TA : Perancangan Media Promosi Wana Wisata Pantai Plengkung Banyuwangi Sebagai Upaya Meningkatkan Daya Tarik Wisatawan.
WISATAWAN
TUGAS AKHIR
Nama : KENNEDY RONNY D.W
NIM : 08.42010.0014
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Desain Komunikasi Visual
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
(2)
PERANCANGAN MEDIA PROMOSI
WANA WISATA PANTAI PLENGKUNG BANYUWANGI
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN DAYA TARIK
WISATAWAN
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Desain
Oleh :
Nama : KENNEDY RONNY D.W
NIM : 08.42010.0014
Program : S1 (Strata Satu)
Jurusan : Desain Komunikasi Visual
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
(3)
viii
ABSTRAK
Tujuan dari perancangan media promosi adalah untuk meningkatkan daya tarik wisata terhadap potensi plengkung pantai. Perancangan media promosi ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk menentukan konsep desain. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi untuk menentukan pemilihan media yang tepat untuk diaplikasikan, wawancara untuk memperoleh informasi rinci dari sumber yang kompeten, literatur untuk mendapatkan literatur untuk mendukung desain, dan dokumentasi dalam rangka untuk desain materi. Melalui analisis data yang dikumpulkan ditemukan satu gagasan utama untuk tema desain. Gagasan yang didapat adalah sensasi yang tak terlupakan, ide besar ini menggambarkan petualangan di wana wisata Pantai Plengkung dan yang dimaksud dari kata “sensasi” didalam gagasan ini adalah sensasi petualangan. Kemudian, setelah gagasan utama ditemukan, desain diciptakan dan diikuti oleh pembuatan media promosi. Hasil dari perancangan media promosi diharapkan dapat membantu meningkatkan daya tarik wisata di pantai plengkung.
(4)
xii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Batasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan ... 6
1.5 Manfaat Perancangan ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Pantai Plengkung ... 7
2.2 Penelitian terdahulu ... 11
2.3 Komunikasi Visual... 15
2.4 Promosi ... 16
2.5 Media Promosi ... 20
2.6 Media Cetak, Elektronik dan Merchandise ... 21
2.6.1 Media Cetak ... 21
2.6.2 Media Elektronik ... 27
2.6.3 Merchandise ... 29
2.7 Definisi Pariwisata ... 30
2.8 Strategi Desain ... 31
2.9 Tipography ...31
2.10 Warna ...34
(5)
xiii
2.12 Unique Selling Proposition ...38
2.13 STP ...38
2.14 SWOT ...41
2.15 Matrik SWOT ...44
BAB III METODOLOGI & PERANCANGAN KARYA ... 47
3.1 Metodologi Penelitian ... 47
3.1.1 Jenis Penelitian ... 47
3.1.2 Metode Pengumpulan Data ... 47
3.2 Teknik Analisis ... 49
3.2.1 Analisis Wawancara ... 49
3.2.2 Analisis Kompetitor ... 51
3.2.3 Analisis Internal ... 53
3.2.4 Analisis Hasil Data ... 60
3.3 Konsep Perancangan ... 61
3.3.1 Perencanaan Kreatif ... 63
3.3.2 Perencanaan Media ... 65
3.4 Perancangan Karya ... 69
3.4.1 Sketsa Alternatif Brosur ... 69
3.4.2 Sketsa Alternatif Pamflet ... 70
3.4.3 Sketsa Alternatif Billboard ... 71
3.4.4 Sketsa Alternatif Iklan Majalah ... 72
3.4.5 Sketsa Alternatif Banner ... 73
3.4.6 Sketsa Alternatif Website ... 74
3.4.7 Sketsa Alternatif Merchandise Mug ... 75
3.4.8 Sketsa Alternatif Merchandise Pin ... 75
3.4.7 Sketsa Alternatif Merchandise T-Shirt ... 76
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 77
(6)
xiv
4.1.1 Media Promosi Cetak ... 77
4.1.2 Media Promosi Elektronik ... 82
4.1.3 Merchandise ... 84
BAB V PENUTUP ... 87
5.1 Kesimpulan ... 87
5.2 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
(7)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gerbang Masuk TNAP ... 8
Gambar 2.2 Pantai Plengkung ... 9
Gambar 2.3 Resort Pantai Plengkung ... 11
Gambar 2.4 Standar Pictogram Sign System ... 12
Gambar 2.5 Alternatif Pewarnaan ... 12
Gambar 2.6 Alternatif Huruf ... 13
Gambar 2.7 Alternatif Bentukan ... 13
Gambar 2.8 Alternatif Analogi ... 14
Gambar 2.9 Alternatif Elemen Pendukung ... 15
Gambar 2.10 Analisis SWOT ... 44
Gambar 3.1 Brosur Tampak Depan ... 54
Gambar 3.2 Brosur Tampak Belakang ... 55
Gambar 3.3 Keyword ... 60
Gambar 3.4 Skema Konsep Perancangan ... 62
Gambar 3.5 Sketsa Desain Brosur ... 69
Gambar 3.6 Sketsa Desain Pamflet ... 70
Gambar 3.7 Sketsa Desain Billboard ... 71
Gambar 3.8 Sketsa Desain Iklan Majalah ... 72
Gambar 3.9 Sketsa Desain Banner ... 73
Gambar 3.10 Sketsa Desain Website ... 74
Gambar 3.11 Sketsa Desain Mug ... 75
Gambar 3.12 Sketsa Desain Pin ... 75
Gambar 3.13 Sketsa Desain T-Shirt ... 76
Gambar 4.1 Iklan Billboard ... 77
Gambar 4.2 Ilustrasi Penempatan Iklan Billboard ... 78
Gambar 4.3 Iklan Majalah ... 79
Gambar 4.4 Ilustrasi Penempatan Iklan Majalah ... 79
(8)
xvi
Gambar 4.6 Brosur Sisi Dalam ... 80
Gambar 4.7 Pamflet ... 81
Gambar 4.8 Banner ... 82
Gambar 4.9 Website ... 83
Gambar 4.10 T - Shirt ... 84
Gambar 4.11 Pin ... 85
(9)
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matrik SWOT ... 45 Tabel 3.1 SWOT... 58
(10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pantai Plengkung merupakan sebuah wana wisata pantai yang menyimpan banyak potensi alam, yaitu pemandangan yang eksotis dan hamparan ombak yang tinggi. Namun kawasan wisata alam ini masih belum memaksimal potensi kepariwisataannya, hal ini terlihat dari masih kurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke wana wisata ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah masih kurangnya media promosi yang mempromosikan wana wisata Pantai Plengkung. Dalam perancangan ini, media promosi berperan penting untuk meningkatkan daya tarik wisatawan dan mempromosikan wana wisata Pantai Plengkung sebagai objek wisata alam utama yang dimiliki oleh kabupaten Banyuwangi.
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas daerah yang sangat luas yaitu 5.782,50 Km. Kabupaten yang memiliki tarian khas yang bernama tari gandrung ini juga terkenal akan kekayaan budaya dan kekayaan alamnya. Salah satu bukti kekayaan alam yang dimiliki oleh kabupaten Banyuwangi adalah wana wisata Pantai Plengkung yang merupakan sebuah pantai di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo (BTNAP)
Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa yang terletak di ujung timur pulau jawa, lebih tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Menurut data dari Balai Taman Nasional
(11)
Alas Purwo (BTNAP), Taman Nasional Alas Purwo berada di ketinggian 322 meter di atas permukaan laut, Ketinggiannya berada pada kisaran 0-322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan hutan seluas 43.420 hektar yang memiliki topografi datar, bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di Gunung Lingga Manis (322 meter dpl) ini menjadi lokasi yang tepat sebagai ekosistem hutan hujan yang ada di Pulau Jawa. Taman Nasional Alas Purwo juga memiliki banyak area dan objek wisata, salah satunya adalah wana wisata pantai Plengkung, wana wisata alam yang memiliki pemandangan yang indah dan ombak yang cocok untuk olahraga surfing.
Pantai Plengkung atau yang lebih dikenal dengan nama G-Land oleh wisatawan merupakan salah satu wana wisata yang berada di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Ada beberapa makna yang berbeda dari kata G-Land itu sendiri, yaitu bisa bermakna Green Land, hal ini dikarena letaknya tidak jauh dari hutan hujan tropis yang hijau. Kata G-Land juga merujuk dari kata Grajagan yang merupakan nama dari sebuah pantai dan juga pelabuhan yang sering digunakan wisatawan untuk menuju ke wana wisata Pantai Plengkung. G-Land sering juga menjadi penggambaran dari posisi wana wisata Pantai Plengkung yang
berada di teluk Grajagan yang menyerupai huruf “G”, Selain itu huruf “G” juga
merujuk pada kata Great sebagai gambaran ombaknya yang memukau dan luar biasa.
Daya tarik utama yang dapat dinikmati pada obyek wisata ini adalah panorama alam berupa hutan hujan tropis di sekitar wana wisata Pantai Plengkung dan juga ombak laut Pantai Selatan. Menurut data yang diperoleh dari dinas
(12)
kebudayaan dan pariwisata kabupaten Banyuwangi, ombak Pantai Plengkung memiliki panjang gelombang mencapai 2 km dengan 7 lapis gelombang yang berketinggian 6-8 kaki, karena itulah wana wisata Pantai Plengkung juga memiliki julukan The Seven Giant Wave Wonder. Dengan ombak yang memukau dan pemandangan alamnya yang eksotis menjadikan wana wisata Pantai Plengkung ini tempat yang cocok untuk tujuan wisata bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Menurut data dari Balai Taman Nasional Alas Purwo, saat ini pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama dengan pihak Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) juga sudah mulai melakukan pembenahan terhadap infrastruktur guna mendukung pertumbuhan pariwisata yang ada di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Pembenahan infrastruktur ini meliputi pembenahan infrastruktur jalan dari Triangulasri sampai gerbang masuk menuju Taman Nasional Alas Purwo yang memiliki jarak sepanjang 7 kilometer, selain itu juga dilakukan pembuatan jalan dari desa Kedung Gebang menuju Taman Nasional Alas Purwo (TNAP). Jalan akses menuju wana wisata Pantai Plengkung sepanjang 6 kilometer yang rusak direncanakan juga akan diperbaiki. (sumber: wawancara dengan pihak BTNAP)
Dengan segala potensi yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung, Kawasan wisata alam ini masih memiliki beberapa kekurangan dalam pengembangan kepariwisataanya. Hal ini terlihat dari data yang didapat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, terlihat wisatawan yang mengunjungi wana wisata Pantai Plengkung pada tahun 2009 berjumlah 49.720
(13)
orang sedangkan kompetitornya yaitu wana wisata Pangandaran menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Kabupaten Ciamis memiliki jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 395.398 orang. Salah satunya penyebabnya adalah kurang maksimalnya promosi wana wisata Pantai Plengkung Banyuwangi sehingga akan berdampak pada kurangnya daya tarik wisatawan terhadap wana wisata Pantai Plengkung.
Pentingnya sebuah promosi dapat dilihat dari beberapa definisi dari promosi itu sendiri, yang pertama adalah menurut Evans dan Berman (dalam Simamora, 2001: 285), Promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade), atau mengingatkan (to remind), orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu, ataupun rumah tangga. Menurut Lamb, Hair, Mc-Daniel (2001: 145) “Promosi adalah komunikasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk dan mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi
pendapat mereka atau memperoleh respon”. Menurut Buchari Alma (2006: 179)
promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan kegiatan yang berperan aktif didalam memperkenalkan, memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu produk agar mendorong konsumen untuk membeli produk yang dipromosikan tersebut. Pengembangan dan perbaikan infrastruktur yang sudah mulai dilakukan tersebut tetap memerlukan promosi yang nantinya akan bisa menambah informasi dan
(14)
minat wisatawan untuk berkunjung ke wana wisata Pantai Plengkung. Dengan bertambahnya minat wisatawan untuk berkunjung ke wana wisata Pantai Plengkung, dapat membuat permintaan terhadap unit usaha yang termasuk dalam sektor penyedia jasa layanan dan akomodasi akan mengalami peningkatan, sehingga masyarakat lokal disekitar wana wisata Pantai Plengkung juga akan mengalami peningkatan kesejahteraan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, hal yang menjadi rumusan masalah dalam perancangan ini adalah:
Bagaimana merancang media promosi yang mampu digunakan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan terhadap potensi yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung Banyuwangi?
1.3 Batasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan-batasan masalah dalam melakukan perancangan ini yaitu :
1. Perancangan ini difokuskan pada media promosi wana wisata Pantai Plengkung Banyuwangi.
2. Perancangan media promosi hanya meliputi media cetak (brosur, banner, billboard, pamflet, iklan majalah), media elektronik (website) dan merchandise
(15)
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah merancang media promosi sebagai upaya meningkatkan daya tarik wisatawan terhadap potensi yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung Banyuwangi.
1.5 Manfaat Perancangan
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat Teoritis
Pertama, perancangan promosi ini dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan desain komunikasi visual, khususnya yang terkait dengan perancangan komunikasi visual media promosi.
Kedua, dapat dijadikan referensi bagi peneliti lainnya yang berminat dalam melakukan penelitian terhadap masalah yang sama khususnya di dalam perancangan media promosi wana wisata pantai.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari perancangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Balai Taman Nasional Alas Purwo di kabupaten Banyuwangi didalam merancang sebuah media promosi yang efektif di bidang pariwisata.
(16)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori berisi data yang relevan dengan perancangan ini. Dalam kajiannya akan dipaparkan beberapa fakta, konsep, prosedur, maupun teori-teori yang terkait dengan perancangan.
2.1 Pantai Plengkung
Pantai Plengkung atau yang lebih dikenal dengan nama G-Land oleh wisatawan merupakan salah satu tempat wisata yang berada di kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki luas daerah yang sangat luas yaitu 5.782,50 Km. Kabupaten yang yang memiliki tarian khas yang bernama tari gandrung ini juga terkenal akan kekayaan budaya dan kekayaan alamnya. Salah satu bukti kekayaan alam yang dimiliki oleh kabupaten Banyuwangi adalah Pantai Plengkung yang merupakan sebuah pantai di Taman Nasional Alas Purwo yang memiliki hamparan ombak yang tinggi dan juga pemandangan yang asri sehingga cocok untuk digunakan sebagai wana wisata bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa yang terletak di ujung timur pulau jawa, lebih tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Nama Alas Purwo sendiri berasal dari gabungan 2 suku kata yaitu “Alas” yang berarti hutan dan “Purwo” yang berarti awal, sehingga Alas Purwo ini memiliki arti hutan yang awal atau hutan pertama. Hal ini
(17)
dikarenakan menurut masyarakat lokal, hutan Alas Purwo ini dipercaya sebagai hutan tertua yang ada di pulau jawa. Alas Purwo secara resmi dijadikan kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa oleh Kementrian Kehutanan sejak tahun 1992 melalui SK Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-II/92 ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah yang berada di Pulau Jawa.
Gambar 2.1 Gerbang masuk Taman Nasional Alas Purwo
Berada di ketinggian 322 meter di atas permukaan laut, Ketinggiannya berada pada kisaran 0-322 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan hutan seluas 43.420 hektar yang memiliki topografi datar, bergelombang ringan, dengan puncak tertinggi di Gunung Lingga Manis (322 meter dpl) ini menjadi lokasi yang tepat sebagai ekosistem hutan hujan yang ada di Pulau Jawa. Hutan yang ada pun beragam seperti hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam serta padang penggembalaan. Sebagai hutan hujan, Taman Nasional Alas
(18)
Purwo memang menjadi tempat yang tepat bagi beragam flora dan fauna di dalamnya. Setidaknya terdapat 13 jenis bambu serta 548 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana dan pepohonan. Selain itu beberapa satwa liar seperti lutung budeng, banteng, ajag, rusa, macan tutul, kucing bakau hutan hingga beragam spesies penyu bersemayam di Taman Nasional Alas Purwo ini. Taman Nasional Alas Purwo juga memiliki banyak area dan objek wisata, salah satunya adalah wana wisata pantai Plengkung, wana wisata alam yang memiliki pemandangan yang asri dan ombak yang memukau.
Gambar 2.2 Pantai Plengkung
(Sumber : www.kelilingnusantara.com, enkrenkdmt.blogspot.com, www.wisatanesia.com, diakses tgl 17 april 2013)
(19)
Ada beberapa konotasi berbeda mengapa Pantai Plengkung tersebut disebut dengan G-Land. Huruf “G” untuk G-Land sering merujuk pada beberapa kata yaitu dari kata “Great” sebagai gambaran ombaknya yang luar biasa, dari kata “Green” atau kadang “Green Land” karena lokasinya tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis tua yang hijau, dari kata “Grajagan” karena merupakan sebuah pantai dan pelabuhan tempat kapal-kapal yang dipakai wisatawan untuk mencapai Plengkung dan karena posisi Pantai Plengkung yang berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf “G”.
Daya tarik utama yang dapat dinikmati pada obyek wisata ini adalah panorama alam berupa hutan dan ombak laut Pantai Selatan. Menurut data yang diperoleh dari dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Banyuwangi, ombak Pantai Plengkung memiliki panjang gelombang mencapai 2 km dengan 7 lapis gelombang yang berketinggian 6-8 kaki, karena itulah wana wisata Pantai Plengkung juga memiliki julukan The Seven Giant Wave Wonder. Dengan ombak yang seperti itu membuat perairan Pantai Plengkung menjadi arena yang sangat cocok untuk olahraga surfing.
(20)
Gambar 2.3 Resort Pantai Plengkung
2.2 Penelitian Terdahulu
Ruly Leksmana (2009) melakukan penelitian mengenai sign sistem Pantai Plengkung. Fokus penelitian ini bertujuan untuk merancang sign sistem kawasan wisata alam Pantai Plengkung, kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah belum maksimalnya pengerjaan Sign Sistem dalam Kawasan Wisata Alam Pantai Plengkung. Tulisan “Selamat Datang” yang digunakan untuk menyambut pengunjung di gerbang depan sudah mengalami kerusakan dan tidak ada upaya untuk mengganti dengan yang baru.
Di dalam kawasan sendiri papan penunjuk arah, papan penunjuk tempat, dan berbagai fasilitas luar ruang lain tidak memiliki keseragaman system grafis, padahal Pantai Plengkung memiliki identitas yang jelas. Tidak tertatanya system grafis seperti itu sangat tidak mendukung identitas Pantai Plengkung itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan untuk saat ini adalah pengamatan dari
(21)
dokumentasi dan wawancara dengan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendukung pengembangan wisata alam Pantai Plengkung itu sendiri.
Dan setelah melakukan penyebaran kuisioner kepada 50 responden dimana responden tersebut adalah pengunjung wisata alam Pantai Plengkung didapatkan 48 reponden memilih teknik pewarnaan blocking solid.
Gambar 2.5 Alternatif pewarnaan Gambar 2.4 Standar pictogram sign system
(22)
Pemilihan font tersebut juga berdasarkan hasil dari kuisioner kepada 50 pengunjung Pantai Plengkung dan menghasilkan 27 responden memilih font Groovy Fast dan 11 responden lainnya memilih font comforta.
Gambar 2.6 Alternatif huruf (Font)
Lalu dari hasil kuisioner pada 50 pengunjung wisata alam Pantai Plengkung didapatkan 54 responden memilih bentukan sign dinamis, dan gabungan antara bentukan sign statis dan dinamis.
(23)
Dari hasil kuisioner kepada 50 responden pengunjung Pantai Plengkung menghasilkan 43 responden memilih unsur alami ombak besar sebagai bentukan dari elemen visual yang nantinya dijadikan sebagai salah satu gambar pendukung pada sign Pantai Plengkung.
Gambar 2.8 Alternatif analogi ilustrasi bentukan alam
Keyword Memorable Big Wave diperoleh dari tinjauan beberapa aspek (keadaan lingkungan, Unique Selling Preposisition (USP), AIO, identifikasi permasalahan, segmentasi audiens dan tujuan sign system) Pantai Plengkung. Strategi komunikasinya adalah memberikan kesan percikan ombak (splash) pada setiap sign. Maka diadakanlah pembagian kuisoner visual untuk pemilihan alternatif elemen pendukung visual sign.
(24)
Gambar 2.9 Alternatif elemen pendukung visual
2.3 Komunikasi Visual
Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan penggunaan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi, dan warna dalam penyampaiannya.
Komunikasi visual memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sarana informasi dan instruksi, bertujuan menunjukkan hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain dalam petunjuk, arah, posisi dan skala, contohnya peta, diagram, simbol dan penunjuk arah. Informasi akan berguna apabila dikomunikasikan kepada orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat, dalam bentuk yang dapat dimengerti, dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Sebagai sarana presentasi dan promosi untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (secara visual) dan membuat pesan tersebut dapat diingat,
(25)
contohnya poster. Juga sebagai sarana identifikasi. Identitas seseorang dapat mengatakan tentang siapa orang itu, atau dari mana asalnya.
Demikian juga dengan suatu benda, produk ataupun lembaga, jika mempunyai identitas akan dapat mencerminkan kualitas produk atau jasa itu dan mudah dikenali, baik oleh produsennya maupun konsumennya. Kita akan lebih mudah membeli minyak goreng dengan menyebutkan merek X ukuran Y liter daripada hanya mengatakan membeli minyak goreng saja. Atau kita akan membeli minyak goreng merek X karena logonya berkesan bening, bersih, dan “sehat”. Jika komunikasi visual digunakan untuk identifikasi lembaga seperti sekolah, misalnya. Maka orang akan lebih mudah menentukan sekolah A atau B sebagai favorit, karena sering berprestasi dalam kancah nasional atau meraih peringkat tertinggi di daerah itu.
2.4 Promosi
Promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade), atau mengingatkan (to remind), orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu, ataupun rumah tangga (Evans dan Berman, 2001: 285),
Menurut Lamb, Hair, Mc-Daniel (2001: 145) “Promosi adalah komunikasi dari para penjual yang menginformasikan, membujuk dan mengingatkan para calon pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau memperoleh respon”.
(26)
Menurut Buchari Alma (2006: 179) promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan dan meyakinkan calon konsumen mengenai barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dasar kegiatan promosi adalah komunikasi perusahaan dengan konsumen untuk mendorong terciptanya penjualan. Promosi merupakan kegiatan terpenting, yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu produk agar mendorong konsumen unluk membeli produk yang dipromosikan tersebut. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus dapat menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang dipergunakan agar dapat mencapai keberhasilan dalam penjualan.
1. Bentuk-bentuk penyampaian promosi
Penyampaian iklan, baik untuk televisi maupun cetak, bisa dilakukan menggunakan berbagai cara, antara lain:
a. Maskot sebagai daya tarik (Pinokio pada iklan Pocari Sweat) b. Human Interest (model sebagai daya tarik)
c. Tokoh, idola, bintang film atau selebriti
d. Anak kecil, contoh: Pepsodent, susu anak, trika dan lain-lain
e. Orang tak dikenal yang akhirnya bisa menajdi terkenal, contohnya “Asiknya rame-rame” iklan sampoerna ijo.
(27)
Disamping itu penyampaiannya pun dapat dilakukan dengan gambar kartun atau humor, tokoh pelawak sebagai model, plesetan dari adegan film, menggunakan imajinasi sex, pria ganteng, atau wanita cantik. (Kusrianto, 2007: 302).
2. Pertimbangan pemilihan media
Dalam memilih media periklanan ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan :
a. Kemampuan atau daya jangkau dan impaknya bagi audien b. Biaya per seribu pembaca iklan
c. Pilihan media utama untuk kelompok umum d. Pilihan media khusus untuk kelompok tertentu e. Perilaku saat dan intensitas pemuatan
3. Tujuan Promosi
Atas dasar tujuan yang hendak dicapai dalam proses komunikasi, promosi atau periklanan dapat dibedakan:
a. Periklanan informatif
Periklanan informatif yaitu periklanan yang tujuannya membeberkan inforamsi dari produk perusahaan. Misalnya tentang deskripsi, kemampuan, cara kerja, keunggulan, kualitas, harga, saluran distribusi dan sebagainya. Umumnya digunakan pada tahap perkenalan produk baru. Periklanan informatif berguan untuk membina permintaan
(28)
primer yaitu permintaan terhadap suatu jenis barang tertentu. Misalnya:
1) Memberi informasi kepada pasar akan adanya barang baru 2) Menyarankan penggunaan suatu barang tertentu
3) Informasi tentang perubahan harga
4) Memberitahu keunggulan atau kelebihan terhadap pesaing 5) Mengurangi kekhawatiran konsumen
6) Membangun citra perusahaan
b. Periklanan Persuasif
Periklanan persuasif yaitu jenis periklanan yang tujuannya membujuk calon konsumen atau konsumen aktual untuk melakukan pembelian atau pembelian ulang produk perusahaan. Tujuan periklanan persuasif adalah menciptakan permintaan selektif, yaitu permintaan terahadap merek barang tertentu. Misalnya:
1) Membangun preferensi merek
2) Membujuk konsumen pesaing berpindah ke merek perusahaan 3) Mengubah persespi konsumen
4) Membujuk konsumen untuk tidak menunda pembelian
(29)
c. Periklanan yang mengingatkan kembali
Periklanan yang mengingatkan kembali adalah periklanan yang bertujuan untuk mengingatkan dan memelihara ingatan konsumen agar tetap setia terhadap produk perusahaan. Periklanan ini sangat bermanfaat bagi barang yang berada pada tahap kedewasaannya. Yang diharapkan oleh produsen adalah bahwa sadarnya, konsumen selalu ingat akan merek perusahaan untuk pemenuhan kebutuhannya sekarang maupun yang akan datang. Disamping itu, bentuk periklanan ini juga berusaha untuk memberikan keyakinan konsumen bahwa pilihannya tepat. Misalnya:
1) Mengingatkan barang untuk kebutuhan yang akan datang 2) Mengingatkan bagaimana memperoleh barang
3) Menjaga dan memelihara keunggulan produk perusahaan
2.5 Media Promosi
Dalam mengenalkan dan memasarkan potensi suatu daerah, hal paling penting untuk dilakukan adalah mempromosikan potensi daerah yang ada agar lebih dikenal oleh masyarakat. Promosi merupakan kegiatan terpenting yang berperan aktif dalam memperkenalkan, memberitahukan potensi suatu produk agar mendorong konsumen untuk berkunjung dan membeli produk yang dipromosikan tersebut. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus dapat menentukan dengan tepat alat promosi manakah yang dipergunakan agar dapat mencapai keberhasilan dalam penjualan. Promosi merupakan suatu strategi
(30)
yang digunakan untuk dapat menarik, membujuk ataupun mempengaruhi konsumen supaya membeli maupun memakai produk yang ditawarkan.
Beragamnya produk pariwisata yang ada mengakibatkan ketatnya persaingan antar produk dipasaran yang mendorong produsen untuk gencar melakukan promosi yang dapat menarik perhatian konsumen. Menurut Pujiyanto (2003: 97) promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui promosi penjualan, publisitas umum, penjualan pribadi, dan beriklan. Pujiyanto juga menyatakan promosi melalui periklanan sangatlah efektif karena iklan mempunyai daya persuasif yang kuat dan dapat memberikan informasi yang lengkap kepada konsumen.
Dalam kegiatan promosi berbentuk iklan diperlukan strategi-strategi yang tepat agar kegiatan promosi yang dilakukan dapat mencapai target. Strategi diperlukan sebagai arah dan pedoman untuk mencapai sasaran secara khusus.
2.6 Media Cetak, Elektronik dan Merchandise 2.6.1 Media Cetak
Media cetak adalah media yang terdiri dari lembaran-lembaran kertas, gambar, kata-kata yang tampa menggunakan energi elektromekanis. Anatara lain poster, Poster adalah suatu kertas karton besar, biasanya dengan gambar atau diagram dan beberapa kata singkat sebagai keterangan atau informasi, dimana masyarakat lebih mudah memahami apa isi dari informasi tersebut.
(31)
Kekuatan Media Cetak, Yaitu:
1. Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya.
2. Dapat membuat orang yang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan. 3. Bisa disimpan atau dicollect isi informasinya.
4. Harganya lebih terjangkau maupun dalam distribusinya.
5. Lebih mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks atau rigid.
Kelemahan Media Cetak, Yaitu:
1. Dari segi waktu media cetak lambat dalam memberikan informasi. 2. Karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang
terjadi pada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. 3. Media cetak hanya dapat berupa tulisan.
4. Media cetak haya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita.
5. Biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.
Beberapa media cetak yang akan digunakan dalam perancangan media promosi wana wisata Pantai Plengkung antara lain :
1. Iklan Majalah
Majalah merupakan salah satu media yang tumbuh pesat untuk melayani kebutuhan dan kepentingan pendidikan, informasi, serta hiburan dari banyak pembaca dalam pasar konsumen maupun bisnis. Keragaman
(32)
majalah yang besar inilah yang menjadikan media ini menarik bagi banyak pengiklan. Majalh juga memiliki kelompok pembaca yang lebih spesifik, sehingga iklan akan lebih efektif dan tepat sasaran.
Kelebihan media iklan majalah :
- Dapat dinikmati lebih lama (long life span)
- Iklan yang ditampilkan memiliki kualitas cetak dan warna yang baik - Dapat menjangkau segmen pasar yang terspesialisasi.
- Kemampuan mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak sasaran terhadap prestige majalah yang bersangkutan.
Kelemahan media iklan majalah : a. Biaya lebih relatif tinggi (mahal). b. Fleksibilitasnya rendah (terbatas).
c. Memiliki masa peredaran yang lebih lambat.
d. Apabila majalah yang dipilih tidak memiliki jaringan distribusi yang tepat. Di beberapa daerah tertentu yang daya belinya tinggi namun sulit dijangkau, majalah sering tidak ada.
2. Billboard
Menurut Advertising Guide Book dalam Shulhah (2003), billboard berasal dari kata bills yang berarti poster. Karena kemudian poster-poster
(33)
tersebut ditempel di papan agar terlihat lebih menarik, maka kemudian dinamakan billboard.
Kelebihan media billboard :
Dengan ukurannya yang relatif besar dan penempatannya yang berada di tempat umum dan di pusat-pusat keramaian, memungkinkan media iklan ini untuk lebih dikenali dan menarik perhatian masyarakat yang melewatinya. Selain itu, sifatnya yang permanen dan life span yang relatif panjang memungkinkan adanya terpaan yang berulang kepada target audience yang berlalu lalang di lokasi penempatan billboard.
Kelemahan media bilboard :
Proses pembuatan dan penempatan billboard membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, informasi yang disampaikan melalui billboard harus padat, jelas dan efektif karena tidak memungkinkan untuk membawa pesan persuasif yang lengkap.
3. Poster
Poster merupakan media iklan dua dimensi yang biasanya didominasi oleh pesan visual daripada pesan verbal. Poster memuat pesan-pesan komunikatif mengenai suatu produk atau jasa.
(34)
Poster digunakan karena poster dapat secara langsung memberikan informasi kepada semua orang yang melihat dan poster dapat ditempel ditempat yang dekat dengan target audience.
Kelebihan media poster :
a. Karakteristik poster yang didominasi oleh gambar memungkinkan target audience mengetahui potensi yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung. Selain itu, keindahan gambar yang ditampilkan melalui poster dapat menjadi magnet untuk menarik minat target audience untuk berkunjung ke wana wisata Pantai Plengkung.
b. Biaya yang diperlukan untuk pembuatan poster relatif lebih terjangkau.
Kelemahan media poster :
a. Karena didominasi oleh bahasa visual (gambar) maka penyampaian informasi mengenai pariwisata alam di wana wisata Pantai Plengkung dinilai masih belum bisa memuaskan keingintahuan para target audience. Oleh karena itu, penggunaan poster perlu ditunjang oleh media iklan lainnya
(35)
4. Brosur
Brosur merupakan salah satu bentuk media promosi yang terdiri atas lipatan-lipatan dan terbagi menjadi beberapa panel. Bentuk brosur bervariasi, bergantung pada jumlah model dan lipatan yang digunakan. Brosur dapat menyampaikan beragam informasi dalam ruang yang terbatas, karena bentuknya yang dapat dilipat sesuai kebutuhan.
Keunggulan dari penggunaan media brosur adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai bentuk yang minimalis dan simpel, namun dapat menampung beragam informasi baik informasi visual maupun verbal. b. Dapat menekan biaya pembuatan iklan karena harganya yang relatif
terjangkau.
c. Dapat menjangkau masyarakat luas karena disebarkan langsung kepada target audience.
Kekurangan dari penggunaan media brosur :
audience terkadang merasa bosan dengan bentuk brosur sehingga dapat mengakibatkan tidak tersampaikannya informasi secara maksimal.
5. Pamflet
Pamflet merupakan salah satu bentuk media promosi yang terdiri hanya 1 lembar berisi tentang pesan yang akan disampaiakn kepada orang . Bentuk pamflet bervariasi, bergantung pada jumlah model yang digunakan.
(36)
Pamflet dapat menyampaikan beragam informasi dalam ruang yang terbatas, karena bentuknya hanya 1 lembar.
Kelebihan media pamflet :
a. Mempunyai bentuk yang minimalis dan simpel. b. Biaya pembuatan yang relatif terjangkau.
c. Dapat menjangkau masyarakat luas karena penyebarannya secara langsung kepada target audience.
Kekurangan media pamflet :
Tidak dapat memuat informasi secara lengkap karena keterbatasan bentuk media yang kecil.
2.6.2 Media Elektronik
Media elektronik adalah Semua alat media yang menggunakan energi elektromekanis, bai pengguna akhir tau penonton dalam mengakses konten. Hal ini berbeda dengan media cetak, yang tidak membutuhkan energi elektromagnetis untuk diakses oleh pengguna akhir dalam bentuk cetak. Sume;r media elektronik yang paling umum digunakan oleh masyarakat umum antara lain rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia, presentasi slide, CD-ROM dan konten online.
Setiap peralatan yang digunakan dalam proses komunikasi elektronik (misalnya televisi, radio, telepon, desktop komputer, konsol game, prenggak
(37)
genggam) perelatan tersebut termasuk dalam kategori media elektronik. Di dalam media elektroni, media ini memnpunyai kekuatan dan kelamahan, yakni:
Kekuatan Media Elektronik :
1. Dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam menyebarkan berita kemasyarakat.
2. Media elektronik mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami berita, khususnya pada media elektronik televisi.
3. Media elektronik menjangkau masyarakat secara luas.
4. Dapat menyampaikan berita secara langsung dari tempat kejadian. 5. Dapat menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa.
6. Dapat dinikmati oleh semau orang, baik itu yang mengalami keterbelakangan mental.
Kelemahan Media Elektronik
1. Dalam penyediaan berita pada media elektronik tidak dapat mengulang apa yang telah ditayangkan.
2. Dari kedua jenis media komunikasi media massa, baik cetak maupun elektronik, keduanya adalah tetap menjadi wadah untuk tetap
(38)
2.6.3 Merchandise
Merchandise atau yang biasanya disebut souvenir merupakan salah satu media promosi yang diperlukan untuk menarik perhatian audience terhadap wana wisata Pantai Plengkung. Jenis merchandise yang akan digunakan berupa kalender, gantungan kunci, mug, stiker, tatakan gelas, dan postcard. Merchandise akan dibagikan secara Cuma-Cuma pada acara pameran pariwisata atau event-event tertentu yang diikuti oleh wana wisata Pantai Plengkung.
Keunggulan media Merchandise :
a. Pemberian merchandise dapat menarik perhatian serta minat target audience.
b. Dapat meningkatkan popularitas dan daya tarik wana wisata Pantai Plengkung.
Kelemahan media Merchandise :
Membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam pengadaan merchandise terutama merchandise yang berupa mug, kalender, dan postcard. Oleh karena itu untuk pengadaan merchandise-merchandise tersebut perlu untuk diminimalisir jumlahnya.
(39)
2.7 Definisi Pariwisata
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pegusaha, dan pemerintah.
Menurut Yoeti (1985: 181) suatu objek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar objek tersebut diminati pengunjung, yaitu:
a. Something to see adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di objek tersebut.
b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana
bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.
c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.
(40)
2.8 Strategi Desain
Menurut Thabrani (2003: 6), Desain adalah suatu proses panjang dalam pekerjaan yang erat kaitannya dengan seni untuk mencapai tujuan tertentu. Desain iklan yang efektif berawal dari tujuan yang jelas dari segi pesan dan target audiens. Secara umum desain merupakan kumpulan dari elemen-elemen grafis yang disusun mengikuti pola atau tema tertentu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
Menurut Safanayong (2006: 3), Desain memiliki 4 fungsi, yaitu:
1. Untuk memberitahu atau memberi informasi (to inform) mencakup: menjelaskan, menerangkan dan mengenalkan.
2. Untuk memberi penerangan (enlighten) mencakup: membuka pikiran dan menguraikan.
3. Untuk membujuk (to persuade) mencakup: menganjurkan (umumnya dalam periklanan), komponen-komponennya termasuk kepercayaan, logika, dan daya tarik.
4. Untuk melindungi (to protect), fungsi khusus untuk desain kemasan dan kantong belanja.
2.9 Typography
Menurut Sihombing (2003: 2), Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan property visual yang pokok dan efektif. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah
(41)
komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatiakan di dalam pemilihan tipografi, yaitu : a. Legibility : Huruf yang dipilih nyaman dibaca.
b. Readibility : Huruf yang dipilih mudah dibaca. c. Visibility : Huruf yang dipilih mudah terlihat.
d. Clearity : Huruf harus memperlihatkan kejelasan.
Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig, antara lain:
1. Roman
Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontraspada garis-garis hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemahgemulai dan feminin.
2. Egyptian
Jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
3. Sans Serif
Pengertian San Serif adalah tanpa ekor/serif, huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujungnya dan memiliki ketebalan yang sama. Kesan yang
(42)
ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
4. Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifast pribadi dan akrab.
5. Miscellaneous
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Typography juga memiliki beberapa style huruf (font), yaitu : 1. Huruf miring atau italic.
Huruf miring (italic) memproyeksikan perasaan tindakan, kecepatan atau progresif. Efek visual bergerak ke depan akan tampak terutama bila dikombinasikan dengan jenis huruf sans-serif.
2. Huruf kapital dan huruf kecil.
Huruf kapital memproyeksikan formalitas, dan kesan corporate yang kuat. Huruf kecil memberikan kesan ramah dan bersahaja. Menggunakan huruf kecil secara eksklusif menunjukkan lebih informal dengan gambaran sederhana.
(43)
3. Huruf tebal (bold).
Huruf tebal menyampaikan penekanan dan juga dianggap lebih maskulin.
Dalam pemilihan jenis huruf, yang senantiasa harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya. Seperti misalnya pada produk minyak wangi untuk wanita jarang yang menggunakan jenis huruf Egyptian karena berkesan kuat dan keras dan biasanya mempergunakan jenis huruf Roman yang bernuansa klasik dan lembut sehingga cocok dengan karakter minyak wangi dan wanita.
2.10 Warna
Ada dua jenis teori dasar warna menurut Menurut Diane dan Cassidy (2005: 49-50), yaitu warna cahaya yang digunakan pada layar komputer dan warna pigmen yang digunakan untuk hasil cetakan.
1. Warna Additive (Cahaya)
Cahaya yang dipancarkan matahari melalui prisma alam dalam rupa berkas sinar yang menembus butir-butir air dan partikel-partikel debu dibiaskan menjadi gelombang cahaya yang berbeda menjadi berkas-berkas warna (spectrum warna/pelangi).
Merah, hijau dan biru adalah warna primer dari warna additive. Warna merah additive lebih jingga daripada warna merah pigmen. Warna hijau additive lebih kuning daripada persepsi normal. Demikian juga warna biru additive lebih ungu/biru atau indigo bila dibandingkan dengan warna biru
(44)
pigmen. Ketika lebih dari satu warna additive dicampur, cahaya yang ditambahkan menjadi lebih banyak dan menghasilkan warna yang lebih terang. Inilah yang dikenal dengan additive mixing. Menurut Newton, jika ketiga warna primer additive dicampur akan menghasilkan warna cahaya putih. Warna sekunder dari warna additive yaitu magenta, yellow dan cyan. Magenta dihasilkan dari merah dan biru. Yellow dihasilkan dari merah dan hijau. Cyan dihasilkan dari biru dan hijau.
2. Warna Subtractive (Pigmen)
Menurut Warna Subtractive adalah warna-warna yang dihasilkan dari pencampuran pigmen. Layar komputer bekerja pada prinsip warna cahaya (additive), mengaplikasikan pencampuran warna cahaya. Namun, printer menggunakan pencampuran warna subtractive. Warna primer yang digunakan oleh printer bukan merah, kuning dan biru melainkan cyan, magenta dan yellow sama seperti warna sekunder additive.
Warna sekunder dari tinta cetak adalah merah, biru dan hijau sama seperti warna primer additive. Merah merupakan campuran magenta dan yellow, biru adalah hasil campuran magenta dan cyan. Hijau dihasilkan dari campuran cyan dan yellow. Campuran ketiga warna itu menghasilkan warna hitam meskipun pada prakteknya printer menggunakan separasi warna hitam untuk menghasilkan warna yang lebih sempurna. Warna putih kertas cetak digunakan untuk warna yang lebih terang dan untuk warna putih
(45)
2.11 Layout
Layout adalah proses menyusun bagian dan yang lain sebagainya menurut suatu aturan ataupun pola. Layout dalam dunia desain menyangkut penempatan teks dan gambar di dalam sebuah desain, meliputi bagaimana elemen-elemen tersebut diletakkan dan diatur, baik itu dalam hubungan antar elemen satu sama lain, maupun secara keseluruhan dalam desain.
Tujuan utama penyusunan layout adalah untuk menghadirkan aspek visual dari tulisan maupun gambar yang dikomunikasikan kepada pembacanya, agar mampu menerima informasi yang disajikan kepada pembacanya, agar mampu menerima informasi yang disajikan secara maksimal tanpa kesulitan yang berarti. Ada 3 kriteria dasar agar kita dapat membuat layout yang baik, yaitu layout tersebut dapat dibilang baik jika pengaturannya berhasil, terorganisir, dan mampu menarik khalayak. Model layout iklan yang masih digunakan saat ini diantaranya adalah :
a. Axial
Elemen-elemen iklan diletakkan berdasarkan sebuah sumbu yang diletakkan pada posisi tertentu di halaman iklan. Pada metode ini akan ditampakkan banyak bidang kosong.
b. Vertical panel layout
Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout iklan tersebut.
(46)
c. Jumble layout
Penyajian iklan dengan komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.
Layout juga dapat dibilang baik jika mampu menyajikan sejumlah informasi dalam cara yang praktis dan juga estetis bagi setiap orang yang melihatnya. Untuk menciptakan sebuah layout yang baik tidak semudah membalikan tangan. Beberapa metode yang erat kaitannya dengan layout adalah sebagai berikut:
1. Grid
Dalam kerjanya seringkali kita menggunakan bantuan garis maya yang biasanya kita kenal dengan sebutan grid. Pada tahapan layout, pola ini biasanya digunakan untuk membagi bidang kerja menjadi berkotak-kotak kecil. Pola ini membantu penempatan elemen-elemen desain (bidang dan warna) secara cepat dan presisi hingga membentuk pola tertentu (Thabrani, 2003:11).
2. Context Analisis
Metode ini pada dasarnya mencoba merespon keadaan yang ada (existing condition) untuk mendapatkan kesan atau tujuan yang diharapkan. Jika background bewarna gelap responnya adalah elemen yang berada pada foreground harus bewarna terang (Thabrani, 2003:11).
(47)
2.12 Unique Selling Proposition (USP)
Menurut Widyatama (2005), Kreatifitas pesan iklan berfokus pada penonjolan keistimewaan khusus produk. Strategi yang dikembangkan oleh Rosser Reeves ini berorientasi pada keunggulan atau kelebihan produk yang tidak dimiliki oleh produk saingannya. Kelebihan tersebut juga merupakan sesuatu yang dicari atau dijadikan alasan konsumen menggunakan suatu produk. Produk dibedakan oleh karakter yang spesifik.
Didalam Penelitian ini, USP berperan penting didalam menentukan keunggulan yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung sehingga dapat ditonjolkan didalam media promosi dalam upaya meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke wana wisata Pantai Plengkung.
2.13 Segmentasi, Targeting dan Positioning
Diungkapkan oleh Philip kotler dalam (Wijaya S. d., 2006) menyatakan “Perusahaan menawarkan produk unggulannya kepada masyarakat luas.” Akan tetapi, untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal perusahaan harus memilih pasar apa yang ingin mereka layani.
1. Segmentasi Pasar (Market Segmentation)
Menurut Kotler, Bown, dan Makens (2002: 255-261) menyatakan bahwa segmentasi dapat dilakukan berdasarkan variabel-variabel dibawah ini:
(48)
a. Segmentasi geografis (geographic segmentation)
Segmentasi geografis adalah segmentasi yang memberi pasar menjadi unit geografis yang berbeda-beda seperti negara, daerah otonomi, kota, iklim atau kawasan pemukiman.
b. Segmentasi demografis (demographic segmentation)
Segmentasi demografis adalah segmentasi yang membagi pasar menjadi berbagai kelompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras dan kebangsaan. Faktor-faktor demografis paling sering dipakai sebagai dasar untuk mensegmentasi kelompok konsumen. Salah satu alasannya adalah kebutuhan, keinginan dan tingkat penggunaan konsumen berhubungan erat dengan variabel demografis. Alasan lainnya adalah bahwa variabel demografis lebih mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis variabel lainnya.
c. Segmentasi perilaku (behavioral segmentation)
Segmentasi ini mengelompokkan pembeli berdasarkan pengetahuan, sikap, tingkat penggunaan atas sebuah produk atau jasa, serta manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli sebuah produk atau jasa.
(49)
d. Segmentasi psikografis (psychographic segmentation)
Segmentasi ini membagi konsumen menjadi kelompok yang berbeda-beda berdasarkan karakteristik gaya hidup dan kepribadian konsumen.
2. Targeting (Market Targeting)
Setelah mengevaluasi berbagai segmen, perusahaan harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen yang akan dilayani. Pasar sasaran mencapkup seperangkat pembeli yang memiliki kebutuhan atau karakteristik umum yang ingin dilayani oleh perusahaan.
3. Positioning (Market Positioning)
Menurut Morrisan (2010: 72), Posotioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, merek atau perusahaan kedalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu. Dengan kata lain, positioning adalah tentang bagaimana suatu merek perusahaan dapat masuk dan menguasai benak pelanggan. Konsumen terlalu banyak dihadapkan dengan informasi tentang produk dan layanan. Konsumen tidak mungkin mengevaluasi produk setiap saat memutuskan pembelian, sebaliknya dalam benak konsumen setiap produk atau merek akan dikelompokkan dalam sejumlah kategori. Penetapan posisi dimulai dengan produk, yaitu suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang. Menurut Kenna (1985:37), didalam menetapkan positioning suatu produk perlu
(50)
mempertimbangkan 4 (empat) hal penting, yang disebut sebagai The Golden Rules of Product. adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Perusahaan perlu mengkuti trend dan dinamika pasar, seperti trend teknologi, persaingan, sosial, dan ekonomi.
2. Perusahaan harus memfokuskan pada posisi teknologi dan kualitas. 3. Perusahaan harus menargetkan produknya pada segmen pasar tertentu
misalnya pada segmen masyarakat atas, menengah atau bawah. Karena lebih baik menjadi ikan besar dalam kolam kecil daripada menjadi ikan kecil di kolam besar (it's better to big fish in a little pond).
4. Perusahaan harus mau bereksperimen dengan tipe produk baru, kemudian memperhatikan reaksi pasar. Jika pemakai menyarankan perubahan maka perusahaan harus menyesuaikan strateginya.
Selanjutnya menurut Kotler (2005: 339) dalam (Wijaya & Chandra, 2006) seluruh strategi pemasaran harus dibangun berdasarkan tiga langkah utama dalam pemasaran bersasaran yaitu STP (Segmentation, Targeting, dan Positioning).
2.14 SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities and Threat)
Analisis keunggulan, keterbatasan, peluang dan tantangan atau Strength,
Weaknesses, Opportunitie dan Threats (SWOT) merupakan instrumen
(51)
kekuatan dan kelemahan, kesempatan ekternal dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik melaksanakan sebuah strategi. Perkiraan mengenai kapasitas internal dapat membantu mengidentifikasi dimana posisi sebuah perusahaan atau produk atau organisasi saat ini. Contoh: sumberdaya yang dapat segera dimanfaatkan dan masalah yang belum juga dapat diselesaikan. Bila berpikir tentang kekuatan dan kelemahan, perlu memikirkan tentang contoh-contoh keberhasilan dan kekurangan bahkan kegagalan yang nyata dan apa penjelasannya. Sebuah perkiraan tentang lingkungan eksternal mengarah kepada peluang dan ancaman, cenderung difokuskan pada apa yang terjadi di luar organisasi atau pada bidang yang belum mempengaruhi strategi tetapi dapat saja mempengaruhi strategi–baik secara positif maupun negatif (Start & Hovland, tanpa tahun).
Menurut Rangkuti dalam Marimin (2004: 58), analisis SWOT adalah suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats).
Dalam analisis SWOT sangat mempertimbangkan dan membandingkan faktor lingkungan internal (Strength dan Weaknesses) serta lingkungan eksternal (Opportunitie dan Threats) yang dihadapi perusahaan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Jadi analisa SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi suatu perusahaan atau suatu karya melalui kondisi internal dan eksternal untuk perancangan proses sehingga proses yang dirancang dapat
(52)
berjalan optimal, efektif, dan efesien. Adapun manfaat dari penggunaan analisis SWOT adalah sebagai berikut :
1. Strength, untuk mengetahui kekuatan atau keunggulan jasa dan produk dibanding kompetitor. Dalam hal ini, bisa diartikan sebagai kondisi yang menguntungkan perusahaan tersebut.
2. Weakness, untuk mengetahui kelemahan jasa dan produk dibanding kompetitor. Dalam hal ini, kelemahan bisa diartikan sebagai suatu kondirisi yang merugikan perusahaan tersebut.
3. Opportunity, untuk mengetahui peluang pasar. Dalam hal ini diartikan sebagai suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan namun jika tidak diambil bisa merugikan, atau sebaliknya.
4. Threats, untuk mengetahui apa yang menjadi ancaman terhadap jasa dan produk yang ditawarkan.
(53)
Gambar 2.10 Analisis SWOT
(Sumber : http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 21 april 2013)
Jadi, analisis SWOT merupakan analisis dari kekuatan dan kelemahan dari suatu perusahaan atau organisasi serta peluang dan ancaman di lingkungan eksternalnya. Hal ini melibatkan penentuan tujuan usaha bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang baik dan menguntungkan untuk mencapai tujuan yang akan dilakukan.
2.15 Matrik S.W.O.T
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns, (1992) menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor eksternal (peluang dan tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah faktor internal (kekuatan dan kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak
(54)
isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Tabel 2.1 Matrik SWOT
Dari Tabel 2.1 diatas dapat diketahui bagaimana Matriks SWOT yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
2. Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang.
(55)
3. Sel C: Divestment atau Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
4. Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
(56)
BAB III
METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA
3.1 Metodologi Penelitian
Dalam bab ini akan dijabarkan tentang langkah-langkah penelitian yang diambil untuk mendapatkan data-data dalam menyelesaikan tugas akhir. Langkah-langkah tersebut antara lain membahas mengenai jenis penelitian, Langkah-langkah penelitian dan teknik analisa data.
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam yang dapat mendukung perancangan media promosi wana wisata Pantai Plengkung.
3.1.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakana empat cara yaitu : observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi.
a. Observasi
Metode ini bertujuan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara langsung mengenai lokasi, kondisi dan suasana yang ada di wana wisata
(57)
Pantai Plengkung sehingga dapat menentukan pemilihan media dan strategi perancangan yang akan dibuat.
b. Wawancara
Merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya dengan wawancara mendalam dan dilakukan kepada informan yang memiliki informasi lebih mengenai wana wisata Pantai Plengkung.
c. Kepustakaan
Pada metode ini mahasiswa mempelajari berbagai literatur yang ada hubungannya dengan proses perancangan media promosi wana wisata pantai Plengkung untuk mendukung proses perancangan media promosi.
d. Dokumentasi
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan foto wana wisata pantai Plengkung yang akan digunakan untuk mengetahui kondisi alam secara keseluruhan dan juga untuk dijadikan bahan merancang media promosi pantai Plengkung.
(58)
3.2 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan, Robert C and Biklen, Sari Knopp dalam buku (Emzir, 2010). Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk pemahaman mengenai materi-materi. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan, dan pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani, perangkumannya, pencarian pola-pola dan penemuan apa yang penting.
Setelah data terkumpul, data akan dikelompokkan sesuai dengan unsur - unsur desain dan komunikasi visual. Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan. Data verbal berikutnya akan disusun secara efisien dan menarik agar dapat menyajikan informasi yang efektif. Sedangkan data visual, akan dikumpulkan untuk menghimpun jumlah data visual dan kelayakan data visual tersebut untuk dikombinasikan dengan data verbal. Selanjutnya, dari hasil analisis data tersebut akan ditentukan beberapa konsep perancangan yang sesuai untuk perancangan karya.
3.2.1 Analisis Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan dengan menggunakan sesi tanya jawab kepada pihak pengelola wana wisata Pantai Plengkung untuk memperoleh informasi secara mendetail mengenai wana wisata Pantai Plengkung.
Pada wawancara ini didapatkan beberapa informasi yaitu pihak Balai Taman Nasional Alas Purwo (BTNAP) telah melakukan pembenahan terhadap fasilitas
(59)
yang ada di wana wisata di Taman Nasional Alas Purwo, termasuk juga di wana wisata Pantai Plengkung yaitu dengan mengaspal jalan untuk menuju ke Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dan memperbaiki jalan wana wisata Pantai Plengkung. Didalam perbaikan fasilitas, pihak Balai Taman Nasional Alas Purwo (BTNAP) juga mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah di segi infrastruktur jalan, tanah yang ada di Taman Nasional Alas Purwo adalah tanah yang kurang stabil sehingga setiap kali diperbaiki, jalan selalu rusak kembali sehingga selalu perlu diadakan perbaikan jalan kembali. Balai Taman Nasional juga memiliki rencana tata ruang untuk kedepannya agar semua wana wisata yang ada di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) menjadi lebih tertata dengan baik.
Balai Taman Nasional Alas Purwo juga melakukan promosi dengan menyebarkan beberapa media promosi berupa buku panduan lapang/buku informasi, buletin, pamflet, sticker, dan merchandise yang dilakukan 3 kali dalam setahun di pameran pariwisata dan juga di event event tertentu. Namun, di keseluruhan media promosi tersebut hanya buku panduan lapang/buku informasi dan pamflet alas purwo yang terdapat informasi mengenai wana wisata Pantai Plengkung. Itupun digabungkan dengan wana wisata lainnya yang ada di Taman Nasional Alas Purwo (TNAP).
Wana wisata Pantai Plengkung juga sudah mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah Kabupaten Banyuwangi, hal ini terlihat dari diperkenalkannya sebutan “3 Angel Diamonds” oleh Kabupaten Banyuwangi yaitu wana wisata yang dijadikan wana wisata unggulan Kabupaten Banyuwangi, yaitu wana wisata
(60)
Pantai Sukamade, wana wisata Kawah Ijen, dan wana wisata Pantai Plengkung (G-Land).
Dari wawancara yang didapat, kurangnya informasi mengenai wana wisata Pantai Plengkung menjadi salah satu penyebab kurangnya minat wisatawan untuk mengunjungi wana wisata Pantai Plengkung. Dari data wawancara ini juga didapatkan sebuah keyword, yaitu : Information.
3.2.2 Analisis Kompetitor
Analisa kompetitor dalam perancangan ini dilakukan untuk mengacu pada observasi yang dilakukan terhadap objek yang diteliti dan kompetitornya yaitu wana wisata Pantai Pangandaran.
a. Wana wisata Pantai Pangandaran
Wana wisata Pantai Pangandaran merupakan salah satu pantai yang mempesona dan memjadi wana wisata andalan Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Pantai ini terletak di desa Pananjung kecamatan Pangandaran dan memiliki jarak kurang lebih 92 km arah selatan kota Ciamis.
Wana wisata Pantai Pangandaran ini memiliki keunikan tersendiri yaitu miliki dua bibir pantai sehingga sunrise dan juga sunset dapat dilihat disatu tempat, selain itu wana wisata Pantai Pangandaran juga memiliki fasilitas infrastruktur yang sudah cukup memadai.
(61)
Di wana wisata Pantai Pangandaran ini juga sering mengadakan event-event yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke wana wisata ini. Salah satunya adalah event festival layang – layang internasional (Pangandaran International Kite Festival).
b. Keunggulan dan keterbatasan kompetitor i. Kekuatan
1) Memiliki panorama yang unik, indah dan alami..
2) Gencar didalam melakukan promosi untuk mempromosikan wana wisata Pantai Pangandaran.
3) memiliki fasilitas penunjang wana wisata yang cukup memadai seperti hotel, telekomunikasi, pusat jajanan dan oleh – oleh.
4) Sering mengadakan event – event yang mengundang minat wisatawan untuk berkunjung ke wana wisata ini.
ii. Kelemahan
1) Kurang terawatnya fasilitas yang ada di sekitar wana wisata Pantai Pangandaran.
2) Kebersihan pantai yang masih belum terjaga dengan baik.
3) Akses jalan menuju ke wana wisata yang rusak membuat kenyamanan wisatawan untuk mengunjungi wana wisata ini menjadi berkurang.
(62)
4) Kurang tertatanya infrastruktur bangunan yang ada di sekitar wana wisata Pantai Pangandaran.
3.2.3 Analisis Internal
Analisis internal adalah analisis yang terfokus pada faktor kekuatan dan kelemahan internal yang memberikan keunggulan dan kekurangan tertentu bagi organisasi dalam memenuhi kebutuhan target pasarnya.
1. Media Promosi Terdahulu
Media promosi yang pernah dibuat oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo berbentuk brosur. Brosur merupakan salah satu bentuk media promosi yang terdiri atas lipatan-lipatan dan terbagi menjadi beberapa panel. Keunggulan dari penggunaan media brosur adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai bentuk yang minimalis dan simpel, namun dapat menampung beragam informasi baik informasi visual maupun verbal. b. Dapat menekan biaya pembuatan iklan karena harganya yang relatif
terjangkau.
c. Dapat menjangkau masyarakat luas karena disebarkan langsung kepada target audience.
Kekurangan dari penggunaan media brosur yaitu, audience terkadang merasa bosan dengan bentuk brosur sehingga dapat mengakibatkan tidak tersampaikannya informasi secara maksimal.
(63)
Media promosi dalam bentuk brosur tampak pada gambar 3.1 dan 3.2 yang telah dibuat oleh Balai Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi ini mencakup berbagai informasi wana wisata yang ada di Taman Nasional Alas Purwo, Didalamnya juga terdapat informasi mengenai wana wisata Pantai Plengkung. Brosur ini memiliki informasi yang dibutuhkan oleh wisatawan, namun brosur ini memiliki kelemahan pada segi desain yang terdapat pada tipografi, dan warna layout. Dari segi ukuran media juga masih kurang fleksible, karena ukurannya terlalu besar sehinga kurang nyaman untuk dibawa.
(64)
Gambar 3.2 Brosur tampak belakang
2. STP (Segmentasi, Targeting, Positioning)
Untuk mencapai sasaran yang tepat, diperlukan analisis segmentasi, targeting dan positioning.
a. Segmentasi dan targeting 1) Geografis
Secara geografis target audience yang ditentukan adalah wisatawan domestik (nusantara) dan wisatawan mancanegara (warga negara asing).
(65)
2) Demografis
Secara demografis target audience wana wisata Pantai Plengkung dapat dijabarkan sebagai berikut :
Jenis kelamin : Laki-laki dan Perempuan Usia : 20 – 35 tahun
Pendidikan : Sekolah menengah umum, perguruan tinggi Kelas : Menengah ke atas
Pekerjaan : Pelajar, mahasiswa, pengusaha, pegawai negeri dan pegawai swasta.
Pendapatan : > Rp. 1.000.000
3) Psikografis
Secara psikografis, dapat ditentukan khususnya kepada orang yang aktif, suka berpetualang ke tempat – tempat wisata alam, menyukai wisata alam, menyukai olahraga, baik pria maupun wanita, berkeluarga maupun masih belum berkeluarga.
4) Behaviorial
Target sasaran adalah laki - laki maupun perempuan remaja sampai dewasa yang memiliki aktivitas yang padat. Biasanya berada diperkotaan yang mempunya tingkat persaingan dan tingkat polusi yang tinggi, sehingga membutuhkan sebuah
(66)
hiburan untuk penyegaran dan menghilangkan rasa kejenuhan dengan cara mengunjungi wisata alam yang berbeda dan jauh dari kebisingan.
b. Positioning
Wana wisata Pantai Plengkung memiliki positioning sebagai wana wisata pantai yang penuh dengan petualangan.
Target audience yang berada di perkotaan dan memiliki aktivitas yang padat, membutuhkan sebuah tempat untuk menghilangkan rasa kejenuhan dan kepenatan. Wana Wisata Pantai Plengkung sendiri memposisikan dirinya sebagai tempat pelepas kepenatan melalui petualangan alam. Dari Segmentasi, Targeting dan Positioning, maka didapatkan sebuah keyword : Refreshing.
3. USP (Unique Selling Proposition)
Unique selling proposition yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung ialah petualangan alam yang terdapat di wana wisata Pantai Plengkung. Sehingga dapat ditemukan sebuah keyword : Adventure.
4. SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threat)
Wana wisata Pantai Plengkung memiliki memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan digunakan sebagai pemanfaatan peluang yang ada dan juga untuk
(67)
menghindari ancaman – ancaman yang akan dihadapi oleh wana wisata Pantai Plengkung. Secara detailnya dapat dilihat dalam tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 SWOT
Internal
Eksternal
Strenght
1. Memiliki hutan hujan tropis yang masih alami. 2. Memiliki fasilitas
penunjang yang memadai.
3. Memiliki ombak besar yang jarang dimiliki oleh pantai lainnya di jawa. 4. Sudah mendapatkan
perhatian dari
pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
Weakness
1. Masih kurangnya informasi yang
didapatkan wisatawan. 2. Pembenahan fasilitas di
sektor telekomunikasi yang masih belum maksimal.
3. kurangnya informasi yang mengulas tentang wana wisata pantai plengkung di media promosi sebelumnya. Opportunity
1. Besarnya minat wisatawan untuk berwisata di pantai yang masih terjaga kealamian dan kebersihannya. 2. Tidak terlalu
banyaknya pantai yang memiliki ombak besar. 3. Wisatawan lebih
S – O
1. Mengeksplore keindahan panorama alam didalam berpromosi.
2. Menonjolkan Unique Personal Selling (USP) yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung. 3. Menginformasikan
tentang fasilitas yang dimiliki oleh wana
W – O
1. Berkerja sama dengan investor dalam
pengembangan dan juga penjagaan kebersihan wana wisata Pantai Plengkung.
2. Membuat media promosi yang dapat memberikan informasi mengenai wana wisata Pantai
(68)
tertarik untuk mengunjungi wana wisata yang memiliki aksesbilitas yang baik.
wisata Pantai Plengkung. Plengkung, fasilitas yang ada, serta keunggulan yang dimiliki.
Threat
1. Event – event dari wana wisata pantai lainnya yang
menyedot perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. 2. Wisatawan lebih
memilih pantai yang lebih lengkap fasilitasnya.
3. Mulai gencarnya wana wisata pantai lain didalam melakukan promosi.
4. Mulai tingginya persaingan di bidang pariwisata pantai.
S –T
1. Membuat event untuk menarik minat
wisatawan didalam mengunjungi wana wisata Pantai Plengkung. 2. Memberikan informasi
mengenai fasilitas yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung. 3. Melakukan antisipasi
dengan melakukan promosi secara berkesinambungan
W –T
1. Membuat media promosi yang berisikan informasi lengkap tentang wana wisata Pantai Plengkung. 2. Mengajukan pengadaan
event dan juga lebih melengkapi dan diperbaiki lagi fasilitas yang ada di wana wisata pantai plengkung, kepada pemerintah Kabupaten Banyuwangi. 3. Lebih meningkatkan lagi
frekuensi di dalam berpromosi.
Strategi umum : Didalam meraih peluang dan mengantisipasi ancaman yang ada, adalah dengan mengadakan event dan berpromosi secara berkesinambungan. Dari S.W.O.T diatas, dapat ditemukan sebuah keyword : Continous.
(69)
3.2.4 Analisis Hasil Data
Dari hasil analisis data STP, SWOT, USP, dan wawancara didapatkan sebuah keyword yaitu : Unforgetable Sensation. Keyword ini memiliki dua suku kata yaitu sensation dan unforgetable, yang mana memiliki arti sensasi yang tidak terlupakan. Kata sensation atau sensasi sendiri merujuk pada makna merasakan petualangan alam yang menjadi keunikan wana wisata Pantai Plengkung. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan STP yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung yaitu sebagai tempat pelepas kepenatan dengan berpetualang. Sehingga “Unforgetable Sensation” memiliki makna merasakan petualangan alam yang tak terlupakan disaat mengunjungi wana wisata Pantai Plengkung.
Gambar 3.3 Keyword
Unforgetable Sensation
Analisis S.T.P U.S.P
Sensasi
Tidak dilupakan
Refresing Adventure
Continous Analisis S.W.O.T
Wawancara Information
(70)
3.3 Konsep Perancangan
Setelah didapatkan sebuah keyword, maka dapat dilakukan perancangan dan pemilihan media promosi untuk wana wisata Pantai Plengkung berdasarkan teori – teori yang akan digunakan. Pada penelitian ini, metode perancangan penelitian terdiri atas: metode observasi, wawancara dan studi literatur sehingga dari ketiga metode tersebut dapat diperoleh data yang isinnya meliputi studi eksisting, SWOT, STP, kompetitor, dan masalah yang ada. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis dapat menentukan konsep yang terdiri atas pemilihan media dan perancangan kreatif. Didalam penelitian ini lebih ditekankan pada copywriting dengan jenis media cetak seperti poster, iklan majalah, dan billboard. Lalu media elektronik berupa website untuk wana wisata alas purwo, dan yang terakhir merchandise.
Setelah ditentukan media promosi maka konsep perancangannya mengarah pada layout yang terdiri atas layout pengembangan, alternatif desain, evaluasi desain dan final desain. Selain itu juga mempertimbangkan ukuran dan materi tang akan digunakan pada media-media tersebut. Langkah selanjutnya dalam membuat konsep rancangan adalah print (cetak) sebagai langkah finishing. Keterangan tersebut seperti pada gambar 3.4.
(71)
Gambar 3.4 Skema Konsep Perancangan
Perancangan Karya Elektronik
KEYWORD
Analisis Data
Analisis Analisis
Analisis S.W.O.T Analisis S.T.P Pengumpulan
Data
Studi eksisting Wawancara Observasi Kepustakaan Studi Kompetitor Dokumentasi Skecth Darft Final Desain Skecth Layout Final Desain Cetak & MerchandiseImplementasi Karya Konsep Perancangan Tujuan Kreatif Strategi Kreatif Program Kreatif Tujuan Media Strategi Media Program Media
(72)
3.3.1 Perencanaan Kreatif
Konsep kreatif merupakan rancangan layout suatu media untuk memaksimalkan pendekatan daya tarik visual kepada target sasaran. Konsep kreatif yang digunakan untuk merancang media promosi wana wisata Pantai Plengkung adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Kreatif
Didalam merancang media promosi, perlu adanya sebuah konsep dan keyword, sehingga dapat memberikan sebuah visualisasi yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai didalam perencangan ini agar media promosi dapat tepat sasaran pada target audience yang dituju.
2. Strategi Kreatif
a. Bentuk dan isi Pesan
Pesan akan disampaikan dalam bentuk gaya bahasa semi formal agar dapat dengan mudah menyampaikan informasi yang tepat dan sesuai dengan target audience yang telah dituju. Lalu isi pesan yang ingin ditampilkan didalam media promosi berupa informasi mengenai fasilitas yang ada di wana wisata, rute jalan dan kelebihan - kelebihan yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung. Semua itu diringkas menjadi satu dan disesuaikan dengan konsep yang telah ditentukan sebelumnya. Selain itu kata “G-Land” tetap dipertahankan agar
(73)
audience yang telah mengenal wana wisata pantai plengkung dengan sebutan “G-Land” tidak akan merasa kebinggungan.
b. Visualisasi
Untuk perancangan media promosi wana wisata Pantai Plengkung, bentuk visual menggunakan editing foto ombak dan nuansa alam sehingga dapat lebih memperkuat kesan yang ingin ditampilkan. Warna yang terpilih untuk perancangan media promosi ini yaitu warna biru (C: 80, M: 100, Y: 0, K: 0), yang dapat memberikan kesan bahwa ini merupakan wana wisata pantai dan warna putih (C: 0, M: 0, Y: 0, K: 0) yang akan memberikan kesan kebersihan pantai yang ada di wana wisata ini. Mencoba untuk mengekslpore huruf “G” karena melambangkan teluk yang menyerupai huruf “G” yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung.
c. Typography
Didalam perancangan ini, menggunakan jenis typography Urban Sketch, karena karakter huruf ini memiliki bentuk visual yang dapat memperkuat kesan petualangan sehinga cocok dengan konsep yang diangkat, Karakter huruf jenis ini juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi sehingga informasi dan pesan dapat tersampaikan ke target audience yang dituju.
(1)
Media Promosi Merchandise berupa pin di dalam perancangan ini terdapat dua jenis pin, yaitu pin warna dengan foto panorama alam wana wisata Pantai Plengkung dan pin putih polos yang dihiasi oleh kata “Pantai plengkung”.
3. Mug
Gambar 4.12 Mug
Media promosi merchandise berupa mug juga memiliki tingkat keefektifan yang tinggi, hal ini dikarenakan mug sering dipakai di dalam keseharian manusia, sehingga memudahkan penyampaian pesan ke target audience yang dituju.
(2)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pantai Plengkung merupakan sebuah wana wisata pantai yang menyimpan banyak potensi alam, yaitu pemandangan yang eksotis dan hamparan ombak yang tinggi. Namun kawasan wisata alam ini masih belum memaksimal potensi kepariwisataannya, hal ini terlihat dari masih kurangnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke wana wisata ini. Salah satu faktor penyebabnya adalah masih kurangnya media promosi yang mempromosikan wana wisata Pantai Plengkung. Dalam perancangan ini, media promosi berperan penting untuk meningkatkan daya tarik wisatawan dan mempromosikan wana wisata Pantai Plengkung sebagai objek wisata alam utama yang dimiliki oleh kabupaten Banyuwangi. Tujuan yang ingin dicapai pada tugas akhir ini adalah merancang media promosi sebagai upaya meningkatkan daya tarik wisatawan terhadap potensi yang dimiliki oleh wana wisata Pantai Plengkung Banyuwangi. :
1. Gagasan perancangan media promosi wana wisata Pantai Plengkung adalah meningkatkan minat wisatawan terhadap potensi yang dimliki oleh wana wisata Pantai Plengkung Tema rumusan desain adalah unforgetable sensation yang diturunkan dalam proses perancangan, diimplementasikan dalam bentuk konsep kreatif, strategi komunikasi dan strategi media. Implementasi perancangan mengacu pada Big Idea yang telah didapatkan sebelumnya, dimana hasil perancangan diharapkan mampu menimbulkan
(3)
asosiasi positif terhadapa wana wisata Pantai Plengkung dan membuat minat wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik semakin bertambah. 2. Dengan bertambahnya wisatawan yang berknjung ke wana wisata Pantai
Plengkung diharapkan juga masyarakat lokal disekitar wana wisata menjadi lebih sejahtera.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Didalam berpromosi harus selalu berkesinambungan, hal ini dikarenakan dengan dengan berpromosi secara berkesinambungan, wana wisata Pantai Plengkung bisa lebih diminati wisatawan baik domestik maupun mancanegara, ditengah semakin ketatnya persaingan pariwisata di indonesia.
2. Konsistensi dalam penggantian konsep desain, tagline dan atribut lainnya sebaiknya diperhatikan untuk memudahkan merek ini tertanam di benak audiens. karena membentuk ingatan adalah lebih sulit dibanding membentuk pengenalan (Durianto, 2001).
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I. 2006. Studi Tubuh, Nalar dan Masyarakat: Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Tici Press.
Bangsa, P. G. 2007. Persepsi Visual. In T. P. Diskom, Irama Visual: dari toekang reklame sampai komunikator visual (pp. 69-71). Yogyakarta: Jalasutra.
Bride M. Whelan. 1994. Color Harmony 2. Massachusetts: Rockport Publisers.
Budiarto, T. (Tanpa Tahun). Dasar Pemasaran. Universitas Gunadarma.
Creswell, J. W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (1 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dameria, Anne. 2007. Color Basic. Jakarta: Link Match Graphic
Danesi, M. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media (1 ed., Vol. 1). (M. Bagus, Ed., & A. G. Admiranto, Trans.) Yogyakarta, Jawa Tengah, Indonesia: Jalasutra.
Darmaprawira W.A, S. 2002. Warna Teori dan Kreatifitas Penggunaannya. Bandung: Penerbit ITB.
Emzir. 1984. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Balai Pustaka.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo
Jefkins, Frank. 1995. Periklanan Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Kasali, R. 2007. Manajemen Periklanan, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
(5)
Kotler, Philip. 2000. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation and Control, Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall International Inc.
Kusrianto, Adi. 2009. Pengantar Desain Komunikasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Lee, Monle, Carla Johnson. 1999. Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Lestari, D. E. 2005. Analisis Strategi Diferensiasi Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran. Analisis Strategi Diferensiasi Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pemasaran, 28.
Mardalis. 1992. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Masry, Andi. 2010. Strategi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
McKenna, Regis. 1985. The Regis Touch : Million-dollar Advice from America's Top Marketing Consultant. San francisco: Perseus Books.
Rakhmat, Jalaludin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rangkuti, F. 2002. The Power of Brands. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rustan, Surianto. 2010. Font & Tipography. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Safanayong, Y. (2006). Desain Komunikasi Visual Terpadu (CETAKAN KE-2 ed., Vols. CETAKAN KE-2). Jakarta: Arte Intermedia.
Sihombing, Danton. 2003. Typografi Dalam Desain Grafis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(6)
Smallbusinesstown. 2001. The Enterpreneur's Guidebook Series. The Enterpreneur's Guidebook Series. Patsula Media.
Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Suyanto. 2004. Panduan Mengenal Desain Grafis, http://www.escaeva.com. (diakses pada tanggal 5 juni 2013).
Triadi , Dendi. 2012. Ayo Bikin Iklan: Memahami Teori Dan Praktek Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: PT Elex Media Koputindo.
Widyatama, Rendra. 2005. Pengantar Periklanan. Buana Pustaka Indonesia: Jakarta