HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

DENDA FENTI ARISUWITA 20120320112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

DENDA FENTI ARISUWITA 20120320112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Denda Fenti Arisuwita

NIM : 20120320112

Program Studi : IlmuKeperawatan

Fakultas : KedokterandanIlmuKesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumberin formasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan daripenulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rahmat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada orang-orang tercinta yang telah mendukung skripsi ini terselesaikan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia penulis haturkan rasa syukur dan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

2. Bapak dan Ibu,Raden Singgih dan Denda Ratnawa yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan penulis, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta untuk kalian bapak ibuku.

3. Ibu Dosen pembimbing, Ibu Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS., HNC yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Ibu dosen atas jasa yang akan selalu terpatri di hati.

4. Ibu Dosen penguji, Resti Yulianti Sutrisno, M. Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji,


(6)

v

mengoreksi dan memberikan masukan serta saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

5. Suami tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, semangat yang tiada henti untuk saya, terimaksih atas semua yang telah diberikan selama ini, dari sebelum kita dihalalkan hingga kini kita telah dihalalkan dan dipersatukan, namun dukungan dan semangatmu tidak pernah surut sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, trimaksih banyak suamiku tercinta dan sudah menjadi imam dalam hidupku.

6. Sahabat dan Teman Tersayang yaitu gank Bolang (Winda, Novia, Erna, Elok, Zuli, Muslim, Banu, Adel, Novi, Vicky, Desi), sahabat kos Mawar sahabat sekaligus saudara Vina Glaeli Pratiwi, Yayuk Wahyuni, Eka Widya Wati, Nurani Anggi Sagita, Zulfin Hriani, sahabat rempong Sely Febrianti, Asri, Novi, sahabat satu bimbingan Upik Mei, Nur Saadah, Nurdina (Dina Ryosuke), Agus gunadi (gugun) tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin penulis sampai disini, terimakasih untuk dukungan dan semangat kalian, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah mendukung. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk semua. Aamin.


(7)

vi MOTTO

Dan bila aku sakit Dialah yang menyembuhkanku “ (Q.S. AsySyua’ara 26:80) “Setiap penyakit ada obatnya.Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka

dengan izin Allah penyakit itu sembuh (HR.Muslimdan Ahmad)

“Jadikanlah kegagalan suatupelajaran awa ldari keberhasilan dan bagi orang-orang yang mampu belajar dari kegagalan akan lebih tegar dalam menghadapi

setiap cobaan, sehingga yakinlah kamu bahwa kegagalan merupakan sukses yang tertunda makaberusahalah” (H.R Bukhari Muslim)

“Bacalah dengan menyebut namatu hanmu yang menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan mulah yang Maha Mulia, yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, petunjuk, karunia serta Anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Persepsi Dukungan Keluarga Dengan Prilaku Diet Pasien Diabetes Melitus ” dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya dan Insya Allah kepada kita sebagai umatnya. Semoga ajaran yang beliau ajarkan dapat kita amalkan dalam kehidupan ini & semoga kita mendapatkan syafa’at beliau di akhirat nanti. Amiin.

Peneliti sadar tanpa bantuan dari berbagai pihak, proposal karya tulis ilmiah ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr Ardi Promono Sp. An., M. Kes., Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., Sp. Mat selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Imiah.


(9)

viii

3. Ibu Yanuar Primanda, S. Kep., Ns., MNS., HNC selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingannya pada proposal karya tulis ilmiah ini.

4. Yuni Permatasari Istanti, M. Kep, Ns. Sp.Kep.MB, CWCS (alamarhumah), selaku dosen penguji pertama, yang telah banyak memberikan masukan , dan banyak memberikan sumbangan pemikiran sehingga dari proposal hingga KTI ini bisa terselesaikan, semoga amal ibadah Ibu ditrima disisnya Amin.

5. Ibu Resti Yulianti Sutrisno, S.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan masukan serta saran terhadap proposal karya tulis ilmiah ini. 6. Keluarga yang senantiasa selalu memberikan dukungan moril, spiritual, serta,

materi sehingga memperlancar tersususunnya penelitian ini.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 30 Agustus 2016


(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRACT ...15

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Keaslian Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

A. Landasan Teori ...9

1. Diabetes Mellitus ...9

2. Keluarga ...18

3. Perilaku ...24

4. Perencanaan Makan atau Diet pada penderita DM ...27

B. Kerangka konsep ...37

C. Hipotesis ...37

BAB III METODE PENELITIAN ...38

A. Desain Penelitian ...38

B. Populasi dan Sampel ...38

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...40

D. Variabel Penelitian ...40

E. Definisi Operasional ...40


(11)

x

G. Metode Pengambilan Data ...44

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas ...45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...50

A. Hasil Penelitian ...50

B. Pembahasan ...55

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ...66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...67

A. Kesimpulan ...67

B. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...69


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner dukungan keluarga ... 42

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner perilaku diet pasien DM ... 42

Tabel 3. Gambaran karakteristik responden DM ... 51

Tabel 4. Gambaran usua, berat badan, IMT, dan lama menderita DM ... 51 Tabel 5. Distribusi frekuensi dukungan keluarga pasien DM di wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta…...

52

Tabel 6. Distribusi frekuensi perilaku diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta...

53

Tabel 7. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta...


(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN 1. ADA : American Diabetes Association

2. BAPPEDA : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 3. DM : Diabetes Mellitus

4. DINKES : Dinas Kesehatan

5. DMG : Diabetes Mellitus Gesrasional 6. IDF : International Diabetes Federation 7. HDL : High density lipoprotein

8. KEMENKES : Kementrian Kesehatan 9. DINKES : Dinas Kesehatan

10.PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia 11.RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

12.STP : Survailans Terpadu Penyakit 13.TGM : Terapi Gizi Medis


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1.Lembar persetujuan menjadi responden penelitian Lampiran2.Kuesioner data demografi

Lampiran3.Kuesioner dukungan keluarga terhadap diet diabetes melitus Lampiran4. Kuesioner perilaku diet pasien diabetes melitus yang di lakukakan selama 1 bulan terakhir berdasarkan 3J


(15)

xiv INTISARI

Latar Belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit paling kronis yang diderita oleh banyak orang di dunia. Salah satu manajemen DM adalah diet. Manajemen Dalam menangani diet DM, ada beberapa kendala seperti kurangnya dukungan keluarga. dukungan keluarga merupakan salah satu faktor pada pasien diabetes

untuk berperilaku baik dalam terapi DM diet.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah 48 pasien DM di Puskesmas Gamping Sleman 1 Yogyakarta yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dukungan keluarga yang baik (91,7%), dan perilaku diet yang baik (81,3%). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji Kolmogorov-simirnov dengan p <0,05. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dan perilaku diet pada pasien (p = 0.223).

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet DM pasien. peneliti selanjutnya disarankan untuk menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku diet dan keluarga mendukung DM pasien.


(16)

15 ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus (DM) is one of the most chronic diseases suffered by many people in the world. One of the DM management is diet. Management In handling the diet DM, there are some obstacles such as lack of family support. Family support is one factor in diabetic patient to behave well in DM diet therapy.

Objective: This study aimed to analyze the relationship between family support with the behavior of the DM patient's diet.

Methods: This study was a correlational study with cross sectional approach. This research was conducted in June 2016. The sample in this study was 48 DM patients in Puskesmas Gamping Sleman 1 Yogyakarta which were selected using total sampling technique.

Results:The results showed that the majority of family support was good (91.7%), and the behavior of diet was good (81.3%). The data was collected by using questionnaires and was analyzed by using Kolmogorov-simirnov test with p<0,05. There was no relationship between family support and dietary behavior among patients (p=0,223).

Conclusion: There is no significant correlation between family support with the behavior of the DM patient's diet. Further researchers are suggested to analyze other factors that influence the behavior of the DM patient's diet and family support.


(17)

(18)

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus (DM) is one of the most chronic diseases suffered by many people in the world. One of the DM management is diet. Management in handling the diet DM, there are some obstacles such as lack of family support. Family support is one factor in diabetic patient to behave well in DM diet therapy. Objective: This study aimed to analyze the relationship between family support with the behavior of the DM patient's diet.

Methods: This study was a correlational study with cross sectional approach. This research was conducted in June 2016. The sample in this study was 48 DM patients in Puskesmas Gamping Sleman 1 Yogyakarta which were selected using total sampling technique.

Results:The results showed that the majority of family support was good (91.7%), and the behavior of diet was good (81.3%). The data was collected by using questionnaires and was analyzed by using Kolmogorov-simirnov test with p<0,05. There was no relationship between family support and dietary behavior among patients (p=0,223).

Conclusion: There is no significant correlation between family support with the behavior of the DM patient's diet. Further researchers are suggested to analyze other factors that influence the behavior of the DM patient's diet and family support. Keywords: family support, behavior, diet, diabetes mellitus


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dikarenakan kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI) tahun 2006, seseorang menederita DM jika memiliki kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi klinis DM adalah frekuensi berkemih (poliuria) yang meningkat. Rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia), keluhan lelah mengantuk, serta menurunnya berat badan (Price & Wilson, 2005).

Penderita DM diperkirakan akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut laporan badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2013 sebanyak 347 juta orang di seluruh dunia yang mengidap DM dengan estimasi glukosa puasa ≥ 7.0 mmol / L. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dunia dari 10 besar negara dengan diabetes melitus tertinggi. Populasi penderita DM di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,8% atau sekitar 8,5 juta penduduk dengan rentang usia 20-79 tahun. Proporsi jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2013 masih didominasi oleh kaum perempuan dengan total sebesar 4,9 juta penderita atau lebih besar dari


(20)

2

pada kaum laki-laki yakni sebesar 3,6 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2035 dengan asumsi tanpa adanya perbaikan, angka DM di indonesia akan meningkat sebesar 165% pada masing-masing gender (IDF, 2013).

Pusat data dan informasi Kemenkes RI (2012) juga mencatat bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang masuk sepuluh besar dari daftar penyakit yang menyebebkan kematian di Indonesia setelah perdarahan intrakranial, strok, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit jantung lainnya. Berdasarkan data Survailans Terpadu Penyakit (STP) RS rawat jalan di Yogyakarta tahun 2014, data penderita DM sebanyak 28.564 kasus, sedangakan di Puskesmas, DM menempati urutan keenam dari sepuluh besar penyakit rawat jalan Puskesmas tahun 2014 sebanyak 25.152 kasus (Dinas Kesehatan [DINKES] Yogyakarta, 2014).

Penatalaksanaan DM menurut konsensus PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) pada tahun 2011 terdiri atas 4 pilar yaitu edukasi, pengelolaan diet, latihan jasmani, dan intervensi farmakaologis. Perencanaan makan atau diet menjadi hal yang sangat penting pada pilar penatalaksanaan DM. Perencanaan makan atau diet yang tepat merupakan langkah pertama sebelum pemberian obat-obatan dan perlu dilakukan bagi pasien DM. Perencanaan makan atau diet yang dikelola secara baik diharapkan akan dapat mempertahankan kadar gula darah, mempertahankan berat badan, dan dapat mencegah komplikasi akut dan kronik sehingga kualitas hidup dapat di tingkatkan (Waspadji, 2007). Pelaksanaan diet diabetes melitus hendaknya mengikuti pedoman 3J yaitu pola makan bagi penderia diabetes melitus berdasarkan jumlah, jadwal, dan jenis (Sulistyowati, 2011). Diet dengan 3J yang dimaksud adalah jumlah makan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita DM. Penderita DM juga harus mengetahui dan memahami jenis makanan


(21)

3

apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan mana yang harus dibatasi dan makanan apa yang harus di batasi secara ketat. Lebih lanjut penderita DM harus membiasakan diri untuk makan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam (Perkeni, 2011).

Makanan sehat didalam Islam sangatlah penting, hal ini bukan hanya halal dan haram tetapi kandungan gizi dan efek kesehatan makanan terhadap tubuh. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31 :“Hai anak adam, kenakan pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan makan dan minumlah dan jangan berlebih- lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. Hikmah dari surat Al –A’raf ayat 31 adalah kita sebagai manusia harus selalu berpakaian yang layak ketika memasuki masjid atau tempat ibadah lainya serta selalu makan dan minum secukupnya sesuai aturan yang berguna untuk memelihara kesehatan.

Penatalaksaan diet bagi penderita DM sangat penting untuk mengendalikan kadar gula darah, tetapi tidak semua penderita DM memiliki perilaku diet yang baik. Ridwan dan Putro (2012) meneliti tentang perilaku diet pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Kediri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku diet DM bagi penderita DM yang paling banyak adalah dalam kategori cukup yaitu sebanyak 21 responden (47,7%) dan terdapat 7 responden (15,9%). yang termasuk dalam kategori kurang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku diet penderita DM masih belum sesuai dengan anjuran penatalaksanaan diet yang tepat bagi penderita DM.

Perilaku diet dalam perencanaan makan penderita DM dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, akomodasi, perubahan model terapi, modifikasi faktor lingkungan dan sosial, serta interaksi professional tenaga kesehatan dengan pasien. Modifikasi faktor


(22)

4

lingkungan sosial yang paling berpangaruh adalah dukungan keluarga. Dukungan ini dapat membantu meningkatkan kepatuhan diet pasien atau program pengobatan yang akan dijalankan (Niven, 2002).

Senuk, Supit, dan Onibala (2013) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien DM menunjukkan bahwa dari 69 responden didapatkan bahwa 61 (88,4%) responden mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik, 8 (11,6%) responden mendapatkan dukungan keluarga kurang, 37 (53%) responden termasuk dalam kategori patuh, sedangkan 32 (46%) responden dalam kategori tidak patuh. Kesimpulan hasil penelitian ini menyatakan bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan pelaksanaan program diet pasien diabetes melitus.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan terdapat 48 penderita DM yang melakukan kontrol di Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta dari bulan Oktober sampai November 2015. Wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 1-3 Desember 2015 terhadap 5 pasien DM mendapatkan hasil bahwa 2 pasien diantar oleh keluarganya untuk kontrol rutin dan keluarga selalu memperhatikan pasien terkait makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan. Satu pasien mengatakan tidak pernah diperhatikan dalam pengaturan makan atau dietnya oleh keluarga. Pasien hanya tahu bahwa tidak boleh memakan makanan yang manis-manis. Dua pasien lainnya tidak diantar oleh keluarganya untuk kontrol, dan pasien merasa keluarga kurang memperhatikan dalam program diet pasien.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Diet Pasien Diabetes Melitus”.


(23)

5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Adakah hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM di Wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta”? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui dukungan keluarga pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta

b. Mengetahui perilaku diet pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi llmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan, pengetahuan dan pemahaman bagi perawat agar dapat memberikan pengetahuan, bimbingan, dan edukasi, terkait diet DM dengan melibatakan keluarga untuk meningkatkan perilaku diet pasien DM.

2. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat memotivasi pasien diabetes melitus agar menjalankan pola hidup sehat yaitu dengan penerapan diet yang telah diberikan.


(24)

6

Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya tentang hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku diet pasien DM. Peneliti selanjutnya dapat pula meneliti tentang kepatuhan pasien terhadap perilaku dietnya

E. Keaslian Penelitian

1. Susanti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Dukungan keluarga meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di ruang rawat inap RS. BAPTIS KEDIRI“. Penelitian ini merupakan penelitian kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien diabetes melitus di ruang rawat inap RS. Baptis Kediri yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang digunakan 25 orang dengan accidental sampling. Analisis data menggunakan uji “Wilcoxon Macth Pair”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di ruang rawat inap RS. Baptis Kediri ( =0,00). Kesimpulannya dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri.

Perbedaan antara penelitian diatas dan penelitian saat ini adalah dalam hal lokasi penelitian, jumlah responden, dan variabel yang diteliti. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional

2. Angina (2010) meneliti tentang “ Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam melaksanakan program diet di poli penyakit dalam RSUD Cibabat Cimahi”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif correlation dengan desain penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan berjumlah 30 orang pasien diabetes melitus yang berkunjung di Poli Penyakit Dalam RSUD


(25)

7

Cibabat Cimahi, yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan food record. Berdasarkan hasil pengujian hubungan melalui Chi Square, menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet dengan derajat keeratan yang tinggi =0,603)

Perbedaan antara penelitian diatas dan penelitian saat ini adalah dalam hal lokasi penelitian, jumlah responden, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan food record, dan variabel yang diteliti. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-menggunakan pendekatan cross sectional.


(26)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Diabetes Mellitus a. Pengertian

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kerana kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.

Kesimpulannya diabetes melitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia, eterosklerotik, mikroangiopati dan neuripoati. Hiperglikemia terjadi akibat dari kekurangan insulin atau menurunya kerja insulin.

b. Klasifikasi diabetes mellitus

Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori klinis yaitu: 1) Diabetes melitus tipe 1. Tipe ini disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga kekurangan insulin absolut. Umumnya penyakit berkembang kearah ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. Pada diabetes melitus tipe ini biasanya terjadi sebelum umur 30 tahun dan harus mendapatkan insulin dari luar. Beberapa faktor resiko dalam diabetes melitus tipe ini adalah:


(27)

autoimun, infeksi virus, riwayat keluarga diabetes melitus (ADA, 2012).

2) Diabetes melitus tipe 2. Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. Faktor resiko DM tipe 2 adalah : obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40 tahun, pengobatan dan riwayat keluarga diabetes melitus. Hampir 90% penderita diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 2 (ADA, 2012). 3) Diabetes melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional (DMG),

merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan diabetes melitus, infeksi yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg (ADA, 2012).

4) Diabetes tipe lain disebabkan karena defek genetik fungsi sel beta, defek genetik fungsi insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang berhubungan dengan diabetes melitus. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, dan epinefrin bersifat antagonis atau melawan kerja insulin. Kelebihan hormone tersebut dapat mengakibatkan diabetes melitus tipe ini (ADA, 2012).


(28)

c. Etiologi

1) Obesitas. Makanan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalm tubuh menumpuk dan menyebabkan kelenjar pankreas bekerja keras memproduksi insulin untuk mengolah gula yang masuk (Lanywati, 2011).

2) Kekurangan insulin. Kekurangan insulin disebabkan kerena tidak memadainya hasil sekresi insulin sehingga respon jaringan terhadap insulin berkurang. Hal ini merupakan gejala dari heperglikemia (American Diabetes Association, 2011). 3) Pada saat hamil. Seorang ibu secara naluri akan menambah konsumsi

makanannya, sehingga berat badan ibu otomatis akan naik 7-10 kg. Pada saat makanan ibu ditambah konsumsinya ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka akan terjadi gejala diabetes melitus (Lanywati, 2011).

d. Patofisologi Diabetes mellitus

Semua tipe diabetes melitus, sebab utamanya adalah hiperglikemi atau tingginya gula darah dalam tubuh yang di sebabkan oleh sekresi insulin, kerja dari insulin atau keduanya (Ignativicius & Workman, 2006).

Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (ADA, 2012):

1) Rusaknya sel-sel β pankreas. Rusaknya sel beta dapat di karenakan genetic, imunologis atau dari lingkungan seperti virus. Karakteristik inii biasanya terdapat pada Diabetes Melitus tipe 1.

2)Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. 3)Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer

Apabila di dalam tubuh terjadi kekurangan insulin , maka dapat mengakibatkan beberapa hal menurut (Ignativicius dan Workman, 2006; Smeltzer et al, 2008):


(29)

1) Menurunnya transport glukosa melalui membran sel, keadaan ini mengkibatkan sel-sel kekurngan makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita DM selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat atau yang biasa disebut poliphagia.

2) Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat mengkibatkan terjadinya hiperglikemi. Tingginya kadar gula dalam darah mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorbsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsi.

3) Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot terganggu.

4) Meningkatkan glikognolisis, glukogeogenesis yang memecah sumber selain karbohidrat seperti asam amino dan laktat.

5) Meningkatkan lipolisis, dimana pemecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas.

6) Meningkatkan ketogenesis (merubah keton dari asam lemak bebas.

7) Proteolisis, dimana merubah protein dan asam amino dan dilepaskan ke otot. e. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Manifestasi klinis Diabetes Melitus dapt di golongkan menjadi gejala akaut dan kronik (Perkeni, 2011).


(30)

Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemula gejala yang ditunjukkan yaitu banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (poliuria).

Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

2) Gejala Kronik Diabetes Melitu

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata diabetes melitus adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat 4 kg (Soegondo dkk, 2004).

f. Epidemiologi

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [KEMENKES] (2009), menyatakan bahwa secara epidemiologi, diperkirakan bahwa tahun 2030 prevalensi diabates melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Penyebab kematian akibat diabetes melitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki rangking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan diabetes melitus menduduki rangking ke-6 yaitu 5,8% (Riset


(31)

Kesehatan Dasar [RISKESDAS], 2007). Di Yogyakarta angka kejadian diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter sebanyak 2,6% dan gejala akan meningkat sesuai bertambahnya umur, namun akan turun mulai umur >65 tahun (Riskesdas, 2013).

g. Komplikasi Diabetes Melitus

Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai komplikasi. Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi: Ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik, dan hiperglikemia (Perkeni,2011).

Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik adalah, makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati. Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti jantung, darah tepi dan otak. Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal (perkeni, 2011).

h. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Menurut Perkeni (2011), penataksanaan diabetes melitus terdiri dari : 1) Edukasi

Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup dan perilaku telah terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan penyandang diabetes melitus memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi:


(32)

a) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk kelompok resiko tinggi.

b) Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk pasien baru. Materi edukasi beruapa penegrtian diabetes, gejala, penatalaksanaan, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik.

c) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.

2) Terapi gizi atau Perencanaan Makan

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al, (2008) bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:

a) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes melitus

b) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan mineral

c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil

d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada pasien diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun

e) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.


(33)

3) Latihan jasmani

Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan jug adapt meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (ADA, 2012).

Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secra teratur (3-4 kali seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknnya disesuiakan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Menurut ADA (2012), ada beberapa pedoman umum untuk melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu:

a) Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan kaki lainnya. b) Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin

c) Periksa kaki setelah melakukan latihan.

d) Hindari latihan pada saar pengendalian metabolik buruk 4) Terapi farmakologis

Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olah raga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin.Pasien diabetes melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan insulin setiap hari.pasien diabetes melitus tipe 2, umumnya pasien perlu minum obat antidiabetes secara oral


(34)

atau tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet (ADA, 2012).

5) Monitoring keton dan gula darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemiadan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus (Smeltzer et al, 2008).

2. Keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian anggota keluarga. Saat ini bentuk keluarga sudah beragam dan mempunyai tipe yang mencangkup keluarga inti, keluarga adopsi, keluaraga asuh, keluarga tanpa anak, keluarga homoseksual, keluarga orang tua tunggal, dan keluaraga binuklear (Friedman, 2014).

Friedman (2013) menambahkan beberapa penjelasan tentang definisi keluarga untuk memfasilitasi pemahaman tentang kelurga.

1) Keluarga inti (terkait dengan pernikahan)

Keluarga inti adalah keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran sebagai orang tua atau kelahiran, terdiri atas suami, istri dan anak–anak mereka (biologis, adopsi, atau keduanya).


(35)

2) Kelurga orientasi (keluarga asal)

Keluarga orientasi adalah unit keluarga tempat seseorang dilahirkan. 3) Extended family

Extended family adalah keluarga inti dan individu terkait lainnya (oleh hubungan darah), yang biasanya merupakan anggota keluarga asal dari salah satu pesangan keluarga inti.Terdiri dari “sanak saudara” dan dapat mencakup nenek/kakek, bibi, paman, keponakan dan sepupu.

b. Fungsi peran keluarga

Fungsi peran keluarga adalah apa yang dikerjakan oleh anggota keluarga yang tinggal dalam keluarga dan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga (Friedman 2013). Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi dasar dalam keluarga yaitu:

1) Fungsi efektif

Fungsi efektif merupakan fungsi mempertahankan keperibadian dimana memfasilitasi stabilitasi keperibadian orang dewasa dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga tersebut.

2) Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.


(36)

Fungsi reproduksi yaitu fungsi dalam keluarga untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi keluarga dari menjaga kelangsungan hidup keluarga dan masyarakat.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi dalam keluarga seperti memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang cukup dan alokasi efektifnya.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi ini bertujuan untuk mempertahankan kodisi kesehatan anggota keluarga, menyediakan kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, temapat tinggal dan perawatan kesehatan keluarga.

c. Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti.Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

d. Dukungan keluarga terhadap pasien Diabetes Melitus

Paradigma sehat untuk pasien DM merupakan suatu cara pandang tentang kesehatan dimana penatalaksanaannya meningkatkan peran serta dari keluarga untuk hidup sehat terutama pada keluarga dengan risiko tinggi DM sehingga mampu untuk


(37)

mandiri, memelihara dan meningkatkan serta waspada akan munculnnya komplikasi DM (Rifki, 2009).

Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam upaya menciptakan lingkungan yang terhindar dari stress akibat dari pengobatan yang dijalani. Dukungan sosial keluarga sebagai pelindung dalam faktor pencetus stress dan menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga dapat menjaga kontrol gula darah. Penyakit DM jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal syaraf. jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit manahun tersebut dapat dicegah, paling sedikit dihambat (Waspadji, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Marie, Heisler, dan Piette (2011) menyebutkan bahwa dukungan keluarga dapat berpengaruh terhadap kesehatan penderita penyakit kronis.Pola komunikasi dan mekanisme koping keluarga yang baik meningkatkan motivasi klien untuk selalu menjaga kesehatannya (Marie et al, 2011).

e. Jenis dukungan keluarga

1) Dukungan instrumental adalah dukungan yang paling umum dari dukungan keluarga dimana keluarga merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit. Pendekatan keluarga pada pasien diabetes melitus yaitu dengan penyuluhan atau konseling tentang kebiasaan hidup sehat dan melakukan pemeriksaan umum (American Diabetes Association [ADA], 2011)


(38)

2) Dukungan infomasional yaitu keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit yaitu dengan memberikan penyuluhan atau informasi tentang diet yang dijalani pasien diabetesdan memberikanpanduan program diet atau perencanaan makan yang sudah dibuat (Harnilawati, 2003).

3) Dukungan spiritual yaitu dengan memberikan dukungan spritual kepada anggota keluarga yang sedang mengalami suatu penyakit seperti mengajak ke tempat ibadah (Friedman, 2011).

4) Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan keluarga yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan dan kelainan yang di alaminya) (Friedman, 2010). f. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2009) dalam Novitasari (2014) faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yaitu:

1) Faktor internal

a) Tahap perkembangan. Tahap perkembangan artinya dukungan yang ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan. Pengetahuan atau tingkat pengetahuan

yaitu keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan yeng terdiri dari pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman masa lalu


(39)

c) Emosi.Faktor emosi sangat berpengaruh dalam keyakinan terhadap dukungan keluarga dimana seseorang mengalami respon stress terhadap penyakit yang dideritannya

d) Spiritual. Aspek ini terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupananya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan hubungan dengan keluarga atau teman.

2) Faktor eksternal

a) Praktik keluarga yaitu keluarga memberikan dukungan yang biasaanya bisa mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

b) Sosial ekonomi adalah faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit serta mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan penyakit yang dideritannya.

c) Budaya merupakan faktor yang mempengaruhi keyakinan, nilai, kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk pelaksanaan kesehatan pribadinya.

3. Perilaku

a. Definisi perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.Perilaku manusia hakekatnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri.Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup; berjalan berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Perilaku dapat dikatakan apa yang dikerjakan secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2011).


(40)

Bedasarkan respon stimulus perilaku dapat di bedakan menjadi 2 yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh oaring lain (Notoatmodjo, 2007).

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain (Notoatmodjo, 2007).

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2) Faktor pendukung (enabling factors)

Faktor-faktor ini mancakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalanya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta,


(41)

dsb.Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga (Notoatmodjo, 2010).

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan.Termasuk juga undang-undang peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

c. Perilaku kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

2) perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3) perilaku gizi (makanan) dan minuman.

4. Perencanaan Makan atau Diet pada penderita DM a. Definisi Diet

Diet atau perencanaan makan adalah pengaturan cara makan untuk mengurangi resiko komplikasi penyakit (American Diabetes Association [ADA], 2015). Sedangkan definisi diet diabetes melitus adalah berupa pantangan atau larangan untuk mengonsumsi gula dan karbohidrat secara berlebih (Lanywati, 2011).


(42)

Dapat disimpulkan bahwa diet merupakan pengaturan cara makan yang mempunyai tujuan untuk mengurangi komplikasi penyakit contohnya pada diet diabetes melitus.

b. Penatalaksaan diet DM

Pada pasien diabetes melitus perlu ditekankan pentingnya keterturan makan dalam hal jumlah makan, jenis makan, dan jadwal makan (Perkeni, 2011). Dapat di uraikan yaitu sebagai berikut:

1) Jumlah makan

Jumlah makan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penerita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah.Jumlah kalori yang di sarankan berkisar antara 1100-2900kkal (Waspadji, 2000). Sebelum menghitung beberapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes melitus, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca :Berat Badan Idaman: 90% X (tinggi badan dalam cm – 100) X 1 kg (Waspadji. 2000).

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011, telah menetapakan standar jumlah pada diet Diabetes melitus, dimana telah di tetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan pemanis dalam satu porsi makanan yang harus dikosumsi oleh penderita diabetes melitus sebagai berikut:

1. Karbohidrat

Rekomendasi ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk


(43)

sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohiidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65% energi (Sukardji, 2011).

2. Protein

Protein merupakan bahan dasar untuk zat pambangun, pertumbuhan, hormone dan antibodi. Pada penderita diabetes melitus, kebutuhan protein akan meninngkat akibat digunakan sebagai energy. Sedangkan karbohidrat sendiri tidak dapat di serap oleh tubuh sehingga penderita merasa lemas.Berdasarkan hal tersebut, maka seorang penderita DM memerlukan protein sebanyak 10-15 % untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya (PERKENI, 2011).

3. Lemak

Pada penderita DM, penggunaan lemak dibatasi, terutama lemak jenuh yang secara tidak langsung dengan mekanisme tertentu dapat mempengruhi kanaikan kadar gula darah. Makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain minyak kelapa, margarin, santan, keju, dan lemak hewan. Sedangkan lemak tidak jenuh efeknya jauh lebih kecil terhadap kadar gula darah dari pada lemak jenuh (PERKENI, 2011).


(44)

4. Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulakan hiperkolesterolemia yang berkaitan dengan terjadinya arterosklerosis. Pada penderita DM, kadarkolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya. Oleh karena itu, konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah yang dibutuhkan <300 mg per hari (PERKENI, 2011).

5. Serat

Serat yang di konsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan di seluruh pencernaan pembentuk massa sehingga absorbs glukosa dan lemak di usus akan berkurang (PERKENI, 2011).

6. Garam

Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kerja jantung.Oleh karena itu pada penderita Diabetes Melitus dengan hipertensi, pemakaian garam dibatasi. Jumlah asupan garam untuk penderita DM yaitu sama dengan orang biasa tidak lebih dari 3000 mgr sama dengan 6-7 g (1 sendok) garam dapur (Suyono, 2009).

7. Pemanis

Selama ini pemanis yang ada di pasaran adalah sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylol, sakkarin, siklamat dan asparatum.Pemanis yang mengandung kalori adalah sukrosa dan


(45)

fruktosa.oelh karena itu penggunaaanya harus di batasi atau di hindari.Gula masih dapat dikolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya.Oleh karena itu, konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah yang dibutuhkan <300 mg per hari (PERKENI, 2011).

8. Serat

Serat yang di konsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan di seluruh pencernaan pembentuk massa sehingga absorbs glukosa dan lemak di usus akan berkurang (PERKENI, 2011).

9. Garam

Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kerja jantung.Oleh karena itu pada penderita Diabetes Melitus dengan hipertensi, pemakaian garam dibatasi. Jumlah asupan garam untuk penderita DM yaitu sama dengan orang biasa tidak lebih dari 3000 mgr sama dengan 6-7 g (1 sendok) garam dapur (Suyono, 2009).

10.Pemanis

Selama ini pemanis yang ada di pasaran adalah sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylol, sakkarin, siklamat dan asparatum.Pemanis yang mengandung kalori adalah sukrosa dan fruktosa.oelh karena itu penggunaaanya harus di batasi atau di


(46)

hindari.Gula masih dapat di gunakan dalam jumlah terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori (3-4 sendok makan) sehari, (Suyono, 2009). 2) Jenis Makanan

Penderita diabetes melitus harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus di batasi secara ketat. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah di serap seperti sirup, gula, sari buah harus dihindari.Sedangkan untuk buah-buahan semua jenis buah boleh di makan pasien diabetes dengan jumlah sesuai anjuran (kurang lebih 4 penukar sehari).Indeks glikemik semua macam-macam buah lebih rendah dari pada sukrosa. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat. Protein sebesar 0,8 g/kg BB ideal dapat mempertahankan proteogenesis, dengan catatan 50% daripadanya harus berasal dari protein hewani seperti daging tanpa lemak, ikan dan telur maksimal 2x/minggu. Sedangkan diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak sangat baik untuk pasien diabetes, asupan lemak tidak lebih dari 30% dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari (Soegondo, 2009).

3) Jadwal Makan

Penderita diabetes melitus harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang telah di tentukan.penderita diabetes melitus makan sesuai


(47)

jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan denagn interval waktu 3 jam. Hal ini di maksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapakan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang dugunakan oleh penderita DM (Waspadji, 2000).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet DM 1) Faktor Internal

a) Pendidikan dan Pengetahuan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan ketaatan sepanjang pendidikan tersebut besifat aktif (Niven, 2002). Pengetahuan merupakan hasil keingintahuan dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Menurut fungsinya pengetahuan merupakan doronagan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamtannnya. Adanya unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga tercapai suatu konsistensi. Pengetahuan


(48)

seseorang akan sangat menentukan apakah seseorang berperilaku baik terhadap diet atau tidak, karena dengan penerimaan informasi yang efektif mengetahui apa akibat dari diet DM membuat seseorang mempunyai keyakinan untuk berperilaku baik dalam menjalankan diet (Bidari, 2010).

b) Keyakinan dan Sikap Positif

Semua syarat untuk menumbuhkan perilaku baik adalah mengemangkan tujuan perilaku dimana seseorang akan berperilaku baik apabila memiliki keyakinan dan sikap positif dari dalam diri terhadap diet. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pamantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri, dan pennghargaan terhadap diri sendiri sehingga menumbuhkan perilaku sehat yang dipengaruhi oleh kebiasaan (Niven, 2002).

c) Kepribadian

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengukuran-pengukuran keperiabadian denagan perilalku diet.orang yang tidak berperilaku baik terhadap diet adalah orang-orang yang cenderung depresi, ansietas dan memiliki kekuatan ego yang lemah. Akomodasi merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang memahami ciri-ciri keperiabadian seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang.pasien yang lebih mandiri dan dilibatkan secara aktif sementara pasien yang cenderung ansietas harus


(49)

diyakinkan terlebih dahulu untuk meninngkatkan motivasi perilaku (Feurstein et al. 1936 dalam Niven, 2002).

2) Faktor Eksternal

1. Interaksi Profesional Kesehatan dengan pasien

Pasien memerlukan penjelasan tentang kondisi saat ini baik penyebab maupun hal yang dapat dilakukan dalam kondisi tersebut.Hal ini merupakan suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik setelah memperoleh informasi diagnosis.Kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien merupakan hal yang penting dalam menentukan derajat perilaku yang baik (Niven, 2002).

2. Dukungan Keluarga

Keluarga dapat mejadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan serta nilai kesehatan individu.Kelompok penduduk dapat membantu perilaku terhadap pelaksanaan program– program pengobatan (Niven, 2002).Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak dapat di abaikan begitu saja, karena dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor yang membuat pasien diabetes melitus menjalankan aturan yang di tetapkan.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang mempengaruhi perlaku seseorang adalah sistem lingkungan dan situasi dengan risiko tinggi. Sistem lingkungan yang mempengaruhi antara lain lingkungan rumah,


(50)

lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Situasi risiko tinnggi seperti lingkungan yang cenderung dapat membuat pasien melanggar aturan diet adalah pada saat liburan, makan di luar rumah, adanya kegiatan pesta tetapi tidak terlalu mempunyai pengaruh yang besar (Rafani, 2012).

B. Kerangka konsep

Keterangan : Tidak diteliti :

Diteliti :

Perilaku diet pasien

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga:

a. Kelas ekonomi b. Tingkat pendidikan c. Status pernikahan Dukungan keluarga bagi penderita DM meliputi :

a. Dukungan instrumental b. Dukungan

informasional c. Dukungan spiritual d. Dukungan emosional

Kurang Cukup Baik

Faktor yang

mempengaruhi perilaku: a. Faktor

predisposisi (predisposing factors)

b. Faktor pendukung (enabling factors) c. Faktor penguat


(51)

C. Hipotesis

1. H1 : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet pada pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta.


(52)

1 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menghubungkan dua variabel yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan perilaku diet pasien diabetes melitus.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Penderita DM yang melakukan pengobatan di puskesmas tersebut sebanyak 48 orang dari bulan Oktober sampai November 2015 (data Puskesmas 1 Gamping).

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 48 orang. Menurut Sugiyono (2007), total sampling adalah teknik dengan mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan apabila populasinya kecil, berdasarkan kriteria inklusi yang telah di tentukan yaitu:


(53)

(54)

2) Usia 17-60 tahun

3) Penderita diabetes melitus yang tinggal bersama keluarga 4) Pasien diabetes melitus yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi

1) Pasien diabetes melitus yang tiba-tiba mengundurkan diri menjadi responden

2) Pasien tidak mengumpulkan kuesioner C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping pada bulan Juni 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah perilaku diet pasien DM.

E. Definisi Operasional

1. Dukungan keluarga adalah suatu pandangan penderita DM tentang bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang, empati), dukungan spiritual (mengajarkan ibadah, dan mengajak ke tempat ibadah), dukungan


(55)

informasional (saran, nasehat, informasi), maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu) yang di rasakan oleh penderita DM selama 1 bulan terakhir. Dukungan keluarga akan diukur dengan menggunakan kuesioner tentang dukungan keluarga yang dibuat oleh peneliti. Skala data yang di gunakan adalah ordinal, yang dikelompokkan menjadi (Nursalam, 2013):

Dukungan keluarga baik : 76-100 % Dukungan keluarga cukup : 56-75 % Dukungan keluarga kurang : ≤56%

2. Perilaku diet adalah suatu bentuk tindakan penderita DM dalam melaksananakan perencanaan makan atau diet dengan memperhatikan 3J yaitu (jumlah, jenis dan jadwal makan sesuai dengan kebutuhan individu), perilaku diet yang dilakukan penderita DM selama 1 bulan terakhir. Perilaku diet akan diukur dengan menggunakan kuesioner tentang perilaku diet yang dibuat oleh peneliti. Nilai hasil pengukuran kuesioner perilaku diet menggunakan skala data ordinal, kemudian hasilnya dikelompokkan menjadi (Nursalam, 2013):

Perilaku diet baik : 76-100 % Perilaku diet cukup : 56-75 % Perilaku diet kurang : ≤56%


(56)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner data demografi, kuesioner dukungan keluarga, dan kuesioner perilaku diet diabetes melitus pasien.

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, tingkat pendidikan, lama menderita DM, pernah mendapatkan edukasi. Jenis pertanyaan kuesioner ini adalah jawaban singkat dan pilihan.

2. Kuesioner dukungan keluarga

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap perilaku diet pasien diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Komponen kuesioner terdiri dari dukungan emosional, dukungan spiritual, dukungan informasi dandukungan instrumental. Jumlah pertanyaan 20 item menggunakan skala likert,dengan skor 1-4 yaitu Tidak Pernah (TP) dengan poin 1, Jarang (J) dengan poin 2, Sering (S) dengan poin 3, Selalu (SL) dengan poin 4 untuk item jawaban positif. Sedangkan item jawaban negatif terdiri dari Tidak Pernah (TP) dengan poin 4, Jarang (J) dengan poin 3, Sering (S) dengan poin 2, Selalu (SL) dengan poin 1.


(57)

Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga No

Komponen pertanyaan

Nomor item

pertanyaan Positif Negatif Jumlah

1 Dukungan

emosional

1-8 2,4,5,6,8 1,3,7 8

2 Dukungan

spiritual

9-13 9,10,11,13 12 5

3 Dukungan

informasi

14-23 14,15,16,1

7,18,19,21

20,23 10

4 Dukungan

instrumental

24-28 24,22,27 26,28 5

Total 28

3. Kuesioner perilaku diet

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui perilaku diet pasien diabetes melitus berdasarkan 3j yaitu : jadwal, jumlah, dan jenis makan. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Jumlah pertanyaan 10 item menggunakan skala likert dengan skor 1-4 Tidak Pernah (TP) dengan poin 1, Jarang (J) dengan poin 2, Sering (S) dengan poin 3, Selalu (SL) dengan poin 4 untuk item jawaban positif. Sedangkan item jawaban negatif terdiri dari Tidak Pernah (TP) dengan poin 4, Jarang (J) dengan poin 3, Sering (S) dengan poin 2, Selalu (SL) dengan poin 1.


(58)

No

Komponen pertanyaan

Nomor item pertanyaan

Positif Negatif Jumlah

1. Jadwal 1-4 1,4 2,3 4

2. Jenis 5-11 7,8,9,10 5 6

3. Jumlah 12-15 14,15 12,13 4

Total 14

G. Metode Pengambilan Data 1. Uji etik

Uji etik adalah suatu proses yang harus dilalui sebelum melakukan penelitian, karena menyangkut etik-etik dalam penelitian apakah penelitian layak untuk dilanjutkan atau diteliti. Penelitian ini sudah lolos uji etik, dan dinyataka layak etik dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Nomor : 175/EP-FKIK-UMY/VI/2016.

2. Pra penelitian

Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dan Program Studi Ilmu Keperawatan keDinas Kesehatan Yogyakarta, BAPEDA, dan Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Serta peneliti melakukan studi pendahuluan di Wilayah Kerja 1 Gamping dan merumuskan masalah.


(59)

Peneliti menentukan sampel dan populasi penelitian yang akan digunakan untuk penelitian, menentukan rancangan penelitian, serta teknik pengumpulan data yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri tanpa bantuan asisten peneliti, peneliti mengumpulkan data dengan datang ke puskesmas dan door to door ke rumah pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gaming 1 Sleman Yogyakarta.

4. Pasca penelitian

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil akhir penelitian.

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2014). Kuesioner penelitian yang di uji validitas adalah kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner perilaku diet pada pasien DM menggunakn uji content validity indek (CVI). CVI digunakan untuk memperbaiki alat ukur melalui pemeriksaan butir-butir instrumen yang tidak baik atau tidak memenuhi syarat akan di buang, di perbaiki, atau diganti pengujian isterumen di lakukan oleh minimal 3 pakar untuk memberikan pendapat tentang instrumen apakah dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau dirombak total. Penilaian yang diberikan untuk CVI adalah


(60)

skor 1 (relevan), skor 2 (agak relevan), skor 3 (cukup relevan), dan skor 4 (sangat relevan). Masing-masing item ditotal dengan cara total skor, tiap item akan dibagi skor maksimal yaitu 4. Total skor dari ketiga ahli dijumlah dan dibagi tiga. Apabila skor CVI 0,8-1 maka kuesioner valid untuk di gunakan (Polit dan Beck, 2008). Berdasarkan hasil uji valid, dari 42 butir soal kuesioner dukungan keluarga dan perilaku diet pasein DM mendapatkan skor 0,8. Sehingga kuesioner valid untuk digunakan.

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2014). Kuesioner penelitian persepsi dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM akan diuji reliabilitas menggunakan cronbach α. Dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha >0,60 (Arikunto, 2005). Uji reabilitas pada penelitian dilakukan di Puskesmas Gamping 1 dengan 48 responden didapatkan hasil reliabilitas pada kuesioner dukungan keluarga yaitu 0,922 sedangkan kuesioner prilaku diet diadapatkan nilai reabilitas 0,771 sehingga kuesioner ini dikatakan reliabel.

B. Pengolahan dan analisis data

1. Pengolahan data adalah salah satu kegiatan penelitian setelah pengumpulan data selesai. Tujuan pengolahan data disini bermaksud untuk memperoleh


(61)

data yang berkualitas. Tahap-tahap pengolahan data seperti editing, coding, processing dan cleaning.

a. Editing yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

b. Coding yaitu mengklasifikasikan hasil pengamatan dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi kode berupa angka. Kemudian dimasukkan kedalam tabel supaya membacanya lebih mudah. Terdapat beberapa pengkodean dalam penelitian ini. Kode untuk Kode jenis kelamin, perempuan=1, laki-laki=2. Kode tingkat pendidikan SD=1, SMP=2, SMA=3, S1=4. Kode untuk pekerjaan, ibu rumah tangga=1, pensiunan=2, PNS=3, wiraswasta=4. Kode untuk penghasilan, <1.200.000=1, 1.200.000-2.400.000=2, >2.400.000=3.

c. Processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam komputer dengan menggunakan salah satu program computer.

d. Cleaning yaitu proses membersihkan data dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah entry. Pengecekan ini untuk melihat data yang hilang (mising) dengan melakukan list, koreksi kembali apakah data yang sudah dientry atau salah dengan dengan melihat variasi data atau kode yang digunakan.

e. Tabulating merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian atau diinginkan peneliti untuk disajikan dan dianalisis.


(1)

0,05. Sehingga dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara dukungan keluarga

terhadap perilaku diet pasien DM.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 3, dari jumlah total 48 responden didapatkan reponden memiliki dukungan keluarga yang baik adalah 44 orang atau 91,7%. Adapun hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Damayanti, Nursiswati, & Kurniawan (2015) yang juga menunjukkan hasil bahwa dukungan keluarga terhadap pasien diabetes melitus dengan kategori baik. Kemudian, penelitian yang dilakukan Shofiyah & Kusuma (2014) juga menunjukkan bahwa dukungan keluarga terhadap kepatuhan pasien dalam penatalaksanaan DM berada pada kategori baik dan mendukung.

Berdasarkan tabel 4, dari jumlah total 48 responden didapatkan responden yang berperilaku baik dalam menjalankan diet adalah 39 orang atau 81,3%. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2013) dimana, responden penelitian menunjukkan mayoritas responden berperilaku baik dalam menjalankan diet diabetes mellitus.

Hasil analisis menggunakan Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai p=0,223 yang berrati tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku diet pasien DM. Hasil yang diperoleh pada panelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shofiyah & Kusuma (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan penderita DM dalam penatalaksanaan termasuk manajemen diet. Tidak adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan perilaku diet disebabkan disebabkan


(2)

oleh responden yang telah lama menderita DM yang rata-rata 6 tahun sehingga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjalankan diet. Notoatmodjo (2007) dalam Bidari (2010) menjelaskan, seseorang yang telah lama menderita DM akan membentuk kemandirian dan kesadaraan akan manajemen DM yang dijalani seperti manajemen diet DM. Seseorang yang dalam tahap adaptasi tersebut, telah memiliki motivasi dan niat dari dalam dirinya tanpa dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Selain itu, Niven (2002) menjelaskan bahwa dukungan keluarga adalah faktor eksternal yang dapat mempengaruhi baiknya manajemen diet seseoranga, sehingga jika responden telah memiliki keyakinan dan sikap positif dalam dirinya terkait dengan diet, maka dukungan keluarga tidak lagi menjadi faktor yang dominan (Niven, 2002; Bidari 2010).

Selain itu, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan

penderita DM, lingkungan dengan adanya posyandu, kemudahan dalam mengakses informasi, semakin meluasnya pelayan komunitas yang diberikan tim kesehatan baik melalui penyuluhan, selebaran ataupun lainnya dan semakin banyaknya praktik komunitas dimasyarkat, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bagaimana pendrita bersikap sehingga mempengaruhi kepatuhan dari penderita tersebut (Rahayu, 2013; Shofiyah & Kusuma, 2014).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan Hasil penellitian dari pembahasan dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian karateristik responden dalam penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan, dengan latar belakang pendidikan SD, serta penghasilan dibawah UMR.


(3)

2. Sebagian besar responden penderita DM memiliki dukungan keluarga yang baik.

3. Sebagian besar responden berperilaku baik dalam melaksanakan diet DM. 4. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM.

Peneliti selanjutnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk melakukan penelitian dengan memberikan edukasi terkait pengelolaan penyakit DM. Sebaiknya peneliti selanjutnya dapat mengontrol variabel pengganggu yang mempengaruhi dukungan keluarga dan perilaku diet pasien

DAFTAR RUJUKAN

ADA. (2011). Diagnosis and Clasificatin of Diabetes Mellitus. Diakses pada 29 Desember 2015 dari: www.care.diabetesjournals.org/conte nt/34/supplement_1/S62.full

ADA. (2011). Family Support, Medication, Adherence, and

Glycemic Control Among Adults With Type 2 Diabetes

ADA. (2012). Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care, 35(1). care.diabetesjournals.org ADA. (2012).Standart of Medical Care in

Diabetes 2012. Diabetes Care, 35(1). care.diabetesjournals.org

ADA. (2015). Diabetes Meal Plans and A Healty Diet

ADA. (American Diebetes Association). (2010). Standars of Medical Care in Diabetes 2010. Journal of Diabetes care, Vol. 33, Supplement 1, Januari 2010, 11-61. Diperoleh dari http://care.diabetesjournals.org/ Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31

Angina, L. L., Hamzah, A., Pandhit. (2010). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Dianetes Melitus Dalam Melaksanakan Program Diet Di Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Edisi Khusus Hari Kesehatan Nasional. ISSN:2086-3098.

Ann-Mariem, R. Michele, H. John, D. P (2012). The impact of family behaviors and communication patterns on chronic illness outcomes: a systematic review. Journal of Behavioral Medicine. Volume 35, Issue 2, pp 221-239 Apriyanda, M. (2015). Perbedaan Kadar

High Density Lipoprotein Antara Penderita Ulkus Diabetik Dan Tanpa Ulkus Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi. Naskah Publikasi


(4)

Skripsi Strata 1 Universitas Muhammadiyah Surakarta

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta

Bimo Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Damayanti, S., Nursiswati, & Kurniawan, T. (2015). Dukungan Keluarga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dalam Menjalankan Self-Management Diabetes. Skripsi Strata 1 Universitas Padjajaran .

Departemen Kesehatan. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta. (2014). Profil Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2014.

Freidman, L. M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, praktik (5th ed). Jakarta:ECG

Friedman. (2002). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Prakttek,, Edisi Kelima, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Friedman. (2011). Buku Ajar Keperawatan

Keluarga Riset, Teori, & Praktik : ECG

Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing Friedman. (2014). Buku Ajar Keperawatan

Keluarga Riset, Teori, & Praktik : ECG

Ignatavicius, D.D. & Workman, M.L. (2006). Medical Surgical Nursing : Critical thinking for collaborative care. Fifth edition. St. Louis, Missouri: Elsevier Sauder.

International Diabetes Federation. (2013). One Adult In Ten Will Have

Diabetes By

2035.[ http://www.idf.org/media- events/press-releases/2013/diabetes-atlas-8th-edition]

KEMENKES .(2009). Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus.

Kemenkes RI, (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI

Lanywati. (2011). Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Kanisius

Mulyana, A. (2008). Memahami Diri dan Orang Lain Dalam Komunikasi Antar Peribadi.

Niven, N. (2002). Psikologi Kesehatan, Rhineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2011). Ilmu Perilaku Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan.Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

PERKENI. (2006). Konsep dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI


(5)

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Tipe 2 di Indonesia. PB PERKENI : Jakarta.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: ECG

Prabowo, A., & Hastuti, W. (2014). Hubungan Pendidikan dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Puskesmas Plosorejo Girbangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Karya Tulis Diploma III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta .

Price & Wilson.(2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: ECG Rahayu, D. (2013). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Diet Dengan Perilaku Kepatuhan Melaksanakan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus.

eJournal Universitas

Muhammadiyah Malang Vol.4 Nomor 1 , 11-17.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 [internet].2013[cited 2015 des 28].Available

from:http://depkes.go.id/downloads/r iskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%2 02013.pdf

Riset Kesehatan Dasar. (2007). Penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia dalam

http://www.riskesdas.litbang.depkes. go.id/diabetes melitus

Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar Laporan Nasional 2013. Badan

Penelitian & Pengembangan kesehatan DepKes RI.

Sarwono, S. W. (2004). Pengantarn Umum Psikologi. Jakarta: PT Bulan Bintang

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Senuk, A. supit, W. onibala, F. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Diabetes Melitus di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Povinsi Maluku Utara. ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1, Nomor 1 Agustus 2013 Hlm 1-7. Fakultas Kedokteran Universitas Ratulangai Manado. Shofiyah, S., & Kusuma, H. (2014).

Hubungan Antara Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Penderita Diabetes

Mellitus (DM) Dalam

Penatalaksanaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik Semarang. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah 2014 , 308-314.

Smeltzer, et al. (2008). Brunner &

Suddarth’s Texbook of Medical

Surgical Nursing, 11th ed. Philadelpia. Lippincott Williams & Wilkins, a wotter kluwe business. Soegondo, dkk. (2004). Penatalasanaan

Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004.

Sudarman, (2007). Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika


(6)

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Susanti. (2013). Dukungan Keluarga

Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri. 6(1). 1-10. Kediri : Stikes Baptis Kediri Suyono,S. (2009). Kecendrungan

Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes Melitus. Dalam : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Edisi 2. FKUI.Jakarta. Trisnawati, S. K., & Setyorogo, S. (2013).

Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol.5 Issue 1 , 6-11. Waspadji, S. (2000). Telah Mengenai

Faktor Metabolik dan Respon Imun pada Pasien DM tipe 2. Jakarta: Program Pasca Sarjana UI.

Waspadji,S, (2007). Penatalaksanaan DM terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

WHO. (2013). Diabetes. Dapat di akses pada http://who.int/publications/en/


Dokumen yang terkait

Hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul

0 11 0

Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

0 10 136

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

3 36 120

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETERATURAN KONTROL KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH PUSKESMAS Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Keteraturan Kontrol Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Wilayah Pu

0 2 13

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TRUCUK I KABUPATEN KLATEN.

0 2 11

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Mekanisme Koping Pasien Diabetes Melitus di RSUD Deli Serdang

1 2 30

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GALUR 1 KULON PROGO NASKAH PUBLIKASI - Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diet pada Pasien Hipertensi di Wilayah Puskesmas Galur 1 Kulonpro

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Makan pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Minggir Slem

0 0 22

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Perawatan Hipertensi Pada Lansia di Gamping Sleman Yogyakarta - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 15

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PU

1 1 12