Hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Munjul

(1)

PUSKESMAS MUNJUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Disusun Oleh:

ANGGITA PUSPITA DELIANTY NIM : 1111104000037

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Anggita Puspita Delianty Tempat/Tanggal Lahir : Bandung,13 Juli 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Musholla Fathul Ulum RT 004/02 No.32 Kelurahan Munjul Kecamatan Cipayung Jakarta Timur Telepon : 081218114780

Email : akuuanggii@yahoo.com

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. TK Islam Nurul Ikhwan 1998 – 1999 2. SD Negeri 02 PAGI 1999 – 2005 3. MTS Negeri 22 KJ Munjul 2005 – 2008 4. SMA Negeri 105 Jakarta 2008 – 2011 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2011 – sekarang ORGANISASI

1. PMR 2006 – 2007

2. OSIS SMA 2009 – 2010


(7)

vii

Anggita Puspita Delianty, NIM: 1111104000037 xviii + 88 pages + 15 tables + 2 charts + 10 appendixes

ABSTRACT

Background: Obeying a series of diet in patients with type 2diabetes mellitus is a major challenge so that no complications. Factors that may affect compliance, one of which is the support of partner support partner is one of the most important elements in self patients with type 2 diabetes, because of the interaction of the first and most frequently performed individual is the person that is closest partner. The purpose of this study was to determine the relationship between spousal support for diet adherence in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Munjul. Methods: This study is quantitative reasearch with cross sectional approach. Subjects were 54 patients with type 2 diabetes who have a partner who lives in Puskesmas Munjul. The sampling technique in this study using total sampling technique. Methods of data collection using the questionnaire. Results: The result of Pearson correlation analysis showed that the relationship between praise and support for diet adherence (p-value = 0.000), and the relationship between food and dietary rules on dietary adherence (p-value = 0.003). Statistical analysis showed that there was a significant association between spousal support for diet adherence in patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Munjul with a p-value <0.005. Suggestion: It is suggested that health workers to enhance its role as a counselor and can participate in health education on diet for people with type 2 diabetes mellitus.


(8)

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2015

Anggita Puspita Delianty, NIM: 1111104000037

Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

xviii + 88 halaman + 15 tabel + 2 bagan + 10 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Mematuhi serangkaian diet pada penderita DM tipe 2 merupakan tantangan yang besar supaya tidak terjadi komplikasi. Faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan, salah satunya adalah dukungan pasangan Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada diri penderita DM tipe 2, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah 54 penderita DM tipe 2 yang memiliki pasangan yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil : Hasil uji analisis korelasi pearson menunjukkan bahwa hubungan antara memberi pujian dan dukungan terhadap kepatuhan diet (p-value

= 0,000), dan hubungan antara aturan makanan dan diet terhadap kepatuhan diet (p-value = 0,003). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dengan nilai p-value < 0,005. Saran : Peneliti menyarankan agar para tenaga kesehatan meningkatkan perannya sebagai

counselor dan dapat ikut serta dalam pendidikan kesehatan mengenai diet untuk penderita DM tipe 2.


(9)

ix

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata’ala, kita memuji, meminta pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku bersaksi tidak ada Dzat yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasalam.

Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skiripsi yang berjudul “Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul”.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. D e d e R o s y a d a , M A selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kep., M.Sc, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris


(10)

x

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku kuliah.

5. Ibu Maftuhah, M.Kep, Ph.D dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Orang tuaku, Ibu Hj. Lia Warliah, S.Pd.I. dan Bapak H. Dede Kurniawan yang telah mendidik, mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendoakan keberhasilan penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Adik-adikku tersayang, Guntur Delia Geterina dan Gilang Delia Revorina serta Ari Septiawan dan seluruh keluarga besar, yang senantiasa juga selalu memberikan dukungan dan doanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabatku Runingga Andami Nafa, Deti Dwi Lestari dan Denok Ariska yang telah membantu, memberi inspirasi, menghibur, memberi


(11)

xi

Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2011.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwaamieth Tharieq

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Ciputat, Juni 2015


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

LEMBAR PERNYATAAN ...v

RIWAYAT HIDUP ...vi

ABSTRACT ...vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR SINGKATAN ... .xiv

DAFTAR TABEL ... .xv

DAFTAR BAGAN...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...10

A. Diabetes Melitus ... 10

B. Kepatuhan ... 25

C. Dukungan Keluarga ... 28

D. Dukungan Pasangan ... 34

E. Kerangka Teori ... 36

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL...37

A. Kerangka Konsep ... 37


(13)

xiii

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sample... 44

D. Instrumen dan Pengumpulan Data ... 45

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 47

F. Langkah-langkah pengumpulan data ... 49

G. Pengolahan Data ... 51

H. Analisis Data ... 52

I. Etika Penelitian ... 53

BAB V HASIL PENELITIAN...55

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian ... 55

B. Hasil Analisis Faktor Kuesioner ... 56

B. Hasil Analisis Univariat ... 59

C. Hasil Analisis Bivariat ... 69

BAB VI PEMBAHASAN...71

A. Analisis Faktor ... 71

B. Analisis Univariat ... 72

B. Analisis Bivariat ... 82

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... ...89 LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

ADA : American Diabetes Association

DM : Diabetes Melitus

PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Depkes : Departemen Kesehatan

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

IDF : International Diabetes Federation

HLOC :Health Locus Of Control

DI : Daerah Istimewa DKI : Daerah Khusus Ibukota BB : Berat badan

Kkal : Kilo Kalori

g : Gram

mg : Mili Gram gls : Gelas

ptg : Potong

sdm : Sendok Makan SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas PNS : Pegawai Negeri Sipil


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai

patokan penyaring dan diagnosis DM ... 15

Tabel 2.2 Jenis Diet DM Menurut Kandungan Energi , Protein, Lemak, dan Karbohidrat ... 19

Tabel 2.3 Jadwal Makan Penderita DM ... 23

Tabel 2.4 Contoh Menu Sehari Dengan Jenis Diet DM 1900 Kkal ... 23

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 39

Tabel 5.1 Hasil Faktor Analisis ItemKuesionerDukungan Pasangan dan Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah KerjaPusksmas Munjul Tahun 2015 ... 55

Tabel 5.2 Hasil Analisis Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 59

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 59

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 60

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 61

Tabel 5.6 Hasil Analisis Dukungan Pasangan yang Didapatkan oleh Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 62

Tabel 5.7 Gambaran Skor Mean Dukungan Pasangan yang didapatkan oleh Penderita DM tipe Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 63


(16)

xvi

Tabel 5.8 Hasil Analisis Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 66 Tabel 5.9 Gambaran Skor Mean Kepatuhan Diet Penderita DM tipe Wilayah

Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ... 66 Tabel 5.10 Hubungan Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan

Diet Penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Tahun 2015 ...


(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori ... 36 Gambar 3.1 Kerangka Konsep ... 36


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Lampiran 2 Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Uji Validitas Instrumen Lampiran 6 Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 7 Uji Normalitas Data

Lampiran 8 Hasil Analisis Olahan SPSS Univariat Lampiran 9 Hasil Ananlisis Olahan SPSS Bivariat Lampiran 10 Hasil Analsis Faktor Kuesionet


(19)

1 A. Latar Belakang

Penderita diabetes melitus (DM) penting untuk mematuhi serangkaian diet guna mengontrol kadar glukosa darah. DM dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang. Diet yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja. Bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM rendah maka akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan menyebabkan komplikasi (Pratita, 2012).

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi pada jutaan orang di dunia (ADA, 2004). Diabetes melitus adalah sekelompok penyakit metabolik dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi), yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, aktivitas insulin dan keduanya (Smeltzer & Bare, 2002).

Kriteria diagnostik DM menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2006, seseorang didiagnosa menderita DM jika mempunyai kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi klinis DM yang sangat khas adalah meningkatnya frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin besar (polifagi),


(20)

2

keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat badan (Price, 2005).

Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang menempati urutan ke-6 sebagai penyebab kematian di dunia. Diperkirakan sekitar 382 juta orang di dunia mengidap DM dengan tingkat prevalensi global 8,4% dan akan terus meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun 2035 dengan tingkat prevalensi menjadi 55% (WHO,2013). Menurut data dari International Diabetes Federation

(IDF), Indonesia merupakan negara urutan ke-7 dengan prevalensi diabetes tertinggi, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico, dengan penderita DM sekitar 8,5 juta orang dengan perkiraan penderita DM mencapai angka 21,3 juta orang pada 2030 (IDF, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi DM di Indonesia cukup tinggi. Prevalensi DM di Indonesia adalah 2,4%, meningkat dari tahun 2007 sebanyak 1,1%. Empat provinsi dengan prevalensi tertinggi sesuai diagnosis dokter yaitu di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Depkes, 2013).

Diabetes melitus dibagi menjadi dua jenis yang paling umum yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1 adalah penyakit autoimun dimana tubuh tidak dapat menghasilkan insulin dan lebih sering terjadi pada anak dan remaja (ADA, 2004). Sedangkan DM tipe 2 adalah gangguan metabolisme, dimana terjadi penurunan sensitivitas terhaap


(21)

insulin (resistensi insulin) atau penurunan produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2002).

Diabetes melitus tipe 2 paling banyak dijumpai di masyarakat, insidennya mencapai 90-95% dari semua DM. DM tipe 2 merupakan DM yang tidak tergantung pada insulin. Penatalaksaannya adalah dengan diet yang tepat, olahraga, terapi (jika diperlukan) dan pemantauan gula darah agar kadar gula darah tetap terkontrol dalam batas normal (Smeltzer & Bare, 2002).

Peningkatan kadar gula darah pada penyakit DM sering menimbulkan komplikasi. Komplikasi DM antara lain seperti penyakit pembuluh koroner (jantung koroner), pembuluh darah perifer,

gangrene diabetic, neuropatic diabetic (gangguan pada pembuluh saraf), dan katarak. Komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes ini menjadikan penyebab kematian terbesar ke empat di dunia (Tandra, 2007).

Mematuhi serangkaian diet yang diberikan pada dasarnya merupakan tantangan yang besar bagi penderita supaya tidak terjadi komplikasi. Beberapa penderita DM mengaku telah bosan dengan diet yang mereka jalani, bahkan ada yang tidak peduli dan sengaja melanggar diet, karena mereka beranggapan hal tersebut dapat diatasi dengan minum obat (Pratita, 2012).

Perawat sebagai salah satu dari tenaga kesehatan mempunyai peranan dalam pengontrolan diet pasien DM. Peran perawat disini


(22)

4

yaitu melalui pemberian informasi dan pendidikan kesehatan pada penderita DM dan pasangannya dalam pengontrolan diet dan pencegahan komplikasi sehingga dapat meningkatkan kesadaran penderita untuk tetap patuh terhadap diet (Yusra, 2010).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan diet pada penderita DM, antara lain sikap, pengetahuan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Dukungan keluarga telah didefinisikan sebagai faktor penting dalam kepatuhan manajemen penyakit kronik. Dukungan keluarga merupakan indikator yang paling kuat memberikan dampak positif terhadap kepatuhan diet pada pasien diabetes (Neff dalam Hensarling, 2009).

Dukungan keluarga dalam kepatuhan diet dapat diperoleh dari pasangan (suami atau istri), anak, saudara kandung atau anggota keluarga lainnya (Friedman, 2010). Namun, salah satu dukungan keluarga yang paling berperan adalah dukungan pasangan. Dukungan pasangan sangat penting dalam diri individu, karena interaksi pertama dan yang paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya. Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu individu untuk menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit diabetes melitus (Pratita, 2012).

Dukungan pasangan tentang diet DM merupakan hal yang sangat penting untuk membentuk perilaku kepatuhan pada penderita DM dalam menjalani diet. Dukungan pasangan yang diberikan dapat


(23)

meningkatkan motivasi penderita untuk tetap patuh dalam mengontrol kadar gula darah tetap stabil dan mencegah terjadinya komplikasi (Pratita, 2012).

Dukungan pasangan telah terbukti sangat diperlukan sebagai penentu kepatuhan pada pasien DM tipe 2. Dukungan pasangan yang positif sangat berpengaruh terhadap kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada penderita diabetes tipe 2 (Costa, Pereira & Pedras, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Hara et al (2014), tentang pengaruh jenis kelamin, usia, dukungan keluarga, dan pengobatan pada stres yang dirasakan dan koping pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2, hasil penelitian menyatakan bahwa laki-laki dengan DM tipe 2 yang hidup dengan istrinya sangat tergantung pada dukungan dari pasangannya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratita (2012), menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara HLOC (Health Locus Of Control) atau keyakinan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan kesehatannya dan dukungan pasangan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita DM. HLOC memiliki sumbangan efektif yang lebih besar dibandingkan dengan dukungan pasangan. Bila dukungan pasangan dikorelasikan dengan kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada DM tanpa mengontrol HLOC maka hasilnya tidak signifikan.


(24)

6

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 November 2014 di Puskesmas Munjul, didapatkan informasi bahwa selama bulan Oktober 2014 ada 63 penderita DM yang datang ke Puskesmas, namun hanya 54 penderita yang tinggal bersama pasangan. Petugas puskesmas mengatakan, penderita yang datang mayoritas adalah penderita lama yang datang dengan komplikasi.

Hasil wawancara terhadap sembilan penderita DM tipe 2, enam penderita mengatakan datang ke puskemas disebabkan muncul keluhan lain atau komplikasi seperti adanya luka yang sulit sembuh, hipertensi dan penurunan penglihatan karena sering melanggar aturan dalam makan (diet) dan beberapa faktor lain seperti malas berolahraga, kurang pemantauan terhadap gula darah, tidak menjalani terapi dan lain sebagainya, dan tiga penderita lainnya mengatakan datang ke puskesmas untuk memeriksaan kesehatannya tanpa adanya komplikasi. Tiga penderita yang tidak muncul komplikasi mengatakan pasangan memberikan perhatian terhadap pola makannya (diet), dan empat dari enam penderita yang muncul komplikasi mengaku kurang mendapat perhatian karena pasangan sibuk bekerja di luar rumah.

Penelitian-penelitian mengenai dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 telah banyak dilakukan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Akan tetapi, penelitian mengenai dukungan pasangan masih belum banyak dilakukan dan juga penelitian ini belum pernah dilakukan di


(25)

puskesmas ini. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, penderita DM penting untuk mematuhi serangkaian diet guna mengontrol kadar glukosa darah. DM dapat dikendalikan dengan mengatur pola makan dan diet seimbang. Diet yang dijalankan penderita akan berlangsung seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja (Pratita, 2012). Bila kepatuhan dalam menjalani proses diet pada penderita DM rendah maka akan mempengaruhi kadar gula darah yang kemudian akan menyebabkan komplikasi. Namun dalam pelaksanaannya masih banyak penderita yang tidak patuh terhadap pola makan (diet) yang kemudian menyebabkan komplikasi.

Hasil penelitian oleh Costa et al (2012) di Portugal menyebutkan bahwa dukungan pasangan telah terbukti sangat diperlukan sebagai penentu kepatuhan pengontrolan glukosa darah pada pasien DM tipe 2. Penelitian mengenai kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 sudah banyak dilakukan, tetapi mengenai dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet penderita DM tipe 2 belum banyak dilakukan dan belum dilakukan di Puskesmas Munjul. Oleh karena itu, peneliti


(26)

8

tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

C. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. 2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan)

b. Untuk mengetahui dukungan pasangan yang didapatkan penderita DM tipe 2

c. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan diet penderita DM tipe 2

d. Untuk mengetahui hubungan dukungan pasangan (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2.

D. Manfaat penelitian a. Bagi tempat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi profesi kesehatan, khususnya perawat dalam memberikan pendidikan


(27)

kesehatan pada penderita DM tipe 2 dan pasangannya di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dalam upaya pengontrolan DM tipe 2 khususnya dalam kepatuhan diet.

b. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dibidang keperawatan terutama tentang dukungan pasangan terhadap pengontrolan DM tipe 2, serta menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dibidang riset keperawatan.

c. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk pembelajaran mahasiswa keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta.


(28)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Melitus 1. Pengertian

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka DM ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati, dan neuropati (Price & Wilson, 2005). Sedangkan menurut American Diabetes Association

(ADA) 2005, DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduan-duanya.

2. Klasifikasi

Secara garis besar Diabetes Melitus (DM) diklasifikasikan menjadi : a. DM tipe 1 atau yang dikenal dengan Insulin dependent diabetes

mellitus (IDDM). DM tipe 1 adalah diabetes yang tergantung insulin. Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pankreas yang dalam keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. DM tipe ini


(29)

mengenai kurang lebih 5-10% seluruh penderita diabetes (Smeltzer & Bare, 2002).

b. DM tipe 2 atau Non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). DM tipe 2 yaitu diabetes yang tidak tergantung insulin. DM tipe 2 terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Kurang lebih 90-95% seluruh penderita diabetes menderita DM tipe 2. DM tipe 2 sering ditemukan pada individu yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas (Smeltzer & Bare, 2002).

c. DM gestasional

DM gestasional adalah diabetes yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Keadaan ini disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta yang menghambat kerja insulin. Diabetes ini terjadi pada sekitar 2-5% dari seluruh kehamilan (Smeltzer & Bare, 2002).

d. DM tipe lain

DM tipe ini disebabkan karena kelainan genetik dalam sel beta, kelainan genetik pada kerja insulin yang menyebabkan sindrom resitensi insulin berat dan akantosis negrikans, penyakit pada eksokrin pankreas menyebabkan pankreatitis kronik, penyakit endokrin seperti sindrom chusing dan akromegali, obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta dan infeksi (Price & Wilson, 2005).


(30)

12

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Beberapa gejala yang dikeluhkan penderita DM ( Price & Wilson, 2005) antara lain :

a. Poliuria

Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal untuk zat ini, maka timbul glukosuria. Glikosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran urin.

b. Polidipsia

Diuresis osmotik yang disebabkan oleh glikosuria mengakibatkan klien merasa haus dan banyak minum (polidipsia).

c. Polifagia

Rasa lapar yang semakin besar mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.

4. Faktor Resiko

Beberapa faktor risiko DM (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2010) adalah sebagai berikut :

1. Kelainan genetika

DM dapat diturunkan dari keluarga yang sebelumnya juga menderita DM, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat


(31)

menghasilkan insulin dengan baik. Tetapi resiko DM juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan, kurang gerak dan stres.

2. Faktor usia

Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. DM tipe 2 sering muncul setelah usia lanjut terutama setelah berusia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin. 3. Faktor kegemukan/obesitas

Sekitar 80-90% pasien DM tipe 2 adalah mereka yang mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan lemak, jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah.

4. Kurangnya aktivitas fisik

Olahraga atau aktivitas fisik membantu untuk mengontrol berat badan. Glukosa darah akan dibakar menjadi energi, sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif terhadap insulin. Dengan olahraga peredaran darah akan menjadi lebih baik dan resiko terjadinya DM tipe 2 akan turun hingga 50%.

5. Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan gejala yang khas dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis klinis ditegakkan apabila muncul


(32)

14

keluhan-keluhan klasik seperti poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Selain itu ada keluhan lainnya, yaitu lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulvae pada wanita.

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) 2006, diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu :

1. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu dengan hasil ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L).

2. Jika keluhan klasik ditemukan, lalu dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa dengan hasil ≥126 mg/dl (7.0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan asupan kalori sedikitnya 8 jam sebelum pemeriksaan.

3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl (11.1 mmol/L). Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan mengukur kadar glukosa darah 2 jam setelah konsumsi 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air. Sampel darah untuk pemeriksaan glukosa dapat diambil dari darah vena atau kapiler.

Selain itu, Pemeriksaan HbA1C (>6,5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik (PERKENI,2011).


(33)

Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Sumber : Konsenesus Pengelolaan DM tipe 2 di Indonesia, PERKENI 2006

6. Komplikasi

Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi akut yang sering terjadi pada DM tipe 2 adalah hiperglikemia hiperosmolar koma non‐ketotik (HHNK), dan hipoglikemia (Price & Wilson, 2005).

Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan pembuluh darah sedang dan besar

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl)

Plasma vena ˂ 100 100 – 199 ≥200 Darah kapiler < 90 90 – 199 ≥200

Kadar glukosa darah puasa(mg/dl)

Plasma vena < 100 100 – 125 ≥126 Darah kapiler < 90 90-99 ≥110


(34)

16

(makroangiopati). Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan arteriol retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal (nefropati diabetik) dan saraf perifer (neuropati diabetik), dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis (Price & Wilson, 2005).

7. Penatalaksanaan

Terdapat lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes melitus (Smeltzer & Bare, 2002), antara lain :

1) Diet

Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi baik.

2) Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular. 3) Pemantauan

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-monitoring of blood glucose (SMBG) dapat membantu mengendalikan kadar


(35)

glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi terhadap terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia.

4) Terapi (jika diperlukan)

Pada diabetes melitus tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

5) Pendidikan

Pendidikan pasien tentang penatalaksaan diabetes melitus sangat penting. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien bukan hanya harus belajar untuk mengendalikan kadar glukosa darah, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang.

8. Penatalaksaan Diet

Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Standar diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan gizi baik. Namun penderita DM sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut. Pengaturan diet pada penderita DM merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan DM (Almatsier, 2006) yaitu mencakup :


(36)

18

1) Jumlah Makanan

Syarat kecukupan jumlah makanan pada penderita penyakit DM (Almatsier, 2006) adalah :

a. kebutuhan kalori untuk penderita DM harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%).

b. kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari kebutuhan energi total.

c. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total.

d. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 7% berasal dari lemak jenuh, < 10% dari lemak tidak jenuh ganda selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 200 mg/hari.

e. Penggunaan gula murni dalam makanan atau minuman tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan


(37)

mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.

f. Penggunaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas yaitu 20% dari kebutuhan energi.

g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat didalam sayur dan buah.

h. Cukup konsumsi vitamin dan mineral. asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Sebagai pedoman dipakai 8 jenis diet DM sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2. Jenis diet DM menurut kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat.

Jenis diet Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)

I 1100 43 30 172

II 1300 45 35 192

III 1500 51.5 36.5 235

IV 1700 55.5 36.5 275

V 1900 60 48 299


(38)

20

VII 2300 73 59 269

VIII 2500 80 62 396

Sumber : Almatsier, 2006

Keterangan:

a. Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk. b. Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa

komplikasi.

c. Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi

2) Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita DM untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu


(39)

banyak makan makanan yang memperparah DM (Almatsier, 2006).

Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM (Almatsier, 2006) yaitu:

a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah:

a) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi beras merah, gandum , mie, sereal, roti tawar, kentang, singkong, ubi dan sagu.

b) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, yoghurt, tempe, tahu dan kacang-kacangan.

c) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

d) Buah pepaya, apel, pisang (pisang ambon sebaiknya dibatasi) kedondong, salak, semangka, apel, pir, jeruk, belimbing, melon, dan buah naga.

e) Sayuran dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan A yang bebas dikonsumsi, sangat sedikit mengandung energi, protein dan karbohidrat. Jenis sayuran golongan


(40)

22

A diantarnya oyong, lobak, selada, jamur segar, mentimun, tomat, sawi, tauge, kangkung, terong, kembang kol, kol, labu air. Sedangkan sayuran golongan B boleh dikonsumsi, tetapi hanya 100 gram/hari. Jenis sayuran golongan B diantaranya buncis, labu siam, daun singkong, jagung muda, bayam, kacang panjang.

b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita DM (Almatsier, 2006) adalah:

a) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dan krekers.

b) Mengandung tinggi lemak seperti santan, makanan siap saji (fast-food), goreng-gorengan.

c) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan.

3) Jadwal Makan

Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi DM. Oleh karena itu makanlah


(41)

sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur yaitu makan pagi, makan siang, makan malam dan snack diantara makan besar dan dilaksanakan dengan interval 3 jam.(Waspadji, 2002).

Tabel 2.3. Jadwal makan penderita DM

Tabel 2.4. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 kkal

Waktu Menu makanan Berat (gram) URT Sarapan pagi

07.00

Nasi Telur dadar Tempe goreng Sayur oyong Minyak

100 50 25 100

10

1 gls 1 ptg ½ ptg

1 gls 1 sdm

Waktu Jadwal Total kalori

Pukul 07.00 Makan pagi 20 %

Pukul 10.00 Selingan 10%

Pukul 13.00 Makan siang 30%

Pukul 16.00 Selingan 10%

Pukul 19.00 Makan malam 20%


(42)

24

10.00 Buah 100 1 ptg

Makan siang 13.00 Nasi Pepes ikan Tempe goreng Sayur asem Buah Minyak 200 50 50 100 100 10

1 ½ gls 1 ptg 1 ptg 1 gls 1 ptg 1 sdm

16.00 Buah 100 1 ptg

Makan malam 19.00 Nasi Ayam goreng Tahu goreng Cah capcay Buah Minyak 150 50 25 100 100 10 1 gls 1 ptg ½ gls 1 gls 1 ptg 1 sdm

Sumber : Almatsier, 2006

Nilai Gizi :

a. Energi : 1912 kkal

b. Protein : 60 g (12,5,% energi total) c. Lemak : 48 g (22,5 % enegi total)

d. Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total) e. Kolesterol : 303 mg


(43)

B. Kepatuhan 1. Pengertian

Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan (KBBI, 2012). Menurut Bastable (2002), kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan.

Kepatuhan merupakan suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati peraturan (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007). Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, dan mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan seperti diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat (Niven, 2002).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Faktor yang mempengaruhi perilaku patuh ditentukan oleh tiga faktor utama (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2007) yaitu :

1. Faktor predisposisi (faktor pendorong)

Faktor predisposisi adalah faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain :


(44)

26

a) Kepercayaan

Kepercayaan atau agama merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan. Penderita yang berpegang teguh terhadap agamanya akan memiliki jiwa yang tabah dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan control penyakitnya dapat dipengaruhi oleh kepercayaan penderita dimana penderita yang memiliki kepercayaan yang kuat akan lebih patuh terhadap anjuran dan larangan.

b) Sikap

Sikap merupakan hal yang paling kuat dalam diri individu sendiri. Keinginan untuk tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kotrol penyakitnya.

c) Pengetahuan

Penderita dengan kepatuhan rendah adalah mereka yang tidak teridentifikasi mempunyai gejala sakit. Mereka berfikir bahwa dirinya sembuh dan sehat sehingga tidak perlu melakukan kontrol terhadap kesehatannya.

2. Faktor reinforcing (Faktor pendukung)

Faktor reinforcing merupakan faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku yang terwujud dalam sikap dan perilaku seseorang, antara lain :


(45)

a) Dukungan petugas kesehatan

Dukungan dari petugas kesehatan sangatlah besar artinya bagi penderita sebab petugas adalah pengelola penderita yang paling sering berinteraksi sehingga pemahaman terhadap kondisi fisik maupun psikis lebih baik, dengan sering berinteraksi, sangatlah mempengaruhi rasa percaya dan selalu menerima kehadiran petugas kesehatan termasuk anjuran-anjuran yang diberikan.

b) Dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya dengan baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga untuk penunjang pengelolaan penyakitnya.

3. Faktor enabling (Faktor pemungkin)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku dan tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, posyandu, tempat


(46)

28

pembuangan sampah, tempat olahraga, makanan yang bergizi, dan sebagainya.

3. Kepatuhan Diet

Kepatuhan diet merupakan suatu aturan perilaku yang disarankan oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lain yang harus diikuti oleh pasien. Perilaku yang disarankan yaitu berupa pola makan dan ketepatan makan pasien DM. Dalam diet pasien DM harus memperhatikan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan agar kadar glukosa darahnya tetap terkontrol (Novian, 2013).

Mematuhi serangkaian diet merupakan aspek yang paling penting dalam penatalaksanaan DM. Diet yang dijalankan penderita DM akan berlangsung selama seumur hidup dan kejenuhan dapat muncul kapan saja (Pratita,2012). Kepatuhan diet jangka panjang merupakan tantangan yang sangat besar bagi pasien supaya tidak terjadi komplikasi (Smeltzer & Bare, 2002).

C. Dukungan Keluarga 1. Pengertian

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stres (Taylor, 2006). Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang


(47)

diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

2. Dimensi Dukungan Keluarga

Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), adalah : a. Dimensi emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi, rasa empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuat penderita DM merasa lebih baik, memperoleh kembali keyakinannya, merasa dimiliki dan dicintai. Dimensi ini memperlihatkan adanya dukungan dari keluarga, adanya pengertian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara anggota keluarga diperlukan untuk memahami situasi penderita. Dimensi ini didapatkan dengan mengukur persepsi penderita tentang dukungan keluarga berupa pengertian dan kasih sayang dari keluarga.


(48)

30

Memberikan dukungan emosional kepada keluarga termasuk dalam fungsi afektif keluarga. Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan terhadap anggotanya. Keluarga berfungsi sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan dan memberi dukungan. Friedman (2003) menunjukkan bahwa dengan adanya dukungan emosional didalam keluarga, secara positif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga.

Menurut House (1994 dalam setiadi, 2008) mengatakan bahwa bentuk dukungan emosional berupa dukungan simpati dan empati, cinta, kepercayaan dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar keluhannya, dan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Dimensi Penghargaan

Dukungan penghargaan merupakan suatu dukungan atau bantuan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan dengan menunjukkan respon positif, yaitu dorongan atau persetujuan terhadap gagasan atau ide. (Bomar,2004). Menurut Friedman (2003), dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah.


(49)

Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penilaian yang diberikan keluarga terhadap penderita DM berupa penghargaan, dapat meningkatkan status psikososial, semangat dan motivasi sehingga diharapkan dapat membentu perilaku patuh terhadap diet pada penderita DM.

c. Dimensi Instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan ini berupa bantuan langsung. Dimensi ini memperlihatkan dukungan dari keluarga dalam bentuk yang nyata terhadap ketergantungan anggota keluarga (Yusra, 2010). Peterson& Bredow (2004) menyatakan dimensi instrumental ini meliputi penyediaan sarana (peralatan atau saran pendukung lain) untuk mempermudah atau menolong oranglain.

Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memeberikan bantuan tenaga, dana, maupun menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan keluarga yang sakit dalam menyampaikan perasaannya (Bomar,2004). Dukungan keluarga instrumental yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan instrumental juga termasuk ke dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang diterapkan pada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan berupa menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi berupa daya yang cukupseperti finansial dan ruang.


(50)

32

Dukungan instrumental bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misal dengan menyediakan makanan sesuai dengan pola diet pasien,menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan dan lain-lain. Dengan adanya dukungan instrumental yang cukup pada pasien DM diharapkan kepatuhan diet pasien DM dapat terjaga dan terkontrol dengan baik sehingga dapat meningkatkan status kesehatannya. d. Dimensi Informasi

Dukungan ini berupa pemberian saran percakapan atau umpan balik tentang bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Dimensi ini menyatakan dukungan keluarga yang diberikan bisa membantu pasien dalam mengambil keputusan dan menolong pasien dari hari ke hari dalam manajemen penyakitnya. Sedangkan menurut Peterson & Bredow (2004) aspek informasi ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan atau keterangan yang diperlukan oleh individu yang bersangkutan serta untuk mengatasi masalah pribadinya.

Menurut House (1994 dalam Setiadi, 2008), bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-iede atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada oranglain yang mungkin mempunyai persoalan yang sama atau hampir sama.


(51)

Anggota keluarga yang sakit jika mendapatkan dukungan informasi yang cukup akan termotivasi untuk tetap menjaga kondisi kesehatan untuk menjadi lebih baik. (Friedman, 2003)Berdasarkan hal tersebut, pasien DM sangat membutuhkan dukungan informasional dari oranglain dalam arri keluarga berupa dukungan informasi. Dukungan informasi yang dibutuhkan pasien DM dapat berupa pemberian informasi terkait dengan diet pasien DM.

3. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Kahn dan Antonucci (dalam Nurmadina, 2010) menyatakan bahwa seorang individu dikelilingi oleh suatu pengiring yang selalu mendukung atau menyertai individu tersebut sepanjang masa hidupnya, dimana anggota pengiring ini dapat datang dan pergi seiring dengan berjalannya waktu. Kahn dan Antonucci membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang stabil sepanjang waktu perannya, yaitu yang selalu ada sepanjang hidupnya yang menyertai dan mendukung individu tersebut, seperti keluarga dekat, pasangan (suami/istri) atau teman dekat.

b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit berperan dalam hidupnya dan cenderung berubah sesuai sepanjang waktu, seperti teman kerja, tetangga, sanak keluarga dan teman sepergaulan.


(52)

34

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah. Sumber dukungan ini misalnya tenaga ahli/profesional dan keluarga jauh dan sesama pekerja.

D. Dukungan Pasangan

Dukungan pasangan merupakan salah satu elemen terpenting pada diri individu, karena interaksi pertama dan paling sering dilakukan individu adalah dengan orang terdekat yaitu pasangannya (Pratita, 2012). Setiap anggota keluarga umumnya berada di bawah pengawasan anggota keluarga lain seperti pasangan, yang dimana mereka saling menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling melayani, saling memberikan dorongan dan dukungan (Gunarsa, 2000). Adanya dukungan yang didapat dari pasangan hidup dalam keluarga atau seseorang yang berarti dapat membantu penderita untuk tetap menjalani diet yang telah ditetapkan.

Dukungan pasangan dipercaya dapat membantu para penderita untuk menghadapi penyakit yang dideritanya, dalam hal ini penyakit diabetes melitus. Menurut Sarafino (2006), dukungan yang diberikan dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk antara lain dukungan emosi berupa perkataan yang baik dan lembut. Pasangan yang berkeluarga memberikan bujukan atau rayuan kepada penderita untuk menaati saran dari perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain untuk menaati diet. Sebagai contoh, seorang pasien yang berniat untuk makan sesuai dengan rencana diet yang telah dibuatnya, terkadang melanggar aturan karena situasi yang kurang


(53)

mendukung misalnya menghadiri jamuan pesta. Maka dari itu, pasangan dari penderita DM memiliki peran yang cukup besar dalam memberikan dukungan agar penderita tetap mematuhi dan berusaha mengontrol kadar gula darahnya.

Dukungan yang diberikan oleh pasangan bukan hanya sekedar memberikan bantuan, namun yang penting adalah persepsi penderita DM dalam menerima makna dukungan yang diberikan dalam arti individu yang menerima dukungan tersebut dapat merasakan manfaat dukungan bagi dirinya. Manfaat dari dukungan yang diberikan oleh pasangan kepada penderita tersebut untuk meminimalkan atau mengurangi ketidakpatuhan penderita pada saran-saran yang diberikan oleh perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain (Pratita, 2012).


(54)

36

E. Kerangka teori

Kerangka teori modifikasi dari teori Lawrence Green (1980) dalam konsep perilaku kesehatan, teori Friedman (1998) dalam dimensi dukungan keluarga/pasangan dan, teori Smeltzer & Bare (2002) dalam pengkajian dan penatalaksanaan pasien diabetes melitus.

Gambar 2.1 KerangkaTeori Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan : a. Sikap

b. Pengetahuan c. Dukungan petugas

kesehatan d. Dukungan keluarga (pasangan) Penatalaksanaan DM a. Diet b. Latihan c. Pemantauan d. Terapi e. pendidikan Dukungan Pasangan :

a. Dukungan emosional b. Dukungan penghargaan c. Dukungan instrumental d. Dukungan informasi

KEPATUHAN DIET PENDERITA DM TIPE 2

Resistensi insulin Produksi insulin

tidak adekuat

Gangguan metabolisme : Diabetes Melitus tipe 2


(55)

37 BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang dukungan keluarga dalam hal ini pasangan dan berdasarkan teori Friedman(1998), terdapat empat dimensi dukungan, antara lain dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi.

Berdasarkan teori Smeltzer & Bare (2002), penatalaksanaan diabetes melitus salah satunya adalah diet. Diet merupakan pilar utama dari penatalaksanaan DM. Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan hal yang sangat penting bagi penderita DM guna menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal.

Hubungan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kerangka konsep penelitian dengan variabel penelitian sebagai berikut :

1. Variabel independen yaitu dukungan pasangan yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi.

2. Variabel dependen yaitu kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2.


(56)

38

Adapun kerangka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

INDEPENDEN DEPENDEN

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian mengenai Hubungan Antara Dukungan Pasangan Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien DM Tipe 2.

B. Hipotesis

Ho :Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara dukungan pasangan dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

Dukungan pasangan :

1) Dukungan emosional 2) Dukungan penghargaan 3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informasi

Kepatuhan Diet pada penderita DM tipe 2


(57)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Dukungan pasangan

Dukungan yang diberikan oleh orang yang mempunyai ikatan pernikahan dengan penderita DM, baik berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan informasi.

Menghitung skor dari pertanyaan tentang dukungan pasangan menggunakan skala Likert dengan jawaban : Selalu (4)

Sering (3) Jarang (2) Tidak Pernah (1)

Kuesioner Dukungan pasangan dengan 19 pertanyaan

Jumlah skor kumulatif jawaban responden tentang dukungan pasangan di bagi jumlah item pertanyaan. Skor tertinggi 4 dan skor terendah 1.


(58)

40

2 Kepatuhan diet penderita DM tipe 2

Tingkat ketaatan dan kedisplinan penderita DM tipe 2 terhadap program diet.

Menggunakan skala Likert. Skor untuk setiap jawaban : Selalu (4) Sering (3) Jarang (2) Tidak Pernah (1)

Kuesioner pola diet penderita dibetes melitus tipe 2 dengan 25 pertanyaan

Jumlah skor kumulatif jawaban responden tentang kepatuhan diet di bagi jumlah item pertanyaan. Skor tertinggi 4 dan skor terendah 1.

Ordinal

3 Usia Usia responden yang dihitung sejak lahir hingga hari ulang tahun terakhir.

Ditanyakan, kuesioner A : Data demografi tentang usia

Kuesioner Usia dinyatakan dalam tahun


(59)

yang dibedakan atas laki-laki dan

perempuan.

kuesioner A : Data demografi

Tentang jenis kelamin

2. Wanita

5 Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang pernah diikuti oleh reponden

Ditanyakan pada kuesioner A : Data demografi

Tentang pendidikan

Kuesioner Pendidikan dinyatakan dalam berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh :

1. Tidak sekolah/ tidak tamat SD 2. SD


(60)

42

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan tinggi

6 Pekerjaan Status pekerjaan yang dilakukan responden

Ditanyakan pada kuesioner A : Data demografi tentang pekerjaan.

Kuesioner 1. pegawai negeri

2. pegawai swasta 3. wiraswasta 4. tidak bekerja 5. lain-lain


(61)

43 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh merupakan data langsung yang dapat dihitung atau dikelola dengan statistik. Desain penelitian ini adalah cross sectional

yaitu peneliti melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Peneliti menggunakan desain cross sectional karena penelitian ini bermaksud mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel tanpa mencoba mengubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabel-variabel tersebut (Hidayat,2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Tahun 2015 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Alasan memilih Puskesmas Munjul sebagai tempat penelitian karena insiden terjadinya komplikasi pada penderita DM tipe 2 masih tinggi yang


(62)

44

dibuktikan dengan lebih banyaknya penderita lama yang datang ke puskesmas dengan komplikasi.

C. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti. (Notoatmodjo dalam Setiadi, 2007). Populasi dapat berupa orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM tipe 2 yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul yaitu berjumlah 54 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, dalam Setiadi 2007). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2009). Dengan demikian peneliti mengambil sampel dari seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 54 orang.


(63)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,2010).

1) Penderita diabetes melitus tipe 2 baik laki-laki maupun perempuan yang bersedia menjadi responden.

2) Penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal bersama pasangannya (suami/istri).

3) Penderita diabetes melitus tipe 2 yang mampu membaca, menulis dan berbahasa Indonesia.

D. Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau angket yang mengacu pada kerangka teori. Instrumen penelitian terdiri dari 3 bagian, yaitu :

1. Data demografi

Kuesioner karakteristik responden terdiri dari identitas penderita DM tipe 2 meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

2. Kuesioner dukungan pasangan

Bagian kedua kuesioner berisi 19 item pertanyaan tentang dukungan pasangan yang akan diisi oleh penderita DM tipe 2. Kuesioner ini terdiri dari 18 pertanyaan positif dan 1 pertanyaan negatif (pertayaan nomor 5). Kuesioner ini mencakup dimensi emosional terdiri dari 5


(64)

46

pertanyaan (pertanyaan nomor 1-5), dimensi penghargaan 5 pertanyaan (pertanyaan nomor 6-10), dimensi informasi 5 pertanyaan (pertanyaan nomor 11-15), dan dimensi instrumental 4 pertanyaan (pertanyaan nomor 16-19). Penilaian untuk kuesioner dukungan pasangan ini menggunakan skala Likert.

Skor untuk pertanyaan positif, yaitu :

Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1 Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu :

Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4

Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada kolom kuesioner tersebut.

3. Kuesioner pola makan penderita DM tipe 2

Bagian ketiga kuesioner berisi 10 item pertanyaan tentang kepatuhan diet penderita DM tipe 2 yang akan diisi oleh penderita. Kuesioner ini terdiri dari 6 pertanyaan positif (pertanyaan nomer 1,2,4,6,8,10) dan 4 pertanyaan negatif (3,5,7,9). Penilaian kuesioner ini menggunakan skala Likert.

Skor untuk setiap pertanyaan positif, yaitu : Selalu : 4, Sering : 3, Jarang : 2, Tidak pernah : 1 Skor untuk pertanyaan negatif, yaitu :

Selalu : 1, Sering: 2, Jarang: 3, Tidak pernah : 4

Reponden diminta untuk membubuhkan tanda check list (√) pada kolom kuesioner tersebut.


(65)

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting, yaitu valid dan

reliable (Arikunto, 2006). Untuk mendapatkan data yang valid dan reliable maka kuesioner harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitasnya dengan menggunakan metode Alpha Cronbach.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2006). Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi masing-masing skor item dari tiap variabel dengan skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dan hasilnya nanti dikatakan valid jika tiap pertanyaan mempunyai nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008).

Peneliti melakukan uji coba validitas pada tanggal 10 April – 16 April 2015. Uji validitas dilakukan terhadap 30 penderita DM tipe 2. Uji validitas dilakukan di wilayah selain wilayah kerja Puskesmas Munjul dengan kriteria responden yang sesuai dengan kriteria inklusi, sehingga responden yang telah diteliti dalam uji validitas tidak termasuk dalam responden penelitian.


(66)

48

Hasil uji validitas menunjukkan ada dua pernyataan yang tidak valid pada kuesioner dukungan pasangan dan 1 pernyataan yang tidak valid pada kuesioner kepatuhan diet. Pernyataan tersebut adalah pernyataan nomor 14 dengan nilai korelasi 0,307 dan nomor 17 memiliki nilai korelasi -0,349 pada kuesioner dukungan pasangan dan pernyataan nomor 10 dengan nilai korelasi 0,277 untuk pernyataan pada kuesioner kepatuhan diet. Pernyataan yang tidak valid ini kemudian peneliti modifikasi. Setelah peneliti modifikasi, dilakukanlah uji validitas isi terhadap kuesioner ini dengan mengajukan kuesioner ini kepada orang yang ahli dalam bidang ini. Hasil dari validitas isi ini adalah 1 dari 3 pertanyaan yang tidak valid dalam kuesioner ini dihilangkan, yaitu perntaan nomor 17 pada kuesioner dukungan pasangan. Jadi, peneliti menggunakan 19 pernyaatan dalam kuesioner dukungan pasangan dan 10 pernyataan dalam kuesioner kepatuhan diet ini untuk dijadikan instrumen penelitian.

Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Hal ini berarti sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60 (Hidayat, 2008).


(67)

Hasil uji reliabilitas pada variabel dukungan pasangan dalam kuesioner ini adalah α = 0,833 dan pada variabel kepatuhan diet adalah α = 0,832. Berdasarkan nilai tersebut, pernyataan mengenai variabel dukungan pasangan dan kepatuhan diet dianggap reliabel, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan karena nilai Alpha Cronbach > 0,60.

F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data

1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Peneliti menyerahkan surat permohonan ijin pengambilan data kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebagai surat pengantar untuk melakukan penelitian di Puskesmas Munjul.

3. Setelah surat ijin pengambilan data disetujui oleh pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, peneliti diberikan surat pengantar oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diberikan kepada Kepala Puskesmas Munjul.

4. Setelah itu, peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan responden penderita diabetes melitus tipe 2.

5. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti mulai mengumpulkan data di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul.

6. Peneliti menggunakan teknik total sampling dalam mengumpulkan sampel sehingga seluruh penderita diabetes melitus tipe 2 yang tinggal


(68)

50

di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dijadikan sampel dalam penelitian ini.

7. Dalam proses pengambilan data, peneliti menyebar kuesioner dengan cara mendatangi responden kerumahnya masing-masing (door to door).

8. Setelah mendapatkan calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, peneliti melakukan informed consent terhadap calon responden. Jika calon responden bersedia menjadi responden, mereka dapat membaca lembar persetujuan kemudian menandatanganinya. 9. Selanjutnya responden diberikan penjelasan mengenai cara pengisian

kuesioner dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.

10. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden.

11. Responden diharapkan menjawab seluruh pernyataan di dalam kuesioner. Setelah responden selesai, lembar kuesioner dikembalikan kepada peneliti.

12. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisa oleh peneliti.


(69)

G. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data, peneliti menggunakan langkah-langkah pengolah data (Hidayat, 2008), diantaranya :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3. Processing data

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara memindahkan data dari kusioner ke program komputer pengolahan data statistik.


(70)

52

4. Cleaning data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.

H. Analisis Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat diperlukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana. Cara penyajiannya, misalnya dengan presentase atau tabel distribusi frekuensi, batang (bar), diagram map, dan diagram pie (Budiharto, 2008). Variabel pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu dukungan pasangan dan variabel dependennya adalah kepatuhan diet.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara 2 variabel (Hastono,2007). Penelitian ini dianalisis dengan uji korelasi pearson. Uji ini digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independendan variabel dependen. Nilai koefisien korelasi (nilai r) menunjukkan besarnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Nilai koefisien r akan selalu berada diantara -1 sampai +1. Semakin mendekati -1 atau +1 maka hubungan antara variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 maka hubungan antara 2 variabel semakin lemah.


(71)

Kemudian tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Ho diterima jika signifikansi > 0,05 dan sebaliknya (Dharma, 2011).

I. Etika penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat, 2008). Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar pesetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya.jika responden bersedia, maka mereka harus menandatangani lembarpersetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peniliti harus menghormatinya.

2. Anomality (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat


(72)

54

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hail penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.


(73)

55

Bab ini memaparkan secara lengkap hasil penelitian mengenai hubungan antara dukungan pasangan terhadap kepatuhan diet pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul. Penelitian ini dilakukan selama satu minggu dari tanggal 24 April sampai 30 April 2015.

A. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Munjul terletak di Jalan Dalang RT 005 RW 05 kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Wilayah kerja Puskesmas Munjul terdiri dari satu kelurahan yaitu Kelurahan Munjul dengan total jumlah penduduk sebanyak 24.837 jiwa. Berikut ini adalah visi, misi, dan kebijakan mutu di Puskesmas Munjul.

a. Visi

Pelayanan Prima menuju Kelurahan Munjul Sehat untuk semua b. Misi

 Peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan

 Pengembangan SDM yang profesional  Peningkatan sistem manajemen puskesmas

 Pengembangan kemandirian masyarakat di dalam bidang kesehatan


(74)

56

c. Kebijakan mutu

 Memberikan pelayanan profesional yang berorientasi pada meningkatkan kepuasan pelanggan serta secara terus-menerus melakukan peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan sistem manejemen ISO 9001 dan menaati peraturan perundangan yang berlaku.

B. Hasil Faktor Analisis Kuesioner

Tabel 5.1 Hasil Faktor Analisis Item Kuesioner Dukungan Pasangan dan Kepatuhan Diet Penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul

Tahun 2015 (n=54)

No Item

Item Variabel KMO/

MSA

Faktor Alpha

Cronbach

1 2 3

Kuesioner Dukungan Pasangan 6 Pasangan saya memberi pujian

ketika ada kemajuan kesehatan. 0,868 -0,132 -0,199

0,888 12 Pasangan saya memberitahu

makanan apa saja yang harus saya hindari.

0,822 -0,027 0,091

7 Pasangan saya memberi pujian atas usaha yang telah saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet.

0,817 -0,081 -0,252

13 Pasangan saya memberitahu dampak jika saya tidak mengikuti aturan makan/diet.

0,742 -0,042 0,020

11 Pasangan saya mengingatkan saya untuk mematuhi aturan makan yang saya jalani.

0,621 0,081 0,201

14 Pasangan saya mengingatkan saya untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin.


(75)

18 Pasangan saya menyiapkan makanan sesuai dengan aturan makan yang saya jalani.

0,800

0,565 0,073 0,067

10 Pasangan saya memperhatikan kebutuhan saya dalam menjalankan diet.

0,557 0,283 -0,011

17 Pasangan saya meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita ataupun keluhan-keluhan saya.

0,539 0,042 0,101

15 Pasangan saya memberitahu tentang semua informasi yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain kepada saya.

0,493 0,284 0,073

9 Pasangan saya mengawasi pelaksanaan aturan makan yang sedang saya jalani.

0,480 0,297 -0,114

2 Pasangan saya menganjurkan untuk makan dan minum tepat waktu.

0,037 0,915 -0,158

0,853 1 Pasangan saya memberikan

dorongan untuk tetap menjaga kesehatan.

0,029 0,841 -0,127

3 Pasangan saya mengingatkan saya untuk makan sesuai aturan.

0,023 0,789 -0,005 8 Pasangan saya marah ketika saya

tidak mau mentaati aturan makan / diet yang telah ditetapkan.

-0,073 0,703 0,092

19 Pasangan saya melayani dan

membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.

0,199 0,611 -0,099

4 Pasangan saya memberikan perhatian penuh terhadap diet yang saya jalani.

0,117 0,598 0,105 5 Pasangan saya membiarkan saya

makan dan minum walaupun itu melanggar aturan.

-0,011 0,564 0,342

Kuesioner Kepatuhan Diet 2 Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, perawat atau petugas

kesehatan lain. 0,108 -0,261 0,838

10 Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah sesuai instruksi

dokter/perawat.

0,121 -0,091 0,734

7 Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan makanan sesuka hati.

0,089 -0,312 0,681 3 Saya makan makanan yang

menggandung tinggi lemak seperti


(1)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

PNS 6 11,1 11,1 11,1

pegawai swasta 2 3,7 3,7 14,8

Wiraswasta 14 25,9 25,9 40,7

tidak bekerja 23 42,6 42,6 83,3

Lainnya 9 16,7 16,7 100,0

Total 54 100,0 100,0

Statistics Dukungan pasangan N

Valid 54

Missing 0

Mean 3,39027

Median 3,47222

Std. Deviation 0,38065

Minimum 1,00

Maximum 4,00

Statistics Kepatuhan Diet

N Valid 54

Missing 0

Mean 2,96502

Median 3,00000

Std. Deviation 0,52419

Minimum 1,00


(2)

Lampiran 9

HASIL ANALISIS OLAHAN SPSS BIVARIAT

Correlations Memberi pujian

dan dukungan

Aturan makan dan

diet

Kepatuhan diet

Memberi pujian dan dukungan

Pearson Correlation 1 ,608** ,251

Sig. (2-tailed) ,000 ,067

N 54 54 54

Aturan makan dan diet

Pearson Correlation ,608** 1 ,395**

Sig. (2-tailed) ,000 ,003

N 54 54 54

Kepatuhan diet

Pearson Correlation ,251 ,395** 1

Sig. (2-tailed) ,067 ,003

N 54 54 54


(3)

Lampiran 10

HASIL ANALISIS FAKTOR KUESIONER

KMO and Bartlett's Test Dukungan Pasangan

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,800

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 628,863

Df 153

Sig. ,000

KMO and Bartlett's Test Kepatuhan diet

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,733

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 128,477

Df 36

Sig. ,000

Pattern Matrixa

Component

1 2 3

Pasangan saya memberi pujian ketika ada kemajuan kesehatan.

,868 -,132 -,199

Pasangan saya memberitahu makanan apa saja yang harus saya hindari.

,822 -,027 ,091

Pasangan saya memberi pujian atas usaha yang telah saya lakukan untuk menaati aturan makan / diet.

,817 -,081 -,252

Pasangan saya memberitahu dampak jika saya tidak mengikuti aturan makan/diet.

,742 -,042 ,020

Pasangan saya mengingatkan saya untuk mematuhi aturan makan yang saya jalani.

,621 ,081 ,201

Pasangan saya mengingatkan saya untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin.

,587 ,175 ,234

Pasangan saya menyiapkan makanan sesuai dengan aturan makan yang saya jalani.

,565 ,073 ,067

Pasangan saya memperhatikan kebutuhan saya dalam menjalankan diet.

,557 ,283 -,011

Pasangan saya meluangkan waktu untuk

mendengarkan cerita ataupun keluhan-keluhan saya.


(4)

Pasangan saya memberitahu tentang semua informasi yang ia dapatkan dari dokter, perawat atau tim kesehatan lain kepada saya.

,493 ,284 ,073

Pasangan saya mengawasi pelaksanaan aturan makan yang sedang saya jalani.

,480 ,297 -,114

Pasangan saya menganjurkan untuk makan dan minum tepat waktu.

,037 ,915 -,158

Pasangan saya memberikan dorongan untuk tetap menjaga kesehatan.

,029 ,841 -,127

Pasangan saya mengingatkan saya untuk makan sesuai aturan.

,023 ,789 -,005

Pasangan saya marah ketika saya tidak mau mentaati aturan makan / diet yang telah ditetapkan.

-,073 ,703 ,092

Pasangan saya melayani dan membantu ketika saya membutuhkan sesuatu.

,199 ,611 -,099

Pasangan saya memberikan perhatian penuh terhadap diet yang saya jalani.

,117 ,598 ,105

Pasangan saya membiarkan saya makan dan minum walaupun itu melanggar aturan.

-,011 ,564 ,342

Saya makan makanan sesuai dengan anjuran dokter, perawat atau petugas kesehatan lain.

,108 -,261 ,838

Saya secara rutin mengontrol kadar gula darah sesuai instruksi dokter/perawat.

,121 -,091 ,734

Saya lupa diet saat menghadiri pesta dengan makan makanan sesuka hati.

,089 -,312 ,681

Saya makan makanan yang menggandung tinggi lemak seperti santan, makanan cepat saji (fast food), dan goreng-gorengan setiap hari.

-,122 ,107 ,627

Saya ikut makan masakan keluarga walaupun bertentangan dengan diet saya.

-,238 ,294 ,591

Saya makan lebih dari tiga kali setiap hari. ,008 ,129 ,535 Saya menggunakan pemanis khusus untuk penderita

diabetes seperti gula jagung saat ingin mengkonsumsi makanan/minuman manis setiap hari.

-,184 ,139 ,521

Saya secara rutin menimbang berat badan setiap bulan.

,220 -,084 ,472

Saya mengkonsumsi sayur dan buah sesuai dengan saran yang dianjurkan oleh dokter/perawat setiap hari.

-,045 ,227 ,402

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Promax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 6 iterations.


(5)

Reliabilitas faktor_1

Memberi Pujian dan Dukungan (11 item18 item)

(N=54)

Reliabilitas faktor_2

Aturan makanan dan diet (7 item dari 18 item)

(N=54)

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items

N of Items

,853 ,876 7

Reliabilitas Dukungan Pasangan

(N=54)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 54 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 54 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items

N of Items


(6)

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha

Based on Standardized Items

N of Items

,780 ,794 9

Reliabilitas Kepatuhan Diet

(N=54)

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 54 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 54 100,0