Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hu

(1)

RMK AKUNTANSI KEUANGAN

Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan

Istimewa, Off Balance Sheet, Special Purpose Entity (SPE)

OLEH

ANDI AYU FRIHATNI

0070.04.20.2015

JURUSAN AKUNTANSI

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA T.A 2016


(2)

Transaksi dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, Off Balance Sheet, Special Purpose Entity (SPE)

Pihak – pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara Pihak – pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan Pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih darisetengah hak suara dari suatu perusahaan, atau suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemenperusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.

Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan yang sama dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikandari pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat diinstruksikan oleh induknya untuk tidak ikut serta dalam riset dan pengembangan. Pengakuan akuntansi suatu pengalihan sumber daya secara normal didasarkan pada suatuharga yang disepakati pihak yang bersangkutan. Harga yang berlaku antara pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa adalah harga pertukaran antara pihak yang independen (arm’s length price).

Metode ini mengurangi harga penjualan kembali dengan suatu margin yangwajar. Metode ini juga digunakan untuk pengalihan/transfer sumber daya lain, seperti hak dan jasa. Pendekatan lain adalah metode biaya-plus (cost-plus method), yang menambahkan suatu kenaikan (mark-up) tertentu pada biaya pemasok. Kesulitan – kesulitan mungkin dialami baik dalam menentukan unsur biaya yang dapat diatribusikan maupun kenaikan (mark-up) tersebut. Di antara ukuran – ukuran yang dapat membantu menentukan harga transfer adalah hasil (return) yang dapat dibandingkan dalam industri sejenis atas volume penjualan atau modal yang digunakan.

Berikut ini adalah contoh situasi transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa mungkin memerlukan pengungkapan oleh suatu perusahaan pelapor: Pembelian atau penjualan barang, Pembelian atau penjualan properti dan aktiva lain, Pemberian atau penerimaan jasa, Pengalihan riset dan pengembangan, Pendanaan (termasuk pemberian


(3)

pinjaman dan penyetoran modal baik secara tunai maupun dalam bentuk natura), Garansi dan penjaminan (collateral), dan Kontrak manajemen.

Jika terdapat transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa, perlu diungkapkan hakekat transaksi dan unsur – unsur transaksi yang diperlukan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Unsur – unsur ini biasanya mencakup:

 Suatu petunjuk mengenai volume transaksi, baik jumlahnya maupun proporsinya

 Jumlah atau proporsi pos – pos terbuka (outstanding items)

 Kebijakan harga

Secara umum perbedaan antara ED PSAK 7 (revisi 2009): Pengungkapan Pihak – pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dengan PSAK 7 (1994): Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Transaksi Hubungan Istimewa Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 7

Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 7 tentang Pengungkapan Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa, diberikan definisi sebagai berikut:

“Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional”.

“Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan”.

Dalam penjelasan definisi tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk sebagai pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah perusahaan di bawah pengendalian satu atau lebih perantara (intermediaries), perusahaan asosiasi (associated company); perorangan yang memiliki hak suara yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat ; karyawan kunci; dan perusahaan yang dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan.

Dalam Standar Laporan Keuangan Internasional juga mensyaratkan adanya pengungkapan (disclosure) jika terjadi transaksi hubungan istimewa sebagai berikut:

Regardless of whether there have been transactions between a parent and a subsidiary, an entity must disclose the name of its parent and, if different, the ultimate controlling


(4)

party. If neither the entity’s parent nor the ultimate controlling party produces financial statements available for public use, the name of the next most senior parent that does so must also be disclosed”. [IAS 24.16]

2. Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle) Dalam Transaksi Hubungan Istimewa

Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang wajar (Kusumah, 2010 : 28).

Batasan rentang wajar memang tidak diberikan batasan yang pasti, tapi kalau merujuk pada ketentuan umum seperti yang ditetapkan dalam PSAK, batasan wajar dapat diartikan dalam batasan yang tidak material (immaterial items). Batasan ini dapat juga diartikan sebagai jumlah yang tidak signifikan terhadap keseluruhan transaksi. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 43/PJ/2010 tanggal 6 November 2010 menetapkan batasan material adalah transaksi yang tidak melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) tidak perlu dilakukan penerapan prinsip penerapan kewajaran dan kelaziman usaha, tetapi cukup dengan membukuan seperti cara biasa.

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 43/PJ/2010 tanggal 6 November 2010 diatur langkah-langkah dalam penerapan-penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle), sebagai berikut :

 Melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding;

 Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat;

 Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa; dan

 Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau laba wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Analisis kesebandingan adalah analisis yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak atas kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi dimaksud. Dalam


(5)

langkah ini juga ditentukan data pembanding yang berupa data pembanding internal dan eksternal. Data pembanding internal didapatkan dari data perusahaan sendiri atas transaksi yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, dan data eksternal adalah data perusahaan lain atas transaksi sejenis yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.

Dalam analisis kesebandingan ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesebandingan yaitu karakteristik barang/harta dan jasa, fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian, keadaan ekonomi, dan strategi usaha. Karakteristik barang dan jasa merupakan sifat fisik dan karakternya. Sifat ini harus dapat dibandingkan secara signifikan untuk mendapatkan data sebanding. Fungsi masing-masing pihak harus dapat mendeskripsikan apa kaitan penyerahan antar pihak tersebut, dapat dari rangkaian fungsi produksi sampai distribusi dan penyediaan jasa. Dalam melakukan penilaian dan analisis atas kontrak/perjanjian harus dilakukan analisis terhadap tingkat tanggung jawab, risiko, dan keuntungan yang dibagi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, yang meliputi ketentuan tertulis dan tidak tertulis.

Keadaan Ekonomi yang relevan, seperti keadaan geografis, luas pasar, tingkat persaingan, tingkat permintaan dan penawaran, serta tingkat ketersediaan barang atau jasa pengganti pada transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, juga dapat menjadi faktor analisa kesebandingan. Dan yang terakhir dilakukan analisa terhadap strategi usaha antara lain dengan mengidentifikasi inovasi dan pengembangan produk baru, tingkat diversifikasi barang/jasa, tingkat penetrasi pasar, dan kebijakan-kebijakan usaha lainnya, yang terjadi pada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar diberikan panduan metode mana yang tepat diterapkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Metode penentuan harga transfer yang dapat diterapkan adalah:

 Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price/CUP);

 Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM) atau metode biaya-plus (cost plus method/CPM);


(6)

 Metode pembagian laba (profit split method/PSM) atau metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM).

3. Pertimbangan Akuntansi

Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur perlakuan akuntansi jika terdapat pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa, namn; namun, prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang seharusnya, jika tidak terdapat hubungan istimewa.

Auditor harus memandang transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam rangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata. Transaksi – transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:

 Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku bunga yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku umum pada saat transaksi.

 Transaksi penjualan real estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari nilai taksiran.

 Transaksi pertukaran property dengan property yang serupa dalam transaksi nonmoneter.

 Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara pengembaliannya.

4. Tambahan istilah dalam PSAK 7 (Rev. 2010)  Pengendalian bersama

 Anggota keluarga dekat dari individu

 Anggota manajemen kunci

 Entitas yang berelasi dengan pemerintah

 Pemerintah

 Imbalan kerja


(7)

5. Pihak – pihak Berelasi

 Orang atau entitas yang berelasi dengan “Entitas Pelapor”

1. Orang atau anggota keluarga terdekatnya berelasi dengan entitas pelopor jika orang tersebut:

Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama terhadap entitas pelapor.

Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau

Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. 2. Suatu Entitas Berelasi dengan Entitas Pelapor jika memenuhi hal – hal berikut;

 Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak berikutnya berelasi dengan entitas lain;

 Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya.

 Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama; 3. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi hal-hal berikut;

 Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

 Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang berelasi dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor

 Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir (a)

 Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).


(8)

 Nama entitas induk, jika berbeda dengan entitas anak. Pihak yang paling mengendalikan. Jika entitas induk maupun pihak pengendali utama menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk keperluan umum, nama entitas induk berikutnya yang paling pertama melakukannya (next most senior parent) juga harus diungkapkan.

 Kompensasi manajemen kunci secara total dan berdasarkan kategori: Imbalan kerja jangka pendek, Imbalan pasca-kerja, Imbalan kerja jangka panjang lainnya, Imbalan pemutusan hubungan kerja, Pembayaran berbasis saham, Transaksi dengan pihak – pihak berelasimeliputi:

 Nilai transaksi.

 Jumlah saldo (outstanding balances),termasuk komitmen dan:

 Persyaratan dan ketentuan terkait, termasuk apakah terdapat jaminan, dan sifat bahwa imbalan harus diberikan pada saat penyelesaian.

 Rincian jaminan yang diberikan atau diterima.

 Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo (outstanding balances).

 Beban yang diakui selama periode atas piutang ragu – ragu atau penghapusan piutang dari pihak – pihak berelasi.

 Pihak – pihak berelasi yang diperlakukan setara dengan pihak dalam transaksi yang wajar (arm’s length transaction).

 Klasifikasi pengungkapan atas pihak-pihak berelasi: Entitas induk, Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan terhadap entitas, Entitas anak, Entitas asosiasi, Ventura bersama dimana entitas merupakan venture, Anggota manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya, Pihak – pihak berelasi lainnya, Entitas yang berelasi dengan pemerintah:

 Nama pemerintah dan sifat dari hubungan tersebut dengan entitas pelapor (misalnya; pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan).

 Informasi berikut dengan rincian yang cukup yang memungkinkan pengguna laporan keuangan entitas memahami dampak transaksi dengan pihak-pihak berelasi dalam laporan keuangannya:

a) Sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifikan.

b) Untuk transaksi lain yang secara kolektif signifikan, yang diindikasikan kualititatif atau kuantitatif.


(9)

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap

mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional

2. Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang wajar.


(1)

party. If neither the entity’s parent nor the ultimate controlling party produces financial statements available for public use, the name of the next most senior parent that does so must also be disclosed”. [IAS 24.16]

2. Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm’s Length Principle) Dalam Transaksi Hubungan Istimewa

Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang wajar (Kusumah, 2010 : 28).

Batasan rentang wajar memang tidak diberikan batasan yang pasti, tapi kalau merujuk pada ketentuan umum seperti yang ditetapkan dalam PSAK, batasan wajar dapat diartikan dalam batasan yang tidak material (immaterial items). Batasan ini dapat juga diartikan sebagai jumlah yang tidak signifikan terhadap keseluruhan transaksi. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 43/PJ/2010 tanggal 6 November 2010 menetapkan batasan material adalah transaksi yang tidak melebihi Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) tidak perlu dilakukan penerapan prinsip penerapan kewajaran dan kelaziman usaha, tetapi cukup dengan membukuan seperti cara biasa.

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER – 43/PJ/2010 tanggal 6 November 2010 diatur langkah-langkah dalam penerapan-penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle), sebagai berikut :

 Melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding;  Menentukan metode penentuan harga transfer yang tepat;

 Menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa; dan  Mendokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau laba wajar sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Analisis kesebandingan adalah analisis yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak atas kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk diperbandingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi dimaksud. Dalam


(2)

langkah ini juga ditentukan data pembanding yang berupa data pembanding internal dan eksternal. Data pembanding internal didapatkan dari data perusahaan sendiri atas transaksi yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa, dan data eksternal adalah data perusahaan lain atas transaksi sejenis yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa.

Dalam analisis kesebandingan ada faktor-faktor yang mempengaruhi kesebandingan yaitu karakteristik barang/harta dan jasa, fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian, keadaan ekonomi, dan strategi usaha. Karakteristik barang dan jasa merupakan sifat fisik dan karakternya. Sifat ini harus dapat dibandingkan secara signifikan untuk mendapatkan data sebanding. Fungsi masing-masing pihak harus dapat mendeskripsikan apa kaitan penyerahan antar pihak tersebut, dapat dari rangkaian fungsi produksi sampai distribusi dan penyediaan jasa. Dalam melakukan penilaian dan analisis atas kontrak/perjanjian harus dilakukan analisis terhadap tingkat tanggung jawab, risiko, dan keuntungan yang dibagi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, yang meliputi ketentuan tertulis dan tidak tertulis.

Keadaan Ekonomi yang relevan, seperti keadaan geografis, luas pasar, tingkat persaingan, tingkat permintaan dan penawaran, serta tingkat ketersediaan barang atau jasa pengganti pada transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, juga dapat menjadi faktor analisa kesebandingan. Dan yang terakhir dilakukan analisa terhadap strategi usaha antara lain dengan mengidentifikasi inovasi dan pengembangan produk baru, tingkat diversifikasi barang/jasa, tingkat penetrasi pasar, dan kebijakan-kebijakan usaha lainnya, yang terjadi pada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.

Dalam penentuan metode harga wajar atau laba wajar diberikan panduan metode mana yang tepat diterapkan dalam kondisi-kondisi tertentu. Metode penentuan harga transfer yang dapat diterapkan adalah:

 Metode perbandingan harga antara pihak yang independen (comparable uncontrolled price/CUP);

 Metode harga penjualan kembali (resale price method/RPM) atau metode biaya-plus (cost plus method/CPM);


(3)

 Metode pembagian laba (profit split method/PSM) atau metode laba bersih transaksional (transactional net margin method/TNMM).

3. Pertimbangan Akuntansi

Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia mengharuskan pengungkapan pihak yang memiliki hubungan istimewa. Pernyataan standar akuntansi keuangan tertentu mengatur perlakuan akuntansi jika terdapat pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa, namn; namun, prinsip akuntansi yang telah ditetapkan biasanya tidak mensyaratkan transaksi dengan pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa diperlakukan dengan dasar yang berbeda dari yang seharusnya, jika tidak terdapat hubungan istimewa.

Auditor harus memandang transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam rangka pernyataan prinsip akuntansi, dengan penekanan pada cukup atau tidaknya pengungkapannya. Di samping itu, auditor harus menyadari bahwa substansi suatu transaksi dapat secara signifikan menjadi berbeda dari bentuknya dan bahwa laporan keuangan harus mengidentifikasi substansi transaksi tersebut dan bukan hanya bentuk hukumnya semata. Transaksi – transaksi yang karena sifatnya mungkin memberikan indikasi adanya pihak yang memiliki hubungan istimewa, antara lain:

 Transaksi peminjaman atau pemberian pinjaman tanpa beban bunga atau dengan suku bunga yang secara signifikan di atas atau di bawah suku bunga pasar yang berlaku umum pada saat transaksi.

 Transaksi penjualan real estate pada tingkat harga yang berbeda secara signifikan dari nilai taksiran.

 Transaksi pertukaran property dengan property yang serupa dalam transaksi nonmoneter.  Transaksi pemberian pinjaman tanpa ketentuan mengenai jadwal dan cara

pengembaliannya.

4. Tambahan istilah dalam PSAK 7 (Rev. 2010)  Pengendalian bersama

 Anggota keluarga dekat dari individu  Anggota manajemen kunci

 Entitas yang berelasi dengan pemerintah  Pemerintah

 Imbalan kerja  Kompensasi


(4)

5. Pihak – pihak Berelasi

 Orang atau entitas yang berelasi dengan “Entitas Pelapor”

1. Orang atau anggota keluarga terdekatnya berelasi dengan entitas pelopor jika orang tersebut:

Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama terhadap entitas pelapor.

Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau

Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. 2. Suatu Entitas Berelasi dengan Entitas Pelapor jika memenuhi hal – hal berikut;

 Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan entitas anak berikutnya berelasi dengan entitas lain;  Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain (atau entitas

asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya.

 Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama; 3. Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi hal-hal berikut;

 Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.

 Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang berelasi dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor

 Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir (a)

 Orang yang diidentifikasi dalam butir (a) (i) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota menejemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).


(5)

 Nama entitas induk, jika berbeda dengan entitas anak. Pihak yang paling mengendalikan. Jika entitas induk maupun pihak pengendali utama menghasilkan laporan keuangan yang tersedia untuk keperluan umum, nama entitas induk berikutnya yang paling pertama melakukannya (next most senior parent) juga harus diungkapkan.  Kompensasi manajemen kunci secara total dan berdasarkan kategori: Imbalan kerja

jangka pendek, Imbalan pasca-kerja, Imbalan kerja jangka panjang lainnya, Imbalan pemutusan hubungan kerja, Pembayaran berbasis saham, Transaksi dengan pihak – pihak berelasi meliputi:

 Nilai transaksi.

 Jumlah saldo (outstanding balances),termasuk komitmen dan:

 Persyaratan dan ketentuan terkait, termasuk apakah terdapat jaminan, dan sifat bahwa imbalan harus diberikan pada saat penyelesaian.

 Rincian jaminan yang diberikan atau diterima.

 Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo (outstanding balances).  Beban yang diakui selama periode atas piutang ragu – ragu atau penghapusan

piutang dari pihak – pihak berelasi.

 Pihak – pihak berelasi yang diperlakukan setara dengan pihak dalam transaksi yang wajar (arm’s length transaction).

 Klasifikasi pengungkapan atas pihak-pihak berelasi: Entitas induk, Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan terhadap entitas, Entitas anak, Entitas asosiasi, Ventura bersama dimana entitas merupakan venture, Anggota manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya, Pihak – pihak berelasi lainnya, Entitas yang berelasi dengan pemerintah:

 Nama pemerintah dan sifat dari hubungan tersebut dengan entitas pelapor (misalnya; pengendalian, pengendalian bersama atau pengaruh signifikan).

 Informasi berikut dengan rincian yang cukup yang memungkinkan pengguna laporan keuangan entitas memahami dampak transaksi dengan pihak-pihak berelasi dalam laporan keuangannya:

a) Sifat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signifikan.

b) Untuk transaksi lain yang secara kolektif signifikan, yang diindikasikan kualititatif atau kuantitatif.


(6)

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap

mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional

2. Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang wajar.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Transaksi Pihak - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

8 133 127

Transaksi Dengan Pihak Yang Memiliki Hub

0 4 14

PENGARUH TRANSAKSI PIHAK-PIHAK ISTIMEWA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN.

0 2 14

PENGARUH TRANSAKSI PIHAK-PIHAK ISTIMEWA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PENGARUH TRANSAKSI PIHAK-PIHAK ISTIMEWA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN.

5 20 14

PENGARUH TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA TERHADAP PENGARUH TRANSAKSI DENGAN PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA TERHADAP BEBAN PAJAK PENGHASILAN DAN RETURN ON INVESTMENT.

0 10 15

AKPM07. PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN PERUSAHAAN DAN TRANSAKSI DENGAN PIHAK-PIHAK YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA TERHADAP DAYA INFORMASI AKUNTANSI

0 0 43

Pihak pihak yang terkait dengan zakat (1)

0 0 3

Pengaruh Transaksi Pihak - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 1 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Transaksi Pihak - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bur

0 0 10

Pengaruh Transaksi Pihak - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

0 0 16