GAMBARAN UTILIZATION RATE PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PUSKESMAS DANUREJAN II, PUSKESMAS GEDONG TENGEN, PUSKESMAS UMBUL HARJO I KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014
DI PUSKESMAS DANUREJAN II, PUSKESMAS GEDONG TENGEN, PUSKESMAS UMBUL HARJO I
KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi Pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
AMIJUVIKA RUSGIHARTI 20120340024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
DI PUSKESMAS DANUREJAN II, PUSKESMAS GEDONG TENGEN, PUSKESMAS UMBUL HARJO I
KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi Pada Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh :
AMIJUVIKA RUSGIHARTI 20120340024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
iii
Nama : Amijuvika Rusgiharti
NIM : 20120340024
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 25 April 2016
Yang membuat pernyataan,
(4)
iv tersebut.”
(Amijuvika Rusgiharti)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.”
(Thomas Alva Edison)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesa (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap.”
(5)
v
Alhamdulilah, berkat rahmat Alloh SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, dan kelancaran
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu
terlimpahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kucintai dan kusayangi.
Ibuku ( Titien Sugihartini) dan Bapakku (Drs.Ruswanto), serta Adikku ( Bernahda
Primadalia) terimakasih engkau telah memberikanku dukungan, dan nasihat, dan
doa yang tiada henti.
Terima kasih kepada Indra Rio Saputro yang telah memberikanku banyak
motivasi dan perhatian hingga karya tulis ini selesai. Semoga ini adalah awal yang
(6)
vi
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya saya bisa mengerjakan dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul: “GAMBARAN UTILIZATION RATE PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DANUREJAN II, PUSKESMAS GEDONG TENGEN, DAN PUSKESMAS UMBUL HARJO I KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014”.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. H.Andi Pramono,Sp.An.,M. Kes, selaku DekanFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros, selaku Kaprodi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. drg. Iwan Dewanto,MMR, selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan waktu, pengetahuan, bimbingan, saran, dan dorongan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. drg. Sri Utami, MPH, selaku dosen penguji Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
5. Ibu, Bapak, Prima, dan Mas Rio yang telah memberikan semangat dan doa yang tiada henti.
6. Sovia Raras Ati yang telah menjadi partner saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Witri Setiastuti, teman seperjuangan dalam penelitian di puskesmas Kota Yogyakarta.
8. Hafida dan Ulya Nelawati yang telah meluangkan waktu membantu mengambil data penelitian.
(7)
vii semoga kita sukses bersama amin.
10.Terimakasih untuk Keluarga cemara, Kiiki Layli, Bebi Novi, dan Novika yang selalu memberikan masukan dan menemani dalam mengerjakan KTI. 11.Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun material
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapat balasan dari Alloh SWT.
Tak ada gading yang tak retak, tidak ada yang sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi perbaikan karya tulis ini dan karya-karya tulis berikutnya dimasa mendatang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan Kedokteran Gigi dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr Wb
Yogyakarta, 25 April 2016 Penulis
(8)
viii
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
INTISARI ... xii
ABSTRACT ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Keaslian Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Utilization Review ... 9
2. Utilization Rate ... 10
3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 12
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 16
5. Puskesmas Kota Yogyakarta ... 18
6. Jaminan Kesehatan Nasional... 20
7. Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS)... 22
B. Landasan Teori ... 23
C. Kerangka Konsep ... 26
D. Pertanyaan Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 29
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
E. Variabel Penelitian ... 29
F. Definisi Operasional... 30
G. Instrumen Penelitian... 30
H. Alur Penelitian ... 32
I. Jalannya Penelitian ... 32
J. Analisa Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 34
(9)
(10)
x
sesuai dengan ICD-10 dan ICD-9CM ... 13
Tabel 2. Jumlah Kepesertaan BPJS Kesehatan Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2014 ... 19
Tabel 3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 28
Tabel 4. Dummy Table Penelitian ... 30
Tabel 5. Kode Diagnosa Penyakit Gigi dan Mulut menurut ICD- 10 ... 31
Tabel 6. Kode Jenis Tindakan Perawatan berdasarkan Kalibrasi Peneliti ... 31
Tabel 7. Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014 ... 35
Tabel 8. Distribusi Diagnosa Penyakit di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014 ... 36
Tabel 9. Distribusi Tindakan Perawatan di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014 ... 37
Tabel 10. Nilai Utilization Rate Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014 ... 38
Tabel 11. Utilization Rate berdasarkan Jumlah Kunjungan Pasien BPJS Kesehatan di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I tahun 2014 ... 39
Tabel 12. Rata-Rata Utilization Rate berdasarkan Diagnosa Penyakit Pasien BPJS di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014 ... 40
Tabel 13. Rata-Rata Utilization Rate Berdasarkan Tindakan Perawatan Pasien BPJS Di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, Dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014... 41
Tabel 14. Kesesuaian Tindakan Perawatan di Puskesmas Danurjan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dengan Tindakan Perawatan pada ICD-9 CM ... 42
(11)
xi
(12)
(13)
xii
kesehatan. Utilization Rate yang ideal adalah 2-3%. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Kota Yogyakarta
Metode : Jenis penelitian adalah observasional deskriptif dengan desain cross-sectional, jenis data yang digunakan adalah kuantitatif dengan skala pengukuran rasio. Penelitian dilakukan di 3 puskesmas Kota Yogyakarta yang sudah bekerja sama dengan BPJS kesehatan, mempunyai poli gigi dan dokter gigi,serta mempunyai jumlah peserta BPJS kesehatan yang berbeda (<10.000, 10.000, dan >10.000). Instrumen penelitian adalah buku rekap harian rekam medis pasien BPJS Kesehatan tahun 2014 di poli gigi Puskesmas, dimasukkan ke dummy table, kemudian menghitung utilization rate, data dianalisa dan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi.
Hasil : Gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era jaminan kesehatan nasional (JKN) di puskesmas Danurejan II adalah 1,14%, Puskesmas Gedong Tengen adalah 0,94%, dan Puskesmas Umbul Harjo I adalah 0,55%. Terdapat ketidaksesuaian tindakan perawatan pada poli gigi Puskesmas Danurejan I, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I tahun 2014 untuk diagnosa K02, K03, K04, K05, dan K07 dengan standar perawatan menurut Kepmenkes Nomor 62/2014.
Kesimpulan : Gambaran Utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Kota Yogyakarta tergolong rendah dengan presentasi 0,88% dan masih terdapat ketidaksesuaian antara diagnosa penyakit dan tindakan perawatan.
(14)
xiii
utilization rate is 2-3%. The purpose of this research is to find out the overview of
oral health service’s utilization rate in the National Health Insurance era at Danurejan II, Gedong Tengen, and Umbul Harjo I public health services in Yogyakarta.
Method : The method of this research was a descriptive observational with cross-sectional design. This research also used quantitative with ratio data measurement. This research was done in 3 public health services in Yogyakarta that already collaborate with BPJS, had a dental clinic and dentist that had a different number of BPJS participants (<10.000, 10.000, dan >10.000). The instruments used in this research were medical records of BPJS patients’ daily
recapitulation books. The steps were including the 2014 health to the dummy table, measure the utilization rate, analyzing data and present the data using frequency distribution table.
Result : The overview of oral health service’s utilization rate in the National Health Insurance era at Danurejan II public health service was 1,14%; Gedong Tengen public health service was 0,94%; Umbul Harjo I public health service was 0,55%. There were incompatibility of health service in dental clinic of
Danurejan II, Gedong Tengen, and Umbul Harjo I in 2014 for K02, K03, K04, K05, and K07 diagnoses according to Kepmenkes Nomor 62/2014.
Conclusion : The utilization rate of oral health service overview National Health Insurance era at Danurejan II, Gedong Tengen, and Umbul Harjo I public health services in Yogyakarta were in a low level (0,88%) and there were incompatibilities between diagnose and the treatments.
(15)
1 A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator dalam tingkat kesejahteraan
seseorang dan taraf hidup masyarakat pada umumnya. Kesadaran masyarakat
akan perilaku kesehatan di Indonesia masih cenderung belum cukup baik,
terutama pada kesehatan gigi dan mulut. Masyarakat cenderung melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ketika mengalami suatu keluhan. Rata– rata masyarakat yang berkunjung ke dokter gigi dalam kondisi memerlukan
perawatan yang kompleks dengan resiko biaya yang lebih mahal, hal ini
menunjukkan bahwa effective demand untuk pengobatan gigi di Indonesia masih rendah Pemerintah melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) mulai tanggal 1 Januari 2014, hal ini menjadi suatu bukti yang kuat
bahwa pemerintah memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. (Dewanto dan Lestari, 2014).
Allah telah berfirman dalam Al-Quran agar manusia senantiasa berusaha
mendapatkan kebaikan dalam hal dunia dan akhirat, menjaga kesehatan
merupakan salah satu unsur kebaikan yang harus dicapai manusia di dunia. “ Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama – lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba) , sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat didalamnya. Didalam masjid itu ada orang – orang tang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Alloh menyukai orang – orang yang bersih”. (QS. At- Taubah : 108).
(16)
Al–Quran surat At–Taubah telah berfirman, menyuruh manusia agar senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan tidak terkecuali kebersihan dan
kesehatan gigi.
: _ _ .
Abu Hurairah r.a. berkata: “ Rasulullah saw. Bersabda: Andaikan aku
tidak memberatkan pada umatku (atau pada orang-orang) pasti aku perintahkan (wajibkan) atas mereka bersiwak (gosok gigi) tiap akan sembahyang.”(HR. Bukhari Musllim).
Hadist di atas juga menjelaskan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut karena sisa makanan yang tertinggal di dalam mulut lama kelamaan akan membusuk dan jika dibiarkan akan membuat gigi rusak.
Pusat kesehatan masyarakat atau biasa disebut puskesmas adalah salah
satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peran
penting dalam sistem kesehatan nasional. Puskesmas mempunyai tugas untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif
(Permenkes Nomor 75, 2014). Pelayanan kesehatan terdiri dari tiga jenis yaitu
pelayanan primer, pelayanan sekunder dan pelayanan tersier. Pelayanan
kedokteran gigi masuk dalam pelayanan primer dan sekunder, sesuai dengan
ketetapan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) (Dewanto dan Lestari,
(17)
Pelayanan primer kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilayani di
fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan menggunakan JKN antara lain
administrasi pelayanan, meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penyedia dan pemberi surat rujukan lanjutan untuk penyakit yang
tidak dapat ditangani di fasilitas tingkat pertama, pemeriksaan, pengobatan,
konsultasi medis, premedikasi, kegawatdaruratan oro-dental, pencabutan gigi
sulung (topikal, infiltrasi), pencabutan gigi permanen tanpa penyulit, tumpatan
komposit atau GIC, skeling gigi 1 kali setahun (BPJS, 2014).
Program JKN menggunakan tarif kapitasi dalam sistem pembayarannya.
Sistem kapitasi adalah pembayaran dimuka yang diberikan kepada pemberi
layanan kesehatan berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar dan dibayarkan
oleh Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan yang dibayarkan setiap bulan.
Sistem ini bertujuan agar nantinya Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
memberikan pelayanan yang berkualitas dan efektif sehingga biaya pelayanan
kesehatan menjadi sedikit, serta memberikan pelayanan promotif preventif
untuk mencegah terjadinya insidensi kesakitan sehingga utilisasi ke PPK
menjadi rendah (Permenkes Nomor 69, 2013).
Terhitung sudah lebih dari satu tahun pemerintah menyelenggarakan
sistem JKN, namun dalam pelaksanaanya masih ada beberapa persoalan
khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Masalah tersebut antara lain :
pemberian obat yang belum maksimal, minimnya sarana kesehatan, rendahnya
(18)
yang diterima peserta (Suranto, 2015). Dewanto dan Lestari (2014)
menyatakan bahwa selain mempunyai reaksi positif, dalam pelaksanaan sistem
JKN juga mempunyai reaksi negatif yaitu PPK akan dengan mudah merujuk
pasiennya ke spesialis, mempercepat waktu pelayanan sehingga waktu untuk
melayani pasien non BPJS kesehatan akan tersedia lebih banyak, pada
akhirnya PPK akan memberikan pelayanan yang kurang berkualitas (under utilitasi) yang bertujuan agar kunjungan pasien kapitasi tidak banyak. Hal ini bisa diartikan bahwa PPK lebih mementingkan pasien non BPJS kesehatan
yang akan membayar lebih banyak daripada pasien kapitasi. Reaksi negatif
tersebut nantinya bisa menjadi masalah baru dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional.
Estimasi jumlah peserta untuk BPJS yaitu 10.000 dengan utilisasi
sebesar 2% karena perkiraan ini sudah menghitung risiko dan pembiayaan
yang seimbang pada pelayanan kedokteran gigi di Indonsia. Banyaknya
peserta di bawah angka estimasi maka akan mengakibatkan dokter gigi
mengalami kerugian (Dewanto dan Lestari, 2014). Menurut hasil studi di
lapangan, Kota Yogyakarta mempunyai 18 puskemas yang jumlah peserta
BPJS tiap puskesmasnya berbeda-beda, ada yang sangat sedikit, ideal, dan
ada yang melebihi 10.000 peserta.
Utilization review adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai bagaimana suatu pelayanan kesehatan berjalan, dengan cara mengumpulkan
data dari semua pelayanan kesehatan (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat,
(19)
medis yang tidak diperlukan, memantau dan mengendalikan utilisasi
pelayanan kesehatan oleh peserta dan penyedia layanan kesehatan (Ilyas,
2014). Dewanto dan Lestari (2014), menyatakan bahwa utilization rate (tingkat utilisasi) merupakan probabilitas terjadinya suatu jenis pelayanan
kesehatan, jumlah utilisasi dibanding populasi, sedangkan rasio utilisasi per
bulan adalah jumlah kunjungan pasien dalam satu bulan dibagi dengan jumlah
total peserta dikalikan 100%. Menurut data dari Dinkes Kota Yogyakarta ,
pada tahun 2014 penyakit gigi dan mulut terbesar di puskesmas Kota
Yogyakarta antara lain : penyakit rongga mulut, karies gigi, penyakit pulpa
dan jaringan periapikal, gingivitis dan penyakit periodontal, gangguan gigi
dan jaringan penyangga lainnya, penyakit kelenjar ludah, rahang dan lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti tentang utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Danurejan II, puskesmas Gedong Tengen, dan puskesmas Umbul
Harjo I di Kota Yogyakarta, ketiga puskesmas ini mempunyai jumlah peserta
BPJS kesehatan yang sangat berbeda. Data yang diambil adalah mengenai
jumlah kunjungan, jenis penyakit dan tindakan yang dilakukan dokter gigi di
puskesmas tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut : bagaimanakah gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Danurejan II,
(20)
Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I di Kota
Yogyakarta ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Mengetahui gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasioal Puskesmas Danurejan II, Puskesmas
Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I di Kota Yogyakarta.
2. Tujuan khusus :
Mengetahui gambaran kesesuaian diagnosa penyakit dan tindakan
perawatan di poli gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong
Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I di Kota Yogyakarta dengan
ICD-10 dan ICD-9 CM.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini digunakan untuk :
1. Bagi Dinas Kesehatan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
memberikan informasi untuk upaya memperbaiki sistem layanan JKN di
Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas
Umbul Harjo I di Kota Yogyakarta.
2. Bagi peneliti, menambah ilmu dan wawasan mengenai Jaminan Kesehatan
Nasional bidang kedokteran gigi.
3. Bagi akademis, dapat menjadi acuan untuk penelitian berikutnya mengenai
(21)
E. Keaslian Penelitian
Peneliti menemukan penelitian lain yang sejenis yang menilai tentang
pelaksanaan program jaminan kesehatan. Penelitian tersebut yaitu :
1. Kesiapan Stakeholder dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Kota Tual (Latar dkk., 2014). Penelitian tersebut adalah
penelitian kualitatif yang dilakukan di Kota Tual dimulai dari bulan
Desember 2013 sampai dengan Januari 2014. Populasi dalam penelitian ini
adalah stakeholder atau pihak pemangku kepentingan dan masyarakat dalam program JKN di Kota Tual. Persamaan pernelitian tersebut dengan
penelitian peneliti adalah sama-sama menelii tentang program jaminan
kesehatan. Berbeda dengan penelitian peneliti yang mengambil subyek
penelitian tentang utilzation rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era jaminan kesehatan di Nasioal puskesmas Danurejan II, puskesmas Gedong
Tengen, dan puskesmas Umbul Harjo I menggunakan jenis penelitian
observasional deskriptif yang dilakukan di Puskesmas tersebut dengan menggunakan sumber dari rekam medis dan rekap harian.
2. Rukmana (2013), Implementasi program jaminan kesehatan gratis daerah
Puskesmas Sumbang kecamatan Curio Enrekang. Penelitian tersebut
adalah penelitian kualitatif yang dilakukan di Puskesmas Sumbang
kecamatan Curio kabupaten Enrekang, informan dalam penelitian tersebut
adalah aparatur dan tokoh masyarakat yang menangani langsung penelitian
tersebut. Sumber data berasal dari laporan, dokumen, buku teks yang pada
(22)
utilization rate pelayanan kesehatan era JKN di bidang kedokteran gigi di puskesmas Danurejan II, puskesmas Gedong Tengen, dan puskesmas
Umbul Harjo I, sumber data diperoleh dari rekam medis pasien di
puskesmas tersebut.
3. Evaluasi pelaksanaan utilization review badan pengelola jaminan kesehatan sosial provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Yuniarti dan
Mukti, 2011). Penelitian tersebut adalah penelitian survei dengan
rancangan before after menggunakan data sekunder berkas klaim. Variable dalam penelitian adalah rerata pemeriksaan penunjang, presentase
ketidaksesuaian pemeriksaan penunjang, presentase obat bukan generic, rerata biaya operasional, dan rerata total biaya. Analisis data secaa
deskriptif untuk mendapatkan gambaran rerata biaya dan uji t-test untuk mengetahui perbedaan kinerja PPK sebelum dan sesudah UR. Berbeda
dengan penelitian peneliti yang meneliti tentang utilization rate pelayanan kesehatan era JKN di bidang kedokteran gigi di Nasioal puskesmas
Danurejan II, puskesmas Gedong Tengen, dan puskesmas Umbul Harjo I,
sumber data diperoleh dari rekam medis pasien di Puskesmas Kota
(23)
9 A. Tinjauan Pustaka
1. Utilization Review
Utilization review merupakan suatu metode untuk menjamin mutu pelayanan terkait penghematan biaya. Manfaat dari utilization review
adalah mengevaluasi ketepatan penggunaan pelayanan kesehatan agar
menghilangkan dan mengurangi hal-hal yang tidak perlu serta resiko
potensial pasien (Aden, 2013). Utilization review ini meliputi kegiatan
prospective, concurrent, dan restrospective (Mukti dan Yuniarti, 2011). Kegiatan prospective adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kebutuhan pelayanan kesehatan sebelum dimulainya kegiatan
pelayanan kesehatan, misalnya adanya surat jaminan dari badan
penyelenggara yang menyatakan bahwa peserta dapat dirawat sesuai
dengan paket pelayanan yang telah disetujui. Kegiatan concurrent adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi pemanfaatan pada saat
kegiatan pelayanan kesehatan sedang berlangsung. Kegiatan retrospective
adalah utilization review yang dilakukan setelah pelayanan kesehtan diberikan kepada pasien, biasanya dilakukan dengan claim review kajian apakah klaim sesuai review (kajian terhadap pola pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pola pembiayaan pada masing–masing unit PPK) (Aden, 2013). Menurut Ilyas ( 2014), utilization review sebagai sistem pengendali dimaksudkan agar pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan
(24)
kebutuhan pasien, sehingga tidak akan ada kecurangan dari pihak PPK
dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berlebihan (over utilization), mengurangi pelayanan kesehatan yang diberikan (under utilization), atau bahkan memberikan pelayanan yang tidak semestinya ( in-appropriate).
2. Utilization Rate
Utilization rate adalah tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan dilihat dari jumlah kunjungan dibanding populasi. Rasio utilisasi per
bulan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Angka utilisasi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain karakteristik populasi, sifat sistem pelayanan, manfaat yang
ditawarkan, dan kebijakan asuransi. Menurut Walia,dkk. (2014), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke penyedia
layanan kesehatan antara lain karakter demografi, faktor kebutuhan, pola
penyakit, dan pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan.
Menurut Dewanto dan Lestari (2014) perhitungan perkiraan angka
kunjungan berdasarkan utilisasi yang ditetapkan dan perkiraaan jumlah
peserta yang dapat di layani dokter gigi adalah 10.000, maka perkiraan
(25)
Sumber : Panduan Pelaksanaan Pelayanan Kedokteran Gigi dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional
Gambar 1. Estimasi jumlah kunjungan perbulan berdasarkan utilisasi
Perkiraan utilization rate dengan jumlah peserta 10.000 adalah sebesar 2% karena bila jumlah peserta dibawah 10.000 dengan utilization rate diatas 2% maka akan mengakibatkan dokter gigi mengalami kerugian karena biaya yang akan dikeluarkan oleh dokter gigi akan lebih banyak,
dan apabila jumlah peserta melebihi 10.000 maka dikhawatirkan mutu dari
pelayanan akan berkurang.
Utilisasi pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen
dan provider. Konsumen tersebut yaitu meliputi masyarakat, keluarga, atau individu-individu sebagai sasaran dari pelayanan kesehatan, sedangkan
provider merupakan tenaga kesehatan yang melayani masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Hasil dari interaksi ini adalah adanya
(26)
kebutuhan. Data utilisasi sangat dibutuhkan untuk menentukan besaran
kapitasi (Dewanto dan Lestari, 2014).
3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi primer adalah suatu pelayanan kesehatan
dasar paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan
untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut setiap individu dalam
keluarga binaannya. Pemberi pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang ada
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah dokter gigi di puskesmas,
dokter gigi di klinik dan dokter gigi praktik mandiri atau perorangan,
sedangkan pada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah dokter
gigi spesialis dan atau dokter gigi subspesialis (BPJS Kesehatan, 2014).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari integral
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Sebanyak 87% warga Indonesia
pernah mengeluhkan sakit gigi tetapi mereka tidak berobat, dan 69,3 %
mengobati dirinya sendiri. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia
adalah melalui pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dilaksanakan
secara efisien, efektif, dan berkualitas. Salah satu cara untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan cara pendekatan pelayanan kedokteran gigi
keluarga (KMK Nomor 1415, 2005).
Pelayanan kedokteran gigi keluarga adalah suatu pelayanan
kesehatan dasar perorangan paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan
(27)
Pelayanan kedokteran ini bersifat paripurna yaitu bersifat promotif,
preventif kuratif, dan rehabilitatif serta berkesinambungan. Sesuai dengan
KMK Nomor 62 HK.02.02 (2015), seorang dokter gigi diharapkan mampu
memberikan pelayanan untuk semua jenis layanan kesehatan gigi dan
mulut sesuai dengan kompetensinya, namun belum semua penyakit gigi
dan mulut yang menjadi kompetensi dokter gigi dapat menjadi paket
manfaat dalam JKN karena adanya keterbatasan. Jenis penyakit gigi dan
mulut telah diberikan kode tersendiri dengan menggunakan kode
international classification of disease 10 ( ICD-10 ), misalnya untuk karies dentin diberikan kode K02, penyakit pulpa dan jaringan periapikal
dengan kode K04, gingivitis dan penyakit periodontal dengan kode K05
dan lain sebagainya, sedangkan tindakan perawatan yang dilakukan dokter
gigi harus sesuai dengan ICD-9CM, berikut adalah tabel kesesuaian
diagnosa penyakit dengan tindakan perawatannya :
Tabel 1. Kesesuaian Diagnosa Penyakit dengan Tindakan Perawatan sesuai dengan ICD-10 dan ICD-9CM
Kode Penyakit Tindakan Perawatan ICD-9 CM
K00 1. Dental examination
2. Pencabutan gigi permanen 3. pencabutan gigi decidui 4. Pencabutan sisa akar
K01 1. Dental examination
2. Xray
3. Pencabutan gigi
K02 1. Dental examination
2. Tumpat 3. PSA 4. DHE 5. Devitalisasi 6. Pulpektomi
(28)
Lanjutan tabel 1
K03 1. Dental examination
2. Tumpat 3. Inlay 4. DHE 5. TAF 6. Scalling
K04 1. Tumpat
2. PSA
3. Devitalisasi 4. Xray
5. Pencabutan gigi 6. Incisi
7. Premedikasi
K05 1. Dental examination
2. Scalling 3. Incisi 4. Debridemen 5. Plaque removal
K06 −
K07 1. Xray
2. Perawatan Orthodontic
K08 1. Pencabutan gigi
2. Pencabutan sisa akar 3. Denture
K09 −
K10 −
K11 −
K12 1. Dental examination
K13 −
K14 −
Sumber : KMK Nomor 62 HK.02.02, 2015
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilayani dengan
menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan surat edaran
BPJS Kesehatan nomor 011 (2014) adalah administrasi pelayanan,
meliputi biaya administrasi pendaftaran peserta untuk berobat, penyedia
dan pemberi surat rujukan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat
(29)
medis; premediaksi; kegawatdaruratan oro-dental; pencabutan gigi sulung
(topikal, infiltrasi); pencabutan gigi permanen tanpa penyulit; tumpatan
komposit atau GIC.
Pelayanan kedokteran gigi yang tidak dapat dilayani menggunakan
Jaminan Kesehatan Nasional antara lain pelayanan kesehatan yang
dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku; pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan
yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan
darurat; pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri; pelayanan
kesehatan untuk tujuan estetik; pelayanan meratakan gigi (orthodonsi);
biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan
kesehatan yang diberikan BPJS (Kementerian Kesehatan,2014)
Prinsip dari pelayanan kedokteran gigi primer antara lain :
a. Kontak pertama
Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali
ditemui pasien dalam masalah kesehatan gigi dan mulut.
b. Layanan bersifat pribadi (personal care).
Adanya hubungan yang baik dengan pasien dan seluruh
keluarganya akan memberi peluang dokter gigi untuk memahami
masalah pasien secara lebih luas.
c. Pelayanan paripurna (comprehensive)
Dokter gigi memberikan pelayanan menyeluruh dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
(30)
pemulihan (rehabilitative) , dengan demikian pelayanan kesehatan gigi akan berorientasi pada paradigm sehat.
d. Paradigma sehat
Dokter gigi mampu mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri.
e. Pelayanan berkesinambungan (continous care)
Prinsip ini yang melandasi hubungan jangka panjang antara
Dokter gigi dan pasien dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
yang berkesinambungan dalam bebereapa tahap kehidupan pasien.
f. Koordinasi dan kolaborasi
Dokter gigi di fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis dan
memberikan informasi yang sejelas–jelasnya kepada pasien, untuk mengatasi masalah pasiennya.
g. Family and community oriented
Dokter gigi di fasilitas kesehatan tingkat pertama
mempertimbangkan kondisi pasien terhadap keluarga tanpa
mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya setempat.
(Kementerian Kesehatan,2014).
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan atau masyarakat (Permenkes Nomor 75, 2014). Berdasarkan Permenkes
(31)
Nomor 6 (2013), untuk menyelenggarakan suatu upaya pelayanan
kesehatan diperlukan suatu fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan terdiri dari :
a. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, merupakan tempat
diselenggarakannya upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayan kesehatan
ini hanya memberikan pelayanan kesehatan dasar saja, fasilitas ini
meliputi puskesmas, rumah sakit kelas D pratama, klinik pratama,
praktik dokter, dan praktik dokter gigi (Permenkes Nomor.71 , 2013),
b. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat kedua, merupakan fasilitas
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan
kesehatan spesialistik,
c. Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat ketiga, merupakan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan dasar,
spesialistik, dan sub-spesialistik.
d. Jumlah dari fasilitas pelayanan kesehatan di setiap daerah berbeda– beda jumlah dan jenisnya tergantung kebijakan dari pemerintah daerah
tersebut. Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan tiap daerah ditentukan
berdasarkan luas wilayah, kebutuhan kesehatan, jumlah persebaran
penduduk, pola penyakit, pemanfaatan, fungsi sosial, dan kemampuan
dalam memanfaatkan teknologinya (UU Nomor 36, 2009).
(32)
bekerja sama dengan BPJS kesehatan adalah fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Fasilitas
kesehatan tingkat pertama tersebut terdiri dari puskesmas atau yang
setara; praktik dokter; praktik dokter gigi; klinik pratama atau yang
setara; Rmah Sakit kelas D pratama atau yang setara; sedangkan
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah klinik utama atau
yang setara; Rumah Sakit Umum; Rumah Sakit Khusus.
5. Puskesmas Kota Yogyakarta
Puskemas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, yang lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Setiap kecamatan harus mempunyai
setidaknya satu puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama tetapi dalam keadaan tertentu dalam satu kecamatan boleh
memiliki lebih dari satu puskesmas. Pertimbangan mendirikan lebih dari
satu puskesmas di suatu kecamatan antara lain pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan, jumlah penduduk dan aksesibilitas (Permenkes
nomor 75, 2014).
Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat
pertama, menerapkan dua tipe tarif yang meliputi tarif kapitasi dan tarif
non kapitasi. Besarnya tarif kapitasi ini ditentukan berdasarkan seleksi dan
(33)
Kabupaten atau Kota, sedangkan tarif non kapitasi diberlakukan bila
pelayanan yang diberikan oleh puskesmas diluar dari lingkup pembayaran
kapitasi (Permenkes Nomor 59, 2014).
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah 32, 5 km2 , terdiri dari 14
kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan 2532 RT (Profil Kota Yogyakarta,
2012). Kota Yogyakarta mempunyai 18 puskesmas yang semuanya belum
terakreditasi namun sudah bekerja sama dengan BPJS kesehatan (Dinkes,
2014). Jumlah peserta dari tiap puskesmas tersebut berbeda-beda yang
dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu puskesmas :
Tabel 2. Jumlah Kepesertaan BPJS Kesehatan Puskesmas Kota Yogyakarta Tahun 2014
Puskesmas
Jumlah Kepesertaan BPJS Kesehatan Akhir Tahun 2014 Jumlah Kepesertaan Rendah (<10.000)
Gondokusuman II 4.204
Danurejan I 7.197
Danurejan II 3.136
Pakualaman 4.529
Gondomanan 7.544
Kota Gede II 5.339
Jumlah Kepesertaan Rendah (<10.000)
Umbul Harjo II 8.157
Kraton 8.850
Ngampilan 7.551
Jumlah kepesertaan mendekati ideal (10.000)
Kota Gede I 10.891
Gedong Tengen 10.176
Gondokusuman I 11.034
Jumlah Kepesertaan Tinggi (>10.000)
Jetis 13.715
Mergangsan 14.608
Wirobrajan 14.977
Tegal Rejo 18.931
Umbul Harjo I 18.937
Mantrijeron 17.904
(34)
Puskesmas dengan jumlah peserta BPJS kesehatan paling sedikit
adalah Puskesmas Danurejan II, puskesmas dengan jumlah peserta yang
ideal adalah Puskesmas Gedong Tengen, dan puskesmas dengan jumlah
peserta terbanyak adalah Puskesmas Umbul Harjo I.
6. Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
yang mempunyai tujuan agar pesertanya memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayarkan pemerintah (Permenkes Nomor 71, 2013).
Program JKN ini diselenggarakan oleh pemerintah melalui mekanisme
asuransi sosial, program ini merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Unsur–unsur penting yang harus ada dalam penyelenggaraan JKN antara lain regulator, peserta, pemberi pelayanan
kesehatan, dan badan penyelenggara (Permenkes Nomor 28, 2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 (2013)
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dijamin oleh JKN adalah:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan
non spesialistik yang terdiri dari administrasi pelayanan; pelayanan
promotif dan preventif; pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis; tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non
operatif; pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; transfusi darah
(35)
laboratorium tingkat pratama;Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai
dengan indikasi medis.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut mencakup administrasi
pelayanan; pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan subspesialis; tindakan medis spesialistik baik
bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi medis; pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai; pelayanan penunjang diagnostik
lanjutan sesuai dengan indikasi medis; rehabilitasi medis; pelayanan
darah; pelayanan kedokteran forensik klinik; pelayanan jenazah pada
pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan; perawatan inap non
intensif dan; perawatan inap di ruang intensif.
Jaminan Kesehatan Nasional menggunakan sistem kapitasi dalam
sistem pembiayaan pelayanan primer, sedangkan untuk pelayanan
sekunder dan tersier menggunakan system Diagnosis Related Group
(DRG). Sistem kapitasi adalah pembayaran di muka yang diberikan
kepada pemberi pelayanan kesehatan berdasarkan jumlah peserta yang
terdaftar dan dibayarkan oleh BPJS Kesehatan tanpa memperhitungkan
jenis dan jumlah pelayanan yang dibayarkan setiap bulannya (Permenkes
Nomor 69, 2013), sedangkan sistem DRG besarnya tarif ditentukan
berdasarkan kelompok diagnosa yang kita kenal dengan istilah INA
CBG’s atau Indonesia Case Based Group (Dewanto dan Lestari, 2013).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan melakukan
pembayaran ke fasilitas kesehatan tingkat pertama melalui sistem kapitasi
(36)
diberikan langsung kepada dokter gigi berdasarkan jumlah peserta yang
terdaftar, sedangkan untuk dokter gigi yang praktik di klinik atau
puskesmas pembayaran tidak diberikan langsung kepada dokter gigi
melainkan kepada klinik atau puskemas sebagai fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Pemerintah telah menetapkan besarnya kapitasi untuk puskesmas
yang mempunyai poli gigi dan dokter gigi adalah sebesar Rp. 6000,- per
peserta/bulan. Pembagian dana kapitasi mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 32 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa jasa pelayanan
kesehatan di Fasilitas kesehatan tingkat pertama ditetapkan sekurang
kurangnya 60% dari penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya
dimanfaatkan untuk biaya operasional pelayanan kesehatan.
7. Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial merupakan suatu badan hukum
yang dibentuk oleh pemerintah yang bertujuan untuk menyelenggarakan
program jaminan sosial (UU Nomor 24, 2011). Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini bertugas
menyelenggarakan program JKN, yang implementasinya telah dimulai
sejak tanggal 1 Januari 2014 (Permenkes Nomor 28, 2014). Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dibentuk dengan tujuan mewujudkan
terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup
yang layak bagi setiap peserta dan anggota keluarganya (UU Nomor
(37)
Kepesertaan BPJS menurut Perpres Nomor 12 (2013) dibagi menjadi
dua kelompok yaitu Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Peserta
Bukan Penerima Bantuan Iuran. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan mengembangkan sistem kendali mutu dan kendali biaya
pelayanan kesehatan untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan medik peserta. Kendali mutu
dan kendali biaya pada tingkat fasilitas kesehatan dilakukan oleh fasilitas
kesehatan dan BPJS Kesehatan. Penyelenggaraan kendali mutu dan
kendali biaya oleh BPJS Kesehatan dilakukan melalui pemenuhan standar
mutu fasilitas kesehatan, pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan,
dan pemantauan terhadap luaran kesehatan peserta (permenkes nomor 71,
2013).
B. Landasan Teori
Jaminan Kesehatan Nasional adalah salah satu bagian dari program
jaminan sosial yang bergerak di bidang kesehatan, diselenggarakan oleh
pemerintah dengan tujuan memberikan perlindungan kesehatan bagi setiap
pesertanya melalui mekanisme asuransi yang iurannya dibayarkan oleh peserta
maupun pemerintah. Program ini resmi dilaksanakan mulai tanggal 1 Januari
2014. Pemerintah juga membentuk suatu badan yang bertugas
menyelenggarakan jaminan kesehatan tersebut, yaitu BPJS Kesehatan.
Pelayananan kesehatan yang dijamin oleh BPJS adalah pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut. Sistem JKN,
(38)
dapat dilayanani di fasilitas kesehatan tingkat pertama terutama di puskesmas.
Layanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat dilayani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama antara lain administrasi kesehatan, pemeriksaan, pengobatan,
konsultasi, premedikasi, kegawatdaruratan oro-dental, pencabutan gigi sulung,
pencabutan gigi permanen tanpa penyulit, tumpatan GIC ataukomposit, dan
skeling gigi 1 kali setahun.
Berbeda dengan era sebelumnya, pada era jaminan kesehatan, sistem
pembayaran berubah dari fee for service menjadi sistem kapitasi. Pemberi Pelayanan Kesehatan akan mendapatkan uang muka dari BPJS setiap awal
bulan sesuai dengan jumlah peserta yang terdaftar. Sistem ini bertujuan agar
nantinya PPK memberikan pelayanan yang berkualitas dan efektif sehingga
biaya yang akan dikeluarkan menjadi sedikit.
Sistem JKN mempunyai reaksi negatif dari PPK seperti mempercepat
waktu pelayanan bagi pasien BPJS sehingga kemungkinan pelayanan yang
diberikan kurang berkualitas (under utilisasi) PPK akan dengan mudah merujuk pasien ke spesialis, PPK lebih mementingkan pasien yang dari non
BPJS yang dirasa akan memberikan bayaran lebih banyak. Perkiraan jumlah
peserta sebanyak 10.000 akan menghasilkan tingkat utilisasi sebesar 2%
karena perhitungan ini sudah memperkirakan resiko dan pembiayaan yang
seimbang untuk pelayanan dokter gigi di Indonesia, karena jika angka peserta
dibawah prakiraan maka bisa jadi dokter gigi akan mengalami kerugian.
Utilization review dilakukan untuk mengevaluasi ketepatan penggunaan pelayanan kesehatan agar menghilangkan dan mengurangi hal-hal yang tidak
(39)
perlu serta resiko potensial pasien. Salah satu data yang penting dalam utilisasi
adalah data dari utilization rate atau data tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Utilization rate adalah data yang berfungsi untuk mengetahui tingkat pemanfaatan suatu pelayanan kesehatan yang dapat dihitung dengan
membandingkan jumlah kunjungan pasien BPJS perbulan dengan jumlah total
peserta BPJS dikalikan 100%. Estimasi angka utilization rate yang ideal adalah 2-3% untuk 10.000 peserta, angka ini sudah memperhitungkan resiko
(40)
C. Kerangka Konsep
Keterangan :
--- = tidak diteliti
= diteliti
Gambar 2. Kerangka konsep JKN
BPJS
Faktor yang berpengaruh 1. Karakteristik
populasi
2. Sistem pelayanan
3. Manfaat yang
ditawarkan Jenis penyakit
tindakan
Kunjungan per tahun Peserta
Puskesmas
Utilization rate/ tingkat pemanfaatan
PBI Non PBI
Provider
Faktor – faktor : 1. Ability 2. Accessibility 3. Availability 4. Willingness 5. Acceptability
(41)
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di puskesmas Danurejan II, puskesmas
Gedong Tengen, dan puskesmas Umbul Harjo I di Kota Yogyakarta ?
2. Bagaimana gambaran kesesuaian diagnosa penyakit dan tindakan
perawatan di poli gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong
Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I di Kota Yogyakarta dengan
(42)
28 A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan skala pengukuran data adalah rasio.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
Populasi dari penelitian ini adalah 18 puskesmas yang berada di Kota
Yogyakarta. Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).
2. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling atau judgment sampling, yaitu menentukan puskesmas yang akan diteliti berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Cara pengambilan
sampel dapat dilihat dari tabel 3 berikut :
Tabel 3. Cara Pengambilan Sampel Penelitian Kepesertaan BPJS
Kesehatan
Jumlah
Puskesmas Sampel Penelitian
Rendah (<10.000) 9 1 (Puskesmas Danurejan II )
Mendekati Ideal (10.000) 3 1 ( Puskesmas Gedong Tengen)
(43)
C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
1. Kriteria Inklusi
a. Puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta yang memiliki poli gigi dan
dokter gigi.
b. Puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta yang telah bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
c. Puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta dengan administrasi baik.
d. Puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta yang mudah dijangkau
peneliti.
2. Kriteria Ekslusi
Puskesmas yang dalam perjalanan penelitian memutuskan untuk
tidak bersedia lagi menjadi tempat penelitian.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong
Tengen dan Puskesmas Umbul Harjo I. Penelitian akan dilakukan pada bulan
Agustus-Oktober 2015. Data rekaprekam medis yang diambil adalah data
kunjungan pasien, jenis kelamin, usia, diagnosis dan tindakan perawatan
peserta BPJS Kesehatan di poli gigi puskesmas tersebut dari bulan Januari
sampai dengan Desember 2014.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Kota
(44)
F. Definisi Operasional.
Utilization rate adalah tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan per bulan dengan menghitung jumlah kunjungan peserta BPJS dibandingkan
dengan seluruh peserta BPJS. Utilization rate dapat dihitung dengan rumus , dengan skala data rasio. Data
penelitian adalah data sekunder berupa rekap data rekam medis. Rekap data
rekam medis adalah salinan rekam medis berupa tanggal kunjungan, nama,
usia, jenis kelamin, diagnosa penyakit, dan tindakan perawatan.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa dummy tabel, tabel kode diagnosa, tabel kode tindakan perawatan , buku rekap rekam medis pasien, dan rekam medis
dari pasien BPJS kesehatan di poli gigi puskesmas Danurejan II, puskesmas
Gedong Tengen, dan puskesmas Umbul Harjo I dari tanggal 2 Januari hingga
31 Desember 2014.Tabel-tabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel 4. Dummy Table Penelitian
Nomor Nama Umur Jenis
kelamin BPJS
Jenis penyakit
Jenis perawatan
(45)
Tabel 5. Kode Diagnosa Penyakit Gigi dan Mulut menurut ICD- 10
No. Jenis Penyakit Kode
1. Disorder of tooth development and eruption K00
2. Embedded and impacted teeth K01
3. Dental caries K02
4. Other diseases of hard tissue of teeth K03 5. Diseases of pulp and periapical tissues K04 6. Gingivitis and periodontal diseases K05 7. Other disorders of gingival and edentulous alveolar ridge K06 8. Dentofacial anomalies including malocclusion K07 9. Other disorder of teeth and supporting structures K08 10. Cysts of oral region, not elsewhere classified K09
11. Other diseases of jaws, K10
12. Diseases of salivary glands K11 13. Stomatitis and related lesions K12 14. Other diseases of lip and oral mucosa K13
15. Diseases of tongue K14
Tabel 6. Kode Jenis Tindakan Perawatan berdasarkan Kalibrasi Peneliti
No. Jenis Perawatan Kode
1. DHE 1
2. Premedikasi 2
3. Pencabutan gigi permanen 3
4. Pencabutan gigi decidui 4
5. Tumpat 5
6. Scalling 6
7. Trepanasi 7
8. Incisi dan Drainase 8
9. Devitalisasi 9
10. Rujukan 10
(46)
H. Alur Penelitian
Gambar 3. Diagram alur penelitian
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan :
a. Menyusun rencana penelitian berbentuk proposal penelitian.
b. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing.
c. Memilih 3 puskesmas yang akan dijadikan tempat penelitian.
d. Mengurus perizinan dan menyampaikannya kepada pejabat terkait
mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan di Puskesmas
Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul
Harjo I.
2. Tahap pelaksanaan :
Mengumpulkan data dari buku rekap rekam medis dan dari rekam
medis pasien BPJS Kesehatan poli gigi di Puskesmas Danurejan II, Mengumpulkan data sekunder kunjungan pasien, jenis
penyakit dan jenis perawatan jenis dari rekap data rekam
Menyajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi
Membandingkan jumlah kunjungan dibanding dengan jumlah peserta BPJS dikalikan 100%
Membuat proposal, studi pendahuluan, membuat ijin penelitian
(47)
Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I. Data yang
dikumpulkan adalah data kunjungan pasien, diagnosa pasien, dan tindakan
perawatan yang dilakukan mulai tanggal 2 Januari – 31 Desember 2014. 3. Tahap akhir penelitian
Tahap akhir penelitian ini adalah melakukan analisis data, kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan laporan yang berisi hasil penelitian,
interpretasi hasil penelitian, menarik kesimpulan, serta memberikan saran
berdasarkan hasil penelitian.
J. Analisa Data
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif
adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan
meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Nursalam,
(48)
34 A. Hasil
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas
Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dengan mengambil data dari
rekap rekam medis di poli gigi puskesmas-puskesmas tersebut dari bulan
Januari-Desember 2014, data yang diambil antara lain nomor rekam medis,
tanggal kunjungan, jenis kelamin, usia, diagnosa penyakit, dan tindakan
perawatan. Terdapat beberapa data yang tidak diambil oleh peneliti karena
tulisan rekap rekam medis yang kurang jelas sehingga tidak dapat dipahami
atau dibaca peneliti.
1. Responden Penelitian
a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dan
(49)
Tabel 7. Karakteristik Responden Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas
Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014
Karakteristik responden
Frekuensi kunjungan Danurejan II
n (%)
Gedong Tengen n (%)
Umbul Harjo I n (%) Jenis Kelamin
Perempuan 255 (59,58) 792(68,69) 789 (62,62)
Laki-laki 173(40,42) 361 (31,31) 471 (37,38)
Jumlah 428 (100,00) 1153 (100,00) 1260 (100,00)
Usia
Balita (<5 tahun) 0 (0) 26 (2,25) 20 (1,59)
Anak-anak (5-11 tahun)
38 (8,88) 180 (15,61) 193 (15,32)
Remaja (12-25 tahun) 69 (16,12) 184 (15,96) 203 (16,11)
Dewasa (26-45 tahun) 123 (28,74) 306 (26,54) 276 (21,90)
Lansia (46-65) tahun 151 (35,28) 367 (31,83) 435 (34,52)
Manula (>65 tahun) 47 (10,98) 90 (7,81) 133 (10,56)
Jumlah 428 (100,00) 1153 (100,00) 1260 (100,00)
Berdasarkan tabel 7, sebagian besar responden yang berkunjung
di poli gigi Puskesmas Danurejan II adalah perempuan (59,58%) dan
lansia (35,28%), poli gigi Puskesmas Gedong Tengen adalah
perempuan (68,69%) dan lansia (31,83%), poli gigi Puskesmas Umbul
Harjo I adalah perempuan (62,62%) dan lansia (34,52%).
b. Distribusi Diagnosa Penyakit
Distribusi diagnosa penyakit di poli gigi Puskesmas Danurejan II,
Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dapat
(50)
Tabel 8. Distribusi Diagnosa Penyakit di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul
Harjo I Tahun 2014
No Kode
Diagnosa
Puskesmas
Danurejan II Gedong Tengen Umbul Harjo I
1 K00 2 117 174
2 K01 8 40 1
3 K02 35 103 305
4 K03 18 36 72
5 K04 252 604 471
6 K05 28 129 47
7 K06 4 10 55
8 K07 23 10 5
9 K08 54 91 124
10 K09 2 0 0
11 K10 0 1 2
12 K11 0 0 0
13 K12 2 6 4
14 K13 0 4 0
15 K14 0 2 0
JUMLAH 428 1153 1260
Berdasarkan tabel 8, jumlah kunjungan pasien di poli gigi
Puskesmas Danurejan II pada tahun 2014 adalah sebanyak 428.
Jumlah diagnosa penyakit yang paling banyak ditemui di Puskesmas
Danurejan adalah K04 (diseases of pulp and periapical tissues), dengan jumlah kunjungan 252. Jumlah kunjungan pasien di poli gigi
Puskesmas Gedong Tengen sebanyak 1153. Jumlah diagnosa penyakit
yang paling banyak ditemui di Puskesmas Gedong Tengen adalah K04
(diseases of pulp and periapical tissues), dengan jumlah kunjungan 604. Jumlah kunjungan pasien di poli gigi Puskesmas Umbul Harjo I
pada tahun 2014 adalah sebanyak 1260. Jumlah diagnosa penyakit
(51)
(diseases of pulp and periapical tissues), dengan jumlah kunjungan 471.
c. Distribusi Tindakan Perawatan
Distribusi tindakan perawatan di Puskesmas Danurejan II,
Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dapat
dilihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Distribusi Tindakan Perawatan di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul
Harjo I Tahun 2014
No Kode Tindakan
Puskesmas Danurejan
II
Gedong Tengen
Umbul Harjo I
1 1 (Dhe) 40 99 125
2 2 (Medikasi) 168 512 383
3 3 (Pencabutan Permanen) 43 122 140
4 4 (Pencabutan Gigi Decidui) 19 98 105
5 5 (Filling) 36 151 251
6 6 (Scalling) 16 13 23
7 7 (Trepanasi) 1 9 17
8 8 (Incisi&Drainase) 0 10 0
9 9 (Devitalisasi) 44 54 37
10 10 (Rujuk) 58 69 156
11 11 (Lain-Lain) 3 16 23
Jumlah 428 123 1260
Berdasarkan Tabel 9, jumlah tindakan perawatan yang paling
banyak dilakukan di poli gigi Puskesmas Danurejan II pada tahun
2014 adalah tindakan perawatan dengan kode 2 (premedikasi) yaitu
sebanyak 168 perawatan. Jumlah tindakan perawatan yang paling
banyak dilakukan di poli gigi Puskesmas Gedong Tengen pada tahun
2014 adalah tindakan perawatan dengan kode 2 (premedikasi) yaitu
(52)
banyak dilakukan di poli gigi Puskesmas Umbul Harjo I pada tahun
2014 adalah tindakan perawatan dengan kode 2 (premedikasi) yaitu
sebanyak 383 perawatan.
2. Gambaran Utilization Rate
a. Nilai Rata-rata Utilization Rate Puskesmas Kota Yogyakarta
Gambaran Utilization Rate Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan
Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014, mendapatkan nilai rata-rata
utilization rate sebagai berikut :
Tabel 10. Nilai Utilization Rate Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan
Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014
Min Mean Max
Nilai Utilization Rate
3 Puskesmas Kota Yogyakarta 0,55 0,88 1,14
Berdasarkan tabel 10, nilai rata-rata utilization rate Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul
Harjo I adalah sebesar 0,88%.
b. Gambaran Utilization Rate berdasarkan Kunjungan Pasien BPJS Kesehatan
Gambaran Utilization Rate berdasarkan kunjungan pasien BPJS Kesehatan di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen,
(53)
Tabel 11. Utilization Rate berdasarkan Jumlah Kunjungan Pasien BPJS Kesehatan di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas
Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I tahun 2014
No Bulan
Jumlah Kunjungan Jumlah Peserta BPJS
Presentase Kunjungan = Jk / Jp X 100% Gedong Tengen (%) Danurejan II (%) Umbul Harjo I (%) Gedong Tengen Danurejan II Umbul Harjo I Gedong Tengen Danurejan II Umbul Harjo I
1 Januari 75 45 73 8876 2299 17464 0,84 1,96 0,42
2 Februari 117 47 89 8913 2332 17594 1,31 2,02 0,51
3 Maret 112 69 117 8956 2360 17645 1,25 2,92 0,66
4 April 66 33 121 9002 2384 17795 0,73 1,38 0,68
5 Mei 71 24 117 9145 2439 17927 0,78 0,98 0,65
6 Juni 74 32 110 9223 2527 18037 0,80 1,27 0,61
7 Juli 66 27 52 9366 2681 18191 0,70 1,01 0,29
8 Agustus 98 21 110 9487 2734 19282 1,03 0,77 0,57
9 September 144 32 121 9621 2828 18384 1,50 1,13 0,66
10 Oktober 123 25 109 9805 2907 18583 1,25 0,86 0,59
11 November 106 28 118 9990 2999 18738 1,06 0,93 0,63
12 Desember 101 45 123 10176 3136 18937 0,99 1,43 0,65
Jumlah 1153 428 1260 10176 3136 18937 11,33 13,65 6,65 Rata-Rata Per
Bulan 96,08 35,67 105 0,94 1,14 0,55
Berdasarkan tabel 11, rata-rata utilization rate Puskesmas Danurejan II pada tahun 2014 adalah sebesar 1,14%, Puskesmas
Gedong Tengen sebesar 0,94%, Puskesmas Umbul Harjo I sebesar
0,55%.
c. Gambaran Utilization Rate berdasarkan Diagnosa Penyakit
Gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Danurejan II,
Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dapat
(54)
Tabel 12. Rata-Rata Utilization Rate berdasarkan Diagnosa Penyakit Pasien BPJS di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong
Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014
Berdasarkan tabel 12, gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Puskesmas Kota Yogyakarta
tahun 2014 berdasarkan jumlah diagnosa penyakit mendapatkanhasil rata-rata utilization rate pada Puskesmas Danurejan II selama tahun 2014 yaitu sebesar 1,14% dengan utilization rate tertinggi pada diagnosis K04 (diseases of pulp and periapical tissues) sebesar 8,036%. Puskesmas Gedong Tengen selama tahun 2014 mendapatkan
angka utilisasi sebesar 0,94% dengan utilization rate tertinggi pada diagnosa K04 (diseases of pulp and periapical tissues) sebesar 5,936%,dan Puskesmas Umbul Harjo I selama tahun 2014 yaitu
No Diagnosa Penyakit
Jumlah Diagnosa Pada Tahun 2014
Rerata Jumlah diagnosa Penyakit = jumlah tindakan / 12 bulan
Rerata Utilization Rate = ( JK/JP)*100% Gedong Tengen Danurejan II Umbul Harjo I Gedong Tengen Danurejan
II Umbul
Harjo I Gedong Tengen Danurejan II Umbul Harjo I
1 K00 117 2 174 9,750 0,167 14,500 1,150 0,064 0,919
2 K01 40 8 1 3,333 0,667 0,083 0,393 0,255 0,005
3 K02 103 35 305 8,583 2,917 25,417 1,012 1,116 1,611
4 K03 36 18 72 3,000 1,500 6,000 0,354 0,574 0,380
5 K04 604 252 471 50,333 21,000 39,250 5,936 8,036 2,488
6 K05 129 28 47 10,750 2,333 3,917 1,268 0,893 0,248
7 K06 10 4 55 0,833 0,333 4,583 0,098 0,128 0,291
8 K07 10 23 5 0,833 1,917 0,417 0,098 0,733 0,026
9 K08 91 54 124 7,583 4,500 10,333 0,894 1,722 0,655
10 K09 0 2 0 0,000 0,167 0,000 0,000 0,064 0,000
11 K10 1 0 2 0,083 0,000 0,167 0,010 0,000 0,011
8 K11 0 0 0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
9 K12 6 2 4 0,500 0,167 0,333 0,059 0,064 0,021
10 K13 4 0 0 0,333 0,000 0,000 0,039 0,000 0,000
11 K14 2 0 0 0,167 0,000 0,000 0,020 0,000 0,000
Jumlah 1153 428 1260 96,083 35,667 105,000 11,331 13,648 6,656
rata-rata per bulan
(55)
sebesar 0.55% dengan utilization rate tertinggi pada diagnosa K04 (diseases of pulp and periapical tissues) sebesar 2,488%.
d. Gambaran Utilization Rate berdasarkan Tindakan Perawatan
Gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan
Puskesmas Umbul Harjo I dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Rata-Rata Utilization Rate Berdasarkan Tindakan Perawatan Pasien BPJS Di Poli Gigi Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong
Tengen, Dan Puskesmas Umbul Harjo I Tahun 2014
No Tindakan
Jumlah Tindakan Pada Tahun 2014
Rerata Jumlah Tindakan
Perawatan = Rerata Utilization Rate= ( JK/JP)*100% jumlah tindakan / 12 bulan
Gedong Tengen Danurejan II Umbul Harjo I Gedong Tengen Danurejan
II Umbul Harjo I Gedong Tengen Danurejan II Umbul
Harjo I
1 DHE 99 40 125 8,250 3,333 10,417 0,973 1,276 0,660
2 Premedikasi 512 168 383 42,667 14,000 31,917 5,031 5,357 2,023
3
Pencabutan
Permanen 122 43 140 10,167 3,583 11,667 1,199 1,371 0,740
4
Pencabutan
Decidui 98 19 105 8,167 1,583 8,750 0,963 0,606 0,555
5 Tumpat 151 36 251 12,583 3,000 20,917 1,484 1,148 1,326
6 Scalling 13 16 23 1,083 1,333 1,917 0,128 0,510 0,121
7 Trepanasi 9 1 17 0,750 0,083 1,417 0,088 0,032 0,090
8
Incisi dan
Drainase 10 0 0 0,833 0,000 0,000 0,098 0,000 0,000
9 Devitalisasi 54 44 37 4,500 3,667 3,083 0,531 1,403 0,195
10 Rujuk 69 58 156 5,750 4,833 13,000 0,678 1,849 0,824
11 Lain-lain 16 3 23 1,333 0,250 1,917 0,157 0,096 0,121
Jumlah 1153 428 1260 96,083 35,667 105,000 11,331 13,648 6,656
Rata-rataper bulan 96,08 35,67 105,00 0,94 1,14 0,55
Berdasarkan Tabel 13, rata-rata utilization rate Puskesmas Danurejan II pada tahun 2014 adalah sebesar 1,14% dengan utilization rate tertinggi pada tindakan perawatan premedikasi yaitu sebesar 5,357%, Puskesmas Gedong Tengen sebesar 0,94% dengan utilization
rate tertinggi pada tindakan perawatan premedikasi yaitu sebesar 5,031%, Puskesmas Umbul Harjo I sebesar 0,55% dengan utilization
(56)
rate tertinggi pada tindakan perawatan premedikasi yaitu sebesar 2,023%.
3. Kesesuaian Tindakan Perawatan Puskesmas Danurejan II, Puskesmas
Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dengan Tindakan
Perawatan berdasarkan ICD-9 CM.
Kesesuaian Tindakan Perawatan Puskesmas Danurejan II,
Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dengan
Tindakan Perawatan berdasarkan ICD-9 CM dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 14. Kesesuaian Tindakan Perawatan di Puskesmas Danurjan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dengan
Tindakan Perawatan pada ICD-9 CM
Kode
Penyakit ICD-9 CM
Puskesmas Danurejan II Puskesmas Gedong Tengen Puskesmas Umbul Harjo I K00 1. Dental examination
2. Pencabutan gigi permanen 3. Pencabutan gigi
decidui
4. Pencabutan sisa akar
1. Premedikasi 1. Premedikasi 2. Pencabutan gigi
decidui 3. DHE
4. Pencabutan gigi permanen
1. Premedikasi 2. Pencabutan gigi decidui 3. Rujuk 4. DHE
K01 1. Dental examination 2. Xray
3. Pencabutan gigi permanen 1. Premedikasi 2. Rujuk 1. Premedikasi 2. Rujuk 3. DHE 1. DHE
K02 1. Dental examination 2. Tumpat 3. PSA 4. DHE 5. Devitalisasi 6. Pulpektomi 1. Premedikasi 2. Capping 3. Tumpat 4. Rujuk 5. DHE 1. Premedikasi 2. Devitalisasi 3. Tumpat 4. Grinding 5. DHE 1. Premedikasi 2. Tumpat 3. Rujuk 4. DHE
K03 1. Dental examination 2. Tumpat 3. Inlay 4. TAF 5. Scalling 1. Scalling 2. Pencabutan gigi decidui 3. DHE 1. DHE 2. Scalling 3. Premedikasi 4. Grinding 5. Rujuk 1. Scalling 2. Rujuk 3. Premedikasi 4. Tumpat 5. Pencabutan gigi K04 1. Tumpat
2. PSA 3. Devitalisasi 4. Pencabutan gigi
perman 5. Incisi 6. Premedikasi 1. Premedikasi 2. DHE 3. Devitalisasi 4. Pencabutan gigi permanen 5. Tumpat 6. Scalling 7. Trepanasi 8. Grinding 1. Premedikasi 2. Devitalisasi 3. Tumpatan 4. DHE 5. Rujuk 6. Incisi 7. Trepanasi 8. Grinding 9. Lain-lain 10. Pencabutan gigi decidui 1. Premedikasi 2. Rujuk 3. Perncabutan gigi permanen 4. Devitalisasi 5. Tumpat 6. Trepanasi 7. Devitalisasi
(57)
Lanjutan Tabel 14
K05 1. Dental examination 2. Scalling
3. Incisi 4. Debridemen 5. Plaque removal
1. Premedikasi 2. Pencabutan gigi permanen 3. Rujuk 4. DHE 5. Tumpat 6. Pencabutan gigi decidui 1. Premedikasi 2. Pencabutan gigi
permanen 3. DHE
4. Pencabutan gigi decidui 5. Rujuk 6. Trepanasi
1. Premedikasi 2. DHE
3. Pencabutan gigi permanen 4. Tumpat 5. Trepanasi
K06 − 1. Premedikasi 1. Tumpat
2. Premedikasi
1. DHE 2. Premedikasi 3. Rujuk
4. Pencabutan gigi permanen 5. Trepanasi K07 1. Xray
2. Perawatan Orthodontic 1. Pencabutan gigi decidui 2. Pencabutan gigi permanen 3. DHE 1. Premedikasi 2. Pencabutan gigi
permanen 3. Rujuk 4. DHE
1. Rujuk 2. DHE
K08 1. Pencabutan gigi permanen 2. Pencabutan sisa akar 3. Denture 1. DHE 2. Premedikasi 3. Rujuk 4. Pencabutan gigi permanen 5. Pencabutan gigi decidui 6. Kuret 7. Potong Akar 8. Tumpat 9. Premedikasi 10. Rujuk
1. Pencabutan gigi permanen 2. Premedikasi 3. DHE 4. Rujuk 5. Pencabutan gigi
decidui 6. Tumpat
1. Pencabutan gigi permanen 2. Premedikasi 3. Rujuk 4. DHE
5. Pencabutan gigi decidui
K09 − − − −
K10 − − 1. Lain Lain 1. Premedikasi
K11 − − − −
K12 1. Dental examination 1. Premedikasi 1. Premedikasi 1. Premedikasi
K13 − − 1. Rujuk
2. DHE 3. Premedikasi
−
K14 − − 1. DHE
2. Rujuk
−
Berdasarkan tabel 14, terdapat ketidaksesuaian antara tindakan
perawatan berdasarkan ICD-9 CM dengan tindakan perawatan yang
ada di puskesmas, ketidaksesuaian tersebut ada pada diagnosa penyakit
K02, K03, K04, K05, dan K07. Tindakan Perawatan untuk diagnosis
K02 seharusnya adalah dental examinination, tumpat, PSA, DHE, devitalisasi, pulpeltomi, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat
tindakan perawatan capping, sedangkan pada Puskesmas Gedong
(58)
untuk diagnosis K03 seharusnya adalah dental examinination, tumpat, inlay, DHE, TAF, scalling, namun pada Puskesmas Danurejan II
terdapat tindakan perawatan pencabutan gigi decidui, sedangkan pada
Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindakan perawatan grinding, dan
pada Puskesmas Umbul Harjo I terdapat tindakan perawatan
pencabutan gigi permanen. Tindakan Perawatan untuk diagnosa K04
seharusnya adalah tumpat, PSA, devitalisasi,Xray, pencabutan, incisi,
premedikasi, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan
perawatan DHE, scalling, trepanasi, grinding; sedangkan pada
Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindaka perawatan incisi,
trepanasi, grinding; dan pada Puskesmas Umbul Harjo I terdapat
tindakan perawatan DHE dan trepanasi.
Tindakan perawatan untuk diagnosa penyakit K05 seharusnya
adalah dental examination, scaling, incisi, debridemen, plaque removal, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan perawatan pencabutan gigi permanen, pencabutan gigi decidui
sedangkan pada Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindakan
perawatan pencabutan gigi permanen, pencabutan gigi decidui, dan
trepanasi, dan pada Puskesmas Umbul Harjo I terdapat tindakan
perawatan pencabutan gigi permanen, tumpat, dan trepanasi. Tindakan
perawatan untuk diagnosis K07 seharusnya adalah Xray dan perawatan
orthodontik, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan
(1)
Berdasarkan Tabel 8, terdapat ketidaksesuaian antara tindakan perawatan berdasarkan ICD-9 CM dengan tindakan perawatan yang ada di puskesmas, ketidaksesuaian tersebut ada pada diagnosa penyakit K02, K03, K04, K05, dan K07. Tindakan Perawatan untuk diagnosis K02 seharusnya adalah dental examinination, tumpat, PSA, DHE, devitalisasi, pulpeltomi, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan perawatan capping, sedangkan pada Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindakan perawatan grinding. Tindakan perawatan untuk diagnosis K03 seharusnya adalah dental examinination, tumpat, inlay, DHE, TAF, scalling, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan perawatan pencabutan gigi decidui, sedangkan pada Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindakan perawatan grinding, dan pada Puskesmas Umbul Harjo I terdapat tindakan perawatan pencabutan gigi permanen. Tindakan Perawatan untuk diagnosa K04 seharusnya adalah tumpat, PSA, devitalisasi,Xray, pencabutan, incisi, premedikasi, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan perawatan DHE, scalling, trepanasi, grinding; sedangkan pada Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindaka perawatan incisi, trepanasi, grinding; danpada Puskesmas Umbul Harjo I terdapat tindakan perawatan DHE dan trepanasi.
Tindakan perawatan untuk diagnosa penyakit K05seharusnya adalah dental examination, scaling, incisi, debridemen, plaque removal, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan perawatan pencabutan, pencabutan gigi decidui sedangkan pada Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindakan perawatan pencabutan, pencabutan gigi decidui, dan trepanasi,dan pada Puskesmas Umbul Harjo I terdapattindakan perawatan pencabutan,tumpat, dan trepanasi. Tindakan perawatan untuk diagnosis K07 seharusnya adalah Xray dan perawatan orthodontik, namun pada Puskesmas Danurejan II terdapat tindakan perawatan pencabutan dan pencabutan gigi
(2)
decidui,sedangkan pada Puskesmas Gedong Tengen terdapat tindakan perawatan pencabutan.
PEMBAHASAN
Kunjungan poli gigi Puskemas Danurejan II sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah 255 kunjungan (59,58%) lebih besar dari pada kunjungan laki-laki yang berjumlah 173 kunjungan (40,42%). Puskesmas Gedong Tengen kunjungan perempuan berjumlah 792 (68,69%) lebih besar daripada kunjungan laki-laki yang berjumlah 361 (31,31%). Puskesmas Umbul Harjo I, kunjungan perempuan berjumlah 789 (62,62%) lebih besar daripada kunjungan laki-laki yang berjumlah 471 (37,38%). Analisis kunjungan puskesmas berdasarkan jenis kelamin pasien pada Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I menunjukan bahwa kunjungan terbesar adalah perempuan. Hal ini terjadi karena perempuan cenderung lebih memperhatikan kesehatannya terutama kesehatan gigi dan mulut.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Herwanda, dkk. (2014) bahwa perempuan secara umum lebih peduli dengan keadaan gigi dan mulut serta perawatannya dibanding laki-laki. Gede, dkk. (2013) berpendapat bahwa perempuan lebih memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya dibandingkan dengan laki-laki karena kemungkinan perempuan memiliki kecenderungan menjaga penampilan termasuk kebersihan gigi dan mulutnya.
Berdasarkan kategori usia, kunjungan terbesar di poli gigi Puskemas Danurejan II adalah pada kategori lansia (46-65 tahun) dengan jumlah kunjungan 151 kunjungan (35,28%). Kunjungan terbesar di poli gigi Puskemas Gedong Tengen adalah pada kategori lansia (46-65 tahun) dengan jumlah kunjungan 367 kunjungan (31,83%). Kunjungan terbesar di poli gigi Puskemas Umbul Harjo I adalah pada kategori lansia (46-65 tahun) dengan jumlah kunjungan 435 kunjungan (34,52%), sebagian besar
(3)
kunjungan poli gigi di ketiga Puskesmas adalah dari kategori lansia, hal ini mungkin terjadi popuasi lansia di kota Yogyakarta yang semakin pesat pertambahannya dibandingkan dengan kategori usia lainnya
Berdasarkan hasil data utilization rate tersebut menunjukkan bahwa utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut di poli gigi puskesmas adalah 0,88%. Hal ini menunjukkan bahwa utilization rate di ketiga puskesmas tergolong rendah, karena menurut Dewanto dan Lestari (2014), perkiraan utilization rate dengan jumlah peserta 10.000 adalah sebesar 2%-3%.
Teori health service use dari Andersen menjelaskan bawa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah kebutuhan yang dirasakan (perceived need). Seseorang merasa sakit akan memanfaatkan pelayanan kesehatan tetapi mereka yang sehat tidak akan memanfaatkan pelayanan kesehatan (Arwiani dkk, 2013). Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I berada di lokasi yang strategis yaitu di tengah kota, jarak yang dekat dengan rumah penduduk, waktu yang ditempuh singkat, akses yang mudah dan biaya yang murah, namun jika seseorang merasa belum sakit dan merasa belum membutuhkan pelayanan gigi dan mulut maka mereka tidak akan memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut tersebut.
Berdasarkan kunjungan pasien, diagnosa penyakit dan tindakan perawatan mendapatkan hasil rata-rata utilization rate pada Puskesmas Danurejan II yaitu sebesar 1,14%, Puskesmas Gedong Tengen sebesar 0,94% dan Puskesmas Umbul Harjo I sebesar 0.55%. Berdasarkan data yang telah diperoleh dari masing-masing Puskesmas dapat diketahui bahwa utilization rate Puskesmas Danurejan I, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I tahun
(4)
2014 berbeda, hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah peserta BPJS Kesehatan di masing-masing puskesmas tersebut. Hal yang berpengaruh terhadap utilization rate adalah jumlah kunjungan pasien BPJS Kesehatan per bulan dibanding dengan jumlah peserta BPJS Kesehatan per bulan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, jumlah peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I setiap bulan mengalami peningkatan, namun hal ini tidak sebanding dengan jumlah kunjungan pasien yang mengalami fluktuasi setiap bulannya selama tahun 2014.
Berdasarkan tabel 14, terdapat ketidaksesuaian antara tindakan perawatan berdasarkan ICD-9 CM dengan tindakan perawatan yang ada di puskesmas, ketidaksesuaian tersebut ada pada diagnosa penyakit K02, K03, K04, K05, dan K07. Hal ini bisa disebabkan karena operator kurang tepat dalam menentukan kode penyakit sehingga menyebabkan ketidaksesuaian dalam penulisan tindakan perawatan. Menurut Wariyanti (2014), kesalahan penentuan kode diagnosis dapat disebabkan ketidaktelitian coder dalam menentukan kode diagnosis. Selain itu, hal tersebut dapat terjadi karena informasi yang terdapat dalam setiap lembar dokumen rekam medis tidak lengkap dan tidak jelas
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I Kota Yogyakarta tahun 2014 dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai rata-rata utilization rate berdasarkan kunjungan pasien, diagnosa penyakit,
dan tindakan perawatan di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I tahun 2014 adalah 0,88%.
(5)
2. Gambaran utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN di Puskesmas Danurejan II adalah sebesar 1,14%, Puskesmas Gedong adalah sebesar 0,94%, dan Puskesmas Umbul Harjo I adalah sebesar 0,55%.
3. Utilization rate pelayanan kesehatan gigi dan mulut era JKN baik di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, ataupun di Puskesmas Umbul Harjo I Kota Yogyakarta tergolong rendah karena menurut estimasi idealnya angka utilization rate adalah sebesar 2-3%.
4. Terdapat ketidaksesuaian antara diagnosa penyakit dengan tindakan perawatan di Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Gedong Tengen, dan Puskesmas Umbul Harjo I dengan ICD-9 CM pada Kepmenkes nomor 62 tahun 2015 tentang panduan klinis bagi Dokter Gigi. Ketidaksesuaian tersebut antara lain pada diagnosa K02 (dental caries) yaitundilakukannya perawatan capping dan grinding; K03 (other disease of hard tissue of teeth) yaitu dilakukannya perawatan pencabutan gigi decidui; K04 (disease of pulp and periapical tissue) dilakukannya tumpat, scalling, trepanasi, grinding, incisi; K05 (gingivitis and periodontal disease) yaitu dilakukannya perawatan pencabutan gigi permanen, pencabutan gigi decidui, tumpat, trepanasi; dan K07 (dentofacial anomalies including malocclusion) yaitu dilakukannya perawatan pencabutan gigi permanen , dan pencabutan gigi decidui.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
1. Dewanto, I., dan Lestari, N. I. (2014). Panduan pelaksaan pelayanan kedokteran gigi dalam sistem jaminan kesehatan nasional. Jakarta Timur: Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Kementerian Kesehatan. (2014). Panduan Praktis Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi. Indonesia.
4. Herwanda, Rahmayani, M., dan Nurmalia, S., (2014). Gambaran kebutuhan perawatan gigi dan mulut pada pasien di posyandu lansia puskesmas. Dental Journal , 642.
5. Gede, I,Y., Pendelaki, K,. , Marlati, N. W., 2013. Hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa SMA negeri 9 manado.Jurnal e-Gigi(eG). 1 (2).84-88.
6. Arwiani, T., Sekarwana, N., dan Kusnadi, D. (2013)., Faktor – faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan antenatal di puskesmas kota Bandung tahun 2013. Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
7. Warni, L. (2009). Hubungan Perilaku Murid SD Kelas V dan VI pada Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status Karies di Wilayah Kecamatan Deli Tua kabupaten Deli Serdang tahun 2009.Tesis. Program Magister Kesehatan FKM USU, Medan.