5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sejarah Kebudayaan
Ruang lingkup sejarah kebudayaan sangat luas. Sema bentuk manifestasi keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti
artifact
fakta Benda,
Mentifact
fakta mental-mental kejiwaan dan
sosiofact
fakta hubungan social termasuk dalam kebudayaan. Semua perwujudan berupa struktrur dan proses
kegiatan manusia menurut dimensi idesional, etis dan estetis adalah kebudayaan Kartodirjo, 1992:17,176,195,199
Sejarah kebudayaan gaya baru memiliki ruang cakup yang lebih luas. Termasuk diantaranya ialah berbagai aspek gaya hidup, etika, etiket pergaulan,
upacara adat, siklus kehidupan, kehidupan dalam keluarga sehari-hari, permainan, olahraga, seni, mode, sampai kepada jenis masakan Kartodirjo, 1992: 195
B. Pengertian Batik
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia khususnya Jawa yang sampai saat ini masih ada.
Kata “batik” berasal dari Bahasa Jawa yaitu
Amba
yang maknanya menulis, dan
Tik
yang maknanya titik atau tetes. Batik juga dapat diartikan suatu gambar atau lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin atau
malam dan pewarna, dengan menggunakan alat canting atau kuas serta teknik tutup celup. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia khususnya Jawa sejak lama Eni Mistiana P, 2009: 35.
Batik merupakan salah satu produk Indonesia. Dalam perkembangannya, Batik mengalami perkembangan corak, teknik, proses dan fungsi akibat
6
perjalanan masa dan sentuhan berbagai budaya lain. Batik dibangun dengan padangan dasar astistik yang berkembang sesuai dengan tuntutan jaman
Hasanudin, 2001:9. Batik merupakan barang seni yang digemari orang karena mengandung nilai
sejarah dan seni tersendiri, batik bukanlah bahan kasar seperti penilaian sementara seorang, melainkan suatu proses pelumuran lilin pada sepotong bahan sebaliknya
ada sementara orang yang memerlukan keahlian dan pengetahuan khusus tentang
desain dan ide-idenya dalam memberi warna Ismunandar, 1985:7
Batik adalah karya yang dipaparkan di atas bidang datar kain atau sutra dengan dilukis atau ditulis, dikuas atau ditumpahkan dengan menggunakan
canting atau cap dengan menggunakan malam untuk menutup agar tetap seperti warna aslinya Yahya, 2001:2. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau
pekerjaan membatik adalah pekerjaan
eksklusif
perempuan sampai ditemukannnya batik cap yang memungkinkan masuknya kaum laki-laki dalam bidang ini. Ada
beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa di lihat
pada corak “Mega Mendung”, di mana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum laki-laki.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing, awalnya batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan beberapa corak
hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhinya para
penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak
Phoenix
. Bangsa penjajah Eropa juga
7
mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal seperti bunga tulip dan juga benda-benda yang dibawa
oleh penjajah misalnya gedung atau kereta kuda, termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru.
Batik tradisional tetap mempertahankan coraknya dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki
perlambangan masing-masing atau memiliki makna tertentu. Cara-cara dalam menciptakan pola ragam hias batik tradisional dinamakan
“distilir” artinya mengisi bidang-bidang dasar dengan hiasan yang disederhanakan. Bidang-bidang
dasar seperti bujur sangkar, segitiga, lingkaran, segi enam, atau bulat telur dan sebagainya.
C. Pengertian Motif Batik