11)

xii

DAFTAR GAMBAR


(12)

xiii

DAFTAR SINGKATAN Kemenkes : Kementerian Kesehatan

GATS : Global Adult Tobacco Survey WHO : World Health Organization Depkes : Departemen Kesehatan BPS : Badan Pusat Statistika WHO : World Health Organization SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional Ditjen : Direktorat jendral

Kemenkes : Kementrian kesehatan RI : Republik Indonesia

GYTS : Global Youth Tobacco Survey GATS : Global Adult Tobacco Survey

FCTC : Framework Convention on Tobacco Control Depkes : Departemen Kesehatan

TCSCIAKMI : Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia.


(13)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 2 : Surat Keterangan kelayakan Etika Penelitian Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6 : Kuesioner Sikap

Lampiran 7 : Hasil Olah Data


(14)

(15)

(16)

Fitri Aspatrianti (2012).Pengaruh Self Help Group (SHG) Terhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogayakarta Angkatan 2015 Pembimbing : Dianita Sugiyo,S.kep.,Ns.,MHID

INTISARI

Latar Belakang : Prevalensi merokok pada kalangan remaja pada usia ≥15 tahun, yaitu 34,8% pada laki-laki dan 2,7% pada wanita. Upaya untuk meningkatkan sikap dan pengetahuan tentang merokok pada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015 perlu dilakukan agar mereka yang merokok mempunyai kesadaran dan keinginan untuk berhenti merokok yaitu dengan membentuk Self Help Group. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Self Help Group terhadap sikap berhenti merokok pada mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2015. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimental. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 52 mahasiswa yang merokok yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada anak Teknik Mesin angkatan 2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling, uji analisis menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney.

Hasil Penelitian : Uji analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh SHG terhadap sikap berhenti merokok. Pada hasil uji Wilcoxon pengukuran sikap pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p=0,000(p<0,05). Terdapat perbedaan sikap antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai p=0,000 (p<0,05 sedangkan pada hasil uji Mann-Whitney pada kelompok intervensi p=0,134 (p>0,005) dan pada kelompok posttest p=1,000 (p=>0,05) tidak terdapat perbedaan yang signifikan setelah dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Kesimpulan : Self Help Group berpengaruh dan memiliki perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan dan merubah sikap mahasiswa untuk berhenti merokok pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2015.


(17)

UMY 2015.

Advisor : Dianita Sugiyo,S.kep.,Ns.,MHID

ABSTRACT

Background : The prevalence of smoking among adolescents at age 15 years. That 34,8% in men and 2,7 in women. Efforts to improve the attitudes and knowledge of smoking in Mechanical Engineering University Students Muhammadiyah Yogyakarta 2015 needs to be done so that those who smoke have the wanted and the awareness to stop smoking is by forming Self Help Group (SHG). This study alms to determine the effect of the Self Help Group toword attitude smoking in Mechanical Engineering University Sstudents Humammadiyah Yogyakarta 2015.

Methods : This study was a quasy-experimental study. The sample in this study used 52 students who smoked were divided into two groups, intervention and control gruop. This research was conducted in Mechanical Engineering University Students Muhammadiyah Yogyakarta 2015. The sampling technique used was random sampling method. Test analysis used Wilcoxon test and Mann-Whitney for attitude.

Results : The analysis test showed there was a significant effect of Self Help Group (SHG) on attitude with p=0,000 (0,05). There was a differences on knowledge between intervention and control groups with p=0,000 (p<0,05). Conclusion : Self Help Group had a significant effect and different in improving the knowledge and attitude to stop smokingin the intervention and control groups on Mechanical Engineering University Students Muhammadiyah Yogyakarta 2015.


(18)

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia sekarang ini merupakan surga bagi para perokok dengan pertumbuhan konsumsi rokok yang terbanyak didunia. Survey yang dilakukan oleh Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa indonesia menduduki posisi teratas di antara 16 negara berkembang lainnya dengan prevalensi perokok aktif tertinggi. Tingginya angka perokok aktif laki-laki di indonesia mencapai 67% yang akan mempengaruhi kesehatan dan membuat ketidaknyamanan mereka ketika berdekatan dengan orang yang merokok (Aula, 2010).

Rokok membunuh hampir enam juta orang pertahunnya serta lebih dari lima juta perokok yang berasal dari perokok aktif dan lebih dari 600.000 perokok pasif. Sekitar satu orang setiap enam detik akibat dari rokok. Pada tahun 2030, rokok diperkirakan akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang menewaskan 10 juta orang setiap tahun, sekitar 2 juta diantaranya terdapat di Cina. Oleh karena itu, rokok dapat menyebabkan lebih banyak kematian di seluruh dunia, lebih banyak dari gabungan kematian yang disebabkan oleh HIV, TBC dan kematian persalinan. Satu dari dua perokok pada usia muda dan terus merokok seumur hidup dan akhirnya akan meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan rokok dan saat ini rokok menjadi suatu permasalahan yang kompleks, Indonesia sendiri adalah


(19)

salah satu Negara dengan jumlah penduduk yang terbesar dan menduduki posisi peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia (Dinkes, 2012).

Merokok merupakan suatu masalah yang ada di dalam masyarakat yang sampai saat ini sulit untuk diselesaikan. Mengkonsumsi rokok juga dapat menimbulkan banyak kerugian dan dapat menjadi sumber berbagai masalah kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI, 2011). Perilaku merokok merugikan kesehatan karena dapat mengakibatkan banyak penyakit, diantaranya kanker paru (90 %), 75% penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung serta menjadi salah satu penyumbang kematian terbesar di indonesia yang telah mencapai 57.000 orang pertahunnya (RISKESDES, 2013).

Pada tahun 2013, terdapat sejumlah 56.860.457 perokok aktif laki-laki dan 1.890.135 perokok aktif perempuan atau sekitar 58.750.591 perokok aktif secara keseluruhan dengan usia 10 tahun ke atas. Proporsi perokok aktif terbanyak terlihat pada kelompok usia 25-29 tahun yaitu totalnya sebesar 7.785.730 orang. Pada kelompok laki-laki, proporsi tertinggi pada usia 25-29 tahun sebanyak 7.641.892, sedangkan proporsi untuk terbesar pada kelompok perempuan yaitu usia 45-49 tahun sebanyak 253.273 (TCSIAKMI, 2014).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 masih sama dengan tahun 2010 yaitu satu dari tiga orang satu orang didalamnya adalah perokok. Perilaku merokok sangat bervariasi dari berbagai aspek usia, jenis kelamin, dan kelompok kerja, seperti pada penduduk berusia 10-14 tahun ditemukan 1,4 % perokok dan usia 15 tahun keatas dilaporkan terjadi peningkatan perilaku merokok dari 34,2 % tahun 2007 menjadi 36,3 tahun 2013. Sementara presentase pengguna rokok 64,9 % pada laki-laki dan 2,1 % perempuan tahun 2013 (Riskesdas, 2013).


(20)

3

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) pada tahun 2011 terdapat 3,8 milyar perokok di dunia. Prevalensi kelompok terbanyak umur 15 tahun ke atas yang merokok setiap harinya pada 5 provinsi di Indonesia tertinggi ditemukan di provinsi Kalimantan tengah (36 %), Kepulauan Riau (33,4 %), Sumatera Barat (33,1 %), NTT dan Bengkulu masing-masing (33 %). Dan 5 provinsi dengan prevalensi perokok terendah yaitu di provinsi Sulawesi tengah (22 %), DKI Jakarta (23,9 %), Jawa timur (25,1 %), Bali (25,1%), dan Jawa tengah (25,3 %) (RISKESDAS, 2010).

Indonesia merupakan negara berkembang dengan tingkat penggunaan rokok yang cukup tinggi. jumlah perokok dari hari ke hari semakin meningkat, usia ≥15 tahun sebanyak 34,2% tahun 2007 (Depkes RI, 2007), kemudian meningkat prevalensinya menjadi 34,7% di tahun 2010 (Kemenkes RI, 2010) dan meningkat kembali tahun 2011, menurut GATS 2011 jumlah perokok usia 15 tahun sebanyak 34,8 % dengan prevalensi pria 67% dan perempuan 2,7% (WHO, 2013).

Adapun faktor yang berpengaruh terhadap tingginya prevalensi merokok di Indonesia yaitu terkait kebiasaan atau budaya di Indonesia. Merokok dianggap sebagai hal yang wajar bagi masyarakat dan bahkan setiap ada acara di mayarakat akan selalu disuguhkan rokok sebagai suguhan utamanya. Apalagi sebagian besar orang Indonesia makan tidak makan yang penting bisa merokok yang dilambangkan dengan kejantanan seseorang (Aula, 2010). Kebiasaan-kebiasaan inilah yang akan menghambat untuk mengurangi angka prevalensi merokok di masyarakat, karena secara tidak langsung mereka memberi ruang bagi perokok untuk tetap merokok secara bebas dan menganggap merokok itu sebagai hal yang wajar.


(21)

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistika (BPS). 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Provinsi Yogyakarta sebanyak 3.457.491 jiwa (BPS, 2010). Sementara untuk prevalensi perokok remaja di Provinsi Yogyakarta menurut (BPS, 2012), menunjukkan bahwa prevalensi perokok yang paling banyak yaitu remaja dan rata-rata batang rokok yang dihisap oleh remaja di Provinsi DI Yogyakarta sebanyak 31,6 %.

Umumnya penyakit yang terkait dengan rokok memerlukan waktu yang lama sekitar 15-20 tahun setelah perilaku merokok di mulai, sehingga penyakit yang terkait dengan rokok dan jumlah kematian dimasa mendatang terus meningkat (TCSIAKMI, 2014).

Berbagai peraturan ataupun kebijakan serta program yang sudah dijalankan oleh pemerintah Di Yogyakarta, usaha ini tidak akan berjalan apabila kurangnya keinginan untuk benar-benar berhenti merokok. Upaya berhenti merokok secara eksklusif akan menargetkan para perokok yang memiliki keinginan untuk berhenti, terutama untuk individu yang tidak memiliki rencana untuk berhenti merokok dalam waktu dekat (Donovan & marlatt, 2007; Celik,2013;Zakaria, 2015).

Menurut data diatas terjadinya peningkatan usia mulai merokok di kalangan remaja sangat mengkhawatirkan karena sangat berisiko bagi kesehatan, resiko kesehatan merokok pada remaja jauh lebih buruk dibandingkan dengan orang dewasa yang merokok karena remaja masih berada pada masa pertumbuhan. Rokok tidak hanya menyebabkan masalah pada kesehatan fisik dan juga emosional (Bararah, 2012). Remaja yang merokok akan terlihat lebih tua dari umurnya, kulit kering dan bergaris-garis, gigi menjadi rusak, perkembangan dan fungsi paru-paru menjadi terganggu, sesak nafas serta batuk-batuk karena banyaknya sekret di paru -paru,


(22)

5

sistem imun tubuh menurun, resiko terkena penyakit jantung, rambut rontok dan merusak otak dan indera (Ellizabet, 2010).

Melihat kebiasaan masyarakat merokok disertai dengan tingginya prevalensi merokok dimasyarakat tidak sebanding dengan tersedianya pelayanan berhenti merokok di masyarakat. Sedangkan menurut WHO 2012, saat ini hampir 50% dari perokok di Indonesia berpikir untuk berhenti merokok dan lebih dari 30% dari mereka membuat upaya untuk berhenti merokok dalam 12 bulan terakhir(WHO, 2012). Akan tetapi sampai saat ini belum diketahui metode yang baik untuk membantu masyarakat untuk berhenti merokok (United State Department of health and human Servise [USDHHS], 2012). Walaupun ada beberapa metode yang sudah terbukti efektif untuk membantu perokok menghentikan kebiasaan buruknya, belum ada bukti ilmiah yang menguatkan tentang efektifitas terapi berhenti merokok pada remaja (Grimshaw & Stanton,2006). Terapinya yaitu dengan intervensi psikososial dan farmakoterapi, ini adalah dua pendekatan berhenti merokok yang sudah dilakukan pada remaja.

Mengingat bahwa sebagian besar remaja mulai merokok dibawah usia 18 tahun, dan ketergantungan nikotin bisa terjadi sejak dini, maka membantu remaja untuk berhenti merokok merupakan hal yang paling penting. Oleh karena itu,menemukan terapi yang efektif bagi remaja sangat penting. Self Help Group (SHG) atau kelompok swabantu adalah suatu kelompok yang memiliki masalah yang sama dan tiap anggotanya saling berbagi masalah baik fisik maupun emosiaonal (Ahmadi, 2007). SHG merupakan suatu bentuk terapi kelompok yang dapat dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki masalah yang sama untuk saling berbagi pengalaman dan cara menghadapi masalah yang dihadapinya ( Keliat et al., 2008).


(23)

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja. Perilau merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Perilaku merokok disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri , juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Green (1980) menyatakan bahwa perilaku seseorang termasuk perilaku merokok, dipengaruhi oleh faktor pendahulu (predisposing) yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai serta faktor pemungkin (enabling) yang meliputi ketersediaan fasilitas dan faktor pendorong (reinforsing) yang meliputi sikap dan perilaku orang - orang disekitanya (Notoatmodjo, 2010)

Banyak penelitian yang menyatakan bahwa merokok dapat merusak kesehatan. Untuk itu kita dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan dilarang menjatuhkan diri pada kebinasaan.

Sebagaiamana kaidah fiqih menyebutkan sebagai berikut :

الاصلفىالمضارالتحريم Artinya : Hukum asal sesuatu yang membahayakan adalah haram.

Menurut kaidah di atas menyebutkan bahwa segala sesuatu yang membahayakan manusia dilarang oleh syara’i termasuk di dalamnya yaitu merokok. Di mana rokok sangat membahayakan bagi manusia terutama bagi kesehatannya.

Mempertimbangkan bahaya merokok bagi kesehatan remaja, kurangnya perhatian dari pemerintah tentang pengendalian tembakau, serta tingginya prevalensi merokok pada remaja di Indonesia, maka hal ini mengindikasikan pentingnya untuk menerapkan program berhenti merokok yang efektif bagi remaja. Ditambah lagi saat ini program berhenti merokok pada remaja belum terlalu familiar di Indonesia. Dari alasan tersebut SHG dapat dilakukan untuk menjadi salah satu program untuk


(24)

7

berhenti merokok karena SHG itu dapat merubah perilaku seseorang (Keliat et al.,2008). Apalagi salah satu alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja adalah sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya (Notoatmodjo, 2010), diharapkan dengan menggunakan SHG bisa merubah perilaku remaja yang merokok dengan dukungan orang -orang disekitarnya yang sama – sama perokok.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Program Studi Teknik karena masih banyak mahasiswa yang merokok. Mahasiswa yang merokok ini dapat dilihat diarea kampus terutama di kantin kampus dan dilorong-lorong dekat kelas. Peneliti menanyakan tentang bahaya merokok dan mereka mengetahui tentang bahaya merokok dan mengerti kalau merokok itu perilaku yang buruk.

Berdasarkan uraian latar belakang, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut apakah ada Pengaruh Self Help Group terhadap Sikap Berhenti Merokok pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “apakah ada Pengaruh Self Help Group terhadap Sikap Berhenti Merokok pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap Berhenti Merokok Pada Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Angkatan 2015.


(25)

2. Tujuan Khusus

1. Diketahui pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.

2. Diketahuinya pengaruh anatara Self Help Group dengan sikap mahasiswa tentang berhenti merokok

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu tentang Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap Berhenti Merokok.

2. Manfaat praktis a. Bagi peneliti

Untuk memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan riset dan menambah wawasan peneliti mengenai perilaku kesehatan remaja.

b. Manfaat untuk responden

Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku mereka dalam berhenti merokok.

c. Manfaat untuk pelayanan kesehatan

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar teori dan referensi untuk melihat perubahan perilaku dalam berhenti merokok untuk menurunkan jumlah perokok sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit tidak menular yang disebabkan oleh rokok agar terciptanya masyarakat yang sehat.


(26)

9

d. Manfaat untuk keilmuan

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai tambahan teori dan informasi dalam melakukan penyuluhan mengenai rokok dan meningkatkan kesadaran dan merubah perilaku dari perokok untuk berhenti merokok.

E. Keaslian Penelitian

1. Monica Virly (2013) yang mengambil judul penelitian “Hubungan persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan PT. Sintas kurama perdana kawasan industri pupuk kujang cikampek. Metode yang digunakan adalah jenis penelitian cross sectional dengan menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 61 respon dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada karyawan. Penelitian ini memilki perbedaan dimana Pada penelitian sebelumnya menggunakan karyawan sedangkan penelitian ini menggunakan mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Experimental dengan one-group pra-post test design, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttestwith control group design. Pada penelitian sebelumnya meneliti tentang pengetahuan tentang bahaya merokok, sedangkan pada penelitian ini meneliti perilaku berhenti merokok

2. Ooi et al (2014) yang mengambil judul penelitian “Persepsi dan Sikap mengenai Perokok Pasif pada Pekerja Dewasa di Perkotaan”. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional survey dengan 186 responden yang berumur 22-87 tahun. Hasil dari penelitian menunjukkan 87,4% tidak setuju dengan para perokok yang merokok disekitarnya, 95,6% tidak menyetujui merokok di dalam rumah mereka dan 86,9% berpendapat bahwa di tempat kerja harus bebas dari rokok. Hampir


(27)

seluruh responden (99,5%) setuju bahwa seharusnya tidak merokok didepan anak-anak dan anak-anak. Perbedaan dengan penelitian ini adalah perbedaan dimana penelitian ini Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Experimental dengan one-group pra-post test design, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttestwith control group design. Pada penelitian sebelumnya meneliti tentang persepsi dan sikap perokok, sedangkan pada penelitian ini meneliti perilaku berhenti merokok.


(28)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka

1. Alasan Merokok

Dalam penelitian Febriani (2014) menjelaskan bahwa merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Rokok yang dikonsumsi akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif. Perokok aktif adalah orang yang mengunsumsi rokok secara rutin walaupun hanya satu batang dalam sehari sedangkan perokok pasif adalah orang yang bukan perokok tapi menghirup asap rokok orang lain atau orang yang berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.

Rokok (termasuk asap rokok) mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan. Racun dalam rokok terdiri dari tar, gas karbon monoksida (CO) dan nikotin. Kebanyakan mahasiswa merokok tidak memperhatikan akibt buruk yang akan muncul bagi kesehatannya. Rokok akan memberikan akibat buruk yang akan merusak tubuh kita mulai dari kepala sampai kaki. Penyakit yang disebabkan oleh rokok itu adalah kanker, penyakit jantung dan penyakit lainnya. Penyakit lainnya contohnya didaerah lambung yaitu penyakit maag dan tukak lambung (Putra, 2013).

Menurut penelitian Nurmayunita (2014); dan Bhanji et al. (2011) perokok pemula adalah seorang remaja, ada berbagai alasan yang membuat seorang remaja menjadi merokok, yaitu faktor psikologi seperti Ada rasa ingin mencoba hal baru, relaksasi atau ketenangan serta mengurangi kecemasan atau ketegangan, pengaruh


(29)

lingkungan seperti teman sebayanya, orang tua, saudara kandung , media sosial, pola asuh dari orang tua dan tingkat pengetahuan.

Alasan psikologi yang menyebabkan seseorang merokok, yaitu untuk alasan relaksasi atau ketenangan, serta mengurangi kecemasan atau ketegangan. Mengenali penyebab merokok, seperti kebiasaan dan kebutuhan mental (kecanduan atau ketagihan) akan memberikan petunjuk yang sesuai untuk mengatasi gangguan fisik maupun psikologis yang menyertai proses berhenti merokok (Aula, 2010)

Individu pertama kali merokok pada usia 11-13 tahun dan umumnya merokok pada usia sebelum 18 tahun yang dimana mereka masih mancari identitas diri dan adanya rasa ingin mencoba sesuatu yang baru. Seorang yang pertama kali mengunsumsi rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk-batuk, perut mual, dan lidahnya terasa pahit. Namun, sebagian pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut, berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketagihan. Kebiasaan yang dimaksud yaitu selalu merokok sesudah makan dan menikmati rokok sambil minum kopi sedangkan ketagihan yaitu adanya rasa ingin merokok yang menggebu, tidak bisa hidup selama setengah hari tanpa rokok,merasa tidak tahan bila kehabisan rokok dan sebagian kenikmatan rokok terjadi saat menyalakan rokok (Yusnia, 2015).

Menurut penelitian Sari (2011) merokok dianggap dapat meningkatkan daya konsentrasi, sehingga ketika seseorang yang mengalami masalah maka ia akan merasa lebih tenang dan berkonsentrasi untuk melakukan pekerjaannya karena dengan rokok adanya kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif serta rokok dibutuhkan sebagai alat keseimbangan. Padahal, jika ditinjau lebih mendalam seseorang dianggap lebih berkonsentrasi ketika ia


(30)

13

merokok lantaran di dalam rokok terdapat bahan-bahan yang dapat menyebabkan kecanduan. Sedangkan menurut penelitian Ismanto dkk (2015) merokok dapat menyebabkan kecanduan nikotin. Deprivasi nikotin menganggu perhatian, konsentrasi dan kemampuan kognitif, karena nikotin dapat meningkatkan finger-tapping rate yaitu respon motorik dalam tes fokus perhatian. Tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin dan remaja yang merokok juga akan berpengaruh kepada nilai atau prestasi yang ia dapat karena mereka cendrung kurang memahami pelajaran dan kebiasaan menghisap tembakau akan berpengaruh terhadap kesehatan fungsi otak dan psikis.

Merokok menjadi cara bagi remaja agar terlihat bebas dan dewasa. Menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang merokok, kemudian kesenangan dan tekanan dari teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, bosan, ingin terlihat gagah atau jantan dilampiaskan dengan merokok. Semakin banyak remaja yang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya akan menjadi perokok. Dari hal tersebut Ada dua hal yang mungkin terjadi, mungkin pertama kali remaja hanya mengenal dan terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-temannya dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya semua menjadi perokok (Hasanah & Sulastri, 2011).

Faktor terbesar yang mempengaruhi kebiasaan merokok adalah faktor lingkungan. Karakter seseorang banyak dibentuk dengan lingkungan sekitar, baik keluarga, tetangga, maupun teman pergaulan. Bermain atau bersosialisasi merupakan cara utama pada remaja untuk mencari jati diri mereka. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok,semakin besar juga kemungkinan teman-temannya juga sebagai perokok. Diantara remaja perokok


(31)

terdapat 87 persen yang mempunyai satu atau lebih sahabat yang merokok (Laksono, 2008).

Lingkungan keluarga juga mempengaruhi seseorang untuk berperilaku merokok, remaja yang berasal dari keluarga yang konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial dan agama sebaik-baiknya dengan tujuan jangka panjang lebih sulit terlibat dengan rokok, tembakau atau obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif. Perilaku merokok lebih banyak didapati dengan orang-orang yang tinggal dengan satu orang-orang tua. Remaja juga akan lebih cepar berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka menjadi perokok ketimbang sang ayah. Hal ini akan lebih terlibat pada remaja putri (Aula, 2010).

Frekuensi merokok pada remaja ketika ada banyak perokok dalam keluarga. Orang tua sangat penting karena mereka adalah panutan utama remaja. Sikap orang tua terhadap merokok,persepsi mereka tentang merokok, dan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi remaja merokok. Sering terjadi perbedaan pendapat dengan orang tua, perceraian antara orang tua berkontribusi terhadap resiko remaja menjadi merokok (Hamdan, 2015).

Menurut Rahmadi et al. (2013), remaja mulai merokok dikarenakan kurangnya aturan dari orang tua. Mereka mencoba pertama kali merokok sebelum usia 10 tahun. Penentu remaja merokok adalah pengaruh orang tua,saudara dan teman sebaya. Pengaruh masyarakat yang didominasi oleh perokok juga berpengaruh terhadap perilaku remaja untuk memulai merokok. Hal ini juga dipengaruhi karena pada usia remaja mereka mencoba mengeksplorasi peran mereka. Orang tua berpengaruh dalam memberi pola asuh dan menentukan pola


(32)

15

asuh seperti orang tua yang memberikan uang saku berlebihan dan mendukung orang tua dalam perilaku merokok yang sangat kurang.

2. Sikap Merokok

Dalam penelitian Siswanta dkk (2014) mejelaskan sikap adalah suatu ekspresi yang mencerminkan perasaan, apakah seseorang senang atau tidak senang, suka atau tidak suka dan setuju atau tidak setuju terhadap suatu objek. Sikap pada diri manusia memberikan corak pada tingkah laku dan perbuatan dengan mengetahui sikap seseorang kita dapat memprediksi reaksi atau tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu terhadap sikap. Komponen afektif berkaitan dengan emosional seseorang terhadap objek. Komponen konatif merupakan kecendrungan untuk berperilaku (Mar’at, 1984).

Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari selama perkembangan individu sehingga sikap seseorang dapat berubah-ubah. Sikap terbentuk karena hubungan tertentu dengan suatu objek dan sikap dapat tertuju pada satu objek maupun kelompok. Sikap mengandung perasaan dan motivasi, sehingga sikap individu terhadap objek akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun negatif. Sikap juga mengandung motivasi atau daya dorong seseorang untuk berperilaku (Gerungan, 2009).

Menurut penelitian Azwar (2012) mengungkapkan ada enam faktor yang mempengaruhi pembentujan sikap seseorang, yaitu pengalam pribadi, pengaruh orang lain, kebudayaan, media massa, lembaga agama dan faktor emosional seseorang. pengalaman pribadi adalah apa yang telah dan sedang dialami akan ikut mempengaruhi respon terhadap stimulus. Pengaruh orang lain adalah orang


(33)

yang disekitar kita salah satu komponen yang akan mempengaruhi sikap kita. Kebudayaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap, sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada dimasing-masing daerah. Apalagi kita kita hidup dalam budaya yang mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme.

Sikap menunjukkan beberapa karakteristik yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi dan spontanitas. Arah terbagi pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung. Orang yang setuju, mendukung ataupun memihak berarti memiliki sikap yang positif tetapi jika tidak mendukung atau tidak memihak berarti memiliki sikap yang negatif. Konsistensi adalah kesesuaian antara pernyataan sikap dengan respon terhadap objek sikap. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Sikap yang sangat cepat berubah dikatakn sebagai sikap yang inkonsisten (Sax, 1980).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sismanto (2015) menunjukan bahwa sebagian besar remaja tidak mengetahui bahwa merokok merupakan penyebab utama penyakit dan kematian. Remaja tidak mengetahui dampak kematian akibat dari rokok karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan tentang bahaya merokok.

Merokok bila dilihat dari berbagai aspek sangat merugikan, baik bagi diri perokok itu sendiri maupun orang yang disekitanya yang terpapar asap rokok dan hampir setiap saat dapat kita temui dan lihat orang yang merokok. Saat ini perilaku merokok dianggap sangat wajar dipandang oleh remaja khususnya remaja laki-laki. perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangan yang ditandai dengan peningkatan


(34)

17

frekuensi dan intensitas merokok dan sering mengakibatkan seorang yang merokok ketergantungan akan nikotin (Ariani & Margawati, 2011).

Merokok akan menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan jantung, stroke, kanker dan masalah kesehatan lainnya. Permasalahan saat ini terletak pada proses yang salah yaitu proses pembakaran yang mengubah tembakau menjadi racun dan rokok adalah jendela awal terjadinya penggunaan narkoba. Akibat kronik yang dikhawatirkan dari penggunaan nikotin adalah ketergantungan. Sekali saja seseorang mencoba menjadi perokok, maka dia akan sulit untuk mengakhiri kebiasaan itu, baik secara fisik maupun psikologis (Virly, 2013).

Kebiasaan buruk dari suatu individu mencerminkan terhadap sikap tertentu. Kebiasaan negatif lebih sering ditunjukan kepada perempuan, meskipun laki-laki juga banyak yang merokok. Hal ini dikarenakan perempuan yang dekat dengan rokok maupun yang merokok sudah termasuk sikap negatif. Sikap atau kebiasaan negatif selalu dikaitkan dengan dengan perempuan, karena pandangan masyarakat terhadap laki-laki yang merokok biasa saja berbeda dengan perempuan (Elma et al., 2011).

Dari penelitian Virly (2013) diungkapkan bahwa proporsi siswa yang merokok lebih tinggi dipengaruhi oleh perasaan positif dari pada perasaan negatif. Orang-orang dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih mungkin untuk merokok dibandingkan dengan tingakat pendidikan yang tinggi. Sedangkan Bader et al (2011) juga mengungkapkan bahwa kondisi sosial ekonomi juga akan mempengaruhi perilaku merokok terutama untuk kalangan sosial ekonominya yang rendah.


(35)

Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih dahulu. Levental dan Clearly (dalam Sukma,2011) mengungkapkan terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu: Tahap perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap becoming a smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka mempunyai kecendrungan menjadi perokok. Tahap maintenance of smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan (Aula,2010).

Seseorang yang sudah ketergantungan akan nikotin mempunyai kecendrungan untuk menambah jumlah rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisap kurang. Mereka akan pergi keluar kerumah untuk membeli rokok, walaupun tengah malam sekalipun. Frekuensi dan intensitas rokok pada seseorang akan betambah sesuai dengan tahap perkembangannya. Perokok berat akan menghisap >15 batang rokok per hari, perokok sedang akan menghisap 5-14 batang rokok per hari dan perokok ringan akan menghisap 1-4 batang rokok per harinya (Laksono,2008).

3. Self Help Group (SHG) dan Sikap Berhenti Merokok

Zaman moderenisasi, banyak hal yang dilakukan untuk berhenti merokok. Berhenti merokok dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara farmakologi, informasi non-sosial, Dukungan suportif


(36)

19

interpersonal dan membentuk kelompok kecil sukarela . Kelompok kecil sukarela itu adalah Self Help Group. Self Help Group (SHG) atau Kelompok swabantu adalah suatu kelompok yang umumnya dibentuk oleh individu yang sebaya, yang telah datang bersama-sama untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan umum, seperti mengatasi masalah yang menganggu mereka (Keliat, 2008). Self Help Group lebih berorientasi pada perubahan kognitif dan perilaku, dimana setiap anggota belajar dari perilaku yang adaptif melalui proses berbagi pengalaman antar sesama anggota kelompok yang terdiri dari 7-10 orang dengan waktu 60-120 menit yang digunakan untuk diskusi (Huriah, 2012).

Kelompok-kelompok swadaya ini didasarkan pada sekelompok individu yang akan berbagi perilaku, kemudian mereka dapat mengidentifikasikan berbagai permasalahan kemudian dapat saling mendukung, mengendalikan atau menghilangkan perilaku tersebut. Dalam Self Help Group setiap anggota bisa mengungkapkan isi pikirannya terhadap apa yang dibahas,membicarakan pengalaman masing-masing. Peserta ataupun anggota juga akan mendapatkan saran dan dukungan dari anggota lainnya, hal inilah yang akan memberikan semangat bagi peserta (Knight, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gayatri at al (2009) mengatakan bahwa Self Help Group telah terbukti cukup efektif dalam menanggani masalah dan meningkatkan koping keluarga. Efektifitasnya kelompok-kelompok berasal dari beberapa pernyataan, yaitu pertama, bahwa dukungan emosional dari orang lain dapat mengurangi isolasi sosial yang dialami oleh banyak orang dengan kondisi kronis. Kedua,dapat memunculkan identitas diri seseorang yang kolektif melalui partisipasi kelompok, tiap


(37)

anggota kelompok juga dapat mengembangkan konsep baru yang didapatkan pada dirinya sendiri. Ketiga, partisipasi antar anggota kelompok memungkinkan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Self Help Group lebih berorientasi pada perubahan perilaku seseorang yang harus di ikuti dengan adanya niat, minat, semangat dan keinginan yang kuat untuk mengubahnya. Keberhasilan dari membentuk kelompok suka rela ini ditentukan dengan adanya keinginan,niat dan minat yang disertai akan dengan adaya bukti yang realistis yang harus dimiliki oleh partisipan sehingga proporsi droup-out nya dapat terminimalisir ( Ashfrod & Lecroy, 2009; Zastrow, 2008). Pada dasarnya orang-orang dengan isolasi sosial akan lebih cendrung memilih dukungan sosial ini karena Self Help Group dapat menjadi sumber dukungan sosial yang signifikan, dan anggota kelompoknya dapat menuangkan isi hatinya, mengungkap masalahnya dan anggota yang lain menanggapi, memberikan saran atau cara untuk mengatasi masalahnya. Dalam pelaksanaan swabantu ini ada beberapa orang yang berperan penting sebagai pemimpin (leader), anggota kelompok dan fasilitator. Fasilitator dalam diskusi ini adalah seorang tenaga kesehatan yang tugasnya akan mebimbing tau memantau pelaksanaan Self Help Group, memberikan penjelasan dan memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapatnya (Keliat at al. 2008).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Park, et al. (2012) menyebutkan bahwa keefektifan beberapa intervensi untuk pengontrolan tembakau dapat dilakukan dalam rentang waktu 50 menit sampai dengan 1,5 jam setiap sesinya dalam 4-8 minggu. Pada kelompok swabantu ini memiliki kualitas yang sangat


(38)

21

positif karena berkaitan dengan hubungan sosial. Tercapainya sutu tujuan dalam kelompok didasarkan kelompok itu sendiri, dalam Self Help Group jika kekuatan hubungan interpersonal dan anggota kelompok kurang maka tujuan kelompok juga kemungkinan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dalam kelompok hubungan interpersonal dan anggota kelompoknya saling mendukung maka tujuan kelompoknya akan tercapai karena kekompakan dan adanya dukungan sosial sangat dibutuhkan dan merupakan suatu faktor penetu dari kesuksesan usaha untuk berhenti merokok ( Brockman, at al., 2014).


(39)

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

Variabel yang diteliti :

Variabel yang tidak diteliti :

Skema 1. Kerangka Konsep Perilaku

Merokok

Sikap Merokok : - Mendukung - Tidak

mendukung

Faktor yang

mempengaruhi sikap :

- Psikologis : stress,mencari jati diri

- Faktor Lingkungan : teman sebaya,iklan - Keluarga Permitif : pola asuh orang tua Self Help Group


(40)

23

C. Hipotesis

Ada pengaruh Self Help Group terhadap sikap berhenti merokok pada mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 2015.


(41)

24

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control group design. Penelitian ini terdapat dua kelompok, dimana kelompok perlakuan diberikan intervensi sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok perlakuan pretest, dan setelah diberikan intervensi diadakan pengukuran kembali (post-test). (Nursalam, 2013).

Berikut merupakan rancangan desain penelitian esperimental kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, pre-test, intervensi, dan post-test:

O1 XI O2

O3 O4

Keterangan:

O1 : Pre-test dilakukan pada kelompok perlakuan untuk mengetahui sikap berhenti merokok pada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015 sebelum dilakukan Self Help Group (SHG).

O3 : Pre-test dilakukan pada kelompok kontrol untuk mengetahui sikap berhenti merokok pada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015

X1 : Intervensi dengan memberikan Self Help Group pada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015 untuk mengetahui sikap berhenti merokok.

O2 : Post-tes dilakukan pada kelompok perlakuan untuk mengetahui sikap pada mahasiswa mesin angkatan 2015 teknik apakah mendukung atau tidak dalam berhenti merokok setelah diberikan Self Help Group.


(42)

25

O4 : Post-tes dilakukan pada kelompok kontrol untuk mengetahui sikap berhenti merokok pada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa perokok di Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yoyakarta Angkatan 2015 yang berjumlah 107 orang.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah probability sampling dengan metode simple random sampling.

3. Sampel Penelitian

Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini sebanyak 25% (Arikunto, 2010) dari jumlah populasi sehingga didapatkan total 26 responden, 26 orang sebagai kelompok yang diberikan perlakuan dan 26 orang sebagai kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

a. Kriteria Inklusi.

1) Tidak memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran.

2) Bersedia menjadi responden penelitian dan dapat bekerjasama dalam penelitian.

b. Kriteria Eksklusi


(43)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan mei 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh Selp Help Group. 2. Variabel Terikat (dependent)


(44)

27

E. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Hasil Ukur Skal a Pengaruh

shg

Satu bentuk terapi kelompok yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memiliki masalah yang sama dan berdiskusicara untuk mengatasi masalahnya.

Dalam penelitian ini peneliti memberikan Self Help Group yang membahas tentang berapa jumlah rokok yang sering dihabiskan oleh responden setiap harinya dan faktor yang mempengaruhi responden merokok. Shg dilakukan sebanyak 3 kali intervensi, 1 kali intervensi dilakukan selama 30 menit,setiap intervensi akan dilakukan evaluasi sebelum dan sesudah intervensi untuk mengetahui sikap mahasiswa

Progra m shg

Sikap meroko k

Sikap adalah pandangan , perasaan, penilaian, dukungan, dan kecendrungan remaja terhadap merokok. Analisa Sikap responden dikategorikan menjadi empat kelompok yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Kuesio ner

1) Skor < 50% (0-24) tidak mendu kung peruba han sikao 2) Skor >50% (25-48) menduku ng Skal a Like rt data hasil Nom inal

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


(45)

1. Instrumen sikap

Kuesioner untuk mengukur sikap remaja tentang merokok dengan skala nominal, instrument ini disusun berdasarkan literatur dan dikombinasikan dengan instrumen Gustiana (2007). Dalam kuesioner ini terdapat 17pertanyaan tertutup dengan empat pilihan yaitu “sangat setuju”, “setuju”, “tidak setuju”, “sangat tidak setuju”. Pada pernyataan favourable, skor 4 diberikan pada jawaban sangat setuju (SS), SKOR 3 diberikan untuk jawaban setuju (S), skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju (TS), skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sedangkan untuk pertanyaan unfavourable penentuan skor adalah sebaliknya. Dalam analisis total dari sikap dibagi menjadi 2 katagori yaitu: mendukung (>50%) dengan skor 25-48 dan tidak mendukung (<50%) dengan skor 0-24.

Tabel 2. Kisi-kisi kuisioner sikap

No Aspek-aspek sikap Distribusi pertanyaan Jumlah Favorable Unfavorable

1 Komponen rokok 1 - 1

2 Faktor-faktor kepribadian

dalam merokok - 2,3 2

3 Faktor keluarga dalam penggunaan perokok

4 5 2

4 Faktor teman dalam merokok 8 6,7 3 5 Efek rokok terhadap kesehatan

perokok 9,10 - 2

6 Larangan merokok 12 11 2


(46)

29

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpul oleh peneliti pada bulan Mei 2016, subjek penelitian adalah mahasiswa (remaja) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Mesin dan memenuhi yang ditentukan dalam kriteria inklusi.

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dibantu oleh dua orang asisten dengan kriteria: asisten adalah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prodi Ilmu Keperawatan, bersedia menjadi asisten dalam penyebaran kuesioner, pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi identitas remaja serta skala pengukuran sikapremaja tentang merokok kepada subjek penelitian untuk menjelaskan tujuan dan tata cara pengisian kuesioner oleh responden pada saat itu juga.

Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu :

1. Pra penelitian

Observasi dan studi pendahuluan ke Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk menentukan populasi siswa sehingga diperoleh sampel untuk penelitian.

2. Persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian mencakup kegiatan perumusan masalah penyusunan proposal, menyusun instrumen penelitian, penyusunan surat ijin untuk melaksanakan penelitian dan pertemuan dengan kaprodi fakultas teknik untuk meminta persetujuan. Setiap siswa yang mengikuti penelitian ini diyakinkan untuk tidak diberi sanksi oleh pihak kampus yang mengetahui mahasiswanya merokok.


(47)

3. Pelaksanaan penelitian

Pada tahap ini dengan menentukan responden yang dapat berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti dibantu oleh asisten. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden. Kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada responden mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah ditentukan menjadi responden, mengenai kuesioner yang akan dibagikan serta penjelasan tentang intervensi SHG yang akan diberikan. Jika mahasiswa bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatngani surat pernyataan informed consent. Setelah menyetujui kuesioner untuk pre-test. Kemudian dilakukan intervensi SHG dengan 2 kali intervensi dengan 26 mahasiswa.Setiap pertemuan diberikan waktu 30 menit dan dipertemuan terakhir diberikan kuesioner kembali untuk post-test.

4. Pasca penelitian

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan program statistik dalam komputer. Hasil penelitian yang dianalisa disusun kembali dan dibahas dalam kesimpulan dan kemudian membuat laporan penelitian.

H. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan serta dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Ketepatan data tersebut dapat diketahui dengan menggunakan teknik uji validitas.


(48)

31

Teknik uji validitas yang digunakan dalam uji instrumen kuesioner yang dibuat oleh peneliti dan teknik yang digunakan untuk mengukur validitas kuesioner yaitu dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan signifikan dengan nilai p > 0,05 (Sugiono, 2013).

Uji validitas instrument dilakukan pada Mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 2014 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan jumlah sampel 20 dengan R tabel 0,444. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pada responden yang memiliki karakteristik yang sama. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas dengan alasan yaitu karena masih tingginya jumlah perokok diarea kampus terutama pada Fakultas Teknik Mesin padahal memiliki larangan untuk merokok diarea kampus.

2. Uji Reabilitas

Reliabilitas yaitu dapat dipercaya. Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan bahwa alat pengukur yang digunakan dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Kuesioner yang penyekorannya menggunakan skala Likert dengan rumus uji reliabilitas yang digunakan adalah “Cronbach’s Alpha” yaitu:

�� =�−1�1−∑ �� 2 ��2�

Keterangan :

rii = koefisien reliabitas tes k = jumlah butir

S21 = varians skor butir S2t = varians skor total


(49)

Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh item pertanyaan. Item pertanyaan dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6, sedangkan jika nilai Cronbach’s Alpha ≤ 0,6 maka item pertanyaan tersbut dinyatakan tidak reliabel (Arikunto, 2010).

I. Pengolahan Data dan Metode Analisa Data 1. Pengolahan data

Menurut Hidayat (2007) pengolahan data adalah cara untuk mengolah data agar dapat disimpulkan dan ditransformasikan menjadi sebuah informasi. Dimana sebelum pengolahan data ini diperlukan analisa data terlebih dahulu. Tahap pengolahan data sebagai berikut :

a. Editing, peneliti memeriksa kebenaran dan kelengkapan data dari hasil jawaban kuesioner pretest dan posttest yang telah diperoleh.

b. Coding, setelah data diperiksa kemudian peneliti merubah data dengan memberikan kode untuk memudahkan proses pengolahan data.

c. Tabulating, data yang telah diubah menjadi kode kemudian disusun dan dikelompokkan ke dalam tabel-tabel oleh peneliti.

d. Data Entry, peneliti memasukkan data ke dalam program atau software statistik komputer untuk analisis data lebih lanjut.

e. Processing, setelah dilakukan analisis selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah memproses data.

f. Cleaning, mengecek kembali untuk mendeteksi kesalahan kode, lengkap atau tidaknya data yang sudah dimasukkan, dan lain sebagainya. Setelah itu dilakukan pengoreksian dan pembetulan.


(50)

33

2. Analisa Data

Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data. Pengolahan data menggunakan bantuan program komputer. Penelitian ini menggunakan analisa data :

1. Univariat

Analisa univariat diguanakan untuk menganalisis data karakteristik demografi responden yang akan ditampilkan dengan presentase dan frekuensi (Notoadmodjo, 2010).

2. Bivariat

Analisa bivariat pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2010). Analisa data dilakukan untuk mengetahui pengaruh self help group terhadap sikap berhenti merokok pada mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 2015 sebelum intervensi (pretest) dan setelah intervensi (posttest). Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal atau non-parametrik dan berpasangan, dan skala yang digunakan merupakan skala katagorik. Dari hasil uji statistik akan didapatkan nilai signifikansi (p). Jika nilai signifikansi <0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak sedangkan jika nilai signifikansi >0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Apabila data tidak terdistribusi dengan normal maka menggunakan tes non-parametrik, yang tujuannya untuk perbedaan nilai pretest dan post-test pada kelompok kontrol dan eksperimen dengan menggunakan uji Wilcoxon, sedangkan untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi antar kelompok kontrol dan eksperimen menggunakan uji Mann Withney (Dahlan, 2013).


(51)

J. Etika Peneltian

Nursalam (2008) menyatakan bahwa dalam penelitian harus memperhatikan prinsip-prinsip etik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

Dalam hal ini, yang termasuk dalam prinsip menghargai hak asasi manusia adalah informed consent atau lembar persetujuan. Informed consent merupakan suatu lembar persetujuan yang diberikan peneliti kepada responden untuk menjelaskan maksud, tujuan dan dampak dari penelitianyang dilakukan.

2. Prinsip keadilan (right to justice)

Prinsip keadilan dalam penelitian adalah confidentiality atau menjaga rahasia.Sebuah penelitian harus menjunjung kerahasiaan data yang diperoleh dari responden dan menggunakan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

3. Prinsip manfaat

Penelitian yang dilakukan harus memberikan manfaat sebanyak mungkin tanpa memberikan kerugian dan penderitaan pada subjek yang diteliti.


(52)

34 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2015. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu kampus yang menerapkan Kebijakan Kampus bebas Asap Rokok (KBBR) yang berdiri pada tanggal 1 maret 1981 yang beralamat di Jalan Lingkar Selatan, Kasihan Bantul, Yogyakarta. Ada beberapa budaya islami yang ingin di tegakan, salah satunya adalah budaya untuk tidak merokok. Hal ini tampak pada dalam Keputusan Rektor Nomor 64/SK-UMY/XII/2011 yang memutuskan bahwa merokok dilarang di seluruh area kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kebijakan kampus terkait perilaku merokok pada mahasiswa dikampus berupa larangan merokok di area kampus baik indoor maupun outdoor yang berlaku bagi semua pegawai edukatif, pegawai administratif, mahasiswa dan semua stakeholder UMY yang lainnya. Kampus tersebut mempunyai beberapa Fakultas diantaranya Fakultas Teknik dan didalam Fakultas ada berbagai prodi salah satunya Teknik Mesin. Mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2015 berjumlah 210 yang dibagi menjadi 4 kelas. Peneliti mengambil pada ke empat kelas dengan jumlah sampel 52 orang dengan kriteria yang sudah ditentukan.


(53)

Penelitian ini dilakukan di Teknik Mesin 2015 karena mahasiswa Teknik Mesin pengetahuan dan informasi mengenai rokok dan bahayanya masih kurang dan kebetulan kuliah mereka sama sekali tidak berkaitan dengan kesehatan seperti bahaya merokok, dampak merokok dll. Jadwal kuliah mereka yang padat mulai dari kuliah, praktikum dll yang biasanya senin sampai sabtu dengan jadwal yang padat dari pagi sampai sore. Materi kuliah yang diberikan tidak ada yang berkaitan dengan kesehatan terlebih waktu kuliah yang padat sehingga membuat mahasiswa kekurangan informasi secara formal tentang hidup sehat. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa teknik mesin angkatan 2015 yang aktifmerokok.

B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 52 remaja perokok yang merupakan mahasiswa aktif Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2015.Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi yang diberikan intervensi berupa Self Help Group sebanyak 26 orang responden dan kelompok kontrol sebanyak 26 orang yang hanya diberikan leaflet. Hasil tentang karakteristik responden dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran umum responden berdasarkanusia. Berdasarkan hasil


(54)

36

penelitian dapat dideskripsikan karakteristik responden dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik Kelompok Perlakuan (n=26) Kelompok Kontrol (n=26) Jumlah (n) Persentase % Jumlah (n) Persentase % Usia sekarang

18-19 tahun 16 61,5 14 53,8

20-22 tahun 10 38,5 12 46,2

Sumber : Data Primer (2016)

Hasil analisa pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa perhitungan responden berdasarkan usia terbanyak adalah 18-19 tahun dengan jumlah 16 responden (61,5%) pada kelompok intervensi dan 14 responden (53,8%) pada kelompok kontrol.

2. Gambaran Sikap Berhenti Merokok Kelompok Penelitian

Tabel 4.2 Gambaran Sikap Berhenti Merokok Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Sikap Berhenti Merokok Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

N % N %

Pre-test

Mendukung 25 96,2 18 69,2

Tidak Mendukung 1 3,8 8 30,8 Post-test

Mendukung 26 100 25 96,2

Tidak Mendukung 0 0 1 3,8 Sumber: Data Primer (2016)

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa sikap berhenti merokok kelompok intervensi pada saat pre-test paling dominan berada pada kategori mendukung yaitu sebanyak 25 responden


(55)

(96,2%) dan pada kategori tidak mendukung 1 responden (3,8%). Sikap kelompok intervensi pada saat post-test setelah dilakukan perlakuan pada kategori sikap yang mendukung naik menjadi 26 responden (100%)

Sikap berhenti merokok kelompok kontrol pada saat pre-test paling dominan berada pada kategori mendukung yaitu sebanyak 18 orang (69,2) pada kategori yang tidak mendukung yaitu sebanyak 8 orang (30,8%) dan Sikap kelompok kontrol pada saat post-test setelah diberikan leaflet pada kategori mendukung naik menjadi 25 orang (69,2%) .

3. Hasil Uji Wilcoxon pengaruh pemberian self help group terhadap sikap

Uji yang dilakukan untuk membandingkan sikap pada setiap pengukuran motivassikapi pada kelompok penelitian menggunakan Uji Wilcoxon. Uji hipotesis komparatif perhitungan p<0,05 berarti paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna dilanjutkan dengan analis Mann whitney untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara bermakna (Dahlan, 2013).


(1)

saran atau cara untuk mengatasi masalahnya. Dalam pelaksanaan swabantu ini ada beberapa orang yang berperan penting sebagai pemimpin (leader), anggota kelompok dan fasilitator. Fasilitator dalam diskusi ini adalah seorang tenaga kesehatan yang tugasnya akan mebimbing atau memantau pelaksanaan Self Help Group, memberikan penjelasan dan memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapatnya (Keliat at al.2008).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Park, et al. (2012) menyebutkan bahwa keefektifan beberapa intervensi untuk pengontrolan tembakau dapat dilakukan dalam rentang waktu 50 menit sampai dengan 1,5 jam setiap sesinya dalam 4-8 minggu. Pada kelompok swabantu ini memiliki kualitas yang sangat positif karena berkaitan dengan hubungan sosial. Tercapainya sutu tujuan dalam kelompok didasarkan kelompok itu sendiri, dalam Self Help Group jika kekuatan hubungan interpersonal dan anggota kelompok kurang maka tujuan kelompok juga kemungkinan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dalam kelompok hubungan interpersonal dan anggota kelompoknya saling mendukung maka tujuan kelompoknya akan tercapai karena kekompakan dan adanya dukungan sosial sangat dibutuhkan dan merupakan suatu faktor penetu dari kesuksesan usaha untuk berhenti merokok ( Brockman, at al.,2014).

Kelompok-kelompok swadaya ini didasarkan pada sekelompok individu yang akan berbagi perilaku,

kemudian mereka dapat

mengidentifikasikan berbagai permasalahan kemudian dapat saling mendukung, mengendalikan atau menghilangkan perilaku dan sikap tersebut. DalamSelf Help Group setiap anggota bisa mengungkapkan isi

pikirannya terhadap apa yang dibahas,membicarakan pengalaman masing-masing. Peserta ataupun anggota juga akan mendapatkan saran dan dukungan dari anggota lainnya, hal inilah yang akan memberikan semangat bagi peserta (Knight,2006). 4. Pengaruh Self-Help Group Terhadap

Sikap Berhenti Merokok Pada Kelompok Kontrol Pre –Test dan Post-Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji wilcoxon tentang perbedaan nilai pre-test dan pos-pre-test pada kelompok kontrol didapakan nilai signifikansi 0,000 (p< 0,05). Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningakatan sikap berhenti merokok pada mahasiswa setelah diberikan leflet. Dengan kata lain, kelompok kontrol memiliki nilai sikap yang tinggi sama dengan kelompok intervensi.

Pada kelompok kontrol di Mahasiswa Teknik Mesin Angkatan 2015 sebelum diberikan leflet menunjukkan bahwa terdapat 8 responden (30,8%) yang tidak mendukung dan yang mendukung 18 responden (69,2%).

Pada kelompok kontrol setelah diberikan leflet jumlah responden yang mendukung meningkat dari 18 responden (69,2%) menjadi 25 responden (96,2%).

5. Pengaruh Self Help Group Terhadap Sikap Mahasiswa Tentang Berhenti Merokok pada kelompok intervensi pre-test dan pos-test

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji wilcoxon tentang perbedaan nilai pre-test dan pos-pre-test didapakan nilai signifikansi 0,000 (p< 0,05). Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningakatan sikap berhenti merokok pada mahasiswa stelah


(2)

diberikan SHG. Dengan kata lain, kelompok intervensi memiliki nilai sikap yang tinggi karena kelompok intervensi mendapat perlakuan SHGsebelum dan setelah dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok intervensi. Sebelum menjadi perokok, seseorang melalui beberapa tahapan yang dilaluinya terlebih dahulu. Levental dan Clearly (dalam Sukma,2011) mengungkapkan terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga seseorang menjadi perokok, yaitu: Tahap perpatory, seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation, tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap becoming a smoker, apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka mempunyai kecendrungan menjadi perokok. Tahap maintenance of smoking, tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek psikologis yang menyenangkan (Aula,2010).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gayatri at al.(2009) mengatakan bahwa Self Help Group telah terbukti cukup efektif dalam menanggani masalah dan meningkatkan koping keluarga. Efektifitasnya kelompok-kelompok berasal dari beberapa pernyataan, yaitu pertama, bahwa dukungan emosional dari orang lain dapat mengurangi isolasi sosial yang dialami oleh banyak orang dengan kondisi kronis. Kedua,dapat memunculkan identitas diri seseorang yang kolektif melalui partisipasi kelompok, tiap anggota

kelompok juga dapat mengembangkan konsep baru yang didapatkan pada dirinya sendiri. Ketiga, partisipasi antar anggota kelompok memungkinkan untuk berbagi pengetahuan, pengalaman dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.

Self Help Group lebih berorientasi pada perubahan perilaku seseorang yang harus di ikuti dengan adanya niat,minat, semangat dan keinginan yang kuat untuk mengubahnya. Keberhasilan dari membentuk kelompok suka rela ini ditentukan dengan adanya keinginan,niat dan minat yang disertai akan dengan adaya bukti yang realistis yang harus dimiliki oleh partisipan sehingga proporsi droup-out nya dapat terminimalisir ( Ashfrod & Lecroy, 2009; Zastrow, 2008). Pada dasarnya orang – orang dengan isolasi sosial akan lebih cendrung memilih dukungan sosial ini karena Self Help Group dapat menjadi sumber dukungan sosial yang signifikan, dan anggota kelompoknya dapat menuangkan isi hatinya, mengungkap masalahnya dan anggota yang lain menanggapi, memberikan saran atau cara untuk mengatasi masalahnya. Dalam pelaksanaan swabantu ini ada beberapa orang yang berperan penting sebagai pemimpin (leader), anggota kelompok dan fasilitator. Fasilitator dalam diskusi ini adalah seorang tenaga kesehatan yang tugasnya akan mebimbing atau memantau pelaksanaan Self Help Group, memberikan penjelasan dan memotivasi anggota kelompok untuk mengeluarkan pendapatnya (Keliat at al.2008).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Park, et al. (2012) menyebutkan bahwa keefektifan beberapa intervensi untuk pengontrolan tembakau dapat dilakukan dalam rentang waktu 50 menit sampai dengan 1,5 jam setiap sesinya dalam 4-8 minggu. Pada


(3)

kelompok swabantu ini memiliki kualitas yang sangat positif karena berkaitan dengan hubungan sosial. Tercapainya sutu tujuan dalam kelompok didasarkan kelompok itu sendiri, dalam Self Help Group jika kekuatan hubungan interpersonal dan anggota kelompok kurang maka tujuan kelompok juga kemungkinan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dalam kelompok hubungan interpersonal dan anggota kelompoknya saling mendukung maka tujuan kelompoknya akan tercapai karena kekompakan dan adanya dukungan sosial sangat dibutuhkan dan merupakan suatu faktor penetu dari kesuksesan usaha untuk berhenti merokok ( Brockman, at al.,2014).

6. Pengaruh Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok Pretest Intervensi-Pretest Kontrol dan pada kelompok Posttest Intervensi-Posttest Kontrol

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p value 0,134 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara pretest kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok. Hasil penelitian jua menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p value 1.000 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara postest kelompok intervensi dan postest kelompok kontrol sebelum setelah Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.

Zaman moderenisasi, banyak hal yang dilakukan untuk berhenti merokok. Berhenti merokok dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, yaitu dengan cara farmakologi, informasi non-sosial, Dukungan

suportif interpersonal dan membentuk kelompok kecil sukarela . Kelompok kecil sukarela itu adalah Self Help Group. Self Help Group (SHG) atau Kelompok swabantu adalah suatu kelompok yang umumnya dibentuk oleh individu yang sebaya, yang telah datang bersama-sama untuk saling membantu dalam memenuhi kebutuhan umum, seperti mengatasi masalah yang menganggu mereka (Keliat,2008). Self Help Group lebih berorientasi pada perubahan kognitif dan perilaku, dimana setiap anggota belajar dari perilaku yang adaptif melalui proses berbagi pengalaman antar sesama anggota kelompok yang terdiri dari 7-10 orang dengan waktu 60-120 menit yang digunakan untuk diskusi (Huriah,2012).

Kelompok-kelompok swadaya ini didasarkan pada sekelompok individu yang akan berbagi perilaku,

kemudian mereka dapat

mengidentifikasikan berbagai permasalahan kemudian dapat saling mendukung, mengendalikan atau menghilangkan perilaku dan sikap tersebut. Dalam Self Help Groupsetiap anggota bisa mengungkapkan isi pikirannya terhadap apa yang dibahas,membicarakan pengalaman masing-masing. Peserta ataupun anggota juga akan mendapatkan saran dan dukungan dari anggota lainnya, hal inilah yang akan memberikan semangat bagi peserta (Knight,2006). Kesimpulan dan Saran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kelompok kontrol berusia 19 taahun yaitu sebanyak 14 responden (53,8%) dan responden pada kelompok intervensi sebagian besar berusia 19 tahun yaitu sebanyak 15 responden (57,8%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar respoden pada kelompok pretest kontrol mendukung sikap berhenti merokok


(4)

sebanyak18 responden (69,2) dan pada kelompok postest kontrol meningkat menjadi 5 responden (96,%) sedangkan sebagian besar respoden pada kelompok pretest intervensi mendukung sikap berhenti merokok sebanyak 25 responden (96,2) dan pada kelompok postest kontrol meningkat menjadi 26 responden (100%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji wilcoxon didapakan nilai p value < 0,05. Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p value 0,134 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara pretest kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebelum dilakukan Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji Mann-Withney didapakan nilai p value 1.000 > 0,05. Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan antara postest kelompok intervensi dan postest kelompok kontrol sebelum setelah Self Help Group terhadap sikap mahasiswa tentang berhenti merokok.

Daftar Pustaka

Ariani, R. D.,Margawati,A.(2011). Hubungan Antara Iklan Dengan Sikap Dan Perilaku Merokok Pada Remaja (SMA Negeri 4 Semarang). Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Badan Pusat Statistik. (2010). Statistik Pemuda Provinsi DI. Yogyakarta 2010. Yogyakarta

Badan Pusat Statistika. (2012). Indikator Pembangunan Berkelanjutan 2012. Jakarta

Bhanji, S., Andrades, M., Taj, F., Khuwaja, A. K. (2011). Factors Related To Knowledge And Perception Of Women About Smoking: A Cross Sectional Study From A Developing Country. Brockman, L. N,. Christakis. D A,. &

Moreno,. M A,. (2014). Friending Adolescents on Sosial Networking Websites: A Feasible Reseach Tool. Journal of interaction science, 2(1),10.1186/2194-0827-2-1. Diakses 5

Desember 2015, dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl es/PMCC4255910.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Kemenkes Luncurkan Hasil Survey Tembakau. Jakarta. Diakses pada tanggal 4 Desember 2015 dari http://www.depkes.go.id/index.php/beri

ta/pres-release/2048-kemenkes-luncurkan-hasil-survey-tembakau.html. Depkes. (2013). Kemenkes luncurkan survey tembakau diakses 25 november

2015 dari

http://www.depkes.go.id/index.php?vw =2&id=2048

Elma ,Huda; Haddad, Linda; Alzyoud, Sukaina et al.(2011).Knowledge, Attitudes, and Behavior in Avoiding Secondhand Smoke Exposure Among Non-Smoking Employed Women with Higher Education in Jordan.Int. J. Environ. Res. Public Health 8 : 4207-4219.

Febriani, Tria (2014). Pengaruh Persepsi Mahasiswa Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan Dukungan penerapannya di Universitas Sumatera Utara. Karya Tulis Ilmiah stara satu Universitas Sumatera Utara,Sumatera.


(5)

Gayatri Dewi., Keliat Anna Budi.,Sutini.(2009). Pengaruh Terapi Self Help Group terhadap Koping Keluarga dengan Anak Retardasi Mental di SLB Kabupaten Sumedang (Tesis). Depok: Universitas Indonesia. Gerungan. (2009). Psikologi sosial

bandung: Refika Aditama.

Haryoko, S. (2009). Efektifitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi. Diakses 5 Oktober 2013, dari journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/ download/972/781.

Hasanah, A.U & Sulastri. (2011). Hubungan Antara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Rokok dengan Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali.Gaster, 8 (1), 695-705. Huriah. (2012). Analisis Faktor yang

Mempengruhi perilaku Merokok pada Mahasiswa Fakultas Siswa SMK Kesatrian Solo Kartasura Sukoharjo. The Soedirman Journal of Nursing, Volume 6, No.

Ilyas, Y. 2010. Muhammadiyah Merokok Haram. Diakses tgl 1 Desember 2015 dariwww.kompas.com

Kemenkes, RI. (2013). Melindungi Generasi Bangsa dari Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok, Menkes Luncurkan Peraturan Pencantuman Peringatan dan Informasi Kesehatan pada

Kemasan Rokok.

(Online)(http://www.depkes.go.id/inde x.php?vw=2&id=2310) Diakses 13 November 2015

Kemenkes, RI. (2013). Melindungi Generasi Bangsa dari Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok, Menkes Luncurkan Peraturan Pencantuman Peringatan dan Informasi Kesehatan pada

Kemasan Rokok. (Online). Diakses 13

November 2015 dari

http://www.depkes.go.id/index.php?vw =2&id=2310.

Knight., Hafeez Qadri, Majid., Fatima, Kiran., et al.(2006). A Community Based Study about Knowledge and Practices Regarding Tobacco Consumption and Passive Smoking in Gadap Town, Karachi.JPMA 57 (4):186-188.

Komalasari, D., Helmi, A. F. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi, (1), 37-47.

Kumboyono. (2011). Analisis Faktor Penghambat Motivasi Berhenti Merokok Berdasarkan Health Belief Model Pada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Keperawatan Soedirman. Volume 6, No.1. Diakses 3 Desember

2015 dari

http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=10549&val=715.

Laksono Tri.(2008). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Intensi Berhenti Merokok pada Mahasiswa Mar’at. (1984). Sikap Manusia. Perubahan

serta Pengukurannya, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Mafika, D.(2011). Pengaruh Pendidikan Sebaya (Peer Education) dari Istri pada Suami dtidai Dusun Kweden, Desa Trirenggo Bantul Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Suami untuk tidak merokok di dalam Rumah. Karya tulis ilmiah.Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiya Yogyakarta.

Musaeni, YN., Ichsan, B., Basuki, SW. (2011). Pengaruh pendidikan kesehatan


(6)

terhadap pengetahuan dan sikap merokok pada siswa laki-laki kelas kelas IX SMK Murni 1 Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, vol.4 No.2.

Notoadmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipt

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan (EdII). Jakarta. Salemba Medika

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Putra, Bimma (2013). Hubungan Antara Intensitas Perilaku Merokok dengan Tingkat Insomnia. Karya Tulis Ilmiah stara satu Universitas Negeri Semarang.

Putri. (2010). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Rokok Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Kelas II SMK Bhinneka Patebon Kendal. Kendal : STIKES Kendal.

Rahmadi, A., Lestari, Y., Yenita. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Rokok Dengan Kebiasaan Merokok Siswa SMP Di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.

Sari, N.I.(2011). Hubungan Antara Tingkat Stres dengan PerilakuMerokok pada Siswa Laki-Laki Perokok Smkn 2Batusangkar. Skripsi, strata satu. Universitas Andalas, Padang.

Sismanto. (2015). Persepsi Bahaya Merokok Bagi Kesehatan pada Mahasiswa Prodi Pgsd Fkip. Skripsi, strata. Universitas Muhammadiyah Surakarta,Surakarta.

Siswanta, K., Sudarsana, K., Sudipta, K. (2014). Analisa Sikap d an Perilaku Kobsumen Terhadap Pemilihan Rumah

Tinggal pada Kawasan Sunset Garden di Kota Denpasar, Bali. Jurnal Spektran, 44-51. Diakses pada 17

Desember 2015, dari

http://ojs.unud.ac.id/index.php/jsn/artic le/view/7902/0.

Susilo, Suko. (2009). Psikologi Sosial.Surabaya: Jenggala Pustaka Utama

Tobacco Control Support Center. Fakta Tembakau Permasalahannya di Indonesia tahun 2010. Jakarta: TCSCIAKMI; 2014

Tulenan, M., Rompas, S., Ismanto, A.Y. (2015). Hubungan Perilaku Merokok dengan Prestasi Belajar pada Remaja Perokok di Sma Negeri 1 Remboken. ejournal Keperawatan (e-Kp), 3 (2). Virly Monica.(2013). Hubungan Persepsi

Tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok pada Karyawan di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek. Skripsi, strata satu. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

World Health Organization. (2011). WHO report on the global tobacco epidemic warning about the dangers of tobacco. Geneva 27 Switzerland.

Yusnia Ita. (2015). Meningkatkan Sikap Tidak Merokok Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Model PBL. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling,1, No. 2, Mei 2015.