ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012
ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Nur Aini*, Robinson Tarigan**, dan Rujiman**
*Alumni PWD SPs USU
**Dosen FE/PWD SPs USU
Abstract: Simalungun is an area that has excellent potential in agriculture and tourism, then it is fitting for planning education in Simalungun more oriented on agriculture and tourism. The research was conducted in Simalungun taking place Silimakuta District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon. The method of analysis used in this study is an analysis of LQ and gravity analysis with a sample of 100 respondents from a population of 68 222 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that potential-based vocational potential areas in the District Silimakuta, Bosar Maligas District, and District Girsang Sipangan Bolon based on the Location Quotient (LQ) the number of workers per sector in 2011 can be identified that Simalungun Silimakuta district is the base on agriculture with values 1.1867 LQ. Maligas Bosar districts are the basis for the industrial sector has the largest LQ value than other districts in the amount of 6.9196 Simalungun. Girsang districts Sipangan Bolon is the base in the tourism sector with a value of 2.2226 LQ.
Abstrak: Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis gravitasi dengan jumlah sampel responden 100 orang dari 68.222 orang jumlah populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari hasil penelitian dperoleh bahwa potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226.
Kata kunci:lokasi SMK, potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata, daya tarik kecamatan
PENDAHULUAN Otonomi daerah merupakan
kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat dilimpahkan kepada daerah untuk menangani urusannya masing-masing. Di Indonesia otonomi daerah tidak
dilaksanakan secara frontal untuk segala urusan, tetapi sebagian urusan daerah tidak lagi diintervensi oleh pemerintah pusat. Mengingat kondisi ini, maka diharapkan dapat mendorong kemajuan daerah berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki.
Penataan otonomi daerah yang seluas-luasnya akan mempengaruhi penataan institusi dan berdampak pada
132
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
manajemen berbagai sumber daya yang ada di daerah. Apabila otonomi daerah dikonsentrasikan di wilayah kota atau kabupaten, maka provinsi tidak lagi sebagai pemerintah otonom, tetapi bersifat koordinatif. Wewenang penyelenggaraan segala urusan berada pada tingkat kota atau kabupaten. Hal ini akan membawa dampak pada penataan sistem pendidikan, termasuk organisasi penyelenggara, kurikulum, penataan Sumber Daya Manusia (SDM), pendanaan, sistem manajemen, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan daerah.
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada suatu wilayah. Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah terletak pada sejauhmana sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut mampu mengelola sumber daya alam yang ada dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi maju. Maju tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh peran SDM yang ada pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan program-program pembangunan sumber daya manusia secara lokal di suatu wilayah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui perencanaan pembangunan pendidikan yang terarah dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini. Keberhasilan pembangunan pendidikan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat setempat. Perencanaan pembangunan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang dapat menjawab masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan serta mampu mengantisipasi hal-hal negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pentingnya pemilikan SDM berkualitas juga dirasakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun.
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan dalam
133
pengembangan suatu wilayah sebagai
strategi pembangunan nasional ada tiga
pilar yang mempunyai hubungan yang erat
dan harus saling berinteraksi yaitu :
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai
sumberdaya alam yang cukup kaya dan
sumberdaya manusia yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan
teknologi akan cepat berkembang
dibanding wilayah lain.
Agar pendidikan tersebut
berkualitas dan berdampak bagi suatu
pengembangan wilayah maka perlu
dilakukan perencanaan pendidikan yang
melibatkan kegiatan multidisipliner yang
memperhatikan
masalah-masalah
demografi, ekonomi, keuangan, pemerintah,
pedagogi,
statistic
persekolahan,
lingkungan, sosial budaya dan aspek
lainnya yang secara langsung atau tidak
langsung dapat mempengaruhi perencanaan
pendidikan (Enoch, dalam Matondang,
2009). Artinya perencanaan pendidikan
dilakukan secara komprehensif dengan
mempertimbangkan berbagai aspek
sehingga pendidikan itu dapat berfungsi
dengan baik menghasilkan sumberdaya
manusia yang berkualitas secara
menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian
semua warga negara mendapatkan
kesempatan untuk belajar sehingga masing-
masing memiliki kemampuan untuk
mendukung pembangunan suatu wilayah
ataupun negara. Karenanya suatu wilayah
dalam proses pembangunannya sangat
ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya
manusia yang berkualitas. Dengan kata lain,
sumber daya manusia berkualitas
merupakan faktor yang menentukan maju
tidaknya suatu wilayah.
Pendidikan merupakan faktor yang
secara signifikan mampu meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
oleh karena itu pembangunan pendidikan
memerlukan
perencanaan
yang
komprehensif dengan melibatkan indikator-
indikator ekonomi, kependudukan,
kependidikan maupun potensi sumber daya
alam. Sejalan dengan hal itu, strategi
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia
diarahkan pada kemampuan
kecakapan/keterampilan hidup (life skill)
para peserta didik. Pendidikan kecakapan
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
hidup ini sangat relevan dengan pengembangan pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UU Sisdiknas No: 20. 2003). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional dengan tugas utamanya adalah mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, mengisi keperluan tenaga terampil tingkat menengah. Dipertegas melalui PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3 bahwa, Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Dengan sekolah kejuruan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun termasuk dalam kawasan dataran tinggi Sumatera Utara yang dikenal dengan wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan. Pada dasarnya kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi dan sektor unggulan di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata.
Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri.
Potensi pertanian terdapat di Kecamatan Silimakuta karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Simalungun yang berpusat di Nagori Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta. Kawasan ini merupakan pusat
kegiatan agropolitan yang pengembangan
dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan
pertanian off farm, yang saat ini telah
dilengkapi dengan sub terminal agribisnis
(STA).
Potensi pariwisata terdapat di
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon karena
merupakan Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata.
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon,
Kecamatan Dolok Pardamean dan
Kecamatan Haranggaol Horison merupakan
KSK budaya, lingkungan dan pariwisata
yang berpusat di Parapat Kecamatan
Girsang Sipangan Bolon, yang potensinya
antara lain : a ) memiliki keunggulan wisata
alam (danau dan pemandangan alam) yang
telah dilengkapi dengan sarana dan
prasarana wisata yang memadai. Dimana,
direncanakan akan dibangun pelabuhan fery
untuk
memudahkan
wisatawan
mengunjungi kawasan ini, dan b) memiliki
potensi lingkungan berupa hutan maupun
satwa yang unik (Parherekan di
Sibatuloting).
Potensi industri terdapat di
Kecamatan Bosar Maligas karena
merupakan Kawasan strategis Nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Kawasan Sei Mangkei ini merupakan
kawasan perdagangan dan industri sebagai
pusat kegiatan strategis untuk
pengembangan wilayah Simalungun bagian
timur dan juga keberadaannya yang
berbatasan dengan Kabupaten Batubara.
Pendidikan kejuruan pertanian,
pariwisata, dan industri merupakan suatu
proses pembentukan sumber daya manusia
pertanian, pariwisata, industri yang
berkualitas, terampil dan mandiri serta
mempunyai daya saing yang tangguh untuk
menghadapi tantangan-tantangan yang
terjadi pada masa era globalisasi saat ini
serta mengantisipasi hal-hal negatif di masa
yang akan datang.
Permasalahan yang harus
dipikirkan pada saat ini adalah bagaimana
agar sektor pertanian, pariwisata dan
industri di Kabupaten Simalungun
mengalami kemajuan dan bukan menjadi
sektor yang ditinggalkan oleh karena tidak
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin canggih.
Selama ini sektor pertanian, pariwisata dan
industri cenderung ditinggalkan dan banyak
134
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
daerah yang mencoba beralih ke sektor
ekonomi yang dianggap lebih maju dan
memiliki prospek yang cerah, yang menjadi
poin penting adalah biarlah daerah yang
berpotensi sebagai daerah pertanian,
pariwisata dan industri tetap menjaga citra
dirinya sebagai daerah pertanian, pariwisata
dan industri tetapi juga dapat membenahi
diri untuk tetap bisa eksis dan menjadi basis
pertanian, pariwisata dan industri yang
menjanjikan kemajuan dan pengembangan
wilayahnya.
Jika pembangunan pertanian,
pariwisata dan industri di Kabupaten
Simalungun tidak dimulai dari
pembangunan SDM pertanian melalui suatu
perencanaan pendidikan yang berorientasi
untuk menciptakan SDM pertanian,
pariwisata dan industri yang berkualitas,
maka di masa yang akan datang Kabupaten
Simalungun tidak akan mampu bersaing
dan dapat menjadi daerah yang tertinggal.
Selama ini latar belakang pendidikan SDM
pertanian, pariwisata, dan industri
khususnya petani pada umumnya hanya
lulusan SD ataupun tidak lulus SD. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan peranan
Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun
untuk dapat memberikan perhatian terhadap
pengembangan, pembangunan dan
peningkatan SDM pertanian di Kabupaten
Simalungun.
Perencanaan
pengembangan
pendidikan berbasis potensi wilayah dalam
hal strategi pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan Pertanian, Pariwisata
dan Industri di Kabupaten Simalungun
merupakan salah satu jawaban untuk
mempersiapkan dan meningkatkan SDM
pertanian, pariwisata dan industri yang
berkualitas di masa yang akan datang.
Pengembangan sekolah kejuruan
dewasa ini masih dilakukan berdasarkan
animo masyarakat dengan jurusan yang
sedang tren, sehingga lulusan sekolah
kejuruan cenderung memilih untuk mencari
kerja di daerah perkotaan pada sektor
formal. Kondisi seperti ini menjadikan
perkembangan daerah menjadi lambat
karena tenaga-tenaga terampil yang
mestinya bisa diarahkan untuk membangun
daerahnya malah memilih untuk bekerja di
daerah lain. Mungkin akan berbeda
kondisinya jika pengembangan sekolah
kejuruan diarahkan pada pengembangan
135
potensi wilayah, dengan kata lain
pengembangan sekolah kejuruan berbasis
pengembangan wilayah.
Pendidikan merupakan upaya yang
dapat mempercepat pengembangan potensi
manusia untuk mampu mengemban tugas
yang dibebankan kepadanya. Hal ini sudah
pasti harus memperlihatkan aspek
lingkungan dalam hal ini perlu diperhatikan
aspek kebutuhan, situasi, keadaan, lokasi,
keadaan perekonomian dan juga aspek
social politik. Maka perencanaan
pendidikan yang dilakukan harus
komprehensif, menyeluruh dan terpadu.
Permasalahannya adalah pembangunan
sekolah baru tanpa disertai dengan analisis
lokasi yang memadai. Lokasi sekolah di
bangun tanpa mempertimbangkan dimana
sebenarnya sekolah tersebut dikehendaki
calon murid.
Untuk itu perlu adanya keselarasan antara
kebijakan pengembangan wilayah dan
pengembangan potensi wilayah serta di
dukung pula dengan peningkatan SDM.
Penerapan
kebijakannya
adalah
memprioritaskan adanya sekolah kejuruan
yang dapat menampung penduduk usia
sekolah menengah untuk memperoleh
pendidikan sekolah kejuruan dan
selanjutnya lulusan sekolah kejuruan
tersebut dapat mengembangkan wilayah
dan melakukan pembangunan di Kabupaten
Simalungun.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah Kecamatan Silimakuta (pertanian), Kecamatan Bosar Maligas (industri) dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon (pariwisata) dalam rangka spesialisasi keunggulan perekonomian wilayah kecamatan Kabupaten Simalungun menggunakan analisis LQ. Secara umum, metode analisis LQ digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis.
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan lokasi SMK berbasis
potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dilakukan berdasarkan rangking urutan dari rataan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah berdasarkan rangking urutan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di wilayah
kecamatan tersebut. Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam
Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di Kabupaten
Simalungun
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Silimakuta Pematang Silimakuta Purba Haranggaol Horison Dolok Pardamean Sidamanik Pematang Sidamanik Girsang Sipangan Bolon Tanah Jawa Hatonduhan Dolok Panribuan Jorlang Hataran Panei Panombeian Panei Raya Dolok Silou Silou Kahean Raya Kahaean Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar Gunung Malela Gunung Maligas Hutabayu Raja Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Huluan Bandar Bandar Marsilam Bosar Maligas Ujung Padang
1,1867 1,3299 1,3605 0,6073 1,3338 1,0737 1,2490 0,6030 0,9532 1,3193 1,2558 1,2285 1,1899 1,2274 0,9273 1,3673 0,9477 1,0742 0,5938 0,6361 0,6886 0,8692 0,7511 1,1916 1,0921 1,0809 0,9187 0,7263 0,6744 0,2890 0,6360
Basis Basis Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
11 4 2 28 3 16 7 29 17 5 6 8 10 9 19 1 18 15 30 26 24 21 22 12 13 14 20 23 25 31 27
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah
14 28 20 22 21 10 23 25 4 26 9 8 3 5 18 30 31 29 16 12 7 11 15 13 6 2 19 1 24 17 27
12,5 11 16 18 11 8 25 29 12 9 13 13 15 14 27 31 10,5 7 15,5 16 7,5 3 85 6,5 1 72 18,5 20 15,5 15 24,5 27 22 24 23 25 19 22 15,5 17 16 19 18,5 21 12,5 12 9,5 6 84 19,5 23 12 10 24,5 28 24 26 27 30
2 5 2 2 1 1 6 1 1 3 2 12 1
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
136
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Bandar dan Kecamatan Silimakuta, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Alternatif Penentuan Lokasi
SMK Berbasis Potensi
Wilayah Pertanian di
Kabupaten
Simalungun
Berdasarkan Rataan Ranking
Urutan Analisis LQ dan
Daya Tarik Kecamatan
Kecama
Analisis LQ
Daya Tarik
Rank Rataan Urutan Jlh
tan Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan Urutan
SMK
tSailimaku1,1867 Basis 11 Rendah 14 12,5 11
-
Purba 1,3605 Basis 2
Rendah 20 11 8
-
Dolok
21
Pardame 1,3338 Basis 3 Rendah
12
-
an 9
Tanah Jawa
0,9532
Non Basis
17
Tinggi 4
10,5 7
5
Dolok
9
Panribua1,2558 Basis 6 Rendah
7,5
-
n3
Jorlang Hataran
1,2285 Basis
8
Sedang 8
8
5
2
Panei 1,1899 Basis 10 Tinggi 3
6,5 1
-
Panomb
5
eian 1,2274 Basis 9 Sedang
7
-
Panei
2
Jawa
6
Maraja Bah
1,0921 Basis
13
Sedang
9,5
-
Jambi
6
gPeBmaantdaanr1,0809 Basis 14 Tinggi 2 8 4
3
Bandar
0,7263
Non Basis
23
Tinggi 1
12 10
12
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panei berada pada rangking urutan pertama, merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah
pertanian prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Panombeian Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panombeian Panei berada pada rangking urutan kedua, merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian prioritas ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Panribuan walaupun memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kecamatan ini berada pada rangking urutan ketiga, merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan prioritas keempat dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keenam, hal ini disebabkan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang, belum memiliki SMK. Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Panribuan merupakan prioritas kelima dan keenam dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan kedelapan dan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jorlang Hataran merupakan prioritas ketujuh dan kedelapan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keempat dan kelima, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis, memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, namun masing-masing memiliki 3 dan 2 SMK. Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Bandar bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan 7 dan urutan 10 dan memiliki daya tarik tinggi, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pertanian dan telah memiliki SMK masingmasing sebanyak 5 dan 12 SMK.
Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 3.
137
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
Tabel 3. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam
Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten
Simalungun
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Silimakuta Pematang Silimakuta Purba Haranggaol Horison Dolok Pardamean Sidamanik Pematang Sidamanik Girsang Sipangan Bolon Tanah Jawa Hatonduhan Dolok Panribuan Jorlang Hataran Panei Panombeian Panei Raya Dolok Silou Silou Kahean Raya Kahaean Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar Gunung Malela Gunung Maligas Hutabayu Raja Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Huluan Bandar Bandar Marsilam Bosar Maligas Ujung Padang
0,0523 0,0269 0,0225 0,0138 0,0838 1,5040 0,3789 0,0555 1,0306 0,1299 0,1332 0,0998 0,5239 0,2556 1,1067 0,0830 0,0384 0,0792 2,4246 2,3210 2,6984 0,5397 1,9108 0,2502 0,5261 0,3851 0,7200 1,3149 1,2736 6,9196 2,2400
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Basis
27 29 30 31 23 7 17 26 11 21 20 22 15 18 10 24 28 25 3 4 2 13 6 19 14 16 12 8 9 1 5
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah
14 28 20 22 21 10 23 25 4 26 9 8 3 5 18 30 31 29 16 12 7 11 15 13 6 2 19 1 24 17 27
20,5 22 28,5 30 25 24 26,5 27 22 23 8,5 4 20 21 25,5 26 7,5 3 23,5 25 14,5 15 15 16 97 11,5 12 14 14 27 28 29,5 31 27 29 9,5 9 85 4,5 2 12 13 10,5 11 16 19 10 10 98 15,5 17 4,5 1 16,5 20 96 16 18
2 5 2 2 1 1 6 1 1 3 2 12 1
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Siantar, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Sidamanik, Kecamatan
Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Bosar Maligas, Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tapian Dolok dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
138
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Tabel 4. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di
Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan
Daya Tarik Kecamatan
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Sidamanik Tanah Jawa Panei Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Bosar Maligas
1,5040 1,0306 0,5239 2,4246 2,3210 2,6984 0,5261 0,3851 1,3149 6,9196
Basis Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
7 11 15 3 4 2 14 16 8 1
Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah
10 4 3 16 12 7 6 2 1 17
8,5 4 7,5 3 97 9,5 9 85 4,5 2 10 10 98 4,5 1 96
2 5 1 6 3 12
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Tapian Dolok, walaupun berada pada rangking urutan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Tapian Dolok merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas ketiga dan keempat dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Sidamanik, walaupun berada pada rangking urutan kelima dan keempat, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan
merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK dan 2 SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kelima, keenam dan ketujuh dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, walaupun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, kedua dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK.
Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan 7, 8 dan 10 serta Kecamatan Panei dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor industri.
Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 5.
139
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
Tabel 5. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam
Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten
Simalungun
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Silimakuta
0,8198 Non Basis 20 Rendah 14 17 22 -
Pematang Silimakuta
0,4524 Non Basis 27
Rendah 28
27,5 30
-
Purba
0,2339 Non Basis 31
Rendah 20
25,5 28
-
Haranggaol Horison
2,3081 Basis
1
Rendah 22
11,5 7
-
Dolok Pardamean
0,3696 Non Basis 29 Rendah 21 25 27 -
Sidamanik
0,8236 Non Basis 19
Rendah 10
14,5 16
2
Pematang Sidamanik
0,6063 Non Basis 23 Rendah 23 23 26 -
Girsang Sipangan Bolon
2,2226 Basis
2
Rendah 25
13,5 13
-
Tanah Jawa
1,0189 Basis
16 Tinggi 4
10 4
5
Hatonduhan
0,4897 Non Basis 28 Rendah 26 27 29 -
Dolok Panribuan
0,6003 Non Basis 24
Rendah 9
16,5 21
-
Jorlang Hataran
0,5970 Non Basis 25
Sedang 8
16,5 20
2
Panei
0,6608 Non Basis 22
Tinggi 3
12,5 11
-
Panombeian Panei
0,5915 Non Basis 26
Sedang 5
15,5 18
-
Raya
1,0718 Basis
13 Rendah 18 15,5 17 2
Dolok Silou
0,2904 Non Basis 30 Rendah 30 30 31 -
Silou Kahean
1,6848 Basis
6
Rendah 31
18,5 24
1
Raya Kahaean
1,0545 Basis
15 Rendah 29 22 25 -
Tapian Dolok
1,4428 Basis
9
Rendah 16
12,5 10
-
Dolok Batu Nanggar
1,5353 Basis
8
Rendah 12 10 3
1
Siantar
1,0595 Basis
14 Sedang 7
10,5 6
6
Gunung Malela
1,2283 Basis
12 Rendah 11 11,5 8
1
Gunung Maligas
1,2793 Basis
11 Rendah 15 13 12 1
Hutabayu Raja
0,7634 Non Basis 21 Rendah 13 17 23 -
Jawa Maraja Bah Jambi
0,8492 Non Basis 18
Sedang 6
12 9
-
Pematang Bandar
0,9827 Non Basis 17
Tinggi 2
9,5 2
3
Bandar Huluan
1,3025 Basis
10 Rendah 19 14,5 15 2
Bandar
1,5836 Basis
7
Tinggi 1
4
1
12
Bandar Marsilam
2,0087 Basis
3
Rendah 24
13,5 14
1
Bosar Maligas
1,7678 Basis
4
Rendah 17
10,5 5
Ujung Padang
1,7045 Basis
5
Rendah 27 16 19
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Tanah
Jawa,
Kecamatan Bosar Maligas,
Kecamatan Siantar, Kecamatan Haranggaol
Horison, Kecamatan Gunung Malela,
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, dan
Kecamatan Tapian Dolok, seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini.
140
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Tabel 6. Alternatif Penentuan Pendirian SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di
Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan
Daya Tarik Kecamatan
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Haranggaol Horison
2,3081 Basis
1
Rendah 22
11,5 7
-
Girsang Sipangan Bolon
2,2226 Basis
2
Rendah 25
13,5 13
-
Tanah Jawa
1,0189 Basis
16 Tinggi 4
10 4
5
Tapian Dolok
1,4428 Basis
9
Rendah 16
12,5 10
-
Dolok Batu Nanggar
1,5353 Basis
8
Rendah 12 10 3
1
Siantar
1,0595 Basis
14 Sedang 7
10,5 6
6
Gunung Malela
1,2283 Basis
12 Rendah 11 11,5 8
1
Jawa Maraja Bah Jambi
0,8492 Non Basis 18
Sedang 6
12 9
-
Pematang Bandar
0,9827 Non Basis 17
Tinggi 2
9,5 2
3
Bandar
1,5836 Basis
7
Tinggi 1
4
1
12
Bosar Maligas
1,7678 Basis
4
Rendah 17
10,5 5
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan tabel alternatif penentuan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas kedua dan ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Tapian Dolok, walaupun kedua kecamatan ini berada pada rangking urutan kelima dan kesepuluh, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keempat dan kelima dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Gunung Malela, walaupun berada pada rangking urutan ketiga dan kedelapan, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini
merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keenam, ketujuh dan kedelapan dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, waluapun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, keenam dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK.
Kecamatan Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan kedua dan kesembilan serta Kecamatan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pariwisata.
Hasil ini menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat
141
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK.
Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Hasil di atas menunjukkan bahwa perencanan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatkan kualitas dapat dilihat dari ketrampilan/keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusia setelah menempuh pendidikan di SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatan kuantitas dapat dilihat dari berkembangnya sektor pertanian, industri dan pariwisata akan meningkatkan jumlah tenaga kerja.
Berdasarkan hasil temuan studi, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengembangkan wilayah secara optimal saat ini Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dibidang pertanian, industri dan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha yang menunjukkan sektor pertanian berada pada urutan pertama yaitu 235.460 orang, kemudian diikuti sektor pariwisata (sektor perdagangan, hotel dan restoran) sebanyak
66.880 orang dan sektor industri berada urutan keempat yaitu sebanyak 19.702 orang setelah sektor jasa-jasa yang berada urutan ketiga sebanyak 24.423 orang). Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK. Basis ekonomi dari sebuah komunitas dari aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan perekonomian, sehingga diperlukan SMK yang sesuai dengan potensi wilayah agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan kelulusan siswa memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam potensi wilayah tersebut yang konsekuensinya dapat memiliki pekerjaan sesuai dengan potensi wilayah dan menciptakan peluang kerja sesuai dengan potensi wilayah.
KESIMPULAN 1. Potensi SMK berbasis potensi wilayah
di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
142
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
merupakan basis pada sektor pariwisata
dengan nilai LQ 2,2226.
2. Daya tarik Kecamatan Silimakuta,
Kecamatan Bosar Maligas, dan
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
dalam penentuan lokasi SMK di
Kabupaten Simalungun berdasarkan
analisis interaksi (gravitasi), yaitu
menggunakan variabel jumlah siswa
SMP dan jarak suatu wilayah
kecamatan ke wilayah kecamatan
lainnya menunjukkan bahwa
Kecamatan Silimakuta, Kecamatan
Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang
Sipangan Bolon memiliki daya tarik
rendah.
Kecamatan
Bandar,
Kecamatan Pematang Bandar,
Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan
Panei merupakan wilayah kecamatan di
Kabupaten Simalungun yang memiliki
daya tarik tinggi untuk penentuan
lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.
SARAN 1. Kecamatan Silimakuta bukan prioritas
utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. 2. Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 3. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis
143
potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 4. Sektor ekonomi Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK.
DAFTAR RUJUKAN Ahadin. 2009. Peranan Komite Sekolah
Dalam Peningkatan Manajemen Kemandirian Sekolah. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume II No, 01 Edisi Juli 2009. Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa–Kota dan Permasalahannya. Penerbit Ghalia. Jakarta. Hajizi. 2004. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara (Tesis), Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Jayaditana, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung. ITB Bandung Karyono. 2009. Penentuan Lokasi SMK di Banyuwangi Dengan Menggunakan
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
Analisis Multi Kriteria AHP
(Analytic Hierarchy Process ).
Tesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya. Surabaya.
Lubis, A. 2010. Pelaksanaan Standar
Nasional Dalam Dunia Pendidikan.
Jurnal EducanduM. Jurnal
Manajemen Pendidikan. PPs
Unimed-ISMPI Sumatera Utara.
Volume III No, 02 Edisi Desember
2010.
Lumban Gaol, M. 2010. Pengaruh Persepsi
Guru TEntang Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Motivasi Kerja,
dan Pengendalian Stress Terhadap
Komitmen
Guru.
Jurnal
EducanduM. Jurnal Manajemen
Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI
Sumatera Utara. Volume III No, 01
Edisi Juli 2010.
Mercado, R.G. 2002. Regional
Development in The Philippine:
A Review of Experience, State of
The Art and Agenda for Research
and Action, Discussion Paper
Series. Phillipine Institute for
Development Studies.
Matondang, M.S.E.S. 2009. Perencanaan
Pendidikan Menengah Kejuruan
Dikaitkan Dengan Potensi Wilayah
Kawasan Utara Kota Medan.. Tesis
Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Matondang, Z. 2010. Mengoptimalkan
Mutu Proses Pembelajaran
Matematika di Kelas. Jurnal
EducanduM. Jurnal Manajemen
Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI
Sumatera Utara. Volume III No, 02
Edisi Desember 2010.
Miarsih. 2009. Kajian Penentuan lokasi
Gedung SD-SMP Satu Atap Di
Kabupaten Demak. Tesis. Program
Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Miraza, B. H. 2005. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang
Bandung-Koordinator Jawa Barat.
Bandung.
Mirza, I. 2008. Pengembangan Sekolah
Kejuruan Berbasis Potensi
Pengembangan Wilayah Di
Kabupaten Brebes. Tesis. Program
Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Mulyanto. H.R. 2008. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Wilayah. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Nachrowi dan Suhandojo. 2001. Analisis
Sumber Daya Manusia, Otonomi
Daerah, dan Pengembangan
Wilayah. dalam Tiga Pilar
Pengembangan Wilayah : Sumber
Daya Alam, Sumber Daya
Manusia, dan Teknologi. Pusat
Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Wilayah BPPT.
Jakarta.
Pohan, M.H. 2012. Analisis Lokasi
Pendirian Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Kota
Pematangsiantar Dalam Ranga
Meraih Bonus Demografi. Tesis
Magister
Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Medan. Tidak Dipublikasikan.
Safi’i. H.M. 2007. Strategi dan Kebijakan
Pembangunan Ekonomi Daerah.
Perspektif Teoritik. Averroes Press.
Malang.
Sangadji, E,M. dan Sopiah. 2010.
Metodologi Penelitian. Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Andi
Yogyakarta.
Sa’ud, Syaefudin Udin. 2007. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan
Komprehensif.
Program
Pascasarjana
Universitas
Pendidikan Indonesia.Penerbit : PT.
Remaja Rosdakarya.
Sirojuzilam, Abdiyanto, Bastari, A. Kadir
dan S. Binsar. 2005. Pendidikan
dan Kesehatan Dalam Perencanaan
dan Pembangunan Wilayah
Kabupaten Deli Serdang. Wahana
Hijau. Jurnal Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Volume 1
Nomor 2 Desember 2005. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Sirojuzilam dan K. Mahalli. 2010.
Regional.
Pembangunan,
Perencanaan dan Ekonomi. USU
Press. Medan.
144
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Soemarno. 2004. Peranan Analisis Dalam Perencanaan Lingkungan. Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah. Program Pascasarjana Universitas Brwawijaya. Malang.
Sokib dan Wiraawan. 2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik. Prosiding Seminar Nasional Sains 2010. Optimalisasi Sians Untuk Memberdayakan Manusia. Surabaya.
Surya, A. 2012. Membangun Kota Sarat Prestasi. Rubrik Opini, Harian Waspada Senin 9 Juli 2012.
Suprapta. 2006. Ketergantungan Wilayah Kecamatan Mranngen Terhadap Kota Semarang. Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Supriadi, O. 2010. Hubungan
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Pembiayaan Terhadap Mutu
Pendidikan di Provinsi Banten..
Jurnal EducanduM. Jurnal
Manajemen Pendidikan. PPs
Unimed-ISMPI Sumatera Utara.
Volume III No, 01 Edisi Juli 2010.
Tarigan, R. 2006. Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Edisi
Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional. Teori
dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Umar, H. Metode Penelitian untuk Skripsi
dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua.
Grafindo Persada. Jakarta.
Wardiman
Djojonegoro,
1999.
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Melalui Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Penerbit : PT. Balai Pustaka.
145
ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Nur Aini*, Robinson Tarigan**, dan Rujiman**
*Alumni PWD SPs USU
**Dosen FE/PWD SPs USU
Abstract: Simalungun is an area that has excellent potential in agriculture and tourism, then it is fitting for planning education in Simalungun more oriented on agriculture and tourism. The research was conducted in Simalungun taking place Silimakuta District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon. The method of analysis used in this study is an analysis of LQ and gravity analysis with a sample of 100 respondents from a population of 68 222 people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that potential-based vocational potential areas in the District Silimakuta, Bosar Maligas District, and District Girsang Sipangan Bolon based on the Location Quotient (LQ) the number of workers per sector in 2011 can be identified that Simalungun Silimakuta district is the base on agriculture with values 1.1867 LQ. Maligas Bosar districts are the basis for the industrial sector has the largest LQ value than other districts in the amount of 6.9196 Simalungun. Girsang districts Sipangan Bolon is the base in the tourism sector with a value of 2.2226 LQ.
Abstrak: Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis gravitasi dengan jumlah sampel responden 100 orang dari 68.222 orang jumlah populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari hasil penelitian dperoleh bahwa potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226.
Kata kunci:lokasi SMK, potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata, daya tarik kecamatan
PENDAHULUAN Otonomi daerah merupakan
kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat dilimpahkan kepada daerah untuk menangani urusannya masing-masing. Di Indonesia otonomi daerah tidak
dilaksanakan secara frontal untuk segala urusan, tetapi sebagian urusan daerah tidak lagi diintervensi oleh pemerintah pusat. Mengingat kondisi ini, maka diharapkan dapat mendorong kemajuan daerah berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki.
Penataan otonomi daerah yang seluas-luasnya akan mempengaruhi penataan institusi dan berdampak pada
132
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
manajemen berbagai sumber daya yang ada di daerah. Apabila otonomi daerah dikonsentrasikan di wilayah kota atau kabupaten, maka provinsi tidak lagi sebagai pemerintah otonom, tetapi bersifat koordinatif. Wewenang penyelenggaraan segala urusan berada pada tingkat kota atau kabupaten. Hal ini akan membawa dampak pada penataan sistem pendidikan, termasuk organisasi penyelenggara, kurikulum, penataan Sumber Daya Manusia (SDM), pendanaan, sistem manajemen, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan daerah.
Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada suatu wilayah. Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah terletak pada sejauhmana sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut mampu mengelola sumber daya alam yang ada dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi maju. Maju tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh peran SDM yang ada pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan program-program pembangunan sumber daya manusia secara lokal di suatu wilayah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui perencanaan pembangunan pendidikan yang terarah dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini. Keberhasilan pembangunan pendidikan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat setempat. Perencanaan pembangunan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang dapat menjawab masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan serta mampu mengantisipasi hal-hal negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pentingnya pemilikan SDM berkualitas juga dirasakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun.
Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan dalam
133
pengembangan suatu wilayah sebagai
strategi pembangunan nasional ada tiga
pilar yang mempunyai hubungan yang erat
dan harus saling berinteraksi yaitu :
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan
teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai
sumberdaya alam yang cukup kaya dan
sumberdaya manusia yang mampu
memanfaatkan dan mengembangkan
teknologi akan cepat berkembang
dibanding wilayah lain.
Agar pendidikan tersebut
berkualitas dan berdampak bagi suatu
pengembangan wilayah maka perlu
dilakukan perencanaan pendidikan yang
melibatkan kegiatan multidisipliner yang
memperhatikan
masalah-masalah
demografi, ekonomi, keuangan, pemerintah,
pedagogi,
statistic
persekolahan,
lingkungan, sosial budaya dan aspek
lainnya yang secara langsung atau tidak
langsung dapat mempengaruhi perencanaan
pendidikan (Enoch, dalam Matondang,
2009). Artinya perencanaan pendidikan
dilakukan secara komprehensif dengan
mempertimbangkan berbagai aspek
sehingga pendidikan itu dapat berfungsi
dengan baik menghasilkan sumberdaya
manusia yang berkualitas secara
menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian
semua warga negara mendapatkan
kesempatan untuk belajar sehingga masing-
masing memiliki kemampuan untuk
mendukung pembangunan suatu wilayah
ataupun negara. Karenanya suatu wilayah
dalam proses pembangunannya sangat
ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya
manusia yang berkualitas. Dengan kata lain,
sumber daya manusia berkualitas
merupakan faktor yang menentukan maju
tidaknya suatu wilayah.
Pendidikan merupakan faktor yang
secara signifikan mampu meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),
oleh karena itu pembangunan pendidikan
memerlukan
perencanaan
yang
komprehensif dengan melibatkan indikator-
indikator ekonomi, kependudukan,
kependidikan maupun potensi sumber daya
alam. Sejalan dengan hal itu, strategi
kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia
diarahkan pada kemampuan
kecakapan/keterampilan hidup (life skill)
para peserta didik. Pendidikan kecakapan
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
hidup ini sangat relevan dengan pengembangan pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UU Sisdiknas No: 20. 2003). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional dengan tugas utamanya adalah mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, mengisi keperluan tenaga terampil tingkat menengah. Dipertegas melalui PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3 bahwa, Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
Dengan sekolah kejuruan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan.
Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun termasuk dalam kawasan dataran tinggi Sumatera Utara yang dikenal dengan wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan. Pada dasarnya kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi dan sektor unggulan di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata.
Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri.
Potensi pertanian terdapat di Kecamatan Silimakuta karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Simalungun yang berpusat di Nagori Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta. Kawasan ini merupakan pusat
kegiatan agropolitan yang pengembangan
dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan
pertanian off farm, yang saat ini telah
dilengkapi dengan sub terminal agribisnis
(STA).
Potensi pariwisata terdapat di
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon karena
merupakan Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata.
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon,
Kecamatan Dolok Pardamean dan
Kecamatan Haranggaol Horison merupakan
KSK budaya, lingkungan dan pariwisata
yang berpusat di Parapat Kecamatan
Girsang Sipangan Bolon, yang potensinya
antara lain : a ) memiliki keunggulan wisata
alam (danau dan pemandangan alam) yang
telah dilengkapi dengan sarana dan
prasarana wisata yang memadai. Dimana,
direncanakan akan dibangun pelabuhan fery
untuk
memudahkan
wisatawan
mengunjungi kawasan ini, dan b) memiliki
potensi lingkungan berupa hutan maupun
satwa yang unik (Parherekan di
Sibatuloting).
Potensi industri terdapat di
Kecamatan Bosar Maligas karena
merupakan Kawasan strategis Nasional
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Kawasan Sei Mangkei ini merupakan
kawasan perdagangan dan industri sebagai
pusat kegiatan strategis untuk
pengembangan wilayah Simalungun bagian
timur dan juga keberadaannya yang
berbatasan dengan Kabupaten Batubara.
Pendidikan kejuruan pertanian,
pariwisata, dan industri merupakan suatu
proses pembentukan sumber daya manusia
pertanian, pariwisata, industri yang
berkualitas, terampil dan mandiri serta
mempunyai daya saing yang tangguh untuk
menghadapi tantangan-tantangan yang
terjadi pada masa era globalisasi saat ini
serta mengantisipasi hal-hal negatif di masa
yang akan datang.
Permasalahan yang harus
dipikirkan pada saat ini adalah bagaimana
agar sektor pertanian, pariwisata dan
industri di Kabupaten Simalungun
mengalami kemajuan dan bukan menjadi
sektor yang ditinggalkan oleh karena tidak
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang semakin canggih.
Selama ini sektor pertanian, pariwisata dan
industri cenderung ditinggalkan dan banyak
134
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
daerah yang mencoba beralih ke sektor
ekonomi yang dianggap lebih maju dan
memiliki prospek yang cerah, yang menjadi
poin penting adalah biarlah daerah yang
berpotensi sebagai daerah pertanian,
pariwisata dan industri tetap menjaga citra
dirinya sebagai daerah pertanian, pariwisata
dan industri tetapi juga dapat membenahi
diri untuk tetap bisa eksis dan menjadi basis
pertanian, pariwisata dan industri yang
menjanjikan kemajuan dan pengembangan
wilayahnya.
Jika pembangunan pertanian,
pariwisata dan industri di Kabupaten
Simalungun tidak dimulai dari
pembangunan SDM pertanian melalui suatu
perencanaan pendidikan yang berorientasi
untuk menciptakan SDM pertanian,
pariwisata dan industri yang berkualitas,
maka di masa yang akan datang Kabupaten
Simalungun tidak akan mampu bersaing
dan dapat menjadi daerah yang tertinggal.
Selama ini latar belakang pendidikan SDM
pertanian, pariwisata, dan industri
khususnya petani pada umumnya hanya
lulusan SD ataupun tidak lulus SD. Oleh
karena itu, sangat dibutuhkan peranan
Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun
untuk dapat memberikan perhatian terhadap
pengembangan, pembangunan dan
peningkatan SDM pertanian di Kabupaten
Simalungun.
Perencanaan
pengembangan
pendidikan berbasis potensi wilayah dalam
hal strategi pengembangan Sekolah
Menengah Kejuruan Pertanian, Pariwisata
dan Industri di Kabupaten Simalungun
merupakan salah satu jawaban untuk
mempersiapkan dan meningkatkan SDM
pertanian, pariwisata dan industri yang
berkualitas di masa yang akan datang.
Pengembangan sekolah kejuruan
dewasa ini masih dilakukan berdasarkan
animo masyarakat dengan jurusan yang
sedang tren, sehingga lulusan sekolah
kejuruan cenderung memilih untuk mencari
kerja di daerah perkotaan pada sektor
formal. Kondisi seperti ini menjadikan
perkembangan daerah menjadi lambat
karena tenaga-tenaga terampil yang
mestinya bisa diarahkan untuk membangun
daerahnya malah memilih untuk bekerja di
daerah lain. Mungkin akan berbeda
kondisinya jika pengembangan sekolah
kejuruan diarahkan pada pengembangan
135
potensi wilayah, dengan kata lain
pengembangan sekolah kejuruan berbasis
pengembangan wilayah.
Pendidikan merupakan upaya yang
dapat mempercepat pengembangan potensi
manusia untuk mampu mengemban tugas
yang dibebankan kepadanya. Hal ini sudah
pasti harus memperlihatkan aspek
lingkungan dalam hal ini perlu diperhatikan
aspek kebutuhan, situasi, keadaan, lokasi,
keadaan perekonomian dan juga aspek
social politik. Maka perencanaan
pendidikan yang dilakukan harus
komprehensif, menyeluruh dan terpadu.
Permasalahannya adalah pembangunan
sekolah baru tanpa disertai dengan analisis
lokasi yang memadai. Lokasi sekolah di
bangun tanpa mempertimbangkan dimana
sebenarnya sekolah tersebut dikehendaki
calon murid.
Untuk itu perlu adanya keselarasan antara
kebijakan pengembangan wilayah dan
pengembangan potensi wilayah serta di
dukung pula dengan peningkatan SDM.
Penerapan
kebijakannya
adalah
memprioritaskan adanya sekolah kejuruan
yang dapat menampung penduduk usia
sekolah menengah untuk memperoleh
pendidikan sekolah kejuruan dan
selanjutnya lulusan sekolah kejuruan
tersebut dapat mengembangkan wilayah
dan melakukan pembangunan di Kabupaten
Simalungun.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di
Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah Kecamatan Silimakuta (pertanian), Kecamatan Bosar Maligas (industri) dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon (pariwisata) dalam rangka spesialisasi keunggulan perekonomian wilayah kecamatan Kabupaten Simalungun menggunakan analisis LQ. Secara umum, metode analisis LQ digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis.
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan lokasi SMK berbasis
potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dilakukan berdasarkan rangking urutan dari rataan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah berdasarkan rangking urutan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di wilayah
kecamatan tersebut. Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam
Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di Kabupaten
Simalungun
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Silimakuta Pematang Silimakuta Purba Haranggaol Horison Dolok Pardamean Sidamanik Pematang Sidamanik Girsang Sipangan Bolon Tanah Jawa Hatonduhan Dolok Panribuan Jorlang Hataran Panei Panombeian Panei Raya Dolok Silou Silou Kahean Raya Kahaean Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar Gunung Malela Gunung Maligas Hutabayu Raja Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Huluan Bandar Bandar Marsilam Bosar Maligas Ujung Padang
1,1867 1,3299 1,3605 0,6073 1,3338 1,0737 1,2490 0,6030 0,9532 1,3193 1,2558 1,2285 1,1899 1,2274 0,9273 1,3673 0,9477 1,0742 0,5938 0,6361 0,6886 0,8692 0,7511 1,1916 1,0921 1,0809 0,9187 0,7263 0,6744 0,2890 0,6360
Basis Basis Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis
11 4 2 28 3 16 7 29 17 5 6 8 10 9 19 1 18 15 30 26 24 21 22 12 13 14 20 23 25 31 27
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah
14 28 20 22 21 10 23 25 4 26 9 8 3 5 18 30 31 29 16 12 7 11 15 13 6 2 19 1 24 17 27
12,5 11 16 18 11 8 25 29 12 9 13 13 15 14 27 31 10,5 7 15,5 16 7,5 3 85 6,5 1 72 18,5 20 15,5 15 24,5 27 22 24 23 25 19 22 15,5 17 16 19 18,5 21 12,5 12 9,5 6 84 19,5 23 12 10 24,5 28 24 26 27 30
2 5 2 2 1 1 6 1 1 3 2 12 1
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
136
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Bandar dan Kecamatan Silimakuta, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Alternatif Penentuan Lokasi
SMK Berbasis Potensi
Wilayah Pertanian di
Kabupaten
Simalungun
Berdasarkan Rataan Ranking
Urutan Analisis LQ dan
Daya Tarik Kecamatan
Kecama
Analisis LQ
Daya Tarik
Rank Rataan Urutan Jlh
tan Nilai Kriteria Urutan Kriteria Urutan Urutan
SMK
tSailimaku1,1867 Basis 11 Rendah 14 12,5 11
-
Purba 1,3605 Basis 2
Rendah 20 11 8
-
Dolok
21
Pardame 1,3338 Basis 3 Rendah
12
-
an 9
Tanah Jawa
0,9532
Non Basis
17
Tinggi 4
10,5 7
5
Dolok
9
Panribua1,2558 Basis 6 Rendah
7,5
-
n3
Jorlang Hataran
1,2285 Basis
8
Sedang 8
8
5
2
Panei 1,1899 Basis 10 Tinggi 3
6,5 1
-
Panomb
5
eian 1,2274 Basis 9 Sedang
7
-
Panei
2
Jawa
6
Maraja Bah
1,0921 Basis
13
Sedang
9,5
-
Jambi
6
gPeBmaantdaanr1,0809 Basis 14 Tinggi 2 8 4
3
Bandar
0,7263
Non Basis
23
Tinggi 1
12 10
12
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panei berada pada rangking urutan pertama, merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah
pertanian prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Panombeian Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panombeian Panei berada pada rangking urutan kedua, merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian prioritas ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Panribuan walaupun memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kecamatan ini berada pada rangking urutan ketiga, merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan prioritas keempat dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keenam, hal ini disebabkan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang, belum memiliki SMK. Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Panribuan merupakan prioritas kelima dan keenam dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan kedelapan dan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jorlang Hataran merupakan prioritas ketujuh dan kedelapan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keempat dan kelima, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis, memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, namun masing-masing memiliki 3 dan 2 SMK. Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Bandar bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan 7 dan urutan 10 dan memiliki daya tarik tinggi, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pertanian dan telah memiliki SMK masingmasing sebanyak 5 dan 12 SMK.
Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 3.
137
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
Tabel 3. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam
Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten
Simalungun
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Silimakuta Pematang Silimakuta Purba Haranggaol Horison Dolok Pardamean Sidamanik Pematang Sidamanik Girsang Sipangan Bolon Tanah Jawa Hatonduhan Dolok Panribuan Jorlang Hataran Panei Panombeian Panei Raya Dolok Silou Silou Kahean Raya Kahaean Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar Gunung Malela Gunung Maligas Hutabayu Raja Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Huluan Bandar Bandar Marsilam Bosar Maligas Ujung Padang
0,0523 0,0269 0,0225 0,0138 0,0838 1,5040 0,3789 0,0555 1,0306 0,1299 0,1332 0,0998 0,5239 0,2556 1,1067 0,0830 0,0384 0,0792 2,4246 2,3210 2,6984 0,5397 1,9108 0,2502 0,5261 0,3851 0,7200 1,3149 1,2736 6,9196 2,2400
Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Basis Non Basis Non Basis Non Basis Non Basis Basis Basis Basis Basis
27 29 30 31 23 7 17 26 11 21 20 22 15 18 10 24 28 25 3 4 2 13 6 19 14 16 12 8 9 1 5
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Rendah Rendah Sedang Tinggi Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Rendah Rendah
14 28 20 22 21 10 23 25 4 26 9 8 3 5 18 30 31 29 16 12 7 11 15 13 6 2 19 1 24 17 27
20,5 22 28,5 30 25 24 26,5 27 22 23 8,5 4 20 21 25,5 26 7,5 3 23,5 25 14,5 15 15 16 97 11,5 12 14 14 27 28 29,5 31 27 29 9,5 9 85 4,5 2 12 13 10,5 11 16 19 10 10 98 15,5 17 4,5 1 16,5 20 96 16 18
2 5 2 2 1 1 6 1 1 3 2 12 1
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Siantar, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Sidamanik, Kecamatan
Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Bosar Maligas, Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tapian Dolok dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
138
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Tabel 4. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di
Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan
Daya Tarik Kecamatan
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Sidamanik Tanah Jawa Panei Tapian Dolok Dolok Batu Nanggar Siantar Jawa Maraja Bah Jambi Pematang Bandar Bandar Bosar Maligas
1,5040 1,0306 0,5239 2,4246 2,3210 2,6984 0,5261 0,3851 1,3149 6,9196
Basis Basis Non Basis Basis Basis Basis Non Basis Non Basis Basis Basis
7 11 15 3 4 2 14 16 8 1
Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Sedang Sedang Tinggi Tinggi Rendah
10 4 3 16 12 7 6 2 1 17
8,5 4 7,5 3 97 9,5 9 85 4,5 2 10 10 98 4,5 1 96
2 5 1 6 3 12
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Tapian Dolok, walaupun berada pada rangking urutan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Tapian Dolok merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas ketiga dan keempat dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Sidamanik, walaupun berada pada rangking urutan kelima dan keempat, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan
merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK dan 2 SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kelima, keenam dan ketujuh dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, walaupun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, kedua dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK.
Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan 7, 8 dan 10 serta Kecamatan Panei dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor industri.
Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 5.
139
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
Tabel 5. Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam
Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten
Simalungun
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Silimakuta
0,8198 Non Basis 20 Rendah 14 17 22 -
Pematang Silimakuta
0,4524 Non Basis 27
Rendah 28
27,5 30
-
Purba
0,2339 Non Basis 31
Rendah 20
25,5 28
-
Haranggaol Horison
2,3081 Basis
1
Rendah 22
11,5 7
-
Dolok Pardamean
0,3696 Non Basis 29 Rendah 21 25 27 -
Sidamanik
0,8236 Non Basis 19
Rendah 10
14,5 16
2
Pematang Sidamanik
0,6063 Non Basis 23 Rendah 23 23 26 -
Girsang Sipangan Bolon
2,2226 Basis
2
Rendah 25
13,5 13
-
Tanah Jawa
1,0189 Basis
16 Tinggi 4
10 4
5
Hatonduhan
0,4897 Non Basis 28 Rendah 26 27 29 -
Dolok Panribuan
0,6003 Non Basis 24
Rendah 9
16,5 21
-
Jorlang Hataran
0,5970 Non Basis 25
Sedang 8
16,5 20
2
Panei
0,6608 Non Basis 22
Tinggi 3
12,5 11
-
Panombeian Panei
0,5915 Non Basis 26
Sedang 5
15,5 18
-
Raya
1,0718 Basis
13 Rendah 18 15,5 17 2
Dolok Silou
0,2904 Non Basis 30 Rendah 30 30 31 -
Silou Kahean
1,6848 Basis
6
Rendah 31
18,5 24
1
Raya Kahaean
1,0545 Basis
15 Rendah 29 22 25 -
Tapian Dolok
1,4428 Basis
9
Rendah 16
12,5 10
-
Dolok Batu Nanggar
1,5353 Basis
8
Rendah 12 10 3
1
Siantar
1,0595 Basis
14 Sedang 7
10,5 6
6
Gunung Malela
1,2283 Basis
12 Rendah 11 11,5 8
1
Gunung Maligas
1,2793 Basis
11 Rendah 15 13 12 1
Hutabayu Raja
0,7634 Non Basis 21 Rendah 13 17 23 -
Jawa Maraja Bah Jambi
0,8492 Non Basis 18
Sedang 6
12 9
-
Pematang Bandar
0,9827 Non Basis 17
Tinggi 2
9,5 2
3
Bandar Huluan
1,3025 Basis
10 Rendah 19 14,5 15 2
Bandar
1,5836 Basis
7
Tinggi 1
4
1
12
Bandar Marsilam
2,0087 Basis
3
Rendah 24
13,5 14
1
Bosar Maligas
1,7678 Basis
4
Rendah 17
10,5 5
Ujung Padang
1,7045 Basis
5
Rendah 27 16 19
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Tanah
Jawa,
Kecamatan Bosar Maligas,
Kecamatan Siantar, Kecamatan Haranggaol
Horison, Kecamatan Gunung Malela,
Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, dan
Kecamatan Tapian Dolok, seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini.
140
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Tabel 6. Alternatif Penentuan Pendirian SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di
Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Urutan Analisis LQ dan
Daya Tarik Kecamatan
Kecamatan
Analisis LQ Nilai Kriteria
Urutan
Daya Tarik Kriteria Urutan
Rataan Urutan
Rank Urutan
Jlh SMK
Haranggaol Horison
2,3081 Basis
1
Rendah 22
11,5 7
-
Girsang Sipangan Bolon
2,2226 Basis
2
Rendah 25
13,5 13
-
Tanah Jawa
1,0189 Basis
16 Tinggi 4
10 4
5
Tapian Dolok
1,4428 Basis
9
Rendah 16
12,5 10
-
Dolok Batu Nanggar
1,5353 Basis
8
Rendah 12 10 3
1
Siantar
1,0595 Basis
14 Sedang 7
10,5 6
6
Gunung Malela
1,2283 Basis
12 Rendah 11 11,5 8
1
Jawa Maraja Bah Jambi
0,8492 Non Basis 18
Sedang 6
12 9
-
Pematang Bandar
0,9827 Non Basis 17
Tinggi 2
9,5 2
3
Bandar
1,5836 Basis
7
Tinggi 1
4
1
12
Bosar Maligas
1,7678 Basis
4
Rendah 17
10,5 5
Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah
Berdasarkan tabel alternatif penentuan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas kedua dan ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Tapian Dolok, walaupun kedua kecamatan ini berada pada rangking urutan kelima dan kesepuluh, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keempat dan kelima dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Gunung Malela, walaupun berada pada rangking urutan ketiga dan kedelapan, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini
merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK.
Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keenam, ketujuh dan kedelapan dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, waluapun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, keenam dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK.
Kecamatan Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan kedua dan kesembilan serta Kecamatan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pariwisata.
Hasil ini menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat
141
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK.
Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK.
Hasil di atas menunjukkan bahwa perencanan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatkan kualitas dapat dilihat dari ketrampilan/keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusia setelah menempuh pendidikan di SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatan kuantitas dapat dilihat dari berkembangnya sektor pertanian, industri dan pariwisata akan meningkatkan jumlah tenaga kerja.
Berdasarkan hasil temuan studi, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengembangkan wilayah secara optimal saat ini Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dibidang pertanian, industri dan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha yang menunjukkan sektor pertanian berada pada urutan pertama yaitu 235.460 orang, kemudian diikuti sektor pariwisata (sektor perdagangan, hotel dan restoran) sebanyak
66.880 orang dan sektor industri berada urutan keempat yaitu sebanyak 19.702 orang setelah sektor jasa-jasa yang berada urutan ketiga sebanyak 24.423 orang). Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK. Basis ekonomi dari sebuah komunitas dari aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan perekonomian, sehingga diperlukan SMK yang sesuai dengan potensi wilayah agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan kelulusan siswa memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam potensi wilayah tersebut yang konsekuensinya dapat memiliki pekerjaan sesuai dengan potensi wilayah dan menciptakan peluang kerja sesuai dengan potensi wilayah.
KESIMPULAN 1. Potensi SMK berbasis potensi wilayah
di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
142
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
merupakan basis pada sektor pariwisata
dengan nilai LQ 2,2226.
2. Daya tarik Kecamatan Silimakuta,
Kecamatan Bosar Maligas, dan
Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
dalam penentuan lokasi SMK di
Kabupaten Simalungun berdasarkan
analisis interaksi (gravitasi), yaitu
menggunakan variabel jumlah siswa
SMP dan jarak suatu wilayah
kecamatan ke wilayah kecamatan
lainnya menunjukkan bahwa
Kecamatan Silimakuta, Kecamatan
Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang
Sipangan Bolon memiliki daya tarik
rendah.
Kecamatan
Bandar,
Kecamatan Pematang Bandar,
Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan
Panei merupakan wilayah kecamatan di
Kabupaten Simalungun yang memiliki
daya tarik tinggi untuk penentuan
lokasi SMK di Kabupaten Simalungun.
SARAN 1. Kecamatan Silimakuta bukan prioritas
utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. 2. Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 3. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis
143
potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 4. Sektor ekonomi Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK.
DAFTAR RUJUKAN Ahadin. 2009. Peranan Komite Sekolah
Dalam Peningkatan Manajemen Kemandirian Sekolah. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume II No, 01 Edisi Juli 2009. Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa–Kota dan Permasalahannya. Penerbit Ghalia. Jakarta. Hajizi. 2004. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara (Tesis), Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Jayaditana, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung. ITB Bandung Karyono. 2009. Penentuan Lokasi SMK di Banyuwangi Dengan Menggunakan
Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik…
Analisis Multi Kriteria AHP
(Analytic Hierarchy Process ).
Tesis. Program Pasca Sarjana
Universitas Brawijaya. Surabaya.
Lubis, A. 2010. Pelaksanaan Standar
Nasional Dalam Dunia Pendidikan.
Jurnal EducanduM. Jurnal
Manajemen Pendidikan. PPs
Unimed-ISMPI Sumatera Utara.
Volume III No, 02 Edisi Desember
2010.
Lumban Gaol, M. 2010. Pengaruh Persepsi
Guru TEntang Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Motivasi Kerja,
dan Pengendalian Stress Terhadap
Komitmen
Guru.
Jurnal
EducanduM. Jurnal Manajemen
Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI
Sumatera Utara. Volume III No, 01
Edisi Juli 2010.
Mercado, R.G. 2002. Regional
Development in The Philippine:
A Review of Experience, State of
The Art and Agenda for Research
and Action, Discussion Paper
Series. Phillipine Institute for
Development Studies.
Matondang, M.S.E.S. 2009. Perencanaan
Pendidikan Menengah Kejuruan
Dikaitkan Dengan Potensi Wilayah
Kawasan Utara Kota Medan.. Tesis
Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Matondang, Z. 2010. Mengoptimalkan
Mutu Proses Pembelajaran
Matematika di Kelas. Jurnal
EducanduM. Jurnal Manajemen
Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI
Sumatera Utara. Volume III No, 02
Edisi Desember 2010.
Miarsih. 2009. Kajian Penentuan lokasi
Gedung SD-SMP Satu Atap Di
Kabupaten Demak. Tesis. Program
Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Miraza, B. H. 2005. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Ikatan
Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang
Bandung-Koordinator Jawa Barat.
Bandung.
Mirza, I. 2008. Pengembangan Sekolah
Kejuruan Berbasis Potensi
Pengembangan Wilayah Di
Kabupaten Brebes. Tesis. Program
Pasca Sarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Mulyanto. H.R. 2008. Prinsip-Prinsip
Pengembangan Wilayah. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Nachrowi dan Suhandojo. 2001. Analisis
Sumber Daya Manusia, Otonomi
Daerah, dan Pengembangan
Wilayah. dalam Tiga Pilar
Pengembangan Wilayah : Sumber
Daya Alam, Sumber Daya
Manusia, dan Teknologi. Pusat
Pengkajian Kebijakan Teknologi
Pengembangan Wilayah BPPT.
Jakarta.
Pohan, M.H. 2012. Analisis Lokasi
Pendirian Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Kota
Pematangsiantar Dalam Ranga
Meraih Bonus Demografi. Tesis
Magister
Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan. Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Medan. Tidak Dipublikasikan.
Safi’i. H.M. 2007. Strategi dan Kebijakan
Pembangunan Ekonomi Daerah.
Perspektif Teoritik. Averroes Press.
Malang.
Sangadji, E,M. dan Sopiah. 2010.
Metodologi Penelitian. Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Andi
Yogyakarta.
Sa’ud, Syaefudin Udin. 2007. Perencanaan
Pendidikan Suatu Pendekatan
Komprehensif.
Program
Pascasarjana
Universitas
Pendidikan Indonesia.Penerbit : PT.
Remaja Rosdakarya.
Sirojuzilam, Abdiyanto, Bastari, A. Kadir
dan S. Binsar. 2005. Pendidikan
dan Kesehatan Dalam Perencanaan
dan Pembangunan Wilayah
Kabupaten Deli Serdang. Wahana
Hijau. Jurnal Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Volume 1
Nomor 2 Desember 2005. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Sirojuzilam dan K. Mahalli. 2010.
Regional.
Pembangunan,
Perencanaan dan Ekonomi. USU
Press. Medan.
144
Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013
Soemarno. 2004. Peranan Analisis Dalam Perencanaan Lingkungan. Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah. Program Pascasarjana Universitas Brwawijaya. Malang.
Sokib dan Wiraawan. 2010. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik. Prosiding Seminar Nasional Sains 2010. Optimalisasi Sians Untuk Memberdayakan Manusia. Surabaya.
Surya, A. 2012. Membangun Kota Sarat Prestasi. Rubrik Opini, Harian Waspada Senin 9 Juli 2012.
Suprapta. 2006. Ketergantungan Wilayah Kecamatan Mranngen Terhadap Kota Semarang. Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan.
Supriadi, O. 2010. Hubungan
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Pembiayaan Terhadap Mutu
Pendidikan di Provinsi Banten..
Jurnal EducanduM. Jurnal
Manajemen Pendidikan. PPs
Unimed-ISMPI Sumatera Utara.
Volume III No, 01 Edisi Juli 2010.
Tarigan, R. 2006. Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Edisi
Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.
Tarigan, R. 2009. Ekonomi Regional. Teori
dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi
Aksara. Jakarta.
Umar, H. Metode Penelitian untuk Skripsi
dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua.
Grafindo Persada. Jakarta.
Wardiman
Djojonegoro,
1999.
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Melalui Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
Penerbit : PT. Balai Pustaka.
145