ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, PRODUK DOMESTIK BRUTO, INFLASI, DAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA (PERIODE 2001.I – 2012.IV)

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, PRODUK DOMESTIK BRUTO,
INFLASI, DAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP
NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA
(PERIODE 2001.1 – 2012.4)
(Skripsi)

Oleh
ETRI NINDY LARASATI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2013

ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, PRODUK DOMESTIK BRUTO,
INFLASI, DAN SUKU BUNGA LUAR NEGERI TERHADAP
NILAI IMPOR NON MIGAS DI INDONESIA
(PERIODE 2001.I – 2012.IV)
Oleh

ETRI NINDY LARASATI
Impor non migas merupakan salah satu bentuk perdagangan internasional
yang dilakukan di Indonesia karena selain tidak mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri juga dipengaruhi oleh empat faktor yaitu nilai tukar, produk domestik
bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri. Adanya peningkatan impor non migas
ini berdampak kepada perekonomian, jika impor lebih besar daripada ekspor
maka akan terjadi defisit pada neraca pembayaran di Indonesia. Hal ini juga
menyebabkan produsen dalam negeri kalah saing dengan produsen dari luar
negeri dan masyarakat lebih meminati barang impor karena lebih sering dianggap
prestigious. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri
terhadap nilai impor non migas secara parsial serta secara bersama-sama. Data
yang digunakan adalah data runtun waktu (time series) dalam triwulan periode
2001.I – 2012.IV dan model estimasi yang digunakan adalah Error Correction
Model (ECM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dapat diketahui hasil
nilai tukar riil, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri
berpengaruh positif terkait dengan peningkatan nilai impor non migas. Serta
secara bersama-sama keempat faktor tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai impor non migas.

Kata Kunci: nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, suku bunga luar negeri,
nilai impor non migas, Error Correction Model (ECM)

i

DAFTAR ISI

Halaman
i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN


v

I.

II.

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

B.

Permasalahan

11

C.


Tujuan

13

D.

Kerangka Pemikiran

13

E.

Hipotesis

15

F.

Ruang Lingkup Penelitian


16

G.

Ruang Lingkup Penelitian

16

1

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Perdagangan Internasional

18

1.

Teori Praklasik Merkantilisme


19

2.

Teori Klasik

19

3.

Teori Modern

19

B.

Impor

20


C.

Nilai Tukar dan Impor

20

1.

Teori Purchasing Parity

23

2.

Teori Elastisitas

24

D.


Produk Domestik Bruto dan Impor

24

1.

26

Teori Schumpeter

ii

2.
E.

F.

G.


Teori Keynessian (Harrod – Domar)

27

Inflasi dan Impor

27

1.

Teori Inflasi Klasik

28

2.

Teori Inflasi Keynes

29


3.

Teori Inflasi Moneterisme

29

Suku Bunga Luar Negeri dan Impor

29

1.

Teori Klasik

31

2.

Teori Suku Bunga Keynes


31

3.

Teori Hicks

31

Tinjauan Empiris

33

III. METODE PENELITIAN
A.

Jenis dan Sumber Data

39

B.

Operasionalisasi Variabel

40

C.

Teknik Analisis

41

1.

Uji Akar Unit (Unit Root Test)

41

2.

Uji Kointegrasi

42

3.

Error Correction Model

42

4.

Uji Asumsi Klasik

43

4.1 Uji Normalitas

43

4.2 Uji Multikolinearitas

43

4.3 Uji Heteroskedastisitas

45

4.4 Uji Autokorelasi

45

Uji Hipotesis

46

5.1 Uji F (Keberartian Keseluruhan)

46

5.2 Uji t (Keberartian Parsial)

47

5.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

Hasil Penelitian

49

1.

Hasil Uji Unit Root

49

2.

Hasil Uji Unit Kointegrasi

51

2.1 Uji Koefisien Determinasi

53

iii

3.

4.

5.

V.

2.2 Uji F

53

2.3 Uji t

54

Hasil Uji Error Correction Model

58

3.1 Model

59

3.2 Uji Koefisien Determinasi

59

3.3 Uji Koefisien RES(-1)

59

3.4 Uji F

60

3.5 Uji t

61

Pengujian Asumsi Klasik ECM

64

4.1 Hasil Uji Normalitas

65

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas

65

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

68

4.4 Hasil Uji Autokorelasi

70

Pengujian Penyembuhan Asumsi Klasik ECM

70

5.1 Hasil Uji Normalitas

71

5.2 Hasil Uji Multikolinearitas

71

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

74

5.4 Hasil Uji Autokorelasi

76

5.5 Hasil Penyembuhan Estimasi ECM

76

5.5.1 Model

77

5.5.2 Uji Koefisien Determinasi

78

5.5.3 Uji Koefisien RES(-1)

78

5.5.4 Uji F

79

5.5.5 Uji t

80

B.

Interpretasi Hasil

83

C.

Pembahasan

85

SIMPULAN DAN SARAN
A.

Simpulan

90

B.

Saran

91

iv

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

11

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Perdagangan internasional adalah salah satu komponen penting yang dapat
memajukan perekonomian suatu negara, seperti di Indonesia. Sebagai salah satu
negara yang berkeinginan untuk mensejahterakan masyarakat danmengembangkan perekonomian, maka tidak cukup hanya dengan memiliki sumber daya alam.
Selain itu juga dibutuhkan faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja yang
akan mengolah sumber daya alam tersebut. Indonesia tidak memiliki tenaga kerja
yang handal dalam mengolah dan membuat suatu produk. Oleh karena itu dibutuhkan perdagangan internasional dengan negara-negara lain untuk saling
memenuhi kebutuhan hidup.
Dengan perdagangan internasional akan terjadi tukar menukar barang yang juga
membentuk organisasi perdagangan masing-masing negara. Selain hubungan
ekonomi, dapat pula pertukaran faktor produksi dan kredit (Boediono, 2003).
Beberapa manfaat yang diperoleh dari perdagangan internasional adalah:
1. Sebagai sumber devisa negarayang didapatkan dari ekspor produk ke negara
lain. Devisa juga bisa didapatkan dari pemberlakuan bea masuk atas barangbarang impor

2

2. Menyerap tenaga kerjadalam negeri untuk dipekerjakan di perusahaan yang
memproduksi barang ekspor
3. Perkembangan teknologi didapatkan dari barang impor menggunakan teknologi
yang lebih canggih
4. Adanya alih teknologi pada masing-masing negara
Salah satu jenis perdagangan internasional adalah impor. Indonesia merupakan
salah satu negara penghasil produk, terutama pangan, tetapi masih melakukan
kegiatan impor besar-besaran. Hal ini disebabkan karena jumlah produksi pangan
tidak sebanding dengan banyaknya penduduk di Indonesia yang semakin lama
semakin meningkat. Definisi impor adalah membeli atau memasukkan barang dari
luar negeri ke dalam negeri.Impor juga bisa dikatakan sebagai perdagangan
dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke wilayah Indonesia dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996 : 403).Tujuan utama
diberlakukannya kegiatan impor pada suatu negara karena tidak mampu
memenuhi kebutuhan konsumsinya sendiri maka melakukan perdagangan dengan
negara lain.Hal ini membuktikan bahwa memang sebagian besar negara-negara di
dunia melakukan kegiatan ekspor dan impor secara bersamaan untuk saling
memenuhi kebutuhannya.Selain itu impor dilakukan untuk mengimbangi posisi
neraca pembayaran dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, jika kita melihat kembali perdagangan internasional di Indonesia yang
ternyata produk impor lebih banyak beredar di pasar daripada produk dalam
negeri sendiri yang dapat diketahui dari perkembangan nilai total impor yang
meliputi migas dan non migas. Fenomena ini disebabkan oleh banyaknya

3

permintaan atas produk migas maupun nonmigas dalam satu tahun. Berikut ini
gambar yang menjelaskan perkembangan nilai total impor di Indonesia:
Juta US$
18000
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

2001.I
2001.II
2001.III
2001.IV
2002.I
2002.II
2002.III
2002.IV
2003.I
2003.II
2003.III
2003.IV
2004.I
2004.II
2004.III
2004.IV
2005.I
2005.II
2005.III
2005.IV
2006.I
2006.II
2006.III
2006.IV
2007.I
2007.II
2007.III
2007.IV
2008.I
2008.II
2008.III
2008.IV
2009.I
2009.II
2009.III
2009.IV
2010.I
2010.II
2010.III
2010.IV
2011.I
2011.II
2011.III
2011.IV
2012.I
2012.II
2012.III

Triwulan

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 1. Perkembangan Nilai Total Impor di Indonesia Periode 2001:I
2012:IV
Dari gambar 1.1 dapat dijelaskan perkembangan nilai impor total di Indonesia
yang berfluktuasi. Pada tahun 2002 kondisi perekonomian di Indonesia
mengalami perbaikan yang ditandai dengan nilai tukar yang menguat, penurunan
tingkat inflasi, dan jumlah uang primer yang terkendali. Ini mengindikasikan
bahwa nilai tukar yang terdepresiasi di tahun 2001 menjadi terapresiasi pada 2002
dan tingkat inflasi yang menurun mempengaruhi nilai total impor di Indonesia.
Keterkaitan pada tahun 2003 yang terjadi surplus neraca pembayaran yang tidak
terlepas dari kinerja ekspor migas dan non migas yang cukup besar pada tahun
sebelumnya.
Dari keseluruhan impor tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu nilai impor migas
dan non migas. Kita dapat mengetahui bahwa produk migas dan non migas
merupakanproduk yang diimpor untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

4

memajukan industri di Indonesia. Namun, pengaruh yang terbesar terhadap nilai
total impor adalah nilai impor non migas. Untuk penjelasannya dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
MNonmigas
Juta US$
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0

MMigas
4.500,00

Triwulan

MNonmigas

3.000,00
2.500,00
2.000,00
1.500,00
1.000,00
500,00
0,00

MMigas

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 2. Perkembangan Nilai Impor Migas dan Non Migas Di Indonesia
Periode 2001:I – 2012:IV
Peningkatan nilai impor migas dan non migas yang terjadi selama tahun 2001 –
2010 merupakan suatu pembuktian bahwa perindustrian Indonesia semakin maju
dan membutuhkan bahan baku untuk keperluan manufaktur dalam jumlah yang
banyak. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa komoditi yang lebih banyak
diimpor adalah non migas.Seperti pada tahun 2001 perdagangan internasional
mengalami perkembangan yang tidak begitu baik dengan menurunnya tingkat
ekspor, namun tidak berarti impor meningkat tetapi justru mengalami penurunan
pula. Hal ini disebabkan karena kondisi dalam negeri dan luar negeri terutama
setelah tragedi WTC 11 September 2001 yang menyebabkan ekspor menurun dan
pertumbuhan ekonomi negara tujuan yang melambat.Sedangkan penurunan impor
ini disebabkan oleh nilai tukar yang terdepresiasi dan berfluktuasi sangat tajam.
Tahun 2007 merupakan momen impor mengalami peningkatan yang cukup
signifikan karena dari tingkat investasi dan konsumsi juga meningkat. Namun
dengan peningkatan itu dapat menjadi indikator bagi perekonomian Indonesia

5

yang mendefinisikan produk dalam negeri semakin tidak dapat bersaing dengan
produk impor. Kemudian pada tahun 2009, kegiatan impor menurun yang
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dibanding
tahun-tahun sebelumnya.Baik dari sektor migas maupun non migas yang
mengalami penurunan ini juga dipengaruhi peraturan pemerintah untuk
mengkonversikan penggunaan minyak tanah ke gas alam.Kebijakan pemerintah
yang ditujukan agar perekonomian semakin membaik justru membuat masyarakat
berada dalam keadaan terpuruk. Beberapa kebijakan tersebut yaitu:
1. Privatisasi, merupakan keputusan yang memaksa masyarakat untuk terus
tergantung pada perusahaan-perusahaan besar yang menguasai kebutuhan hidup.
Contohnya adalah Bulog.
2. Deregulasi, merupakan salah satu cara untuk mempermudah privatisasi yang
dikuasai oleh perusahaan monopoli atau oligopoli.
3. Liberalisasi, merupakan penerapan menuju perdagangan bebas yang semakin
lama dibanjiri oleh barang-barang murah dan berkurangnya subsidi domestik
untuk para petani.
Pada keadaan perekonomian saat ini yang telah berkembang menjadi globalisasi
perekonomian, membuat kegiatan impor menjadi lebih berkembang dan didukung
oleh golongan pro-globalisasi. Sedangkan untuk negara Indonesia yang bertindak
sebagai price-taker, jika terlalu banyak mengimpor maka akan mengalami defisit
neraca pembayaran karena perekonomian kita tidak berada dalam posisi stabil
secara terus-menerus. Oleh karena itu sebaiknya impor di Indonesia ini menurun
bukan meningkat.

6

Kemampuan Indonesia untuk melakukan impor migas dan non migas dipengaruhi
oleh empat faktor yang berkaitan langsung maupun tidak langsung. Yang pertama
adalah nilai tukar.Kegiatan perekonomian di suatu negara hampir seluruhnya
dipengaruhi oleh nilai tukar.Dalam kegiatan impor dibutuhkan nilai tukar sebagai
salah satu faktor yang turut menentukan keuntungan.Berikut ini gambar yang
menunjukkan tingkat nilai tukar di Indonesia:

Triwulan

2001.I
2001.II
2001.III
2001.IV
2002.I
2002.II
2002.III
2002.IV
2003.I
2003.II
2003.III
2003.IV
2004.I
2004.II
2004.III
2004.IV
2005.I
2005.II
2005.III
2005.IV
2006.I
2006.II
2006.III
2006.IV
2007.I
2007.II
2007.III
2007.IV
2008.I
2008.II
2008.III
2008.IV
2009.I
2009.II
2009.III
2009.IV
2010.I
2010.II
2010.III
2010.IV
2011.I
2011.II
2011.III
2011.IV
2012.I
2012.II
2012.III
2012.IV

Ribu Rupiah
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 3 Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia Periode 2001:
2012:IV
Nilai tukar yang didapat bersumber dari Bank Indonesia ini merupakan nilai tukar
(kurs) tengah yang stabil.Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perkembangan
nilai tukar terkadang menjadi sangat tinggi namun bisa menurun drastis. Dengan
nilai tukar yang berfluktuasi menunjukkan kemampuan para importir memasukkan produk negara lain. Jika nilai tukar meningkat menjelaskan kondisi perekonomian yang merujuk pada terjadinya apresiasi dimana produk yang diimpor
semakin banyak sehingga menguntungkan para importir. Sebaliknya, keadaan
depresiasi akan merugikan para importir karena harus membayar lebih mahal atas
produk yang didatangkan ke dalam negaranya.Pada tahun 2001 terdapat perbedaan antara ekspektasi dan kenyataan bahwa perekonomian tidak mengalami
perbaikan yang cukup berarti. Hal ini ditandai dengan terjadinya apresiasi yang

7

mengurangi daya saing produk ekspor dan meningkatkan impor.Meskipun sempat
mengalami depresiasi pada triwulan kedua namun apresiasi yang cukup besar
terjadi pada triwulan selanjutnya yang berkaitan dengan impor. Pada
kenyataannya, walaupun terjadi apresiasi yang turut mempengaruhi penurunan
ekspor namun tidak serta meningkatkan impor. Lonjakan lainnya pada tahun
2007, pada triwulan pertama dan kedua mengalami peningkatan yang sangat
tajam salah satunya karena kebijakan makroekonomi yang semakin membaik
sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat domestik maupun internasional.
Namun pada dua triwulan berikutnya, nilai tukar mengalami depresiasi yang turut
dipengaruhi oleh risiko global seperti krisis subprime mortgage di Amerika
Serikat. Dan pada tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan yang
disebabkan karena banyaknya modal asing yang masuk ke Indonesia.Peningkatan
yang cukup tajam dari awal Februari 2010 sampai Mei 2010.Namun pada awal
Juni 2010, nilai tukar terdepresiasi oleh pelaku risk aversion pada krisis finansial
Yunani. Selanjutnya nilai tukar rupiah kembali mengalami peningkatan seiring
dengan mengalirnya dana untuk Asia diantara perbedaan respons kebijakan
negara-negara maju dan negara-negara emerging markets.
Faktor kedua adalah produk domestik bruto. Pengaruh produk domestik bruto
terhadap impor pada suatu negara cukup besar. Ketika produk domestik bruto
meningkat menyebabkan daya beli masyarakat meningkat sehingga nilai impor
pun semakin meningkat. Seperti yang dijelaskan oleh Herlambang (2001 : 267)
bahwa analisis makro ekonomi bahwa makin besar pendapatan nasional pada
suatu negara maka semakin besar pula impornya.Perkembangan produk domestik
bruto Indonesia dapat digambarkan dalam grafik berikut ini:

8

Juta Rupiah
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000

Triwulan
2001.I
2001.II
2001.III
2001.IV
2002.I
2002.II
2002.III
2002.IV
2003.I
2003.II
2003.III
2003.IV
2004.I
2004.II
2004.III
2004.IV
2005.I
2005.II
2005.III
2005.IV
2006.I
2006.II
2006.III
2006.IV
2007.I
2007.II
2007.III
2007.IV
2008.I
2008.II
2008.III
2008.IV
2009.I
2009.II
2009.III
2009.IV
2010.I
2010.II
2010.III
2010.IV
2011.I
2011.II
2011.III
2011.IV
2012.I
2012.II
2012.III
2012.IV

0

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012

Gambar 4. Perkembangan Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga
Konstan 2000 Periode 2001:I – 2012: IV
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa produk domestik bruto seringkali
mengalami kenaikan dan penurunan yang tajam.Pada tahun 2001 konsumsi yang
terdiri dari pendapatan masyarakat, peningkatan pembiayaan konsumen, dan
sektor pemerintah, menjadi salah satu penyokong utama PDB. Begitu juga terlihat
pada tahun-tahun berikutnya dimana dengan PDB yang terus meningkat, akan
menstimulasi impor untuk lebih dominan di Indonesia.
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap impor adalah inflasi.Pada inflasi yang
sering berfluktuasi berkaitan erat dengan impor.Hal ini dapat disebabkan karena
tingkat inflasi yang tinggi maka menyebabkan impor semakin banyak.Berikut ini
gambar mengenai inflasi di Indonesia:

9

%
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

2001.I
2001.II
2001.III
2001.IV
2002.I
2002.II
2002.III
2002.IV
2003.I
2003.II
2003.III
2003.IV
2004.I
2004.II
2004.III
2004.IV
2005.I
2005.II
2005.III
2005.IV
2006.I
2006.II
2006.III
2006.IV
2007.I
2007.II
2007.III
2007.IV
2008.I
2008.II
2008.III
2008.IV
2009.I
2009.II
2009.III
2009.IV
2010.I
2010.II
2010.III
2010.IV
2011.I
2011.II
2011.III
2011.IV
2012.I
2012.II
2012.III

Triwulan

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 5. Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode 2001:I – 2012:IV
Gambar tersebut menunjukkan inflasi yang berfluktuasi sepanjang tahun 2001 –
2012.Dengan peningkatan inflasi ternyata memicu nilai impor menjadi lebih
tinggi. Ketika harga produk dalam negeri meningkat drastis, terutama perihal
bahan makanan pokok, maka pemerintah akan melakukan tindakan mengimpor
produk serupa dari negara lain. Peluang negara lain untuk mendapatkan
keuntungan menjadi lebih besar karena produknya lebih murah dibandingkan
produk dalam negeri. Seperti pada tahun 2005, Indonesia mengalami kenaikan
inflasi yang salah satunya disebabkan oleh depresiasi di tahun yang sama.
Meskipun begitu para produsen memiliki kemampuan untuk menahan kenaikan
harga sebagai akibat dari depresiasi tersebut.Inflasi pada tahun 2006 lebih baik
daripada tahun 2005.Hal ini dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi sesuai konsistensi
Bank Indonesia dan pemerintah yang terjaga dan perkembangan nilai tukar yang
stabil.Begitu pula pada tahun 2009 dimana inflasi menurun cukup signifikan yang
tidak terlepas dari peran Bank Indonesia dalam meningkatkan kepercayaan pasar
sehingga nilai tukar menjadi lebih baik.

10

Selanjutnya adalah suku bunga luar negeri.Ketika suku bunga luar negeri menurun maka nilai impor non migas semakin meningkat. Berikut ini gambar
perkembangan suku bunga luar negeri di Indonesia:
%
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00

Triwulan
2001.I
2001.II
2001.III
2001.IV
2002.I
2002.II
2002.III
2002.IV
2003.I
2003.II
2003.III
2003.IV
2004.I
2004.II
2004.III
2004.IV
2005.I
2005.II
2005.III
2005.IV
2006.I
2006.II
2006.III
2006.IV
2007.I
2007.II
2007.III
2007.IV
2008.I
2008.II
2008.III
2008.IV
2009.I
2009.II
2009.III
2009.IV
2010.I
2010.II
2010.III
2010.IV
2011.I
2011.II
2011.III
2011.IV
2012.I
2012.II
2012.III

-

Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 6. Perkembangan Suku Bunga The Fed di Indonesia Periode
2001:I – 2012:IV
Ketika suku bunga the fed lebih tinggi daripada suku bunga dalam negeri maka
aliran investasi akan lebih banyak ke Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan
barang yang diimpor menjadi lebih banyak.Dari gambar di atas dapat diketahui
bahwa pada periode 2001.I – 2008.IV mengalami fluktuasi yang cukup tajam
namun awal periode 2009.I – 2012.IV suku bunga the fed berada pada posisi yang
stabil.
Perdagangan internasional memiliki perbedaan dengan ekspor dan impor. Bahwa
perdagangan internasional adalah kegiatan jual-beli yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dengan melibatkan dua negara atau lebih. Sedangkan kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian dari perdagangan internasional tersebut. Karena selain dua jenis perdagangan ini masih banyak jenis lainnya yang
juga merupakan bagian dari perdagangan internasional seperti pengiriman barang
hibah dan lainnya. Contoh produk yang sering kita jumpai adalah produk yang

11

berasal dari negara Cina saat ini membanjiri pasar di Indonesia dan bahkan
mengalahkan komoditas asli negara ini. Seperti diberitakan beberapa waktu lalu
bahwa produk elektronik terutama dari Cina seperti telepon genggam dan komputer tablet memasuki pangsa pasar Indonesia. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, banyaknya produk dari luar negeri seperti kebutuhan sehari-hari (misal: tas,
pakaian, sepatu) itu banyak diimpor dari luar negeri. Sebenarnya impor dan
ekspor memang dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara. Namun apabila
jumlah barang yang diimpor lebih banyak daripada yang diekspor itu menjadi
suatu masalah. Apalagi jika semakin lama, jumlah barang impor semakin banyak
dan mengalahkan jumlah produksi dalam negeri. Meskipun begitu per-dagangan
internasional memberi dampak positif juga seperti menambah peluang untuk
bekerja, menambah kas negara (dapat berbentuk devisa), meningkatnya varians
barang yang dikonsumsi oleh masyarakat. Sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan yaitu meningkatnya ketergantungan terhadap produk tertentu yang
berasal dari luar negeri, produk dalam negeri menjadi kalah saing, kehidupan
masyarakat menjadi berpola konsumtif.
B.

Permasalahan

Sejak dahulu sampai sekarang impor merupakan hal yang dalam perdagangan
internasional yang sering dilakukan di Indonesia. Impor bukan hanya sekadar
mendatangkan barang dari luar negeri ke dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tapi juga dapat dikatakan apabila ada suatu jenis barang luar negeri
yang dirakit ataupun diperbaiki di dalam negeri walaupun nantinya akan dikirim
kembali ke negara produsen awalnya. Ketika suatu negara mengalami peningkatan impor yang jauh lebih banyak daripada ekspornya, itu menjadi masalah yang

12

serius dalam perekonomian. Karena mau tidak mau justru akan merugikan negara
tersebut. Misalnya saja pengangguran yang akan meningkat seiring impor yang
leluasa menguasai perdagangan internasional negara tersebut. Yang sebelumnya
banyak produsen dalam negeri yang bersaing dalam lingkup nasional dengan
produsen lainnya, namun sejak impor meningkat tentunya masyarakat lebih
meminati barang yang dipasok dari luar negeri karena lebih sering dianggap
prestigious.
Dengan pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto (PDB), inflasi, dan suku
bunga luar negeri maka nilai impor non migas diharapkan dapat berkurang dan
tidak terjadi defisit neraca pembayaran namun ternyata permintaan masyarakat
atas produk impor tidak dapat dikurangi secara besar-besaran karena produsen di
Indonesia belum mampu untuk menghasilkan produknya sendiri. Hal ini didukung
pula dengan perbedaan hasil penelitian terdahulu seperti penelitian oleh Waluyo
dalam menunjukkan hasil bahwa faktor yang stabil dan signifikan dalam mempengaruhi impor bahan baku untuk sektor industri Indonesia adalah cadangan
devisa, penanaman modal dalam negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Sedangkan dari penelitian Saraswati dalam menunjukkan PDB riil memiliki
hubungan yang positif dan signifikan dan nilai tukar Rupiah terhadap Yen
memiliki hubungan yang negatif dan tidak signifikan. Dengan ini maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.

Bagaimana pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku
bunga luar negeri secara parsial terhadap nilai impor non migas pada
periode 2001:I – 2012:IV?

13

2.

Bagaimana pengaruh nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku
secara bersama-sama terhadap nilai impor non migas pada periode 2001:I
– 2012:IV?

C.

Tujuan

Tujuan yang dilakukan oleh penulis antara lain adalah untuk:
1.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar, produk
domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negeri secara parsial terhadap
nilai impor non migas.

2

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai tukar, produk
domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar negerisecara bersama-sama
terhadap nilai impor non migas di Indonesia pada periode 2001:I –
2012:IV

D.

Kerangka Pemikiran

Perbaikan perekonomian Indonesia memberikan pengaruh terhadap perdagangan
internasional, salah satunya adalah impor. Dalam hal ini kegiatan impor dibagi
menjadi dua yaitu migas dan non migas. Penelitian yang dilakukan mengenai nilai
impor non migas yang dipengaruhi oleh nilai tukar, produk domestik bruto,
inflasi, dan suku bunga luar negeri periode 2001:I – 2012:IV. Variabel-variabel
bebas ini digunakan karena kaitannya sangat erat dengan impor.
Nilai tukar menurut Salvatore (1997 : 9) adalah harga suatu mata uang terhadap
mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang
lainnya. Jika nilai tukar terapresiasi maka produk yang diimpor akan meningkat
karena harga barang di Indonesia menjadi lebih mahal dibandingkan harga barang
negara lain. Hal ini berdampak pada permintaan atas barang Indonesia menurun

14

sehingga tingkat ekspor menurun dan sebaliknya impor akan meningkat.
Penelitian oleh Waluyo dalam Septiana (2011) yang menganalisis pengaruh
cadangan devisa, penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam
negeri (PMDN), produk domestik bruto (PDB), tingkat suku bunga riil dalam
negeri, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar terhadap impor bahan baku, memberikan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar berpengaruh secara stabil
dan signifikan terhadap impor tersebut. Karena jika nilai tukarnya terapresiasi
berdampak pada impor yang meningkat, hal ini disebabkan dari produk dalam
negeri yang semakin mahal menyebabkan permintaan dari negara lain juga
berkurang sehingga ekspor menurun dan impor meningkat. Seperti halnya nilai
tukar, produk domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh yang positif terhadap
impor karena dengan peningkatan pendapatan nasional maka daya beli masyarakat
akan meningkat, permintaan atas produk impor juga tinggi. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Saraswati dalam Septiana (2011) yang meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi impor nonmigas Indonesia dari Jepang dapat disimpulkan bahwa
PDB memiliki hubungan yang positif dan signifikan.Tidak hanya itu, inflasi yang
terjadi juga berpengaruh terhadap impor di Indonesia. Hal ini dijelaskan oleh
Jamli dan Firmansyah dalam Anggaristyadi (2011) yang meneliti mengenai
analisis fungsi investasi pada sektor industri manufaktur dan dampak investasi
pada kebutuhan impor Indonesia bahwa hasil penelitian terhadap variabel inflasi
menunjukkan pengaruh secara positif dan signifikan. Dengan kenaikan inflasi
dimana harga produk dalam negeri meningkat menyebabkan impor atas barang
dengan jenis yang sama dari negara lain. Hal ini disebabkan harganya lebih murah
daripada di dalam negeri. Begitu juga dengan suku bunga luar negeri yang

15

dijelaskan oleh Agbola dalam Maharani (2007) dalam penelitiannya mengenai
pengaruh nilai tukar terhadap neraca perdagangan Indonesia bahwa suku bunga
luar negeriberpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai impor. Dengan suku
bunga fed yang terus meningkat di Amerika memicu masyarakatnya untuk lebih
banyak mengimpor barang dari negara lain, hal ini akan meningkatkan permintaan
produk dari Indonesia sehingga lebih banyak mengekspor daripada mengimpor.
Dari keterkaitan yang telah dijelaskan dan didukung oleh penelitian pada periodeperiode sebelumnya, maka alur yang digunakan sebagai berikut:

Nilai Tukar
+

PDB Harga Konstan

+

Inflasi

+

Suku Bunga Luar

Nilai Impor
Non Migas

-

Negeri
Gambar 7. Model Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Nilai Tukar,
Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri
Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia Periode 2001:I
2012:IV

E.

Hipotesis

Berikut ini beberapa hipotesis dari kaitan antar variabel di atas yaitu:
1.

Diduga nilai tukar (ER) yang terapresiasi berpengaruh positif terhadap
nilai impor non migas dalam jangka panjang dan jangka pendek.

2.

Diduga produk domestik bruto (Y) berpengaruh positif terhadap nilai
impor non migas dalam jangka panjang dan jangka pendek.

16

3.

Diduga inflasi (INF) berpengaruh negatif terhadap nilai impor non migas
dalam jangka panjang namun berpengaruh positif dalam jangka pendek.

4.

Diduga suku bunga luar negeri (RLN) berpengaruh negatif terhadap nilai
impor non migas dalam jangka panjang tetapi berpengaruh positif dalam
jangka pendek.

5.

Diduga nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga luar
negeri secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai impor non migas
dalam jangka panjang dan jangka pendek.

F.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan suku bunga
luar negeri terhadap nilai total impor ini memiliki cakupan yang luas. Ruang
lingkup yang menjadi bagian penelitian untuk skripsi ini adalah dalam lingkup
nasional. Data yang terlampir terbilang dalam bentuk triwulan sejak periode
2001:I – 2012:IV. Serta dalam cara pengujiannya dalam bentuk time-series.
G.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini yaitu:
Bab I

Pendahuluan yang berisi latar belakang, permasalahan, tujuan,
kerangka pemikiran, hipotesis, ruang lingkup penelitian, dan
sistematika penulisan.

Bab II

Tinjauan pustaka yang berisi konsep dan teori perdagangan internasional, impor, nilai tukar, produk domestik bruto, inflasi, dan
suku bunga luar negeri.

Bab III

Metode penelitian yang berisi operasionalisasi variabel, jenis dan
sumber data, teknik analisis, dan pengujian hipotesis.

17

Bab IV

Hasil dan pembahasan berisi analisis hasil perhitungan secara
kuantitatif dan deskriptif.

Bab V
Daftar Pustaka
Lampiran

Kesimpulan dan Saran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan perdagangan antara dua negara atau lebih
yang didasarkan kesepakatan bersama. Menurut Amir M.S, dibandingkan dengan
perdagangan dalam negeri, perdagangan internasional sangat rumit dan kompleks
karena terdapat beberapa batasan yang memicu hambatan bagi kedua negara.
Negara-negara yang memiliki potensi untuk memproduksi suatu barang sebagian
besar berkeinginan untuk melakukan perdagangan internasional. Seperti negara
Indonesia yang memiliki banyak sumber daya alam dan mampu mengolahnya dan
diekspor ke luar negeri. Sebaliknya, Indonesia juga mengimpor beberapa jenis
produk dari negara-negara lainnya.Tidak hanya memajukan perekonomian, perdagangan internasional juga memberikan beberapa manfaat seperti yang
dijelaskan oleh Sadono Sukirno:
1. Menjalin persahabatan antar negara
2. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
4. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
5. Transfer teknologi modern

19

Teori Perdagangan Internasional
Terdapat tiga bentuk teori yang mendasari perdagangan internasional yaitu:
1.

Teori Praklasik Merkantilisme

Teori ini mengemukakan beberapa kebijakan perdagangan seperti mendorong
ekspor sebanyak-banyaknya kecuali logam mulia dan membatasi banyaknya
impor kecuali logam mulia. Sampai saat ini masih sering digunakan oleh berbagai
negara dengan bentuk “Neo Merkantilisme” yaitu kebijakan proteksi untuk memajukan perekonomian dengan menggunakan kebijakan tarif (Tariff Barrier) dan
kebijakan non tarif (Non-Tariff Barrier). David Hume mengkritik teori ini dengan
mengungkapkan bahwa perubahan dari raja/negara yang kaya/makmur menjadi
negara/raja yang miskin menurut paham merkantilisme ini dianggap sebagai
“Mekanisme Otomatis”.
2.

Teori Klasik

Terdapat dua pendapat yang diungkapkan oleh para ahli yaitu:
1.

Absolute Advantage oleh Adam Smith, yang menjelaskan bahwa suatu
negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional dengan
cara meng-ekspor jika memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage)
dan mengimpor jika tidak memiliki keunggulan mutlak (absolute
disadvantage). Keunggulan mutlak menurut Adam Smith merupakan
kemampuan suatu negara untuk meng-hasilkan suatu barang dan jasa per
unit dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibanding
kemampuan negara-negara lain (Deliarnov, 1995 : 198). Namun
kelemahan Teori Adam Smith ini adalah perdagangan antara dua negara
akan menguntungkan jika kedua negara memiliki keunggulan absolut yang

20

berbeda, apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut
untuk kedua jenis produk maka manfaat perdagangan internasional (gain
from trade) tidak akan didapatkan.
2.

Comparative Advantage oleh David Ricardo, yang menjelaskan bahwa
suatu negara akan mendapatkan manfaat perdagangan internasional jika
melakukan spesialisasi. Ekspor dilakukan saat negara tersebut memiliki
kecenderungan untuk berproduksi lebih efisien dan melakukan impor
ketika relatif kurang efisien.Kelemahan teori ini adalah dengan adanya
perbedaan fungsi tenaga kerja yang menyebabkan perbedaan efisiensi dan
produktivitas antara kedua negara. Sehingga menimbulkan perbedaan
harga barang sejenis di kedua negara. Teori Klasik tidak dapat
menjelaskan mengapa terjadi perbedaan tersebut walaupun fungsi faktor
produksi sama di kedua negara.

3.

Teori Modern

Teori Hecksher-Ohlin yang diungkapkan oleh Eli Hecksher dan Bertil Ohlin ini
menjelaskan bahwa harga suatu produk akan ditentukan oleh faktor produksi yang
dimiliki masing-masing negara dan setiap negara akan melakukan spesialisasi dan
ekspor karena memiliki faktor produksi yang relatif banyak.
B.

Impor

Kata „impor‟ identik dengan suatu perdagangan yang dilakukan oleh suatu negara
dengan negara lainnya yang merupakan mitra dagangnya. Impor adalah kegiatan
yang memasukkan atau membeli barang dan jasa dari luar negeri ke dalam negeri
untuk memenuhi kebutuhan dan konsumsi di negara tersebut. Namun impor dapat

21

juga diartikan sebagai perdagangan dengan memasukkan barang dari luar negeri
ke wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Hutabarat, 1996
: 403). Kegiatan impor ini juga dapat menghasilkan devisa yaitu masuknya mata
uang asing ke suatu negara yang dapat digunakan untuk membayar pembelian
barang-barang impor tersebut. Barang-barang yang diperjual-belikan juga bermacam-macam. Untuk sektor migas seperti minyak bumi, gas, serta hasil olahannya. Sedangkan dari sektor nonmigas seperti tekstil, hasil perkebunan, pertanian,
pertambangan, perikanan, dan berupa barang olahan lainnya selain minyak dan
gas.
Dengan era globalisasi seperti saat ini yang memberikan banyak pendapat pihak
yang setuju maupun tidak.Beberapa bentuk globalisasi di Indonesia seperti perdagangan internasional ini juga memberikan efek positif maupun negatif. Menurut
Cochrane dan Pain bahwa terdapat tiga posisi yang dapat diketahui yaitu:
1. Golongan globalis yang percaya bahwa globalisasi memiliki konsekuensi terhadap lembaga dan masing-masing orang dapat berjalan di dunia ini.
2. Golongan tradisionalis yang lebih mempercayai adanya kapitalisme pada tahuntahun sebelumnya dan terus berlanjut hingga saat ini. Oleh karena itu golongan ini
lebih kepada pola pikiran yang menepis adanya globalisasi melainkan kelanjutan
kapitalisasi.
3. Golongan transformasionalis yang berada diantara dua golongan sebelumnya.
Golongan ini sepakat bahwa golongan globalis telah melebih-lebihkan teori ini
namun juga tidak menyangkal adanya globalisasi saat ini.
Saat ini globalisasi perekonomian memberikan peran yang sangat besar pada perekonomian di Indonesia karena dengan adanya penghapusan larangan dan ke-

22

terbatasan antar negara memungkinkan pasar domestik menjadi lebih terbuka terhadap pasar internasional dan begitu pula sebaliknya.Hal ini menyebabkan perdagangan internasional menjadi lebih berkembang. Menurut Tanri Abeng, beberapa bentuk nyata dari globalisasi yaitu sebagai berikut:
1. Globalisasi produksi. Kegiatan ini dilakukan di berbagai negara dengan tujuan
upah produksi menjadi lebih rendah.Hal ini dipengaruhi oleh tarif masuk yang
murah, upah buruh yang rendah, dan lainnya.
2. Globalisasi pembiayaan. Banyaknya perusahaan besar di masing-masing negara
membuka peluang untuk mendapatkan pinjaman atau investasi langsung maupun
portofolio.
3. Globalisasi tenaga kerja. Pada perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia,
penggunaan tenaga kerja merupakan hal yang diutamakan.Sehingga penempatan
posisi untuk menangani masing-masing urusan sangat dipertimbangkan, seperti
penempatan staf profesional yang telah memiliki banyak pengalaman sebelumnya.
4. Globalisasi jaringan informasi. Dengan informasi yang semakin berkembang
membuat pasar meluas ke seluruh dunia dengan jenis produk yang
seragam.Misalnya, iklan Dunkin Donuts yang telah terkenal membuat masyarakat
menuju selera global.
5. Globalisasi perdagangan. Kegiatan ini terwujud dalam penyeragaman tarif dan
penghapusan hambatan non-tarif.Sehingga persaingan pasar menjadi lebih adil
dan ketat.

Peranan impor sangat dibutuhkan dalam suatu negara namun tidak jarang terjadi
defisit termasuk Indonesia. Hal ini terjadi jika kinerja impor lebih besar daripada

23

ekspor, sedangkan surplus terjadi jika keadaan sebaliknya.Peningkatan impor
yang berefek pada membanjirnya produk dari luar negeri menyebabkan banyak
pengangguran karena masyarakat lebih menyukai produk yang didatangkan dari
luar negeri daripada barang dengan kualitas dalam negeri yang terbagi menjadi
hasil kerajinan tangan ataupun buatan pabrik. Ketika melakukan impor, sangat
penting untuk mengetahui harga dunia saat itu. Kenaikan atau penurunan harga
secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar untuk komoditas yang diperdagangkan akan memberikan risiko terhadap negara importir. Dengan perekonomian
yang lebih berkembang membuat negara lain berusaha memasarkan produk
impornya di Indonesia dan upaya pemerintah seperti kebijakan tarif dan non tarif
sangat berperan agar produk impor tidak mendominasi pasar domestik. Terlebih
lagi untuk negara berkembang seperti Indonesia yang belum mampu untuk menghasilkan produk sendiri seperti barang elektronik. Hal ini didukung oleh pendapat
Panetto (2011) bahwa barang-barang impor yang memiliki permintaan yang cukup elastis di negara-negara yang sedang berkembang adalah antara lain barang
elektronik dari berbagai jenis produksi. Tidak hanya barang elektronik tetapi
produk lainnya yang tergolong ke dalam produk non migas dan migas juga
banyak diimpor.
C.

Nilai Tukar dan Impor

Nilai tukar suatu negara merupakan hal terpenting dalam kegiatan perekonomian
terutama di bidang perdagangan internasional salah satunya yaitu impor. Karena
bagi para pedagang terutama harus mengetahui besar nilai tukar di hari mereka
akan mengekspor atau mengimpor barang. Seperti beberapa teori yang melandasi
keterkaitan antara nilai tukar dengan impor yaitu yang diungkapkan oleh Nopirin

24

Ph. D (1995 : 183)bahwa menurut Gustava Bassel Theory Purchasing Parity
mengatakan bahwa perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lain
ditentukan oleh daya beli yang tersebut terhadap barang dan jasa.Beberapa teori
yang mendasari nilai tukar antara lain:
1. Teori Purchasing Power Parity
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Martin de Azpilcueta Navarro pada
tahun 1556. Teori ini menyatakan bahwa harga barang di suatu negara harus sama
dengan harga barang serupa di negara lain sesuai dengan tingkat nilai tukar yang
berlaku antar kedua negara tersebut yang disebut dengan The Law Of One Price.
2. Teori Elastisitas
“Exchange rate is simply the price of foreign exchange which maintains the
balance payment in equilibrium.” (Luca, 1995) yang menjelaskan bahwa nilai
tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran
internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat equilibrium.Respon nilai
tukar terhadap neraca perdagangan dipengaruhi oleh elastisitas permintaan
terhadap perubahan harga.Sifat elastis dan inelastis terhadap ekspor dan impor
sangat berpengaruh terhadap neraca perdagangan internasional sehingga nilai
tukar harus menyesuaikan pada kondisi saat itu.
Juga terdapat dua istilah yang biasa digunakan yaitu apresiasi dan depresiasi.
Apresiasi yang merupakan mata uang yang mengalami penguatan terhadap mata
uang lainnya, fenomena ini juga akan membuat harga-harga barang Indonesia di
luar negeri menjadi lebih mahal. Artinya bahwa eksportir dirugikandan importir
akandiuntungkandan ini menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang
diunggulkan untuk menghindari defisit. Sedangkan depresiasi dimana mata uang

25

yang mengalami penurunan nilai terhadap mata uang lainnya sehingga permintaan
barang-barang yang berasal dari Indonesia akan lebih murah. Hal ini akan merugikan importir dan menguntungkan eksportir. Telah dijelaskan dalam teori
konvensional mengenai perdagangan internasional bahwa depresiasi nilai tukar
dari suatu mata uang akan membuat daya saing harga dari produk buatan
Indonesia membaik yang selanjutnya membuat volume ekspor Indonesia meningkat.Saat nilai tukar rupiah melemah menyebabkan harga produk impor yang
ada di Indonesia menjadi lebih mahal dan dapat mengakibatkan meningkatnya
inflasi.
Macam-macam nilai tukar atau kurs yaitu:
1. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange RateSystem)
Adalah sistem kurs yang ditetapkan oleh bank sentral tanpa melihat jumlah permintaan atau penawaran di pasar uang.
2. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange
RateSystem)
Adalah salah satu sistem kurs yang membebaskan kaitan antara permintaan dengan penawaran di pasar uang. Pada sistem ini keterkaitan sistem harga akan terbentuk dengan sendirinya. Menurut Krugman dan Obstfeld (2000 : 485) bahwa
managed floating exchange rate system adalah sebuah sistem dimana pemerintah
mengatur perubahan nilai tukar tanpa bermaksud untuk membuat nilai tukar
dalam kondisi tetap. Kurs ini mengembangkan beberapa jenis lainnya seperti:
Sistem kurs mengambang murni (clean float) yaitu sistem kurs mengambang tanpa ada campur tangan pemerintah.

26

Sistem kurs mengambang kurang murni (dirty float) yaitu sistem kurs
mengambang yang masih diintervensi oleh pemerintah dalam rangka
menstabilkan kurs valuta asing.
3. Sistem Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Rate System)
Adalah kurs yang ditujukan kepada negara yang perekonomiannya sudah
mapan.Pemerintah hampir tidak melakukan intervensi dan menyerahkan
pengaturan nilai tukar sepenuhnya kepada pasar.
Ketika mengalami depresiasi maka permintaan atas produk menjadi lebih banyak
dan impor menurun.Kaitan ini seperti yang diungkapkan oleh Mankiw (2003 : 220
– 221) bahwa ketika terjadi depresiasi maka mata uang tersebut lemah. Pro-duk
yang diimpor menjadi lebih sedikit karena negara pengimpor harus membayar
lebih banyak pada tingkat nilai tukar tertentu.Hal ini seiring menurut penelitian
yang dilakukan oleh Cahyono dalam Septiana (2011) dan dapat disimpulkan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar dan cadangan devisa memiliki pengaruh
terhadap impor Indonesia dari Amerika Serikat.
D.

Produk Domestik Bruto dan Impor

Pendapatan Domestik Bruto merupakan pendapatan di suatu negara yang terdiri
dari kumpulan barang dan jasa selama tahun tertentu. Dalam pendapatan domestik
bruto per kapita, kita mengenal adanya dua perhitungan yang digunakan yaitu:
1.

Pendapatan domestik bruto per kapita atas dasar harga berlaku yaitu
menggam-barkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan
menggunakan harga pada setiap tahun.

2.

Pendapatan domestik bruto per kapita atas dasar harga konstan yaitu
menggam-barkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan

27

menggunakan harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar perhitungan
ini.
Teori yang berkaitan dengan PDB diantaranya:
1. Teori Schumpeter
Teori ini menggambarkan proses pembangunan dan faktor yang mempengaruhinya. Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah menekankan pada faktor inovasi entrepreneur sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi kapitalistik.Schumpeter membedakan antara pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
banyaknya faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi itu sendiri,
sedangkan pembangunan ekonomi adalah peningkatan output yang disebabkan
oleh inovasi yang dilakukan oleh wiraswasta.
2. Teori Keynesian(Harrod – Domar)
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh dua ekonom yaitu R. F. Harrod dan
Evsey Domar. Teori ini muncul sebagai analisis lain dari teori Keynes dan
menjelaskan syarat-syarat perekonomian untuk berkembang dalam jangka panjang dan diungkapkan oleh Harrod – Domar bahwa perekonomian dapat menyisihkan satu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk
mengganti barang-barang modal yang rusak namun untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut dibutuhkan investasi-investasi baru sebagai tambahan stok
modal.Analisis yang dilakukan oleh Harrod – Domar dijelaskan oleh Tarigan
(2005) yaitu pertumbuhan jangka panjang hanya bisa dicapai apabila syarat-syarat
keseimbangan pertumbuhan output terpenuhi.

28

PDB di suatu negara sangat mempengaruhi kegiatan impor terutama setelah proses industrialisasi berubah. Hal ini menyebabkan Indonesia lebih konsentrasi terhadap impor. Ketika PDB meningkat akan memicu daya beli masyarakat menjadi
lebih besar. Seperti yang dijelaskan Lindert dan Kindenberger (1995) bahwa kecenderungan marginal mengimpor (Marginal Propensity to Import) yang merupakan nisbah perubahan nilai impor terhadap pendapatan nasional riil (dengan harga
konstan) yang menyebabkan perubahan terhadap impor.Peluang produk impor
untuk dikonsumsi masyarakat pun semakin meningkat, terlebih lagi saat ini mayoritas kebutuhan sehari-hari didatangkan dari luar negeri seperti bahan
makanan.Kaitan ini juga dijelaskan pada penelitian sebelumnya oleh Cahyono
dalam Septiana (2011) yang mengungkapkan bahwa PDB berpengaruh signifikan
terhadap impor di Indonesia dari Amerika Serikat.
E

Inflasi dan Impor

Inflasi merupakan salah satu hal terpenting di dalam perekonomian. Yang dimaksud dengan inflasi adalah keadaan dalam suatu perekonomian dimana terjadi
kenaikan harga secara tajam dan terus-menerus. Karena setiap peningkatan atau
penurunan tingkat inflasi itu sangat berpengaruh dengan aktivitas per-ekonomian
lainnya sepertiinvestasi, ekspor, dan impor yang akan berkurang karena kemungkinan keuntungan yang didapat juga akan menurun. Menurut Sukirno (2002
: 16)bahwa kecenderungan seperti ini akan memperlambat perekonomian. Seperti
yang terjadi dalam perdagangan internasional ini karena sebagai mitra dagang
harus mengetahui kondisi perekonomian masing-masing negara salah satunya
adalah inflasi.

29

Terdapat beberapa teori mengenai inflasi antara lain:
1. Teori Inflasi Klasik
Teori ini mengungkapkan keterkaitan inflasi dengan jumlah uang beredar yang
dapat diketahui dari nilai uang dengan jumlah uang dan nilai uang dengan harga.
Menurut pandangan ini, inflasi berarti bahwa terlalu banyak jumlah uang beredar
atau kredit pada masyarakat dibandingkan volume transaksinya.
2. Teori Inflasi Keynes
Keynes mengungkapkan bahwa kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap
permintaan total karena inflasi dapat terjadi jika tingkat kuantitas uang konstan.
Saat jumlah uang beredar meningkat maka harga akan naik yang memicu
permintaan uang untuk bertransaksi meningkat, dengan demikian akan menaikkan
suku bunga. Menurut Keynes, inflasi yang penting adalah yang diakibatkan oleh
pengeluaran pemerintah.
3. Teori Inflasi Moneterisme
Teori ini berpendapat bahwa keadaan ini terjadi karena kebijakan moneter dan
fiskal yang ekspansif. Menurut golongan moneteris, inflasi dapat dikendalikan
dengan menurunkan kelebihan permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal
yang bersifat kontraktif.
Terdapat dua penyebab terjadinya inflasi yaitu:
1. Inflasi tarikan permintaan atau demand pull inflation
yaitu inflasi yang terjadi akibat permintaan yang tinggi pada pasar
sehinggamengakibatkan melonjaknya faktor-faktor produksi. Inflasi jenis ini
biasanya ter-jadi pada kondisi full employment yang biasanya disebabkan oleh
meningkatnya volume likuiditas.

30

2. Inflasi desakan biaya atau cost push inflation
yaitu inflasi yang terjadi karena kelangkaan faktor produksi atau distribusi.
Seperti saat suatu barang menjadi langka namun permintaan meningkat maka
akan menyebabkan peningkatan harga.
Juga terdapat pada pendapat yang diungkapkan oleh Sukirno (2004)bahwa inflasi
sebagai akibat dari impor akan menyebabkan stagflasi seperti yang terjadi pasca
krisis ekonomi, stagflasi menggambarkan dimana kegiatan ekonomi semakin lama
semakin menurun, pengangguran semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikan harga-harga semakin tinggi.Kondisi inflasi di suatu negara akan
berpengaruh terhadap banyaknya jumlah barang yang akan diekspor atau bahkan
diimpor oleh suatu negara.
Ketika terjadi inflasi maka harga produk dalam negeri akan meningkat. Salah satu
kebijakan pemerintah adalah dengan mengimpor produk dari luar negeri. Seperti
yang terjadi saat ini adalah harga bawang dalam negeri meningkat tajam dan
konsumen tidak memiliki daya beli yang cukup untuk membeli bawang tersebut.
Oleh karena itu pemerintah mengambil keputusan dengan mengimpor bawang
dari Birma yang harganya lebih murah dan kualitasnya tidak lebih baik dari
bawang dalam negeri. Keterkaitan inflasi dengan impor yang berpengaruh signifikan ini seperti pendapat yang diungkapkan oleh Sadono Sukirno (2004) bahwa
inflasi ini akan terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan
harga mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaanperusahaan.

31

F.

Suku Bunga Luar Negeri dan Impor

Suku bunga adalah suatu bentuk pembayaran atas bunga yang pinjaman berbentuk
persentase.Suku bunga banyak berpengaruh di berbagai kegiatan perekonomian,
salah satunya impor. Menurut Karl dan Fair (2006 : 5), suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman dalam bentuk persentase yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima setiap tahun dibagi dengan jumlah
pinjaman. Beberapa teori yang mendasari suku bunga adalah:
1. Teori Klasik
Dalam teori ini, suku bunga berpengaruh besar terhadap tabungan dan
investasi.Merupakan penggabungan stok modal dan uang dimana saat modal
meningkat, suku bunga juga meningkat.Sebaliknya, semain banyak modal
semakin rendah suku bunga (Nasution dalam Sappewali, 2001).
2. Teori Suku Bunga Keynes
Suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan uang.Keynes
mengasumsikan bahwa perekonomian saat itu belum full employment sehingga
pro-duksi dapat ditingkatk