GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KASIHAN I BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

AULIA AYU NUGRAHENI 20120320035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

KASIHAN I BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

AULIA AYU NUGRAHENI 20120320035

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Aulia Ayu Ngraheni

NIM : 20120320035

Program Studi : Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”.

(QS. Al-Baqarah: 153)

“Ketika Allah memberimu masalah, Dia tahu bahwa kamu pasti bisa melaluinya, mungkin akan ada luka, tapi itu semua buatmu dewasa”.

“Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keihklasan. Istiqomah dalam menghadapi cobaan”.


(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN Karya Tulis Ilmiah ini aku persembahkan kepada:

Ibu dan Bapak cinta, terimakasih untuk didikan, kasih sayang, do’a, kesabaran, peluh lelahmu, dan nasihat dalam setiap langkah kehidupanku. Do’a dan restu kalianlah yang menguatkan dan melancarkan perjuanganku demi masa depan yang lebih baik di tanah rantau ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa membuat Ibu dan Bapak tersenyum bahagia dan semoga Allah selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian berdua, aamiin. Tiada indahnya dunia selain kasih sayang yang telah Ibu dan Bapak berikan.

Adikku sayang Adhitya Aditama Nugraha, belajar yang rajin ya dek, suatu saat kamu juga akan melewati tahap ini. Selamat berjuang sayang.

Dia, seseorang yang telah melukiskan warna indah dalam hidupku, terimakasih untuk waktu, bantuan, dukungan, dan motivasinya sehingga aku bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Sukses sama-sama ya, Aamiin.

Sahabat-sahabatku tersayang, Ifit, Miranda, Tiara, Izmi, Alma, Yuli, Rahma, Ledys, terimakasih untuk pundak dan pelukan nyaman itu. Gugun, Anis, Deska, Winda, dan Yolan, terimakasih untuk segala bantuan dan motivasinya. Teman-teman geng KTI Ani, Dina, Fika, Asrul, dan Maya terimakasih telah berjuang bersama, semoga kelak kita sukses bersama, aamiin.

Almamaterku, terimakasih untuk ilmu, teman, kenangan, dan segala kisah yang sudah terukir di kampus tercinta ini.

Ucapan terimakasih tidaklah cukup untuk mengungkapkan betapa bersyukurnya aku memiliki orang-orang terdekat seperti kalian. Kenangan pahit maupun manis telah memberi rasa, juga warna yang menghiasi kehidupanku selama ini. Terimakasih untuk segalanya ...


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat melaksanakan penelitian ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan peradaban dan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga

tentang Diet Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan

I Bantul”.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan sarjana Ilmu Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya Tulis Ilmiah ini berisikan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien diabetes melitus. Dalam melakukan penelitian ini penulis mendapat banyak masukan dari berbagai pihak oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, Eusebius Agus Djadmiko, S.Pd.SD dan Siti Chalimah, S.Pd.SD, adikku tersayang Adhitya Aditama Nugraha, yang telah memberikan dukungan moril dan materil untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(8)

vii

2. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah 3. Sri Sumaryani, Ns., M.Kep, Sp. Mat. HNC selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ners Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Shanti Wardaningsih, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J selaku dosen koordinator blok KTI Program Studi Ilmu Keperawatan 2012 yang telah memberikan pengarahan dan motivasi guna terselesaikannya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Fahni Haris, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan pemikiran serta pengarahan yang sangat berguna dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS sebagai dosen penguji yang memberikan pengarahan yang sangat berguna dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan dukungannya.

8. Pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna,


(9)

viii

oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun penulis terima dengan senang hati. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Penulis


(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

INTISARI ... xiv

ABSTRAC ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Diabetes Melitus ... 10

B. Pengetahuan ... 28

C. Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi ... 32

C. Sampel ... 32

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

E. Variabel Penelitian ... 33


(11)

x

G. Instrumen Penelitian ... 34

H. Alur Penelitian ... 35

I. Pengelolaan Data ... 37

J. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 38

K. Analisa Data ... 39

L. Etika Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 45

C. Kekuatan dan kelemahan ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA...58 LAMPIRAN ...


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian ... 8

Tabel 2.1 Penukar golongan I (sumber karbohidrat) ... 18

Tabel 2.2 Penukar golongan II (sumber protein hewani rendah lemak) 19 Tabel 2.3 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak sedang) 18 Tabel 2.4 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak tingg) . 20 Tabel 2.5 Penukar golongan III (sumber protein nabati) ... 21

Tabel 2.6 Sayuran A ... 22

Tabel 2.7 Sayuran B ... 23

Tabel 2.8 Sayuran C ... 24

Tabel 2.9 Penukar golongan V (buah-buahan dan gula) ... 24

Tabel 2.10 Penukar golongan VI susu tanpa lemak ... 26

Tabel 2.11 Penukar golongan VI susu lemak sedang ... 26

Tabel 2.12 Penukar golongan VI susu tinggi lemak ... 27

Tabel 2.13 Penukar golongan VII lemak tidak jenuh ... 27

Tabel 2.14 Penukar golongan VII lemak jenuh ... 27

Tabel 3 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang diet pasien DM ... 35

Tabel 4.1 Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan paparan informasi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul ... 43

Tabel 4.2 Karakteristik responden dan tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul 44


(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN

BB : Berat Badan

BBR : Berat Badan Relatif

DEPKES : Departemen Kesehatan

DINKES : Dinas Kesehatan

DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

DKK : Dan Kawan-kawan

DM : Diabetes Melitus

gr : Gram

IDF : International Diabetes Federation

IMT : Indeks Masa Tubuh

K+ : Tinggi Kalium

Kal : Kalori

Kg : Kilogram

Ko+ : Tinggi Kolesterol

Mg : Miligram

Na+ : Natrium 200-400 mg

No : Nomor

P : Rendah Protein

Pr++ : Tinggi Purin

PKU : Penolong Kesehatan Umat

PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

PROLANIS : Program pengelolaan penyakit kronis

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

S+ : Serat 3-6g

S++ : Serat >6g

SD : Sekolah Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMP : Sekolah Menengah Pertama

TB : Tinggi Badan

Tj : Sumber Lemak Tidak Jenuh Tunggal

URT : Ukuran Rumah Tangga

Vol : Volume


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 3 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Lampiran 4 Lembar kuesioner pengetahuan keluarga tentang diet pasien diabetes mellitus tipe 2

Lampiran 5 Skor jawaban responden

Lampiran 6 Surat survey pendahuluan

Lampiran 7 Surat izin uji validitas

Lampiran 8 Surat permohonan izin penelitian Lampiran 9 Surat kelayakan etika penelitian Lampiran 10 Surat izin penelitian


(15)

xiv

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2

1Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY

e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com INTISARI

Latar Belakang: Penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di dunia mencapai 90% dari total penderita DM, hal ini berkaitan dengan pola makan yang buruk. Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah diet sehat. Keberhasilan diet dipengaruhi oleh ketepatan diet dan kepatuhan penderita yang dipengaruhi dukungan dan tingkat pengetahuan keluarga.

Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian descriptive analytic dengan metode cross sectional yang menggunakan analisis univariate. Populasi sebanyak 276 orang dan sampel 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti dan telah dilakukan uji validitas pearson product moment pada 48 orang dengan angka r tabel 0,368 dan reliabilitas KR 20 dengan hasil 0,812. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.

Hasil: Mayoritas pengetahuan keluarga dalam kategori kurang baik. Pengetahuan keluarga berdasarkan usia dalam kategori cukup pada usia 36-60 tahun. Pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin dalam kategori kurang untuk jenis kelamin perempuan. Pengetahuan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan terakhir SMA. Pengetahuan keluarga berdasarkan status pekerjaan dalam kategori kurang untuk responden yang tidak bekerja. Pengetahuan keluarga berdasarkan pemaparan informasi dalam kategori cukup dan kurang untuk responden yang tidak pernah mendapat paparan informasi.

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul dalam kategori kurang baik.

Saran: Puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi pada keluarga tentang diet pasien DM yang lebih terperinci terutama tentang pengaturan jumlah diet pasien.


(16)

xv

DESCRIPTION OF FAMILY KNOWLEDGE LEVEL ABOUT DIET OF DIABETES MELLITUS PATIENT IN PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL WORKING AREA

Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2

1Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY

e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com

ABSTRACT

Background: Patients with diabetes mellitus (DM) type 2 in the world reach 90% of all patients with diabetes. That was caused of poor diet. Healthy diet is the key therapy of DM type 2 and is affected by diet and patient compliance which is influenced by family support and levels of knowledge.

Objective: To determine the knowledge of family diet on patient with DM in Puskesmas Kasihan I Bantul working area.

Methods: The study design was descriptive analytic with cross sectional method and univariate analysis. The population was 276 people and the sample was 45 people. The sampling technique used cluster sampling used a questionnaire made by researchers and have tested the validity used pearson product moment on 48 people with r tables 0.368 and reliability test used KR 20 with the result of 0,812.The study was conducted in Puskesmas Kasihan I Bantul working area

Results: The majority of family knowledge was in low category. Family knowledge based on age in enough category at 36-60 years. Family knowledge based gender was in low category in woman. Family knowledge based on education level was in enough category at SMA. Family knowledge based on employment status was in low category for respondents who does not ocapation. Family knowledge based on the information exposure was in enough and low category for respondents who have never got information.

Conclusion: The level of respondent kwonledge in Puskesmas Kasihan I Bantul working area was in low category.

Suggestion: Puskesmas can provide information more detail for families about diet of patients, especially on provide the amount of the patients’ diet.


(17)

(18)

i

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2

1

Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com

INTISARI

Latar Belakang: Penderita diabetes melitus (DM) tipe 2 di dunia mencapai 90% dari total penderita DM, hal ini berkaitan dengan pola makan yang buruk. Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah diet sehat. Keberhasilan diet dipengaruhi oleh ketepatan diet dan kepatuhan penderita yang dipengaruhi dukungan dan tingkat pengetahuan keluarga.

Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian descriptive analytic dengan metode cross sectional yang menggunakan analisis univariate. Populasi sebanyak 276 orang dan sampel 45 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat peneliti dan telah dilakukan uji validitas pearson product moment pada 48 orang dengan angka r tabel 0,368 dan reliabilitas KR 20 dengan hasil 0,812. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.

Hasil: Mayoritas pengetahuan keluarga dalam kategori kurang baik. Pengetahuan keluarga berdasarkan usia dalam kategori cukup pada usia 36-60 tahun. Pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin dalam kategori kurang untuk jenis kelamin perempuan. Pengetahuan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan dalam kategori cukup pada jenjang pendidikan terakhir SMA. Pengetahuan keluarga berdasarkan status pekerjaan dalam kategori kurang untuk responden yang tidak bekerja. Pengetahuan keluarga berdasarkan pemaparan informasi dalam kategori cukup dan kurang untuk responden yang tidak pernah mendapat paparan informasi.

Kesimpulan: Tingkat pengetahuan responden di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul dalam kategori kurang baik.

Saran: Puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi pada keluarga tentang diet pasien DM yang lebih terperinci terutama tentang pengaturan jumlah diet pasien.


(19)

ii

DESCRIPTION OF FAMILY KNOWLEDGE LEVEL ABOUT DIET OF DIABETES MELLITUS PATIENT IN PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL WORKING AREA

Aulia Ayu Nugraheni1, Fahni Haris2

1

Mahasiswa Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Ilmu Keperawatan UMY e-mail : auliaayunugraheni@gmail.com

ABSTRACT

Background: Patients with diabetes mellitus (DM) type 2 in the world reach 90% of all patients with diabetes. That was caused of poor diet. Healthy diet is the key therapy of DM type 2 and is affected by diet and patient compliance which is influenced by family support and levels of knowledge.

Objective: To determine the knowledge of family diet on patient with DM in Puskesmas Kasihan I Bantul working area.

Methods: The study design was descriptive analytic with cross sectional method and univariate analysis. The population was 276 people and the sample was 45 people. The sampling technique used cluster sampling used a questionnaire made by researchers and have tested the validity used pearson product moment on 48 people with r tables 0.368 and reliability test used KR 20 with the result of 0,812.The study was conducted in Puskesmas Kasihan I Bantul working area

Results: The majority of family knowledge was in low category. Family knowledge based on age in enough category at 36-60 years. Family knowledge based gender was in low category in woman. Family knowledge based on education level was in enough category at SMA. Family knowledge based on employment status was in low category for respondents who does not ocapation. Family knowledge based on the information exposure was in enough and low category for respondents who have never got information.

Conclusion: The level of respondent kwonledge in Puskesmas Kasihan I Bantul working area was in low category.

Suggestion: Puskesmas can provide information more detail for families about diet of patients, especially on provide the amount of the patients’ diet.


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyakit Diabetes Melitus (DM) merupakan ancaman kesehatan masyarakat global, dimana sekitar 90% dari semua pasien yang menderita DM di seluruh dunia adalah DM tipe 2 (WHO, 2015). Angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di dunia cenderung meningkat setiap tahun (Sumangkut, Supit dan Onibala, 2013). Penyakit DM di Yogyakarta memperlihatkan peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir (Dinkes, 2015). Penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan prevalensi terutama DM tipe 2 berkaitan erat dengan pola makan yang buruk (Sudaryanto dan Setiyadi, 2014).

Angka mortalitas karena penyakit DM di seluruh dunia mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2012 dan pada tahun 2014 prevalensi penderita DM diperkirakan mencapai 9% dari total populasi dunia (WHO, 2015). Asia menyumbang lebih dari 60% penderita DM di seluruh dunia (Ramachandran, Snehalatha, Shetty dan Nanditha, 2012). Prevalensi penderita DM di Indonesia menempati urutan ke 7 dunia dengan jumlah penderita sebanyak 12 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi penderita DM di Yogyakarta sebanyak 72.207 jiwa dan penyakit DM termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kematian di Yogyakarta (RISKESDAS, 2014).


(21)

2

Gaya hidup modern menyebabkan peningkatan konsumsi makanan instan serta junk food oleh masyarakat yang umumnya memiliki jumlah kalori besar melebihi kebutuhan tubuh (Sumangkut, dkk., 2013). Asupan kalori yang besar dapat meningkatkan kadar gula darah dan merupakan salah satu faktor reskio dari DM tipe 2 (Liliany, Jafar dan Najamuddin, 2013). Makanan instan termasuk dalam makanan beresiko karena tidak bergizi seimbang yaitu tinggi gula, lemak dan garam serta rendah kandungan seratnya (DEPKES, 2012).

Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki pola konsumsi makanan beresiko yang tinggi terhadap DM seperti konsumsi makanan manis dan makanan berlemak. Konsumsi makanan berlemak lebih dari satu kali per hari di DIY sebesar 53,4% dan konsumsi makanan manis lebih dari satu kali per hari sebesar 69,2%. Kabupaten Bantul merupakan kabupaten dengan konsumsi makanan berlemak tertinggi se DIY yaitu sebesar 55% dan konsumsi makanan manis lebih dari satu kali per hari tertinggi ke tiga setelah Sleman (77,6%) dan Yogyakarta (73,6%) sebesar 71,2% tetapi untuk konsumsi makanan manis satu sampai enam kali per minggu kabupaten Bantul lebih tinggi dari Sleman (16,6%) dan Yogyakarta (19,3%) yaitu sebesar 22,5% (RISKESDAS, 2014).

Kunci utama terapi DM tipe 2 adalah diet sehat dan modifikasi lain dari gaya hidup (Bilous dan Donelly, 2015). Diet yang tepat pada penderita DM tipe 2 dapat mengendalikan kadar gula darah dalam batas normal. Diet pada pasien DM juga bertujuan untuk mengurangi obesitas (Pratita, 2012).


(22)

3

Allah telah menganjurkan manusia agar senantiasa memilih makanan yang halal dan baik dalam memenuhi kebutuhan hidup dan tidak mengikuti jejak syaitan yang hanya mengikuti hawa nafsu belaka. Halal dan baik berkaitan erat dengan kesehatan manusia, karena bisa saja makanan halal tetapi tidak baik untuk kesehatan manusia, selain itu makanan yang dikonsumsi juga tidak boleh berlebih-lebihan seperti yang tercantum dalam

Qur’an surat Al Baqarah ayat 168 dan Al-A’raaf ayat 31:

Artinya: "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Artinya: “Makan dan minumlah dan janganlah kalian berbuat israf (berlebih-lebihan), sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf.”

Keberhasilan diet pada penderita DM dipengaruhi oleh ketepatan diet dan kepatuhan penderita. Kepatuhan terhadap rencana pengaturan diet yang sehat, terbukti efektif dalam penatalaksanaan DM pada seluruh populasi (Bilous dan Donelly, 2015). Kepatuhan diet dipengaruhi oleh pengetahuan penderita tentang penyakit DM. Pengetahuan mempengaruhi keberhasilan terapi terhadap sikap penderita DM dalam memilih jenis diet yang tepat untuk DM (Phitri dan Widiyaningsih, 2013). Pengetahuan yang


(23)

4

kurang menyebabkan kegagalan terapi dan meningkatkan berbagai komplikasi akibat DM. Penatalaksanaan yang optimal bagi penderita DM sangat perlu dilakukan (Pratita, 2012).

Penatalaksanaan DM yang tidak optimal, kepatuhan diet yang rendah dan pola hidup yang tidak sehat akan menyebabkan kadar gula darah penderita DM sulit dikontrol dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi (Amelia, Nurchayati dan Elita, 2014). Kepatuhan diet yang rendah pada penderita DM tipe 2 merupakan penyebab terbesar komplikasi penyakit kardiovaskuler (Maine dan Ismail, 2014). Penyakit DM juga dapat menimbulkan komplikasi berupa stroke, neuropathy, foot ulcer, retinopathy, infeksi yang menyebabkan amputasi, gagal ginjal, hipertensi, disfungsi ereksi dan dyslipidemia (WHO, 2015, Bilous dan Donelly, 2015). Penderita DM harus menjalani terapi yang berlangsung seumur hidup, hal itu sering memunculkan kejenuhan sehingga dukungan keluarga sangat diperlukan untuk membantu memastikan penderita DM patuh pada proses terapinya (Pratita, 2012). Keluarga memiliki peranan penting dalam mendukung keberhasilan dan kepatuhan diet pasien, selain itu keluarga juga berperan dalam mencegah komplikasi pada penderita DM (Wardani dan Isfandiari, 2014). Tingkat pengetahuan keluarga terbukti memiliki hubungan bermakna dengan kepatuhan diet pasien DM. Keluarga dengan tingkat pengetahuan tinggi mempengaruhi kepatuhan sebesar 96,3% (Amelia, dkk., 2014).


(24)

5

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Tamantirto pada bulan Januari 2016 dengan wawancara kepada 10 keluarga penderita DM didapatkan hasil 7 orang tidak memahami diet yang tepat pada pasien DM. Hasil wawancara menunjukkan bahwa keluarga tahu jika prinsip diet pada pasien DM adalah mengatur jumlah, jenis dan jadwal makan (3J), tetapi mereka tidak memahami bagaimana cara mengatur diet pasien DM berdasarkan prinsip 3 J tersebut, selain itu terjadi kesalahan persepsi pada keluarga karena mereka menganggap jika pasien DM tidak boleh mengkonsumsi gula jika ingin kadar gula darahnya terkontrol.

Penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kasihan I karena Puskesmas Kasihan I adalah Puskesmas yang memiliki kerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tetapi di Puskesmas Kasihan I belum ada program khusus untuk menangani pasien DM selain pemberian obat. Pengetahuan keluarga penderita DM di wilayah Puskesmas Kasihan I juga masih kurang. Puskesmas Kasihan I belum melibatkan keluarga saat memberikan pendidikan kesehatan pada pasien DM terkait dietnya dan belum pernah dilakukan penelitian terkait pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM sebelumnya, sehingga penelitian ini diharapkan sebagai

screening awal bagaimana tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I dan dapat dijadikan masukan bagi Puskesmas.


(25)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah:

“Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang diet pasien

DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul ?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Kasihan I Bantul.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan usia.

b. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan jenis kelamin. c. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan tingkat pendidikan. d. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan status pekerjaan. e. Mengetahui pengetahuan keluarga berdasarkan pemaparan

informasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu keluarga dalam memantau proses diet pada pasien DM.


(26)

7

2. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang diet DM.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga dengan memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang diet pasien DM.


(27)

8

E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan penulis, penulis tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama dengan judul penelitian yang penulis lakukan. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu :

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Judul penelitian & peneliti Variabel Jenis penelitian

Analisa data Hasil Persamaan Perbedaan Gambaran Tingkat Pengetahuan

dan Sikap Tentang Pemilihan Jenis Diet DM di PKU Muhammadiyah Yogyakarta oleh Lingga Multi Pertiwi tahun 2014

Tingkat pengetahuan dan sikap tentang pemilihan jenis diet DM

Descriptive analytic

Analisis

univariat untuk menganalisis data demografi.

Sebesar 93,8% responden memiliki tingkat pengetahuan level aplikasi yang sudah baik dalam pemilihan jenis diet DM, dan sikap baik sebesar 65,4%

Variabel tingkat pengetahuan tentang diet DM

Responden

penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, dan waktu penelitian

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Melitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Melitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur oleh Herlena Essy Phitri dan Widiyaningsih tahun 2013

Variabel bebas: pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus Variabel terikat: kepatuhan diet diabetes mellitus

Descriptive correlation

Uji chi square Ada hubungan antara motivasi pasien diabetes melitus dengan

kepatuhan menjalankan program diet di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Semarang (pvalue = 0,015).

Pengetahuan terhadap diet DM

Jenis penelitian, analisa data yang digunakan, variabel penelitian,

responden, tempat penelitian, dan waktu penelitian


(28)

9

Tabel 1. (lanjutan)

Judul penelitian & peneliti Variabel Jenis penelitian

Analisa data Hasil Persamaan Perbedaan Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal,

dan Jenis terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe II oleh Prayugo Juwi Susilo Putro tahun 2012

Variabel Independen: diit tepat jumlah, jadwal, dan jenis Variabel dependen: gula darah puasa.

Analitik korelasiona l

Uji regresi ganda Ada hubungan pola diit tepat jumlah, jadwal, dan jenis dengan kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II

Pola diit tepat jumlah, jadwal dan jenis terhadap pasien diabetes mellitus

Jenis penelitian, variabel penelitian, analisa data yang digunakan,

responden, tempat dan waktu penelitian

Hubungan dukungan Keluarga dan Pengendalian Kadar Gula Darah dengan Gejala

Komplikasi Mikrovaskuler oleh Alfiah Kusuma Wardani, Muhammad Atoillah Isfandiari tahun 2014

Variabel

dependen : gejala komplikasi

mikrovaskuler pada penderita diabetes melitus tipe 2 Variabel independen: dukungan keluarga dan

pengendalian kadar gula darah.

Observasio nal analitik

Uji chi square Dukungan keluarga yang baik

membuat responden melakukan pengendalian kadar gula darah dengan baik.

Ada hubungan

antara keteraturan kontrol gula darah dengan gejala komplikasi mikrovaskuler diabetes

melitus.

Keluarga dan pengendalian kadar gula darah

Jenis penelitian, variabel penelitian, analisa data yang digunakan,

responden, tempat dan waktu penelitian

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe-2 di Poli Interna BLU. RSUP. Prof.

Dr.R.D.Kandou Manado oleh Sartika Sumangkut,

Wenny Supit, dan

Franly Onibala tahun 2013

Variabel bebas : pola makan

Variabel terikat : kejadian penyakit diabetes mellitus

Deskriptif analitik

Uji chi square Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian diabetes melitus tipe-2 di Poliklinik Interna BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Pola makan dan diabetes melitus

Jenis penelitian, variabel penelitian, analisa data yang digunakan,

responden, tempat dan waktu penelitian


(29)

(30)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan atau pankreas tidak menghasilkan cukup insulin bahkan tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Diabetes melitus terdiri dari DM tipe 1 dan DM tipe 2, dimana 90% dari total penderita DM di dunia adalah DM tipe 2 (WHO, 2015). Diabetes melitus tipe 1 adalah suatu penyakit endokrin autoimun yang berbasis riwayat keluarga dan genetik (Bilous dan Donelly, 2014). Diabetes melitus tipe 2 adalah keadaan hiperglikemi yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin (WHO, 2015).

International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan faktor resiko DM tipe 2 adalah riwayat keluarga menderita DM, bertambahnya usia, kurang aktivitas fisik, dan obesitas (IDF, 2015). Riwayat keluarga menderita DM meningkatkan resiko DM 5 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga menderita DM berkaitan dengan kelainan genetik yang diturunkan oleh orang tuanya. Bertambahnya usia terbukti meningkatkan resiko DM, terutama orang yang berusia ≥ 45 tahun memiliki resiko 8 kali lebih besar terkena DM dibandingkan dengan yang berumur kurang dari 45 tahun. Kurang aktivitas fisik dapat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit DM karena


(31)

11

kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas dan menurunkan sensitifitas insulin (Kekenusa, Ratag dan Wuwungan, 2013). Obesitas sebagai faktor resiko DM karena dapat meningkatkan resistensi insulin dan lemak yang tertimbun dapat menyebabkan insulin sulit bekerja sehingga menyebabkan hiperglikemia (Tandra, 2013 dan IDF, 2015).

Hiperglikemia adalah efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol dan akan menyebabkan komplikasi berupa kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2015). Diet sehat dengan pengaturan pola makan sangat penting untuk memenuhi target glukosa darah dan menghindari komplikasi yang berhubungan dengan DM tipe 2 (IDF, 2015). Kepatuhan terhadap diet memainkan peran penting dalam keberhasilan terapi dan mencegah timbulnya komplikasi, tetapi banyak pasien DM yang tidak patuh terhadap dietnya (Phitri, dan Widiyaningsih, 2013 dan Risnasari, 2014). Penelitian di Kediri menunjukkan bahwa sebesar 56,14% responden tidak patuh terhadap dietnya dan 57,89% penderita DM mengalami komplikasi (Risnasari, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kepatuhan diet pada pasien DM meliputi pendidikan, pengetahuan, usia, dan dukungan keluarga. Pendidikan berpengaruh karena tingkat pendidikan dapat memperluas wawasan, cara pandang, dan pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang baik membuat seseorang dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang akan mempengaruhi sikap dan kepatuhan, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang maka semakin tinggi status sosial dan kondisi kesehatannya. Usia berhubungan dengan kematangan dan


(32)

12

kekuatan seseorang dalam berpikir dan mengambil keputusan (Notoatmodjo, 2007). Dukungan keluarga merupakan faktor penguat yang memiliki kontribusi berarti dalam kepatuhan diet pasien DM (Amelia, dkk., 2014).

Dukungan keluarga memiliki kontribusi berarti karena keluarga merupakan interaksi pertama dan orang terdekat yang selalu ada mendampingi pasien DM. Dukungan keluarga bagi pasien DM dapat berupa dukungan finansial, sosial, dan emosional, selain itu keluarga juga dapat mendukung keberhasilan diet dengan mengawasi jalannya diet yang dijalankan oleh pasien DM (Pratita, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga meliputi praktik dikeluarga, latar belakang budaya, emosi, spiritual, dan tingkat pengetahuan keluarga (Amelia, dkk., 2014).

Dukungan finansial berupa dukungan keuangan untuk menunjang proses pengobatan pasien. Keluarga dengan pendapatan tinggi, lebih mudah untuk membeli makanan sesuai diet pasien DM (Amelia, dkk., 2014). Dukungan emosional dari keluarga dapat berupa perhatian dan kasih sayang untuk pasien DM, dukungan emosional penting karena keluarga merupakan tempat kita berbagi kebahagiaan dan kesedihan (Wardani dan Isfandiari, 2014). Dukungan sosial berperan meningkatkan kualitas hidup pasien DM dengan mengendalikan proses psikologis dan memfasilitasi perubahan perilaku sehingga proses diet menjadi lebih baik (Rahmawati, Setiawati dan Solehatin, 2012).


(33)

13

Praktik dikeluarga adalah cara yang dilakukan keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien DM yang akan mempengaruhi sikap dan kepatuhan, sedangkan latar belakang budaya berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, keyakinan, dan nilai kesehatan dalam keluarga pasien DM (Amelia, dkk., 2014). Keluarga dapat memberikan dukungan emosi pada pasien DM berupa perkataan yang baik dan lembut atau rayuan kepada pasien untuk menaati diet yang harus dijalankan (Pratita, 2012). Pasien DM seringkali merasa rendah diri dan putus asa terhadap kondisinya sehingga dukungan spiritual dari keluarga diperlukan untuk menenangkan dan mengembalikan semangatnya (Wardani dan Isfandiari, 2014). Pengetahuan keluarga akan mempengaruhi perilaku keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan pasien, selain itu keluarga juga dapat mengawasi dan memberi masukan pada pasien terhadap diet yang dijalaninya (Amelia, dkk., 2014).

Diet pada pasien DM meliputi pengaturan jumlah kalori, jadwal dan jenis makanan (Putro dan Suprihatin, 2012). Diet diatur berdasarkan status gizi, kebiasaan makan, dan kondisi atau komplikasi yang telah ada. Pengaturan ini bertujuan untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal tanpa efek samping hipoglikemi, profil lipid serum normal untuk mencegah resiko penyakit kardiovaskuler, tekanan darah normal atau mendekati normal, mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi, dan meningkatkan derajat kesehatan melalui gizi yang optimal. Syarat diet untuk pasien DM secara umum adalah mencukupi kebutuhan


(34)

14

energi untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal, cukup vitamin dan serat, terutama vitamin yang larut air (Setiati, Alwi, Sudoyo, Simadibrata K, Setiyohadi dan Syam, 2014).

Diet pada pasien DM harus memperhatikan sumber dan jenis dari bahan makanan yang dikonsumsi. Sumber makanan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat adalah karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, dan sagu. Sumber protein adalah protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. Sumber lemak yang dapat dikonsumsi pasien DM adalah lemak dalam jumlah terbatas, yaitu dalam bentuk makanan yang mudah dicerna terutama makanan yang diolah dengan cara dikukus, direbus, disetup dan dipanggang. Makanan yang banyak mengandung lemak (cake, makanan siap saji dan goreng-gorengan), makanan tinggi natrium (ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan), dan makanan yang mengandung gula sederhana (gula pasir, gula merah, sirop, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, es krim, dan minuman botol ringan) harus dibatasi pada pasien DM (Wahyuningsih, 2013).

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) menyebutkan terapi nutrisi medis untuk diabetisi (diet DM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Prinsip pengaturan diet pada pasien DM hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum tetapi pada penyandang DM perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jenis, jadwal, dan jumlah makanan. Penderita DM harus mengatur


(35)

15

jenis yang meliputi karbohidrat, lemak, protein, natrium, dan serat. Jadwal makan penderita DM dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makan ringan (10-15%) di antaranya dengan interval waktu 3 jam setiap kali makan (PERKENI, 2011). Penderita DM harus mengatur jumlah makan yang dikonsumsi yaitu karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi, pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi, gula dalam bumbu diperbolehkan, dan sukrosa atau pemanis buatan tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi. Pasien DM tetap harus makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari dan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari (PERKENI, 2011).

Lemak dianjurkan sekitar 20-25% dari kebutuhan kalori, lemak tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi, dan konsumsi kolesterol <200 mg/hari. Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda <10%, dan selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Konsumsi lemak jenuh dan lemak trans perlu dibatasi seperti daging berlemak dan susu penuh (whole milk) (PERKENI, 2011).

Protein dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi. Sumber protein yang baik bagi tubuh adalah seafood (ikan, udang, cumi, dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe. Pasien DM yang memiliki komplikasi nefropati


(36)

16

perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/KgBB perhari atau 10% dari kebutuhan energi (PERKENI, 2011).

Anjuran asupan natrium untuk pasien DM sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu <3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur. Penderita DM dengan hipertensi harus membatasi konsumsi natrium sampai 2400 mg perhari. Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoate dan natrium nitrit (PERKENI, 2011).

Penyandang DM dianjurkan mengkonsumsi makanan cukup serat ±25 g/hari, terutama yang berasal dari kacang-kacangan, buah, sayuran, dan karbohidrat tinggi serat karena mengandung vitamin, mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan. Pemanis aman dikonsumsi oleh penderita DM sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake / ADI). Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tidak berkalori (PERKENI, 2011).

Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori harian, contoh pemanis berkalori adalah gula alkohol (isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol) dan fruktosa. Penyandang DM tidak dianjurkan menggunakan fruktosa karena memiliki efek samping pada lemak darah. Pemanis tidak berkalori yang dapat digunakan untuk penyandang DM antara lain aspartam, sakarin, sukrolase, acesulfame potassium, dan neotame (PERKENI, 2011).


(37)

17

Diet juga mengatur jumlah kalori yang akan dikonsumsi oleh pasien DM. Jumlah kalori ditentukan berdasarkan kebutuhan kalori basal: 25-30 kalori / kg BB ideal dan status gizi diabetisi berdasarkan rumus indeks masa tubuh atau dengan rumus berat badan relatif.

IMT = Indeks Masa Tubuh = ��

��2 × %

Keterangan : berat badan (BB) dalam kg, tinggi badan (TB) dalam meter Klasifikasi IMT

a. IMT < 18,5 : BB kurang

b. IMT 18,5-22,9 : BB normal

c. IMT ≥ 23,0 : BB lebih

d. IMT 23,0 – 24,9 : dengan risiko e. IMT 25,0 – 29,9 : obes I

f. IMT > 30 : obes II BBR = Berat Badan Relatif = ��

��− × %

Keterangan : berat badan (BB) dalam kg, tinggi badan (TB) dalam cm a. Gizi buruk : < 90%

b. Normal : 90-110%

c. Gizi lebih : 110-120% d. Gemuk (obesitas) : > 120%

Kebutuhan kalori / hari untuk menuju ke berat badan normal :

a. Berat badan kurang (BBR < 90%) kebutuhan kalori sehari 40-60 kal/kg BB


(38)

18

b. Berat badan normal (BBR 90-100%) kebutuhan kalori sehari 30 kal/kg BB

c. Berat badan lebih (BBR >100%) kebutuhan kalori sehari 20 kal/kg BB d. Gemuk (BBR>120%) kebutuhan kalori sehari 10-15 kal/kg BB

(Tjokroprawiro, 2012 & Setiati., dkk, 2014).

Wahyuningsih (2013) mengungkapkan bahwa penderita DM harus selalu mengatur jumlah, jadwal dan jenis makanan yang akan dikonsumsi tetapi bukan berarti makanan hanya terbatas pada jenis-jenis tertentu saja. Makanan yang dikonsumsi dapat bervariasi asalkan mempunyai kandungan energi, lemak, protein dan karbohidrat yang hampir sama. Terdapat daftar bahan makanan penukar untuk penggolongan bahan makanan berdasarkan nilai gizi yang setara yaitu :

1. Golongan I (Sumber Karbohidrat)

Bahan makanan ini umumnya sebagai makanan pokok. Satu satuan penukaran mengandung 40 gram karbohidrat, 4 gram protein, dan 175 kalori.

Tabel 2. 1 Penukar golongan I (sumber karbohidrat)

Bahan Makanan URT Gram

Bengkuang 2 biji besar 320 S++

Bihun ½ gelas 50

Biskuit 4 buah besar 40 Na++

Bubur beras 2 gelas 400

Ganyong 1 potong 185 S++

Jagung segar 3 biji sedang 125 S++

Tabel 2. 1 (lanjutan)

Bahan Makanan URT Gram

Kentang 2 buah sedang 210 K+

Kerupuk udang/ ikan 5 biji sedang 50


(39)

19

Maizena 10 sendok makan 50 P

Macaroni ½ gelas 50

Mie basah 2 gelas 200 Na+

Mie kering 1 gelas 50 Na+

Nasi beras giling ¾ gelas 100 Nasi beras ½ giling ¾ gelas 100

Nasi ketan hitam ¾ gelas 100

Nasi ketan putih ¾ gelas 100

Roti putih 2 iris 70 Na+

Roti gandum 2 iris 70 S+

Singkong 1 ½ potong 120 K+, P, S+

Sukun 3 potong sedang 150 S++

Talas ½ biji sedang 125 S+

Tape beras ketan 5 sendok makan 100

Tape singkong 1 potong sedang 100 S++, P Tepung tapioca 8 sendok makan 50 K+, P Tepung beras 8 sendok makan 50

Tepung hunkwee 10 sendok makan 50

Tepung sagu 8 sendok makan 50 P

Tepung singkong 5 sendok makan 50 P Tepung terigu 5 sendok makan 50

Ubi jalar kuning 1 biji sedang 135 S++, P, K+

Keterangan : Na+ (natrium 200-400 mg), P (rendah protein), S++ (serat >6g), S+ (serat 3-6g), K+ (tinggi kalium).

2. Golongan II (sumber protein hewani)

Umumnya digunakan sebagai lauk pauk. Menurut kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Protein hewani rendah lemak, satu satuan penukaran mengandung

50 kalori, 7 gram protein, dan 2 gram lemak.

Tabel 2.2 Penukar golongan II (sumber protein hewani rendah lemak)

Bahan makanan URT Gram

Babat 1 potong sedang 40 Ko+, Pr++ Cumi-cumi 1 ekor kecil 45

Daging asap

Tabel 2.2 (lanjutan)

1 lembar 20

Bahan Makanan URT Gram

Daging ayam tanpa kulit 1 potong sedang 40 Daging kerbau 1 potong sedang 35 Dendeng daging sapi 1 potong sedang 15


(40)

20

Dideh sapi 1 potong sedang 35 Gabus kering 1 potong kecil 10

Ikan asin kering 1 potong sedang 15 Na+ Ikan kakap 1/3 ekor besar 35

Ikan kembung 1/3 ekor sedang 30 Ikan lele 1/2 ekor sedang 40 Ikan mas 1/3 ekor sedang 45 Ikan mujair 1/3 ekor sedang 30

Ikan peda 1ekor kecil 35

Ikan pindang ½ ekor sedang 35 Ikan segar 1 potong sedang 40

Kepiting 1/3 gelas 50 Ko+

Kerang ½ gelas 90 Na+, Pr++

Putih telur ayam 2 ½ butir 65 Rebon kering 2 sendok makan 10 Rebon segar 2 sendok makan 45

Selar kering 1 ekor 20

Sepat kering 1potong sedang 20 Teri kering 1 sendok makan 15

Teri nasi 1/3 gelas 20

Udang segar 5 ekor sedang 35 Ko+

Keterangan : Na+ ( natrium 200-400 mg), Ko+ (tinggi kolesterol), Pr++ (tinggi purin).

b. Protein hewani lemak sedang, satu satuan penukar mengandung 75 kalori, 7 gram protein dan 5 gram lemak.

Tabel 2.3 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak sedang).

Bahan makanan URT Gram

Bakso 10 biji sedang 170

Daging domba 1 potong sedang 40 Daging kambing 1 potong sedang 40

Daging sapi 1 potong sedang 35 Ko+

Hati ayam 1 buah sedang 30 Ko+, Pr++

Hati babi 1 potong sedang 35 Ko+, Pr++

Bahan makanan URT Gram

Hati sapi 1 potong sedang 35 Ko+, Pr++ Otak

Tabel 2.3 (lanjutan)

1 potong besar 60 Ko+, Pr++

Bahan Makanan URT Gram

Telur ayam 1 butir 55 Ko+

Telur bebek asin 1 butir 50 Ko+, Na+

Telur puyuh 5 butir 55


(41)

21

Keterangan : Na+ ( natrium 200-400 mg), Ko+ (tinggi kolesterol), Pr++ (tinggi purin).

c. Protein hewani tinggi lemak, satu satuan penukar mengandung 150 kalori, 7 gram protein, dan 13 gram lemak.

Tabel 2.4 Penukar golongan II (sumber protein hewani lemak tinggi).

Bahan makanan URT Gram

Bebek 1 potong sedang 45 Pr++

Belut 3 ekor kecil 50

Corned beef 3 sendok makan 45 Na+ Daging ayam

dngan kulit

1 potong sedang 55 Ko+

Ham 1 ½ potong kecil 40 Na++, Ko+, Pr++ Kuning telur ayam 4 butir 45 Ko+

Sardencis ½ potong sedang 35 Pr++, Na+

Sosis ½ potong 50 Na+

Telur bebek 1 butir 55 Ko+

Telur ikan 1 potong sedang 40

Keterangan : Na+ ( natrium 200-400 mg), Ko+ (tinggi kolesterol), Pr++ (tinggi purin).

3. Golongan III (sumber protein nabati)

Golongan ini umumnya digunakan sebagai lauk-pauk, satu satuan penukar mengandung 75 kalori, 5 gram protein, 7 gram karbohidrat, 3 gram lemak.

Tabel 2.5 Penukar golongan III (sumber protein nabati)

Bahan makanan URT Gram

Kacang hijau 2 sendok makan 20 S++


(42)

22

Kacang merah 2 sendok makan 20 S+

Kacang mete 1 ½ sendok makan 14 Tj+ Kacang tanah 2 sendok makan 15 S+, Tj+ Kacang tanah kupas 2 sendok makan 15 S+, Tj+

Kacang tolo 2 sendok makan 20

Kedelai bubuk 2 ½ sendok makan 25

Kembang tahu 1 lembar 20

Oncom 2 potong kecil 40 S++

Pete segar ½ gelas 55

Selai kacang tanah 1 sendok makan 15 Tj+, Na+

Tahu 1 biji besar 110

Tempe 2 potong sedang 50 S+

Keterangan : S++ (serat > 6 g), S+ (serat 3-6 g), Tj (sumber lemak tidak jenuh tunggal), Na+ (natrium 200-400 mg).

4. Golongan IV (sayuran)

Sumber vitamin dan mineral, terutama karoten, vitamin C, zat besi, dan fosfor. Satu satuan penukar 10 gram sayuran kurang lebih 1 gelas (setelah dimasak dan ditiriskan). Sayuran dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan kandungan zat gizinya.

a. Sayuran A (bebas digunakan karena sangat sedikit kandungan kalorinya).

Table 2.6 Sayuran A

Bahan makanan

Jamur kuping segar S++

Ketimun S+, K+

Lobak S++

Selada S+, K+

Selada air S+

Labu air Tomat

Keterangan : S+ (serat 3-6 g), S++ (serat > 6 g), K+ (tinggi kalium).


(43)

23

b. Sayuran B, satu satuan penukar 100 gram mengandung 5 gram karbohidrat, 1 gram protein, dan 25 kalori.

Tabel 2.7 Sayuran B

Bahan makanan

Bayam K+, Pr+

Brokoli S+

Buncis S++, Pr+

Cabe merah besar S++

Cabe hijau besar S++

Daun bawang S+, K+

Daun bluntas

Daun kacang panjang S++

Daun kecipir Daun kemangi

Daun koro S+

Daun lobak

Daun lompong tales

Daun pakis S++

Bahan makanan Genjer

Jagung muda S+

Jantung pisang S+

Kankung S+, Pr+

Kacang buncis S++, K+

Kacang panjang S+

Kapri muda K+

Kecipir (buah muda) S+

Kembang kol S++, K+

Kucai S+

Kol S+, K+

Labu siam

Labu waluh K+

Leunca

Pare S++

Pepaya muda S+

Rebung S+, K+

Sawi S+, K+

Seledri S++

Taoge kacang hijau S+, K+

Terong S++

Wortel S+

Keterangan : S+ (serat 3-6 g), S++ (serat > 6 g), K+ (tinggi kalium), Pr+ (purin sedang).


(44)

24

c. Sayuran C, satu satuan penukar 100 gram mengandung 10 gram karbohidrat, 3 gram protein, dan 50 kalori.

Table 2.8 Sayuran C

Bahan makanan

Bayam merah S+, K+

Daun katuk S++

Bahan makanan Daun labu siam

Daun melinjo S++, Pr+

Daun papaya K+

Daun singkong S+, K+, Pr+

Daun talas S+

Daun kapri S+

Kluwih Ka+

Melinjo Pr+

Bahan makanan

Nangka muda S+

Taoge kacang kedelai

Keterangan : S+ (serat 3-6 g), S++ (serat > 6 g), K+ (tinggi kalium), Pr+ (purin sedang).

5. Golongan V (buah-buahan dan gula)

Merupakan sumber vitamin, terutama karoten, vitamin B1, B6, vitamin C dan mineral. Berat buah-buahan ditimbang tanpa kulit dan biji. Satu satuan penukar mengandung 12 gram karbohidrat dan 50 kalori.

Tabel 2.9 Penukar golongan V (buah-buahan dan gula)

Bahan makanan URT Gram

Anggur 15 buah sedang 125 S++, K+

Apel merah 1 buah kecil 85

Apel malang 1 buah sedang 75 S+

Arbei 6 buah sedang 135 K+

Belimbing 1 buah besar 140 S++, K+

Tabel 2.9 (lanjutan)

Bahan Makanan URT Gram

Blewah 1 potong sedang 70 S+

Cempedak 7 biji sedang 45 S++


(45)

25

Durian 2 biji besar 35

Jambu air 2 buah besar 110 S+

Jambu biji 1 buah besar 100 K+

Jambu bol 1 buah kecil 90 S+

Jambu monyet 1 buah besar 80

Jeruk bali 1 potong 105 S+, K+

Jeruk garut 1 buah sedang 115 S+, K+

Jeruk manis 2 buah sedang 110 K+

Jeruk manis 1 ¼ gelas 135 K+

Kedondong 2 buah sedang 120 S++

Kemang 1 buah besar 105

Kesemek ½ buah 65 S+

Kolang-kaling 5 biji sedang 25 S++

Kurma 3 buah 15

Kiwi 1 ½ buah 110 S+

Lontar 16 buah 185 S++

Bahan makanan URT Gram

Leci 10 buah 75

Mangga ¾ buah besar 90

Mangis 2 buah sedang 80 S++

Markisa ¾ buah sedang 35 S++

Melon 1 potong besar 190 S+

Menteng 4 buah sedang 75

Nangka masak 3 biji sedang 45 S++

Nanas ¼ buah sedang 95

Pala (daging) 4 buah sedang 120 S++

Peach 1 buah kecil 115 S++

Pear ½ buah sedang 85 S++

Pepaya 1 potong besar 110 S+, K+

Pisang ambon 1 buah kecil 50 K+

Pisang kapok 1 buah 45 K+

Pisang mas 2 buah 40 S+, K+

Pisang raja 2 buah kecil 40 K+

Plum 2 ½ buah 140 S+

Rambutan 8 buah 75

Salak 2 buah sedang 65 S+

Sawo 1 buah sedang 55

Semangka 2 potong sedang 180

Sirsak ½ gelas 60 S+

Srikaya 2 buah besar 50 S+

Strawberi 4 buah besar 215 S++

Gula 1 sendok makan 13

Madu 1 sendok makan 15

Keterangan : S++ (serat > 6g) ,K+ (tinggi kalium), S+ (serat 3-6 g).


(46)

26

Sumber protein, lemak, karbohidrat, dan vitamin (terutama vitamin A dan niasin), serta mineral (fosfor). Menurut kandungan lemaknya susu dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Susu tanpa lemak, satu satuan penukar mengandung 75 kalori, 7 gram protein, dan 10 gram karbohidrat.

Tabel 2.10 Penukar golongan VI susu tanpa lemak

Bahan makanan URT Gram

Susu skim cair 1 gelas 200 K+

Tepung susu skim 4 sendok makan 20 K+

Yogurt non fat 2/3 gelas 120 K+

Keterangan : K+ (tinggi kalium)

b. Susu lemak sedang, satu satuan penukar mengandung 125 kalori, 7 gramprotein, 10 gram karbohidrat, dan 6 gram lemak

Tabel 2.11 Penukar golongan VI susu lemak sedang

Bahan makanan URT Gram

Keju 1 potong kecil 35 Na++, Ko+

Susu kambing ¾ gelas 165 K+

Susu kental tidak manis

½ gelas 100 K+

Susu sapi 1 gelas 200 K+

Tepung susu asam 7 sendok makan 35 K+ Yogurt susu penuh 1 gelas 200 K+

Keterangan : Na++ (natrium), Ko+ (tinggi kolesterol), K+ (tinggi kalium).

c. Susu tinggi lemak, satu satuan penukaran mengandung 150 kalori, 7 gram protein, 10 gram karbohidrat, dan 10 gram lemak. Tabel 2.12 Penukar golongan VI susu tinggi lemak

Bahan makanan URT Gram


(47)

27

Tepung susu penuh 6 sendok makan 30 K+, Ko+

Keterangan : Ko+ (tinggi kolesterol), K+ (tinggi kalium). 7. Golongan VII minyak atau lemak

Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Lemak tidak jenuh, satu satuan penukaran mengandung 50 kalori, dan 5 gram lemak.

Tabel 2.13 Penukar golongan VII lemak tidak jenuh

Bahan makanan URT Gram

Alpukat ½ buah besar 60 S++, Tj+, K+

Kacang almond 7 biji 10 S+

Mayonnaise 2 sendok makan 20 Minyak bunga

matahari

1 sendok 5 Minyak kacang

kedelai

1 sendok teh 5 Tj+

Bahan makanan URT Gram

Minyak sunflower 1 sendok teh 5

Minyak zaitun 1 sendok teh 5 Tj+

Keterangan : S++ (serat > 6 g), Tj (sumber lemak tidak jenuh tunggal), K+ (tinggi kelium), S+ (serat 3-6 g).

b. Lemak jenuh, satu satuan penukaran mengandung 50 kalori, dan 5 gram lemak.

Tabel 2.14 Penukar golongan VII lemak jenuh

Bahan makanan URT Gram

Mentega 1 sendok teh 5

Santan (peras dengan air) 1/3 gelas 40 K+

Kelapa 1 potong kecil 15 K+

Keju krim

Tabel 2.14 (lanjutan)

1 potong kecil 15

Bahan makanan URT Gram

Minyak kelapa 1 sendok teh 5 Minyak inti kelapa sawit 1 sendok teh 5


(48)

28

Keterangan : K+ (tinggi kalium).

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang diperoleh setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan dilakukan melalui panca indra manusia dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan, informasi, jenis kelamin, minat, pekerjaan, kebudayaan, dan usia (Riyanto, 2013).

Pendidikan mempengaruhi pengetahuan karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah seseorang menerima informasi dan cepat lambatnya seseorang menerima pengetahuan baru bergantung pada mudah tidaknya informasi diperoleh. Minat mempengaruhi pengetahuan karena minat dapat mendorong seseorang untuk memperoleh keterampilan, pemahaman terhadap sesuatu yang diinginkan sehingga orang tersebut akan menekuninya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih dalam. Pekerjaan berpengaruh terhadap pengetahuan berhubungan dengan lingkungan pekerjaan yang membuat seseorang memperoleh pengetahuan baik secara langsung atau tidak langsung. Budaya mempengaruhi pengetahuan berhubungan dengan pembentukan sikap dan umur mempengaruhi pengetahuan karena umur mempengaruhi daya tangkap dan


(49)

29

pola pikir seseorang. Daya tangkap dan pola pikir semakin baik saat seseorang sudah mencapai usia dewasa (Mubarak, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehention)

Memahami adalah kemampuan menjelaskan, menyimpulkan dan menginterprestasikan materi secara benar dengan bahasa sendiri.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam kondisi nyata.

4. Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan materi ke dalam komponen-komponen untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas.

5. Sintesa (Syntesis)

Sintesa adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian komponen dalam struktur baru, meliputi menyusun, merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori yang ada.


(50)

30

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan mengevaluasi, melakukan justifikasi atau melakukan penilaian terhadap suatu materi yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengetahuan diukur melalui nilai yang didapatkan yaitu baik (76-100%), cukup (56-75%) dan kurang (≤55%) (Nursalam, 2013).


(51)

31

C. Kerangka Konsep

Gambar. 1 Kerangka Konsep

Keterangan gambar:

: Diteliti : Tidak diteliti

Diet DM:

Jenis dan jumlah dan jadwal makan

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan diet: a. Pendidikan

b. Pengetahuan c. Usia

d. Dukungan keluarga,

meliputi:

- Tahap perkembangan - Pendidikan

- Praktik dikeluarga - Sosial ekonomi

- Latar belakang budaya

Baik

Cukup - Tingkat pengetahuan

Kurang Diabetes


(1)

15

informasi yang didapatkan lebih

terbatas.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan

Melati (2012) menyatakan bahwa

pengetahuan

responden

yang

tidak

bekerja

berada

dalam

kategori kurang yaitu sebesar

66,79%. Seseorang yang tidak

bekerja tingkat pengetahuannya

kurang yaitu sebesar 65%, hal ini

karena saat seseorang bekerja dia

akan lebih mudah mendapatkan

informasi

yang

dapat

meningkatkan pengetahuannya

28

.

Hasil

penelitian

ini

berbeda

dengan hasil penelitian Ifada

(2010) yang menyatakan bahwa

status

pekerjaan

tidak

mempengaruhi

pengetahuan

seseorang karena masih ada

faktor lain yang berpengaruh

terhadap pengetahuan.

e.

Pemaparan informasi

Pengetahuan

responden

berdasarkan pemaparan informasi

didominasi oleh responden yang

tidak

pernah

mendapatkan

paparan informasi tentang diet

pada pasien DM termasuk dalam

kategori

cukup

dan

kurang.

Pengetahuan responden kurang

terutama

mengenai

cara

pengaturan jumlah diet pada

pasien DM (55,7%). Pengetahuan

responden baik pada konsep

umum diet pasien DM, responden

tahu jika pasien DM harus

menjalani diet yang meliputi 3 J

tetapi responden belum mampu

bagaimana

menentukan

jumlahnya yang sesuai untuk

penderita DM.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Lestari

(2012)

dimana

mayoritas

responden dalam penelitiannya

kurang dalam mendapat paparan

informasi

kesehatan.

Paparan

informasi sangat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, semakin


(2)

16

paparan informasi maka semakin

baik pengetahuannya

42

. Paparan

informasi

juga

akan

mempengaruhi

proses

belajar

seseorang yang akan berpengaruh

terhadap pengetahuannya

29

.

3.

Kekuatan dan kelemahan

a.

Kekuatan

1)

Penelitian

ini

membahas

gambaran

pengetahuan

responden

berdasarkan

karakteristik responden yang

meliputi usia, jenis kelamin,

tingkat

pendidikan,

status

pekerjaan, dan pemaparan

informasi.

2)

Penelitian dilakukan secara

door-to-door

sehingga

peneliti

dapat

berinteraksi

langsung dengan responden,

melakukan wawancara, dan

melihat sendiri kondisi di

rumah.

b.

Kelemahan

1)

Penelitian

ini

adalah

penelitian deskriptif sehingga

tidak

dapat

mengetahui

hubungan

atau

membandingkan pengetahuan

dengan

karakteristik

responden.

V.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data dan

pembahasan

maka

dapat

ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1.

Mayoritas pengetahuan keluarga pada

penelitian ini dalam kategori kurang.

2.

Pengetahuan keluarga berdasarkan

usia berada dalam kategori cukup

pada usia 36-60 tahun.

3.

Pengetahuan keluarga berdasarkan

jenis kelamin berada dalam kategori

kurang

dengan

jenis

kelamin

perempuan.

4.

Pengetahuan keluarga berdasarkan

tingkat pendidikan berada dalam

kategori

cukup

pada

jenjang

pendidikan terakhir SMA.

5.

Pengetahuan keluarga berdasarkan

status

pekerjaan

berada

dalam

kategori kurang untuk responden


(3)

17

6.

Pengetahuan keluarga berdasarkan

pemaparan informasi berada dalam

kategori cukup dan kurang untuk

responden

yang

tidak

pernah

mendapat paparan informasi.

VI.

SARAN

Berdasarkan

hasil

penelitian

Gambaran tingkat Pengetahuan Keluarga

tentang Diet Pasien DM di Wilayah Kerja

Puskesmas Kasihan 1 Bantul, maka saran

yang dapat disampaikan peneliti adalah :

1.

Bagi Responden

Responden

diharapkan

dapat

meningkatkan pengetahuan dengan lebih

aktif mencari informasi tentang diet pada

pasien DM.

2.

Bagi Puskesmas

3.

Puskesmas diharapkan dapat memberikan

informasi pada pasien dan keluarga

tentang diet pada pasien DM yang lebih

terperinci dan menggunakan bahasa yang

mudah

dimengerti.

Keluarga

ikut

dilibatkan

sebagai

pengawas

diet,

pengawas minum obat dan diikutkan

dalam kegiatan program pengelolaan

penyakit kronis untuk pasien DM, karena

keluarga juga membutuhkan informasi

yang adekuat mengenai diet pada pasien

DM untuk mendukung keberhasilan diet

pasien. Keberhasilan pasien DM dalam

menjalani dietnya tidak lepas dari

dukungan keluarga.

4.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian selanjutnya disarankan

untuk melanjutkan penelitian ini dengan

menggunakan metode kualitatif. Peneliti

selanjutnya

dirasa

perlu

untuk

membuktikan

hubungan

usia,

jenis

kelamin,

tingkat

pendidikan,

status

pekerjaan, dan pemaparan informasi

keluarga dengan keberhasilan diet pada

pasien DM.

VII.

Daftar Pustaka

1. Al-Qur’an

2. Amelia, M., Sofiana, N., & Veny, E. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluarga untuk Memberikan Dukungan Kepada Klien Diabetes Melitus dalam Menjalani Diet. Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Vol. 1, No. 2. Diakses 24 Oktober 2015 dari https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=d4SQVvbpGMe

8ugSmhafICg#q=ANALISIS+FAKTOR-FAKTOR+YANG+MEMPENGARUHI+KELUARGA+UNT UK+MEMBERIKAN+DUKUNGAN+KEPADA+KLIEN+DI ABETES+MELLITUS+DALAM+MENJALANI+DIET. 3. Arikunto S, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

5. Aspuah, S. (2013). Kumpulan Koesioner dan Instrumen

Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Medical Book.

6. Astuti, T, P., Sri, H. (2013). Dukungan Sosial pada Mahasiswa yang Sedang


(4)

18

7. Menyusun Skripsi (Studi Fenomenologis pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Undip). Diakses pada 18 Juni 2016 dari http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/83 39/6870.

8. Bilous, R., & Donelly, R. (2015). Buku Pengangan Diabetes (4th ed). Jakarta: Bumi Medika.

9. Centers for Disease Control and Prevention. (2014). National Diabetes Statistic Report, 2014. Diakses 27 Oktober

2015 dari

http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/statsreport14/national-diabetes-report-web.pdf.

10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Riset Kesehatan Dasar.

11. Gultom, Y, T. (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tentang Managemen Diabetes Melitus di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat.

Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Depok: Fakultas Ilmu

Keperawatan, Universitas Indonesia. Diakses pada 24 Oktober 2015 dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314370-S43834-Tingkat%20pengetahuan.pdf.

12. Hasbi, M. (2012). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus dalam Melakukan Olah Raga di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah. Karya Tulis Ilmiah Strata Dua. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Diakses 24 Oktober 2015 dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306604-T30747-Analisis%20faktor.pdf.

13. Hidayat, A. A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan

Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Mediaka.

14. Ifada, I. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Masyarakat Mengenai Pelayanan Kesehatan Mata. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro. Diakses 6 Juli 2016 dari https://core.ac.uk/download/files/379/11722406.pdf. 15. International Diabetes Federation. (2015). Risk Factors.

Diakses 24 Oktober 2015 dari http://www.idf.org/about-diabetes/risk-factors.

16. Kekenusa, J, S., Budi, T, R., dan Gloria, W. (2013).

Analisis Hubungan antara Umur dan Riwayat Keluarga Menderita DM dengan Kejadian DM Tipe 2 pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof.

DR. R.D Kandou Manado.Manado: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Diakses pada 4 Desember 2015 dari http://fkm.unsrat.ac.id/wp-

content/uploads/2013/08/GLORIA-WUWUNGAN-091511080.pdf.

17. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Pusat

Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

18. Kementerian Kesehatan RI. (2012). Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktifitas Fisik untuk

Mencegah Penyakit tidak Menular. Direktorats Jenderal Bina

Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

19. Kompas. (2008). Jarak Ideal Usia Calon Istri. Diakses pada 22 Agustus 2016 dari

http://internasional.kompas.com/read/2008/10/10/1137539/Jar ak.Ideal.Usia.Calon.Istri.

20. Kristinato, A., Anton, D, S., Anthony, W., Caroline., Astari, K., Farha, I., Budi, W. (2012). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Perempuan Usia Reproduksi terhadap Asuhan Antenatal, dan Faktor-Faktor yang Berhubungan. Artikel Penelitian. Rumah Sakit Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diakses 6 Juli

2016 dari

http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/v iewFile/1218/118.

21. Laila, D, R., Rinayanti, A., dan Priambodo, H. ( 2008

). Penetalaksanaan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 pada

Pasien Rawat Inap di RSUD Koja Jakarta Utara. Jakarta:

Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945. Diakses 16

Juni 2016 dari

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source =web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiktdy8kqzNA hXEpo8KHXnjBmIQFgg0MAQ&url=http%3A%2F%2Fjourn al.uta45jakarta.ac.id%2Findex.php%2FJPFI%2Farticle%2Fdo wnload%2F4%2F2&usg=AFQjCNEXTrgZKGvfcvNoXVyfz _lh2nBG-A&sig2=bAhStF-dmfs8CsxJfNKj8g&bvm=bv.124272578,d.c2I.

22. Lestari, L., Reni, Z., dan Larasati, T, A. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University. Vol. 2 No. 4.

Diakses pada 8 Juni 2016 dari

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/d ownload/66/65

23. Lestari, T, C., (2012). Hubungan Psikososial dan Penyuluhan Gizi dengan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Fatmawati Tahun 2012.

Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Depok: Universitas Indonesia.

Diakses pada 24 Oktober 2015 dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20299171-S1981-Tri%20Suci%20Lestari.pdf.

24. Liliany, E.I., Jafar, N., & Najamuddin, U. (2013). Hubungan Aktivitas Fisik dan Pola Makan Terhadap Komponen Sindrom Metabolik pada Pasien Rawat Jalan DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Makassar. Jurnal Program Studi Ilmu

Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Hasanuddin. Dikases 1 November 2015 dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/105 12/EKA%20ISMA%20LILIANY%20K21110006.pdf?sequen ce=1.

25. Mahfudhah, D., (2014). Hubungan Pengetahuan,Sikap, dan Pekerjaan Ibu terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga di Desa Reukih Dayah Kecamatan

Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Aceh: STIKes U’Budiyah

Banda Aceh. Diakses pada 11 Juni 2016 dari http://www.ejournal.uui.ac.id/jurnal/DESI_MAHFUDHAH-wpk-jurnal_desi.pdf.

26. Maine, F., & Ismail. (2014). Hubungan Diet DM Tipe II dengan Kadar Glukosa Darah di Rawat Sewaktu di RSUP Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Sulawesi Selatan: STIKES Nani Hasanuddin Makassar. Vol. 5, No. 1. Diakses 6 November 2015 dari http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/13/elibrary%20stikes% 20nani%20hasanuddin--fadlimaine-608-1-51147983-1.pdf. 27. Melati. (2012). Pengetahuan Wanita Menikah yang Bekerja

dan Tidak Bekerja tentang Pemeriksaan Pap Smear di Kelurahan Grogol Depok. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu.

Depok: Universitas Indonesia. Diakses pada 12 Juli 2016 dari http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20311718-S43362-Pengetahuan%20Wanita.pdf.

28. Nasihah, M., dan Sifia, L, B. (2013). Hubungan antara Pengetahuan dan Pendidikan dengan Pelaksanaan Deteksi Dini Kanker Servik Melalui IVA. Jurnal Midpro edisi 2. Universitas Islam Lamongan. Diakses pada 11 Juni 2016 dari http://journal.unisla.ac.id/pdf/19612014/4.%20Hubungan%20 antara%20pengetahuan%20dan%20pendidikan%20dengan%2 0pelaksanaan%20deteksi%20dini%20kanker%20servik.pdf 29. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu


(5)

19

30. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

31. Onggo, I.T. (2011). 5 Penyakit Pencabut Nyawa. Yogyakarta: Mitra Buku.

32. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.

33. Polit, D. A. (1999). Nursing Research Prinsiples and Methods

(6th ed). Philadelphia: Lippincott.

34. Pratita, N. D. (2012). Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya.

Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Vol. 1, No. 1. Diakses 24 Oktober 2015 dari https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=d4SQVvbpGMe 8ugSmhafICg#q=Hubungan+Dukungan+Pasangan+dan+Heal th+Locus+of+Control+dengan+Kepatuhan+dalam+Menjalani +Proses+Pengobatan+pada+Penderita+Diabetes+Mellitus+Tip e+2.+Calyptra:+Jurnal+Ilmiah+Mahasiswa+Universitas+Sura baya+Vol.1+No.1+%282012%29.+Surabaya:+Fakultas+Psiko logi+Universitas+Surabaya.

35. Phitri, H.E., & Widiyaningsih. (2013). Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Penderita Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parikesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Vol. 1, No. 1. Diakses 6 November 2015 dari http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMB/article/view/941/9 93.

36. Puskesmas Kasihan 1. (2013). Puskesmas Kasihan 1. Diakses

pada 2 Juni 2016 dari

http://puskesmas.bantulkab.go.id/kasihan1/.

37. Puspitasari, F. (2014). Gambaran tingkat Pengetahuan dan Sikap tentang Monitoring Kadar Gula Darah Mandiri pada Penderita DM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Karya Tulis Ilmiah Strata Satu. Yogyakarta: Universitas

Muhammadiyah Yohyakarta. Diakses pada 18 Juni 2016 dari thesis.umy.ac.id/datapublik/t36627.pdf.

38. Putro, P.J.S., & Suprihatin. (2012). Pola Diit Tepat Jumlah, Jadwal, dan Jenis Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal STIKES Vol. 5, No. 1.

Diakses 1 September 2015 dari

https://www.google.co.id/?gws_rd=cr,ssl&ei=d4SQVvbpGMe 8ugSmhafICg#q=Pola+Diit+Tepat+Jumlah%2C+Jadwal%2C +dan+Jenis+Terhadap+Kadar+Gula+Darah+Pasien+Diabetes +Mellitus+Tipe+2.

39. Rahmawati, F., Setiawati, E.P., & Solehati, T. (2014).

Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 : Telaah Literatur. Bandung:

Universitas Padjadjaran.

40. Ramachandran, A., Snehalatha, C., Shetty, A.S., & Naditha, A. (2012). Trends is Prevalence of Diabetes in Asian Countries.World Jurnal of Diabetes. Vol. 3, Issue 6. India.

Diakses 27 Oktober 2015 dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3382707/. 41. Ramadhani, N., dan Nelly, M. (2015). Karakteristik

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 berdasarkan Kadar HbA1C di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Diakses

pada 18 Juni 2016 dari

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source =web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj2wtSgg7HN AhVCnpQKHTIcBK4QFggZMAA&url=http%3A%2F%2Fej ournal.litbang.depkes.go.id%2Findex.php%2Fsel%2Farticle% 2Fdownload%2F4637%2F4143&usg=AFQjCNFFS3c26B8o VJp02UEhrf5b3wdKJQ&sig2=ux_kQgvwSaqCdhWQZUTjn w&bvm=bv.124817099,d.dGo.

42. Rasajati, Q, P., Bambang, B, R., dan Dina, N, A, N. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kepatuhan Pengobatan pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmindu Kota Semarang. Unnes Journal of Public Health. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan. Vol. 3 No. 4. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Diakses pada 18 Juni 2016 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph.

43. Ridwan, A., dan Heri, P, P. (2012). Hubungan Pengetahuan tentang Diet Diabetes Mellitus dengan Perilaku Diet Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal Akper Pemenang Pare Kediri.

Diakses pada 17 Agustus 2016 dari

http://lppm.akperpamenang.ac.id/wp-content/uploads/2015/05/0502.pdf.

44. Risnasari, N. (2014). Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus dengan Munculnya Komplikasi di Puskesmas Pesantren di Kota Kediri.Jurnal. Vol. 1, No. 25. Desember Tahun 2014. Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri. Diakses 6 November 2015 dari http://lp2m.unpkediri.ac.id/jurnal/pages/efektor/Nomor25/Hal %201519.%20Norma%20Risnasari.pdf.

45. Riyanto, B. A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan

dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba

Medika.

46. Senuk, A., Wenny, S., dan Franly, O., (2013). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Diet Diabetes Melitus di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Ejournal

Keperawatan (e-Kp). Vol. 1 No. 1. Manado: Universitas Sam

Ratulangi Manado. Diakses pada 24 Oktober 2015 dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/viewFile/215 9/1717.

47. Setiawati, S., Idrus, A., Aru, W. S., Marcellus, S. K., Bambang, S., & Ari, F. S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (4th ed). Jakarta: Interna Publishing.

48. Sumangkut, S., Supit, W., & Onibala, F. (2013). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Interna BLU. RSUP. Prof. dr.R.D. Kandou Manad.

Ejournal keperawatan (e-Kp). Manado: Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol. 1, No. 1. Diakses 21 Agustus 2015 dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/2235.

49. Sudaryanto, A., Setiyadi, N.A., & Frankilawati, D.A (2014).

Hubungan antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di

Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Banjarsari. Conference

Paper. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 50. Sugiyono. (2014). Statistika untuk Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

51. Sunyoto, D. (2012). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

52. Sunyoto, D., & Setiawan, A. (2013). Buku Ajar Statistik Kesehatan Paramatrik, Non Paramatrik, Validitas dan

Reliabilitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

53. Susanti, M, L., dan Tri, S. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan

54. Diet Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri. Jurnal STIKES. Vol. 6, No. 1. Diakses 21

Agustus 2015 dari

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view /18840/18537.

55. Tandra, H. (2013). Life healthy with Diabetes. Yogyakarta: Rapha Publishing.


(6)

20

56. Tjokroprawiro, A. (2012). Garis Besar Pola Makan dan Pola

Hidup sebagai Pendukung Terapi Diabetes Mellitus: Peran 21 Macam Diet Diabetes dan GULOH SISAR. Plenary Lecture. Surabaya: Pusat Diabetes dan Nutrisi RSUD Dr. Soetomo Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Diakses 24

Oktober 2015 dari

https://retnotbs.files.wordpress.com/2012/11/prof-askandar- garis-besar-pola-makan-pola-hidup-sbg-pendukung-terapi-dm.pdf.

57. Tyas, H, A., dan Setia, A. (2015). Apakah Kebutuhan Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Laki-laki dan Perempuan Berbeda ?. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan. Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 18 Juni 2016 dari

http://mpsi.umm.ac.id/files/file/148-154%20Heny%20Ayu.pdf.

58. Undarti, Z., Lilis, M., dan Anik, S. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmu

Keperawatan Indonesia. Vol. 1, No. 1. Diakses pada 11

Desember 2015 dari

http://www.jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/Jiki/article/down load/244/201

59. Wahyuningsih, R. (2013). Penatalaksanaan Diet pada Pasien. ISBN 978-602-262-065-5. Yogyakarta: Graha Ilmu

60. Wardani, A.K., & Isfandiari, M.A. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dan Pengendalian Kadar Gula Darah dengan Gejala Komplikasi Mikrovaskuler. Jurnal Berkala

Epidemiologi. Surabaya: Departemen Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Vol. 2, No. 1.

Diakses 21 Agustus 2015 dari

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jbef4166aa5ccfull.pdf.

61. World Health Organization. (2015). Diabetes Programme

about World Diabetes Day 2015. Diakses 15 November 2015

dari http://www.who.int/diabetes/wdd_2015/en/.

62. World Health Organization. (2016). Mortality Proportional

Mortality. Diakses 7 Agustus 2016 dari

http://www.who.int/diabetes/country-profiles/wsm_en.pdf?ua=1.


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Keluarga Tentang Penatalaksanaan Diet Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara

0 47 72

Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus tentang Komplikasi Diabetes Melitus di RSUP Haji Adam Malik Medan

0 41 58

Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Mellitus Di Rsup H. Adam Malik, Medan

1 79 67

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral Terhadap Hasil Terapi di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

1 45 99

Gambaran Pengetahuan Anggota Keluarga Berisiko tentang Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

0 4 104

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG DENGAN DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN PERAWATAN KAKI DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIHAN 1 BANTUL

3 26 106

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

10 39 103

PENGARUH BLOG EDUKATIF TENTANG DIABETES MELITUS (DM) TERHADAP PENGETAHUAN DIET DIABETES MELITUS DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA

1 4 126

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DIET DIABETES MELITUS TERHADAP ASUPAN SERAT PASIEN DIABETES Hubungan Tingkat Pengetahuan Diet Diabetes Melitus Terhadap Asupan Serat Pasien Diabetes Melitus Rawat Jalan Di Rsud Kota Surakarta.

0 1 15

GAMBARAN PERAWATAN PENDERITA DIABETES MELITUS SECARA MANDIRI OLEH KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANTUL I KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009 - DIGILIB UNISAYOGYA

0 0 26