ANALISA PENGAKUAN PENDAPATAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BMT SURYA LOKA

(1)

ABSTRAK

ANALISA PENGAKUAN PENDAPATAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BMT SURYA LOKA

Oleh SRI REJEKI

BMT ( Baitul Mall Wattamwil ) merupakan lembaga keuangan syariah yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggotanya dan biasanya beroperasi dalam skala mikro. Dalam pelaksanaan kegiatannya, BMT

menggunakan dasar prinsip syariah sehingga transaksi maupun produk yang dikeluarkan juga harus sesuai dengan syariah.

BMT Surya Loka merupakan salah satu BMT yang berusaha membantu pelaku ekonomi kecil yang bergerak di usaha mikro, kecil dan menengah yang tidak terjangkau oleh bank di daerah sekitar Mandah, Tegineneng, Natar, Lampung Selatan. Salah satu produk yang ditawarkan oleh BMT Surya Loka adalah pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah merupakan akad kerjasama yang terjadi antara BMT dan mitra usahanya untuk menggabungkan modal dan melakukan usaha secara bersama–sama dalam suatu kemitraan dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan sedangkan kerugian ditanggung secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan. Permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan dan pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah dan apakah penerapan dan pengakuan pendapatan musyarakah yang ada telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam PSAK No.106. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui analisis penerapan dan pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka dan menganalisis apakah penerapan dan pengakuan pendapatan pembiayaan

musyarakah yang ada pada BMT Surya Loka telah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam PSAK No.106. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan penelitian pustaka untuk mendapatkan referensi dan landasan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan judul yang ada dengan cara mempelajari literature dan melalui internet. Peneliti juga melakukan penelitian lapangan melalui kegiatan observasi dan wawancara agar memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti. Data yang ada kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif, yaitu tehnik analisa dengan membandingkan teori yang ada dengan data dan fakta yang diperoleh dari objek penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka dapat dikatakan telah sesuai ketentuan yang ada dalam PSAK No.106 meski dari 17 point yang dianalisa terdapat 3 point yang belum ada kesesuaian dengan PSAK No.106 sehingga masih perlu diadakan perbaikan perlakuan akuntansi agar nantinya pelaksanaan pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka benar–benar sesuai dengan PSAK No.106.


(2)

ABSTRACT

ANALIZING MUSYARAKAH FINANCE REVENUE RECOGNITION AT BMT SURYA LOKA

By SRI REJEKI

BMT ( Baitul Mall Wattamwil ) is a institution of syariah financial which serves to collect and distribute funds to its members and usually operate in micro scale. In the implementation of its activities, BMT using the basic Islamic principles that transaction or product that is issued must also comply with syariah.

BMT Surya Loka is one of seeks to help small economic actors engaged in micro enterprises, small and medium enterprises not covered by the banks in the area around Mandah, Tegineneng, Natar, Lampung Selatan. One of the products at the bargain by BMT Surya Loka is Musyarakah.Musyarakah financing is a

partnership contract between BMT and its business partners to combine capital and doing business jointly in a partnership with the profit sharing ratio in

accordance with the agreement, while the losses in half in proportion to the capital in the deposited. The problems taken in this research is how the application and musyarakah financing revenue recognition and whether the application of revenue recognition musyarakah there have been performed in accordance with the

provisions contained in PSAK 106. The purpose of the research is examine the implementation and analysis of revenue recognition on the BMT musyarakah financing Surya Loka and analyze whether the application and musyarakah finacing revenue recognition that there is a BMT Surya Loka in accordance with the provisions contained in PSAK 106. In this research, the researchers do the research library and theoretical foundation problems associated with the existing title by studying literature and through the internet. The researcher also doing the research of outdoor and through observation and interview in order to get the relevan data with the problem of research. Then the data analysed with descriptive qualitative analyse, analysis technique with compare the theory with the data and fact that the researcher get from the researcher object. According the result of research, musyarakah financing revenue recognition on BMT Surya Loka can be said has appropriate provisions in PSAK 106 although of 17 points in the analysis, there are 3 points that there is no conformity with PSAK 106 that still need

improvement held accounting treatment for later implementation of revenue recognition on the BMT Surya Loka musyarakah really accordance with PSAK 106.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Klaten Jawa Tengah pada tanggal 23 September 1975, putri keempat dari lima bersaudara pasangan Bapak Effendi dan Ibu Sutrisnah.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri I Klaten pada tahun 1982, kemudian meneruskan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri II Klaten pada tahun 1988, selanjutnya menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Jatinom Klaten pada tahun 1991 dan melanjutkan ke Akademi Akuntansi YKPN Jogjakarta pada tahun 1994. Pada tahun 2003 penulis memutuskan untuk melanjutkan pendidikan D3-nya ke pendidikan strata satu dengan jurusan yang sama pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung sembari bekerja dan setelah beberapa tahun akhirnya penulis berhasil lulus ujian komprehensif pada tanggal 22 Desember 2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Ku ucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang menjadi penuntun dan pelindung setiap langkah dalam kehidupanku

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk kedua orang tuaku tercinta, keluarga besar dan teman–temanku tersayang yang selalu memberi doa, semangat dan dukungan yang tak kenal lelah. Terima kasih untuk kasih sayang dan perhatian yang begitu berlimpah untukku


(9)

MOTTO

Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia sebaik

baik pelindung

( Quran Ali Imran : 173 )

Hidup seperti sebuah sepeda. Untuk menjaga keseimbangannya, kita harus terus bergerak

Ilmu adalah cahaya bagi hati, kehidupan bagi ruh dan bahan bakar bagi tabiat

( La Tahzan )


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayahNya, sehingga proses penulisan skripsi yang berjudul Analisa Pengakuan Pendapatan Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Loka ini dapat terselesaikan dengan baik walaupun dalam uraian dan pembahasan yang masih sangat sederhana. Shalawat dan salam sejahtera semoga Allah curahkan pada pemimpin dan panutan kita, Nabi Muhammad SAW juga kepada keluarga, seluruh sahabat dan para pengikutnya sampai hari kiamat.

Penulis menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan partisipasi semua pihak, selain atas izinNya, penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan jalan, kemudahan dan kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Orangtua atas semua doa dan dukungannya

3. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

5. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung


(11)

6. Bapak Dr. Yuliansyah, S.E., M.S.Ak., Akt selaku Dosen Pembahas, yang telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Kiagus Andi S.E., M.Si., Akt selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Basuki Wibowo S.E., M.S.Ak., Akt selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta masukan yang sangat bermanfaat baik pada saat masa studi maupun dalam penyusunan skripsi ini.

9. Segenap dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung yang telah memberikan tuntunan, arahan dan ilmu pengetahuan serta pelayanan selama menempuh proses studi.

10. Ibu Dra. Hj. Zaini Yusuf, untuk dukungannya dari awal hingga saat ini. 11. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMK maupun SMA tempat saya bernaung,

untuk pengertian dan dukungannya, sering hanya meninggalkan tugas untuk anak–anak selama proses penyelesaiaan skripsi ini

12. Teman–teman di semua sekolah yang tak mungkin saya sebutkan satu per satu, untuk semua doa, pengertian dan semangat yang selalu diberikan. 13. Keluarga besar dan keponakan–keponakan tercinta untuk kasih sayang,

semua doa dan pengertiannya.

14. Suami tercinta, untuk doa, kasih sayang, pengertian dan dukungannya selama ini


(12)

15. Pak Sobari, terima kasih untuk pengertian dan semua bantuan yang telah Bapak berikan dalam proses administrasi selama penyelesaian skripsi ini 16. Nut, Agnes, Tika, atas semua doa dan dukungannya selama ini

17. Mbak Kom dan keluarga untuk doa dan dukungannya selama ini.

18. Pak Jhoni dan keluarga, terima kasih atas doa dan bantuan yang diberikan. 19. Mbak Yuli, terima kasih untuk semuanya selama ini.

20. Miss Yenni dan Bandi buat baju putih dan bantuan printernya 21. Encim, Sefi, Dian, Emoy, Ida dan Teteh buat doa, pengertian dan

semangat yang tak kenal lelah selama ini

22. Nuri, Ade, Nur tempat berbagi dan mencari informasi, semoga jalinan silaturahmi ini akan selalu ada

23. Ane, teman seperjuangan di detik–detik terakhir masa studi ini, nyampe dapet julukan Upin Ipin, semoga jalinan silaturahmi ini akan selalu ada

Penulis menyadari, masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTTO

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang……….…… 1

1.2. Permasalahan……….……….. 6

1.3. Batasan Masalah……….….... 6

1.4. Tujuan Penelitian……….……… 7

1.5. Manfaat Penelitian……….……. 7

1.6. Penelitian Terdahulu……… 7


(14)

1.8. Metode Penelitian……… 10

1.9. Sistematika Penulisan……….. 11

BAB II. LANDASAN TEORI……… 12

2.1. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia . 12 2.2. Baitul Mal Wattamwil………. 16

2.3. Usaha Kecil Mikro Menengah……… 21

2.4. Pembiayaan Musyarakah .………... 23

BAB III. METODE PENELITIAN………... 26

3.1. Data………. 26

3.2. Metode Perolehan Data……….. 28

3.3. Alat Analisis Data……….. 29

BAB IV. PEMBAHASAN……… 32

4.1. Kriteria Penilaian Dalam PSAK No.106………... 32

4.2. Pembahasan……… 35

4.3. Tabel Hasil Analisis………... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……….…. 63

5.1. Kesimpulan……… 63

5.2. Keterbatasan Dalam Penelitian……….. 63

5.3. Saran……….. 64


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.3.1. Rekapitulasi hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka

Tabel 4.3.2. Hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah untuk point 1, 2 dan 12, berdasarkan akad pembiayaan musyarakah Tabel 4.3.3. Hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah untuk

point 5 dan 6 berdasarkan jurnal transaksi

Tabel 4.3.4. Hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah untuk point 9, 13, 14 dan 16 berdasarkan slip angsuran

Tabel 4.3.5. Hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah untuk point 10 dan 15 berdasarkan buku besar pendapatan bagi hasil musyarakah dan buku besar pembantu bagi hasil musyarakah Tabel 4.3.6. Hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah untuk

point 11 berdasarkan buku besar piutang dan buku besar pembantu piutang

Tabel 4.3.7. Hasil analisis pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah untuk point 3, 4, 7, 8 dan 17 berdasarkan wawancara kepada mitra aktif dan pihak BMT


(16)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 107 juta orang. Pada tahun 2012, sekitar 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, maupun menengah menjadi komersial atau di luar UMKM.

Salah satu kendala utama bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah ketersediaan modal. Modal yang kurang mencukupi akan membuat pelaku usaha tidak leluasa dalam menjalankan bisnisnya. Umumnya, para pelaku UMKM memiliki dua jalan untuk menambah modal mereka. Yang pertama, melakukan peminjaman pada individu tanpa kontrak yang jelas berdasarkan perkenalan atau kepercayaan yang biasanya cenderung merugikan karena dikenakan bunga yang sangat tinggi dan yang kedua melakukan peminjaman ke lembaga keuangan baik bank maupun non bank.

Koperasi syariah merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip–prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki usaha produktif simpan pinjam maka seluruh produk dan operasionalnya harus


(17)

2

dilaksanakan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dari segi legalitas, koperasi syariah belum tercantum dalam UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Untuk sementara, keberadaan koperasi syariah didasarkan pada Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) selanjutnya diterbitkan instrument Pedoman Standar Operasional Manajemen KJKS/UJKS Koperasi, Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS/UJKS Koperasi dan Pedoman Pengawasan KJKS/UJKS Koperasi. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan koperasi yang bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola syariah.

BMT adalah sebutan ringkas dari Baitul Maal wat Tamwil, padanannya Balai usaha Mandiri Terpadu. BMT merupakan system intermediasi keuangan di tingkat mikro yang dalam operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip–prinsip syari’ah. Kegiatan Baitul Maal wat Tamwil mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan fasilitas pembiayaan guna menunjang usaha ekonominya.

Dalam perkembangannya, koperasi menjadi sebuah lembaga yang kemudian diterapkan untuk BMT. Hal ini didasarkan pada latar belakang kedua lembaga ini sama–sama memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah, kedua lembaga ini selain bergerak di bidang bisnis tetapi tidak meninggalkan aspek


(18)

3

social, kedua lembaga ini berusaha untuk mensejahterakan anggotanya terutama bagi golongan masyarakat kecil dalam rangka mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan ekonomi rakyat, kedua lembaga ini sebagai motor penggerak perekonomian dengan mengembangkan dan membangun potensi serta

kemampuan masyarakat lapisan bawah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik, kedua lembaga ini diusahakan untuk bergerak disektor jasa keuangan melalui usaha simpan pinjam serta kedua lembaga ini dalam alat kelengkapan organisasinya sama–sama memiliki Dewan Pengawas yang bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi di dalam pengelolaannya.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah–Baitul Tamwil merupakan system intermediasi keuangan tingkat mikro yang berbadan hukum koperasi dimana di dalamnya terdapat Baitul Tamwil yang dalam operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip–prinsip syariah. Sehingga, KJKS Baitul Tamwil dalam operasinya harus menjalankan prinsip–prinsip koperasi dan segala peraturan yang mengatur tentang perkoperasian. Selain itu, dalam segala aspek

operasionalnya juga harus tunduk dan tidak boleh keluar dari tatanan syariah. Seiring waktu, keberadaan dari KJKS Baitul Tamwil semakin diakui oleh pemerintah dengan dikeluarkannya UU No.1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro. Undang–undang ini berisi peraturan–peraturan yang berhubungan dengan Lembaga Keuangan Mikro termasuk di dalamnya KJKS Baitul Tamwil.


(19)

4

Secara umum, sumber dana koperasi dikelompokkan dalam simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan investasi pihak lain. Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana nilai besarnya simpanan semua anggota sama. Simpanan wajib merupakan simpanan yang dilakukan secara continue setiap bulan selama menjadi anggota koperasi. Simpanan sukarela merupakan simpanan anggota yang jumlah dan waktunya tidak

ditentukan,biasanya berasal dari anggota yang kelebihan dana kemudiannya menyimpannya di koperasi. Investasi pihak lain diperlukan untuk

mengembangkan usaha secara maksimal dikarenakan modal yang berasal dari simpanan anggota sedikit dan terbatas jumlahnya. Investasi ini dapat dilakukan salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Bank syariah.

Sumber dana yang diperoleh koperasi harus disalurkan kepada anggotanya. Dalam penyalurannya dapat menggunakan bagi hasil, jual beli, bahkan ada juga yang bersifat jasa umum seperti pengalihan piutang, sewa menyewa atau pemberian manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.

Pembiayaan Musyarakah merupakan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing–masing pihak memberikan kontribusi dana denganketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan

sedangkan kerugian berdasarkan porsi kontribusi dana baik berupa kas atau asset non kas yang diperkenankan oleh syariah. Dalam pembiayaan ini nasabah dan BMT setuju untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Apabila terjadi kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelola/nasabah/mitra aktif, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah/penelola/mitra aktif seperti penyelewengan,


(20)

5

kecurangan dan penyalahgunaan, maka kerugian tersebut ditanggung oleh nasabah/pengelola/mitra aktif. Jenis usaha yang dapat dibiayai antara lain perdagangan, pertanian atau pengembangan usaha kecil.

Penelitian yang penulis teliti memang sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Nelly Nurilmi Oktavia (2010) dengan judul Penerapan PSAK 102 Pada Perlakuan Akuntansi Pengakuan Pendapatan Untuk Pembiayaan Murabahah pada Koperasi Syariah. Dalam penelitian tersebut peneliti menganalisis tentang pembiayaan Murabahah dihubungkan dengan PSAK 102. Penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Nelly Nurilmi Oktavia dalam objek penelitiannya. Dalam penelitian Nelly Nurilmi Oktavia,objek penelitiannya mengkaji tentang pembiayaan Murabahah, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang pembiayaan Musyarakah.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Yoesmalia Nelly (2010) dengan judul Analisa Pengakuan Pendapatan Simpan Pinjam pada KJKS BMT Insan Amanah Dengan Menggunakan Sistem Syariah. Pada penelitian tersebut, peneliti menganalisa pendapatan BMT untuk kemudian disesuaikan dengan PSAK No.59. Penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Nelly Yoesmalia. Pada penelitian terdahulu, menggunakan PSAK No.59 sebagai acuan kesesuaian antara praktek yang terjadi dengan aturan yang seharusnya berlaku. Sedangkan pada penelitian ini, acuan kesesuaian antara praktek dengan aturannya menggunakan PSAK No.106.


(21)

6

Penulis melakukan penelitian pada BMT karena dari pengamatan penulis, peneliti - peneliti sebelumnya lebih banyak melakukan penelitian tentang aturan dan standart yang berlaku di perbankan syariah daripada melakukan penelitian pada BMT padahal meskipun termasuk lembaga keuangan mikro tetapi BMT memiliki peran cukup besar dalam membantu perkembangan UMKM. Penulis tertarik untuk membahas tentang pembiayaan musyarakah karena dari pengamatan penulis, peneliti–peneliti sebelumnya lebih banyak membahas tentang pembiayaan murabahah.

1.2. Permasalahan

Dari uraian latar belakang diatas, masalah yang diangkat adalah :

1. Bagaimanakah penerapan akuntansi pada pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka Mandah Lampung Selatan

2. Apakah penerapan akuntansi dari BMT Surya Loka Mandah Lampung Selatan untuk pengakuan pendapatan pada pembiayaan musyarakah telah sesuai dengan PSAK No.106

1.3. Batasan Masalah

Penulis membatasi pembahasan masalah pada penerapan akuntansi pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah dan kesesuaiannya dengan PSAK


(22)

7

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1.Untuk mengetahui analisis penerapan dan pengakuan pendapatan Pembiayaan Musyarakah di BMT Surya Loka Mandah Tegineneng Lampung Selatan

1.4.2. Untuk mengetahui apakah analisis penerapan dan pengakuan pendapatan Pembiayaan Musyarakah di BMT Surya Loka telah mengikuti aturan yang ada dalam PSAK no.106

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan meningkatkan pemahaman khususnya tentang Pembiayaan Musyarakah pada BMT dan sebagai referensi lebih lanjut bagi peneliti di masa yang akan datang

1.5.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kajian keilmuan khususnya Akuntansi Syariah pada Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

1.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang penulis teliti memang sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, diantaranya oleh Nelly Nurilmi Oktavia (2010) dengan judul Penerapan PSAK 102 Pada Perlakuan Akuntansi Pengakuan Pendapatan Untuk Pembiayaan Murabahah pada Koperasi Syariah. Dalam penelitian tersebut peneliti


(23)

8

menganalisis tentang pembiayaan Murabahah dihubungkan dengan PSAK 102. Penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Nelly Nurilmi Oktavia dalam objek penelitiannya. Dalam penelitian Nelly Nurilmi Oktavia,objek penelitiannya mengkaji tentang pembiayaan Murabahah, sedangkan dalam penelitian ini mengkaji tentang pembiayaan Musyarakah.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Nelly Yoesmalia (2010) dengan judul Analisa Pengakuan Pendapatan Simpan Pinjam pada KJKS BMT Insan Amanah Dengan Menggunakan Sistem Syariah. Pada penelitian tersebut, peneliti menganalisa pendapatan BMT untuk kemudian disesuaikan dengan PSAK No.59. Penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Nelly Yoesmalia. Pada penelitian terdahulu, menggunakan PSAK No.59 sebagai acuan kesesuaian antara praktek yang terjadi dengan aturan yang seharusnya berlaku. Sedangkan pada penelitian ini, acuan kesesuaian antara praktek dengan aturannya menggunakan PSAK No.106.

Penulis melakukan penelitian pada BMT karena dari pengamatan penulis, peneliti - peneliti sebelumnya lebih banyak melakukan penelitian tentang aturan dan standart yang berlaku di perbankan syariah daripada melakukan penelitian pada BMT padahal meskipun termasuk lembaga keuangan mikro tetapi BMT memiliki peran cukup besar dalam membantu perkembangan UMKM. Penulis tertarik untuk membahas tentang pembiayaan musyarakah karena dari pengamatan penulis, peneliti–peneliti sebelumnya lebih banyak membahas tentang

pembiayaan murabahah, jenis pembiayaan yang paling banyak digunakan oleh lembaga keuangan syariah baik bank maupun non bank karena dipandang lebih


(24)

9

mudah dipahami sehingga dalam perhitungannya juga lebih mudah untuk dilakukan sekaligus mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan 2 produk pembiayaan lainnya, mudharabah atau musyarakah padahal 2 produk yang terakhir lebih memberikan nilai tambah pada gerakan ekonomi secara langsung karena pada kedua pembiayaan tersebut betul–betul melibatkan dua pihak yang sedang bergerak mengelola sector usaha sehingga dapat memberikan nilai tambah pada gerakan ekonomi secara langsung. Selain itu, pembiayaan musyarakah sebenarnya lebih baik dibandingkan pembiayaan mudharabah meskipun

pembiayaan ini jarang digunakan oleh lembaga keuangan syariah bank maupun non bank karena pada pembiayaan musyarakah kontribusi yang diberikan kedua belah pihak lebih berimbang artinya kedua pihak sama–sama harus memberikan kontribusi modal dan keahlian. Kelebihan pembiayaan musyarakah dibandingkan dengan pembiayaan mudharabah lainnya adalah kedua belah pihak dapat saling mengawasi dan memberikan ketrampilan sebatas kemampuan masing–masing pihak dan dalam pola bagi hasil, laba atau rugi dibagi secara proporsional antara kedua belah pihak sehingga lebih memberikan rasa adil bagi pihak yang terlibat.

1.7. Kerangka Pemikiran

Dalam Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dijelaskan bahwa KJKS bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Kegiatan usaha jasa keuangan syariah pada KJKS meliputi kegiatan penarikan/penghimpunan dana dan penyaluran kembali dana tersebut dalam bentuk pembiayaan/piutang.


(25)

10

Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota,calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut. Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing–masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasrkan porsi kontribusi dana. Dana tersebut meliputi kas atau asset nonkas yang diperkenankan oleh syariah

1.8. Metode Penelitian 1.8.1. Penelitian pustaka

Penelitian dilakukan dengan cara mempelajari literature berupa buku–buku ilmiah, makalah, hasil penelitian sebelumnya yang relevan dan melalui internet guna mendapatkan referensi dan landasan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan judul skripsi ini.

1.8.2. Penelitian lapangan

Pengumpulan data melalui kegiatan observasi dan wawancara pada pihak KJKS BMT untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang diteliti


(26)

11

1.8.3. Alat analisis.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif/deskriptif yaitu tehnik analisa dengan membandingkan teori yang ada dengan fakta dan data yang diperoleh dari objek penelitian.

1.9. Sistematika Penulisan. Bab I. Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Landasan Teori

Berisi tentang teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti Bab III. Metodologi Penelitian

Berisi tentang sejarah berdirinya, kegiatan yang ada pada BMT beserta alat analisis yang digunakan dalam penelitian

Bab IV. Pembahasan

Berisi tentang pembahasan masalah dengan menggunakan alat analisis yang ada. Bab V. Kesimpulan dan saran

Berisi tentang kesimpulan atas pembahasan dari hasil penelitian dan memberikan saran yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan.


(27)

12

LANDASAN TEORI

2.1. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia

Lembaga perbankan Islam mengalami perkembangan yang amat pesat dengan lahirnya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975 yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan social bagi negara–negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya. Pesatnya perkembangan lembaga perbankan Islam ini karena Bank Islam memiliki keistimewaan, salah satu yang utama adalah berorientasi pada kebersamaan. Orientasi kebersamaan inilah yang menjadikan bank Islam mampu tampil sebagai alternative pengganti sistem bunga yang selama ini hukumnya (halal atau haram) masih diragukan oleh masyarakat Muslim.

Paradigma baru yang berkembang pada masa krisis ekonomi tahun 1997 dan 1998 adalah perlu dikembangkannya ekonomi kerakyatan, dimana pertumbuhan

ekonomi didorong dari bawah. Hal ini berarti diperlukannya alokasi sumber daya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan koperasi. Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif milik perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan. Usaha ini begitu banyak berkembang bahkan terbukti sanggup melewati masa krisis ekonomi yang terjadi di haun 1998 sekaligus menyerap banyak tenaga kerja.


(28)

13

Tingkat bunga yang sangat tinggi pada masa krisis jelas tidak mendukung berkembangnya ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, diperlukan perangkat lembaga keuangan baru yang tentunya bukan berupa bunga. Selama terjadinya krisis, bank syariah, yang baru diakui berdirinya pada tahun 1992 menyusul diundangkannya UU No.7 tahun 1992 yang kemudian direvisi dengan UU No.10 tahun 1998 berhasil melewati masa–masa krisis tersebut dan dinilai sehat sementara banyak bank konvensional yang berguguran. Sejak saat

itu,perkembangan bank syariah dan lembaga keuangan non bank tumbuh secara pesat seiring dengan pencanangan Gerakan Ekonomi Syariah Nasional oleh Majelis Ulama Indonesia yang diikuti oleh Gerakan Ekonomi Syariah Daerah di seluruh provinsi.

Perkembangan perbankan di Indonesia sangatlah pesat apalagi semenjak diberlakukannya peraturan yang menjamin keleluasaan dan kemudahan

mendirikan jasa perbankan dengan dikeluarkannya Paket Oktober 1998 walaupun krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun 1998 berakibat pada

banyaknya lembaga perbankan yang gulung tikar. Fakta lain menunjukkan bahwa industry kecil di Indonesia mencapai 90,36% dan dari jumlah tersebut hanya sedikit yang mampu ditangani oleh bank. Pemenuhan modal mereka berasal dari sumber lain termasuk rentenir dan perorangan lainnya dengan bunga yang cukup besar. Menghadapi situasi tersebut, jelas dibutuhkan sistem keuangan alternative yang dapat melayani kebutuhan mereka, sistem keuangan tersebut sebenarnya sudah ada dan berkembang di masyarakat tetapi selama ini posisinya berada diluar sistem yang telah ada sebelumnya, sistem keuangan tersebut adalah keuangan


(29)

14

mikro. Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok besar, yaitu :

1. Lembaga keuangan mikro perbankan, mengacu dan diatur dalam UU Perbankan No.10 tahun 1998. LKM ini seperti BRI Unit atau BPRS 2. Lembaga keuangan mikro koperasi, mengacu dan diatur dalam UU No.17

tahun 2012.

3. Lembaga keuangan mikro bukan perbankan dan koperasi, mengacu dan diatur dalam UU No.1 tahun 2013

Dalam UU No.1 tahun 2013 disebutkan bahwa lembaga keuangan mikro merupakan lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat,

pengelolaan simpanan maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata–mata mencari keuntungan. Oleh karena itu, lembaga– lembaga tersebut perlu dikembangkan karena telah banyak membantu

peningkatan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.

Lembaga keuangan skala mikro ini memang hanya difokuskan kepada usaha– usaha masyarakat yang bersifat mikro berdasarkan semangat UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 yang menegaskan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan ayat 4 yang menyatakan bahwa


(30)

15

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Sehingga lembaga keuangan mikro berasas :

1. Keadilan 2. Kebersamaan 3. Kemandirian 4. Kemudahan 5. Keterbukaan 6. Pemerataan 7. Keberlanjutan

8. Kedayagunaan dan kehasilgunaan

Keberadaan LKM pada prinsipnya sebagai lembaga keuangan yang menyediakan jasa simpanan dan pembiayaan skala mikro kepada masyarakat, memperluas lapangan kerja dan dapat berperan sebagai instrument pemerataan dan

peningkatan pendapatan masyarakat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah. Tujuan dari pendirian LKM adalah :

1. Meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi masyarakat 2. Membantu peningkatan pemberdayaan ekonomi dan produktivitas

masyarakat

3. Membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat miskin dan/atau berpenghasilan rendah.


(31)

16

2.2. Baitul Mal Wattamwil

BMT singkatan dari Baitul mal wattamwil. BMT terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Dalam Bahasa Indonesia berarti rumah uang dan rumah pembiayaan. Baitul mal lebih mengarah pada usaha–usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit. Baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

BMT merupakan salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki cirri : 1. Modal awal antara 5 -10 juta

2. Memberikan pembiayaan pada anggota relative lebih kecil tergantung besar modal

3. Menerima titipan zakat, infak dan sodakoh dari Bazis

4. Calon pengelola atau manajer dipilih yang berakidah, komitmen tinggi pada pengembangan ekonomi umat, amanah dan jujur

5. Dalam operasi menggiatkan dan menjemput berbagai jenis simpanan demikian juga terhadap nasabah, pembiayaan dan tidak hanya menunggu 6. Manajemennya professional dan islami

Ciri BMT dilihat dari ciri operasional baitul maal dan baitul tamwil adalah : 1. Ciri dari baitul maal

a. Visi misi social

b. Memiliki gungsi sebagai mediator antara pembayar zakat c. Tidak boleh mengambil profit apapun dari operasinya

d. Pembiayaan operasi diambil dari 12,5% (1/8) dari total zakat yang diterima


(32)

17

2. Ciri dari baitul tamwil

a. Visi dan misi komersial

b. Dijalankan dengan prinsip ekonomi islam

c. Memiliki fungsi sebagai mediator antara pemilik kelebihan dana dengan pihak yang kekeurangan dana

d. Pembiayaan operasional berasal dari asset sendiri atau dari keuntungan

e. Merupakan wajib zakat

Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia memiliki peran strategis. Pada akhir tahun 2012, jumlah UMKM di Indonesia 56,53 juta unit dengan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sekitar 107 juta orang. Pada tahun 2012, sekitar 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, maupun menengah menjadi komersial atau di luar UMKM.

Salah satu kendala utama bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) adalah ketersediaan modal. Modal yang kurang mencukupi akan membuat pelaku usaha tidak leluasa dalam menjalankan bisnisnya. Umumnya, para pelaku UMKM memiliki dua jalan untuk menambah modal mereka. Yang pertama, melakukan peminjaman pada individu tanpa kontrak yang jelas berdasarkan perkenalan atau kepercayaan yang biasanya cenderung merugikan karena dikenakan bunga yang sangat tinggi dan yang kedua melakukan peminjaman ke lembaga keuangan baik


(33)

18

bank maupun non bank. Namun, dengan segala peran strategisnya itu, hanya 20% dari total UMKM yang sudah terakses kredit bank.

Koperasi syariah merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip–prinsip syariah. Apabila koperasi memiliki usaha produktif simpan pinjam maka seluruh produk dan operasionalnya harus dilaksanakan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dari segi legalitas, koperasi syariah belum tercantum dalam UU No.25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Untuk sementara, keberadaan koperasi syariah didasarkan pada Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) selanjutnya diterbitkan instrument Pedoman Standar Operasional Manajemen KJKS/UJKS Koperasi, Pedoman Penilaian Kesehatan KJKS/UJKS Koperasi dan Pedoman Pengawasan KJKS/UJKS Koperasi. Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) merupakan koperasi yang bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan simpanan dengan pola syariah.

BMT adalah sebutan ringkas dari Baitul Maal wat Tamwil, padanannya Balai usaha Mandiri Terpadu. BMT merupakan system intermediasi keuangan di tingkat mikro yang dalam operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip–prinsip syari’ah. Kegiatan Baitul Maal wat Tamwil mengembangkan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil


(34)

19

dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan fasilitas pembiayaan guna menunjang usaha ekonominya.

Dalam perkembangannya, koperasi menjadi sebuah lembaga yang kemudian diterapkan untuk BMT. Hal ini didasarkan pada latar belakang kedua lembaga ini sama–sama memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah, kedua lembaga ini selain bergerak di bidang bisnis tetapi tidak meninggalkan aspek social, kedua lembaga ini berusaha untuk mensejahterakan anggotanya terutama bagi golongan masyarakat kecil dalam rangka mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan ekonomi rakyat, kedua lembaga ini sebagai motor penggerak perekonomian dengan mengembangkan dan membangun potensi serta

kemampuan masyarakat lapisan bawah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik, kedua lembaga ini diusahakan untuk bergerak disektor jasa keuangan melalui usaha simpan pinjam serta kedua lembaga ini dalam alat kelengkapan organisasinya sama–sama memiliki Dewan Pengawas yang bertugas untuk mengendalikan dan mengawasi di dalam pengelolaannya.

Koperasi Jasa Keuangan Syariah–Baitul Tamwil merupakan system intermediasi keuangan tingkat mikro yang berbadan hukum koperasi dimana di dalamnya terdapat Baitul Tamwil yang dalam operasionalnya dijalankan dengan menerapkan prinsip–prinsip syariah. Sehingga, KJKS Baitul Tamwil dalam operasinya harus menjalankan prinsip–prinsip koperasi dan segala peraturan yang mengatur tentang perkoperasian. Selain itu, dalam segala aspek


(35)

20

Secara umum, sumber dana koperasi dikelompokkan dalam simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan investasi pihak lain. Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana nilai besarnya simpanan semua anggota sama. Simpanan wajib merupakan simpanan yang dilakukan secara continue setiap bulan selama menjadi anggota koperasi. Simpanan sukarela merupakan simpanan anggota yang jumlah dan waktunya tidak

ditentukan,biasanya berasal dari anggota yang kelebihan dana kemudiannya menyimpannya di koperasi. Investasi pihak lain diperlukan untuk

mengembangkan usaha secara maksimal dikarenakan modal yang berasal dari simpanan anggota sedikit dan terbatas jumlahnya. Investasi ini dapat dilakukan salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan Bank syariah.

Sumber dana yang diperoleh koperasi harus disalurkan kepada anggotanya. Dalam penyalurannya dapat menggunakan bagi hasil, jual beli, bahkan ada juga yang bersifat jasa umum seperti pengalihan piutang, sewa menyewa atau pemberian manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.

Dalam Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah dijelaskan bahwa KJKS bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola syariah. Kegiatan usaha jasa keuangan syariah pada KJKS meliputi kegiatan penarikan/penghimpunan dana dan penyaluran kembali dana tersebut dalam bentuk pembiayaan/piutang.


(36)

21

2.3. Usaha Mikro Kecil Menengah

Krisis telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sector ekonomi berubah. Usaha besar satu per satu pailit karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sector perbankan juga ikut terpuruk, memperparah sector industry dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu meneruskan usaha karena dari tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UMKM yang sebagian besar tetap bertahan bahkan cenderung bertambah.

Kelompok yang termasuk dalam kelompok usaha mikro dan usaha kecil adalah perusahaan yang memiliki modal atau kekayaan bersih tidak lebih dari 25 juta dimana modalnya dapat berupa uang atau tenaga. Sedangkan untuk usaha menengah adalah suatu usaha yang memiliki kekayaan bersih tidak lebih dari 40 juta dimana dalam kekayaan tersebut tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati dan nilai penjualan output rata–rata setiap bulannya tidak lebih dari 10 juta.

Profil pengusaha kecil Indonesia dari sisi manajemen, yaitu : 1. Pemilik sebagai pengelola

2. Berkembang dari usaha kecil–kecilan sehingga kepercayaan diri berlebihan

3. Tidak membuat perencanaan tertulis


(37)

22

5. Pendelegasian wewenang secara lisan 6. Kurang mampu mempertahankan mutu

7. Sangat tergantung pada pelanggan dan pemasok sekitar usahanya 8. Kurang membina saluran informasi

9. Kurang mampu membina hubungan perbankan

Profil pengusaha kecil Indonesia dari sisi keuangan, yaitu :

1. Memulai usaha kecil–kecilan, bermodal sedikit dana dan ketrampilan pemiliknya

2. Terbatas sumber dana dari perbankan

3. Kemampuan memperoleh pinjaman bank relative rendah/kurang mampu menyediakan jaminan atau membuat proposal kredit

4. Kurang akurat perencanaan anggaran kas

5. Tidak memiliki catatan harga pokok produksi, perhitungan sangat kasar 6. Kurang memahami tetntang perlunya pencatatan keuangan/akuntansi 7. Kurang paham tentang prinsip penyajian laporan keuangan dan kemapuan

analisisnya

8. Kurang mampu memilih informasi yang berguna bagi usahanya

Alasan UMKM bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis adalah :

1. Sebagian besar UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan rendah, maka tingkat


(38)

23

permintaan barang yang dihasilkan, sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan

2. Sebagian besar UMKM tidak mendapat modal dari Bank sehingga keterpurukan sector perbankan dan naiknya suku bunga tidak banyak mempengaruhi sector ini.

3. Dengan krisis yang berkepanjangan menyebabkan sector formal banyak memberhentikan pekerjanya sehingga banyak pengangguran dan para penganggur tersebut memasuki sector informal, melkukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya UMKM meningkat.

Pada masa krisis UMKM dapat bertahan dan mempunyai potensi untuk

berkembang. Dengan demikian, UMKM dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan dating dan harus didukung dengan kebijakan–kebijakan yang kondusif serta persoalan yang menghambat usaha pemberdayaan UMKM harus dihilangkan. Dengan adanya pembinaan UMKM diharapkan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UMKM sehingga memperkokoh ketahanan perekonomian dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Strategi pengembangan UMKM antara lain kemitraan dan bantuan keuangan.

2.4. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan adalah kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan antara koperasi dengan anggota,calon anggota, koperasi lain, dan atau anggotanya, yang mewajibkan penerima pembiayaaan itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kepada pihak koperasi sesuai akad disertai dengan


(39)

24

pembayaran sejumlah bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan dana pembiayaan tersebut. Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama yang didasarkan atas bagi hasil, dimana para mitra berkontribusi dalam modal maupun kerja. Keuntungan dari usaha akan dibagi kepada para mitra sesuai nisbah kesepakatan yang disepakati pada saat akad, sedangkan kerugian akan ditanggung oleh para mitra sesuai dengan proporsi modal.

Aspek pembiayaan pada BMT terdiri dari : 1. Aman

Keyakinan bahwa dana dalam pembiayaan yang telah diberikan dapat ditarik kembali sesuai dengan wktu yang telah disepakati. Untuk

menciptakan pembiayaan, BMT terlebih dahulu akan melakukan survey sesuai dengan usaha untuk memastikan bahwa usaha yang dibiayai layak dan bukan factor kasihan.

2. Lancar.

Keyakinan bahwa dana BMT dapat berputar dengan lancar dan cepat. Semakin cepat perputaran danaya, maka pengembangan BMT akan semakin baik. Untuk itu BMT harus membidik segmen pasar yang perputarannya harian atau mingguan.

3. Menguntungkan

Perhitungan dan proyeksi yang tepat untuk memastikan bahwa dana yang diberikan akan menghasilkan pendapatan. Semakin tepat dalam


(40)

25

Kepastian pendapatan akan berpengaruh besar bagi kelangsungan BMT dan anggotanya karena semakin besar pendapatan semakin besar pula bagi hasil yang didapat anggota

Jenis akad musyarakah menurut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan : 1. Musyarakah permanen

Adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad

2. Musyarakah menurun

Adalah musyarakah dengan ketentuan badian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir masa akad, mitra lainnya tersbut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.


(41)

26

METODE PENELITIAN

3.1. Data

3.1.1. Deskripsi Sample

BMT Surya Loka yang beralamat di Jalan Inpres Desa Mandah Natar merupakan lembaga milik masyarakat ( swadaya ) dibawah pembinaan PINBUK-ICMI sebagai wadah untuk mengembangkan usaha mikro kecil menengah di Mandah dan sekitarnya yang berada di wilayah Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. BMT ini berdiri pada tanggal 4 Juni 2002 oleh Herwan Joni Hariyadi, bersama beberapa rekannya yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan oleh PINBUK ICMI ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil–Ikatan Cendikiawan

Muslim Indonesia ) selama 45 hari. Modal awal BMT Surya Loka sebesar 17 juta rupiah yang terdiri dari 2 juta rupiah hibah dari PINBUK ditambah dengan total modal pendiri sebesar 15 juta rupiah. Dalam perkembangannya, BMT Surya Loka dapat meningkatkan jumlah modalnya menjadi 50 juta rupiah dalam kurun waktu 5 tahun.

Mekanisme kegiatan BMT Surya Loka dilakukan dengan cara jemput bola, kolektor akan mendatangi anggota BMT baik dalam penyetoran maupun penarikan pembiayaan sesuai akadnya. Hal ini dilakukan karena dirasa lebih memudahkan anggota dan tepat sasaran jika dibandingkan dengan cara kerja yang ada pada sistem perbankan.


(42)

27

Produk BMT Surya Loka secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : a. Produk Simpanan, terdiri dari :

1. Simpanan Mudharabah

Simpanan Mudharabah merupakan simpanan yang dapat disetor dan diambil setiap saat. Setoran awal simpanan ini minimal Rp.50.000 sedangkan setoran selanjutnya minimal Rp.10.000

2. Simpanan Qurban

Simpanan Qurban merupakan simpanan untuk keperluan ibadah Qurban yang penarikannya minimal 1 bulan menjelang Hari Raya Idul Adha. Setoran awal simpanan ini minimal Rp.50.000 setoran selanjutnya minimal Rp.10.000. b. Produk Pembiayaan.

Untuk menyalurkan dana masyarakat yang terhimpun dengan pertimbangan kemampuan BMT Surya Loka maka produk pembiayaan yang ada pada BMT ini terdiri dari

1. Pembiayaan Musyarakah.

Pembiayaan Musyarakah merupakan kerjasama antara BMT dan nasabah dimana pendanaan disediakan kedua belah pihak dengan sistem bagi hasil. Hasil dari keuntungan atau pendapatan yang diperoleh dibagi sesuai perjanjian atau akad.

2. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah merupakan pembiayaan dengan sistem jual beli yaitu transaksi jual beli barang yang dibutuhkan nasabah dengan pembayaran tangguh yaitu pada saat jatuh tempo.


(43)

28

3.1.2. Deskripsi Data

Data yang digunakan guna menjawab penelitian ini antara lain berupa :

1. Dokumen atau catatan transaksi berupa formulir permohonan pembiayaan, akad musyarakah, slip angsuran, jurnal, buku besar, buku besar pembantu dan catatan setoran.

2. Hasil wawancara dan observasi berupa informasi dan keterangan mengenai proses pengakuan bagi hasil Musyarakah

3.2. Metode Perolehan Data

Dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data berupa :

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang berupa catatan pembukuan

2. Wawancara

Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan

bertanya langsung ( wawancara ) dengn pimpinan maupun karyawan guna mendapat kejelasan baik gambaran umum perusahaan maupun sistem bagi hasil yang diterapkan

3. Observasi

Untuk membuktikan kebenaran data dan informasi yang disampaikan, penulis mencoba melakukan pengamatan langsung di perusahaan atas proses transaksi yang terjadi.


(44)

29

3.3. Alat Analisis Data

Setelah data–data diperoleh maka penulis akan membandingkan antara pengakuan dan pengukuran pendapatan bagi hasil yang ada pada BMT Surya Loka dengan criteria pengakuan dan pengukuran pendapatan bagi hasil yang ada pada PSAK 106. Adapun criteria tersebut adalah :

1. Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan ( baik berupa kas maupun asset non kas ) atau sesuai nisbah yang disepakati para mitra. Sedangkan kerugian

dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan ( baik berupa kas maupun asset non kas )

2. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang diperoleh selama periode akad, bukan dari jumlah investasi yang disalurkan

3. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri 4. Untuk pertanggungjawaban dan pengelolaan usaha musyarakah dan sebagai

dasar penentuan bagi hasil, maka mitra aktif atau pihak yang mengelola usaha musyarakah harys membuat catatan akuntansi yang terpisah untuk usaha musyarakah tersebut

5. Investasi musyarakah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada mitra aktif

6. Investasi musyarakah dalam bentuk kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan


(45)

30

7. Investasi musyarakah dalam bentuk ast nonkas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat asset nonkas maka selisih tersbut diakui sebagai keuntungan tangguhan atau kerugian pada saat terjadinya

8. Investasi musyarakah nonkas yang diukur dengan nilai wajar asset yang diserahkan akan berkurang nilainya sebesar penyusustan atas asset yang diserahkan dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan ( jika ada ) 9. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah dengan pengembalian dana

mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian ( jika ada ) atau nilai wajar asset musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusustan dan kerugian ( jika ada ) 10. Bagian mitra pasif atas investasi musyarakah menurun ( dengan

pengembalian dana mitra pasif secara bertahap ) dinilai sebesar jumlah kas yang dibayarakan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangijumlah pengembalian dari mitra aktif dan kerugian ( jika ada )

11. Pada saat akad diakhiri investasi musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra aktif diakui sebagai piutang

12. Pendapatan usaha investasi musyarakah diakui sebesar bagian mitra pasif sesuai kesepakatan. Sedangkan kerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana.

13. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah dengan pengemalian dana mitra pasif di akhir akad dinilai sebesar jumlah kas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad dikurangi dengan kerugian ( jika ada ) atay nilai


(46)

31

wajar aet musyarakah nonkas pada saat penyerahan untuk usaha musyarakah setelah dikurangi penyusustan dan kerugian ( jika ada )

14. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun ( dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap ) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi kerugian ( jika ada )

15. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban

16. Kerkerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing– masing mitra dan mengurangi nilai asset musyarakah

17. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah


(47)

63

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa pengakuan pendapatan bagi hasil pada BMT Surya Loka dapat ditarik kesimpulan serta saran sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan

Pada pembahasan pengakuan pendapatan bagi hasil BMT Surya Loka terdapat 17 point pengakuan pendapatan bagi hasil dan dari 17 point tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua point dapat dianalisis dengan hasil 12 point sesuai dan 5 point tidak sesuai. Oleh karena itu untuk pengakuan pendapatan bagi hasil

pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka dapat disimpulkan telah sesuai dengan PSAK No.106. Meskipun demikian, untuk point 3,4 dan 17 karena belum ada kesesuaian dengan PSAK No.106, maka masih perlu diadakan perbaikan perlakuan akuntansi agar nantinya pelaksanaan pengakuan pendapatan pada BMT Surya Loka benar–benar sesuai dengan PSAK No.106

5.2. Keterbatasan Dalam Penelitian

1. Dalam penelitian ini cakupan atau bahasannya kurang luas karena hanya membahas pengakuan pendapatan musyarakah, tidak membahas

pengakuan pendapatan seluruh produk yang diselenggarakan oleh BMT Surya Loka.


(48)

64

2. Dalam penelitian ini hanya terdapat 30 mitra pembiayaan musyarakah sebagai objek penelitian sehingga hasilnya tidak dapat disamakan dengan hasil penelitian pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah lainnya yang mempunyai mitra pembiayaan musyarakah lebih banyak sebagai objeknya karena ruang lingkup BMT yang lebih luas.

5.3. Saran

1. Untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tidak hanya pada satu produk sehingga cakupan atau bahasannya bisa lebih luas lagi

2. Untuk peneliti berikutnya diharapkan menggunakan objek penelitian yang lebih banyak dengan lingkup BMT yang lebih luas sehingga hasilnya dapat disamakan atau dibandingkan dengan penelitian pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah lainnya.

5.4. Implementasi

Berdasarkan hasil analisa pengakuan pendapatan bagi hasil pembiayaan

musyarakah pada BMT Surya Loka masih terdapat kelemahan atau kekurangan. Untuk point 3 dan 4 yang berhubungan dengan pencatatan transaksi oleh mitra aktif yang jarang dilakukan, perlu diberikan pengertian tentang pentingnya pencatatan transaksi beserta tatacaranya dengan pendekatan khusus kepada mitra aktif pembiayaan musyarakah. Selain menambah ilmu dan wawasan mitra aktif dalam mengembangkan usahanya, dengan adanya pencatatan transaksi yang lebih


(49)

65

baik maka kerjasama antara pihak BMT dan mitra aktif dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Dari hasil analisa pembahasan untuk point 17, yang terjadi pada BMT Surya Loka ketika pembiayaan musyarakah mengalami kerugian akibat kelalaian mitra maka kerugian tersebut tetap dibebankan kepada mitra tetapi tidak mengurangi modal mitra. Pihak BMT akan melakukan penagihan akibat kerugian tersebut akan tetapi apabila dalam jangka waktu 3 bulan atau lebih tidak dapat ditagih, maka kerugian tersebut akan menjadi resiko dan tanggungan BMT. Hal ini dianggap dapat

mengganggu jalannya kelangsungan usaha BMT Surya Loka terutama jika jumlah kerugian yang tidak dapat ditagih bernilai cukup besar dan cukup sering terjadi. Oleh karena itu, BMT mempunyai dua alternative cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu :

1. Kerugian akibat kelalaian mitra diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra

2. Mitra mengganti kerugian tersebut dengan penyerahan dana.

BMT diharapkan dapat memilih salah satu dari dua alternative yang ada karena kerugian akibat kelalaian mitra yang harus menanggung adalah mitra usaha bukan tanggungan BMT.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abdad Zaidi M. 2003. Lembaga Perekonomian Umat di Dunia Islam. Angkasa. Hafidhuddin Didin dan Tanjung Hendri. 2005. Manajemen Syariah dalam Praktek. Gema Insani

Arsyad Lincolin. 2008. Lembaga Keuangan Mikro. CV. Andi Offset Ali Zainuddin. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Sinar Grafika

Ridwan Muhammad. 2006. Sistem dan Prosedur Pendirian BMT. Citra Media Makhalul, Ilmi. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah. UII Press Yogyakarta

Perwaatmadja Karnaen dan Dewi Gemala. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. FH UI

Dewan Standart Akuntansi Keuangan. 2007. PSAK No 105. Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia

Yoesmalia Nelly. 2010. Analisis Pengakuan Pendapatan Simpan Pinjam Pada KJKS BMT Insan Amanah Dengan Menggunakan Sistem Syariah. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, Universitas Lampung

Oktavia Nurilmi Nelly. 2010. Penerapan PSAK 102 Pada Perlakuan Akuntansi Pengakuan Pendapatan Untuk Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Syariah. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. STIE Perbanas Surabaya


(51)

Muthaher Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Graha Ilmu

Sumiyanto Ahmadi. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. PT ISES Consulting Indonesia Yogyakarta

Ridwan Muhammad. 2004. Manajemen BMT. UII Press Yogyakarta

Amin Aziz M. 1992. Peran Lembaga Perekonomian Dalam Pembangunan. Radja Grafindo Jakarta


(1)

14. Bagian mitra aktif atas investasi musyarakah menurun ( dengan pengembalian dana mitra pasif secara bertahap ) dinilai sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diserahkan untuk usaha musyarakah pada awal akad ditambah dengan jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan kepada mitra pasif dan dikurangi kerugian ( jika ada )

15. Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi hak mitra aktif diakui sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan atas pendapatan usaha musyarakah. Sedangkan pendapatan usaha untuk mitra pasif diakui sebagai hak mitra pasif atas bagi hasil dan kewajiban

16. Kerkerugian investasi musyarakah diakui sesuai dengan porsi dana masing– masing mitra dan mengurangi nilai asset musyarakah

17. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan mitra aktif atau pengelola usaha maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha musyarakah


(2)

63

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa pengakuan pendapatan bagi hasil pada BMT Surya Loka dapat ditarik kesimpulan serta saran sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan

Pada pembahasan pengakuan pendapatan bagi hasil BMT Surya Loka terdapat 17 point pengakuan pendapatan bagi hasil dan dari 17 point tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semua point dapat dianalisis dengan hasil 12 point sesuai dan 5 point tidak sesuai. Oleh karena itu untuk pengakuan pendapatan bagi hasil

pembiayaan musyarakah pada BMT Surya Loka dapat disimpulkan telah sesuai dengan PSAK No.106. Meskipun demikian, untuk point 3,4 dan 17 karena belum ada kesesuaian dengan PSAK No.106, maka masih perlu diadakan perbaikan perlakuan akuntansi agar nantinya pelaksanaan pengakuan pendapatan pada BMT Surya Loka benar–benar sesuai dengan PSAK No.106

5.2. Keterbatasan Dalam Penelitian

1. Dalam penelitian ini cakupan atau bahasannya kurang luas karena hanya membahas pengakuan pendapatan musyarakah, tidak membahas

pengakuan pendapatan seluruh produk yang diselenggarakan oleh BMT Surya Loka.


(3)

hasil penelitian pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah lainnya yang mempunyai mitra pembiayaan musyarakah lebih banyak sebagai objeknya karena ruang lingkup BMT yang lebih luas.

5.3. Saran

1. Untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tidak hanya pada satu produk sehingga cakupan atau bahasannya bisa lebih luas lagi

2. Untuk peneliti berikutnya diharapkan menggunakan objek penelitian yang lebih banyak dengan lingkup BMT yang lebih luas sehingga hasilnya dapat disamakan atau dibandingkan dengan penelitian pengakuan pendapatan pembiayaan musyarakah lainnya.

5.4. Implementasi

Berdasarkan hasil analisa pengakuan pendapatan bagi hasil pembiayaan

musyarakah pada BMT Surya Loka masih terdapat kelemahan atau kekurangan. Untuk point 3 dan 4 yang berhubungan dengan pencatatan transaksi oleh mitra aktif yang jarang dilakukan, perlu diberikan pengertian tentang pentingnya pencatatan transaksi beserta tatacaranya dengan pendekatan khusus kepada mitra aktif pembiayaan musyarakah. Selain menambah ilmu dan wawasan mitra aktif dalam mengembangkan usahanya, dengan adanya pencatatan transaksi yang lebih


(4)

65

baik maka kerjasama antara pihak BMT dan mitra aktif dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Dari hasil analisa pembahasan untuk point 17, yang terjadi pada BMT Surya Loka ketika pembiayaan musyarakah mengalami kerugian akibat kelalaian mitra maka kerugian tersebut tetap dibebankan kepada mitra tetapi tidak mengurangi modal mitra. Pihak BMT akan melakukan penagihan akibat kerugian tersebut akan tetapi apabila dalam jangka waktu 3 bulan atau lebih tidak dapat ditagih, maka kerugian tersebut akan menjadi resiko dan tanggungan BMT. Hal ini dianggap dapat

mengganggu jalannya kelangsungan usaha BMT Surya Loka terutama jika jumlah kerugian yang tidak dapat ditagih bernilai cukup besar dan cukup sering terjadi. Oleh karena itu, BMT mempunyai dua alternative cara yang dapat digunakan untuk mengatasi hal tersebut, yaitu :

1. Kerugian akibat kelalaian mitra diperhitungkan sebagai pengurang modal mitra

2. Mitra mengganti kerugian tersebut dengan penyerahan dana.

BMT diharapkan dapat memilih salah satu dari dua alternative yang ada karena kerugian akibat kelalaian mitra yang harus menanggung adalah mitra usaha bukan tanggungan BMT.


(5)

Praktek. Gema Insani

Arsyad Lincolin. 2008. Lembaga Keuangan Mikro. CV. Andi Offset Ali Zainuddin. 2008. Hukum Ekonomi Syariah. Sinar Grafika

Ridwan Muhammad. 2006. Sistem dan Prosedur Pendirian BMT. Citra Media Makhalul, Ilmi. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah. UII Press Yogyakarta

Perwaatmadja Karnaen dan Dewi Gemala. 2005. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. FH UI

Dewan Standart Akuntansi Keuangan. 2007. PSAK No 105. Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia

Yoesmalia Nelly. 2010. Analisis Pengakuan Pendapatan Simpan Pinjam Pada KJKS BMT Insan Amanah Dengan Menggunakan Sistem Syariah. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan, Universitas Lampung

Oktavia Nurilmi Nelly. 2010. Penerapan PSAK 102 Pada Perlakuan Akuntansi Pengakuan Pendapatan Untuk Pembiayaan Murabahah Pada Koperasi Syariah. Skripsi Sarjana tidak diterbitkan. STIE Perbanas Surabaya


(6)

Muthaher Osmad. 2012. Akuntansi Perbankan Syariah. Graha Ilmu

Sumiyanto Ahmadi. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. PT ISES Consulting Indonesia Yogyakarta

Ridwan Muhammad. 2004. Manajemen BMT. UII Press Yogyakarta

Amin Aziz M. 1992. Peran Lembaga Perekonomian Dalam Pembangunan. Radja Grafindo Jakarta