Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Pada Ksu Bmt Umj
i
STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA KSU BMT UMJ
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
Aam Mahmudah NIM. 1110046100020
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A 1435 H/ 2014 M
(2)
(3)
PENGESAHAN PANITIA UJIAI\ SKRIPSI
Slaipsi yang berjudul "Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah pada KSU
BMT UMJ', telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 8 Mei 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada Program Studi Muamalat @konomi Islam).
Jakarla,8 Mei 2014 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
NrP. 196808r2199903r0t4
PAITITIA UJIAN
MTINAQASYAH
.
1. Ketua
2. Sekrctaris
3. Pembimbing
4. Penguji I
5. Penguji II
Dr. Euis Amalia, M.Ag
NrP. 1 97 1 07 011998032002
Mu'min Rauf, MA
NIP. 1 9700 416t997 03 1004 Ir. RR Tini Anggraeni, ST, M.Si Dr. H. Abdul Malik, MM
NIP. 150183066
Supriyono, SE, MM
ilt
(4)
LEMBAR PERNYATAAII
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1' Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata
I
(S1)di
Universitas Islam Negeri ([JII.{) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
ini telah
saya cantumkan sesuaidengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Nugeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(Uf$
Syarif Hidayatullah Jakarta.(5)
ABSTRAK
Aam Mahmudah, NIM. 1110046100020. STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA KSU BMT UMJ. Skripsi, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/ 2014M.
Skripsi ini bertujan untuk mengetahui proses manajemen risiko pembiayaan musyarakah di KSU BMT UMJ. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang proses manajemen risiko, risiko pembiayaan dan pembiayaan musyarakah. Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kerugian. Penelitian ini dilakukan di KSU BMT UMJ dengan alasan untuk mengetahui proses manajemen risiko pembiayaan musyarakah dan strategi manajemen risiko yang dilakukan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis SWOT dengan tujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi manjemen risiko.
Hasil dalam penelitian ini adalah: proses manajemen risiko pembiayaan musyarkah meliputi: identifikasi, kuantifikasi/ menilai/ melakukan peringkat risiko dan solusi risiko. Berdasarkan hasil analisis SWOT bahwa, kekuatan yang dimiliki adalah faktor pelayanan, hubungan yang baik dengan nasabah dan produk yang beragam. Kelemahan: kinerja karyawan yang kurang. Peluang: kebutuhan masyarkat dan usaha mikro yang meningkat. Ancaman: perkembangan Lembaga Keuangan Syariah yang meningkat.
Kata kunci: manajemen risiko, risiko pembiayaan dan pembiayaan musyarakah. Pembimbing: Ir. RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si
(6)
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا ه مسب
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya, dan seluruh ummat
manusia pada umumnya. Sholawat beserta salam penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad Saw. yang telah menunnjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan
yang terang menderang.
Penulisan karya ilmiah ini dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Strategi
Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah pada KSU BMT UMJ, ditujukkan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (SI) dan memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Kebahagian yang tiada ternilai bagi penulis, sehinga dapat
mempersebahkan karya tulis ini untuk orang- orang yang penulis sayangi dan semua
pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan yang tiada terlukiskan, penulis sampaikan
kepada orang- orang yang saya sayangi yang telah memberikan dukungan, do’a, dan pengorbanannya demi terselesaikannya skripsi ini. Rasa terimkasih yang mendalam
(7)
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, selaku ketua program studi muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ir. RR Tini Anggraeni, ST, M.Si selaku dosen pembimbing yang tiada
hentinya memberikan motifasi dan membantu dalam penulisan skripsi ini,
sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
4. Ayah dan ibu tercinta Bp Zenal Aripin dan Ibu Iyam Maryam yang selalu
meberikan kasih sayang tiada henti dan memebrikan motivasi kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini supaya bisa cepat selesai tepat pada waktunya.
5. Saudara- saudaraku yang sangat penulis sayangi Teh Aisyah, A Dikdik,
adikku Evi dan Muhammad Dzikri Mardhillah yang selalu memberikan
keceriaan disaat penulis sedang kelelahan dengan pembuatan skripsi ini,
sehingga atas dukungan dari semuanya menjadikan semangat bagi penulis
untuk selalu mengerjakan skripsi.
6. Teman- teman terbaikku Ai Nur Ilmi, Anggun Pradini, Della Puspita Sari,
Rahma Putri Islami, Vikri Rosalina, Epon Nafisah, Ika Kartika dan semua
teman- teman seperjuangan Perbankan Syariah B angkatan 2010 serta teman-
teman Jejak KKN 2013 yang selalu memberikan motivasi bagi penulis dalam
(8)
7. Dan untuk semua orang yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,
terimakasih banyak atas dukungan, do’a dan motivasinya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Semoga Allah Swt membalas
semua kebaikan semuanya dengan pahala yang berlipat ganda dan kehidupan
yang selalu diberkahi oleh Allah Swt. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Depok, 25 April 2014
(9)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iv
LEMBAR PERNYATAAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Identifikasi masalah ... 5
C. Pembatasan dan perumusan masalah ... 6
D. Tujuan dan manfaat penelitian ... 7
E. Sistematika penulisan ... 7
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan teori ... 9
1. Risiko ... 9
2. Jenis- jenis risiko ... 10
a. Risiko kredit/ pembiayaan ... 10
b. Risiko pasar ... 11
c. Risiko likuiditas ... 11
d. Risiko operasional ... 11
e. Risiko hukum ... 12
(10)
g. Risiko strategis ... 13
h. Risiko kepatuhan ... 13
3. Manajemen risiko ... 13
4. Proses manajemen risiko ... 14
5. Risiko pembiayaan ... 18
6. Pembiayaan musyarkah... 20
B. Review studi terdahulu ... 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian ... 26
1. Jenis penelitian ... 26
2. Sumber data ... 27
3. Teknik pengumpulan data ... 28
4. Teknik pengolahan data ... 29
5. Objek penelitian ... 29
6. Metode analisis ... 30
a. IFAS- EFAS ... 30
b. Matrik SWOT ... 33
BAB IV ANALISA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH A. Gambaran umum KSU BMT UMJ ... 36
B. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 40
C. Analisis SWOT ... 43
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 59
(11)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Islam menerapkan sistem ekonomi yang mencakup seluruh aspek
kehidupan, Selain itu islam juga merumuskan system ekonomi yang sangat
berbeda dengan system ekonomi lainnya. System ekonomi dalam islam,
meliputi hubungan manusia dengan kebutuhannya, hubungan manusia
dengan sumberdaya dan hubungan manusia dengan manusia1. Hubungan
manusia dengan manuia inilah yang disebut dengan muamalat, termasuk
didalamnya mengatur masalah ekonomi seperti jual beli, kemitraan dan
lain-lain. Dalam masalah jual beli diterapkan prinsip murabahah, salam dan
istishna. Kemudian dalam masalah kemitraan diterapkan prinsip bagi hasil anatara mudharib (pemilik dana) dengan shohibul mal yang diterapkan
dengan prinsip musyarakah, mudharabah, muzara’ah, mutsaqah dan mukhabarah. Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan berbagai upaya. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk merealisasikan sistem
ekonomi islam yaitu dengan cara mendirikan lembaga- lembaga keuangan
syariah, baik yang bergerak di bidang perbankan maupun non bank.
1 Ahmad Dunya, Syauqi.
Sistem Ekonomi Islam Sebuah Alternatif, Jakarta: Fikahati Aneska, 1994, hlm.113
(12)
2
Salah satu lembaga keuangan bank syariah non bank adalah BMT (Baitul
Mall wa Tamwil). Yaitu lembaga keuanan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip- prinsip syariah.2 Fungsi utama dari BMT itu sendiri
adalah:
a. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan
pengembangan usaha- usaha produktif dan investasi dalam
meninkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonomi.
b. Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infaq dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan
dan amanahnya.3
Keberadaan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) itu sendiri sangat menbantu
perekonomian ummat khususnya bagi masyarakat kalangan kecil dan mikro.
Karena BMT itu sendri khusus dibuat untuk membantu perekonomian
masyarakat dalam skala mikro. Selain itu juga LKMS BMT merupakan
ujung tombak dari penyaluran investasi bank syariah pada segmen
masyarakat paling bawah yang memliki kemampuan produktif.
2 Soemitra, Andri. Bank dan Lembaa Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, hlm.451 3
(13)
3
Dalam operasionalnya, BMT dapat menjalankan berbagai jenis kegiatan
usaha, baik yang berhubungan dengan keuanan maupun non keuagan. Jenis-
jenis usaha BMT yang berhubungan denan keuangan berupa menghimpun
dana, kegiatan pembiayaan/ kredit usaha kecil bawah (mikro) dan kecil .4
Di Indonesia sendri sampai dengan tahun 2012, bahwa perkembangan
usaha mikro kecil mencapai 99,39% termasuk didalamnya BMT. Dengan
perkembangan yang sangat pesat tersebut menunjukkan bahwa semakin
banyaknya nasabah yang menyimpan dananya ke LKMS ataupun BMT.
Semakin besar asset yang dimilki oleh BMT maka semakin besar pula
tangung jawab yang diberikan nasabah kepada BMT. Oleh karena itu BMT
harus berhati- hati dalam mengelola dana nasabah supaya tidak terjadi
sesuatu yang dapat merugikan nasabah. Sebagaimana bank, BMT adalah
perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah
sehingga risiko tidak mungkin tidak ada. Berbagai jenis ririko pasti akan
ditemui, seperti risiko pembiayaan, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategis dan lain- lain.
Ditambah dengan situasi yang tidak menentu, maka manajemen risiko sangat
diperlukan oleh BMT.
4NU Ria to Al A if. Le aga Keua ga “ya iah “uatu Kajia Teo itis P aktis . Ba du g: CV Pustaka Setia, 2012) hlm.331
(14)
4
Dalam menyalurkan pembiayaannya, BMT sangat rentan mengalami
risiko kerugian akibat adanya keterlambatan pembiayaan (kredit macet)
atapun adanya gagal bayar para nasabah, seperti pada pembiayaan
musyarakah, mudharabah, murabahah, ijaroh dan lain- lain. Risiko
pembiayaan atau risiko kredit merupakan sesuatu yang harus diperhatikann
baik- baik. Karen adalam pembiayaan ini banyak sekali para pihak yang
terkait, bukan hanya antara nasabah dengan BMT saja melainkan juga
dengan para shahibul mal. Seperti dalam pembiayaan musyarakah, bahwa
pembiayaan musyarakah adalah akad kerja sama antra dua orang atau lebih
dimana masing- masing menginvestasikan dananya untuk menjalanakan
usahanya. Sehingga dalam musyarakah ini banyak sekali para shahibul mal
yang terkait didalamnya. Oleh karena itu para shahibul mal akan menrima
setiap risiko yang ditemuinya.
Terkait dengan risiko, bahwa pemerintah telah mengatur didalam
peraturan pemerintah No. 17 Thun 2009. Batas maksimum risiko atau tingkat
Non Performing Finance (NPF) nya adalah sebesar 5%, oleh karena itu BMT
perlu berhati- hati dalam dalam menjalankan operasionalnya yaitu
menyalurkan berbagai pembiayaan kepada nasabah, supaya tidak terjadi
risiko yang tidak terlalu tinggi.
Oleh karena itu, proses maanjemen risiko merupakan suatu hal yang
(15)
5
bisnis. Struktur tatakelola manajemen risiko BMT yang kuat menjadi dasar
evaluasi keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian untuk
menghasilkan pendapatan yang besar, mengurangi potensi kredit (Non
Performin Loans), mengurangi fluktuasi pendapatan dan peningkatan nilai bagi pemegang saham.
Selain itu juga risiko yang akan ditemui BMT akan lebih besar
dibandingkan dengan risiko yang ditemui oleh bank. Hal ini karena cakupan
BMT yang hanya pada skala mikro dan belum adanya peraturan pemerintah
yang mengatur secara langsung tentang Baitu Mal wa Tamwil (BMT)
termasuk didalamnya yang mengatur tentang manajemen risiko.
Dengan melihat latarbelakang diatas, penulis bermaksud melakukan
penelitian skripsi dengan judul “ Strategi Manajemen Resiko Pembiayaan Musyarakah pada KSU BMT UMJ”.
B. Identifikasi masalah
Dalam penelitian ini, banyak sekali masalah yang akan ditemui.
Diantaranya bagaimana mengenai prosedur pengajuan pembiayaan, baik itu
pembiayaan musyarakah ataupun yang lainnya, kondisi dari BMT sendiri
(16)
6 C.Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Untuk lebih terarahnya penelitian ini dan menghindari terjadinya
penyimpangan pembahasan dari pokok permasalahan, maka perlu dibuat
pembatasan agar penulis lebih mudah dalam melakukan penelitian.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini hanya pada manajemen
resiko pembiayaan musyarakah di KSU BMT UMJ.
2. Perumusan masalah
Melihat dari latar belakang diatas, maka penulis merumuskan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana proses manajemen resiko pembiayaan musyarakah yang
diterapkan di KSU BMT UMJ?
2. Bagaimana strategi manajemen risiko pembiayaan musyarakah
berdasarkan hasil analisis SWOT?
D. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui proses manajement risiko pembiayaan musyarakah
(17)
7
b. Untuk mengetahui strategi manajemen risiko berdasarkan hasil
analisis SWOT
2. Manfaat penelitian
a. Bagi peneliti
Dapat memberikan wawasan lebih luas kepada penulis
mengenai manajement resiko pada BMT serta perbandingan
manajement resiko dari ke tiga BMT tersebut.
b. Bagi Baitul Mal wa Tamwil
Dapat menjadi bahan evaluasi dan kritik positif bagi BMT
sehingga bisa mengatasi setiapa resiko yang akan timbul dan
mendapatkan keuntungan yang tingi.
c. Bagi Akademisi
Dapat menjadi sumbangan ilmu yang berguna dan menambah
koleksi karya ilmiah dan menambah wawasan baru bagi akademisi.
E.Sitematika penulisan
Adapun penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
(18)
8
Yaitu meliputi latar belakang, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN
Membahas secara umum teori tentang risiko, jenis- jenis risiko,
manajemen risiko, risiko pembiayaan, pembiayaan musyarakah, studi
komparatif, serta rivew studi terdahulu.
BAB III : METODE PENELITIAAN
Berisi tentang beberapa sub bab diantaranya objek penelitian, jenis
penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, serta
metode analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang gambaran umum KSU BMT UMJ serta analisis hasil
pengolahan dan pembahasan.
BAB V : PENUTUP
(19)
9 BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
A.Landasan teori 1. Risiko
Risiko dapat diartikan sebagai suatu potensi terjadinya suatu peristiwa
(events) yang dapat menimbulkan kerugian. Menurut Woorkbook level 1 Global Association of Risk Professional- Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2005; A4) resiko didefinisikan sebagai “Chance of bad outcome”. Maksudnya resiko yaitu sebagai suatu kemungkinan akan terjadinya hasil
yang tidak diinginkan, yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak
diantisipasi serta tidak dikelola semestinya. Dengan demikian resiko harus
dihadapi dalam setiap aktivitas sehingga memberikan peluang untuk
memperoleh hasil yang diharapkan. Apabila suatu perusahaan sama sekali
tidak mau mengambil risiko, maka tidak ada peluang untuk memperoleh
hasil. Dengan konsep “High risk high return” perusahaan berani untuk mengambil resiko yan tinggi karena perusahaan tersebut yakin pula akan
mendapatkan keuntungan yang besar pula. Risko tersebut tidak harus selalu
dihindari tetapi bisa dikelola dengan baik.
Risko tersebut ada yang dinamakan dengan risko spekulatif dan ada yang
(20)
10
kemungkinan yaitu antara mendapatkan keutungan atau kerugian. Sedangan
risko murni, hanya terdapat satu kemungkinan yaitu mendapatkan kerugian.
2. Jenis- jenis risiko
Berdasrakan kegiatan usahanya, maka risiko tersebut mencakup:
a. Risiko kredit/ pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat keagalan pihak
lawan (counterparty) memenuhi kewajiban. Risiko pembiayaan dapat
bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan
(penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan
yang tercatat dalam banking book maupun trading book.5
Dalam hal ini, pembiayaan yang berbasis bagi hasil (mudharabah
dan musyarakah), risiko kredit adalah tidak terbayarnya kembali bagian BMT oleh pihak pengusaha (mudharib) ketika jatuh tempo. Hal tersebut
diakibatkan karena adanya kekurangan informasi dimana mereka tidak
mendapatkan informasi yang memadai mengenai profit perusahaan yang
sesungguhnya serta kurangnya pengawasan oleh pihak BMT.
5Ri ai, H. Veithzal. Iska i Fi
ance Management: Teori, Konsep dan Aplikasi: Panduan
P aktis u tuk Le aga Keua ga , Nasa ah, P aktisi da Mahasis a Jaka ta: PT. Raja G afi do
(21)
11
b. Risiko pasar
Risiko pasar adalah risiko kerugian yang dapat dialami bank melalui
portofolio yang dimilkinya sebagai akibat pergerakan variabel pasar yang
tidak menguntungkan. Variabel pasar yang dimaksud adalah suku bunga dan
nilai tukar.
c. Risiko likuiditas
Likuiditas secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk
dapat memenuhi kebutuhan dana (cash flow) dengan seera. Ketidak
mampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas ini bahkan bisa
mengakibatkan kebangkrutan.
Risiko likuiditas muncul manakala bank tidak mampu memenuhi
kebutuhan dana (cash flow) dengan segera untuk memenuhi dana yang
mendesak.
d. Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko akibat kurangnya (deficiencies) sistem
informasi atau system pengawasan internal yang akan menghasilkan
kerugian yang tidak diharapkan. Risiko ini mencakup kesalahan manusia
(human eror), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan prosedur dan control
(22)
12
e. Risiko hukum
Risiko hukum diakibatkan Karena adanya perbedaan karakteristrik akad
atau kontrak keuangan bank syariah menghadapi risiko yang berhubungan
dengan proses dokumentasi dan pelaksanaan hukum. Akibat tidak adanya
standar kontrak bagi instrument- instrument keuangan yang ada, bank
syariah harus menyiapkan hal ini berdasarkan pemahamnnya terhadap
syariah, undang- undang yang berlaku, dan sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan mereka sendiri. Langkah standarisasi kontrak disertai dengan
adanya kenyataan akan tidak adanya system peradilan untuk menyelesaikan
permasalahan yang berhubungan dengan pelaksanaan kontrak, telah
meningkatkan risiko hukum bagi bank syariah.6
f. Risiko reputasi
Risiko reputasi adalah risiko yang timbul akibat adanya publikasi
negative yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya
persepsi negative terhadap bank. Hal- hal yang sangat berpengaruh pada
reputasi bank antara lain: manajemen, pelayanan, ketaatan pada aturan,
kompetensi dan sebagainya.
6Kha , Ta i ullah da Ha i Ah ed. Ma aje e isiko Le aga Keua ga “ya iah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) h. 53
(23)
13
g. Risiko strategis
Risiko strategis timbul karena adanya penetapan dan pelaksanaa strategi
usaha bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap
perubahan- perubahan eksternal. Indikasi dari risiko strategis ini dapat dilihat
dari kegagalan bank dalam mencapai target bisnis yang telah ditetapkan.
h. Risiko kepatuhan
Risko kepatuhan timbul sebagai akibat tidak dipatuhinya atau tidak
dilaksanakannya peraturan- peraturan atau ketentuan- ketentuan yang berlaku
atau yang telah ditetapkan baik ketentuan internal maupun eksternal.
Ketentuan internal berkaitan dengan aturan- aturan tertentu yang merupakan
kebijakan yang ditetapkan manajemen, sedangkan ketentuan eksternal adalah
ketentuan yang ditetapkan pemerintah, otoritas moneter (Bank Indonesia)
dan Dewan Syariah Nasional MUI.
3. Manajemen risiko
Manajemen risio merupakan suatu usaha untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya kerugian. Manajemen risko merupakan suatu usaha
untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan resiko dalam setiap
(24)
14
efisiensi yang lebih tinggi.7 Menurut Safri Ayat, bawa manajemen resiko
adalah suatu cara, metode, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai
jenis resiko, bagaimana pula mengaturnya dan mengelola resiko tersebut
dengan tujuan agar terhindar dari resiko.8
Penerapn manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value,
memberikan gambaran kepada pengelola mengenai kemunkinan kerugian di
kemudian hari, meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan
yang sistematis yang didasarkan atas ketersedian informasi, digunakan
sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja, digunakan
untuk menilai risiko yang melekat pada instrument atau kegiatan usaha yang
relative kompleks serta menciptakan infrastruktur manajemen risiko yang
kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing.9
4. Proses manajemen risiko
Proses manajemen risiko merupakan tindakan dari seluruh entitas terkait
didalam organisasi. Tindakan yang berkesinambungan yang dilakukan
sejalan dengan definisi manajemen risiko yang telah ditentukan yaitu:
identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menentukan solusi, serta
melakukan monitor dan pelaporan risiko.
7
Darmawi, Herman. Ma aje e Risiko (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013), hlm.17 8
Safri Ayat, Ma aje e Resiko (Jakarta: Gema Insani Akastri, 2003), hlm.1 9Ri ai, H. Veithzal. Iska i Fi a e Ma age e t: Teo i, Ko sep da Ap
likasi: Panduan
P aktis u tuk Le aga Keua ga , Nasa ah, P aktisi da Mahasis a Jaka ta: PT. Raja G afi do
(25)
15
a. Identifikasi dan pemetaan risiko
Proses identifikasi tersebut meliputi:
1) Menetapkan kerangka kerja untuk implementasi strategi resiko
secara keseluruhan.
2) Menentukan definisi kerugian.
3) Menyusun dan melakukan implementasi mekanisme
pengumpulan data.
4) Membuat pemetaan kerugian ke dalam kategori resiko yang
dapat diterima dan tidak dapat diterima.
b. Kuantifikasi/ menilai/ melakukan peringkat risiko
1) Aplikasi teknik permodelan dalam mengukur risiko
2) Perluasan dengan memanfaatkan tolok ukur (bencmarking),
permodelan (modeling), dan peramalan (forecasting) yang
berasal dari luar organisasi/ eksternal. Sumber eksternal yang
dimaksud berasal dari praktik- praktik terbaik yang telah
dilakukan didalam industry (best practices).
c. Menegaskan profil risiko dan rencana manajemen risiko
1) Identifikasi selera risiko organisasi (risk appetite), apakah
manajemen secara umum terdiri dari:
a) Penghindar risiko (risk averter)
(26)
16
c) Pencari risiko (risk seeker).
2) Identifikasi visi stratejik (strategic vision) dari organisasi,
apakah organisasi berada dalam visi:
a) Agresif yang terobsesi untuk mengejar peningkatan
volume usaha serta keuntungan sebesar- besarnya untuk
mendukung pertumbuhan; atau
b) Konservatif yang ingin menjaga kelangsungan usaha pada
situasi aman dengan volume usaha dan keuntungan yang
stabil.
d. Solusi risiko/ implementasi tindakan terhadap risiko
1) Hindari (avoidance): keputusan yang diambil adalah tidak
melakukan aktivitas yang dimaksud.
2) Alihkan (transfer): membagi risiko dengan pihak lain.
Konsekuensinya terdapat biaya yang harus dikeluarkan atau
berbagi keuntungan yang diperoleh.
3) Mitigasi risiko (mitigate risk): menerima risiko pada tingkat
tertentu dengan melakukan tindakan untuk mitigasi risiko
melalui peningkatan control, jualitas proses, serta aturan yang
jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya.
4) Menahan risiko residual (retention of residual risk): menerima
(27)
17
e. Pemantauan dan pengkinian/ kaji ulang risiko dan control
1) Seluruh entitas organisasi harus yakin bahwa strategi manajemen
risiko telah diimplementasikan dan berjalan dengan baik.
2) Lakukan pengkinian dengan mengevaluasi dan menindak lanjuti
hasil evaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko
yang terintegrasi kedalam strategi risiko10
Gambar 2.1 proses manajemen risiko11
10Id oes, Fe y N. Ma aje e Resiko Pe a ka : Pe aha a Pe dekata Pila Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi dan Pelaksa aa ya di I do esia Jaka ta: PT. Raja G afi do Persada, 2008), hlm. 8
11 Ibid. .7
Identifikasi & pemetaan risiko
Kuantifikasi/ menilai/ peringkat risiko
Menegaskan profil risiko/ rencana manajemen risiko Solusi risiko,
implementasi, tindakan mitigasi
Pemantauan & pengkinian/ kaji ulang risiko dan
(28)
18 5. Risiko Pembiayaan/ Kredit
Resiko pembiayaan atau kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh
kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atau
investasi yang sedang dilakukannya.12 Hal ini terjadi sebagai akibat dari
terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi
karena dituntuk untuk memanfaatkan kelebihan likuiditasnya sehingga
penilaina kredit menjadi kurang cermat dalam mengantisipasi berbagai
kemungkinan resiko untuk usaha yang dibiayainya.13
Factor yang mempengaruhi timbulnya resiko kredit:
a. Karakteristrik resiko kredit yang secara umum melekat pada
pembiayaan syariah
b. Karakteristrik resiko yang secara khusus melekat pada model
pembiayaan syariah yang relative berbeda
c. Akurasi dalam menghitung kemungkinan kerugian kredit
d. Ketersediaan teknik mitigasi resiko.
Proses mitigasi risiko kredit meliputi perhitungan dan usaha untuk
memperkecil kerugian kredit. Perhitungan atas kerugian kredit, memerlukan
12
Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bnak Syariah, (Jakarta: Azkia Publisher, 2009) h.263 13
Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah ,
http://hndwibowo.blogspot.com/2008/06/ manajemen risiko bank syariah.html, di kutip pada 20/05/2011.
(29)
19
perhitungan atas kemungkinan debitur mengalami gagal bayar (probability of
default- PD), waktu jatuh tempo fasilitas kredit, kerugian yan akan diderita bank jika debitur benar- benar gagal bayar (loss given default- LGD),
besarnya eksposur debitur pada saat terjadi gagal bayar (exposure at default-
EAD), serta sensitivitas nilai asset terhadap risiko sistematis dan
nonsitematis. 14
Dalam upaya untuk mengurangi atau membatasi risiko kredit, pembuat
kebijakan member perhatian khusus pada tiga hal: eksposur terhadap satu
pelanggan, pendanaan pihak terkait, dan eksposur berlebihan ke suatu daerah
geografis atau sector perekonomian.15
Prinsip IFSB16 mengenai risiko kredit:
a. Prinsip 2.1 [Lembaga Keuangan Syaria] harus memilki strategi untuk
pendanaan, menggunakan berbagai instrument- instrument syariah
sesuai dengan syariat, dimana potensi eksposur kredit yang mungkin
timbul pada tahap- tahap yang berbeda dalam berbagai perjanjian
pendanaan diakui.
14Kha , Ta i ullah. Ma ajje e Risiko: Le aga Keua ga “ya iah Jaka ta: Bu i Aksa a, 2008) hlm.141
15He ie a G eu i g, )a i I al A alisis Risiko Pe a ka “ya iah Jaka ta: “ale a Empat, 2011) h.116- 117
16
(30)
20
b. Prinsip 2.2 [Lembaga Keuangan Syariah] harus melaksanakan
tinjauan due diligence mengenai pihak rekanan sebelum menentukan
pilihan instrument keuangan syariah yang sesuai.
c. Prinsip 2.3 [Lembaga Keuangan Syariah] harus memiliki metodologi
yang tepat untuk mengukur dan melakukan eksposur risiko kredit
yang timbul dalam setiap instrument pendanaan syariah.
d. Prinsip 2.4 [Lembaga Keuangan Syariah] harus memilki teknik
mitigasi risiko sesuai syariat yang tepat untuk setiap instrument
pendanaan syariah.17
6. Pembiayaan musyarakah
Al musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi
dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 18
Landasan hukum:
a. Al- Quran
... ثلثلا يف ءاكرش م ف
: ءاس لا( 21 )
17
Ibid. h.117
18Muha ad “yafi’I A to io, Ba k “ya iah da i Teo i ke P aktek Jaka ta: Ge a I sa i, 2001) h.90
(31)
21
“… maka mereka berserikat pada sepertiga….” (QS. An- nisa:12) b. Al- Hadits
َينننِْ َأنننع
ا ننن ا َأننن ي َمنننل انننُ أَاَْيرنننوَلا ثنننلاْ انننواا ََ نننني ل وُا َانننا نننُفَ ررنننَير
) مَاْحَلا د دَ ْا ا َ( ب اص
Dari Abu Hurairah, Rasullah Saw. bersabda, “Sesunguhnya Allah
Azza wa Jalla berfirman, “Aku pihak ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah satunya tidak menghianati lainnya.”(HR. Abu Dawud dan Hakim)
c. Ijma’
Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al- mughni, telah berkata, “Kaum muslimin telah berkonsensus terhadap legitimasi musyarakah secara
global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen
darinya.”
Ketentuan umum pembiayaan musyarakah:
a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah
dan dikelola bersama- sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta
dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana
proyek. Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek
musyarakah dan tidak boleh melakukan tindakan seperti:
(32)
22
2) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin
pemilik modal lainnya
3) Member pinjaman kepada pihak lain
4) Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau
digantikan oleh pihak lain
5) Setiap pemilik modal diangap mengakhiri kerjasama apabila:
menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia dan menjadi
tidak cakap hukum.
a) Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu
proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai
porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan
porsi kontribusi modal.
b) Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.
Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.19
Risiko yang terdapat dalam musyarakah, terutama pada penerapannya
dalam pembiayaan, relative tinggi yaitu sebagai berikut:
a. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan yang seperti
disebut dalam kontrak
19 Adiwarman karim,
Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007) h.102- 103
(33)
23
b. Lalai dan kesalahan yang disengaja
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak
jujur.20
Gambar 2.2 Skema Al Musyarakah21
B. Review studi terdahulu
1. Skripsi S1 yang ditulis oleh Adnan Habib, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 tentang “Penerapan Manajemen Resiko Pada Pembiayaan Musyarakah Mutanaqishah di
Bank Muamalat Indonesia” bahwa penerapan manajement resiko yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia merupakan penerapan dari
20
Ibid. h.94
21Muha ad “yafi’I A to io, Ba k “ya iah da i Teo i ke P aktek Jaka ta: Ge a I sa i, 2001) h.94
Lembaga keuangan syariah nasabah
Proyek usaha
Keuntungan
Bagi hasil keuntungan sesuai porsi kontribusi modal (nisbah)
(34)
24
kelima fungsi manajement yakni: identifikasi resiko, mengukur resiko,
memantau dan melaporkan resiko, mengendalikan resiko, mengawasi
mengaudit dan menyelaraskan dengan evaluasi yang menyeluruh atas
fungsi, dan proses manajement resiko yan telah dilaksanakan.
2. Skripsi S1 yang ditulis oleh Muhammad Lutfi Rifaldi, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013 tentang
“Strategi Bank Syariah Mandiri Cabang Mayestik dalam Meminimalisasi Resiko Pembiayaan Murabahah Bermasalah” bahwa dalam menjalankan manajement resiko BSM cabang Mayestik
memilki pengendalian internal.
3. Muhammad Ismail Fahmi, STIE Perbanas Surabaya, 2012 tentang
“Risiko Akad Murabahah pada Koperasi Keuangan Jasa Syariah BTM Mulia” bahwa resiko yang pernah dialami oleh KJKS BTM Mulia adalah resiko pembayaran, resiko barang dan resiko agunan.22
4. Dita Nuraprianti, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, “Manajemen Risiko Terhadap Pemilikan Rumah (Studi Komparatif di Bank BTN Syariah dan Bank BNI Syariah)” bahwa nominal pembiayaan yang diberikan BNI Syariah lebih banyak
dibandingkan dengan bank BTN Syariah, akan tetapi nilai pembiayaan
bank BTN Syariah tidak berdampak signifikan terhadap NPFnya.
22
(35)
25
Dalam penelitian ini terlihat perbedaan yang sangat mendasar antara
peneliti- peneliti terdahulu dengan peneliti yang dilakukan yaitu pada segi
jenis pembiayaannya. Kalau penelitian terdahulu manjemen risiko yang
diterapkan pada pembiayaan kepemilikan rumah pada Bank Syariah,
sementara yang peneliti lakukan adalah manajemen risiko pada pembiayaan
(36)
26 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Ruang lingkup penelitian 1. Jenis penelitian
Dalam penelitian ini, merupakan jenis peneliatian kualitatif- kuantitaif.
Bodgan dan Taylor (1975: 5) mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.23
Penelitian kualitatif merupakan proses penelitian yang
berkesinambungan sehingga tahap pengumpulan data, pengolahan data dan
analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian.24
Diphak lain, penelitian kualitatif sering menggunakan data kuantitatif,
namun yang sering terjadi pada umumnya tidak menggunakan analisis
kuantitatif bersama- sama. Pendapat ini sama dengan apa yang dikemukakan
oleh Glaser dan Strauss (1980, h. 18), yaitu bahwa dalam banyak hal, kedua
bentuk data tersebut diperlukan, bukan kuantitatif mengkaji kualitatif,
melainkan kedua bentuk tersebut digunakan bersama dan, apabila
23
Baso i da “u a di Me aha i Pe elitia Kualitatif Jaka ta: Ri eka Cipta, 8 h.
24Bago g “uya to da “uti ah Metode Pe elitia “osial: Be agai Alte atif Pe dekata (Jakarta: Kencana, 2011) h.172
(37)
27
dibandingkan, masing- masing dapat digunakan untuk keperluan menyusun
teori.25
2. Sumber data
a. Data primer
Yaitu informasi dan data yang diperoleh penulis secara langsung dari
tempat penelitian atau objek penelitian. Data ini diperoleh dari hasil
wawancara dengan narasumber.
b. Data sekunder
Data sekunder berupa data- data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau
mendengarkannya.26 Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data
yang telah diolah oleh pihak BMT itu sendiri berupara laporan keuangan dari
tahun 2010- 2012.
2525 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) h. 22 26
(38)
28 3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengumpulan
datanya adalah melaului:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua piak,
yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/ pemberi pertanyaan
dan yang diwawancarai (interviewee) sebagi pemberi jawaban atas
pertanyaan itu.27 Dalam hal ini wawancara dilakukan dengan bagian
manjer pemasaran di KSU BMT UMJ, sehingga bisa mengetahui
langsung proses manajemen risiko pembiayaan musyarakah di BMT.
b. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan- catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah
dan bukan berdasarkan perkiraan.28 Data yang diperoleh dari metode
ini berupa cuplikan, kutipan, atau penggalan- penggalan dari catatan-
catatan organisasi29, laporan keuangan BMT dan studi pustaka.
27
Basrowi, Suwandi, Memeami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) h. 127 28
Ibid.h. 158
29 Bagong Suyanto dan Sutinah,
Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. (Jakarta: Kencana, 2011) h. 186
(39)
29
c. Kuesioner atau angket
Menurut Arikunto (2006: 151) “Angket adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadi atau hal- hal yang ia ketahui”. Sedangakan menurut Sugiyono (2008: 199) “Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member
seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden
untuk dijawab”.30
4. Teknik pengolahan data
Dalam pengolahan data kualitatif, teknik pengolahan data dimulai
dengan melakukan pengkodean data, untuk selanjutnya dilakukan
kategorisasi melalui lembar kertas bantu (card short). Sedangkan dalam
pengolahan data kuantitatif, teknik pengolahan data dilakukan secara
manual.31
5. Objek penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah proses manjemen risiko
pada pembiayaan musyarkah di KSU BMT UMJ.
30
Artikel dari http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html, diakses pada 5 April 2014
31
(40)
30 6. Metode analisis
Setelah data- data yang diperlukan untuk penelitian terkumpul, lalu
dilaksanakan pengolahan data dari hasil wawancara dan kuesioner. Analisis
merupakan suatu proses yang dapat memberi makna pada data dalam
memecahkan permasalahan penelitian dengan memperlihatkan hubungan-
hubungan antara fenomena yang kemudian dibuat penafsiran- penafsiran
terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi. Tahapan analisis yang
digunakana ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dan analisis
SWOT.
Tahap analisis SWOT adalah memanfaatkan semua data dan informasi
dalam model- model kuantitatif perumusan strategi. Analisis SWOT terlebih
dahulu dilakukan pencermatan (scaning) yang pada hakekatnya merupakan
pendataan dan pengidentifikasian sebagai pra analisis. Model- model yang
digunakan dalam analisis SWOT antara lain sebagai berikut:
1. IFAS- EFAS (internal- eksternal strategic factor analysis summary)
Adalah melakukan analisis atas lingkungan internal (IFAS) BMT
adalah untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan (strength)
dan kelemahan (weaknes), dan lingkungan eksternal (EFAS) BMT,
yang dianalisis untuk mengetahui peluang (opportunity) dan ancaman
(41)
31
factor tersebut dapat mempengaruhi kinerja dan operasional BMT
dimasa yang akan datang.
Berikut adalah tahapan pembuatan tabel IFAS:
a) Tentukan factor- factor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
b) Beri bobot masing- masing factor tersebut dengan skala mulai dari 1,0
(paling penting) sampai 0.0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh
factor- factor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.
c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing- masing factor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel
yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai
dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata- rata
industry atau dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat
negative, kebalikannya.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memeperoleh factor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa
skor pembobotan untuk masing- masing factor yang nilainya
(42)
32
e) Gunakan kolom 5 untuk memeberikan komentar atau catatan mengapa
factor- factor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap factor-
factor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industry yang sama.
Tahapan pembuatan tabel EFAS:
a) Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).
b) Beri bobot masing- masing factor dalam kolom 2, mulai dari 1,0
(sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Factor- factor
tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap factor
strategis.
c) Hitung ruang (kolom 3) untuk masing- masing factor dengan
memberikan skala mulai 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh factor tersebut terhadap kondisi perusahaan
yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk factor peluang
bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi
jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian rating ancaman
(43)
33
ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit,
ratingnya 4.
d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk
memperoleh factor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
pembobotan untuk masing- masing factor yang nilainya bervariasi
mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).
e) Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa
factor- factor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya
dihitung.
f) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total
skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini
menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap factor-
factor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk
membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam
kelompok industry yang sama.
2. Matrik SWOT
Matrik SWOT adalah matrik yang menginteraksikan factor strategis
internal dan eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat
(44)
34
Hasil dari interaksi factor strategis internal dengan eksternal
menghasilkan alternative- alternative strategi. Matrik SWOT
menggambarkan berbagai alternative strategi yang dapat dilakukan
didasarkan hasil analisis SWOT. Alternative tersebut dapat berupa strategi
SO, strategi ST, strategi WO, dan strategi WT.
Tabel 3.1 Matrik SWOT
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan 5- 10 faktor- factor
kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5- 10 faktor- factor
kelemahan
internal
OPPORTUNIES (O)
Tentukan 5- 10 faktor peluang
eksternal
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
TREATHS (T)
Tentukan 5- 10 faktor ancaman
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
STRATEGI WT
Ciptakan strategi yang
(45)
35
eksternal untuk mengatasi
ancaman
kelemahan dan
menghindari ancaman
Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar- besarnya.
Strategi ST: ini adalah strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
Strategi WO: strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT: strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.32
32F eddy Ra gkuti A alisis “WOT: Tek ik Me edah Kasus Bis is Jaka ta: G a edia Pustaka Utama, 1997) h.32
(46)
36 BAB IV
ANALISA MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
A.Gambaran umum KSU BMT UMJ
Koperasi Serba Usaha Baitu Mal wa Tamwil Universitas
Muhammadiyah Jakarta (KSU BMT UMJ) didirikan dengan diawalinya
rapat pembentukan oleh 36 orang sekitar awal april 2008. Selanjutnya akta
pendirian Koperasi BMT UMJ Nomor 69 diterbitkan tanggal 14 april 2008
oleh Notaris yang ditunjuk Kementrian Koperasi dan UKM, H. Rizul
Sudarmadi, SH. Setelah itu Kementrian Koperasi dan UKM, pada tanggal 6
juni 2008 mengesahkan Akta Pendirian dan sekaligus memberikan nomor
badan hukum: 770/BH/Meneg/I/VI/2008.
Adapun produk- produk yang terdapat di KSU BMT UMJ antara lain:
1. Penyaluran dana
a. Pembiayaan mudharabah
b. Pembiayaan musyarakah
c. Piutang murabahah
d. Piutang ijarah
2. Penghimpunan dana
a. Tabungan Manfaat Penuh Berkah (Makkah)
(47)
37
c. Tabungan Wadiah BMT (Tawakal)
3. Prinsip bagi hasil
a. Simpanan masa depan (Simapan)
b. Simpanan pendidikan putra putri (sapitri)
Modal yang dimiliki oleh KSU BMT UMJ dalam tiga tahun terakhir
ini (2010- 2012) yaitu: pada tahun 2010 sebesar Rp 170.274.381,50 pada
tahun 2011 sebesar Rp 202.254.708,18 dan pada tahun 2012 sebesar Rp
279.264.005,39
Grafik 4.1
Ket. Pertumbuhan modal
Dengan melihat dari grafik tersebut, dapat disimpulkan bahwa modal
yang dimilki oleh KSU BMT UMJ dalam setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang sangat bagus.
Selain modal yang dimiliki oleh KSU BMT UMJ, asset yang dimiliki
yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 631.588.239,66 pada tahun 2011 sebesar
Rp 1.200.511.422,27 dan pada tahun 2012 sebesar Rp 1.391.339.347,83. 0
50000000 100000000 150000000 200000000 250000000 300000000
1 2 3
TAHUN MODAL
(48)
38
Grafik 4.2
Ket. Pertumbuhan aset
Selain modal yang terus mengalami peningkatan, asset yang
dimilikipun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya.
Salah satu kegiatan dari BMT itu sendiri adalah menghimpun dana
dari masyarakat baik berupa tabungan maupun deposito. Dana yang
terhimpun tersebut dinamakan sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK) yang akan
disalurkan dalam berbagai pembiayaan kepada nasabah lain yang
membutuhkannya. Perolehan Dana Pihak ketiga pada tahun 2010 adalah
sebesar Rp 334.900.367,31 pada tahun 2011 sebesar Rp 432.741.154,81 dan
pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 590.943.102,48. 0
500000000 1E+09 1.5E+09
1 2 3
ASSET TAHUN
(49)
39
Grafik 4.3
Ket. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) pun mengalami peningkatan
dari tahun ketahunnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingak kepercayaan
yang diberikan nasabah kepada pihak BMT semakin besar. Sehingga
nasabah lebih menginvestasikan harta yang dimilikinya ke KSU BMT UMJ.
Dalam menyalurkan pembiayaannya, KSU BMT UMJ
menyalurkannya dalam pembiayaan murabahah, mudharabah, musyarakah,
ijarah dan qradh.
Tabel 4.1 Total Pembiayaan
TAHUN 2010 2011 2012
PEMBIAYAAN
MUDHARABAH 130,000,000.00 129,395,000.00 184,895,000
PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH 3,500,000.00 - -
PEMBIAYAAN
MURABAHAH 350,726,631.00 766,312,193.00 908,001,391
0 500000000 1E+09 1.5E+09
1 2 3
TAHUN DPK
(50)
40
QARDH 7,830,662.00 6,563,547.00 284,479,017
Sumber: laporan keuangan KSU BMT UMJ tahun 2010- 2012
Dari table diatas dapat dilihat bahwa: untuk pembiayaan mudharabah,
pada tahun 2011 mengalami penurunan dan di taun 2012, KSU BMT UMJ
bisa meningkatkan kembali pembiayaan mudharabahnya. Untuk pembiayaan
musyarakah mengalami penurunan di tahun 2011 dan tahun 2012, sehingga
untuk total pencatatan keuangannyapun, musyarakah digabungkan dengan
pembiayaan mudaharabah. Untuk pembiayaan murabahah, dari tahun 2010-
2012 mengalami peningkatan yang sangat besar. Dan untuk pembiayaan
qardh, pada tahun 2011 mengalami penurunan dari Rp 7.830.662 menjadi Rp
6.563.547 dan meningkat lagi di tahun 2012 menjadi 28.479.017,-.
Adapun perolehan pendapatan dari srtiap kegiatan operasionalnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Total Pendapatan Operasional
TAHUN 2010 2011 2012
MURABAHAH DAN
IJARAH 129,940,393.00 249,425,922.00 331,226,917.00
MUDHARABAH 38,728,500.00 35,072,600.00 3,475,000.00
MUSYARAKAH 5,117,146.00 407,000.00 -
Sumber: lapran keuangan KSU BMT UMJ tahun 2010- 2013
Dari table diatas dapat dilihat bahwa total pendapat yang diperoleh
(51)
41
mengalami peningkatan. Untuk pembiayaan mudharabah dari tahun 2010 ke
tahun 2011 mengalami penurunan sebesar Rp 3.655.900,- dan di tahun 2012
juga mengalami penurunan sebesar Rp 180.900,-. Dan untuk total
pendapatan dari pembiayaan musyarkah dari tahun 2010 ke tahun 2011
mengalami penurunan sebesar Rp 4.710.146,-.
Untuk perolehan Financing to Deposit Ratio (DER) di KSU BMT
UMJ dengan membandingkan antara total loans atau total pembiayaan
dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berupa tabungan, deposito dan giro
dalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Financing to Deposit Ratio (FDR)
TAHUN FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR)
2010 136,14%
2011 190,27%
2012 169,89%
Sumber: laporan keuangan tahun 2010- 2012
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perolehan Financing to
Deposit Ratio (FDR) pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 190,27%. Namun pada tahun 2012, FDR mengalami penurunan menjadi
(52)
42
Perolehan Net Profit Margin (NPM) KSU BMT UMJ dengan
membandingkan antara net income dengan operating income adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Net Profit Margin (NPM)
TAHUN NET PROFIT MARGIN (NPM)
2010 24,53%
2011 54,19%
2012 21,61%
Sumber: laporan keuangan tahun 2010- 2012
Dari tabel tersebut dapat dilahat perkembangan perolehan Net Profit
Margin KSU BMT UMJ. Pada tahun 2011, memperolehan NPM mengalami peningkatan menjadi 54,19%. Akan tetapi pada tahun 2012, NPM yang
diperoleh mengalami penurunan menjadi 21,61%.
Selain itu juga, perolehan Debt to Equity Ratio (DER) KSU BMT
UMJ, yaitu dengan membandingkan antara total utang dengan total equita
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio (DER)
TAHUN DEBT TO EQUITY RATIO (DER)
(53)
43
2011 2,33
2012 2,30
Sumber: laporan keuangan 2010- 2012
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa perolehan DER KSU BMT
UMJ pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 2,33 rupiah. Akan
tetapi, pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 2,30 rupiah.
Dan perolehan Non Performing Finance (NPF) KSU BMT UMJ pada
tahun 2011 adalah sebesar 9,28% dan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan menjadi 11,63%
B.Manajemen risiko pembiayaan musyarakah
Risiko pembiayaan muncul ketika nasabah tidak dapat mengembalikan
kembalikan kembali cicilan pokok atapun tambahannya kepada pihak BMT.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap munculnya risiko
pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Adanya ketidak terbukaan antara nasabah dengan pihak BMT itu
sendiri mengenai besarnya pendapatan yang diperoleh oleh nasabah
2. Tidak ada pencatatan laporan keuangan mengenai besarnya
pendapatan yang diperoleh oleh nasabah, sehingga menyulitkan pihak
(54)
44
dilakukan atau bagi hasil yang diberikan kepada pihak shahibul mal
atau BMT.
3. Ketidak mampuan dalam pencatatan keuangan mengenai pemisahan
antara uang keuangan keluarga atau pribadi dengan keuangan usaha
dan menjadikan kendala bagi penetapan jumlah persentase yang
seharusnya dibagikan.
Adapun proses manajemen risiko pembiayaan di KSU BMT UMJ antara
lain:
1. Identifikasi
Mengenali jenis usaha yang sedang dilakukan oleh nasabah, selain itu
juga melibatkan pihak lain untuk memperoleh informasi lebih banyak
lagi tentang ekadaan si nasabah.
2. Kuantifikasi/ menilai/ melakukan peringkat risiko
Dalam proses ini, hal yang dilakukan adalah mengukur sampai
sejauha mana risiko yang dialami.
3. Solusi risiko
Risiko pembiayaan masih tetap diterima, dan pihak BMT masih bisa
dalam mengatasi risiko yang terjadi.
4. Pemantauan dan kaji ulang risiko
Mengevaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko
(55)
45
Adapun metode yang digunakan dalam proses analisis risiko
pembiayaan ini adalah menggunakan prinsip 5C yaitu character, capacity,
capital, collateral dan conditions. Akan tetapi di KSU BMT UMJ ini yang paling pentingnya adalah character dan capacity. Karena character dan
capacity ini merupakan hal yang terpenting dalam menjalankan suatu usaha.
Dari character dan capacity ini bisa dilihat keadaan si nasabah yang akan
diberikan pembiayaan.
Adapun cara mengatasi risiko pembiayaan musyarakah di KSU BMT
UMJ antara lain:
1. Monitoring
Mengetahui atau mengenali jenis pembayaran yang dilakukan oleh
nasabah, seperti pembayaran secara mingguan atau bulanan.
2. Rescheduling
Adanya penjadwalan ulang dalam pembayaran dikarenakan adanya
kegagalan usaha yang dialami oleh nasabah.
3. Refinancing
Refinancing ini dilakukan karena nasabah yang sedang menjalankan
usaha mengalami potensi yang baik dalam menjalankan usahanya,
sehingga pihak BMT terus mensupport untuk memperbaiki usahanya
(56)
46
4. Negosiasi
Negosiasi ini dilakukan, jika pihak nasabah sudah tidak bisa
membayar sama sekali cicilannya setelah rescheduling dan
refinancing dilakukan. Negosiasi ini merupakan jalan tengah yang
dulakukan oleh pihak nasabah dengan pihak BMT, yaitu supaya
nasabah bisa mengembalikan cicilan pokoknya saja tanpa ada
tambahannya.
Selain dari cara tersebut diatas, untuk mengatasi terjadinya risko,
KSU BMT UMJ memiliki adanya cadangan kas atau yang disebut dengan
CPP/ PPAP. CPP ini dihitung dari persentase jumlah pembiayaan. Seperti
untuk pembiayaan 1jt misalnya 1,5% digunakan untuk CPP. Atau ada yang
dihitung dari angsuran pembiayaan perbulan, umpanya dari pembiayaan
tersebut disisihkan 1jt untuk CPP.
C.Analisis SWOT
Dan untuk melegnkapi penelitian yang beehubungan dengan strategi
manajemen risiko pembiayaan musyarakah di KSU BMT UMJ, penulis
mengenalisis berdasarkan analisis SWOT untuk mlihat strategi KSU BMT
UMJ dalam mengatasi risiko pembiayaan musyarakah.
1. Kekuatan (strength)
a. BMT selalu melayani kebutuhan nasabah dengan berbagai produk
(57)
47
Kebutuhan nasabah yang semakin meningkat dan beragam,
menjadikan BMT menyediakan berbagai kebutuhan yang
dibutuhkan oleh nasabah sehingga segala kebutuhan nasabah dapat
terpenuhi. Dan sebagai salah satu fungsi dari BMT itu sendiri
adalah melayani berbagai kebutuhan nasabah atau sebagai lembaga
yang menyediakan jasa keuangan.
b. BMT selalu menyeleksi, mengukur dan menilai permintaan nasabah
Sebagai lembaga keuangan yang menerapkan prinsip kehati- hatian,
maka setiap pembiayaan yang diajaukan oleh nasabah, tidak
langsung disetujui begitu saja, melainkan adanya tahap
penyeleksian dan pengukuran dari setiap pembiayaan yang diajukan
oleh nasabah. Sehingga BMT tidak semabarangan memberikan
pembiayaan yang bisa mengurangi timbulnya risiko.
c. BMT selalu membina hubungan langsung dengan nasabah
Sebagai lembaga keunagan yang selalu melayani nasabahnya, maka
hubungan antara nasabah dengan BMT pun selalu dibina dengan
baik. Karena antra BMT dengan nasabah harus ada keterbukaan
mengenai usaha yang sedang dijalani. Sehingga tidak ada lagi yang
bisa ditutupi baik dari jenis usaha ataupun pendapatan yang
diperoleh nasabah.
d. Adanya komunikasi antara karyawan dengan direktur operasional
(58)
48
Kesuksesan suatu bisnis bukan hanya diraih karena adanya
hubungan yang baik dengan para nasabahnya saja, melainkan
adanya hubungan yang baik dengan sesame karyawan, direktur dan
yang lainnya. Karena keberlangsungan suatu usaha tergantung dari
pihak yang mengelolanya.
e. BMT memiliki target dalam pembiayaan
Dalam menjalankan operasionalnya, BMT selalu membuat target
pembiayaaan yang harus dicapai dalam tiap periodenya. Adanya
target dalam pembiayaan tersebut supaya keuntungan yang akan
diperolehnya meningkat dari tiap periodenya.
f. Diadakannya evaluasi atas kinerja karyawan
Evaluasi kerja merupakan hal terpenting dalam menjalankan usaha,
kerena dengan evaluasi kerja dapat dilihat kekurangan dan
kelebihan dari setiap kegiatan. Sehingga segala kekurangannya
dapat segera diperbaiki.
2. Kelemahan (weaknesses)
a. Pelatihan bagi karyawan
Untuk meningkatkan kinerja karyawan, maka pelatihan tersebut
menjadi sesuatu penting yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Selain itu juga dengan munculnya berbagai produk yang beragam,
menunntut adanya skill yang lebih baik lagi.
(59)
49
Pemberian job description atas tugas masing- masing karyawan
memberikan penjelasan tentang apa saja yang seharusnya
dikerjakan oleh setiap karyawan sehingga tidak ada lagi yang tidak
mengetahui apa saja yang seharusnya dikerjakan.
c. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memenuhi tingkat kerja
Kemampuan atau skill yang dimiliki oleh setiap SDM (Sumber Daya
Manusi) sesuai dengan bidangnya dapat meningkatkan kualitas
perusahaan dan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
d. Undang- Undang yang mengatur langsung tentang BMT
Dengan diberlakukannya Undang- Undang yang mengatur tentang
Baitul Mal wa Tamwil menjadikan BMT lebih terarah lagi dalam
menjalankan segala operasionalnya dan tidak mengacu lagi kepada
UU Perkoperasian.
TABEL IFAS33
FAKTOR- FAKTOR STRATEGI
INTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X
RATING
KEKUATAN:
1. BMT selalu melayani
kebutuhan nasabah dengan
0.11 4 0.44
33 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary)= factor- factor strategi internal suatu perusahaan
(60)
50
berbagai produk yang
bermacam- macam
2. BMT selalu menyeleksi,
mengukur dan menilai
permintaan nasabah
3. BMT selalu membina
hubungan langsung dengan
nasabah
4. Adanya kominikasi antar
karyawan dengan Direktur
Operasional dan DPS
5. BMT memiliki target dalam
pembiayaan. Dan
pembiayaan musyarakah
lebih banyak digunakan
6. Diadakannya evaluasi atas
kinerja karyawan 0.1 0.11 0.11 0.08 0.11 4 4 4 3 3 0.44 0.44 0.44 0.24 0.33 KELEMAHAN:
(61)
51
1. Diadakannya pelatihan bagi
karyawan
2. Dilaksanakannya sosialisasi
job description atas tugas
masing- masing karyawan
3. SDM yang ada memenuhi
tingkat kerja
4. UU yang mengatur langsung
tentang BMT
0.09
0.10
0.10
0.10
1
1
2
2
0.09
0.10
0.20
0.20
TOTAL 1.00 28 2.82
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari sisi kekuatan yang dimiliki
oleh BMT, dengan perolehan rating terbesar menunjukkan bahwa factor
pelayanan, produk yang beragam dan jalinan yang baik dengan nasabah
menjadikan factor kekuatan yang dimili oleh BMT. Sementara dari segi
kelemahannya BMT perlu perlu meningkatkan kinerja karyawan yang lebih
baik lagi.
3. Peluang (opportunies)
a. Nasabah memberikan masukan dan usulan kepada Baitul Mal wa
(62)
52
Dalam mencapai kesuksesan suatu usaha, bukan hanya dipengaruhi
oleh factor internal saja, melainkan juga factor eksternal. Salah satu
factor eksternalnya adalah nasabah. Segala masukan dan usulan yang
diberikan nasabah, dapat mengevaluasi segala kegiatan Baitul Mal wa
Tamwil (BMT) dan bisa memperbaiki segala kekurangannya. b. Meningkatnya kebutuhan nasabah yang beragam
Konsep ekonomi yang menyatakan bahwa “kebutuhan manusia tidak
ada batasnya” menjadikan dasar bagi BMT untuk selalu melayani kebutuhan nasabah dengan menyediakan berbagai produk yang
beragam.
c. Letak Baitul Mal wa Tamwil yang sangat strategis ditengah
masyarakat
Ligkungan yang sangat strategis menjadi salah satu factor dalam
keberhasilan BMT dan yang menjadi sasaran utama BMT itu sendiri
adalah masyarakat kecil/ mikro. Sehingga keberadaan BMT sendiri
ditengah masyarakat dapat membantu perbaikan perekonomian
masyarakat.
d. Tingkat kepercayaan yang tinggi antara nasabah dengan Baitul Mal
wa Tamwil
Pelayanan yang baik dan memuaskan yang diberikan oleh pihak
BMT, menjadikan nasabah untuk memberikan loyalitas yang sangat
(63)
53
e. Usaha- usaha mikro yang semakin beragam
Kemampuan atau skill manusia yang beragam, menjadikan
masyarakat untuk memproduksi berbagai macam produk yang sangat
beragam. Sehingga keberadaan BMT ini dapat membantu dalam
kegiatan atau usaha masyarakat tersebut.
4. Ancaman (treaths)
a. Keberadaan Lembaga Keuangan Syariah atau Lembaga Keuangan
Mikro Syariah lain mempengaruhi jumlah pembiayaan terutama
pembiayaan musyarakah
Pertumbuhan Lembaga Keuangan Syariah yang bergerak dibidang
perbankan maupun non bank yang sangat meningkat, menjadikan
adanya persaingan yang kuat antar Lembaga Keuangan Syariah.
b. Pengukuran metode risiko yang belum sesuai
Untuk meminimalisir segala risiko yang akan dihadapi, perlu adanya
pengukuran tingkat risiko yang sesuai dengan teori.
c. Adanya ketidaktepatan waktu dalam pengembalian pembiayaan
Sikap nasabah yang berbeda- beda mengikabatkan adanya
pengembalian pembiayaan yang kurang lancar, sehingga dapat
menjadi kendala bagi pihak BMT.
(64)
54
Dalam menjalankan usaha harus adanya rasa saling ketetbukaan
antara pengusaha (mudharib) dan pemilik modal (shahibul mal)
mengenai usaha yang sedang dijalanai baik dari proses kegiataannya
maupun keuntungan yang diperolehnya, sehingga tidak
mengakibatkan adanya moral hazard.
e. Adanya lintas kerja karyawan
Ketidak nyamanan karyawan dalam pekerjaan yang sedang
dijalaninya, mengakibatkan karyawan tersebut mencari pekerjaan lain.
Dan hal tersebut dapat mempengaruhi terhadap kualitas perusahaan.
TABEL EFAS34
FAKTOR- FAKTOR STRATEGI
EKSTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X
RATING
PELUANG:
1. Nasabah memberikan
masukan dan usulan kepada
BMT
2. Meningkatnya kebutuhan
nasabah yang beragam
3. Letak BMT yang sangat 0.11 0.11 0.11 3 4 4 0.33 0.44 0.44
34 EFAS (Eksternal Strategic Factor Analysis Summary)= factor- factor strategi eksternal suatu perusahaan
(65)
55
strategis ditengah
masyarakat
4. Usaha- usaha mikro yang
semakin beragam
5. Tingkat kepercayaan yang
tinggi antara nasabah dengan
BMT 0.11 0.11 4 4 0.44 0.44 ANCAMAN:
1. Keberadaan Lembaga
Keuangan Syariah/ Lembaga
Keuangan Mikro Syariah
lain mempengaruhi jumlah
pembiayaan terutama
pembiayaan musyarakah
2. Pengukuran metode risiko
yang belum sesuai
3. Adanya ketidaktepatan
waktu dalam pengembalian
pembiayaan
4. Ketidak terbukaannya
nasabah dalam menjalankan 0.10 0.09 0.08 0.08 1 1 2 2 0.33 0.44 0.44 0.44
(66)
56
usaha
5. Adanya lintas kerja
karyawan
0.10 1 0.44
TOTAL 1.00 23 2.80
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa peluang yang dimiliki oleh BMT
untuk meningkatkan pendapatannya diantaranya adalah letak BMT yang
dekat dengan masyarakat disertai dengan kebutuhan masyarkat dan
peningkatan usaha mikro. Akan tetapi BMT perlu berhati- hati dengan
berbagai ancaman yang dihadapi diantaranya adalah keberadaan LKS
(Lembaga Keuangan Syariah) baik yang bergerak dibidang perbankan
maupun non bank yang semakin meningkat.
D.Analisis Strategi
MATRIK SWOT
IFAS
EFAS
STRENGHTS (S)
BMT selalu
melayani
kebutuhan
nasabah dengan
berbagai produk
yang beragam
WEAKNESSES (S)
Diadakannya
pelatihan bagi
karyawan
Dilaksanakannya
sosialisasi job
(67)
57
BMT selalu
menyeleksi,
mengukur dan
menilai
permintaan
nasabah
BMT selalu
membina
hubungan
langsung
dengan nasabah
Adanya
komunikasi
antar karyawan
dengan Direktur
operasional dan
DPS
BMT memiliki
target dalam
pembiayaan
Diadakannya
tugas masing-
masing karyawan
SDM yang ada
memenuhi tingkat
kerja
Undang- Undang
yang mengatur
langsung tentang
(68)
58
evaluasi atas
kinerja
karyawan
OPPORTUNIES (S)
Nasabah
memberikan
masukan dan
usulan kepada
BMT
Meningkatnya
kebutuhan
nasabah yang
beragam
Usaha- usaha
mikro yang
semakin
beragam
Tingkat
kepercayaan
yang tinggi
antara nasabah
STRATEGY (SO)
BMT
menciptakan
produk baru
Sosialisai yang
baik kepada
para pengusaha
mikro
Meningkatkan
kinerja
karyawan
STRATEGY (WO)
Karyawan yang
ahli dibidangnya
Diberlakukannya
Undang- undang
yang mengatur
langsung tentang
BMT
Pelatihan bagi
karyawan untuk
menciptakan
berbagai produk
(69)
59
dengan BMT
TREATHS (T)
Keberadaan
LKS/ LKMS
lain
mempengaruhi
jumlah
pembiayaan
Pengukuran
metode risiko
yang belum
sesuai
Adanya ketidak
tepatan waktu
dalam
pengembalian
pembiayaan
Ketidak
terbukaannya
nasabah dalam
menjalankan
STRATEGY (ST)
Pendekatan
yang lebih baik
dengan nasabah
Karyawan yang
ahli dibidang
manajemen
risiko
Pengenalan
produk
pembiayaan
yang beragam
kepada masyarakat luas Pemberian fasilitas tambahan kepada karyawan STRATEGY (WT) Pertahankan
karyawan yang
ada dan
penambahan
karyawan yang
berkompeten
Strategi
pemasaran yang
lebih baik lagi
untuk
mengalahkan para
(70)
60
usaha
Adanya lintas
kerja karyawan
1. Strategi SO
Dengan kekuatan yang dimiliki oleh BMT, dapat meraih peluang yang
dimiliki, yaitu dengan cara: pembuatan produk yang baru, soasialisai
yang baik kepada para pengusaha mikro dan peningkatan kinerja
karyawan.
2. Strategi ST
Dengan kekuatan yang dimiliki oleh BMT, dapat mengatasi ancaman
yang akan dihadapinya, yaitu dengan cara: Pendekatan yang lebih
baik dengan nasabah, pengenalan produk pembiayaan kepada
masyarakat, pendekatan yang lebih baik lagi dengan masyarkat dan
pemberian fasilitas tambahan kepada para karyawan.
3. Strategi WO
Dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki dan dengan cara
meminimalkan kelemahan maka dapat meningkatkan BMT menjadi
lebih baik lagi, yaitu dengan cara: karyawan yang ahli diberbagai
bidang untuk menciptakan berbagai produk yang baru serta
diberlakukannya atau disahkannya Undang- Undang yang mengatur
(71)
61
4. Strategi WT
Strategi ini berujuan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman, yaitu dengan cara: mempertahankan karyawan
yang ada dan menambah karyawan baru yang berkompeten serta
menerapkan strategi pemasaran yang lebih baik lagi supaya bisa
(72)
62 BAB V
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian di KSU BMT UMJ, tentang “Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah” maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Proses manajeme risko pembiayaan musyarakah yang di lakukan oleh Koperasi
Serba Usaha Bailtu Mal wa Tamwil Universitas Muhammadiyah Jakarta (KSU
BMT UMJ) adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi
Mengenali jenis usaha yang sedang dilakukan oleh nasabah, selain itu
juga melibatkan pihak lain untuk memperoleh informasi lebih banyak
lagi tentang ekadaan si nasabah
b. Kunatifikasi/ menilai/ melakukan peringkat risiko
Dalam proses ini, hal yang dilakukan adalah mengukur sampai
sejauha mana risiko yang dialami.
c. Solusi risiko
Risiko pembiayaan masih tetap diterima, dan pihak BMT masih bisa
dalam mengatasi risiko yang terjadi.
(73)
63
Mengevaluasi terhadap implementasi kerangka manajemen risiko
yang terintegrasi kedalam strategi risiko
2. Berdasarkan hasil analisis SWOT, dapat disimpulkan bahwa:
a. Dilihat bahwa dari sisi kekuatan yang dimiliki oleh BMT, dengan perolehan
rating terbesar menunjukkan bahwa factor pelayanan, produk yang beragam
dan jalinan yang baik dengan nasabah menjadikan factor kekuatan yang
dimiliki oleh BMT. Sementara dari segi kelemahannya BMT perlu perlu
meningkatkan kinerja karyawan yang lebih baik lagi.
b. dilihat bahwa peluang yang dimiliki oleh BMT untuk meningkatkan
pendapatannya diantaranya adalah letak BMT yang dekat dengan masyarakat
disertai dengan kebutuhan masyarkat dan peningkatan usaha mikro menjadi
pelunag bagi KSU BMT UMJ untuk lebih meningkatkan profitabilitasnya.
Akan tetapi BMT perlu berhati- hati dengan berbagai ancaman yang dihadapi
diantaranya adalah keberadaan LKS (Lembaga Keuangan Syariah) baik yang
bergerak dibidang perbankan maupun non bank yang menyediakan berbagai
macai produk pembiayaan.
B. SARAN
1. Koperasi Serba Usaha Baitul Mal wa Tamwil Universitas Muhammadiyah
Jakarta harus lebih meningkatkan lagi dalama manejemen pemasarannya,
sehingga masyarkat lebih mengenal lagi mengenai berbagai produk yang ada
(74)
64
2. Adanya inovasi produk untuk lebih menarik hati para calon nasabah.
3. Adanya penambahan karyawan yang lebih berkompeten lagi untuk
menghadapi perasiangan dunia bisnis yang berkembang.
4. Bagi peniliti selanjutnya, supaya bisa melakukan penelitian lagi mengenai
manajemen risiko pembiayaan dengan jenis pembiayaan yang lainnya dengan
(75)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Dunya, Syauqi. Sistem Ekonomi Islam Sebuah Alternatif, Jakarta: Fikahati Aneska, 1994
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaa Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009
Rinato Al Arif, Nur. Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012
Antonio, Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik Jakarta: Gema Insani, 2001
Darmawi, Herman. Manajement Resiko, Jakarta: Bumi Aksara, 2004
Ayat, Safri,Manajement Resiko, Jakarta: Gema Insani Akastri, 2003
Rivai, H. Veithzal. Iskamic Finance Management: Teori, Konsep dan Aplikasi: Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Khan, Tariqullah dan Habib Ahmed. Manajemen risiko Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008
Idroes, Ferry N. Manajemen Resiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3 Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi dan Pelaksanaannya di Indonesia,Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Arifin, Zainul, Dasar- DasarManajemenBnakSyariah, Jakarta: Azkia Publisher, 2009
Hendro Wibowo, Manajemen Risiko Bank Syariah ,
Hennie van Greuning, Zamir Iqbal Analisis Risiko Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba Empat, 2011
Adiwarman karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
BasrowidanSuwandi,MemahamiPenelitianKualitatif, Jakarta: RinekaCipta, 2008
Suyanto, Bagong dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana, 2011
Lexy J. Moleong,MetodologiPenelitianKualitatifBandung: PT RemajaRosdakarya, 2004
(1)
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : ………….
2. Umur/ jenis kelamin : …………./ P/ L 3. Masa kerja
0 < 1 th 0 1- 3 th 0 > 5 th
4. Jabatan :…………..
5. Pemdidikan terakhir : ………….
Bobot nilai: Sangat setuju (SS)= 5 Kurang Stuju (KS) = 3 Ragu- ragu = 1 Setju (S) = 4 Tidak Setuju (TS) = 2
NO PERTANYAAN SS S KS TS RR
5 4 3 2 1
KEKUATAN
1 BMT selalu melayani kebutuhan nasabah dengan berbagai produk yang bermacam- macam
2 BMT selalu menyeleksi, mengukur dan menilai permintaan nasabah
3 BMT selalu membina hubungan langsung dengan nasabah
4 Adanya kominikasi antar karyawan dengan Direktur Operasional dan DPS
5 BMT memiliki target dalam pembiayaan. Dan pembiayaan musyarakah lebih banyak digunakan 6 Diadakannya evaluasi atas kinerja karyawan
KELEMAHAN
(2)
8 Dilaksanakannya sosialisasi job description atas tugas masing- masing karyawan
9 SDM yang ada memenuhi tingkat kerja 10 UU yang mengatur langsung tentang BMT
PELUANG
11 Nasaba memberikan masukan dan usulan kepada BMT
12 Meningkatnya kebutuhan nasabah yang beragam 13 Letak BMT yang sangat strategis ditengah
masyarakat
14 Usaha- usaha mikro yang semakin beragam 15 Tingkat kepercayaan yang tinggi antara nasaba
dan BMT ANCAMAN
16 Keberadaan Lembaga Keuangan Syariah/ Lembaga Keuangan Mikro Syariah lain mempengaruhi jumlah pembiayaan terutama pembiayaan musyarakah
17 Pengukuran metode risiko yang belum sesuai 18 Adanya ketidaktepatan waktu dalam
pengembalian pembiayaan
19 Ketidak terbukaannya nasabah dalam menjalankan usaha
(3)
(4)
(5)
(6)