TINJAUAN YURIDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT (STUDI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK)

(1)

TINJAUAN YURIDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

(STUDI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK)

Oleh RIA YULIANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

(STUDI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK)

Oleh Ria Yulianti

Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan salah satu bagian dari hukum kesehatan yang merupakan perpaduan dua cabang ilmu yang berbeda yakni hukum dan kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek adalah salah satu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan dibidang kesehatan gigi dan mulut. Salah satu bentuk perawatan gigi dan mulut adalah perawatan orthodonti atau perawatan menggunakan kawat gigi. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek ?; (2) Bagaimana hubungan hukum antara dokter gigi dan pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata ?; (3) Bagaimana tanggung jawab antara dokter gigi dan pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata ?. Untuk itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui bentuk-bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek, mengetahui hubungan hukum antara dokter gigi dan pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata, mengetahui tanggung jawab antara dokter gigi dan pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif terapan, dengan tipe penelitian hukum deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif terapan, yaitu dilakukan dengan mengidentifikasi pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, metode pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini melalui studi pustaka, studi dokumen, dan wawancara. Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif.


(3)

Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan menunjukkan bahwa Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek terdapat enam orang dokter gigi dan delapan orang perawat gigi, mereka bekerja secara tim sesuai wewenang masing-masing. Terdapat berbagai bentuk pelayanan untuk kesehatan gigi dan mulut yang berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hubungan medis serta hubungan hukum antara dokter gigi dan pasien adalah hubungan yang objeknya adalah pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut khususnya perawatan orhtodonti. Dalam hal hubungan yang timbul dari perjanjian atau yang disebut dengan transaksi terapeutik atau perjanjian terapeutik, mengenai syarat sahnya transaksi terapeutik didasarkan Pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 50-53 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran mengatur mengenai hak dan kewajiban antara pasien dan dokter. Ada dua jenis tanggung jawab dari seorang dokter terhadap pasiennya yakni tanggung jawab secara kode etik dokter gigi dan tanggung jawab secara hukum khususnya perdata.


(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Gigi dan Mulut ... 8

1. Fungsi Gigi ... 8

2. Perawatan Orthodonti ... 9

B. Hukum Kesehatan Gigi dan Mulut ... 16

1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 17

2. Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut ... 19

3. Hubungan Antara Pasien dan Dokter Gigi ... 24

4. Hak dan Kewajiban Pasien ... 26

5. Hak dan Kewajiban Dokter ... 27

6. Tangggung Jawab Tenaga Kesehatan ... 30

7. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek ... 32

C.Aspek Hukum Perdata ... 33

1. Hubungan Hukum ... 34

2. Perjanjian ... 35

3. Wanprestasi ... 37

4. Perbuatan Melawan Hukum ... 38

5. Kerangka Pikir ... 40

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Tipe Penelitian ... 43

1. Jenis Penelitian ... 43

2. Tipe Penelitian ... 43

B. Pendekatan Masalah ... 44

C. Data dan Sumber Data ... 44

D. Metode Pengumpulan Data ... 46

1. Metode Pengumpulan Data ... 46

2. Metode Pengolahan Data ... 47


(7)

2. Bentuk Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Poli Gigi

RSUD Dr. H. Abdul Moeloek ... 50 B. Hubungan Hukum Antara Dokter Gigi dan Pasien Dalam Praktik

Perawatan Orthodonti Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata ... 53 C.Tangung Jawab Dokter Gigi Terhadap Pasien Dalam Praktik

Perawatan Orthodonti Ditinjau Dari Segi Hukum Perdata ... 58 1. Tanggung Jawab Etik ... 58 2. Tanggung Jawab Hukum ... 62

V. PENUTUP

A.Kesimpulan ... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Kesehatan merupakan hak asasi manusia, sehingga setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, perlindungan dan berkelanjutan guna pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa serta pembangunan nasional. Didalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan1 menyatakan “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis”.

Kesehatan masyarakat merupakan modal utama dalam pembangunan akan membawa dampak terhadap pembangunan nasional, karena dengan keadaan masyarakat yang sehat baik jasmani dan rohani akan memaksimalkan pembangunan di Indonesia. Pemerintah telah berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dengan menyediakan sarana dan

1


(9)

prasarana yang mendukung serta tenaga kesehatan yang profesional di bidangnya masing-masing.

Globalisasi telah membawa pengaruh terhadap perkembangan dalam dunia kesehatan, baik dari teknologi kesehatan atau cara pandang masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jasa pelayanan kesehatan terkadang membuat mereka menjadi objek bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh penghasilan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika profesi dalam bidang kesehatan. Pada UUD 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu bagi setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Setiap tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam melakukan upaya kesehatan harus sesuai dengan standar profesi yang telah ditetapkan. Tenaga kesehatan disebut sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan dan pasien disebut sebagai penerima jasa layanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan dibebani tanggung jawab atas perilaku yang tidak baik yang dapat merugikan pasien.


(10)

Salah satu contohnya adalah dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dapat kita temui dalam masyarakat yaitu praktik-praktik perawatan orthodonti atau yang lebih dikenal dengan praktik pemasangan kawat gigi. Perawatan orthodonti adalah sebuah cara yang saat ini lazim digunakan untuk memperbaiki susunan gigi yang tidak rapih, serta memperbaiki masalah lingual (speach). Perawatan orthodonti sebenarnya sudah ada sejak dahulu, namum belum begitu populer dikarenakan biaya yang dibutuhkan relatif mahal dan pemahaman masyarakat akan perlunya perawatan orthodonti serta terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang memahami perawatan di bidang tersebut. Sedangkan saat ini perawatan orthodonti sudah berkembang pesat seiring dengan tingginya minat masyarakat terhadap pemasangan kawat gigi khususnya dikota - kota besar.

Keadaan gigi yang tidak teratur dalam rongga mulut, seperti gigi berjejal, gigi tonggos, atau gigi jarang dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain menggangu fungsi bicara, menggangu fungsi pengunyahan serta fungsi sendi dan otot dikarenakan letak struktur rahang atas dan rahang bawah yang tidak seimbang, selain itu dapat menggangu penampilan atau estetik. Untuk mengatasi masalah tersebut maka para ahli dibidang kedokteran gigi telah mengembangkan suatu ilmu perawatan orhodonti dengan cara memasangkan kawat gigi beserta komponen lainnya guna memperbaiki kondisi gigi dan rahang seseorang seseorang.

Perkembangan trend dalam pemasangan kawat gigi tidak hanya dilakukan oleh orang-orang yang bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut, hal tersebut juga banyak dilakukan oleh berbagai kalangan khususnya anak-anak muda untuk


(11)

memperbaiki penampilan atau untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Perawatan orthodonti biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, khusus bagi pemasangan kawat gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodonti namun mengingat jumlah mereka yang sangat terbatas sehingga Pemerintah memberikan kewenangan bagi dokter gigi umum yang memiliki sertifikasi khusus dan telah mengikuti pelatihan dalam keahlian perawatan orthodonti untuk melakukan pelayanan kesehatan khususnya perawatan orthodonti. Saat ini perawatan orthodonti menggunakan kawat gigi tidak hanya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodonti dan dokter gigi umum, namun dilakukan oleh perawat gigi dan tukang gigi yang banyak dijumpai di masyarakat.

Dalam pelayanan kesehatan terdapat suatu hubungan yang terjadi antara tenaga kesehatan dan pasien, khususunya dalam perawatan orthodonti pola hubungan antara dokter dan pasien pengguna kawat gigi adalah pola hubungan vertikal yang paternalistik dan pola hubungan horizontal kontraktual. Dalam hubungan vertikal kedudukan dokter sebagai pemberi jasa layanan kesehatan tidak sederajat dengan pasien sebagai penerima jasa layanan kesehatan, sedangkan pola hubungan horizontal kontraktual kedudukan pasien dan dokter kedudukannya sederajat. Mereka tidak hanya terikat dalam hal pemberian layanan kesehatan gigi dan mulut berupa perawatan ortodonti, namun terkait akan berbagai aspek hukum jika dikaitkan akan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak jika ditinjau dari segi hukum perdata dan hukum kesehatan. Hal tersebut guna melindungi pasien dari tenaga kesehatan yang tidak bertanggung jawab.


(12)

Praktik-praktik perawatan orthodonti menggunakan kawat gigi dapat dengan mudah kita temui diberbagai daerah, salah satunya di daerah Provinsi Lampung. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek adalah salah satu Rumah Sakit yang juga memberikan layanan perawatan orthodonti. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek memiliki sebuah Poli Gigi dengan didukung tenaga kesehatan serta alat – alat yang canggih yang khusus melayani masalah kesehatan gigi dan mulut, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek memberikan perawatan orthodonti menggunakan kawat gigi. Pelayanan kesehatan ini berbeda dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut lainnya, perawatan orthodonti menggunakan kawat gigi ini bertujuan untuk estetika seseorang dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga terdapat prosedur yang berbeda dalam hal pelayanan antara perawatan orthodonti dengan yang lain.. Apabila terjadi kesalahan dalam pemasangan atau dalam perawatan kawat gigi maka hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan pasien, dan tidak menutup kemungkinann bahwa hal tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi pasien yang menggunakan jasa layanan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu perlu adanya kejelasan bagi pasien dan dokter selama terjadinya transaksi terapuetik

Pemerintah juga telah mengatur hal tersebut dan memberlakukan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, diharapkan dengan adanya Undang-undang tersebut dapat memberi perlindungan bagi pasien agar tidak terjadi pelanggaran. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang

dituangkan dengan judul “ Tinjauan Yuridis dalam Pelayanan Kesehatan Gigi


(13)

B.Rumusan Masalah Dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek ?

b. Bagaimana hubungan hukum antara dokter gigi dan pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata.

c. Bagaimana tanggung jawab dokter gigi terhadap pasien praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata.

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini meliputi lingkup bidang ilmu adalah hukum keperdataan, sedangkan lingkup pembahasan mengenai tinjauan yuridis dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya perawatan orthodonti di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek.

b. Untuk mengetahui hubungan hukum antara dokter gigi dan pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata.

c. Untuk mengetahui tanggung jawab dokter gigi terhadap pasien dalam praktik perawatan orthodonti ditinjau dari segi hukum perdata


(14)

D.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian tentang hukum perdata mengenai kesehatan gigi dan mulut.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai :

a. Sumbangan pemikiran, bahan bacaan dan sumber informasi serta kajian lebih lanjut mengenai kesehatan gigi dan mulut.

b. Sumber bacaan bagi masyarakat umum dan acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Kesehatan Gigi dan Mulut 1. Fungsi Gigi

Gigi merupakan struktur putih kecil yang ada di dalam mulut manusia dan menjadi salah satu organ yang sangat penting dalam proses pencernaan dalam tubuh. Gigi digunakan untuk mengoyak, mengikis, memotong dan mengunyah makanan. Pada manusia dapat ditemui empat macam gigi yang terdapat pada mulut yaitu :

a. Gigi Seri adalah gigi yang memiliki satu akar yang berfungsi memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya.

b. Gigi taring adalah gigi yang memiliki satu akar dan memiliki fungsi untuk mengoyak makanan atau benda lainnya.

c. Gigi graham kecil adalah gigi yang memiliki dua akar yang berfungsi menggilas dan mengunyah makanan atau benda lainnya.

d. Gigi graham adalah gigi yang memiliki tiga akar yang berfungsi melumat dan mengunyah makanan atau benda lainnya.

Gigi memiliki peran penting dalam tubuh manusia, kesehatan gigi merupakan investasi bagi masa depan sehingga kita harus menjaga kesehatan gigi dan rongga mulut kita. Gigi merupakan bagian dari rongga mulut yang terdiri dua macam


(16)

jaringan. Jaringan yang bersifat keras terdiri dari email dan dentin, sedangkan jaringan yang bersifat lunak yaitu pulva. Berikut ini adalah beberapa fungsi gigi : a. Pengunyahan

Gigi memiliki peran penting untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pengunyahan didalam rongga mulut maka makanan yang ada diproses menjadi lebih halus dan mempermudah proses penelanan. Proses pengunyahan dipengaruhi oleh keseimbangan posisi antara rahang atas dan rahang bawah, apabila tidak seimbang maka akan menggangu proses pengunyahan sehingga gigi tidak dapat bekerja secara maksimal.

b. Berbicara

Gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf tertentu seperti huruf T,V,F,D dan S. Tanpa gigi maka bunyi huruf-huruf tersebut tidak akan terdengar sempurna.

c. Estetik

Gigi dan rahang dapat mempengaruhi senyum seseorang, dengan adanya gigi yang rapi dan bersih maka senyum seseorang akan terlihat lebih menarik dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gigi yang tidak beraturan. Selain itu bentuk rahang juga akan mempengaruhi bentuk wajah seseorang.

2. Perawatan Orthodonti

Ortodonti berasal dari kata orthos yang artinya lurus dan donti/dent berarti gigi. Jadi alat ortodonti adalah alat-alat yang berguna untuk meluruskan posisi gigi pada lengkuk rahang yang normal2. Perawatan orthodonti tidak hanya dilakukan

2

Rina J Suryanegara, Memperbaiki dan Memperindah Posisi Gigi Anak, (Jakarta : Merentas Generasi Sehat.2000), hal. 38.


(17)

oleh dokter spesialis ortodontis tetapi juga dapat dilakukan oleh dokter gigi umum yang memiliki umum yang memiliki sertifikat khusus dan telah mengikuti serangkaian pelatihan mengenai perawatan orhtodonti, selain itu dalam melakukan perawatan orthodonti harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

Perawatan orthodonti adalah perawatan yang sebagian besar dilakukan untuk memperbaiki posisi gigi yang dianggap tidak bagus, misalnya gigi yang berdesak desakan atau gigi depan yang tumbuh terlalu kedepan. Perawatan yang dimulai sejak persiapan ruangan untuk pergeseran gigi, bisa berupa pencabutan gigi maupun memperbesar ukuran rahang. Setelah ada ruangan, gigi-gigi yang bermasalah akan digeser dengan tenaga yang dihasilkan dari tarikan kawat. Perawatan orthodonti sebenarnya sudah aja sejak lama, namun seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi dalam dunia kesehatan perawatan orthodonti yang semula menggunakan alat yang begitu rumit dan biaya yang sangat mahal namun kini menjadi lebih modern dan harga yang relatif terjangkau bagi masyarakat yang menginginkan nilai estetika yang lebih terhadap kesehatan giginya.

Namun sangat disayangkan bahwa banyak pihak yang melakukan praktik perawatan orthodonti secara bebas dan mereka tidak memiliki pengetahuan di bidang perawatan orthodonti serta tidak memiliki izin dalam melakukan praktik perawatan orthodonti. Selain itu harga perawatan orthodonti pun beragam mulai dari ratusan ribu, jutaan bahkan hingga puluhan juta sesuai dengan kebutuhan pasien dan tempat pasien melakukan perawatan orthodonti.


(18)

a. Fungsi Kawat Gigi

Kawat gigi atau yang biasanya dikenal sebagai behel adalah sebagai salah satu upaya untuk merapikan susunan gigi yang tidak rapih. Kawat gigi merupakan bagian dari perawatan ortodonti yang bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi agar rapi dan teratur, memperbaiki hubungan gigitan atau oklusi antara gigi yang ada di rahang atas dan rahang bawah, bahkan juga memperbaiki posisi rahang dan proporsi wajah atau nilai estetik.

Banyak orang melakukan perawatan gigi dengan menggunakan kawat gigi dengan berbagai tujuan, yakni :

1) Mengatasi masalah sendi pada rahang 2) Kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi 3) Keperluan estetika

4) Mengembalikan fungsi gigi 5) Mengikuti gaya hidup

Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda dalam perawatan gigi dengan menggunakan kawat gigi, hal tersebut akan mempengaruhi calon pengguna kawat gigi dalam menentukan produk apa yang akan digunakan dan kepada siapa ia akan melakukan perawatan layanan kesehatan giginya. Selain itu harga produk yang akan dipasarkan juga relatif bersaing antara tenaga kesehatan gigi.

b. Jenis-Jenis Kawat Gigi

Hingga saat ini alat orthodonti atau yang lebih dikenal dengan kawat gigi dan saat ini banyak digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu kawat gigi lepasan (removeble appliance) dan kawat gigi cekat (fixed appliance).


(19)

1) Kawat Gigi Lepasan

Alat ortodonti atau kawat gigi lepasan adalah alat ortodonti yang dapat dipasang, dilepas, dan dibersihkan oleh pasien sendiri. Sesuai fungsinya sebagai alat penggeser posisi gigi ke tempat yang diinginkan, alat ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

a) Bagian Aktif

Bagian aktif terbuat dari kawat stainless steel yang dapat berfungsi memberikan tekanan pada gigi agar bergerak ke tempat yang diinginkan. Bentuknya bermacam-macam sesuai dengan fungsinya untuk menggeser gigi ke depan, ke belakang, ke samping dan sebagainya.

b) Bagian Retensi

Bagian retensi terbuat dari kawat stainless steel dan berfungsi untuk menahan alat-alat agar tidak terlepas dari mlut dan diam ditempatnya. Meskipun demikian alat ini tetap mudah dilepaskan oleh pasien.

c) Pelat Dasar

Pelat dasar terbuat dari akrilik yang sangat tipis, tetapi cukup kuat untuk mendukung bagian aktif dan retensi. Pelat ini menempel pada langit-langit untuk rahang atas dan di dasar mulut untuk rahang bawah. Bentuknya sangat tipis sehingga pasien sangat nyaman dengan alat ini.

Kawat gigi lepasan berupa plat aklirik yang memiliki komponen kawat yang menempel pada gigi, kawat gigi jenis ini lebih disukai oleh para pengguna kawat gigi karena biayanya lebih murah, perawatannya lebih mudah dan tidak terlalu menggangu penampilan, dapat dilepas sehingga akan lebih mudah dalam


(20)

melakukan perawatan dan dalam menjaga kebersihan mulut, sedangkan untuk hasil akhirnya tidak terlalu berbeda dengan kawat gigi cekat.

2). Kawat Gigi Cekat

Alat orthodonti cekat atau yang lebih dikenal kawat gigi cekat ialah alat yang direkatkan pada gigi, yang pemasangan dan pelepasannya hanya dapat dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodonti atau dokter gigi umum yang sudah memiliki keterampilan khusus dalam perawatan orthodonti. Dengan demikian, pasien tidak dapat memasang atau melepasnya sendiri. Kawat gigi cekat diperlukan bagi pengguna yang memiliki masalah maloklusi yang dinilai berat, kawat gigi lebih bisa mengendalikan dan mengatur arah pergerakan gigi yang rumit secara lebih akurat.

Berdasarkan fungsinya, kawat gigi cekat terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : a) Pita Logam

Pita logam atau band terbuat dari stainless steel yang dibalut mengelilingi permukaan gigi dan satu gigi dibalut dengan satu pita. Pita ini berfungsi sebagai tempat pemasangan behel/bracket.

b) Behel/bracket

Bagian ini terbuat dari logam stainless steel, komposit, porselen dan emas 24 karat. Biasanya behel dipasang pada gigi 1 sampai 5 di rahang atas atau rahang bawah di bagian gigi depan sehingga pemakaian alat ini akan mempengaruhi penampilan pemakainya. Behel dapat direkatkan langsung pada permukaan gigi atau direkatkan pada pita logam yang telah dipasang sebelumnya. Alat ini berfungsi untuk menghasilkan tekanan pada gigi. Band dan behel diletakkan ke permukaan gigi sehingga alat ini tidak dapat bergerak seperti kawat gigi lepasan


(21)

sehingga waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama jika dibandingkan dengan penggunaan kawat gigi lepasan. Untuk biaya yang dibutuhkan dalam perawatan kawat gigi cekat mulai dari pemasangan awal hingga selesai cenderung lebih mahal daripada kawat gigi lepasan, hal tersebut dikarenakan perawatannya kawat gigi cekat lebih sulit dibanding dengan kawat gigi lepasan serta hasilnya yang lebih maksimal.

Bahan bracket yang biasa dipakai dokter gigi ada empat jenis yaitu :

1) Logam stainless steel (metal bracket), bahan ini memiliki kekuatan yang paling baik dan dapat membentuk gigi dengan kuat, selain itu tipe ini paling banyak digunakan karena lebih murah.

2) Emas 24 karat, bahan ini khusus untuk pasien yang memiliki alergi terhadap logam.

3) Porselin untuk memperoleh tampilan behel yang transparan.

4) Kristal safir, bracket yang paling transparan dibanding bahan lain. Sedangkan pengikat biasanya terbuat dari karet dan dapat diganti warnanya sesuai permintaan pasien.

c) Lengkung Kawat/archwire/busur labial

Sesuai dengan namanya, alat ini terbuat dari kawat stainless steel yang dipasang ditengah-tengah behel. Sifatnya elastis sehingga dapat menimbulkan tekanan pada gigi.

d) Alat Pembantu/auxiliary

Alat ini dipakai bersama-sama dengan lengkung kawat untuk menggeser atau menggerakkan gigi.


(22)

c. Prosedur Pemasangan Kawat Gigi

Dalam melakukan pemasangan kawat gigi pasien melalui tiga tahapan yaitu : 1) Pra Pemasangan Kawat Gigi

Sebelum melakukan pemasangan kawat gigi pada tahapan ini dokter akan menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan kawat gigi, mengenai lama perawatan, tahapan perawatan, waktu mulai perawatan, terutama biaya pemasangan dan kesepakatan harga. Pada masa ini pasien melakukan konsultasi dengan dokter spesialis ortodontis yang mempunyai keahlian khusus untuk menangani pasien yang mengalami masalah dengan susunan gigi tidak teratur dan rapi. Dokter akan memeriksa keadaan gigi pasien dengan melakukan pengecekan dan ronsen, seberapa parah kerusakan atau keadaan gigi pasien sehingga ia dapat menentukan kawat gigi yang cocok dengan pasien. Dari hasil pemeriksaan aka akan di kumpulkan data mengenai pasien, data tersebut berupa model cetakan gigi, X-ray dari gigi dan rahang, serta foto-foto gigi dan wajah pasien.

2) Pemasangan Kawat Gigi

Setelah melakukan konsultasi, menyepakati harga dan melakukan pengecekan lebih intensif terhadap gigi pasien maka dokter akan akan memastikan keadaan gigi pasien benar-benar dalam keadaan baik dan siap untuk melakukan pemasangan kawat gigi pada pasien. Apabila keadaan gigi pasien belum layak untuk melakukan pemasangan kawat gigi maka dokter akan melakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien hingga dokter menyatakan bahwa kondisi gigi pasien sudah sehat dan dapat dilakukan pemasangan kawat gigi.


(23)

3) Pasca Pemasangan Kawat Gigi

Setelah proses pemasangan kawat gigi dinyatakan selesai namun tugas dokter tetap berlanjut pada perawatan gigi sang pasien, perawatan tersebut membutuhkan waktu yang cukup panjang karena masih akan melakukan perawatan terhadap pasien hingga keadaan gigi pasien menjadi lebih baik. Dalam tahapan ini pasien akan melakukan kontrol secara rutin untuk melakukan perawatan orthodonti hingga dokter yakin bahwa kondisi gigi pasien sudah mencapai kondisi yang diinginkan.

B. Hukum Kesehatan Gigi dan Mulut

Hukum kesehatan merupakan perpaduan antara dua cabang ilmu yang berbeda, yaitu antara hukum dan kesehatan. Sebagai sebuah cabang ilmu yang berdiri sendiri, hukum mempunyai peran yang sangat penting untuk membawa masyarakat ke tujuan yang dicita-citakan bersama, yaitu kehidupan yang damai dan sejahtera. Hukum kesehatan telah mencakup berbagai peraturan mengenai pemeliharaan dan perawatan kesehatan yang terancam atau kesehatan yang rusak, serta perlindungan bagi pasien dan tenaga kesehatan.

Menurut Pasal 1 Ayat (1) UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis3. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

3


(24)

sebagaiman dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatan Indonesia (Perhuki), hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan maupun dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-pedoman medis nasional/internasional, hukum dibidang kesehatan, jurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran/kesehatan4.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian dari bidang hukum kesehatan, hal tersebut berdasarkan Pasal 93-94 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pemerintah telah menjamin masyarakat dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan menyediakan tenaga kesehatan yang profesional dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas. Pelayanan kesehatan dapat kita peroleh mulai dari Puskesmas, Rumah Sakit, balai pengobatan atau dokter praktek swasta. Menurut

4


(25)

Pasal 1 Ayat (12-15) Undang-Undang Kesehatan5 (selanjutnya disingkat UUK) menjelaskan mengenai beberapa jenis pelayanan kesehatan yaitu :

a. Pelayanan kesehatan promotif

Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kegiatan.

b. Pelayanan kesehatan preventif

Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit.

c. Pelayanan kesehatan kuratif

Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif

Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Saat ini pelayanan kesehatan dapat diorientasikan dengan dua hal yakni materi dan kepentingan publik, artinya selain memberikan jasa pelayanan kesehatan maka tenaga kesehatan juga mengambil keuntungan dalam pemberian jasa

5


(26)

layanan kesehatan, dan hal tersebut akan mempengaruhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dalam upaya pelayanan kesehatan terkadang nasib pasien yang menggunakan jasa dalam bidang kesehatan tidak selalu sesuai antara harapan dan kenyataan. Ketidak-tahuan masyarakat mengenai kesehatan membuat mereka menjadi objek bagi tenaga kesehatan untuk memperoleh penghasilan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika profesi dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.

Menurut Pasal 93 UUK bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.6

2. Tenaga Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan7 bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Menurut Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan8 bahwa tenaga kesehatan terdiri dari :

a. Tenaga medis : dokter dan dokter gigi b. Tenaga keperawatan : perawat dan bidan

6

Lihat, Pasal 93 UUK

7

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 No.49

8


(27)

c. Tenaga kefarmasian : apoteker, analisis farmasi, asisten apoteker.

d. Tenaga kesehatan masyarakat : epidemiolog kesehatan, entemolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.

e. Tenaga gizi : nutrisionis, dan dietisien (ahli gizi).

f. Tenaga keterapian fisik : fisioterapis, okupasiterapis, terapis wicara.

g. Tenaga keteknisian medis : radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedik, teknisi transfusi, perekam medis, analisis kesehatan, refraksionis optisien, ortotik prostetik.

Menurut Pasal 1 Ayat (6) UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan9 bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Berikut adalah beberapa jenis tenaga kesehatan gigi dan mulut : a. Dokter Gigi

Dokter dan Dokter Gigi adalah lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis memiliki kemampuan yang sama dalam bidang kesehatan gigi dan mulut secara umum, hanya saja dokter gigi spesialis membutuhkan waktu pendidikan yang lebih lama dan lebih fokus terhadap salah satu bagian dalam bidang ilmu kesehatan gigi dan mulut. Seluruh dokter gigi dapat melakukan

9


(28)

perawatan yang mencakup semua bagian yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut, begitu pula perawatan orthodonti dapat dilakukan oleh dokter gigi umum yang memiliki sertifikat khusus dan telah mengikuti serangkaian pelatihan mengenai perawatan orhtodonti, selain itu dalam melakukan perawatan orthodonti harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Namun apabila kasus yang dialami pasien tidak dapat diselesaikan maka mereka akan merujuk pasien tersebut ke dokter spesialis gigi yang lain.

Berikut ini adalah tujuh macam dokter gigi spesialis : 1) Dokter spesialis gigi anak (Gelar : Sp.KGA)

Dokter gigi ini mempunyai keahlian khusus untuk menangani pasien anak-anak. Mulai dari pertumbuhan dan perkembangan giginya sampai psikologis anak dalam hal ini apabila sang anak memiliki masalah rasa takut terhadap dokter gigi ataupun apabila sang anak sangat sulit untuk dilakukan perawatan oleh dokter gigi umum. Anak-anak dengan keterbatasan (cacat) juga dapat dirawat oleh dokter gigi ini.

2) Dokter spesialis konservasi gigi (Gelar : Sp.KG)

Konservasi gigi maksudnya adalah sebisa mungkin mempertahankan dan mengembalikan fungsi normal gigi. Perawatan yang dilakukan dokter gigi ini adalah penambalan, perawatan saluran akar/endodontik (gigi yang sakit berdenyut ataupun berlubang besar), dan estetik (pemutihan dan memperbaiki bentuk gigi.

3) Dokter spesialis prostodonsia/prostodontis (Gelar : Sp.Pros)

Dokter gigi ini mempunyai keahlian untuk membuat berbagai jenis gigi tiruan, mulai dari yang lepasan maupun gigi tiruan cekat. Sama seperti konservasi


(29)

gigi, ahli prostodontis juga bisa memperbaiki bentuk gigi namun dengan teknik yang berbeda-beda.

4) Dokter spesialis penyakit mulut (Gelar : Sp.PM)

Dokter gigi ini mempunyai keahlian khusus untuk menangani pasien yang mengalami masalah dengan penyakit mulut yang tidak biasa, seperti sariawan yang tak kunjung sembuh, berbagai luka maupun kelainan di mukosa mulut. 5) Dokter spesialis bedah mulut (Gelar : Sp.BM)

Dokter gigi ini mempunyai keahlian khusus untuk menangani pasien yang mengalami masalah seperti membuang kista, tumor, pencabutan gigi yang sulit, maupun masalah sendi rahang dan pembedahan lain yang berkaitan dengan mulut. Perawatan implant gigi, dan tindakan seperti bedah plastic untuk memperbaiki wajah pada kasus bibir sumbing.

6) Dokter spesialis ortodonsia/ortodontis (Gelar : Sp.Ort)

Dokter gigi ini mempunyai keahlian khusus untuk menangani pasien yang mengalami masalah dengan susunan gigi yang tidak teratur dan rapi. Mereka bertugas melakukan pemasangan kawat gigi dan memperbaiki struktur gigi dan rahang, serta mengembalikan gigi sesuai dengan fungsinya. Dokter gigi spesialis orthodontis adalah pihak yang paling berwenang dalam perawatan orthodonti berupa pemasangan kawat gigi terhadap pasien.

7) Dokter spesialis Peridonsia (Gelar : Sp.Perio)

Dokter gigi ini mempunyai keahlian khusus untuk menangani pasien yang mengalami masalah dengan jaringan periodontal. Mereka melakukan perawatan skeling atau membersihkan karang gigi hingga bedah periodontal.


(30)

b. Perawat Gigi

Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan dalam kelompok keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus berdasarkan Standar Profesi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 378/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perawat Gigi Menteri Kesehatan Repubik Indonesia bahwa Perawat gigi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan perawat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, selanjutnya perawatan gigi yang menjalankan tugasnya di seluruh Indonesia harus mempunyai SIPG dan SIK sesuai dengan Peraturan Pemerintah. Perawat gigi merupakan salah satu unsur pemberi pelayanan kesehatan gigi di institusi pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya yang secara nyata telah membaktikan dirinya di Indonesia. Perawat gigi dapat memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan didampingi oleh dokter gigi dan atau dokter gigi spesialis, namun dalam pemasangan kawat gigi terkadang dapat kita temui perawat gigi yang melakukan kegiatan yang berkaitan dengan perawatan pasien pengguna kawat gigi dan hal tersebut diperkenankan selama hanya memeriksa, membantu memperbaiki namun tidak memiliki wewenang dalam perancangan terhadap perawatan orthodonti.

c.Tukang Gigi

Tukang gigi adalah mereka yang melakukan pekerjaan dibidang kesehatan gigi, yang tidak mempunyai ijazah resmi dari Departemen Kesehatan atau dari lembaga pendidikan yang diakui oleh Departemen Kesehatan. Kecuali itu, mereka juga tidak mempunyai pendidikan yang didasarkan atas ilmu


(31)

kedokteran gigi untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dalam pemasangan kawat gigi terkadang masyarakat lebih menyukai melakukan pemasangan kawat gigi kepada tukang gigi, hal tersebut dikarenakan tarif yang dikenakan terhadap jasa pemasangan kawat gigi lebih murah dan prosesnya lebih mudah dibanding dengan jasa pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh dokter gigi. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pemahaman mengenai perawatan orthodonti terkadang membuat mereka menjadi objek bagi tukang gigi, padahal mereka tidak memiliki wewenang dalam perawatan dan perancangan terhadap perawatan orthodonti. Sejak disahkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1871/Menkes/Per/IX/2011 tentang Pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 339/Menkes/Per/V/1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi, seharusnya tukang gigi sudah tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan gigi hal tersebut berdasarkan banyaknya tukang gigi yang melakukan pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan prosedur sehingga mengakibatkan kerugian terhadap kesehatan masyarakat.

3. Hubungan Antara Pasien dan Dokter Gigi

Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Saat ini fenomena yang mengedepankan pasien tidak lagi semata-mata menerima tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis. Sebab pada prinsipnya transaksi terapuetik (penyembuhan) antara dokter dan pasien bertumpu pada salah satu hak dasar manusia, yaitu hak untuk menentukan nasibnya sendiri (the right to self determination).


(32)

Dokter adalah pihak yang mempunyai keahlian di bidang kedokteran, sedangkan pasien adalah orang sakit yang membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Pada kedudukan ini dokter adalah orang sehat yang juga memahami dalam bidang penyakit yang dibidanginya sementara pasien adalah orang sakit yang awam mengenai penyakitnya.10 Dokter dan pasien adalah dua subjek hukum yang terkait dalam hukum kedokteran, keduanya membentuk baik hubungan medis maupun hubungan hukum. Hubungan medis dan hubungan hukum antara dokter dan pasien adalah hubungan yang objeknya pemeliharaan kesehatan pada umumnya dan pelayanan kesehatan pada khususnya.11

Suatu hubungan yang terjadi antara dokter dan pasien biasa disebut hubungan transaksi terapeutik atau kontrak terapuetik antara dokter dengan pasien. Dalam transaksi terapuetik ini, hubungan dan pasien dikuasai perikatan berdasarkan daya upaya/usaha maksimal untuk menyembuhkan pasien, tetapi tidak menjanjikan kesembuhan.12 Dalam hubungan kontraktual terdapat hak dan kewajiban dari kedua belah pihak yang harus dihormati, serta tanggung jawab jika ada yang tidak memenuhi kesepakatan tersebut. Karena sifat hubungan yang tidak seimbang tersebut maka faktor kepercayaan memegang peranan penting.13 Secara yuridis timbulnya hubungan antara dokter dengan pasien bisa berdasarkan 2 hal, yaitu : Perjanjian (ius contractual) atau yang disebut dengan transaksi terapeutik, hubungan ini sifatnya pribadi antara dokter dengan pasiennya karena

10

Ari Yunanto, op.cit, hal :1

11

Agus Budiarto dan Gwendolyn Inggrid Utama, op.cit, hal. 89

12

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumennya (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 116.

13


(33)

didasarkan pada kepercayaan, dan undang-undang (zaakwarneming).14 Hubungan dokter dan pasien umumnya tidak setara, ada kesenjangan di antara keduanya dalam berbagai aspek. Biasanya pasien berada di pihak yang lemah, yang oleh karena itu perlu mendapat perlindungan.

4. Hak dan Kewajiban Pasien

Hak pasien berdasarkan Pasal 52 Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran15 bahwa hak pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran adalah:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medik; d. Menolak tindakan medik;

e. Mendapatkan isi rekam medik.

Hak pasien berdasarkan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan16 bahwa pasien dalam menerima pelayanan kesehatan memiliki hak hak sebagai berikut:

a. Hak atas kesehatan, termasuk juga didalamnya akses untuk mendapatkan sumber daya dibidang kesehatan; memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, mutu yang terjangkau; dan menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang dibutuhkan bagi dirinya sendiri.

b. Lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

14

Agus Budiarto dan Gwendolyn Inggrid Utama, op.cit, hal. 88.

15

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116

16


(34)

c. Hak atas informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggungjawab, termasuk informasi tentang data kesehatan dirinya

termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari tenaga kesehatan.

d. Hak atas pendapat kedua. e. Hak atas rahasia kedokteran.

f. Hak untuk memberikan persetujuan dan menolak tindakan medis.

g. Hak atas ganti rugi apabila ia dirugikan karena kesalahan atau kealpaan tenaga kesehatan.

Kewajiban pasien berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran17 bahwa kewajiban pasien dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran adalah:

a. Memberi informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya; b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi;

c. Memenuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya.

5. Hak dan Kewajiban Dokter

Menurut Fred Ameln, selain hak dan kewajiban pasien juga terdapat hak dan kewajiban tenaga kesehatan. Hak tenaga kesehatan adalah18 :

a. Hak untuk bekerja menurut standar medis

b. Hak menolak melakasanakan tindakan medis karena secara profesional tidak dapat dipertanggungjawabkan.

17

Lihat Pasal 53 UU Praktik Kedokteran.

18


(35)

c. Hak untuk menolak suatu tindakan medis yang menurut hati nuraninya (consience) tidak baik, dengan demikian tenaga kesehatn mempunyai kewajiban untuk merujuk ke tenaga kesehatan lain.

d. Hak mengakhiri hubungan dengan pasien jika tenaga kesehatan menilai bahwa kerja sama dengan pasien dengannya tidak adalagi gunanya (geen zinvolle samenwerking).

e. Hak atas privasi tenaga kesehatan/dokter, pasien harus menghagai dan menghormati hal yang menyangkut privasi tenaga kesehatan/dokter, misalnya jangan memperluas hal yang sangat pribadi dari tenaga kesehatan/dokter yang ia ketahui sewaktu mendapatkan pengobatan.

f. Hak atas informasi/pemberitahuan pertama dalam mengahadapi pasien yang tidak puas terhadapnya.

g. Hak atas balas jasa.

h. Hak atas pemberian penjelasan lengkap oleh pasien tentang penyakit yang dideritanya, misalnya agar tenaga kesehatan dapat didiagnosis dengan baik, pasien harus pula bekerja sama sebaik mungkin.

i. Hak untuk membela diri.

j. Hak untuk memilih pasien. Hak ini sama sekali tidak merupakan hak mutlak. Lingkungan sosial merupakan hal yang sangat mempengaruhi hak ini.

Di bidang kesehatan hak dan kewajiban pun menjadi hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilaksanakan. Mengingat kelalaian untuk memenuhi hak dan kewajiban akan menimbulkan dampak yang tidak kecil.19

19

Alexandra Indriyanti Dewi, Etika dan Hukum Kesehatan (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher. 2008), hal. 137.

22


(36)

Pasal 50 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran20 menyebutkan hak dokter dalam menjalankan tugas profesinya. Dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Dalam hal ini dokter yang akan melakukan praktik sesuai dengan standar tidak dapat disalahkan dan bertanggungjawab secara hukum atas kerugian atau cidera pasien karena kerugian dan cidera tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian dokter.

b. Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional. Dokter diberi hak untuk menolak permintaan pasien atau keluarganya yang dianggap melanggar standar profesi dan atau standar prosedur operasional.

c. Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien atau keluarganya. Dokter tidak hanya memerlukan informasi kesehatan dari pasien, melainkan informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas pasien dan faktor-faktor kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya panyakit dan penyembuhan penyakit.

d. Menerima imbalan jasa atau hak atas imbalan jasa adalah hak yang timbul sebagai akibat hubungan dokter dan pasien, yang pemenuhannya merupakan kewajiban pasien. Dalam keadaan darurat atau kondisi tertentu, pasien tetap dapat dilayani dokter tanpa mempertimbangkan finansial.

1990), Hal. 1006

20


(37)

Dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran21 bahwa dokter dan dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban untuk :

a. Memberikan pelayan medis sesuai dengan standar profesi dan standar operasional.

b. Merujuk ke dokter atau dokter gigi yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan kedokteran gigi.

6. Tangggung Jawab Tenaga Kesehatan

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan,dsb) dan menurut hukum berfungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap tindak sendiri atau pihak lain.22 Tanggung jawab hukum tenaga kesehatan dimaksud sebagai keterkaitan seorang tenaga kesehatan terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan profesinya.

21


(38)

Tanggung jawab hukum tenaga kesehatan dapat dilihat dari segi hukum perdata, pidana dan administrasi dan berdasarkan kode etik kedokteran di Indonesia. Dalam pertanggung-jawaban hukum seorang dokter sebagai pengemban profesi, dokter harus selalu bertanggungjawab dalam menjalankan profesinya. Karena tanggung jawab dokter dalam hukum demikian luasnya, maka dokter juga harus mengerti dan memahami ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya. Termasuk di dalamnya tentang pemahaman hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesinya sebagai dokter.23

Tanggung jawab menurut hukum digantungkan pada adanya persyaratan yuridis sesuai dengan bidang hukumnya. Tanggung jawab dalam hukum pidana berbeda dengan tanggung jawab dalam hukum perdata. Umumnya tanggung jawab pidana mencakup unsur-unsur pokok yaitu :

a. Adanya pelaku yang mampu bertanggung jawab; b. Adanya tindakan atau perbuatan yang salah; c. Ada hukuman yang akan dijatuhkan.24

Tanggung jawab hukum secara perdata digantungkan pada sifat hubungan yang akan melahirkan hak-hak keperdataan. Tanggung jawab dalam hukum perdata dapat dimintakan berdasarkan pelanggaran kontrak karena wanprestasi (nonperformence) atau melalui perbuatan melawan hukum. Untuk meminta

23

Anny isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku 1. (Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher. 2006), hal. 3.

24

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. (Bandar Lampung : Universitas Lampung. 2007), hal. 93.


(39)

pertanggungjawaban melalui hukum perdata mensyaratkan keharusan adanya kesalahan dari pihak pelakunya.25

7. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.Abdul Moeloek

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit Umm Daerah Dr. H Abdul Moeloek adalah rumah sakit milik pemerintah daerah Tingkat 1 Lampung, sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan tingkat 1 Lampung dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Provinsi Lampung. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer : 41 / Menkes/SK/II/1987 ditetapkan menjadi rumah sakit kelas B non pendidikan berkapasitas 400 kamar tidur, serta didirikan diatas tanah seluas 85.770 m2 diwilayah Tanjung Karang Kotamadya Bandar Lampung.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek memiliki berbagai pelayanan yang guna menyelenggarakan upaya peningkatan mutu kesehatan masyarakat, untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan maka disediakan berbagai klinik dan apotik di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek. Salah satu poli klinik yang ada adalah Poli Gigi yang khusus melayani pasien yang membutuhkan pelayanan secara spesifik tentang kesehatan gigi dan mulut. Poli Gigi ini memiliki 6 (enam) orang dokter gigi umum yang bekerja setiap hari dan dibantu dengan 8 (delapan) perawat guna memperlancar pelayan terhadap pasien di Poli Gigi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek.


(40)

C.Aspek Hukum Perdata

Dalam kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut terjadi suatu hubungan diantara dokter dan pasien, dimana ketika terjadinya transaksi terapeutik atau peristiwa pemberian layanan kesehatan oleh sang dokter maka timbullah suatu keterikatan, dan dalam hukum hal tersebut diatur Pasal 1320 KUH Perdata yang membahas mengenai perjanjian, secara tidak langsung maka telah terjadi keterikatan antara dokter dan pasien dalam pemberian layanan kesehatan, namun pelayan kesehatan gigi dan mulut tidak semua sukses seperti yang diharapkan, hal tersebut terkait dengan kasus-kasus yang terjadi akibat kesalahan dalam pemberian layanan medis. Dengan demikian perlu adanya pertanggungjawaban dari tenaga kesehatan dalam bidang hukum perdata, maka ada dua bentuk pertanggungjawaban pokok, yaitu :

a. Pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan karena wanprestasi.

b. Pertanggungjawaban atas kerugian yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum.

Ada tiga prinsip pertanggungjawaban perdata yang diatur dalam KUH Perdata, yaitu :

a. Setiap tindakan yang menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang yang melakukannya harus membayar kompensasi sebagai pertanggungjawaban kerugian (Pasal 1365 KUH Perdata).

b. Seseorang harus bertanggngjawab tidak hanya karena kerugian yang dilakukannya dengan sengaja, tetapi juga karena kelalaian atau kurang berhati-hati (Pasal 1366 KUH Perdata).


(41)

c. Seseorang harus memberikan pertanggungjawaban tidak hanya atas kerugian yang ditimbulkan dari tindakan orang lain yang berada dibawah yan pengawasannya (Pasal 1367 KUH Perdata).

Hubungan antara dokter dan pasien dapat dianalogikan sebagai hubungan antara produsen dan konsumen yang tertuang di dalam pasal 19 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 yang mengatur tanggung jawab dokter dan dokter gigi sebagai pelaku usaha.

1. Hubungan Hukum

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai kumpulan manusia, hukum dibutuhkan oleh manusia karena hukum memiliki arti dan fungsi yang penting bagi kehidupan manusia itu sendiri. Hukum dapat diartikan keseluruhan peraturan yang bersifat memaksa dan berlaku dalam suatu negara, baik peraturan yang berbentuk tertulis atau tidak tertulis yang mempunyai sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Hukum merupakan himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.

Hubungan-hubungan yang diatur oleh hukum itu di sebut hubungan hukum sebagai terjemahan bahasa Belanda rechtbetrekking. Istilah hubungan hukum menunjukan adanya dua segi yang tarik menarik, yaitu adanya hak dan kewajiban26. Hubungan hukum adalah hubungan antar subjek hukum menurut

26


(42)

ketentuan hukum yang dapat berupa ikatan hak dan kewajiban27. Dalam hubungan hukum, hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain. Hubungan hukum memiliki tiga unsur yakni sebagai berikut : a. Adanya orang-orang yang hak dan kewajibannya saling berhadapan. b. Adanya objek yang berlak berdasarkan hak dan kewajibannya tersebut.

Adanya hubungan hukum antara pemilik hak dan kewajiban atau adanya hubungan atas objek yang bersangkutan28.

2. Perjanjian

Suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa saat seorang berjanji kepada seorang lain atau saat dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. Hal yang harus dilaksanakan itu dinamakan prestasi29. Dalam perjanjian terdapat dua belah pihak yang terikat dalam hubungan hukum sebagai kreditur atau orang yang berpiutang dan debitur atau orang yang berhutang.

Definisi perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata, berbunyi : “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Menurut Wiryono Prodjodikoro perjanjian diartikan sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau tidak melakukan suatu hal sedangkan pihak yang lain berhak menuntut pelaksanaan janji tersebut.30

27

Wahyu Sasongko, Dasar-Dasar Ilmu Hukum (Bandar Lampung : Universitas Lampung, 2010), hal.50.

28

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2001), hal. 269.

29

Agus Budiarto dan Gwendolyn Inggrid Utama, Aspek Jasa Pelayanan Kesehatan dalam Perspektif Perlindungan Pasien, (Bandung : KPD Bandung, 2010), hal 64.

30


(43)

Perjanjian merupakan suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.31 Berdasarkan ketentuan pada Pasal 1320 KUH Perdata, perjanjian harus memenuhi empat syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pembuatnya Syarat-syarat dalam Pasal 1320 KUH Perdata sering disebut empat syarat sah perjanjian, yaitu : a. Kesepakatan para pihak.

b. Kecakapan untuk membuat perikatan atau dianggap dewasa, tidak di bawah pengampuan, dan tidak dilarang oleh undang-undang untuk membuat perjanjian.

c. Adanya objek tertentu. d. Adanya kausa yang halal.32

Dalam hukum perjanjian berlaku suatu asas yang dinamakan asas konsensualisme (consensus) atau kesepakatan, bahwa dalam suatu perjanjian diisyaratkan adanya kesepakatan. Arti konsensualisme ialah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas.33

Meninjau macam hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian-perjanjian itu dibagi dalam tiga macam, yaitu :

a. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan suatu barang.

Ukurannya adalah objek perikatannya, wujud prestasinya, yaitu berupa suatu kewajiban bagi debitur untuk memberikan sesuatu berupa benda bertubuh

31

Ibid. hal 64.

32Ibid

. hal. 64-65

33


(44)

maupun benda tidak bertubuh yang dilatar belakangi oleh hubungan para pihak dalam perjanjian tersebut, biasanya para pihak disebut debitur dan kreditur. b. Perjanjian untuk berbuat sesuatu

Perjanjian untuk berbuat sesuatu atau melakukan suatu perbuatan dapat secara mudah dilaksanakan secara riil, asalkan bagi pihak kreditur tidak penting oleh siapa perbuatan itu akan dilakukan. Prestasi ini juga berlaku dalam hubungan antara dokter dan pasien, seoang yang telah sepakat denan pasien untuk menyembuhkan rasa sakit dari pasien, terikat pada prestasi untuk berbuat sesuatu, yaitu memberikan jasanya kepada pasien.

c. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu

Pada perikatan ini kewajiban prestasinya bukan sesuatuyang bersifat aktif melainkan pasif yang dapat berupa tidak berbuat sesuatu atau membiarkan sesuatu berlangsung.

3. Wanprestasi

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang berarti prestasi yang buruk (wanbeheer yang berarti pengurusan buruk dan wandaad yang berarti perbuatan buruk). Wanprestasi adalah apabila salah sat pihak tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka ia dikatakan ia melakukan “wanprestasi”. Menurut Subekti, wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) salah satu pihak (debitur) dapat berupa empat macam, yaitu :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan melakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan.


(45)

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.34

Sebagai akibat terjadinya wanprestasi maka debitur harus : a. Mengganti Kerugian

Debitur harus membayar ganti rugi sebagai akibat kerugian yang diderita kreditur. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1243 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa penggantian biaya, rugi, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatanannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuat hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggan waktu yang telah dilampaukannya.

b. Pembatalan perjanjian

Jika perikatan itu timbul dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat meminta pembatalan atau pemutusan perjanjian. Pembatalan perjanjian bertujuan membawa kedua belah pihak kembali kepada keadaan sebelum perjanjian.

c. Risiko

Risiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihaknya yang menimpa barang yang menjadi objek perjanjian.

4. Perbuatan Melawan Hukum

Di dalam hukum perdata, selain gugatan yang didasarkan pada wanprestasi juga dapat dilakukan gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum. Pengertian perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau

34


(46)

badan hukum yang oleh karena salahnya telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam ilmu hukum dikenal tiga kategori dari perbuatan melawan hukum, yaitu sebagai berikut :

a. Perbuatan melawan hukum karena kesengajaan (pasal 1365);

b. Perbuatan melawan hukum tanpa kesalahan/tanpa unsur sengaja maupn kelalaian (pasal 1366);

c. Perbuatan melawan hukum karena kelalaian (1367).35

Berdasarkan perkembangan pengertian tentang PMH, maka terdapat empat kriteria dari perbuatan melawan hukum :

a. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.

Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban si pelaku, tetapi tidak semua perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban si pelaku dapat dituntut ganti kerugian.

b. Melanggar hak subjektif orang lain.

c. Melanggar kaidah kesusilaan, yakni kaidah-kaidah moral sejauh yang diterima oleh masyarakat sebagai kaidah hukum tertulis.

d. Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian, serta kehati-hatian.

35Ibid.


(47)

5. Kerangka Pikir

Peraturan Perundang-undangan

Tanggung Jawab Dokter Gigi dan Pasien dalam

Praktik Perawatan Orthodonti jika di tinjau Dari Segi Hukum Perdata Perawatan

Orthodonti Pelayanan Kesehatan

Gigi dan Mulut

Bentuk Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek

Hubungan Hukum Antara Dokter Gigi dan Pasien dalam Praktik Perawatan Orthodonti jika di tinjau Dari


(48)

Keterangan:

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dukungan Pemerintah dalam menjamin ketertiban dan kepastian hukum direalisasikan dengan memberikan dasar hukum berupa Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran serta aspek hukum lain yang mendukung dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pemerintah telah mengupayakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut seoptimal mungkin di berbagai wilayah di Indonesia, dan salah satunya adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek di provinsi Lampung. Berbagai jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek dan salah satunya adalah jenis perawatan orthodonti atau yang lebih dikenal dengan pemasangan kawat gigi. Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi agar rapi dan teratur, memperbaiki hubungan gigitan atau oklusi antara gigi yang ada di rahang atas dan rahang bawah, bahkan juga memperbaiki posisi rahang dan proporsi wajah. Pemasangan kawat gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodontis, namun pemerintah memberikan kewenangan untuk melakukan pemasangan kawat gigi kepada dokter gigi umum yang memiliki sertifikat dan telah mengikuti pelatihan dalam perawatan orthodonti. Pengguna kawat gigi atau dapat disebut sebagai pasien adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam pemasangan kawat gigi, sedangkan dokter gigi atau tenaga kesehatan yang dapat disebut sebagai pelaku usaha di bidang jasa pelayanan kesehatan sehingga terdapat keterkaitan diantara mereka, dimana kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban yang telah diatur


(49)

dalam undang-undang. Pemasangan kawat gigi adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan derajat kualitas kesehatannya dengan demikian perlu adanya perlindungan terhadap para pengguna kawat gigi sehingga Pemerintah memberi jaminan akan hal tersebut dengan menyediakan tenaga kesehatan yang profesional dan berwenang dalam memberikan pelayanan kesehatan dibidang pemasangan kawat gigi, namun tidak menutup kemungkinan dalam melakukan praktik terjadi suatu kesalahan atau kelalaian dalam pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga diperlukan tanggung jawab dari tenaga kesehatan mengingat adanya suatu hubungan hukum diantara kedua belah pihak sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Dengan demikian kita dapat mengetahui akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam perawatan dan pemasangan kawat gigi.


(50)

V. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terdapat di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, bentuk pelayanan kesehatan yang ada berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah perawatan orthodonti untuk memperbaiki kondisi rahang seseorang, perawatan ini sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodontis namun dokter gigi umum yang ada di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dapat melakukannya karena memiliki sertifikat dan mengikuti serangkaian pelatihan mengenai perawatan orthodonti khususnya dalam pemasangan kawat gigi sesuai dengan prosedur dan standar pelayanan medis yang telah ditentukan. Hingga saat ini belum pernah menghadapi gugatan dari pasien dengan alasan telah terjadi suatu kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut, karena dokter gigi dan perawat yang ada di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek telah bekerja sesuai prosedur dan standar yang telah ditentukan.


(51)

2. Dalam perawatan orthodonti terdapat suatu hubungan dokter gigi dengan pasien dalam upaya pelayanan medis yang didasarkan atas rasa kepercayaan pasien. Hubungan hukum kontraktual yang terjadi antara pasien dan dokter terjadi sejak pasien melakukan pendaftaran, pengambilan nomor antrian, menyerahkan berkas rekam medis, dan dokter melakukan wawancara medis dan tindakan medis terhadap pasien. Sedangkan dokter yang bekerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek sudah menyatakan kesediaanya untuk menangani pasien sejak ia mengikatkan diri untuk bekerja pada Rumah Sakit. Antara dokter gigi dan pasien terdapat kesepakatan mengenai jasa perawatan orthodonti yang kemudian menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan hal tersebut terkait dengan tanggung jawab yang telah diatur berdasarkan undang-undang.

3. Tanggung jawab hukum dokter gigi terhadap pasien perawatan orthodonti : a. Tanggung Jawab Etik yaitu yang menyangkut moral profesi yang terangkum

dalam Lafal Sumpah Dokter dan dijabarkan dalam Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.

b. Tanggung Jawab Hukum jika ditinjau dari segi hukum perdata yaitu :

Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum perdata yang terkait dengan aturan-aturan/pasal-pasal dalam KUH Perdata yang mencakup dua hal yaitu :

1. Tanggung jawab hukum perdata dokter gigi kepada pasien karena wanprestasi

2. Tanggung jawab hukum perdata dokter karena perbuatan melawan hukum.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Budiarto dan Gwendolyn Ingrid Utama. 2010. Aspek Jasa Pelayanan Kesehatatn Dalam Perspektif Perlindungan Pasien. KPD Bandung. Bandung.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Gilang Ramadhan, Ardy. 2010. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Bukune. Jakarta.

Hadikusuma, Hilman. 1984. Bahasa Hukum Indonesia. Alumni. Bandung. Hendrik. 2012. Etika dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Indriyati Dewi, Alexandra. 2008. Etika dan Hukum Kesehatan. Pustaka Book

Publisher. Yogyakarta.

Isfanyarie, Andi. 2006. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

J. Suryanegara, Rina. 2000. Memperbaiki dan Memperindah Posisi Gigi Anak. Merentas Generasi Sehat. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Abadi. Bandung.

Wirjono Prodjodikoro. 2000. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Mandar Maju. Bandung.

Sasongko Wahyu. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Unila. Bandar Lampung.

Soekanto,Soerjono. 1989. Aspek Hukum Kesehatan. IND-HILL-CO. Jakarta. Soekanto,Soerjono.1987. Pengantar Hukum Kesehatan. Remadja Karya CV.

Bandung.


(53)

Yunanto Ari, Helmi. 2010. Hukum Pidana Malpraktik Medik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

_________ , 2010. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Citra Umbara. Bandung.


(1)

Keterangan:

Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

Dukungan Pemerintah dalam menjamin ketertiban dan kepastian hukum direalisasikan dengan memberikan dasar hukum berupa Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran serta aspek hukum lain yang mendukung dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pemerintah telah mengupayakan penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut seoptimal mungkin di berbagai wilayah di Indonesia, dan salah satunya adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek di provinsi Lampung. Berbagai jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut tersedia di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek dan salah satunya adalah jenis perawatan orthodonti atau yang lebih dikenal dengan pemasangan kawat gigi. Perawatan orthodonti bertujuan untuk memperbaiki susunan gigi agar rapi dan teratur, memperbaiki hubungan gigitan atau oklusi antara gigi yang ada di rahang atas dan rahang bawah, bahkan juga memperbaiki posisi rahang dan proporsi wajah. Pemasangan kawat gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodontis, namun pemerintah memberikan kewenangan untuk melakukan pemasangan kawat gigi kepada dokter gigi umum yang memiliki sertifikat dan telah mengikuti pelatihan dalam perawatan orthodonti. Pengguna kawat gigi atau dapat disebut sebagai pasien adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam pemasangan kawat gigi, sedangkan dokter gigi atau tenaga kesehatan yang dapat disebut sebagai pelaku usaha di bidang jasa pelayanan kesehatan sehingga terdapat keterkaitan diantara mereka, dimana kedua belah pihak memiliki hak dan kewajiban yang telah diatur


(2)

42

dalam undang-undang. Pemasangan kawat gigi adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan derajat kualitas kesehatannya dengan demikian perlu adanya perlindungan terhadap para pengguna kawat gigi sehingga Pemerintah memberi jaminan akan hal tersebut dengan menyediakan tenaga kesehatan yang profesional dan berwenang dalam memberikan pelayanan kesehatan dibidang pemasangan kawat gigi, namun tidak menutup kemungkinan dalam melakukan praktik terjadi suatu kesalahan atau kelalaian dalam pemasangan kawat gigi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sehingga diperlukan tanggung jawab dari tenaga kesehatan mengingat adanya suatu hubungan hukum diantara kedua belah pihak sehingga menimbulkan hak dan kewajiban. Dengan demikian kita dapat mengetahui akibat hukum jika terjadi kesalahan dalam perawatan dan pemasangan kawat gigi.


(3)

V. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berbagai bentuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terdapat di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek, bentuk pelayanan kesehatan yang ada berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah perawatan orthodonti untuk memperbaiki kondisi rahang seseorang, perawatan ini sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi spesialis orthodontis namun dokter gigi umum yang ada di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek dapat melakukannya karena memiliki sertifikat dan mengikuti serangkaian pelatihan mengenai perawatan orthodonti khususnya dalam pemasangan kawat gigi sesuai dengan prosedur dan standar pelayanan medis yang telah ditentukan. Hingga saat ini belum pernah menghadapi gugatan dari pasien dengan alasan telah terjadi suatu kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut, karena dokter gigi dan perawat yang ada di Poli Gigi RSUD Dr. H. Abdul Moeloek telah bekerja sesuai prosedur dan standar yang telah ditentukan.


(4)

68

2. Dalam perawatan orthodonti terdapat suatu hubungan dokter gigi dengan pasien dalam upaya pelayanan medis yang didasarkan atas rasa kepercayaan pasien. Hubungan hukum kontraktual yang terjadi antara pasien dan dokter terjadi sejak pasien melakukan pendaftaran, pengambilan nomor antrian, menyerahkan berkas rekam medis, dan dokter melakukan wawancara medis dan tindakan medis terhadap pasien. Sedangkan dokter yang bekerja di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek sudah menyatakan kesediaanya untuk menangani pasien sejak ia mengikatkan diri untuk bekerja pada Rumah Sakit. Antara dokter gigi dan pasien terdapat kesepakatan mengenai jasa perawatan orthodonti yang kemudian menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi dan hal tersebut terkait dengan tanggung jawab yang telah diatur berdasarkan undang-undang.

3. Tanggung jawab hukum dokter gigi terhadap pasien perawatan orthodonti : a. Tanggung Jawab Etik yaitu yang menyangkut moral profesi yang terangkum

dalam Lafal Sumpah Dokter dan dijabarkan dalam Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia.

b. Tanggung Jawab Hukum jika ditinjau dari segi hukum perdata yaitu :

Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang hukum perdata yang terkait dengan aturan-aturan/pasal-pasal dalam KUH Perdata yang mencakup dua hal yaitu :

1. Tanggung jawab hukum perdata dokter gigi kepada pasien karena wanprestasi

2. Tanggung jawab hukum perdata dokter karena perbuatan melawan hukum.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Budiarto dan Gwendolyn Ingrid Utama. 2010. Aspek Jasa Pelayanan Kesehatatn Dalam Perspektif Perlindungan Pasien. KPD Bandung. Bandung.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Gilang Ramadhan, Ardy. 2010. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Bukune. Jakarta.

Hadikusuma, Hilman. 1984. Bahasa Hukum Indonesia. Alumni. Bandung. Hendrik. 2012. Etika dan Hukum Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Indriyati Dewi, Alexandra. 2008. Etika dan Hukum Kesehatan. Pustaka Book

Publisher. Yogyakarta.

Isfanyarie, Andi. 2006. Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku 1. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

J. Suryanegara, Rina. 2000. Memperbaiki dan Memperindah Posisi Gigi Anak. Merentas Generasi Sehat. Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra Aditya Abadi. Bandung.

Wirjono Prodjodikoro. 2000. Asas-Asas Hukum Perjanjian. Mandar Maju. Bandung.

Sasongko Wahyu. 2007. Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen. Unila. Bandar Lampung.

Soekanto,Soerjono. 1989. Aspek Hukum Kesehatan. IND-HILL-CO. Jakarta. Soekanto,Soerjono.1987. Pengantar Hukum Kesehatan. Remadja Karya CV.

Bandung.


(6)

Shofie, Yusuf. 1999. Perlindungan Konsumen dan Intrumen-Intrumen Hukumnya. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Yunanto Ari, Helmi. 2010. Hukum Pidana Malpraktik Medik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

_________ , 2010. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Citra Umbara. Bandung.