Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (Jkn) Di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2014

(1)

IMPLEMENTASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS TANJUNG TIRAM

KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH NIM. 121021111 SITI RAHMAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

(3)

ABSTRAK

Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi. Puskesmas Tanjung tiram belum memiliki komputer yang tersambung dengan jaringan internet, peralatan kesehatan yang belum optimal untuk menangani 155 penyakit yang wajib ditangani oleh puskesmas sebagai FKTP, demikian juga dengan dental unit ada beberapa alat yang mengalami rusak ringan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan, untuk data sekunder dari telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang kepala puskesmas, satu orang petugas puskesmas, satu orang pasien yang merupakan peserta JKN dan satu orang pasien yang bukan merupakan pasien JKN.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram belum baik. Tenaga kesehatan di puskesmas sangat minim, sistem logistik belum menggunakan e-katalog, penggunaan dana kapitasi yang tidak sesuai dengan Peraturan Mentri dan belum terbentuknya tim pelaksana Program JKN.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk menambah petugas puskesmas Tanjung tiram sesuai dengan posisi yang diperlukan, mengawasi penggunaan dana kapitasi terhadap pelaksanaan Program JKN, kepada Puskesmas Tanjung tiram untuk melakukan persiapan menggunakan e-katalog, dan agar secepatnya membentuk Tim pelaksana Program JKN yang berguna untuk menyukseskan Program JKN.


(4)

ABSTRACT

In Act No. 40 of 2004 on National Social Security, social security model adopted in Indonesia is a model of social insurance, including health insurance. Distributed first-level health facilities greater than the advanced level health facilities so that people's access to health services is higher. Puskesmas Tanjung Tiram do not yet have a computer connected to the Internet network, which is not optimal medical equipment to handle the 155 diseases that must be addressed by Puskesmas as health center , as well as dental units there are some tools that suffered minor damage.

The research used qualitative method to get more information about the implementation of the National Health Insurance program at Tanjung Tiram Puskesmas in 2014. Primary data were gathered by conducting in-depth interviews with informants, secondary data were obtained from documents. The informants consisted of a person's head puskesmas, a health center officers, one person who is a participant JKN patients and one patient who is not a patient JKN.

The results of the research showed that the implementation of the National Health Insurance program in Puskesmas Tanjung Tiram yet either. Health workers in health centers was minimal, the logistics system is not using e-catalogs, the use of capitation funds that are not in accordance with the Minister and the lack of a regulation implementing team JKN Program.

It is recomended that Batu Bara Health Service increase supervision,add Tanjung Tiram Puskesmas personnel in accordance with the required position, overseeing the use of capitation funding for program implementation JKN, the Tanjung Tiram Puskesmas to prepare for use of e-catalogs, and to immediately form the executive team JKN useful program to succeed JKN Program.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Faktor Provider Dan Karakteristik Konsumen Terhadap Kepuasan Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2014” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan dan penulisan ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun dengan bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasihsedalam dalamnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi.

3. Dr. Juanita, SE, M.Kes, selaku dosen pembimbing I dan dosen penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi.


(6)

4. Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes selaku dosen penguji I dan yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi

5. dr. Fauji, SKM, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi.

6. Dra. Nurmaini, MKM, Ph.D, selaku dosen pembimbing akademik.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. dr. Hj. Dewi Chailaty Nst, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara.

9. dr. Deni Syahputra, Selaku Kepala Puskesmas Tanjung Tiram.

10. Seluruh pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan kerjasama kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

11. Terkhusus penulis ingin menyampaikan terima kasih yang teramat sangat kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Nazwan dan Ibunda Asmah serta Suami dan Adik saya yang telah memberikan dukungan semangat dan doanya ketika penulis melakukan penelitian.

12. Sahabat-sahabat tersayang: Pudev, wiki, astri, yang turut serta memberi dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman-teman seperjuangan AKK FKM USU, khususnya Rismaida, Sartika,


(7)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1

1.2. Rumusan Masalah ………. 4

1.3. Tujuan Penelitian……… 5

1.4. Manfaat Penelitian……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Implementasi Kebijakan ……… 7

2.1.1. Definisi Implementasi Kebijakan ………. 7

2.1.2. Model – model Implementasi Kebijakan ……… 11

2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional ……….... 15

2.2.1. Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional ……….… 15

2.3. Jaminan Kesehatan Nasional……….. 15

2.3.1. Asuransi Kesehatan ………... 15

2.3.2. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional ….………. 16

2.3.3. Kepesertaan ………….………... 18

2.3.4. Pembiayaan ………. 21

2.3.4.1. Iuran ……… 21

2.3.4.2. Pembayar Iuran ………... 21

2.3.4.3. Pembayaran Iuran ………... 22

2.3.5. Pelayanan……… 22

2.3.5.1. Jenis Pelayanan ………... 22

2.3.5.2. Prosedur Pelayanan ……… 23

2.3.5.3. Penyelenggaraan Kesehatan ……….... 23

2.4. Konsep Puskesmas ……… 25

2.4.1. Pengertian Puskesmas………. ….. 25

2.4.2. Visi dan Misi Puskesmas ………... 26

2.4.3. Tujuan Puskesmas ………... 27

2.4.4. Fungsi Puskesmas ……….………... 27

2.4.4.1. Fungsi Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehata ……… 27


(9)

2.4.4.2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat ……… 28

2.4.4.3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama …… 28

2.4.5. Struktur Organisasi Puskesmas ……….…... 29

2.5. Kerangka Pikir ……… 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian ……….…….. 32

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 32

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 32

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Informan Penelitian ……… 33

3.4. Karakteristik Informan ………... 34

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 34

3.6 Teknik Analisis Data……….. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Karakteristik Informan ... 47

4.3. Pelaksanaan Implementasi Program JKN di Puskesmas Tanjung tiram Kabupaten Batu bara ... 48

4.3.1. Pernyataan Informan Tentang Sosialisasi Program JKN... 48

4.3.2. Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 49

4.3.3. Pernyataan Informan Tentang Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 49

4.3.4. Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 51

4.3.5. Pernyataan Informan Tentang Tim Penyelenggara Program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 52

4.3.6. Pernyataan Informan Tentang SOP di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 52

4.3.7. Pernyataan Informan Tentang Sistem Kapitasi di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 53

4.3.8. Pernyataan Informan Tentang Logistik Obat-obatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 54

4.3.9. Pernyataan Informan Tentang Sistem Rujukan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara... 55


(10)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Masukan (Input) ... 57

5.1.1. Tenaga Kesehatan ... 57

5.1.2. Sarana dan Prasarana ... 59

5.1.3. Logistik ... 59

5.1.4. Sumber Biaya ... 61

5.2. Proses (Process) ... 62

5.2.1. Sosialisasi ... 62

5.2.2. Pelatihan ... 62

5.2.3. Sistem Rujukan ... 63

5.3. Keluaran (Output) ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 66

6.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN:

Pedoman Wawancara

Surat Permohonan Izin penelitian Surat Izin Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Batu Bara ... 38 Tabel 4.2. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram. 40 Tabel 4.3. Jumlah Fasilitas Gedung Puskesmas Tanjung Tiram ... 41 Tabel 4.4. Jumlah Kunjungan Puskesmas Tanjung Tiram Sebelum dan

Sesudah Program JKN ... 46 Tabel 4.5. Jumlah Kasus yang Diujuk Ke Fasilitas Kesehatan Tingkat

Lanjutan yang Tidak Termasuk dan Termasuk Dalam 155 Penyakit yang Wajib Ditangani Oleh Puskesmas Sebagai FKTP ... 47 Tabel 4.6. Karakteristik Informan ... 47 Tabel 4.7. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sosialisasi Program JKN di

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 48 Tabel 4.8. Matriks Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Tenaga

Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara .... 49 Tabel 4.9. Matriks Pernyataan Informan Tentang Pendidikan dan Pelatihan

Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 50 Tabel 4.10. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sarana dan Prasarana

Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 51 Tabel 4.11. Matriks Pernyataan Informan Tentang Tim Penyelenggara Program

di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 52 Tabel 4.12. Matriks Pernyataan Informan Tentang SOP di Puskesmas Tanjung

Tiram Kabupaten Batu Bara ... 53 Tabel 4.13. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sistem Kapitasi di

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 53 Tabel 4.14. Matriks Pernyataan Informan Tentang Logistik Obat-obatan di

Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara ... 54 Tabel 4.15. Matriks Pernyataan Informan Tentang Sistem Rujukan di


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kerangka Pikir ... 30 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Puskesmas Tanjung Tiram ... 45


(13)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional JKN : Jaminan Kesehatan Nasional Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat NHS : National Health Services

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

SDM : Sumber Daya Manusia

ASKES : Asuransi Kesehatan PBI : Penerima Bantuan Iuran

NON PBI : Bukan Penerima Bantuan Iuran FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama FKTL : Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

UKBM : Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat SOP : Standart Operating Prosedure

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak


(14)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas

Nama : Siti Rahmah

Tempat/Tanggal lahir : T. Tiram/15 Februari 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak Ke : 1 dari 6 bersaudara

Nama Ayah : Nazwan

Nama Ibu : Asmah

Status Perkawinan : Menikah

Alamat Rumah : Komp. Grand Gading Residence Kel. Harjosari II Kec. Medan Amplas, Medan

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1996-2002 : SDN 010163 Tanjung Tiram 2. Tahun 2002-2005 : MTsS Al-Wasliyah Tanjung Tiram 3. Tahun 2005-2008 : MAS Al- Wasliyah Tanjung Tiram

4. Tahun 2008-2011 : Akademi Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan 5. Tahun 2012-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(15)

ABSTRAK

Dalam Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan. Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi. Puskesmas Tanjung tiram belum memiliki komputer yang tersambung dengan jaringan internet, peralatan kesehatan yang belum optimal untuk menangani 155 penyakit yang wajib ditangani oleh puskesmas sebagai FKTP, demikian juga dengan dental unit ada beberapa alat yang mengalami rusak ringan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian menggunakan metode kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram. Data primer diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) kepada para informan, untuk data sekunder dari telaah dokumen. Informan dalam penelitian ini terdiri dari satu orang kepala puskesmas, satu orang petugas puskesmas, satu orang pasien yang merupakan peserta JKN dan satu orang pasien yang bukan merupakan pasien JKN.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Tanjung tiram belum baik. Tenaga kesehatan di puskesmas sangat minim, sistem logistik belum menggunakan e-katalog, penggunaan dana kapitasi yang tidak sesuai dengan Peraturan Mentri dan belum terbentuknya tim pelaksana Program JKN.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk menambah petugas puskesmas Tanjung tiram sesuai dengan posisi yang diperlukan, mengawasi penggunaan dana kapitasi terhadap pelaksanaan Program JKN, kepada Puskesmas Tanjung tiram untuk melakukan persiapan menggunakan e-katalog, dan agar secepatnya membentuk Tim pelaksana Program JKN yang berguna untuk menyukseskan Program JKN.


(16)

ABSTRACT

In Act No. 40 of 2004 on National Social Security, social security model adopted in Indonesia is a model of social insurance, including health insurance. Distributed first-level health facilities greater than the advanced level health facilities so that people's access to health services is higher. Puskesmas Tanjung Tiram do not yet have a computer connected to the Internet network, which is not optimal medical equipment to handle the 155 diseases that must be addressed by Puskesmas as health center , as well as dental units there are some tools that suffered minor damage.

The research used qualitative method to get more information about the implementation of the National Health Insurance program at Tanjung Tiram Puskesmas in 2014. Primary data were gathered by conducting in-depth interviews with informants, secondary data were obtained from documents. The informants consisted of a person's head puskesmas, a health center officers, one person who is a participant JKN patients and one patient who is not a patient JKN.

The results of the research showed that the implementation of the National Health Insurance program in Puskesmas Tanjung Tiram yet either. Health workers in health centers was minimal, the logistics system is not using e-catalogs, the use of capitation funds that are not in accordance with the Minister and the lack of a regulation implementing team JKN Program.

It is recomended that Batu Bara Health Service increase supervision,add Tanjung Tiram Puskesmas personnel in accordance with the required position, overseeing the use of capitation funding for program implementation JKN, the Tanjung Tiram Puskesmas to prepare for use of e-catalogs, and to immediately form the executive team JKN useful program to succeed JKN Program.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Masalah tingginya biaya pelayanan kesehatan ini semakin dirakan setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar komponen perawatan kesehatan seperti obat-obatan dan teknologi kedokteran masih diimpor, sementara nilai tukar rupiah belum terangkat. Disisi lain, kemampuan dana pemerintah juga masih terbatas sehingga subsidi kepada masyarakat yang kurang mampu akan memjadi beban anggaran pemerintah. Deklarasi PBB tahun 1948 menyatakan bahwa health is a fundamental human right. Setiap manusia di muka bumi berhak hidup sehat. Untuk itu, kesehatan warga negara wajib mendapatkan perlindungan Negara. Atas dasar inilah pembentukan UU no 40 tahun 2004.

Model jaminan kesehatan di Indonesia disahkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).Dalam undang-undang tersebut tercantum bahwa model jaminan sosial yang dianut di Indonesia adalah model asuransi sosial termasuk asuransi kesehatan.Dengan adanya asuransi kesehatan, maka setiap penduduk Indonesia mendapat akses terhadap pelayanan kesehatan yang dikenal istilah cakupan semesta (universal coverage).Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi diatas, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan


(18)

masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.

Usaha kearah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) untuk masyarakat miskin dan tidak mampu. Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-bagi, biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.

Ada beberapa cara pembiayaan kesehatan yakni dengan cara out of pocket payment, ditanggung oleh pemerintah dan asuransi.Out of pocket payment adalah pasien membayar langsung kepada dokter atau pemberi pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan kesehatan yang sudah diterima. Namun, pasien dan keluarga akan sangat rentan untuk mengalami pengeluaran bencana (catastrophic expenditure) karena harus membayar biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat ketika sakit, sehingga bisa menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh miskin.

Di negara Inggris pemerintah menarik pajak umum (general taxation) dari warga yang digunakan untuk membiayai pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh NHS (National Health Services).Pemerintah Indonesia juga menarik pajak umum yang digunakan untuk membayar sebagian dari biaya pelayanan kesehatan pasien yang diberikan pada fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya puskesmas dan rumah sakit pemerintah pusat maupun daerah. Asuransi merupakan sistem pembiayaan kesehatan dengan cara menarik premi yang


(19)

dibayarkan oleh individu untuk menjamin pembiayaan kesehatannya (www.fk.uns.ac.id).

Sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 menetapkan Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan oleh Badan Penyelanggara Jaminan Sosial (BPJS), yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya telah dimulai pada 1 Januari 2014. Mendukung pelaksanaan tersebut, puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan yakni sebagai pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memberikan pelayanan kesehatan tingkat dasar yang terbaik seperti SDM kesehatan yang terampil serta sarana dan prasarana yang memadai.

Berdasarkan Permenkes no. 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upayaupaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakatyang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas hadir sebagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai dan memiliki jangkauan luas bagi masyarakat. Tujuan umum pelayanan kesehatan melalui puskesmas adalah untuk terselenggaranya upaya kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau, dan peran serta masyarakat.

Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih tinggi. Dokter atau tenaga kesehatan medis di fasilitas


(20)

kesehatan tingkat pertama harus mampu membuat diagnosa klinik dan melakukan penatalaksanaan 155 penyakit secara mandiri sesuai dengan Permenkes No. 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer yang berpedoman pada panduan praktik klinis, hal ini dilakukan karena fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan penapis rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan agar tidak terjadi ledakan pasien di fasilitas tingkat lanjutan tersebut (BPJS Kesehatan, 2014).

Tahun 2008 masyarakat yang terlindungi ASKES sebanyak 13.764 orang atau sebesar 3,63% di tahun 2009 meningkat menjadi 3,79% dari 373 .836 penduduk. Pada tahun 2010 penduduk yang dilindungi ASKES yaitu 3,25% dari 375.885 penduduk. Pada tahun 2011 penduduk yang dilindungi ASKES 3,25% dari 379.400 penduduk. Pada tahun 2012 penduduk yang dilindungi ASKES sebesar 3,25% dari 381.023 penduduk (Profil Dinas Kesehatan Batu Bara, 2013).

Di Kabupaten Batu Bara terdapat 13 puskesmas yang tersebar diseluruh Kabupaten Batu Bara. Salah satunya adalah Puskesmas Tanjung Tiram, Puskesmas Tanjung Tiram memiliki 43 orang tenaga kesehatan yakni 1 orang dokter umum, 2 orang tenaga kesehatan masyarakat, 26 orang bidan, 11 orang perawat (d-iii), 1 orang nutrisionis, 1 orang perawat gigi dan 1 orang tenaga pendukung.

Berdasarkan survei awal diperoleh data kunjungan di Puskesmas Tanjung Tiram menurun lebih dari 50% setelah bulan maret 2014, antusiasme warga dalam mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS Kesehatan Mandiri sudah baik. Puskesmas belum memiliki komputer yang tersambung dengan jaringan internet,


(21)

peralatan kesehatan sudah optimal untuk menangani 155 penyakit yang wajib ditangani oleh puskesmas sebagai FKTP, demikian juga dengan dental unit ada beberapa alat yang mengalami rusak ringan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram meliputi ketersediaan SDM Kesehatan, peralatan medis dan non medis yang mendukung terlaksananya program JKN.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Tahun 2014

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram meliputi ketersediaan SDM kesehatan, sumber biaya, sarana dan prasarana, penggunaan e-katalog untuk persediaan logistik bahan habis pakai maupun obat-obatan, yang mendukung terlaksananya program JKN di Kabupaten Batu Bara.

1.4 Manfaat penelitian


(22)

1. sebagai masukan guna meningkatkan pelayanan secara optimal supaya pelayanan yang diberikan dapat terlaksana sesuai fungsi sebagai

gatekeeper kepada pasien khususnya peserta BPJS.

2. Agar dapat melihat sejauh mana persiapan puskesmas dalam pelaksanaan program JKN

3. Sebagai referensi karena dapat menjadi informasi bagi peneliti yang akan datang apabila ingin melanjutkan penelitian ini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Implementasi Kebijakan

2.1.1. Definisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas,merupakan alat administrasi hukum di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur,dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraihdampak atau tujuan yang diinginkan. Van Meter dan Van Horn membatasiimplementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untukmencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusankebijakan sebelumnya (Winarno, 2012).

Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakanpublik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantungyang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan,adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan (Winarno, 2012).

Implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan yang penting darikeseluruhan proses perencanaan program/kebijakan. Kebijakan yang telahdirekomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwakebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak variabel yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik bersifat individualmaupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkanupaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrat


(24)

pelaksana agarbersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. (Subarsono, 2005)

Patton dan Sawicki dalam Tangkilisan (2003) meyatakan bahwaimplementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untukmerealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untukmengorganisir, menginterpretasikan dan menerapkan kebijakan yang telahdiseleksi. Sehingga dengan mengorganisir, seorang eksekutif mampu mengatursecara efektif dan efisien sumber daya, unit-unit dan teknik yang dapat mendukungpelaksanaan program, serta melakukan interpretasi terhadap perencanaan yangtelah dibuat, dan petunjuk yang dapat diikuti dengan mudah bagi realisasiprogram yang dilaksanakan.

Pressman dan Wildavsky (Solichin, 1997) menyatakan bahwa sebuahkata kerja mengimplementasikan itu sudah sepantasnya terkait langsung dengankata benda kebijaksanaan. Senada dengan ini, Van Meter dan Van Hornmemberikan batasan terhadap konsep implementasi dengan menyatakan bahwaimplementasi kebijakan adalah: tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok), pemerintah, atau swasta yang diarahkanuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusankebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untukmencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Lineberry dalam Putra (2003) menyatakan implementasi adalahtindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta yang diarahkanpada pencapaian tujuan dan sasaran, yang menjadi prioritas dalam keputusankebijakan.


(25)

Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabartier dalam Wahab (2005) implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaandasar, biasanya dalam bentuk Undang-Undang namun dapat pula berbentukperintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusanbadan peradilan. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu,biasanya diawali dengan tahapan pengesahan Undang-Undang kemudian outputkebijakan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan (instansi) pelaksana,dan akhirnya perbaikan-perbaikan penting terhadap Undang-Undang atauperaturan yang bersangkutan. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi masalahyang terjadi sehingga tercipta rangkaian yang terstruktur dalam upayapenyelesaian masalah tersebut.

Sebelum dilakukan pelayanan publik, tentunya akan dirumuskankebijakanuntuk mengatur teknis pelayanan tersebut kepada masyarakat pengguna. Bagaimana agar kebijakan publik yang dirumuskan sesuai dengan yang diinginkanoleh masyarakat, adalah merupakan titik pangkal dari keberhasilan PemerintahDaerah dalam menerima dan mengimplementasikannya.

Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusanadalah:

1. Penafsiran yaitu merupakan kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.


(26)

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lain-lain (Tangkilisan, 2003).

Perlu ditekankan bahwa tahap implementasi kebijakantidak akan dimulai sebelum tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasioleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasiterjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untukmembiayai implementasi kebijakan tersebut (Winarno, 2012).

Dengan demikian kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belumdapat dijadikan indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Prosesyang jauh lebih esensial adalah pada tahapan implementasi kebijakan yangditetapkan. Karena kebijakan adalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebihbersifat semu, abstrak dan konseptual. Namun ketika telah masuk di dalamtahapan implementasi dan terjadi interaksi antara berbagai faktor yangmempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan akandiketahui.

Suatu kebijakan (publik) dikatakan berhasil bila dalam implementasinyamampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketikasuatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebutsebagai kebijakan yang berhasil? Peters (Tangkilisan, 2003) mengatakanbahwa:“Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor,yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudahmengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objekkebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isikebijakan,


(27)

dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masihsamarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasanintern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimanaimplementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannyatidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi,dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktorimplementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannyadengan diferensiasi tugas dan wewenang”.

2.1.2 Model-model Implementasi Kebijakan

Untuk melaksanakan kegiatan dalam tahap implementasi maka dapatdilihat dari berbagai model implementasi kebijakan. Berikut ini model-modelimplementasi kebijakan:

1. Model Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn

Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secaralinier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal SVan Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebihmemfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn (Indiahono, 2009),ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu:

a. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan pada dsarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan. b. Sumber daya. Sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan

financial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan.


(28)

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas. Hal ini menunjukan kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program.

d. Karakterisktik agen pelaksana. Hal ini menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.

e. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Menunjuk bahwa kondisi dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu sendiri.

f. Disposisi implementor. Hal ini menunjukkan bahwa sikap pelaksana menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias, dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.

2. Model Merilee S. Grindle

Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabelbesar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakuptentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu,konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan,kepentingan dan strategi aktor yang terlibat; karakteristik lembaga dan penguasa;kepatuhan dan daya tanggap (Dwidjowijoto, 2006).


(29)

3. Model Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Mazmanian dan Sabatier (Dwidjowijoto, 2006) mengklasifikasikanproses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel. Pertama, variabelindependen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan denganindikator masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman obyek, dan perubahanseperti apa yang dikehendaki.Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untukmenstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensitujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana,dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen sertakualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasidengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalambentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaanatas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakanyang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yangbersifat mendasar.

4. Model George C. Edwards III

Model implemetasi dalam pandangan George C.Edwards ini lebih melihatdari sisi administrasinya .Dalam pandangan Edwards III, implementasi kebijakandipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:

a. Komunikasi.

Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran


(30)

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

b. Sumberdaya.

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi bila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan dengan efektif. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal diatas kertas dan menjadi dokumen saja. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumberdaya finansial serta fasilitas-fasilitas.

c. Disposisi.

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti kejujuran, komitmen, dan sifat demokratis. Apabila implementator memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.

d. Struktur Birokrasi.

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standart operating procedures atau SOP). Dengan


(31)

menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. (Subarsono, 2005).

2.2. Sistem Jaminan Sosial Nasional

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Dijelaskan Bahwa :

2.2.1. Pengertian Sistem Jaminan Sosial Nasional

Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Jenis program Jaminan Sosial meliputi : 1. Jaminan Kesehatan

2. Jaminan Kecelakaan Kerja 3. Jaminan Hari Tua

4. Jaminan Pensiun; dan 5. Jaminan Kematian

2.3. Jaminan Kesehatan Nasional 2.3.1. Asuransi Kesehatan

Beberapa pengertian yang perlu diketahui terkait asuransi tersebut adalah :


(32)

1. Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas resiko sosial ekonomi yang menimpa mereka ataupun keluarganya.

2. Jaminan sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Kebutuhan dasar hidup yang layak dimaksudkan oleh UU SJSN adalah kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup layak demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Jaminan kesehatan adalah sebuah sistem yang memungkinkan seseorang terbebas

dari beban biaya berobat yang relatif mahal yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup lain.

4. BPJS adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan

program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.

2.3.2 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari SJSN.SJSN ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes RI,2012).

Menurut buku pegangan sosialisasi JKN mengacu pada prinsip-prinsip SJSN berikut:


(33)

1. Prinsip kegotongroyongan.

Gotongroyong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit atau yang beresiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan demikian, melalui prinsip gotongroyong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip nirlaba.

Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for

profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya

kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

3.Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifatwajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,


(34)

bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat.

5. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

6. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.3.3. Kepesertaan 1. Jenis-jenis peserta

a. Peserta Penerima Bantuan Iuran jaminan kesehatan (PBI) meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas :

1) Pekerja Penerima Upah dan keluarganya, yaitu Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri, pejabat Negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta dan pekerja lain. 2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu

pekerja diluar hubungan kerja/pekerja mandiri dan pekerja yang penerima upah.

3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas : investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan dan orang yang mampu membayar Iuran.


(35)

4) Penerima pensiun terdiri atas : PNS yang berhenti dengan hak pensiun, anggota TNI dan anggota POLRI yang berhenti dengan hak pensiun serta pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun.

Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi : a) Istri/suami yang sah dari peserta; dan b) Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari peserta, dengan kriteria : tidak atau belum pernah menikan atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 tahun atau belum berusia 25 tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal. Sedangkan peserta non PBI dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.

2. Lokasi pendaftaran peserta

Pendaftaran peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat. 3. Prosedur pendaftaran peserta

a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.

b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan.

4. Hak dan kewajiban peserta Hak Peserta

a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan kesehatan


(36)

b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama

dengan BPJS Kesehatan

d. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan maupun tertulis kekantor BPJS Kesehatan.

Kewajiban peserta

a. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kelahiran, pindah alamat atau pidah fasilitas kesehatan tingkat I

c. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak

d. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan. 5. Masa berlaku kepesertaan

a. Kepesertaan JKN berlaku selama yang bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.

b. Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.

6. Penetapan kepesertaan

Kepesertaan JKN dilakukan secara bertahap, yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi : PBI Jaminan Kesehatan; anggota TNI/PNS di lingkungan Kementrian Pertahanan dan anggota


(37)

keluarganya; anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT. Askes (Persero) beserta keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

2.3.4. Pembiayaan 2.3.4.1. Iuran

Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

2.3.4.2. Pembayar Iuran

a. Bagi PBI Jaminan Kesehatan iuran dibayar oleh pemerintah

b. Bagi peserta pekerja penerima upah, iurannya dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja.

c. Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.

d. Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Perpres dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup layak.

2.3.4.3. Pembayaran Iuran

Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI)


(38)

Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Keterlambatan pembayaran iuran JKN akan dikenakan denda administratif sebesar 2% perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.

Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10 setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.

2.3.5. Pelayanan

2.3.5.1. Jenis Pelayanan

Ada 2 jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yang mencakup :

a. Administrasi pelayanan

b. Pelayanan promotif dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis

d. Tindakan medis spesialistik, baik operatif maupun non operatif e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai


(39)

g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama h. Rawat inap tingkat pertama dengan indikasi medis

2.3.5.2. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar, kecuali berada diluar wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis. 2.2.5.3. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Gatekeeper) : A.Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah :

1. Rawat Jalan Tingkat pertama a. Puskesmas atau yang setara b. Praktik dokter

c. Praktik dokter gigi

d. Klinik pratama atau yang setara

e. Rumah sakit kelas D Pratama atau yang setara

B.Empat fungsi pokok fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai

Gatekeeper

1. Kontak pertama pelayanan, fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap kali mendapat masalah kesehatan.


(40)

2. Pelayanan berkelanjutan, hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan peserta dapat berlangsung secara berkelanjutan sehingga penanganan penyakit dapat berjalan optimal.

3. Pelayanan paripurna, fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan pelayanan yang komprehensif terutama untuk pelayanan promotif dan preventif

4. Koordinasi pelayanan, fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan koordinasi pelayanan dengan penyelengara kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai dengan kebutuhannya.

C.Kompetensi fasilitas kesehatan sebagai Gatekeeper

1. Kompetensi yang harus dimiliki oleh semua gatekeeper adalah standar kompetensi umum sesuai dengan peraturan konsil kedokteran Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang standar kompetensi dokter Indonesia yaitu kompetensi level 4a dimana pada level tersebut dokter mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri.

2. Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh gatekeeper adalah : a. Standar kompetensi dokter keluarga

b. Advance Trauma Life Support (ATLS) c. Advance Cardiac Life Support (ACLS) d. Sertifikat keahlian medis Endokrin e. Pelatihan kesehatan kerja


(41)

2.4.Konsep Puskesmas 2.4.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit fungsional pelayanan kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan, dan penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya secara terpadu dan terkoordinasi.

a. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan Indonesia.

b. Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

c. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan

Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

d. Wilayah Kerja

Secara nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah suatu kecamatan, tetapi apabila suatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan


(42)

keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

2.4.2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indicator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yaitu : 1) Lingkungan sehat; 2) Perilaku sehat; 3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu; 4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan

Misi puskesmas adalah

a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya

c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas

d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.


(43)

2.4.3. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.4.4. Fungsi Puskesmas

2.4.4.1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2.4.4.2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau


(44)

pelaksanaan program kesehatan. Perbedaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

2.4.4.3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi : 1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambahkan dengan rawat inap.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat, serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.


(45)

2.4.5. Struktur Organisasi Puskesmas

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004, struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :

1. Kepala puskesmas

2. Unit tata usaha yang bertanggungjawab membantu kepala puskesmas dalam pengelolaan: data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan serta umum dan kepegawaian.

3. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas :

a. Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

b. Upaya kesehatan perorangan.

4. Jaringan pelayanan puskesmas yaitu : puskesmas pembantu, pos kesehatan

desa, puskesmas keliling dan bidan di desa/komunitas.

2.6. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Kerangka Pikir Proses Pelayanan kesehatan - Sosialisasi - Pelatihan - Pelayanan medis Input - SDM

- Sarana dan prasarana

- Logistik - Sumber biaya - SOP Outcome Universal Coverage Output - Akses - Utilisasi


(46)

Berdasarkan gambar diatas, dapat dirumuskan definisi fokus penelitian sebagai berikut:

1. Masukan (input) adalah semua yang dibutuhkan agar terlaksananya program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram, yang terdiri dari: sumber daya manusia, sarana dan prasarana, logistik, sumber biaya, SOP, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Sumber daya manusia adalah seluruh staf Puskesmas Tanjung Tiram baik pegawai negeri sipil, bidan desa dan pegawai tidak tetap yang terdaftar sebagai staf Puskesmas Tanjung Tiram.

b. Sarana dan prasarana adalah seluruh bahan, peralatan, serta fasilitas yang digunakan dalam program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram. c. Logistik adalah ketersediaan obat-obatan di Puskesmas Tanjung

Tiram.

d. Sumber biaya adalah sumber dana yang digunakan dalam pelaksanaan program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.

e. SOP (Standart Operating Prosedure) adalah serangkaian instruksi kerja tertulis yang didokumentasikan mengenai proses penyelenggaraan program JKN.

2. Proses (Process) adalah langkah-langkah yang harus dilakukan pada saat pelaksanaan Program JKN, meliputi:

Pelayanan Kesehatan

a. Sosialisasi adalah proses pemberitahuan tentang materi yang bersangkutan dengan Program JKN kepada masyarakat, pelayanan


(47)

medis seperti apa yang akan mereka dapatkan di puskesmas, penyakit-penyakit seperti apa sajaa yang boleh dirujuk, dll.

b. Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melatih para petugas puskesmas dalam pelaksanaan program JKN di Puskesmas. c. Pelayanan medis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan pelayanan medis berupa pengobatan kepada pasien.

3. Keluaran (Output) adalah hasil dari suatu program dengan adanya pelayanan kesehatan, baik kesehatan masyarakat maupun perorangan, meliputi akses dan utilisasi

a. Akses terhadap pelayanan kesehatan terkait kendala biaya kesehatan dan geografis.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. (Nawawi, 1993)

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan gejala / keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi. Peneliti memilih bentuk penelitian dekriptif dengan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin memaparkan/mendeskripsikan bagaimana implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tanjung Tiram yang terletak di Kabupaten Batu Bara. Lokasi ini peneliti pilih dengan alasan bahwa Puskesmas Tanjung Tiram merupakan puskesmas yang terletak di wilayah perkotaan dan Kecamatan Tanjung Tiram merupakan kecamatan yang sedang dalam proses pembangunan. Oleh karena itu peneliti


(49)

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Januari 2015.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menetapkan subjek penelitian yang terdiri dari tiga kelompok informan yakni:

a. Informan Kunci. Dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Kepala Puskesmas adalah orang yang bertanggung jawab akan seluruh aktivitas yang berjalan dalam Puskesmas.

2. Dokter Puskesmas adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelayanan pengobatan yang diberikan.

Alasan peneliti memilih kepala puskesmas, dan dokter puskesmas adalah karena mereka yang mengetahui dan memiliki informasi mengenai bagaimana implementasi JKN. Selain itu, kepala puskesmas juga bertanggung jawab akan seluruh aktivitas yang berjalan dalam puskesmas itu sendiri dan segala sesuatu kebijakan pemerintah yang dijalankan oleh pihak puskesmas terlebih dahulu diketahui dan disetujui oleh kepala puskesmas.


(50)

b. Informan Utama dalam penelitian ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas yang menjadi peserta BPJS dengan alasan bahwa mereka lah yang mendapatkan pelayanan yang diberikan oleh puskesmas.

Untuk informan utama tidak ditentukan jumlah yang membatasidilakukannya penelitian. Adapun wawancara terhadap informan utamadilakukan kepada beberapa masyarakat wilayah kerja Puskesmas yang ditemui langsung oleh peneliti.

c. Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasiwalaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang teliti.Dalam hal ini yang menjadi informan tambahan dalam penelitian adalahmasyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas yang bukan merupakan peserta BPJS.

3.4 Karakteristik Informan

Adapun informan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Berikut inidata hasil penelitian dilapangan mengenai karakteristik informan.

1. Identitas Informan Berdasarkan Usia

Usia masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian iniadalah masyarakat dalam usia yang dianggap dewasa,dimana masyarakat yang berhasil ditemui oleh peneliti dengan usiaberkisar antara 20 tahun sampai 60 tahun.

2. Identitas Informan Berdasarkan Pekerjaan

3.5 Teknik Pengumpulan Data


(51)

1. Teknik Pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Wawancara mendalam yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang realtif lama.

b. Pengamatan atau observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data- data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian (Bungin, 2007).

2. Teknik Pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :

a. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.


(52)

b. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti (Suryanto, 2005).

3.6 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Data diperoleh, kemudian diolah secara sistematis. Menurut Moleong (2006) teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta penafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menganalisis data dengan menggunakan model interaktif, yang terdiri dari 3 hal utama yaitu :

1. Reduksi Data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian dan penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung.

2. Penyajian Data, yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.


(53)

3. Penarikan Kesimpulan, yaitu penarikan arti data yang telah ditampilkan. Penarikan makna ini tentunya sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuat (Idrus, 2009).


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten Batu Bara berada pada Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan selat Malaka. Luas wilayah Kabupaten Batu Bara keseluruhannya 904,96 Km2. Dengan ketinggian 0 sampai dengan 50 meter/dpl. Secara administratif Kabupaten Batu Bara terdiri dari 7 kecamatan, 151 desa/kelurahan.

Tabel 4.1. Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Batu Bara

No Sarana Kesehatan Jumlah

Milik Negara

1 Rumah Sakit 1

2 Puskesmas 13

3 Puskesmas Pembantu 62

4 Puskesmas Keliling 14

5 Posyandu 62

6 Poskesdes 27

Milik Swasta

7 Rumah Sakit 1

8 Balai Pengobatan 28

9 Apotek 13

10 Toko Obat 13

11 Praktek dr/drg. 53

Total 287

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Kabupaten Batu Bara sebanyak 287 dan mayoritas adalah posyandu dan puskesmas pembantu yaitu sebanyak 62 unit.


(55)

Kecamatan Tanjung Tiram memiliki luas wilayah 17,379 Km2, memiliki 21 kelurahan dan desa, dengan jumlah penduduk 61,395 jiwa. Kecamatan Tanjung Tiram memiliki 2 unit puskesmas, yaitu Puskesmas Tanjung Tiram dan puskesmas Ujung Kubu, Puskesmas Tanjung Tiram sendiri membawahi 14 unit puskesmas pembantu.

4.1.1. Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Tiram

Untuk mancapai pembangunan kesehatan Puskesmas Tanjung Tiram menetapkan Visi dan Misi. Adapun yang menjadi Visi Puskesmas Tanjung Tiram adalah Tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Batu bara Sehat secara mandiri.

Untuk mencapai Visi tersebut maka ditetapkan Misi sebagai berikut : 1. Membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara mandiri

2. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang bermutu dan terjangkau

Untuk mencapai Visi dan Misi Puskesmas Tanjung Tiram menciptakan sebuah Motto yaitu Sehat Milik Kita Bersama. Visi dan Misi ini menjadi cita-citayang menggerakkan seluruh petugas kesehatan untuk mencapai pembangunan kesehatan di Kabupaten Batu Bara khusunya Puskesmas Tanjung Tiram. Dengan motto inijuga diharapkan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram merasa bahwa kesehatan adalah hak atau sesuatu barang berharga yang telah kita miliki yang harus benar-benar dijaga. Sehingga apabila ada masalah keehatan maka masalah tersebut menjadi tanggung jawab kita bersama.


(56)

4.1.2. Fasilitas Sumber Daya Manusia

Puskesmas didirikan dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh para sumber daya manusia yang ada di puskesmas. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Tanjung Tiram, tenaga kesehatan yang ada sebanyak 43 orang. Dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini :

Tabe 4.2. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Tanjung Tiram

No. Jenis Standar Realitas

1 Dokter Umum 2 1

2 Dokter Gigi 1 0

3 Apoteker 1 0

4 Tenaga Kesehatan masyarakat 1 2

5 Perawat (S1 Ners) 1 0

6 Tenaga Promkes 1 0

7 Epidemiologis 1 0

8 Bidan 6 26

9 Perawat (D-III) 10 11

10 Sanitarian 1 0

11 Nutrisionis 1 1

12 Perawat Gigi 1 1

13 Asisten Apoteker 1 0

14 Analis Kesehatan 1 0

15 Tenaga Pendukung/ Juru (SMK Kes)

1 1

Jumlah 30 43

Sumber: Puskesmas Tanjung Tiram

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tanjung Tiram sebanyak 43 Orang dan mayoritas adalah Bidan yaitu sebanyak 26 Orang.

4.1.3. Fasilitas Gedung


(57)

Tabel 4.3 Jumlah Fasilitas Gedung Puskesmas Tanjung Tiram

No. Fasilitas Gedung Jumlah

1 Ruang Kepala Puskesmas 1

2 Ruang poli umum 1

3 Ruang kartu 1

4 Ruang poli gigi 1

5 Ruang apotek 1

6 Ruang rapat 1

7 Ruang kasir 1

8 Ruang P2M 1

9 Ruang KIA 1

10 Ruang KB 1

11 Ruang laboratorium 1

12 Kamar mandi 2

Jumlah 13

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa fasilitas gedung yang ada di Puskesmas Tanjung Tiram sebanyak 13 ruangan.

4.1.4. Fasilitas Administrasi

Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokoknya dalam bidang pencatatan dan pelaporan data, maka Puskesmas Tanjung Tiram didukung oleh fasilitas administrasi yang terdiri dari meja, kursi lemari arsip, laptop, printer, stempel, kartu berobat pasien, buku laporan obat, buku catatan pasien dan kartu KIA/KB.

4.1.5. Fasilitas Alat Kesehatan

Adapun peralatan yang di miliki Puskesmas Tanjung Tiram adalah: 1. Alat-alat pemeriksaan pasien (thermometer, Tensimeter, stetoskop, dll) 2. Alat-alat pertolongan persalinan (partus set, dll)


(58)

3. Alat-alat suntik dan alat P3K (spuit, kapas, alkohol, dll) 4. Alat-alat laboratorium

5. Alat-alat pemeriksaan dan perawatan gigi (dental unit) 6. Lemari pendingin tempat penyimpanan vaksin

7. Tempat tidur 8. Lemari peralatan 9. Lemari obat

10.Timbangan bayi dan dewasa 11.Gynekology bed

4.1.6. Fasilitas Obat-Obatan

Dalam rangka menjalankan tugas-tugas pokok untuk memulihkan kesehatan dan mengobati penyakit pelayanan Puskesmas Tanjung Tiram didukung obat-obatan dari program JKN itu sendiri yang di sediakan oleh BPJS Kesehatan.

4.1.7. Fasilitas Imunisasi

Fasilitas imunisasi yang di miliki oleh Puskesmas Tanjung Tiram antara lain:

1. Lemari pendingin untuk penyimpanan vaksin 2. Box/termos tempat membawa vaksin ke posyandu 3. Alat-alat imunisasi


(59)

4.1.8. Program Kerja Puskesmas 4.1.8.1. Upaya Kesehatan Wajib

Puskesmas Tanjung Tiram menjalankan 6 (enam) program upaya kesehatan wajib seperti yang tercantum dalam program kesehatan nasional yaitu:

1. Promosi kesehatan

Kegiatan promosi kesehatan masyarakat dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas kepada masyarakat berupa penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

2. Kesehatan lingkungan

Kegiatan utama kesehatan lingkungan yang dijalankan puskesmas yaitu pengelolaan air bersih, pengelolaan pembuangan kotoraan, pengontrolan kesehatan dan kebersihan makanan dan minuman.

3. Kesehatan Ibu dan Anak

Kegiatan yang dilakukan di Kesehatan ibu dan anak antara lain pemeriksaan kesehataan terhadap ibu hamil, mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan memberikan pelayanan dan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil dan menyusui.

4. Keluarga Berencana

Kegiatan yang dilakukan antara lain pelayanan KB terhadap pasangan usia subur, memberikan pelayanan kontrasepsi peserta KB seperti IUD, kondom, implan, suntikan dan pil, serta memberikan penyuluhan tentang alat-alat kontrasepsi kepada calon pengguna alat kontrasepsi.


(60)

5. Upaya perbaikan gizi masyarakat

Kegiatan yang dilakukan dalam upaya perbaikan gizi masyarakat adalah kegiatan masyarakat yang melembagakan peningkatan gizi dalam setiap keluarga, seperti melaksanakan kegiatan pemantauan status gizi melalui peninjauan langsung dan melalui penimbangan anak balita di posyandu, melaksanakan pemberian vitamin A setiap 2 kali dalam setahun.

6. Pemberantasan dan pencegahan penyakit menular 7. Upaya pengobatan

4.1.8.2. Upaya kesehatan pengembangan

Puskesmas Tanjung Tiram menjalankan beberapa upaya kesehatan pengembangan antara lain:

1. Upaya kesehatan sekolah 2. Kesehatan gigi dan mulut

3. Perawatan kesehatan masyarakat

4.1.9. Struktur Organisasi Puskesmas Tanjung Tiram

Berikut ini tugas dan fungsi tenaga kerja di Puskesmas Tanjung Tiram, antara lain:

1. Kepala Puskesmas, yakni: a. Sebagai pimpinan (manager) b. Sebagai tenaga ahli


(61)

2. Urusan Tata Usaha, yakni: a. Melaksanakan administrasi

b. Pengurusan supporting (kepegawaian) c. Perlengkapan

d. Keuangan 3. Staf Puskesmas

Masing-masing bekerja dan bertanggung jawab sesuai dengan bidang/ program kerjanya.

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Tanjung Tiram

Dari gambar di atas terlihat bahwa bagian dari struktur organisasi Puekesmas Tanjung tiram terdiri dari 7 unit atau bagian yang memiliki tugas masing-masing dalam menjalankan program yang terdapat di puskesmas. Dalam

Kepala Puskesmas

KTU Umum, kartu,

kasir

Unit 2

KIA & KB

-KIA -KB -Kesga -Gizi Unit 3 Sanitasi -Promkes -Kesling Unit 4 P2M -Pemberanta san bibit penyakit -Imunisasi Unit 5 Farmasi -Obat -Perbekalan Unit 6 Lab

-Lab TB

-Lab Lain

Unit 7

Pengembangan

- UKS/UkgS

Unit 1

Pengobatan

-Klinik

Umum


(62)

penelitian ini seluruh bagian puskesmas memiliki perannya masing-masing dalam menjalankan Program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.

Tabel 4.4. Jumlah Kunjungan Puskesmas Tanjung Tiram Sebelum dan Sesudah Program JKN

Bulan 2013 2014

Januari 1022 1128

Februari 1152 872

Maret 1131 1079

April 997 417

Mei 995 334

Juni 1112 316

Juli 1153 237

Agustus 871 296

September 1084 346

Oktober 1139 309

November 1142 327

Desember 1225 417

Rata-rata 1085 506

Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan setelah program JKN berjalan di tahun 2014, dan diiringi dengan pernyataan petugas puskesmas mengenai penurunan jumlah kunjungan “kunjungan pasien berobat ke puskesmas ini menurun karena kurangnya tenaga dokter, dokter hanya ada satu orang dan merangkap sebagai kepala puskesmas, jadi ketika kepala puskesmas rapat dokter di puskesmas kosong, kalaupun kepala puskesmas ada di puskesmas jika pasien banyak mereka menunggu lama yang menyebabkan mereka mengeluh, jadi mereka lebih memilih untuk berobat ke pelayanan kesehatan swasta”.


(63)

Tabel 4. 5. Jumlah Kasus Yang Dirujuk Ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Yang Tidak Termasuk Dan Termasuk Dalam 155 Penyakit Yang Wajib Ditangani Oleh Puskesmas Sebagai FKTP.

Bulan

Jumlah kasus yang termasuk dalam 155

penyakit

Jumlah kasus yang tidak termasuk dalam

155 Penyakit

Jumlah Jumlah kunjungan

n f n f n f N

Januari 14 1,24 40 3,55 54 4,79 1128

Februari 20 2,29 42 4,82 62 7,11 872

Maret 10 0,93 26 2,41 36 3,34 1079

April 24 5,76 64 15,35 88 21,10 417

Mei 15 4,49 33 9,88 48 14,37 334

Juni 16 5,06 29 9,18 45 14,24 316

Juli 5 2,11 24 10,13 29 12,24 237

Agustus 12 4,05 46 15,54 58 19,59 296

September 18 5,20 70 20,23 88 25,43 346

Oktober 12 3,88 43 13,92 55 17,80 309

November 9 2,75 50 15,29 59 18,04 327

Desember 16 3,84 30 7,19 46 11,03 417

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa ada banyak kasus yang dirujuk oleh Puskesmas Tanjung Tiram yang merupakan kasus penyakit yang wajib ditangani puskesmas sebagai FKTP.

4.2 Karakteristik Informan

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6. Karakteristik Informan No Informan Jenis

Kelamin

Umur (Tahun)

Pendidikan Jabatan 1. dr. Deni Syahputra Laki-laki 32 Dokter

Umum

Kepala Puskesmas 2. Fauziah Bayazid Perempuan 46 D-III Bidan KTU

3. Ramlan Laki-laki 50 SMP Pasien


(64)

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini adalah 4 informan

4.3. Pelaksanaan Implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara

4.3.1. Pernyataan Informan Tentang Sosialisasi Program JKN

Hasil penelitian yang dilakukan tentang sosialisasi program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7. Matriks pertanyaan informan tentang sosialisasi program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara

No. Informan Pernyataan 1.

2.

Informan 1

Informan 2

“sosialisasi program JKN sudah kami lakukan, media yang kami gunakan adalah leaflet, untuk petugas yang memberikan informasi adalah petugas puskesmas bagian P2M, ketika mereka memberikan pelayanan imunisasi di posyandu, disana sambil dilakukan pemberian informasi mengenai program JKN dan yang menerima informasi tentu saja masyarakat yang berada di wilayah kerja kami, yang kami beritahukan kepada mereka seperti cara mendaftar, berapa uang preminya, masyarakat yang sudah memiliki kartu jamkesmas langsung terdaftar otomatis, dan lainnya yang berhubungan dengan program JKN tersebut.”

“kalau untuk sosialisasi program JKN sudah lama kami lakukan, media yang kami gunakan itu leaflet, seperti bentuk brosur gitu.. petugas yang memberikan informasi itu pegawai bagian P2M, sambil mereka memberikan imunisasi di posyandu, tapi ada juga masyarakat yang datang ke posyandu hanya untuk mendengar informasi JKN


(65)

3.

4.

Informan 3

Informan 4

tersebut, rata-rata masyarakat wilayah kerja kami sudah mendapatkan informasi tentang JKN ini, isi informasi yang kami berikan itu seperti jumlah premi, cara mendaftar, bagi masyarakat yang terdaftar jamkesmas itu langsung terdaftar menjadi peserta JKN dan itu otomatis.”

“saya dengar kemaren sewaktu ada posyandu ada petugas puskesmas yang kasih tahu tentang JKN ini”

“saya tahu tentang JKN ini sewaktu saya berobat ada Petugas puskesmas yang bilang ke saya soal JKN ditambah lagi di TV kn sering iklan tentang JKN dik..”

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui, kedua informan menyatakan hal yang sama tentang sosialisasi Program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara adalah sudah mereka lakukan dengan menggunakan leaflet, petugas yang memberikan informasi adalah petugas bagian P2M, masyarakat wilayah kerja Puskesmas Tanjung Tiram seluruhnya sudah mendapatkan informasi mengenai program JKN, isi informasi yang diberikan berkaitan dengan program JKN.

4.3.2. Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara

Hasil penelitian yang dilakukan tentang ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara dapat dilihat dari tabel 4.7 berikut ini:


(1)

pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan biaya. Meskipun pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin telah tersedia, belum semua penduduk miskin memanfaatkan pelayanan ini karena tidak mampu menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan akibat kendala biaya dan jarak transportasi.

Dalam penelitian ini tidak ada masalah tehadap akses masyarakat dalam menjangkau Puskesmas Tanjung Tiram, namun hal ini tidak disertai dengan tenaga kesehatan yang merata, kemerataan tenaga kesehatantidak sesuai dengan porsi yang dibutuhkan oleh puskesmas.

5.3.2. Utilisasi.

Utilisasi dalam pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dan provider. Konsumen disini adalah masyarakat, kelurga, individu sebagai sasaran dari pelayanan kesehatan. Sementara provider adalah para tenaga kesehatan yang secara langsung bekerja melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Dalam penelitian ini utilisasi masyarakat dan Puskesmas Tanjung Tiram mengalami penurunan berdasarkan jumlah data kunjungan pasien yang didapat dari Puskesmas Tanjung Tiram pada tahun 2013 rata-rata kunjung pasien sebesar 1085 jiwa/bulan menurun di tahun 2014 menjadi 506 jiwa/bulan.


(2)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang Implementasi Program Jaminan Kesehatan di Puskesmas Tanjung tiram Kabupaten Batu Bara dapat disimpulkan bahwa:

1. Tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram sangat minim terutama untuk tenaga dokter, hal ini menyebabkan turunnya jumlah kunjungan di puskesmas Tanjung tiram yang semula di tahun 2013 rata-rata jumlah kunjungan adalah 1085 jiwa/bulan berkurang ditahun 2014 menjadi 506 jiwa/bulan, hal ini menunjukkan bahwa implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram tidak baik.

2. Jumlah dan jenis tenaga kesehatan di Puskesmas Tanjung Tiram tidak sesuai dengan standar yakni banyaknya staf yang diberikan tanggung jawab tidak sesuai dengan keahliannya, terlalu banyak tenaga kesehatan yang dibutuhkan tidak terdapat di Puskesmas Tanjung Tiram sehingga implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram terhambat pelaksanaanya. 3. Sarana dan prasarana puskesmas tanjung tiram sudah cukup baik untuk

menangani 155 penyakit yang wajib ditangani oleh FKTP, hal ini mendukung implementasi JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.

4. Sistem logistik Puskesmas Tanjung Tiram belum menggunakan dan belum dipersiapkan untuk menggunakan e-katalog, seharusnya e-katalog sudah diberlakukan untuk seluruh puskesmas di Indonesia untuk mendukung Implementasi JKN di Puskesmas.


(3)

5. Sumber dana yang digunakan Puskesmas Tanjung Tiram untuk program JKN menggunakan dana APBD dan dana kapitasi, namun penggunaannya tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI no 19 tahun 2014 yakni 90% untuk jasa dan 10% untuk operasional puskesmas yang seharusnya 60% untuk jasa dan 40% untuk operasional puskesmas.

6. Sosialisasi program JKN yang dilakukan oleh Puskesmas Tanjung Tiram sudah cukup baik untuk menunjang pelaksanaan program JKN di Puskesmas Tanjung Tiram.

7. Sistem rujukan di Puskesmas Tanjung Tiram sudah cukup baik, dengan prosedur yang benar maka pasien tidak akan ditolak oleh rumah sakit tempat merujuk.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk menambah petugas Puskesmas Tanjung Tiram sesuai dengan posisi yang diperlukan guna meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas Tanjung Tiram.

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara untuk melakukan persiapan menggunakan e-katalog di puskesmas-puskesmas dalam lingkup Dinas Kesehatan Batu Bara guna mendukung keberhasilan program JKN.


(4)

3. Diharapkan kepada Bupati Kabupaten Batu Bara untuk mengawasi penggunaan dana kapitasi di Puskesmas Tanjung Tiram agar sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Diharapkan kepada Puskesmas Tanjung Tiram untuk memanfaatkan tenaga kesehatan yang ada agar melengkapi kemampuan tenaga kesehatan yang belum terdapat di Puskesmas Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan, 2014.”Panduan praktis Gate Keeper concept Faskes BPJS Kesehatan”

_________, 2014.“Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan”

_________, 2014.“Panduan Layanan Bagi Peserta BPJS Kesehatan”

Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Dwidjowojoto, R.N. 2006.Kebijakan Publik Untuk Negara Berkembang. Jakarta: Elek Media Komputindo

pada tanggal 11 Desember 2013 pukul 20:45

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan

Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta : Erlangga

Indiahono, Dwiyanto.2009. Perbandingan Administrasi Publik. Yogyakarta : Gava Media

Kapusrengun BPPSDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2014. “Pemenuhan Tenaga Kesehatan Dalam Jaminan Kesehatan SJSN” Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Nomor 63 Tahun 2003

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia “Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional”

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nawawi, Hadari. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan


(6)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional

Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik: Perubahan dan inovasi kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi

Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar dan Universitas Sunan Giri Surabaya

Singarimbun, Masri. 2012. Metode Penelitian Survay. Jakarta : PT. Pustaka LP3NS

Solichin, Abdul Wahab.1997. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke

Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Jakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D. Alfabeta : Bandung Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif

Pendekatan. Jakarta : Prenada

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset

Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan PublikTeori, Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS.