Analisis Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45 dan Dampaknya terhadap IHSG

(1)

ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG

Disusun oleh: Mohamad Ridwan NIM : 108081000059

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Mohamad Ridwan

Jl. Waru II No. 30 RT 003/003 Pamulang Barat Tangerang Selatan 15417

Telp : 0813 1711 8600 Email : m_ridwannn@yahoo.co,id

DAFTAR RIWAYAT

DATA DIRI

Tempat / tanggal lahir : Sumedang / 06-11-1990 Jenis Kelamin

Umur Agama

Kewarganegaraan Tinggi / berat badan

: : : : :

Laki-laki 22 tahun Islam Indonesia 170 cm / 60 kg

Status : Belum menikah

Telepon : 0813 1711 8600


(7)

PENDIDIKAN FORMAL

2008 – 2013 : Lulus Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (IPK 3,09)

2006 – 2008 : Lulus SMA Negeri 2 Pamulang, berijazah 2003 – 2005 : Lulus SMP Al Badar, berijazah

1996 – 2002 : Lulus SD Negeri II Pamulang, berijazah

KEAHLIAN

Komputer : Microsoft Office Word

Microsoft Office Excel


(8)

ABSTRACT

This research aim to know the influence of macroeconomics indicators (rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) to Return LQ 45 and also its impact to IHSG since 2006 – 2011.

Data used in this research in the form of secondary data collected from result of Indonesian Bank publicizing in statistic of banking, BPS and the others of literature study. The method of processing data use Path Analysis method with SPSS 17.

The result shows that variable of macroeconomics (rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply and PDB) having an effect on to Return LQ 45 and all of the variable to lending. And then in second structure, rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply, PDB and Retrun LQ 45 having an effect on significant to lending. After trimming of Second structure, only variable exchange rate Rp/$ and Money Supply having an effect on significant to IHSG.

Keywords : rate of interest riil, exchange rate Rp/$, money supply, pdb, return LQ 45 and IHSG


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh indikator

makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan produk domestic bruto) terhadap return LQ 45 dampaknya kepada IHSG selama tahun 2006 – 2011.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang dikumpulkan dari hasil publikasi Bank Indonesia pada statistik perbankan, BPS dan studi literatur lain. Metode pengolahan data menggunakan metode analisis jalur dengan bantuan alat analisis SPSS 17.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel makroekonomi (suku bunga riil, nilai tukar Rp/$, uang beredar dan PDB) berpengaruh terhadap return LQ 45 dan seluruh variabel tersebut terhadap IHSG. Setelah trimming pada struktur kedua, hanya variabel suku bunga SBI dan inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap dana pihak ketiga. Kemudian pada struktur kedua, nilai tukar Rp/$ dan uang beredar berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

Kata Kunci : Suku Bunga Riil, Nilai Tukar Rp/$, Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Return LQ 45 dan IHSG


(10)

KATA PENGANTAR Bismillahrahmanirrahim

Alhamdulillahi Robil „Alamin segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan izinnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya.

Pada kesempatan ini perkenanankan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Untuk itu ucapan terima kasih dan do‟a khususnya penulis berikan kepada:

1. Kedua orang tua ku Bapak Ajum dan Ibu Euis sangat ku cintai yang tidak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan do‟anya yang penuh keikhlasan, selalu memberikan kasih sayang, bimbingan serta dukungan baik material maupun spiritual dalam kebaikan untuk keberhasilan anak-anaknya. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Leis Suzanawaty, SE, M.Si , Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yulianti, SE, M.Si selaku Pudek Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Herni Ali HT. SE, MM selaku Pudek Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Suhendra, S.ag, MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I dan Bapak Herni Ali

HT. SE, MM selaku Dosen Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan pengarahannya dengan penuh kesabaran yang selalu memberikan arahan dan nasihat serta waktu dan ilmunya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf fakultas ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan


(11)

9. Fitri Nur Handayani yang telah memberikan bantuan waktu, kesabaran maupun semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan kasih sayangnya. 10.Seluruh kawanku yang selalu memberikan canda tawa kejenakaan untuk

memberikan bantuan moral serta semangat tak luput untuk Eris, Ega, Sukri, Feri, Fahmi, Fandi, Yaser, Hakim salam sukses dan damai untuk kita semuanya kawan.

11.Sahabat dan teman-teman seperjuangan yang bersama-sama berjuang serta saling membantu untuk menyelesaikan skripsi ini yang begitu banyak jika disebutkan satu-persatu. Untuk seluruh teman-teman di kelas Manajemen Perbankan B dan Manajemen B 2008 Terima Kasih atas kebersamaannya selama ini. Dan khususnya untuk yang selalu memberikan semangat serta support yang berharga untuk diriku dari sebelum hingga terselesainya skripsi ini.

Semoga segala amalan yang baik tesebut akan memperoleh balasan rahmat dan karunia dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis sehingga tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini maih banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat membuka jalanku untuk meraih cita-cita.

Jakarta, Agustus 2013

Mohamad Ridwan (Penulis)


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi ...i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ...iii

Surat Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...iv

Daftar Riwayat Hidup ...v

Abstract ...vii

Abstrak ...viii

Kata Pengantar ...ix

Daftar Isi ...xi

Daftar Tabel ...xiii

Daftar Gambar ...xiv

Daftar Lampiran ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Perumusan Masalah ...9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...9

BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal ...11

B. Makro Ekonomi ...14

1. Suku Bunga Riil ...14

2. Nilai Tukar ...16


(13)

4. Uang Beredar ...21

C. Indeks Harga saham ...22

D. Return Saham...24

E. Penelitian Terdahulu ...26

F. Kerangka Pemikiran ...31

G. Hipotesis ...32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...36

B. Metode Penentuan Sampel ...36

C. Metode Pengumpulan Data...37

D. Metode Analisis ...38

E. Analisis Jalur Model Trimming ...43

F. Definisi Operasional Variabel ...44

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...48

B. Deskriptif Variabel Penelitian ...51

C. Pengujian Hipotesis ...62

1. Analisis Korelasi ...62

2. Menguji dan Memaknai Sub Struktur I ...71

3. Menguji dan Memaknai Sub Struktur II ...81

4. Menguji dan Memaknai Analisis Jalur Trimming Struktur II ...94

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ...103

B. Implikasi ...104

DAFTAR PUSTAKA ...105


(14)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hal

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ...29

4.1 Data Perkembangan IHSG ...52

4.2 Data Return LQ 45...54

4.3 Data Perkembangan Tingkat SukuBungaRiil ...55

4.4 Data Perkembangan Kurs Periode ...57

4.5 Data Perkembangan PDB ...59

4.6 Data Perkembangan Uang Beredar ...61

4.7 Koefisien Korelasi ...63

4.8 Pengujian Hubungan Antar Sub Variabel ...64

4.9 Koefisien Determinasi Strukutur I ...72

4.10 Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ...72

4.11 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I ...74

4.12 Koefisien Determinasi Stuktur II ...82

4.13 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ...82

4.14 Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...85

4.15 Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ...95

4.16 Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming ...96

4.17 Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur II Trimming ...97


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Hal

2.1 Kerangka Pemikiran ...32

4.1 Grafik Perkembangan IHSG ...53

4.2 Grafik Perkembangan Return LQ 45 ...55

4.3 Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil ...56

4.4 Grafik Permbangan Kurs ...58

4.5 Grafik Perkembangan PDB ...60

4.6 Grafik Perkembangan Uang Beredar ...62

4.7 Gambar Paradigma Struktur I ...71

4.8 Diagram Analisis Jalur Struktur I ...76

4.9 Gambar Paradigma Struktur II...81

4.10 Diagram Analisis Jalur Struktur II ...87

4.11 Paradigma Analisis Jalur Trimming Struktur II ...94

4.12 Diagram Analisis Jalur Model Trimming Stuktur II ...98


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Hal

1. Lampiran Data Perkembangan IHSG Periode 2006-2011...109

2. Lampiran Data Return LQ 45 Periode 2006-2011 ...109

3. Lampiran Data Perkembangan Suku Bunga Riil Periode 2006 2011...110

4. Lampiran Data Perkembangan Kurs Periode 2006-2011 ...110

5. Lampiran Data Perkembangan PDB Periode 2006-2011 ...111

6. Lampiran Data Perkembangan Uang Beredar Periode 2006-2011...111

7. Lampiran Koefisien Korelasi ...112

8. Lampiran Koefisien Determinasi Strukutur I ...112

9. Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I ...113

10. Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Stuktur I ...113

11. Lampiran Koefisien Determinasi Stuktur II ...113

12. Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II ...114

13. Lampiran Hasil Uji Parsial (t-test) Struktur II ...114

14. Lampiran Koefisien Determinasi Struktur II Trimming ...114

15. Lampiran Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming ...115


(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan pasar modal saat ini semakin pesat dan memiliki daya tarik para investor untuk menanamkan modalnya, dengan harapan akan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dimasa yang akan datang. Dalam memperoleh keuntungan yang besar, seorang investor harus melakukan analisis keuangan yang tepat berdasarkan perkembangan saat ini.Dalam menganalisa tingkat keuntungan dapat dilihat dari berbagai sisi, baik dari sisi mikro ataupun makro suatu negara.

Proses globalisasi pada fase sekarang terdiri dari dua fenomena yang berbeda, yakni globalisasi bisnis produk dan globalisasi bisnis keuangan dimana proses globalisasi bisnis keuangan telah memiliki signifikasi dan kekuatan yang lebih besar daripada globalisasi bisnis produk dalam tanda kutip. Bisnis keuangan meliputi bisnis valas (valuta asing) serta investasi langsung dan investasi tidak langsung.Investasi melalui pasar modal sebagai bentuk investasi tidak langsung dilakukan dimana saja diseluruh dunia termasuk di Bursa Efek Jakarta (Mansyur, 2009:1).

Lingkungan ekonomi makro merupakan lingkungan yang mempengaruhi operasi perusahaan sehari‐hari. Kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatankeputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro yang bisa membantu investor dalam membuat keputusan investasinya.


(18)

Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan PDB (Suci, 2012:1).

Perkembangan harga saham dapat dilihat pada Indeks Saham Harga Gabungan (IHSG) dimana indeks harga saham yang naik menunjukan kegairahan sedangkan indeks harga saham yang turun menunjukan adanya kelesuan pasar.Perubahan IHSG bukan hanya sekedar mencerminkan perkembangan perusahaan atau industri suatu negara, bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari suatu negara.Maksudnya, IHSG suatu negara yang mengalami penurunan dapat disebabkan oleh kondisi perekonomian di negara tersebut yang sedang mengalami permasalahan.Sebaliknya, indeks harga saham yang mengalami peningkatan bisa mengindikasikan adanya perbaikan kinerja perekonomian di negara tersebut, maka diperlukan kajian yang mendalam untuk mengetahui

faktor-faktor yang berkaitan dengan perubahan harga saham tersebut

(Murwaningsari, 2008:1).

Pembentukan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dipengaruhi bukan hanya oleh kondisi bisnis dan ekonomi di Indonesia, tetapi juga kondisi di negara-negara lain. Perubahan harga saham dapat mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dan investasi oleh investor.Berdasarkan hal tersebut, harga saham sangatlah penting untuk mendapat perhatian karena harga saham mencerminkan berbagai informasi yang terjadi di pasar modal.Indeks harga saham di bursa efek merupakan indikator yang


(19)

menggambarkan rasio perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh beberapa perekonomian, sehingga mempengaruhi naik turunnya tingkat pengembalian di BEI.Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang menarik untuk mengamati pergerakan harga saham.

Menurut Suci (2012:1-2) Investor menginvestasikan uangnya berdasarkan preferensi keuntungan yang optimal melalui investasi portofolio. Kurs valuta asing adalah salah satu alat pengukur lain yang digunakan dalam menilai kekuatan suatu perekonomian. Kurs menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Kurs valuta asing dapat dipandang sebagai harga dari suatu mata uang asing. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kurs valuta asing adalah neraca perdagangan nasional. Neraca perdagangan nasional yang mengalami defisit cenderung untuk menaikkan nilai valuta asing. Dan sebaliknya, apabila neraca pembayaran kuat (surplus dalam neraca keseluruhan) dan cadangan valuta asing yang dimiliki negara terus menerus bertambah jumlahnya, nilai valuta asing akan bertambah murah. Maka perubahan-perubahan kurs valuta asing dapat dipergunakan sebagai salah satu ukuran untuk menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.

Secara teori, tingkat bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif (Tandelilin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang akan ditanggung


(20)

perusahaan dan juga akan menyebabkan return yang diisyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat.

Demikian pula halnya dengan inflasi, tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga‐harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Kurs merupakan variabel makro ekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada IHSG. Sebaliknya, jika emiten membeli produk dalam negeri, dan memiliki hutang dalam bentuk dollar maka harga sahamnya akan turun. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi.

Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. Estimasi PDB akan menentukan perkembangan perekonomian. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan termasuk barang modal. Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan


(21)

meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG.

Dapat dilihat dari grafik tersebut pergerakan IHSG sangat fluktuatif dan tidak stabil dikarenakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2008 pergerakan IHSG anjlok dikarenakan terjadi krisis yang melanda negara adikuasa yaitu Amerika Serikat dilanda kredit macet, tetapi lambat laun IHSG bergerak naik dikarenakan pertumbuhan kian semakin baik. Ini merupakan penurunan yang cukup signifikan.Kemudian sepanjang periode bulan Januari-Juli 2009 dan 2010, BEI terus-menerus berupaya menciptakan pasar yang semakin likuid, wajar, teratur dan transparan. Sepanjang periode di atas, bursa telah menunjukan prestasi yang sangat menggembirakan.Dan pada tahun 2011 bulan Juli IHSG menguat tajam pada angka 4.130,8 yang artinya IHSG mencetak rekor dalam sejarah. (www.yahoofinance.com).


(22)

Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan perekonomian global menuntut setiap perilaku ekonomi untuk berfikir secara kritis dalam menyikapi hal tersebut. Perekonomian nasional bergantung pada situasi negara.Pada akhir tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter yang berkepanjangan, nilai kurs rupiah bagai layang-layang putus dan berfluktuasi dari hari ke hari. Pergantian masa pemerintahan mempengaruhi situasi politik kenegaraan yang berdampak pada perekonomian nasional yang hingga saat ini.

Terlihat dari kabinet saat ini yang pembentukannya saja sudah dihadapkan pada masalah-masalah yang maha besar. Salah satu hikmah yang dapat ditarik adalah peninjauan kembali seluruh kebijaksanaan ekonomi. Perkembangan nilai tukar rupiah selama ini menunjukan kecenderungan terdepresiasi, walaupun rupiah sangat menguat namun melemah kembali akibat keadaan yang kurang kondusif. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya factor market confidence yang berangkat dari peningkatan country risk dan perubahan motif transaksi USD/IDR menjadi speculantive motive. Didik J. Rachbini (2001:72) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu negara semakin diperparah oleh spekulasi, yang volume transaksinya semakin besar dari waktu ke waktu. Institusi bergerak di pasar valuta asing, saham dan pasar uang lainnya semakin kuat perngaruhnya secara relatif terhadap suatu sistem ekonomi.


(23)

relatif stabil. Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan antara lain: masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional akibat pemerintahan, ancaman terorisme, bencana alam serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiah terhadap berbagai isu negatif lainnya.

Dalam kondisi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, pemerintah juga ikut menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Langkah ini diambil untuk memerangi spekulasi valas. Dengan menaikan tingkat suku bunga diharapkan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik investor dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi asset ke dapam rupiah sehingga rupiah meningkat atau dengan kata lai terapresiasi. Seseorang investor harus mampu mengantisipasi risiko yang terjadi dengan mendiversifikasikan untuk memperkecil risiko. Gruber (2003:299) mengemukakan mengenai resiko tersebut: “that the risk of any stock could be divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non market

risk)”.

Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis diikuti oleh pembelian aset secara besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa konsekuensi meningkatnya biaya pemulihan ekonomi serta meningkatnya baiya rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh Bank Sentral dalam membiayai perbaikan perekonomian nasional. Kenaikan suku bunga yang tajam justru merupaka sinyal bahwa perekonomian melambat dan expected


(24)

return menjadi rendah. Alhasil kenaikan suku bunga yang tajam itu justru menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga menekan nilai rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang tinggi juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga. Faktor fundamental ekonomi misalnya, kondisi perekonomian seperti GDP, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pemerintah seperti kebijakan pajak, dan lain sebainya. Hal tersebut diungkapkan pula oleh J. Soedrjad Djiwandono (2001:138) “saya ingin membuat catatan disini bahwa dalam analisis ekonomi makro yang biasa kita sebut fundamental itu adalah kondisi berbagai indikator makro seperti GDP, laju inflassi, suku bunga, neraca pembayaran (nilai tukar), cadangan devisa, kondisi oemerintahan dan lain-lainnya.

Dalam penelitian Moh Mansyur (2009) serta Sitinjak dan Kurniasari (2003) yang menemukan bahwa nilai tukar dan tingkat bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG. Namun Murwaningsari (2008) kembali menunjukan bahwa kurs tidak memiliki pengaruh signifikan pada IHSG.Penelitian yang dilakukan oleh Maurin Sitorus (2004) menunjukan bahwa variabel-variabel makro ekonomi berpengaruh secara simultan terdahap kinerja saham pertambangan minyak bumi, dan variabel makro ekonomi yang berpengaruh besar terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi adalah variabel kurs.


(25)

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai variabel makro ekonomi apakah yang sebenarnya berpengaruh terhadap return market dan dampaknya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Oleh karena itu, dalam skripsi ini peneliti

mengambil judul “ANALISIS MAKRO EKONOMI TERHADAP

RETURN LQ 45 DAN DAMPAKNYA TERHADAP IHSG” B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimapengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45.

2. Bagaimana pengaruh Return LQ 45 terhadap IHSG.

3. Bagaimana pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45

dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun tidak langsung.

C. Tujuan dan Manfaat Peneliitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah:

a. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45.


(26)

c. Untuk menganalisis pengaruh variabel Makro Ekonomi terhadap Return LQ 45 dan dampaknya terhadap IHSG baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Manfaat Penelitian

Peneltian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut:

a. Bagi Investor

Bagi invetor yang tercatat di BEI, hasil dari penelitian ini dapat membantu mereka dalam menentukan apakah menjual, membeli ataukah menahan saham yang mereka miliki berkenaan perubahan dari Makro Ekonomi.

b. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menambah kepustakaan di bidang ilmu Makro Ekonomi dan pasar modal serta berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis sebagaimana yang telah dipelajari di dalam perkuliahan dan sebagai pengetahuan tentang investasi.

c. Bagi pemerintah

Bagi pembuat kebijakan yang berusaha untuk menciptakan ekonomi yang stabil dan sebagai fakta empiris yang berguna untuk petunjuk serta pengingat agar selalu mengkaji efektivitas setiap kebijakan yang dilaksanakan.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Pasar Modal dan Instrumen Pasar Modal

Pasar modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Sedangkan, pasar uang atau money market berkaitan dengan instrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata.Pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual-belikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah ataupun perusahaan swasta (Husnan, 2003:3).

Pasar modal adalah lembaga keuangan bukan bank yang mempunyai kegiatan berupa penawaran dan perdagangan efek. Salain itu, pasar modal juga merupakan lembaga yang berprofesi berkaitan dengan transaksi jula beli efek. Dengan demikian pasar modal dikenal debagai tempat penjual dan pembeli dana (Artesa dan Handiman, 2006:215).

Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang pasar modal no.8 tahun 1995 pasal 1 adalah kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan, serta lembaga yang profesi yang berkaitan dengan efek.

Menurut Ahmad Rodoni (2006:168) produk-produk yang ada dipasar modal adalah sebagai berikut:


(28)

1. Reksadana

Reksadana atau disebut mutual fund atau investment fund

merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksadana (manajer investasi) untuk digunakan sebagai modal investasi. Pada prinsipnya investasi pada reksadana adalah melakukan investasi yang menyebar pada beberapa alat investasi yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang.

2. Saham

Saham adalah penyertaan modal dan pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau disebut emiten. Saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selember kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga dapat mengelola capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual diatas harga beli.

3. Saham Preferen

Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa artinya dosamping memliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian,


(29)

maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya.

4. Obligasi

Obilgasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontak antara pembeli pinjaman dengan yang member pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi.

5. Obligasi Konversi (Covertible Bond)

Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, biasanya dengan memberikan kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo dan memiliki nilai pari. Hanya saja obligasi konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukarkan dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.

6. Waran

Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran juga dijula bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penertbitan waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun setelah obligasi, saham disertai waran memasuki pasar baik itu obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secera terpisah.


(30)

7. Right Issue

Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diteruma oleh pemegang saham.

B. Makro Ekonomi

1. Suku Bunga Riil (Real Interest Rate)

Menurut Kasmir (2003:37) bunga bagi bank berdasarkan konsep konvensioanal dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinajaman).

Menurut pandangan klasik dalam Sadono Sukirno (2007:230) tingkat bunga ditentungan oleh tabungan yang tersedia dalam masyrakat dan permintaan dana modal untuk investasi. Kedua faktor tersebut ditentukan oleh suku bunga. Karena perubahan tabungan dan perubahan modal akan menimbulkan perubahan pada suku bunga. Namun menurut pandangan Keynes, suku bunga ditentukan oleh penawan dan permintaan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, dimana harga dapat naik atau turun


(31)

tergantung pada tingkat suku bunga sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss dan gain.

Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhiyungkan inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.

Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204) menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan tetap konstan selama usia pinjaman.

Suku bunga riil dan suku bunga nominal sangat bermanfaat untuk mempertimbangkan perbedaan antara suku bunga nominal dengan suku bunga riil. Bunga riil adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia pinjaman, sedangkan bunga nominal adalah jumlah unit moneter yang harus dibayar per unit yang dipinjamkan dan merupakan suku bunga pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga normal sama dengan suku bunga riil. Dalam situasi inflasi, suku bunga nominal berbeda dari suku bunga riil dan harus melebihinya. Alasannya adalah


(32)

bahwa para penabung meminta premi di atas suku bunga riil sebagai kompensasi bagi ekspetasi kerugian dari bunga yang mereka terima kembali. Hubungan antara inflasi dengan suku bunga dikenal dengan hukum Fisher, yang bisa diekspresikan sebagai berikut (Fabozzi, 1999:207-208)

Dimana: i menunjukan suku bunga nominal, r menunjukan suku bunga riil dan p menunjukan perkiraan perubahan tingkat harga barang dan jasa selama usia peminjaman. Dalam hal ini menunjukan bahwa suku bunga nominal mereflesikan suku bunga rill dan harapan inflasi. Perlu diingat bahwa ekspektasi inflasi dan suku bunga riil tidak dapat diamati. Jika estimasi inflasi p cukup baik, estimasi r yang dihasilkan juga cukup baik, tetapi nilai yang sebenarnya dari suku bunga riil tidak diketahui.

2. Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006: 175).

Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan

��� � � � � � = �� � �� � � � � − ���


(33)

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40).

Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara. Misalnya, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukarkan 1 dolar untuk menjadi 120 yen di pasar uang.

Sedangkan nilai tukar rill merupakan harga relatif dari nbarang-barang antara dua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bias memperdagangkan barang dari suatu negara untuk barang-barang ke begara lain (Mankiw, 2003:125).

Kurs riil diantara kedua negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika kurs riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif lebih murah, dan barang-barang domestik relatif lebih

Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga


(34)

mahal. Jika kurs riil rendah, maka barang-barang luar negeri relatif lebih mahal sedangkan barang-barang domestik relatif lebih murah.

Menurut Hady Hamdy (2008:44). Kurs mata uang suatu negara dapat mengalami devaluasi dan revaluasi. Devaluasi adalah naiknya nilai tukar mata uang negera lain apabila di petukarkan dengan mata uang domestik, atau dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang asingnya terhadap nilai mata uang asing yang bertujuan untuk:

1. Mendorong ekspor dan membatasi impor.

2. Mendorong penggunaan produksi dalam negeri.

3. Dengan BOP yang equilibrium, diharapkan kurs valas dapat menjadi relatif stabil.

Revaluasi adalah turunnya nilai tukar mata uang negara-negara lain apabila dipetukarkan dengan mata uang domestik. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang domestik menguat terhadap mata uang asing. Revaluasi diartikan sebagai suatu tindakan pemerintah untuk menaikan nilai mata uangnya terhadapa mata uang asing yang dilakukan kerena perekonomiannyasudah mencukupi atau mendekati full employed atau terjadi kecenderungan inflasi. Kebijakan ini dalan jangka pendek bertujuan untuk mengurangi agregat demand dan inflasi (Hady Hamdy, 2008:45).


(35)

3. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie, 2006:177).

Gross domestic product is the total market value of all final goods and services produced in a given year. GDP incclides all goods and services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied resources employed within the country (Mc Connel & Brue, : 2005:112).

Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16).

Produk domestik bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negar berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu di dapati produksi nasional diciptakan oleh fakor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri (Sukirno, 2011:34).

Menurut Tandelilin (2010:342) produk domestik bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negera. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika


(36)

pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat.

Menurut Prathama Raharja dan Mandala Manurung (2005:16-21) ada tiga cara perhitungan pendapatan nasioanal, yaitu:

1. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi

diperoleh dengan cara membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial orogin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumalah output seluruh perekonomian. Hanya saja ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Dengan kata lain jika tidak berhati-hati akan terjadi perhitungan ganda (double-counting) atau bahkan multiple counting.

2. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pendapatan

diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai total balas jasa atau faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

3. Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran. Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian:

a. Konsumsi rumah tangga,


(37)

c. Pengeluaran investasi, dan d. Ekspor neto.

4. Uang Beredar (M2)

Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisi kebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang sama (Sukirno, 2011:296). Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Dimana : M adaalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang diperjualbelikan dalam perekonomian.

Jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang (V) samadengan volume output atau transaksi ekonomi secara riil (T) dikalikan dengan tingkat harga (P). Dengan kata lain, dalam keseimbangan jumlah uang beredar yang digunakan dalam seluruh


(38)

kegiatan transaksi ekonomi (MV) sama dengan jumlah output yang dihitung dengan harga yang berlaku-ditransaksikan (PT).

Berdasarkan mekanisme transmisi ini, dalam jangka pendek pertumbuhan jumlah uang beredar hanya memengaruhi perkembangan output riil. Selanjutnya, dalam jangka menengah pertumbuhan jumlah uang beredar akan mendorong kenaikan harga (inflasi), yang pada gilirannya menyebabkan penurunan tingkat investasi usaha sehingga perkembangan output riil menuju posisi semula. Dalam keseimbangan jangka panjang, pertumbuhan jumlah uang beredar tidak berpengaruh pada perkembangan output riil, tetapi mendorong kenaikan laju inflasi dan menurunkan investasi secara proporsional karena kerentanan perekonomian yang besar.

C. Indeks Harga Saham

Saat ini du Bursa Efek Indonesia terdapat 7 (tujuh) jenis indeks, sebagai berikut (www.idx.co.id):

1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk

masing-masing saham yang didasarkan pada harga dasarnya.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), mencakup pergerakan seluruh harga saham biasa maupun saham preferen yang tercatat di BEI.

3. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk kedalam setiap

sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (Sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi yang diterapkan oleh BEI.


(39)

4. Indeks LQ 45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberpa criteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari ssaham-saham tersebut.

5. Jakarta Islamic Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah islam. Dewan Pengurus Syariah terlibat dalam menentukan criteria saham-saham yang masuk kedalam JII.

6. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX), diperuntukan bagi

perusahaan dengan track record yang baik.

7. Indeks Papan Pengembangan (Development Board Index/DBX), untuk

mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan papan utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan yang berprospek. Disamping itu papan pengembangan diperuntukan bagi perusahaan yang mengalami resukturisasi atau pemulihan perfoma.

Anoraga dan Pakarti (2008:100-104) mengatakan, secara sederhana yang disebut dengan indeks harga adalah suatu angka yang digunakan untuk membandingkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Demikian juga dengan indeks harga saham, indeks disini akan membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. Apakah suatu harga saham mengalami penurunan atau kebalikannya mengalami kenaikan dibandingkan dengan suatu waktu tertentu.


(40)

Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu; waktu dasar dan waktu berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupaka waktu dimana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar.

Pergerkan nilai indeks akan menunjukan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi aktif, ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukan keadaaan yang diinginkan. Keadaan yang stabil ditunjukan dengan indeks harga saham yang tetap, sedangkan yang lesu ditunjukan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan.

Untuk mengetahui besarnya Indeks Harga Saham Gabungan, digunakan rumus sebagai berikut (Anoraga dan Pakarti, 2008:102):

Dimana:

Σ Ht : Total harga semua saham pada waktu tertentu Σ Ho : Total semua harga saham pada waktu dasar D. Return Saham

Jenis return saham menurut Jogiyanto (2003:109) saham dapat dibedakan menjadi dua: (1) return realisasi yang merupakan return yang telah terjadi, (2)


(41)

return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengna periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, maka akan ditulis rumus:

Dimana:

Ri : Return saham

Pt : Harga saham periode tahun

Pt-1 : Harga saham periode tahun sebelumnya

Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat dihitung dengan rumus (Jogiyanto, 2003:232):

Dimana:

Rm : Return market

IHSGt : IHSG pada paeriode tahun

IHSGt-1 : IHSG pada periode tahun sebelumnya

Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka. Investor selalu mencari alternatif investasi yang memberikan return tertinggi

R

i

=

−� −

� −

R

m

=

− � −


(42)

dengan tingkat risiko tertentu. Mengingat risiko yang melekat pada investasi saham lebih tinggi dari pada pada perbankan, return yang diharapkan juga lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan teori investasi yang dikemukakan oleh Widiatmojo (2008:84).

E. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas kerena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hamper sama tetapi karena obyek dan periode waktu yang gunakan berbeda, maka terdapat banyal hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk salaing melengkapi. Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu:

1. Sitinjak dan Kurniasari (2003)

Mereka minyimpulkan bahwa jika kurs (nilai tukar dollar terhadap rupiah) satu satuan maka akan terjadi penurunan indikator pasar (IHSG) saham sebesar satu satuan. Terutama sekali pada kondisi pasar sedang bearish. Sedangkan pada pasar sedang bullish indikator pasar saham dan indikator pasar uang secara bersam-sama berpengaruh positif. Terutama pada indikator pasar uang SBI, signifikan positif untuk mempengaruhi pasar saham.

2. Maurin Sitorus (2004)

Penelitian ini mencoba untuk meneliti pengaruh variabel makro ekonomi (inflasi, suku bunga SBI, kurs dan jumlah uang beredar). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa variabel makro ekonomi berpengaruh


(43)

secara simultan terhadap kinerja saham pertambangan minyak dan gas bumi. Dan variabel makro ekonomi yang paling berpengaruh sangat besar adalah variabel kurs.

3. Tendi, Trimarto dan Rosi (2005)

Dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda mereka menyimpulkan bahwa nilai tukar dollar AS merupakan salah satu indikator perkembangan IHSG dengan diketahui bahwa hubungan antara nilai tukar rupiah per dollar AS dengan IHSG di Bursa Efek Indonesia kuat yaitu sebesar 64,9%. Dengan nilai negatif, artinya jika nilai tukar rupiah per dollar AS naik maka IHSG akan menurun sebesar 64,9%.

4. Murwaningsih (2008)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Etty Murwaningsih pada periode 1992 samapi 2006 tentang pengaruh volume perdagangan saham, deposito dan kurs terhadap IHSG beserta prediksi IHSG dengan model Garch dan Arima. Menunjukan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh negative terhadap IHSG dan kurs tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG.

5. Moh Mansyur (2009)

Berdasarakan penelitian yang dilakukan oleh Moh Mansyur yang meneliti sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh tingkat suku bunga SBI dan kurs dollar AS terhadap IHSG di BEI dengan menggunakan analisis jalur memberikan hasil yang menyatakan bahwa pergerakan


(44)

IHSG sangat dipengaruhi oleh nilai tukar dollar AS sebesar 51,55% dengan arah pengaruh negatif, artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dollar AS maka IHSG cenderung akan melemah dan begitu juga sebaliknya, apabila rupiah terapresiasi terhadap dollar AS, maka IHSG akan mengalami penguatan.

6. Pananda Pasaribu dkk (2009)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro ekonomi Terhadap IHSG” dengan menggunakan regresi linear

berganda dengan metode estimasi ordinary least square (OLS)

menunjukkan bahwa sebagian besar faktor domestik tidak berpengaruh terhadap pergerakan IHSG. Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi, SBI , dan kurs . Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh yang sangat signifikan atas pergerakan IHSG. Ketika indeks Hang Seng turun maka IHSG juga akan mempunyai arah yang sama dengan. Kondisi ini yang memungkinkan Indonesia terkena dampak krisis global walaupun kondisi ekonomi Indonesia relatif baik. 7. Zied Ftiti (2009)

Makalah ini mengusulkan sebuah metodologi baru untuk memeriksa kinerja ekonomi suatu kebijakan moneter dan khususnya untuk menargetkan kebijakan inflasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi , suku bunga dan pertumbuhan


(45)

PDB. Dapat disimpulkan bahwa penargetan inflasi menghasilkan lingkungan moneter yang stabil, hasil ini memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa kebijakan penargetan inflasi yang relevan dalam kasus negara-negara industri .

8. Rangan Gupta dan Mampho P. Modise (2011)

Penelitian ini dilakukan agar dapat memprediksi saham-saham di Afrika dengan variabel makro ekonomi mengunnakan metode analisis regresi. Variabel yang mempunyai nilai signifikan untuk memprediksi saham-saham di Afrika antara lain adalah pertumbuhan minyak bumi, jumlah uang beredar, suku bunga dan inflasi. Laju inflasi menunjukkan prediksi sangat kuat untuk 6 bulan kedepan, dan untuk nilai suka bunga juga menjelaskan prilaku saham-saham di Afrika.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, ringkasan dari penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.1

Table 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Tahun Variabel Model

penelitian

Hasil penelitian 1. Sitinjak dan

Kurniasari

2003 - SBI

- IHK - Kurs - Pasar Saham Non Liniear Combination Kurs berpengaruh negatif dan SBI berpengaruh positif terhadap pasar saham

2 Maurin Sitorus 2005 - Inflasi

- SBI - Kurs - Jumalah Uang Beredar

Regresi Kurs memiliki

pengaruh yang sangat besar terhadap return saham


(46)

- Retun Saham

3. Tendi

Haruman dkk.

2005 - Kurs

- SBI - Inflasi - IHSG

Regresi Kurs memiliki

pengaruh terhadap IHSG

4. Etty

Murwaningsari

2008 - Volume

Perdagangan saham - Suku Bunga Deposito - Kurs - IHSG Garch dan Arima Suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap IHSG dan kurs tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG

5. Moh. Mansyur 2009 - SBI

- Kurs - IHSG Path Analysis Kurs memiliki pengaruh terhadap IHSG dan SBI tidak memiliki pengaruh terhadap IHSG

6. Pananda

Pasaribu dkk

2009 - Inflasi - SBI - Uang Beredar - Kurs - PDB - Transaksi Berjalan - Cadangan Devisa - Net Buying Asing - Indeks Hangseng - Indeks Dow Jones - Minyak Dunia - Fed Rate

Regresi OLS Indikator ekonomi domestik seperti: Inflasi, SBI , dan kurs . Sedangkan faktor asing dan informasi mengenai aliran modal mempunyai pengaruh atas pergerakan IHSG. Indeks regional yang diproksi oleh Indeks Hang Seng mempunyai pengaruh atas pergerakan IHSG.

7. Zied Ftiti 2009 - Inflasi

- PDB

Path Penelitian ini


(47)

- Suku Bunga Prancis, dapat disimpulkan bahwa penargetan inflasi menghasilkan lingkungan moneter yang stabil, hasil ini memungkinkan untuk menyimpulkan bahwa kebijakan penargetan inflasi yang relevan dalam kasus negara-negara industri .

8. Rangan Gupta

dan Mampho P. Modise

2011 - Inflasi - Suku Bunga - Uang Beredar - Minyak Dunia

Regresi Laju inflasi

menunjukkan prediksi sangat kuat untuk 6 bulan kedepan, dan untuk nilai suka bunga juga menjelaskan prilaku saham-saham di Afrika. F. Kerangka pemikiran

Pada kerangka pemikiran ini menunjukan bahwa adanya hubungan langsung antara Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar terhadap Return LQ 45 dan IHSG. Serta adanya hubungan korelasi antara Suku Bunga Riil dengan Kurs, Nilai Kurs dengan PDB, PDB dengan Uang Beredar, Suku Bunga Riil dengan PDB, Nilai Kurs dengan Uang Beredar Suku Bunga Riil dengan Uang Beredar. Sedangkan Return LQ 45 berhubungan langsung


(48)

dengan IHSG. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar kerangka pemikiran dibawah berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

G. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Hipotesis Strukutur I

Y1 = ρy1X1 X1+ ρy1X2 X2+ ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4+ ε1 - Secara Simultan (Uji F)

a. Ho : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4= 0, Indikator

Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Return Suku

Bunga Riil

Niai Kurs

PDB

Uang Beredar

IHSG Return LQ 45


(49)

b. Ha : ρy1X1 X1 + ρy1X2 X2 + ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4 0, Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen Return LQ 45.

- Secara Parsial (Uji t)

a. Ho : = 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat

pengaruh dengan Return LQ 45.

Ha : 0, Indikator Suku Bunga Rill terdapat

pengaruhdengan Return LQ 45.

b. Ho : = 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan Return LQ 45.

Ha : 0, Indikator Kurs terdapat pengaruhdengan Return LQ 45.

c. Ho : = 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan Return LQ 45.

Ha : 0, Indikator PDB terdapat pengaruhdengan Return LQ 45.

d. Ho : = 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh dengan Return LQ 45.

Ha : 0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruhdengan Return LQ 45.

2. Hipotesis Stuktur II


(50)

- Secara Simultan (Uji F)

a. Ho :ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 = 0,

Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta ReturnLQ 45tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen IHSG.

b. Ha : ρy2X1 X1 + ρy2x2 X2 + ρy2X3 X3 + ρy2X4 X4 + ρy2y1 Y1 0,

Indikator Suku Bunga Riil, Kurs, PDB dan Uang Beredar serta Return LQ 45 berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen IHSG.

- Secara Parsial (Uji t)

a. Ho : = 0, Indikator Suku Bunga Rill tidak terdapat pengaruh dengan IHSG.

Ha : 0, Indikator Suku Bunga Rill terdapat pengaruh dengan IHSG.

b. Ho : = 0, Indikator Kurs tidak terdapat pengaruh dengan IHSG.

Ha : 0, Indikator Kurs terdapat pengaruh dengan IHSG. c. Ho : = 0, Indikator PDB tidak terdapat pengaruh dengan

IHSG.

Ha : 0, Indikator PDB terdapat pengaruh dengan IHSG.

d. Ho : = 0, Indikator Uang Beredar tidak terdapat pengaruh dengan IHSG.


(51)

Ha : 0, Indikator Uang Beredar terdapat pengaruh dengan IHSG.

e. Ho : = 0, Indikator Return LQ 45 tidak terdapat pengaruh dengan IHSG.

Ha : 0, Indikator Return LQ 45 terdapat pengaruh dengan IHSG.


(52)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis yang diajukan mengenai Tingkat Suku Bunga Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar sebagai variabel independen dan Return LQ 45 serta Return Market IHSG sebagai variabel dependen. Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1. Obyek yang diteliti adalah Retun LQ 45 dan IHSG. 2. Periode yang diteliti dari Januari 2006 – Desember 2011.

3. Variabel dependen meliputi Return LQ 45 dan IHSG.

4. Variabel independen yaitu makro ekonomi yang meliputi Suku Bunga

Riil, Nilai Kurs, PDB dan Uang Beredar. B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek maupun subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:55).

Penelitian ini dilakukan untuk meneliti apakah variabel makro ekonomi yang meliputi Suku Bunga Riil, Kurs rupiah/US$, PDB dan Uang beredar (M2) berpangaruh terhadap Return LQ 45 dan dampaknya terhadap Return Market IHSG. Maka yang akan menjadi populasi dalam


(53)

penelitian ini adalah harga seluruh saham yang tergabung dalam IHSG yang terdaftar dari 1 Januari 2006 samapi dengan 31 Desember 2011. 2. Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

a. Tingkat Keuntungan dari indeks LQ 45 periode Januari 2006 – Desember 2011.

b. Indeks Harga Saham Gabungan periode Januari 2006 – Desember 2011.

c. Makro ekonomi yang meliputi: suku bunga riil, kurs, PDB, dan uang

beredar periode Januari 2006 – Desember 2011. C. Metode Pungumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Field Reseach

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan skripsi ini, seperti Bank Indonesia dan pusat referensi pasar modal Bursa Efek Indonesia.

2. Library Reseach

Data yang diperoleh untuk penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membaca literature, buku, artikel, jurnal dan lainnya


(54)

yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.

3. Internet Reseach

Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau kita pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau tidak up to date, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu dengan internet

sehingga data yang diperoleh up to date seperti di

www.yahoofinance.com. D. Metode Analisis (Path Analysis)

Analisis jalur atau path analysis merupakan bagian analsis yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausalitas antar variabel dimana variable-variabel bebas mempengaruhi variable-variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui satu atau lebih variabel perantara (Sarwono, 2006:147)

Menurut Riduwan dan Engkos (2008:2) Path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Path analtsis merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk menafsirkan kausalitas antar variabel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan teori. Apa yang dapat dilakukan analisis jalur adalah menentukan pola hubungan


(55)

antara tiga atau lebih variabel dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis kausalaitas imajener (Ghazali, 2003:160).

Supranto dalam bukunya “Analisis Multivariat (2004:234-235) menuliskan beberapa asumsi dalam analisis jalur. Berikut ini yang diuraikan beberapa asumsi dalam analisis jalur yang perlu diperhatikan:

1. Variabel endogen harus normal, paling tidak berupa skala interval atau yang paling baik skala rasio.

2. Seperti model liniear lainnya, analisis jalur juga mendasarkan pada hubungan variabel yang linear dan additive (bukan multiplicative).

3. Data psikometrik selalu mengandung kesalahan pengukuran. Seperti kita ketahui, data yang berasala dari kuesioner (daftar pertanyaan) akan mengandung banyak kesalahan dari berbagi sumber maka perlu dilakukan pengujian validitas dan reablitias (validity dan reability). Pengujian data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS for windows version 17. Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) untuk menganalisa pola hubungan antar variabel dnegan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Pada diagram jalur tanda panah berujung ganda menunjukan hubungan korelassional dan tanda panah yang berujung satu menunjukan pengaruh langsung dari variabel eksogen (X) terhadap variabel endogen (Y).


(56)

Teknik analisis jalur (path analysis) akan digunakan dalam pengujian besarnya kontribusi yang ditunjukan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1 (Suku Bunga Riil), X2 (Nilai

Kurs), X3 (PDB), dan X4(Uang Beredar) terhadap Y1 (Return LQ 45) dan Y2

(IHSG). Kerangka hubungan kausal antara jalur (X1terhadap Y1, X1 terhadap

Y2, X2 terhadap Y1, X2 terhadap Y2, X3 terhadap Y1, X3 terhadap Y2, X4

terhadap Y1, X4 terhadap Y2, X1 dan X2 terhadap Y1, X1 dan X2 terhadap Y2,

X2 dan X3 terhadap Y1, X2 dan X3 terhadap Y2, X3 dan X4 terhadap Y1, X3 dan

X4 terhadap Y2, X1 dan X3 terhadap Y1, X1 dan X3 terhadap Y2, X2 dan X4

terhadap Y1, X2 dan X4 terhadap Y2, X1 dan X4 terhadap Y1, X1 dan X4

terhadap Y2) dan hubungan korelasional antara jalur (X1 dengan X2, X2

dengan X3, X3 dengan X4,X1 dengan X3, X2 dengan X4, X1 dengan X4, Y1


(57)

Gambar 3.1

(Kerangka konseptual diambil dari model Riduwan dan Engkos, 2008:5)

ρx1y2 ε1 ε2

r12 ρx1y1 ρy1ε ρy2ε

r13 ρx2y2 r14 r23 ρx2y1

ρx3y1

r24 ρx3y2 r34 ρx4y1 ρx4y2

Dimana:

X1 = Tingkat Suku Bunga Riil

X2 = Nilai Tukar (Kurs)

X3 = Produk Domestik Bruto (PDB)

Y1 = ρy1X1 X1+ ρy1X2 X2+ ρy1X3 X3 + ρy1X4 X4+ ε1

Y2= ρy2X1 X1+ ρy2x2 X2+ ρy2X3X3 + ρy2X4 X4+ ρy2y2 Y1+ ε 2 Kurs

Uang Beredar

PDB

Return LQ 45 Kurs


(58)

X4 = Uang Beredar (M2)

Y1 = Return LQ 45

Y2 = IHSG

ε = Eror

Pada bagian selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis yaitu yang pertama dengan cara melihat hubungan simultan dan kedua melihat hubungan secara parsial.

1. Hipotesis Secara Simultan

Untuk melihat ada pengaruh X1, X2, X3, dan X4 secara gabungan

atau simultan terhadap Y1 dan dampaknya Y2 dapat dilihat dari hasil

summary SPSS khususnya angka R square dengan menghitung koefisen determinasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = R2× 100%

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA.

Untuk mengetahui hubungan variabel indepanden secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, maka digunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel depanden atau dengan kata lain tidak signifikan. Sebaliknya jika nilai probability F lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat


(59)

digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel indepanden secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel depanden (signifikan) (Riduwan dan Engkos, 2008:117). 2. Hipotesis Secara Parsial

Untuk melihat hubungan variabel X1, X2, X3, dan X4 secara indivu

atau parsial terhadap Y1 dan dampaknya Y2digunakan Uji t,

sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient.

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh msaing-masing variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficients.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel indepanden terhadap dependen (koefisien regresi tidak signifikan). Sedangkan Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh dari variabel indepanden terhadap dependen (koefisien regresi signifikan) (Riduwan dan Engkos, 2007:118).

E. Analisis Jalur Model Trimming

Dalam buku (Riduwan dan Engkos, 2008: 127-128), Model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur


(60)

analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisiennya jalurnya tidak signifikan (Heise, 1969:58; Al-Rasyad & Sitepu, 1994:12; Kusnaedi, 2005:12). Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien jalur yang di uji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih dari variabel yang tidak signifika, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan. Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.

F. Definisi Operasional Variabel

Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Tingkat Suku Bunga Riil

Menurut N. Gregory Mankiw (2003:86) tingkat suku bunga dapat dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal (nominal interest rate) dan suku bunga riil (real interest rate). Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi.


(61)

Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri (1999:204) menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan tetap konstan selama usia pinjaman.

2. Nilai Kurs

Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah tingkat dimana mata uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing (Bodie, 2006: 175).

Kurs (exchange rate) dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2003:123).

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama (Krugman, 2000:40).

Menurut Mankiw (2003:123) dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.

��� � � � � � = �� � �� � � � � − ���


(62)

3. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan (Bodie, 2006:177).

Gross domestic product is the total market value of all final goods and services produced in a given year. GDP incclides all goods and services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied resources employed within the country (Mc Connel & Brue, : 2005:112).

Produk domestik bruto (GDP) mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian (Mankiw, 2003:16).

4. Uang Beredar (M2)

Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisikebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory of Money). Teori ini pada dasarnya menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang


(63)

sama (Sukirno, 2011:296). Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

Dimana : M adalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan dalam perekonomian.


(64)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah di mulai sejak pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang

diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effect enhandel. Dengan

mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek (Stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia. Efek yang diperjual belikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek belanda lainnya.

Dengan perkembangan Bursa Efek di Bataavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semerang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadi perang dunia kedua.

Sejak tahun 1965 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada


(65)

pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahan yang go public maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun 1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu mengakibatkan iklim investasi dipasar modal kurang menarik. Oleh karena itu, pemerintah berusaha mendorong kembali pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi, seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember 1988.Salah satu paket tersebut yang terpenting adalah dinaikannya pajak penghasilan dan bunga deposito dan tabungan berjangka lainnya sebear 15% final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan dimaksud berdampak sangat positif terhadap pasar modal. Karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga mereka cenderung mencari alternatif lain dalam menginvestasikan uangnya.

Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (PT BEJ), swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Pada 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru dengan meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatis yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi


(66)

perdagangan saham tanpa harus melalui lantai bursa, dimana transaksi dapat dilakukan WPPE dikantornya masing-masing. Sistem baru tersebut sangat efektif dan lebih menjamin kegiatan pasar yang transparan.

Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdangan jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.

Bursa Efek Jakarta merupakan Perusahaan Terbatas (PT) yang dimiliki oleh berbagai securities company. Setelah sekuritas terjual di pasar perdana, sekuritas tersebut didaftarkan di bursa efek, agar nantinya dapat diperjualbelikan di bursa. Saat pertama kali sekuritas tersebut diperdagangkan di bursa biasanya memerlukan wak tu 4-6 minggu dari saat IPO (Intial Public Offering). Pada waktu sekuritas tersebut diperdangangkan di bursa, dikatakan sekuritas tersebut diperdangangkan di Pasar Sekunder. Pada 1 Desember 2007, penggabungan Bursa Efek Surabaya ke dalam Bursa efek Jakarta menjadi entitas bursa baru, yakni Bursa Efek Indoensia (BEI) secara resmi beroperasi.

2. Sejarah Perusahaan Yang Terdaftar di LQ 45

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 emiten yang terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang diterus di review setiap 6 bulan. Saham-saham pada Indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan harus melewati seleksi utama sebagai berikut:

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).


(67)

b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Tercatat di BEI minimum 3 bulan.

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya,

frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar regular. Perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Public. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45.

Perusahaan yang sering masuk pada indeks LQ 45 adalah perusahaan telekomunikasi. Salah satunya adalah PT. Telkom dan PT. Indosat. Kedua perusahaan tersebut merupakan contoh dari perusahaan yang cukup besar dan akan menjadi primadona pada pasar saham. Karena berdasarkan riset pasar di Indonesia pada tahun 2006 perusahaan yang akan menjadi primadona adalah pada sektor telekomunikasi, sektor pertambangan dan sektor energi.

B. Deskriptif Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat 6 (enam) variabel yang akan dianalisis, dimana ke enam variabel yang dimaksud dikelompokan menjadi dua bagian yaitu variabel dependen meliputi IHSG dan Return LQ 45, sedangkan


(1)

Lampiran 3.Data PerkembanganSukuBungaRiilPeriode 2006 2011

SUKU BUNGA RIIL (Data Diolah)

BULAN

2006

2007

2008

2009

2010

2011

JAN

0.004

-0.042

0.027

0.032

0.028

-0.005

FEB

0.02

-0.027

0.042

-0.003

0.027

-0.001

MAR

0.012

-0.025

0.027

-0.002

0.031

0.001

APR

0.068

-0.027

0.025

0.002

0.026

0.006

MEI

-0.069

0.027

0.027

0.012

0.023

0.008

JUN

-0.069

0.027

0.027

0.033

0.014

0.012

JUL

-0.07

0.022

0.027

0.04

0.021

0.021

AGU

-0.068

0.032

-0.022

0.037

0.031

0.02

SEP

-0.051

0.021

-0.032

0.037

0.028

0.021

OKT

-0.047

0.025

-0.021

0.039

0.012

0.021

NOV

-0.057

0.021

-0.025

0.041

0.013

0.018

DES

-0.043

0.032

-0.021

0.037

0.016

0.022

Sumber : Data Diolah

Lampiran 4.Data PerkembanganKursPeriode 2006-2011

KURS (IDR/USD)

BULAN 2006

2007

2008

2009

2010

2011

JAN

9352

8995

9417

11005

9377

9021

FEB

9212

9125

9269

11759

9442

9087

MAR

9296

9176

9153

12083

9360

8856

APR

9532

9156

9245

11678

9120

8742

MEI

9576

9128

9278

10708

9075

8594

JUN

9576

8823

9357

10314

9256

8583

JUL

9809

9064

9261

10306

9139

8606

AGU

9845

9285

9126

9939

8983

8523

SEP

10502

9435

9209

10171

9079

8582

OKT

10352

9147

9603

9673

8966

8970

NOV

10201

9123

10854

9658

8966

8937

DES

10080

9406

12285

9532

9077

9230

Sumber : Data Bank Indonesia


(2)

Lampiran 5.Data Perkembangan PDBPeriode 2006-2011

PDB (Miliar Rupiah)

BULAN 2006

2007

2008

2009

2010

2011

JAN

426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 559279.2 595227.4

FEB

426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 559279.2 595227.4

MAR

426612.1 306291.1 372526.5 424578.2 559279.2 595227.4

APR

436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 574539

611625.2

MEI

436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 574539

611625.2

JUN

436121.3 321954.6 409818.8 458221.6 574539

611625.2

JUL

448597.7 343597

453219.7 480922

594069

632429.8

AGU

448597.7 343597

444172

480922

594069

632429.8

SEP

448597.7 343597

444172

480922

594069

632429.8

OKT

439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 585950.8 623959.6

NOV

439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 585950.8 623959.6

DES

439484.1 344954.3 424762.4 509302.7 585950.8 623959.6

Sumber : Data Bank Indonesia

Lampiran 6.Data PerkembanganUangBeredarPeriode 2006-2011

UANG BEREDAR (Miliar Rupiah)

BULAN 2006

2007

2008

2009

2010

2011

JAN

1017491 1367957 1596565 1874145 2073860 2436679

FEB

1014376 1369243 1603750 1900208 2066481 2420191

MAR

1022703 1379237 1594390 1916752 2112083 2451357

APR

1046656 1385715 1611691 1912623 2116024 2434286

MEI

1049516 1396067 1641733 1927070 2143234 2475286

JUN

1076526 1454577 1703381 1977532 2231144 2522784

JUL

1092206 1474769 1686050 1960950 2217589 2564556

AGU

1119102 1493050 1682811 1995294 2236459 2621346

SEP

1154053 1516884 1778139 2018510 2274955 2643331

OKT

1168842 1533846 1812490 2021517 2308175 2677205

NOV

1169085 1559570 1851023 2061206 2346801 2729538

DES

1202762 1649662 1895839 2141384 2469390 2877220

Sumber : Data Bank Indonesia


(3)

Lampiran 7.KoefisienKorelasi

Correlations

RATE KURS PDB M2 RETURN IHSG

RATE Pearson Correlation 1 -.221 .202 .428** .324** .485**

Sig. (2-tailed) .062 .089 .000 .005 .000

N 72 72 72 72 72 72

KURS Pearson Correlation -.221 1 -.274* -.232 -.397** -.603**

Sig. (2-tailed) .062 .020 .050 .001 .000

N 72 72 72 72 72 72

PDB Pearson Correlation .202 -.274* 1 .810** .244* .685**

Sig. (2-tailed) .089 .020 .000 .039 .000

N 72 72 72 72 72 72

M2 Pearson Correlation .428** -.232 .810** 1 .038 .859**

Sig. (2-tailed) .000 .050 .000 .751 .000

N 72 72 72 72 72 72

RETURN Pearson Correlation .324** -.397** .244* .038 1 .203

Sig. (2-tailed) .005 .001 .039 .751 .086

N 72 72 72 72 72 72

IHSG Pearson Correlation .485** -.603** .685** .859** .203 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .086

N 72 72 72 72 72 72

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 8.KoefisienDeterminasiStrukutur I

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .644a .415 .380 .408985


(4)

Lampiran 9.Analisis Varian (ANOVA) Strukuktur I

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7.953 4 1.988 11.887 .000a

Residual 11.207 67 .167

Total 19.160 71

a. Predictors: (Constant), M2, KURS, RATE, PDB b. Dependent Variable: RETURN

Lampiran 10.HasilUjiParsial (t-test) Stuktur I

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.626 .714 2.277 .026

RATE 7.771 1.819 .468 4.273 .000

KURS .000 .000 -.282 -2.852 .006

PDB 3.885E-6 .000 .749 4.427 .000

M2 -8.705E-7 .000 -.835 -4.632 .000

a. Dependent Variable: RETURN

Lampiran 11.KoefisienDeterminasiStuktur II

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .959a .920 .913 271.654265


(5)

Lampiran 12.Analisis Varian (ANOVA) Struktur II

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.570E7 5 1.114E7 150.945 .000a

Residual 4870538.613 66 73796.040

Total 6.057E7 71

a. Predictors: (Constant), RETURN, M2, KURS, RATE, PDB b. Dependent Variable: IHSG

Lampiran 13.HasilUjiParsial (t-test) Struktur II

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4740.216 492.451 9.626 .000

RATE 1510.843 1362.654 .051 1.109 .272

KURS -.492 .045 -.425 -10.856 .000

PDB -.001 .001 -.129 -1.790 .078

M2 .002 .000 .842 10.882 .000

RETURN 30.867 81.147 .017 .380 .705

a. Dependent Variable: IHSG

Lampiran 14.KoefisienDeterminasiStruktur II Trimming

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .954a .910 .907 281.121831


(6)

Lampiran 15.Analisis Varian (ANOVA) Struktur II Trimming

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 5.511E7 2 2.756E7 348.688 .000a

Residual 5453034.368 69 79029.484

Total 6.057E7 71

a. Predictors: (Constant), M2, KURS b. Dependent Variable: IHSG

Lampiran 16.HasilUjiParsial (t-test) Stuktur II Trimming

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 4496.962 457.078 9.838 .000

KURS -.495 .043 -.427 -11.501 .000

M2 .001 .000 .760 20.458 .000