GAMBARAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING PASIEN FRAKTUR DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING PASIEN FRAKTUR

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh BANU EMAN SUSETYA

20120320122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ACTIVITY DAILY LIVING PASIEN FRAKTUR DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh BANU EMAN SUSETYA

20120320122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

GAMBARAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING PASIEN FRAKTUR

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun Oleh : BANU EMAN SUSETYA

201203020122

Telah disetujui dan diseminarkan pada : 16 Agustus 2016

Dosen Pembimbing

Novita Kurnia Sari, Ns., M.Kep (………)

NIK : 19811117200510173075

Dosen Penguji

Yanuar Primanda, S.Kep.,Ns.,MNS., HNC (………) NIK : 19850103201110173177


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Banu Eman Susetya

NIM : 20120320122

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir karya tulis ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung, dengan ini saya persembahkan karya ini untuk kedua orangtuaku

ayahanda Taftoyani dan ibunda Supiyati yang senantiasa merawat, membimbing, mendukung dan mendoakan disetiap langkahku dalam menuntut ilmu.

Adik-adikku tercinta Dian & Tata dan seluruh keluarga besarku.

Saya ucapkan terimakasih kepada orang-orang terhebatku, Pricilia Ifanda Putri, partner sekaligus wahana tempat bercerita.

Teman-teman yang setia membantu menyelesaikan karya ini

Pratiwi Nova Ariani, Agus Gunadi, Titis Wijayanti, Erna Rahmawati Wibawanti, Teman teman terbaikku Deby, Ruswanto, Erik, Muslimin, Vicky, Ma’rifatul,

Winda dkk, teman-teman sebimbingan, seluruh teman-teman PSIK UMY angkatan 2012.

Serta nama-nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terima kasih atas doa yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis.


(6)

v MOTTO

“Janganlah seorang mati kecuali dia dalam keadaan berbaik sangka terhadap Allah.”

(HR. Muslim)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”

(Q.S. Az-Zalzalah : 7)

"Allah tidak akan membebani seseorang di luar batas kesanggupannya." (QS. Al Baqarah [2] : 286).

"Sesungguhnya Allah berfirman : "Aku menurut dugaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu.

-Tirmidzi-

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar, terimalah dan hadapilah”

- Soe Hok Gie -

“Paksalah dirimu melakukan kebiasaan baik,

maka kebiasaanmu itu yang akan membuat pribadimu lebih baik” - Banu Al Fatih-


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Karya tulis ini berjudul “Gambaran Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan Activity Daily Living Pasien Fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tindakan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan ADL pasien fraktur.

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Sri Sumaryani, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK UMY.

2. Novita Kurnia Sari, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas bantuan dan bimbingannya untuk membimbing penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh dosen PSIK FKIK UMY atas ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.


(8)

vii

5. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan bantuan dan saran dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Semoga Allah SWT membalas jerih payah dan pengorbanan yang telah diberikan dengan balasan yang terbaik.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kriteria penelitian yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Yogyakarta, 16 Agustus 2016

Penulis Banu Eman Susetya


(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

ABSTRACT ... xiii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Penelitian terkait... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Konsep Activity Daily Living (ADL) ... 9

2. Perawat ... 13

3. Persepsi ... 25

4. Pasien ... 27

5. Kategori manusia dewasa berdasarkan usia ... 29

6. Fraktur ... 30

B. Kerangka Konsep ... 33

C. Keterangan Empiris ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel ... 34

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

1. Lokasi ... 36

2. Waktu ... 36

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Operasional... 36


(10)

ix

G. Cara Pengumpulan Data ... 39

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40

I. Pengolahan dan Analisa Data... 41

J. Etika Penelitian ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Deskriptif Wilayah Penelitian ... 45

2. Karakteristik Responden ... 47

3. Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien ... 50

4. Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien pada seluruh responden ... 51

B. Pembahasan ... 51

1. Karakteristik Responden ... 51

2. Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien ... 55

3. Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien pada seluruh responden ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi kuisioner tindakan perawat dalam ADL pasien fraktur ... 37 Tabel 3.2 Interpretasi Nilai r Reliabilitas ... 40 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55) ... 47 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55) ... 48 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55) ... 48 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama

Dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55) ... 49 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Tulang

yang Patah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55) ... 50 Tabel 4.6 Distribusi Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan ADL Pasien

Fraktur PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55) ... 50 Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan ADL Pasien

Fraktur PKU Muhammadiyah Gamping Tiap Kategori Bulan April-Mei


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR


(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN

ADL : Activity Daily Living

AKS : Aktivitas Kehidupan Sehari-hari RS : Rumah Sakit

PKU : Pusat Kesehatan Umum WHO : World Health Organization SDM : Sumber Daya Manusia SOP : Standar Operasional Prosedur DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta QS : Qur’an Surat


(14)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

GAMBARAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING PASIEN FRAKTUR

DI RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun Oleh : BANU EMAN SUSETYA

201203020122

Telah disetujui dan diseminarkan pada : 16 Agustus 2016

Dosen Pembimbing

Novita Kurnia Sari, Ns., M.Kep (………)

NIK : 19811117200510173075

Dosen Penguji

Yanuar Primanda, S.Kep.,Ns.,MNS., HNC (………) NIK : 19850103201110173177


(15)

xiii ABSTRACT

Background: One of the nursing diagnosis in patients fracture is impaired mobility physically or physical limitations on the movement of the body independently that causes patients can not meet their needs independently, so the nurses have a responsibility to help fulfillment the of the patients needs including the needs of Daily Living Activity. The aimed of the study is to knew the overview of nursing intervention in fulfillment of Daily Living Activity in fracture patients at PKU Muhammadiyah Hospital of Gamping.

Methods: This study is a descriptive study with cross sectional study design. Samples in this study as much as 55 patients with extremity fractures were hospitalized at PKU Muhammadiyah Hospitalof Gamping, and using accidental sampling technique. Instruments in this study using questionnaires "Questionnaire Sheet Measures in Fulfillment ADL Nursing Patient Fracture" made by researcher and has been tested for validity and reliability. Analysis of the data in this study using descriptive analysis to knowing the distribution, frequency and percentage of variable.

Results: The results showed 14 respondents (25.5%) stated that the nursing interventions in fulfillment of Daily Living Activity is less, 37 respondents (67.3%) stated quite nursing interventions and 4 respondents (7.3%) stated that nursing interventions is good.

Conclusion: The overview of nursing interventions in fulfillment of Daily Living Activity fracture patients at PKU Muhammadiyah Hospital of Gamping in the enough category. Nurses are expected to provide more nursing interventions to meet the needs of daily living activity fracture patients and next researchers could do similar research with patient respondents who had other nursing diagnosis. Keywords: Nursing Intervention, Activity Daily Living, Fracture.


(16)

xiv INTISARI

Latar Belakang: Salah satu masalah keperawatan pasien fraktur adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh secara mandiri dan terarah yang menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri, sehingga perawat memiliki tugas untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien termasuk kebutuhan Activity Daily Living. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living pada pasien fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel pada penelitian ini adalah 55 pasien fraktur ekstremitas yang di rawat inap di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang diambil menggunakan teknik accidental sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner “Lembar Kuisioner Tindakan Keperawatan dalam

Pemenuhan ADL Pasien Fraktur” yang dibuat sendiri oleh peneliti dan telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan persentase dari variable. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukkan 14 responden (25,5%) menyatakan tindakan keperawatan dalam pemenuhan Activity Daily Living adalah kurang, 37 responden (67,3%) menyatakan tindakan keperawatannya cukup dan 4 responden (7,3%) menyatakan tindakan keperawatannya baik.

Kesimpulan: Gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan Activity Daily Living pasien fraktur di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping pada kategori cukup. Perawat diharapkan untuk lebih memberikan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan activity daily living pasien fraktur dan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian sejenis dengan responden pasien yang memiliki gangguan kesehatan lainnya.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Hal ini tercermin dalam Undang – Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat perorangan, keluarga dan lingkungannya (Undang – Undang Kesehatan No. 23, 1992).

Undang - Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 juga menyatakan bahwa perawat adalah tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang - Undang Kesehatan No.23, 1992). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang selalu kontak dengan pasien dan memiliki tugas melakukan pelayanan keperawatan diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan self care pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan salah satu bentuk teori Orem tentang self care yaitu teori sistem keperawatan (Theory of Nursing System) dimana pengertian dari teori ini adalah bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat. Dalam pandangan teori ini Orem juga telah memberikan klasifikasi dalam pemberian


(18)

sistem pelayanan keperawatan, diantaranya sistem bantuan secara penuh (sistem dalam pemberian bantuan perawatan diri pasien secara penuh), sistem bantuan sebagian (sistem dalam pemberian bantuan perawatan diri pasien secara sebagian saja) dan sistem suportif edukatif (sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan dan pengetahuan saja).

Salah satu kebutuhan pasien adalah pemenuhan ADL, yaitu aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Brunner & Suddarth, 2002). Istilah ADL mencakup perawatan diri (berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias, menyiapkan makanan, memakai telfon, menulis, mengelola uang, dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain) (Sugiarto, 2005). Dari pengertian beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa setiap manusia harus mampu memenuhi kebutuhan ADL terlebih dahulu untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-harinya.

Kemampuan setiap orang dalam pemenuhan ADL dipengaruhi beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan ADL adalah kondisi fisik, misalnya fraktur (Askarudin, 2006). Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth, 2000). Salah satu fungsi dari tulang sendiri adalah memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan) sehingga fraktur merupakan


(19)

3

ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan mengalami penurunan fungsi fisik, terlebih lagi jika yang mengalami fraktur adalah tulang ekstremitas yang memberikan pergerakan seperti tulang hemerus, ulna, radius, karpal, femur, tibia, fibula dan patella. Kondisi ini membutuhkan intervensi keperawatan immobilisasi (Perry & Potter, 2005).

Immobilisasi atau hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Immobilisasi dapat disebabkan karena adanya kerusakan integritas struktur tulang, trauma, kaku sendi, nyeri dan gangguan muskuloskletal (Nanda Internasional, 2012). Keadaan imobilisasi ini menyebabkan pasien tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri, sehingga memerlukan bantuan perawat dalam pemenuhan kebutuhannya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan ADL, sehingga pasien fraktur mengalami penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan ADL secara mandiri, pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryanti di RSO Prof. Dr. Soeharso Surakarta (2002) diperoleh data ketergantungan ADL pada pasien fraktur femur sebagai berikut. Pada hari kedua, pasien dengan tingkat ketergantungan tinggi sebanyak 17 orang (56,7 %), pasien dengan tingkat ketergantungan sedang sebanyak 13 orang (43,3 %), dan tidak terdapat pasien dengan tingkat ketegantungan rendah. Pada hari kelima diperoleh data tingkat ketergantungan tinggi sebanyak 6 orang (20 %), tingkat ketergantungan sedang sebanyak 17 orang (56,7 %), dan pasien dengan tingkat ketergantungan rendah sebanyak 7 orang (23,31), oleh karena itu tugas seorang perawat dalam hal ini adalah


(20)

membantu pasien tersebut dalam memenuhi ADL sebagai penunjang pemenuhan kebutuhannya (Perry & Potter, 2005).

Selain tugas seorang perawat yang telah diuraikan diatas, Allah juga telah berfirman tentang keutamaan merawat orang seperti yang terkandung dalam QS. Al-Maidah : 32 berikut :

“…..Barang siapa memelihara kehidupan seseorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia……”

Dalam ayat ini Allah SWT telah menegaskan bahwa pahala memelihara kehidupan seseorang seperti pahala memelihara kehidupan semua manusia. Sehingga mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia seperti merawat orang yang sakit termasuk seorang perawat perawat, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat dari kehancuran.

Studi pendahuluan telah dilaksanakan pada bulan Januari 2016 di bangsal Ar-Royan di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Peneliti mendapatkan data jumlah pasien fraktur yang dirawat dari bulan Oktober 2015 sampai bulan Januari 2016 sebanyak 126 pasien, dengan rata-rata perbulan 42 pasien. Peneliti melakukan wawancara kepada 2 pasien fraktur dan perawat yang ada di bangsal Ar-Royan. Hasil wawancara dengan 2 pasien tersebut adalah kedua pasien tersebut mengatakan dalam pelaksanaan pemenuhan ADL tidak sepenuhnya dilakukan oleh perawat melainkan dibantu oleh keluarga yang menjaga pasien, misalnya membantu pasien makan, membilas muka dan mengganti pakaian dibantu oleh keluarga sedangkan perawat membantu pemenuhan ADL pasien seperti berpindah tempat dan membantu pasien mandi. Menurut seorang


(21)

5

perawat di bangsal tersebut, hal itu dikarenakan karena pasien merasa malu jika dibantu dalam pemenuhan beberapa ADL oleh perawat sehingga lebih nyaman jika bantu oleh keluarganya.

Melihat fenomena pemenuhan ADL pasien dan betapa pentingnya peran perawat dalam memenuhi kebutuhan ADL pasien fraktur di rumah sakit serta tingginya angka pasien yang dirawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan ADL Pasien Fraktur di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping”.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping?”

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien fraktur di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien.


(22)

2. Manfaat praktis a. Bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk rumah sakit terkait sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan pada klien untuk meningkatkan pelayanan perawat dalam pemenuhan ADL pasien fraktur dan memberikan informasi sebagai upaya meningkatkan kualitas instansi layanan kesehatan.

b. Bagi ilmu keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kontribusi dalam pengembangan ilmu keperawatan.

c. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pasien tentang tindakan keperawatan yang seharusnya diberikan kepada pasien sesuai dengan tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi ADL.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pelayanan perawat dalam memenuhi kebutuhan ADL pasien fraktur dan dapat berguna bagi peneliti untuk meningkatkan pelayanan nantinya terutama dalam pemenuhan ADL pasien fraktur.


(23)

7

E.Penelitian terkait

1. Gambaran pelayanan perawat shift malam pada klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia di bangsal Al – insan Rumah Sakit umum PKU Muhammadiyah Bantul.

Penelitian ini dilakukan oleh Handayani pada tahun 2009. Subyek penelitian yaitu perawat sebanyak 16 perawat dan responden penelitian yaitu klien sebanyak 25 orang dengan menggunakan kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui gambaran pelayanan perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada shift malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan perawatan langsung pada shift malam dapat memenuhi kebutuhan perawatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 9 orang dan pendapat klien bahwa kegiatan perawatan langsung pada shift malam dengan kategori cukup memenuhi dengan baik yaitu sebanyak 16 orang.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menggambarkan aktivitas perawat dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. Persamaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini sama sama meneliti tentang gambaran tindakan keperawatan.

2. Hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat di RSUD Saras Husada Purworejo

Penelitian ini dilakukan oleh Sefriadinata pada tahun 2009. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dengan sampel perawat tetap yang bertugas di RSUD Saras Husada Purworejo. Tujuan dari


(24)

penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beban kerja perawat di RSUD Saras Husada Purworejo. Hasil dari penelitian ini adalah adanya hubungan beban kerja dengan kinerja perawat di RSUD Saras Husada Purworejo.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat. Persamaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini sama sama meneliti tentang gambaran tindakan keperawatan.


(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Konsep Activity Daily Living (ADL) a. Pengertian ADL

Brunner & Suddarth (2002) mengemukakan ADL atau Activity Daily Living adalah aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.

ADL adalah aktivitas yang biasanya dilakukan dalam sepanjang hari normal; aktivitas tersebut mencakup, ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan berhias dengan tujuan untuk memenuhi/berhubungan dengan perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi yang mengakibatkan kebutuhan untuk bantuan dalam ADL dapat bersifat akut, kronis, temporer, permanen atau rehabilitative (Potter dan Perry, 2005).

b. Macam-macam ADL

Sugiarto (2005) mengemukakan ada beberapa macam ADL, yaitu : 1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu keterampilan dasar yang

harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias dan mobilitas. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.


(26)

2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon, menulis, mengetik, mengelola uang kertas.

3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah.

4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional, hobi, dan mengisi waktu luang.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan ADL

Faktor–faktor yang Mempengaruhi kemampuan melakukan Activity of Daily Living (ADL) Menurut Hardywinoto (2007), yaitu:

1. Umur dan status perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of daily living.

2. Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam activity of daily living, contoh sistem nervous mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan


(27)

11

dengan sistem nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity of daily living secara mandiri (Hardywinoto, 2007).

3. Fungsi Kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan activity of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).

4. Fungsi Psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam


(28)

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily living (Hardywinoto, 2007).

5. Tingkat stress

Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.

6. Ritme biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal (keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.

7. Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah satu yang dapat mempengaruhi


(29)

13

ketidakmandirian individu dalam memenuhi kebutuhannya adalah keterbatasan status mental. Seperti halnya lansia yang memorinya mulai menurun atau mengalami gangguan, lansia yang mengalami apraksia tentunya akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan–kebutuhan dasarnya (Hardywinoto, 2007).

2. Perawat

a. Pengertian Perawat

Perawat adalah tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan No.23,1992). Dalam Permenkes RI No. 1239 tahun 2001, dijelaskan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri (Kusnanto, 2004).

b. Keperawatan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008).


(30)

Keperawatan sebagai salah satu profesi, memiliki peran spesifik dalam kegiatan pencapaian kesehatan individu secara optimal, yaitu memiliki tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar manuisa yang terganggu sebagai akibat perubahan status/derajat kesehatan, baik pada individu maupun pada masyarakat umum. Perawat juga memiliki tuntutan untuk mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan dirinya, yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakini oleh pasien yang berujung dengan mutu asuhan keperawatan dapat di pertahankan (Priharjo, 2006)

c. Konsep utama keperawatan

Menurut Asmadi didalam bukunya Konsep Dasar Keperawatan tahun 2008 mengemukakan bahwa salah satu konsep utama keperawatan adalah tanggung jawab perawat itu sendiri. Salah satu tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan) perawat harus mengetahui kebutuhan pasien. Perawat harus mengetahui dengan benar peran profesionalnya, aktivitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien (Asmadi, 2008).


(31)

15

d. Teori Keperawatan terkait pemenuhan ADL pasien

Pandangan Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya. Konsep keperawatan Orem (2001) mengembangkan tiga bentuk teori self care, diantaranya a) Teori perawatan diri sendiri (Self Care Theory)

Dalam teori self care, Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama; self care itu sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan. Kedua; self care agency, merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat di pengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehat an dan lain-lain. Ketiga; adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan. Keempat; kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyedia dam perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses kehidupan sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar manusianya.


(32)

b) Teori defisit perawatan diri (Defisit Self Care Theory)

Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Dalam pemenuhan perawatan diri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.

Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi kegiatan praktek dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan masalah, menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan keperawatan, bertanggung jawab terhadap keinginan, permintaan, serta kebutuhan pasien, mempersiapkan bantuan secara teratur bagi pasien dan mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan sehari-hari pada pasien dan asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.

c) Teori sistem keperawatan (Theory of Nursing System)

Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari pada pendapat Orem yang mengemukakan


(33)

17

tentang pemenuhan kebutuhan diri sendiri, kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Dalam pandangan teori sistem ini, Orem memberikan identifikasi dalam sistem pelayanan keperawatan diantaranya :

1) Sistem bantuan secara penuh (wholly compensatory system) Merupakan suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh pada pasien dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi tindakan perawatan secara mendiri yang memerlukan bantuan dalam pergerakan, pengontrolan dan ambulasi serta adanya menipulasi gerakan. Pemberian bantuan sistem ini dapat dilakukan pada orang yang tidak mampu melakukan aktivitas seperti pada pasien koma, pada pasien yang sadar dan mungkin masih dapat membuat suatu pengamatan dan penilaian tentang cedera atau masalah yang lain akan tetapi tidak mampu dalam melakukan tindakan yang memerlukan ambulasi atau menipulasi gerakan seperti pada pasien yang fraktur vetebrata dan pasien yang tidak mampu mengurus sendiri, membuat penilaian serta keputusan dalam self care sendiri seperti pada pasien retardasi mental. 2) Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system)

Merupakan sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal seperti pada pasien


(34)

yang post operasi abdomen dimana pasien ini memiliki kemampuan seperti cuci tangan, gosok gigi, cuci muka akan tetapi butuh pertolongan perawat dalam ambulasi dan melakukan perawatan luka.

3) Sistem suportif dan edukatif

Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harapan pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini dilakukan pembelajaran. Pemberian sistem ini dapat dilakukan pada pasien yang memerlukan informasi termasuk prosedur.

e. Intervensi Perawat dalam Pemenuhan Activity Daily Living Pasien Menurut McCloskey et al pada buku Nursing Interventions Classification Edisi 5 (2008), berikut adalah intervensi keperawatan secara umum yang dilakukan untuk memenuhi ADL pasien :

a) Mandi (Self-Care Assistance : Bathing / Hygiene) Aktivitas perawat :

- Mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.

- Mempertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.


(35)

19

- Menempatkan handuk, sabun, deodoran, peralatan cukur, dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan di samping tempat tidur atau di kamar mandi.

- Menyediakan peralatan pribadi yang di inginkan (misalnya, deodoran, sikat gigi, mandi, sabun, shampoo, lotion dan produk aromaterapi)

- Menyediakan lingkungan terapeutik yang hangat, santai, privasi. - Memfasilitasi menyikat gigi pasien, sesuai kebutuhan.

- Memfasilitasi pasien mandi sendiri, sesuai kebutuhan.

- Monitor kebersihkan kuku, sesuai dengan kemampuan perawatan diri pasien.

- Monitor integritas kulit pasien. - Mempertahankan kegiatan kebersihan.

- Memfasilitasi menjaga tidur rutin pasien, tidur dengan alat peraga dan benda asing.

- Mendorong partisipasi orang tua / keluarga di kebiasaan tidur pasien. Sesuai kebutuhan.

- Memberikan bantuan sampai pasien berasumsi mampu sepenuhnya melakukan perawatan diri sendiri.

b) Berpakaian (Self-Care Assistance : Dressing/Grooming) Aktivitas perawat:

- Mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.


(36)

- Pertimbangkan pasien usia ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.

- Menginformasikan kepada pasien untuk menyeleksi pakaian yang bisa dipakai.

- Menyiapkan pakaian pasien di tempat yang bisa diakses (misalnya, di samping tempat tidur).

- Menyediakan pakaian pribadi, sesuai kebutuhan.

- Bersedia untuk membantu pasien berpakaian, jika diperlukan. - Bemfasilitasi menyisir rambut pasien, sesuai kebutuhan. - Memfasilitasi mencukur rambut pasien, sesuai kebutuhan. - Mempertahankan privasi saat pasien berpakaian.

- Membantu menali, kancing, dan ritsleting, sesuai kebutuhan. - Menawarkan untuk mencuci pakaian, jika diperlukan.

- Menaruh pakaian kotor di laundry.

- Tawarkan untuk menggantung pakaian atau tempat di lemari. - Tawarkan untuk bilas pakaian khusus, seperti nilon.

- Menawarkan merapikan kuku, jika diminta. - Memberikan makeup, jika diminta.

- Memberikan semangat untuk berpakaian sendiri.

- Memfasilitasi bantuan dari seorang tukang cukur atau kecantikan, jika diperlukan.

c) Makan (Self-Care Assistance : Feeding) Aktivitas perawat :


(37)

21

- Monitor kemampuan pasien untuk menelan. - Mengidentifikasi diet yang ditentukan.

- Menyiapkan nampan makanan dan meja secara menarik. - Menciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu

makan (misalnya, menempatkan pispot, kantong urin, dan pengisapan jauh dari pandangan).

- Memastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi mengunyah dan menelan.

- Memberikan bantuan fisik, yang diperlukan.

- Menyediakan untuk menghilangkan rasa sakit yang memadai sebelum makan, yang sesuai.

- Menyediakan kebersihan mulut sebelum makan.

- Menyiapkan makanan di atas nampan, yang diperlukan, seperti memotong daging atau pelling telur.

- Membuka bungkus makanan.

- Menghindari menempatkan makanan di sisi yang tidak terlihat. - Menggambarkan lokasi makanan di atas nampan untuk orang

dengan gangguan penglihatan.

- Tempatkan pasien dalam posisi yang nyaman untuk makan. - Memberikan sedotan, yang diperlukan atau diinginkan.

- Memberikan makanan dengan suhu yang paling membuat selera.


(38)

- Monitor Status hidrasi pasien, sesuai kebutuhan.

- Mendorong pasien untuk makan di ruang makan, jika tersedia. - Memberikan interaksi sosial yang sesuai.

- Memberikan alat bantuan untuk memfasilitasi pasien makan sendiri, sesuai kebutuhan.

- Penggunaan cangkir dengan pegangan yang besar, jika dibutuhkan.

- Tidak menggunakan piring yang bisa pecah dan berkaca, seperti yang dibutuhkan.

d) Berpindah (Self-Care Assistance : Transfer) Aktivitas perawat :

- Mereview kembali aktivitas yang dibolehkan.

- Menentukan kemampuan pasien untuk berpindah diri. - Memilih teknik pemindahan yang sesuai untuk pasien.

- Anjurkan pasien di semua teknik yang sesuai dengan tujuan mencapai tingkat kemandirian tertinggi.

- Menginstruksikan individu tentang teknik untuk transfer dari satu daerah ke daerah lain (misalnya, tempat tidur ke kursi, kursi roda untuk kendaraan).

- Menginstruksikan individu menggunakan alat bantu jalan (misalnya, kruk, kursi roda, walker, trapeze bar, tebu).

- Mengidentifikasi metode untuk mencegah cedera saat berpindah.


(39)

23

- Menyediakan perangkat bantu (misalnya, bar melekat dinding, tali yang melekat pada headboard atau footboard bantuan dalam bergerak ke pusat atau tepi tempat tidur) untuk membantu mentransfer individu secara mandiri, sesuai kebutuhan.

- Pastikan peralatan berfungsi sebelum digunakan. - Mendemonstrasikan teknik, yang sesuai.

- Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang diperlukan.

- Membantu pasien dalam menerima semua perawatan yang diperlukan (misalnya, kebersihan pribadi, mengumpulkan barang-barang) sebelum melakukan transfer, yang sesuai. - Menggunakan mekanika tubuh yang tepat saat memindahkan

pasien.

- Menjaga tubuh pasien dalam keselarasan selama perpindahan. - Meningkatkan dan memindahkan pasien dengan mengangkat

hydraulic, jika diperlukan.

- Memindahkan pasien menggunakan papan pemindah, jika diperlukan.

- Menggunakan sabuk untuk membantu pasien bisa berdiri dengan bantuan, sesuai kebutuhan.

- Membantu pasien untuk ambulasi menggunakan tubuh Anda sebagai penopang, sesuai kebutuhan.

- Mempertahankan perangkat traksi saat beraktivitas, sesuai kebutuhan.


(40)

- Memberikan dorongan kepada pasien karena agar dia belajar untuk berpindah secara mandiri.

- Dokumentasikan kemajuan, sesuai kebutuhan. e) Menggunakan toilet (Self-Care Assistance : Toileting)

Aktivitas perawat :

- Mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.

- Mempertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.

- Lepaskan pakaian penting untuk melakukan eleminasi.

- Membantu pasien ke toilet/menggunakan pispot/fraktur pan/urinoir pada selang waktu tertentu.

- Mempertimbangkan respon pasien terhadap kurangnya privasi. - Memberikan privasi selama eliminasi.

- Memfasilitasi membersihkan toilet setelah pasien selesai eliminasi.

- Memakaikan kembali pakaian pasien setelah eliminasi. - Mengadakan jadwal ke toilet, sesuai kebutuhan.

- Menginstruksikan pasien untuk melakukan toileting rutin. - Memberikan alat bantu (misalnya, kateter eksternal atau

urinoir), sesuai kebutuhan. - Integritas kulit.


(41)

25

3. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pandangan seseorang terhadap suatu kejadian. Dimana persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman.persepsi individu pada situasi yang sama dapat berbeda. Hal ini terjadi karena setiap individu itu unik, punya nilai hidup dan pengalaman hidup, sehingga penerimaan dan interpretasi yang dihasilkan bisa berbeda (Potter & Perry, 2005).

Persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang: memilih, menerima, mengatur dan menafsirkan informasi dari lingkungannya (Hunt & Osborn dalam Dimas, 2008). Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan obyek yang dirasakan serta mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus (Nasution, 2003).

b. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Azis (2004) menjelaskan mengenai persepsi yaitu bahwa, persepsi merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka, persepsi itu tidak aka nada dan untuk dapat tetap ada terdapat faktor pembentuk persepsi, yaitu;

a) Pengamatan

Melalui pengamatan dapat timbul ketertarikan pada obyel tertentu, sehingga dapat membentuk sebuah persepsi.


(42)

b) Penyelidikan

Setelah dilakukan pengamatan dapat dihasilkan suatu persepsi dan konsep yang diingat, sehingga dapat terbentuk struktur persepsi dan pemikiran yang leih kompleks.

c) Percaya

Rasa percaya pada obyek muncul dalam kesadaran yang biasanya timbul dari suatu rasa keraguan akan obyek yang akan timbul diselidiki, melalui rasa percaya terhadap obyek tersebut akan timbul persepsi untuk mencapai apa yang akan dihasilkan. d) Menyesuaikan

Menyesuaikan merupakan bagian dari komponen yng dapat membentuk struktur persepsi manusia.

e) Menikmati

Melalui pikiran-pikiran akan dapat dirasakan kenikmatan tersendiri dalam menekuni berbagai persoalan hidup. Proses menikmati ini juga akan membentuk struktur persepsi.

Sedangkan menurut Walgito (2000) faktor yang mempengaruhi persepsi adalah berkaitan dengan kebutuhan psikologis, latar belakang, kepribadian dan penerimaan diri serta keadaan individu timbul pada suatu waktu tertentu. Ada individu yang suka memperhatikan sesuatu sekalipun kecil atau tidak berarti, tetapi sebaliknya ada individu yang acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya.


(43)

27

c. Bentuk-bentuk persepsi

Rahmat (2005) menyebutkan persepsi dibagi menjadi dua bentuk yaitu positif dan negatif, persepsi positif adalah apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka manusia akan mempersepsikan positif atau cenderung menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang dipersepsikan sedangak persepsi negative adalah apabila tidak sesuai dengan penghayatan maka persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan menanggapinya secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut. Robbins (2002) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.Sedangkan, persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.

4. Pasien

a. Pengertian Pasien

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis. Kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris. Pasien diturunkan dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang artinya


(44)

"menderita". Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran menyebutkan bahwa pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi (Undang - Undang Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Dari pengertian beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa pasien adalah setiap orang yang menerima/memperoleh pelayanan kesehatan baik secara langsung ataupun tidak langsung dari tenaga kesehatan. b. Kategori Pasien Fraktur di Rumah Sakit

Pasien fraktur di rumah sakit masuk didalam kategori pasien yang menjalani reaktivasi. Pasien yang direaktivasi adalah pasien yang dirawat untuk waktu tertentu di rumah perawatan yang umumnya kurang dari setahun. Tujuan dari perawatan ini adalah agar pasien dapat mencapai suatu tingkatan perawatan mandiri yang sedimikian rupa, sehingga memungkinkan untuk kembali ke rumah atau pemukiman (Steven et al, 1999). Adapun keluhan keluhan berikut ini akan lebih banyak mendapat prioritas untuk dilakukan reaktivasi di rumah perawatan :


(45)

29

a) Fraktur umum

Fraktur umum adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang pada tulang ektremitas seperti tulang femur dan humerus.

b) Fraktur kolumna vertebra

Fraktur kolumna vertebra suatu kondisi dari kolumna vertebra servikal dimana satu vertebra atau lebih mengalami fraktur atau dislokasi; kedua kondisi ini dapat menyebabkan tekanan pada medulla spinalis, mengakibatkan disfungsi neurovascular (Susan et al, 1992).

c) Amputasi

Amputasi adalah pembedahan yang melibatkan pemotongan sebagian atau seluruh anggota badan karena trauma, fraktur, tumor, penyakit atau indikasi medis lainnya (Marrelli, 2000).

5. Kategori manusia dewasa berdasarkan usia

Menurut Hurlock (1999) dari sudut pandang psikologi perkembangan manusia, masa dewasa pada manusia terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

a. Masa dewasa dini/awal

Dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduksi.


(46)

b. Dewasa madya

Dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai 60 tahun, yakni saat dimulainya penurunan kemampuan fungsi fisikis dan psikologis yang terlihat jelas pada setiap orang. c. Masa dewasa lanjut/akhir

Usia ini dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada periode ini, kemampuan fungsi fisikis dan psikologis mengalami penurunan dengan cepat.

6. Fraktur

a. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penyebab fraktur sendiri meliputi pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntiran mendadak dan kontraksi otot ekstrem. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diasorbsinya. Fraktur pada tulang dapat menyebabkan edema jaringan lemak, persarafan ke otot dan sendi terganggu, dislokasi sendi, reptur tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner & Suddarth, 2000).

b. Etiologi

Menurut Appley dan Salomon (1995), tulang bersifat relatif rapuh namun cukup mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat disebabkan oleh:


(47)

31

1. Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim.

2. Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh.

3. Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis.

c. Respon Pasien Terhadap Fraktur

Secara anatomi terjadi perubahan dan keadaan patologi karena adanya fraktur maka berdampak luas baik fisik-psiko-sosio-spiritual pasien. Secara fisik terdapatnya kerusakan jarigan tulang dan jaringan lunak sekitar fraktur akan menimbulkan rasa nyeri, bengkak, gangguan neurovaskuler, dan deformitas (Smeltzer dan Bare, 2002). Kondisi ini mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi sehingga menimbulkan masalah aktivitas yang mana gangguan ini membutuhkan intervensi keperawatan immobilisasi, tindakan ini juga mempunyai efek samping negatif pada sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, sistem muskoloskeletal, dan sistem metabolisme (Potter & Perry, 2005).

d. Diagnosisi Keperawatan Pasien Fraktur

Menurut Suratun dkk (2006) didalam bukunya Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal Seri Asuhan Keperawatan, berdasarkan data pengkajian keperawatan, diagnosi keperawatan pasien fraktur meliputi:

1. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur, masalah ortopedik, pembengkakan atau inflasmasi.


(48)

2. Hamabatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, pembengkakan dan alat imobilisasi (traksi, gips).

3. Hambatan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan hilangnya kemandirian.

4. Perubahan perfusi jaringan perifer yang berhubungan dengan pembengkakakan, alat yang mengikat dan gangguan aliran balik vena. 5. Gangguan citra tubuh dan harga diri yang berhubungan dengan dampak

masalah musculoskeletal.

e. Tingkat Kemampuan Perawatan Diri Pasien Fraktur

Penurunan kondisi fisik mengakibatkan pasien fraktur mengalami defisit perawatan diri, sehingga perlu di upayakan pemberian bantuan dalam memenuhi ADL pasien tersebut. Nursalam (2009) mengatakan bahwa klasifikasi tingkat kemampuan perawatan diri (tingkat ketergantungan klien) berdasarkan teori Orem, terdiri dari butuh sedikit bantuan dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri (minimal care), butuh bantuan sebagian dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri (partial care) dan butuh bantuan penuh dalam memenuhi perawatan diri (total care).

f. Kondisi yang Mempengaruhi Penyembuhan Fraktur

Karena penyembuhan tulang adalah kontinyu dan sekuensial, adanya penghentian dapat mengubah hasil akhir. Keadaan ini dikaitkan dengan imobilisasi tidak adekuat, suplai darah buruk, distraksi fragmen, interposisi (terhalang) jaringan lunak, atau infeksi (Tambayong, 1999).


(49)

33

Kurang B.Kerangka Konsep

Gambar 2. 1. Kerangka Konsep Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

C.Keterangan Empiris

Penelitian dilakukan untuk memperoleh keterangan mengenai gambaran tindakan keperawatan Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gamping dalam pemenuhan kebutuhan activity daily living pasien fraktur.

Perawat bangsal di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Gamping

Macam – macam ADL: 1. Makan

2. Mandi/Kebersihan diri 3. Berpakaian/Berdandan 4. Berpindah

5. Toileting/Eliminasi Pemenuhan ADL pasien

fraktur

Baik

Teori keperawatan Orem :

1. Sistem bantuan secara penuh (wholly compensatory system) 2. Sistem bantuan sebagian (partially

compensatory system) 3. Sistem suportif dan edukatif


(50)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan yang sedang dilakukan secara obyektif dengan desain penelitian cross sectional study untuk mengetahui gambaran tidakan perawat dalam pemenuhan kebutuhan activity daily living pasien fraktur di RS PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta.

B.Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Notoatmojo, 2005). Populasi pada penelitian menggunakan populasi terjangkau yaitu pasien rawat inap post operasi fraktur di RS PKU Muahammadiyah Gamping pada bulan Oktober 2015 sampai bulan Januari 2016 yang berjumlah 126 pasien.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin dengan teknik accidental sampling Berikut perhitungan jumlah sampel :


(51)

35

2 ) ( 1 N d

N n

 

� = + 6 ,6 2 � = + 6 ,6 � = + , 66 � = , 66 n = 55 Keterangan : n = Besar Sampel N = Besar Populasi

d = Tingkat Signifikasi (0,10)

Kriteria inklusi & ekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Kriteria inklusi

1) Pasien dengan post operasi fraktur pada tulang gerak ekstremitas atas diantaranya tulang humerus, tulang ulna, tulang radius dan tulang karpal atau pasien dengan post operasi fraktur pada tulang gerak ekstremitas bawah diantaranya tulang femur, tulang tibia, tulang fibula dan tulang patella.

2) Pasien dengan usia diatas 18 tahun. 3) Klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4) Bersedia menjadi responden.


(52)

b. Kriteria ekslusi

1) Pasien yang mengundurkan diri.

C.Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman.

2. Waktu

Waktu penelitian dilaksanan dari bulan Maret 2016 – April 2016. D.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan activity daily living pasien fraktur.

E.Definisi Operasional

Gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien fraktur adalah persepsi pasien fraktur ekstremitas atas dan ekstremitas bawah mengenai tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu memenuhi aktivitas kehidupan sehari-harinya/ADL dasar yang meliputi makan, mandi, berpakaian, penggunaan toilet, transfer (berpindah).


(53)

37

F.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dan dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari keusioner data demografi dan kuesioner tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien fraktur.

1. Kuesioner Data Demografi

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti yang dilihat untuk mengetahui demografi pasien. Bentuk pertanyaan dalam kuesioner ini adalah isian dan chek list dengan jumlah 6 pertanyaan, meliputi identitas responden (usia, lama dirawat, jenis kelamin, tingkat pendidikan) dan jenis fraktur.

2. Kuesioner Tindakan Keperawatan

Instrumen penelitian ini menggunakan metode kuisioner dengan judul kuesioner “Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan ADL Pasien

Fraktur”. Kuesioner dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan intervensi keperawatan yang terdapat didalam buku panduan keperawatan Nursing Interventions Classification, Edisi 5oleh McCloskey et al (2008).

Kuesioner ini berisi 23 pertanyaan dengan bentuk pertanyaan tertutup, pilihan jawaban sesuai skala Guttman dengan jawaban “Ya” jika perawat

melakukan tindakan sesuai pertanyaan, “Tidak” jika perawat tidak

melakukan tindakan seperti di pernyataan.

Tabel 1 Kisi-kisi kuisioner tindakan perawat dalam ADL pasien fraktur

No. Kisi-kisi kuesioner Jumlah

pertanyaan 1 Tindakan keperawatan dalam pemenuhan

ADL makan


(54)

No. Kisi-kisi kuisioner Jumlah pertanyaan 2 Tindakan keperawatan dalam pemenuhan

ADL mandi

6 3

4 5

Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL berpakaian

Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL berpindah

Tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL penggunaan toilet

3 4

4

Total Pertanyaan 23

Nilai maksimal kuisioner ini adalah 23 dengan nilai minimal adalah 0, hasil kuisioner ini dikategorikan menjadi skala Interval. Setiap pertanyaan

diberikan skor dengan ketentuan sebagai berikut : “Ya” diberi nilai 1, dan “Tidak” diberi nilai 0. Skor terendah yag didapatkan adalah 0, sedangkan

skor tertinggi yang didapatkan adalah 23. Hasil akhir dari kuisioner tersebut diinterpretasikan dengan menggunakan pengkategorian berdasarkan rumus Hidayat (2008) :

� = �� ��� ��

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 23 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 3 (baik, cukup, kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 7,6. Dengan menggunakan p = 7,6 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas Interval pertama, maka peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien adalah :

1) 0 – 7 = Kurang 2) 8 – 15 = Cukup 3) 16 – 23 = Baik


(55)

39

G.Cara Pengumpulan Data

1) Setelah peneliti selesai mengurus kode etik penelitian & mendapatkan surat izin dari pihak kampus untuk mengambil data. Peneliti menyelesaikan administrasi dengan pihak rumah sakit untuk melakukan pengambilan data penelitian.

2) Setelah peneliti mendapatkan izin dari pihak rumah sakit untuk mengambil data, peneliti memulai untuk mengambil data penelitian dengan memperkenalkan diri kepada responden penelitian.

3) Peneliti memberikan penjelasan kepada pasien mengenai maksud dan tujuan diadakannya penelitian ini serta memberikan penjelasan terkait pengisian kuisioner, dilanjutkan meminta responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian jika pasien bersedia menjadi responden.

4) Setelah responden penelitian menandatangani lembar persetujuan, peneliti memberikan kesempatan responden untuk mengisi lembar kuisioner. 5) Peneliti menarik kembali lembar kuesioner yang telah diisi oleh pasien

tersebut.

6) Hasil dari pengumpulan data tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan dilihat persentasenya kemudian diuraikan dalam hasil penelitian dan disimpulkan hasilnya.


(56)

H.Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Alat ukur penelitian harus dapat mengukur dengan baik dan benar, oleh karena itu sebelum digunakan untuk penelitian, peneliti melakukan uji validitas terlebih dahulu. Uji validitas menggunakan pearson product moment, memberikan hasil valid apabila nilai uji validitas lebih besar dari nilai r tabel (n=20) dengan signifikansi 5% dimana r tabel sebesar 0,444 (valid apabila >0,444) (Sugiyono, 2010)

Hasil uji valid menggunakan pearson product moment dilakukan sebanyak 2 kali dengan hasil uji valid yang pertama didapatkan 19 item valid dan 4 item tidak valid (r table <0,444), sehingga peneliti melakukan modifikasi 4 item pertanyaan yang tidak valid tersebut. Peneliti melakukan uji valid yang kedua dan didapatkan hasil 23 item pertanyaan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada penelitian ini dengan menggunakan rumus alpha cronbach. Interpretasi nilai r reliabelitas menurut Arikunto (2010) dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Interpretasi Nilai r Reliabilitas

Nilai r Interpretasi Reliabilitas 0,81 - 1,00

0,61 - 0,80 0,41 - 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah


(57)

41

Kuesioner Gambaran Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan Activity Daily Living (ADL) Pasien Fraktur di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang sudah dilakukan uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas menggunakan alpha cronbach dan penelitian ini memiliki nilai reliabilitas 0,796.

Kuesioner penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas di PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

I. Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer menurut Notoatmojo (2012), langkah-langkah pengolahan data yaitu :

a. Penyuntingan (editing)

Kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap isian kuisioner yang telah diserahkan kepada responden.

b. Pengkodean (Coding)

Pengkodean merupakan kegiatan pemberian kode pada data yang terdiri tas beberpa kategori. Pemberian kode ini sangat penting dalam pengolahan dan analisa data terlebih jika menggunakan komputer.

Pemberian kode pada pada data berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama dirawat, tulang yang patah

c. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam komputer.


(58)

d. Tabulasi

Tabulasi merupakan kegiatan memasukkan data-data dan mengatur angka-angka sehingga dapat jumlah kasus dalam berbagai kategori.

Dengan menggunakan pengkategorian berdasarkan rumus Hidayat (2008) :

� = �� ��� ��

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 23 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 3 (baik, cukup, kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 7,6. Dengan menggunakan p = 7,6 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas Interval pertama, maka peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien adalah :

4) 0 – 7 = Kurang 5) 8 – 15 = Cukup 6) 16 – 23 = Baik e. Skoring

Peneliti memberi nilai pada data sesuai nilai pada data sesuai skor yang telah ditentukan berdasarkan lembar kuesioner yang sudah diisi oleh responden.

f. Membersihkan Data (Cleaning)

Melakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk mengetahui jika terdapat kesalahan.


(59)

43

2. Analisis data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengujian statistik analisa univariat yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian dan analisis untuk mengetahui distribusi, frekuensi dan presentase dari variabel. Fungsi analisa pada data yang bersifat kuantitatif adalah menyederhanakan dan meringkas kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang beragam. Analisa univariat dapat menggunakan statistik deskriptif dari software komputer statistik. Tujuannya yaitu untuk menjelaskan atau membandingkan karakteristik pada variabel yang diteliti dari angka atau jumlah presentase masing-masing kelompok, tanpa ingin mengetahui pengaruh/hubungan karakteristik (responden) yang ingin diketahui (Sugiono, 2012)

J. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting karena dalam pelaksanaannya berhubungan langsung dengan manusia. Oleh karena itu hal yang diperlukan di sebuah penelitian (Potter&Perry, 2005), yaitu:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan kepada seluruh responden yang memenuhi kriteria inklusi untuk diteliti, dengan tujuan agar responden mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian serta bisa bekerjasama dengan peneliti. Sebelum warga menjadi responden pada penelitian ini, dilakukan pemberian informasi terkait dengan penelitian oleh peneliti.


(60)

2. Kerahasiaan (Confidentialy)

Setiap manusia memiliki hak–hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuisioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek (Yurisa, 2008). Saat penelitian dilaksanakan, peneliti menjaga kerahasiaan responden dengan tidak mencantumkan alamat responden dan semua informasi yang diberikan responden, serta menyimpan lembar observasi responden pada tempat yang aman sehingga kerahasiaan akan tetap terjaga. 3. Tanpa Nama (Anonimity)

Pengisian lembar kuisioner, nama responden tidak perlu dicantumkan pada lembar pengumpulan data, tetapi cukup mencatumkan tanda tangan pada lembar persetujuan sebagai responden, untuk mengetahui keikut sertaan responden, peneliti cukup memberikan atau mencantumkan kode pada lembar kuesioner.


(61)

45 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskriptif Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang berlokasi di kecamatan gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping di resmikan pada tanggal 15 Februari 2009, rumah sakit ini merupakan pengembangan dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta yang merupakan amal usaha Pimpinan Pusat Penyerikatan Muhammadiyah, selain memberikan pelayanan kesehatan juga digunakan sebagai tempat pendidikan bagi dokter dan perawat. Visi yang dimiliki RS PKU Muhammadiyah Gamping, yaitu menjadi rumah sakit Islam rujukan terpercaya dengan kualitas pelayanan dan pendidikan kesehatan yang Islami, aman, profesional, cepat, nyaman dan bermutu.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping memiliki 168 perawat dengan tingkat pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 122 perawat, Sarjana Keperawatan sebanyak 45 perawat dan spesilis keperawatan sebanyak 1 perawat. Setiap tindakan keperawatan di rumah sakit tersebut memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) termasuk tindakan keperawatan dalam pemenuhan activity daily living pasien seperti makan, mandi, berpakaian,


(62)

berpindah dan toileting. Pengawasan perawat dalam melakukan tindakan maupun menjalankan tugasnya di monitoring oleh supervisi atau kepala ruang di setiap bangsal rawat inap, selain itu pihak rumah sakit juga memberikan reward dan punishment kepada seluruh tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut termasuk kepada perawat, adapun reward yang biasanya diberikan adalah kesempatan tenaga keseahatan termasuk perawat untuk diberikan kesempatan gratis mengikuti pelatihan bahkan diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya, sedangkan punishment yang diberikan berupa surat peringatan dan skorsing.

Ruang rawat yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai macam kelas sesuai dengan kebutuhan dan biaya yang dimiliki pasien seperti ruang perawatan kelas I, ruang perawatan kelas II dan ruang perawatan kelas III, dengan jumlah bed pasien sebanyak 155 tempat tidur. Walaupun terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada setiap kelas seperti jumlah bed pasien tiap kamar dan fasilitas televisi untuk setiap kelasnya namun untuk menjaga privasi pasien, setiap tempat tidur dalam satu kamar rawat inap ditutup oleh tirai dan fasilitas pemenuhan kebutuhan pasien antar kelas sama, seperti kamar mandi di setiap ruang rawat inap dengan fasilitas shower dan baskom untuk pasien yang tidak dapat berjalan ke kamar mandi, air panas dan air dingin di setiap kamar mandi, serta paket mandi individu seperti sabu, sikat gigi, pasta gigi dan shampo.


(63)

47

2. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping pada bulan April 2016 sampai Mei 2016 dengan jumlah respondend 55 orang. Responden daam penelitian ini adalah pasien rawat inap dengan fraktur ekstremitas. Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan usia, lama dirawat, jenis kelamin, tingkat Pendidikan dan tulang yang patah. Karakteristik responden dalam peneitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

a. Karakteristik Responden berdasarkan usia

Data karakteristik responden berdasarkan usia pada penelitian ini di bagi menjadi 3 kategori yaitu dewasa awal (18-40 tahun), dewasa madya (40-60 tahun) dan dewasa lanjut (>60 tahun).

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping Bulan April-Mei 2016 (n=55)

No Data Karakteristik Frekuensi Prosentase

1 18-40 Tahun 35 63,6

2 40-60 Tahun 17 30,9

3 >60 Tahun 3 5,5

Total 55 100

Sumber data : 2016

Dilihat secara kesuluruhan bahwa karakteristik pasien fraktur di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping tahun 2016 terbanyak adalah responden dengan kategori usia Dewasa Awal (18-40 tahun) yaitu 35 responden (63,6%).


(1)

16 perawat (100%) dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki kinerja yang baik11.

Faktor yang mempengaruhi perawat dalam memberikan tindakan keperawatan lainnya adalah lama kerja perawat, semakin lama seseorang bekerja semakin tinggi pula produktivitas yang diharapakan darinya karena semakin berpengalaman dan mempunyai keterampilan yang baik dalam menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya.9 Jumlah perawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping dengan lama bekerja kurang dari 5 tahun kerja sebanyak 111 perawat sedangkan perawat yang sudah berkerja lebih dari 5 tahun berjumlah 56 perawat. Hal ini yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kinerja perawat belum bisa maksimal, hal ini didukung oleh penelitian yang dlakukan oleh Dewi dengan hasil masa sebagian besar responden perawat yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun (57,5%) diketahui memiliki kinerja yang tinggi12.

Faktor yang mempengaruhi perawat dalam memberikan tindakan keperawatan lainnya adalah usia, menurut Nugroho yang menyatakan umur mempengaruhi fisik dan

11 Kumajas., Fisella., Wilfin. (2014). Hubungan Karakteristik Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsud Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. 12 Dewi, M., & Mulyaningsing. (2016). Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan dasar Mempengaruhi tingkat kepuasan keluarga Pasien

psikis seseorang, dimana dengan bertambahnya usia seorang perawat cenderung mengalami perubahan potensi kerja. Perawat yang lebih senior cenderung lebih baik prestasinya karena mereka lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mereka cenderung lebih stabil emosinya sehingga dapat bekerja lebih lancar, teratur dan mantap. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gibson dalam Nugroho yang menyatakan ada hubungan umur dengan kinerja perawat yang positif. 13 dari jumlah seluruh perawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping perawat dengan usia dibawah 30 tahun berjumlah 116 perawat, sedangkan perawat yang berusia diatas 30 tahun berjumlah 52 perawat. Perawat yang berusia diatas 30 tahun jumlahnya jauh lebih sedikit dibanding perawat yang berusia dibawah 30 tahun, hasil didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi.11 dengan hasil responden perawat yang berusia >30 tahun (55,9%) diketahui memiliki kinerja yang tinggi. hal ini akan berpengaruh pada kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan seperti yang dinyatakan oleh

stroke di rsud dr. Moewardi Surakarta. Jurnal GASTER Vol. XIV No. 1. Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta, Surakarta.

13 Nugroho, M.K. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja

Perawat Pegawai Daerah Di Puskesmas Kabupaten Kudus (Tesis).


(2)

Erickson dan Grove penelitiannya menemukan bahwa perawat yang berusia di atas 30 tahun memiliki kemampuan untuk manajemen untuk yang lebih baik dibandingkan perawat yang berusia kurang dari atau sama dengan 30 tahun. Demikian sehingga hasil persentase perawat berusia lebih dari 30 tahun yang mencapai 55,7% dalam penelitian ini kemungkinan berperan dalam menyumbangkan tingginya persentase perawat dengan kinerja yang tinggi pada penelitian ini.

Hasil observasi peneliti selama melakukan penelitian adalah fasilitas, ada beberapa fasilitas yang menurut peneliti belum terpenuhi secara maksimal untuk menunjang pemenuhan kebutuhan ADL seluruh pasien, salah satunya adalah

pemberian paket kebutuhan individu untuk mandi seperti sabun, sikat gigi, pasta gigi dan shampo, peneliti menemukan pada beberapa pasien kelas rawat inap 3 hingga hari ke 2 perawatan tidak mendapatkan kebutuhan mandi individu, hal ini menjadi salah satu alasan kurangnya pemenuhan kebersihan diri & mandi pada pasien oleh perawat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mathius dkk (2014) yang menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang merasa fasilitas kerja di Rumah Sakit cukup sebanyak 81 orang (86,2%) dengan nilai þ = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara fasilitas kerja dengan kinerja perawat di RS. Bhayangkara Makassar.

Tabel 3 Distribusi Tindakan Keperawatan dalam Pemenuhan ADL Pasien Fraktur PKU Muhammadiyah Gamping Tiap Kategori Bulan April-Mei 2016 (n=55)

Sumber: 2016 Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa pemenuhan kategori ADL dari

Kategori ADL Jumlah

Tindaka n

Nilai Maksim

al Tindaka

n

Presentas e Terpenuh

i (%)

Kategori pemenuha

n

Makan 145 330 43,9 Cukup

Mandi & Kebersihan Diri

107 330 32 Kurang

Berpakaian 90 165 54,5 Cukup

Berpindah 132 220 60 Cukup


(3)

presentasi terendah terpenuhinya adalah kategori mandi dan kebersihan diri (32,4%), penggunaan toilet (35%), berpakaian (54,5%), makan (43,9%) dan berpindah (60%).

Hasil penelitian menunjukkan pemenuhan ADL paling sedikit dipenuhi oleh perawat adalah kategori mandi, selain itu kategori ini adalah satu-satunya kategori yang dipenuhi oleh perawat dalam kategori kurang. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosanna (2013) dengan hasil bahwa seluruh reponden perawat 100% (20 orang) berperan baik dalam kebersihan diri pasien.14 Kurangnya peran perawat dalam pemenuhan ADL kategori mandi & kebersihan diri menurut peneliti disebabkan oleh beberapa faktor, seperti ketersediaan fasilitas. Fasilitas penunjang yang diberikan oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping dalam pemenuhan kebutuhan ADL mandi pasien seperti kamar mandi di setiap kamar, air hangat dan dingin menggunakan shower atau baskom, serta waslap secara keseluruhan sudah terpenuhi hanya saja peneliti menemukan beberapa pasien tidak mendapatkan paket mandi individu seperti sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, shampoo dan handuk. Fasilitas adalah

14 Rossana., & Anita. (2013). Gambaran Peran Perawat dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasien Gangguan Jiwa dengan Defisit Perawatan

sarana yang digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk membantu kelancaran kegiatan pelayanan. Jika dalam melaksananakan perawatan dengan keterbatasan sarana dan peralatan maka sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan tersebut. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Aridah yang menyatakan yaitu ada hubungan yang bermakna antara fasilitas penunjang dengan pelaksanaan proses keperawatan di Ruang meranti, kenanga, dan Cempaka BPRS Dadi Makassar dan diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lumembang yang menyatakan dari 10 responden perawat dengan ketersediaan fasilitas yang cukup terdapat 6 responden yang perannya terlaksana, hal ini menggambarkan bahwa dengan fasilitas yang cukup tersedia dapat digunakan oleh responden dalam melakukan tindakan-tindakan keperawatan salah satunya tindakan pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien.

Kategori ADL selanjutnya adalah kategori toileting, kategori ini adalah kategori presentase terendah terpenuhi urutan kedua, walaupun sudah masuk dalam kategori cukup, diharapkan para perawat dapat memenuhi kebutuhan ADL toileting. Menurut peneliti hal ini terjadi

Diri di RSJ Pemprovsu Medan. Skripsi strata satu,


(4)

bukan karena dari faktor perawat tetapi dari faktor pasien, pasien lebih nyaman dibantu oleh keluarga yang menunggu dalam pemenuhan eliminasi, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan toileting Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping hanya sebatas penyiapan alat-alatnya seperti pispot dan menawarkan pemasangan kateter.

Kategori ADL selanjutnya adalah kategori makan dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada lampiran 6, diketahui tindakan dengan jumlah terendah dilakukan oleh perawat pada ADL makan adalah perawat belum memberikan informasi tentang posisi yang benar untuk makan di tempat tidur. Menurut peneliti hal ini disebabkan karena pengalaman kerja perawat yang masih kurang. Mayoritas perawat di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping memiliki masa bekerja selama 1-5 tahun. Pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tugas yang dibebankan kepadanya. Pendapat lain menyatakan bahwa pengalaman kerja adalah lamanya seseorang melaksanakan frekuensi dan jenis tugas sesuai dengan kemampuannya . Kurangnya pengalaman kerja perawat inilah yang menjadi faktor perawat belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan ADL pasien kategori makan.

Kategori ADL selanjutnya adalah kategori berpakaian, dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada lampiran 6, diketahui tindakan dengan jumlah terendah dilakukan oleh perawat pada ADL berpakaian adalah pemberian informasi tentang pakaian yang dianjurkan untuk dipakai pasien.

Kategori ADL selanjutnya adalah kategori berpindah, kategori ini adalah kategori ADL paling tinggi tingkat pemenuhannya oleh perawat pada penelitian ini, namun walaupun menjadi kategori tertinggi, pemenuhan ADL berpindah masih dalam kategori cukup, yang diharapkan pemenuhan seluruh ADL dalam kategori baik, terlebih pemenuhan ADL berpindah tidak hanya untuk mencukupi pemenuhan kebutuhan dasarnya saja, tetapi juga sebagai pemenuhan kebutuhan rehabilitasi pasien fraktur, seperti pendapat Lestari dalam penelitiannya yang menyatakan pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hamper semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Disamping itu dengan adanya intervensi langsung yang dilakukan perawat dalam memberikan perhatian pada mobilisasi dini menyebabkan


(5)

pasien/responden mernjadi lebih berani dan tidak merasa khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka menjadi lebih semangat melakukan latihan aktivitas dan kondisi tersebut dapat meningkatkan motivasi dan kemandirian pasien, dengan demikian pasien dapat cepat dipulangkan, lama hari rawat pasien post operasi fraktur ekstremitas bawah dapat dipersingkat, sehingga biaya perawatan dan pengobatan dapat pula diminimalkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di RS PKU Muhammadiyah Gamping, diketahui mayoritas sebanyak 37 pasien (63,7%) mengatakan pemenuhan Activity Daily Living oleh perawat pada kategori cukup, sehingga dapat disimpulkan bahwa gambaran tindakan keperawatan dalam pemenuhan ADL pasien fraktur di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah cukup.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti, yaitu :

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi rumah sakit terkait untuk meningkatkan pelayanan

perawat dalam dalam pemenuhan ADL pasien seperti melengkapi fasilitas untuk menunjang perawat dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien. 2. Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan perawat memiliki keterampilan untuk lebih memperhatikan dan memenuhi kebutuhan Activity Daily Living pasien fraktur.

3. Bagi Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan agar lebih meningkatkan mutu pembelajaran dan pelatihan untuk keterampilan dalam memenuhi kebutuhan Activity Daily Living pada pasien fraktur.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi refrensi data mengenai peran perawat dalam memenuhi kebutuhan Activity Daily Living dan sebaiknya waktu penelitian diperpanjang serta jumlah responden ditambah, agar hasilnya lebih baik lagi dan diharapkan dapat meneliti tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan ADL pada pasien yang memiliki gangguan kesehatan lainnya.


(6)