PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN FLEKSIBILITAS

Sinta Mutiara

ABSTRAK

PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN
NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN FLEKSIBILITAS

Oleh

SINTA MUTIARA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penggunaan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan keterampilan fleksibilitas pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group
Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri
5 Bandarlampung semester ganjil pada Tahun Pelajaran 2013-2014. Pengambilan
sampel ini dilakukan dengan purposive sampling dan diperoleh kelas X2 dan X3
sebagai sampel penelitian. Efektivitas pendekatan ilmiah ditunjukkan berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gain keterampilan fleksibilitas untuk
kelas kontrol dan eksperimen masing-masing sebesar 0,39 dan 0,63. Berdasarkan
pengujian hipotesis, disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan ilmiah pada


Sinta Mutiara

pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan fleksibilitas.

Kata kunci : fleksibilitas, larutan elektrolit dan nonelektrolit, pendekatan ilmiah.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 04 Oktober 1991 sebagai anak
kedua dari dua bersaudara, buah hati pasangan bahagia Bapak Bustaman dan Ibu
Sidarwati.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1996 di TK Al-Fazhar Bandarlampung dan
diselesaikan pada tahun 1997. Kemudian jenjang SD diselesaikan penulis di SD
Al-Azhar 1 Bandarlampung pada tahun 2004. Setelah itu melanjutkan jenjang
sekolah di SMP Negeri 19 Bandarlampung dan selesai pada tahun 2007, serta
meneruskan pendidikan di SMA Negeri 5 Bandarlampung dan lulus pada tahun
2010.


Tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia di
Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN. Kemudian tahun 2013 mengikuti Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Terintergrasi di SMP Negeri 1 Pesisir Tengah, Kabupaten Pesisir
Barat.

MOTO

Keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita dan keajaiban keyakinan manusia yang
tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun.
(Donny Dhirgantoro)

Mulailah melangkah dengan suatu keyakinan yang kuat,
dan akhirilah dengan mengesankan.
(Sinta Mutira)

Hanya diri kita sendiri yang bisa menaklukan monster di dalam diri kita.
(Sinta Mutiara)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil alamin, terima kasih yang tak terhingga serta rasa syukurku
kepada Allah SWT yang selalu memberikan karunia dan nikmat-Nya, dengan
kerendahan hati kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk :

Ayah dan ibu (telapak kaki surgaku) tercinta,
motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu mendoakan dan
menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai
kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta ayah dan ibu, bila ada balasan
untuk setiap perbuatan baik yang kulakukan saat ini,
semuanya untuk ayah dan ibu dulu.

Kedua kakakku tercinta wo sevi dan udo fandi, terima kasih atas segala
kasih sayang, semangat, dukungan, doa, dan perhatian yang amat berharga
dan sangat berarti selama ini.
Sahabat-sahabatku S2M para wanita-wanita masa kini, terima kasih telah selalu
ada disaat suka maupun duka, terima kasih untuk setiap keceriaan yang kalian
berikan didalam hidupku. Semoga persahabatan ini terus terjaga sampai
rambut kita mulai memutih semua.

Generasi harapan, Indonesia bangsaku tercinta, dan almamater kebanggaanku.


SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pendekatan
ilmiah pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan fleksibilitas” Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasullullah
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa istiqomah di
jalan-Nya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
sekaligus Pembimbing Akademik dan pembimbing I atas kesediannya untuk

memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian
kuliah dan penyusunan skripsi.

4.

Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., selaku pembimbing II atas kesediaannya
memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan skripsi ini.

5.

Ibu Dra Nina Kadaritna, M.Si., selaku pembahas atas kesediaannya memberikan
bimbingan, saran, dan kritik dalam proses perbaikan skripsi ini.

6.

Bapak Drs. Hi. Ahyauddin, M.Pd. selaku Kepala SMAN 5 Bandarlampung yang
sudi menerima keberadaan penulis selama penelitian.

7.


Ibu Dra. Silmiawati, selaku guru mitra atas waktu yang telah diberikan kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.

8.

Ibu dan Ayah terima kasih atas restu dan doa yang tak hentinya kau titipkan
untuk kelancaran penelitian anakmu dan keberhasilan mengenyam studi ini.

9.

Kedua kakakku wo sevi dan udo fandi, terima kasih atas semangat, perhatian dan
doa yang diberikan.

10. Rekan-rekan seperjuanganku Gamilla Nuri Utami dan Rizka Rida Utami, terima
kasih atas kerja sama dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.
11. Sahabatku Dhila, Milla, Kenia, Wiwit, Echy, frida, Heru dan Ali. Terima kasih
atas canda tawa, dukungan, doa, semangat, dan kebersamaan selama perkuliahan
12. Sahabatku S2M, terima kasih atas semangat, dukunagn, dan doa yang diberikan
13. Teman-temanku di Pendidikan Kimia 2010 atas semangat dan doa yg diberikan


Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya.

Bandarlampung,
Penulis,

Sinta Mutiara

Juli 2014

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL.......................................................................................

Halaman
xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................


xvii

I.

PENDAHULUAN ...............................................................................

1

A. Latar Belakang ..............................................................................

1

B. Rumusan Masalah.........................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

5


D. Manfaat Penelitian ........................................................................

5

E. Ruang Lingkup..............................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................

7

A. Teori Belajar Konstruktivisme......................................................

7

B. Pendekatan Ilmiah.........................................................................

10


C. Kemampuan Berpikir Kreatif .......................................................

14

D. Analis Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit ...................

18

E. Kerangka Pemikiran......................................................................

22

F. Anggapan Dasar............................................................................

24

G. Hipotesis .......................................................................................

24


III. METODE PENELITIAN.....................................................................

25

A. Populasi dan Sampel .....................................................................

25

B. Jenis dan Sumber Data..................................................................

26

C. Metode dan Desain Penelitian ......................................................

26

D. Variabel Penelitian........................................................................

27

E. Instrumen Penelitian .....................................................................

27

F. Prosedur Penelitian .......................................................................

29

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ........................................

30

IV. HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN ................

37

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data................................................

37

B. Temuan dan Pembahasan..............................................................

44

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................

61

A. Simpulan .......................................................................................

61

B. Saran .............................................................................................

61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

62

LAMPIRAN................................................................................................

64

1.

Analisis SKL-KI-KD ....................................................................

65

2.

Silabus...........................................................................................

73

3.

RPP ...............................................................................................

92

4.

LKS ...............................................................................................

110

5.

Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes....................................................

136

6.

Soal Pretes.....................................................................................

144

7.

Soal Postes ....................................................................................

147

8.

Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes.......................................

150

9.

Rubrik Penilaian Perilaku .............................................................

158

xiv

10. Lembar Penilaian Afektif..............................................................

162

11. Lembar Penilaian Psikomotor.......................................................

168

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ...................................................

170

13. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ..............................

176

14. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain...................................

184

15. Perhitungan ...................................................................................

185

16. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian..................................

196

xv

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif.............................
15
2.

Indikator keterampilan berpikir kreatif ................................................

16

3.

Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit .............

20

4.

Desain Penelitian .................................................................................

26

5.

Rata-rata nilai pretes, nilai postes dan rata-rata n-Gain keterampilan
Fleksibilitas ..........................................................................................

37

6.

Nilai-nilai untuk uji normalitas terhadap nilai pretes ..........................

39

7.

Nilai-nilai untuk uji homogenitas terhadap nilai pretes .......................

40

8.

Nilai-nilai untuk uji kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretes.......

40

9.

Nilai-nilai untuk uji normalitas terhadap n-Gain.................................

42

10. Nilai-nilai untuk uji homogenitas terhadap n-Gain .............................

43

11. Nilai-nilai untuk uji perbedaan dua rata-rat terhadap n-Gain ..............

43

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi...................................................................................
11
2.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah .....

12

3.

Prosedur Penelitian ..............................................................................

30

4.

Rata-rata nilai pretes dan nilai postes keterampilan fleksibilitas di kelas
kontrol dan kelas eksperimen...............................................................

38

Rata-rata n-Gain keterampilan fleksibilitas kelas kontrol dan kelas
eksperimen ...........................................................................................

41

6.

Rata-rata nilai sikap siswa di kelas eksperimen...................................

57

7.

Rata-rata nilai aktivitas siswa di kelas eksperimen..............................

57

5.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan ilmiah. Oleh karena itu, salah
satu pembelajaran yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 yang dapat mencapai
tujuan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah (scientific approach) sebagai salah satu pendekatan yang bertujuan untuk melatih pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah yaitu
mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking). Langkah-langkah tersebut akan mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir secara kritis, analistis, dan tepat serta mendorong dan menginspirasi siswa untuk mampu berpikir
hipotetik dan mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir
yang rasional dan objektif dalam merespon pembelajaran, sehingga hasil belajar
akan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
(Tim Penyusun, 2013d).

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sesuai dengan
karakteristik ilmu kimia sebagai proses, dimana kegiatan tersebut dilakukan dalam

2

memperoleh produk ilmu kimia. Dalam proses pembelajaran kimia, contohnya
ketika mengamati, siswa dilatih oleh guru melatih keterampilan berpikir kreatifnya, yaitu mengumpulkan data mengenai fenomena yang diamati, menafsirkan
hasil pengamatan, mengkomunikasikan pendapatnya kepada orang lain serta mengajukan pertanyaan. Kimia sebagai proses dan sikap dapat melatihkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pemikiran kreatif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan
keputusan yang dibuat. Munandar dalam Husamah dan Yanur (2013) mengatakan
bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif yang berhubungan dengan kognitif
siswa dapat dilihat dari kemampuan berpikir lancar, kemampuan berpikir luwes,
kemampuan berpikir orisinal, kemampuan elaborasi, dan kemampuan menilai.

Pembelajaran kimia di sekolah, guru dalam penyampaian materi dominan menggunakan metode ceramah dan latihan soal, tanpa memberikan pembelajaran bagaimana proses ditemukannya konsep tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah
dalam diri siswa. Pada saat proses pembelajaran dikelas, guru berperan sebagai
pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima informasi dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari informasi lainnya. Akibatnya,
pembelajaran kimia cenderung hanya sebagai produk saja sehingga kemampuan
berpikir kreatif siswa masih rendah.
Hal tersebut diperkuat dengan fakta, berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang telah dilakukan dengan guru kimia SMA Negeri 5 Bandarlampung. Diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia di SMA Negeri 5 Bandarlampung cenderung menekankan hanya pada aspek produknya saja. Selama ini pada proses

3

pembelajaran kimia di SMA Negeri 5 Bandarlampung menggunakan metode ceramah, latihan soal serta guru yang jarang menggunakan metode diskusi. Dalam
proses pembelajaran, siswa hanya menerima informasi bersifat teoritis yang diberikan oleh guru, sehingga banyak siswa yang tidak memiliki sifat kritis, sikap
ilmiah dan rasa ingin tahu yang kuat, sedangkan untuk aspek yang melatihkan keterampilan siswa kurang dimunculkan. Hal tersebut tidak sesuai dengan aspek
langkah pembelajaran menurut kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan
ilmiah dalam pembelajaran, untuk melatihkan daya kreativitas siswa dan menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran di kelas sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan pendekatan ilmiah Ikaningrum dan Gultom (2013) yang menunjukkan bahwa pendekatan ilmiah inkuiri efektif dalam meningkatkan prestasi belajar dan sikap
ilmiah siswa kelas X SMA Negeri 4 Magelang.

Kompetensi dalam kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar. Berdasarkan kurikulum 2013, materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit merupakan salah satu materi dalam pembelajaran kimia di kelas X
IPA. Kompetensi dasar produk pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit
yang dapat diterapkan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah adalah menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit berdasarkan daya hantar listriknya (KD 3.8), sedangkan untuk kompetensi dasar prosesnya adalah merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit (KD
4.8).

4

Keterampilan fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan,
jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan pemikiran
terhadap suatu masalah yang diamati (Munandar, 2012). Salah satu materi yang
dapat melatihkan keterampilan fleksibilitas yaitu materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit ini siswa diajak untuk mengamati
fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan diajak untuk melakukan
eksperimen. Contohnya pada saat mengamati fenomena penggunaan aki dalam
kendaraan bermotor maupun rumah tangga, siswa dapat mengidentifikasi berbagai
informasi yang disajikan dalam fenomena tersebut. Setelah itu pada tahap kedua
yaitu menanya, siswa dapat mengemukakan beragam gagasan dalam bentuk pertanyaan untuk menggali informasi pada fenomena tersebut. Contoh lainnya pada
kegiatan mencoba, diamana siswa dilatih untuk merancang percobaan sederhana.
Dari kegiatan tersebut siswa dilatih untuk mengidentifikasi variabel, alat bahan,
dan prosedur percobaan secara sederhana. Melalui kegiatan tersebut maka siswa
akan lebih kreatif dan leluasa dalam mengemukakan bermacam-macam ide dan
gagasan mereka tentang percobaan yang dirancang sendiri. Dengan demikian
pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit diharapkan akan dapat
melatih keterampilan berpikir kreatif siswa khususnya indikator fleksibilitas.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilaksanakanlah penelitian ini
dengan judul “Pendekatan Ilmiah Pada Materi Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Dalam Meningkatkan Keterampilan Fleksibilitas”

5

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimanakah efektivitas penggunaan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan
keterampilan fleksibilitas pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Mendeskripsikan efektivitas penggunaan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan
keterampilan fleksibilitas pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah akan
memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk memecahkan masalah
kimia sehingga keterampilan berpikir siswa meningkat.

2.

Bagi guru
Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dapat menjadi salah satu
pengalaman baru bagi guru dalam pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

3.

Bagi sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

6

E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Pendekatan ilmiah dikatakan dapat meningkatkan keterampilan fleksibilitas
siswa apabila secara statistik nilai pretes dan postes siswa menunjukkan peningkatan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
(Nuraeni dkk, 2010).

2.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah yang
digunakan, yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring
(networking) (Tim Penyusun, 2013d).

3.

Keterampilan fleksibilitas merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kreatif yang akan diteliti, yakni meliputi mampu menghasilkan
gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda serta mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran
terhadap suatu masalah (Munandar, 2012).

4.

Materi pokok yang dibahas dalam penelitian ini adalah larutan elektrolit dan
nonelektrolit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivisme

Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya
sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir
seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah
mengalami proses belajar (Dahar, 1989).

Menurut Piaget (Dahar, 1989), dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak
merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial.
Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya.
Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang
lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu
yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental
anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema”
atau pola tingkah laku.

Menurut Von Glaserfeld (Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu, 2001), konstruktivisme menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil

8

konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan
dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkons-truksi
pengetahuan, maka diperlukan:
1.

Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa
dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2.

Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat yang
lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan
perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi
pengetahuannya.

3.

Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme yaitu siswa mengkonstruksi
pengetahuan baru secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari pada
kenyataan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk mengonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk membangun sendiri secara aktif pengetahuannya dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri masingmasing. Dalam teori belajar konstruktivisme, guru hanya berperan sebagai fasili-

9

tator yang memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri agar siswa
dapat terlatih belajar secara aktif. Informasi yang telah diperoleh, selanjutnya
akan dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi suatu pengalaman baru baginya
(Husamah dan Yanur, 2013).

Menurut Slavin (Trianto, 2010), teori pembelajaran konstruktivisme merupakan
teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
apabila aturan-aturan itu tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide.

Para ahli psikologi kognitif mengemukakakan suatu kerangka teoritis yang dikenal dengan model pemrosesan-informasi. Dalam model ini peristiwa-peristiwa
mental diuraikan sebagai transformasi-transformasi informasi dari input (stimulus) ke output (respon). Informasi mula-mula diterima oleh reseptor, lalu
masuk ke registor pengindraan. Sebagian dari seluruh informasi yang terdapat
dalam registor pengindraan dipindahkan ke memori kerja, selebihnya hilang.
Memori kerja terbatas kapasitasnya. Bila informasi di dalamnya tidak diulangulang atau diberi kode, informasi itu akan hilang. Informasi yang telah diberi
kode masuk ke dalam memori jangka panjang yang mempunyai kapasitas besar
sekali. Informasi yang tersimpan dapat dikeluarkan. Lalu disuruh oleh generator

10

respons menjadi pola-pola prilaku yang membimbing efektor-efektor menghasilkan serangkaian tindakan-tindakan (Dahar, 1989).

B. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya mengadopsi dari metode ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam proses
pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah yang
seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan). Banyak para ahli yang
meyakini bahwa melalui pendekatan ilmiah, selain dapat menjadikan siswa lebih
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan
dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak untuk beropini
dalam melihat suatu fenomena (Sudrajat, 2013).

Menurut Tim Penyusun (2013a) kriteria yang tercakup dalam pendekatan ilmiah
meliputi :
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang
menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.

11

6.
7.

Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.

Proses pembelajaran pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan seperti Gambar 1 berikut :

Gambar 1. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi
Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu
mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi
ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik
(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada penelitian ini yang akan dijadikan sebagai tolak
ukur adalah kemampuan berpikir kreatif (Tim Penyusun, 2013a).

12

Langkah-langkah pembelajaran mengguanakan pendekatan ilmiah menurut Tim
Penyusun (2013a) mencakup komponen mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk
jejaring (networking).

Gambar 2. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah

1. Mengamati
Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa
dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan
tertantang. Dengan metode ini, siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan
antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru.

2. Menanya
Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa
untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada
kegiatan mengamati. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar
yang baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, per-

13

tanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan”
tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal.

3. Mencoba
Dalam tahap ini, siswa menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Dalam kegiatan ini, siswa dapat membaca buku
yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau
bahkan melakukan eksperimen. Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk
materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya, dimana
peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses
untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk me-mecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya sehari-hari.

4. Menalar
Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk
kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer suatu
peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan
peristiwa lain. Pengalaman pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak be-

14

relasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.

5. Membentuk Jejaring
Pada tahap ini, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Dalam kegiatan
ini siswa dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam menyajikan data. Hasil
tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta
didik atau kelompok peserta didik tersebut

C. Kemampuan Berfikir Kreatif

Kreativitas adalah hasil dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Kreativitas dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan individu lain yang berada
dalam lingkungan tersebut. Lingkungan tidak hanya dapat menunjang kreativitas
seseorang, tetapi dapat pula menjadi penghambat dalam mengembangkan kreativitas. Impikasi dalam meningkatkan kemampuan kreatif dapat diperoleh melalui pendidikan (Munandar, 2012).

Pemikiran kreatif akan membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat
(Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru,
kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam
penghasilannya.

15

Menurut Guilford (1957) dalam Munandar (2012), kreativitas atau berpikir kreatif
adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang selama ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Dalam studi-studi faktor analisis seputar ciri-ciri utama dari berpikir kreatif, Guilford (1959) dalam Munandar
(2012) membedakan antara aptitude dan nonaptitude traits yang berhubungan
dengan berpikir kreatif. Ciri-ciri aptitude dari berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir. Sedangkan ciri-ciri
nonaptitide atau afektif dari berpikir kreatif adalah kepercayaan diri, keuletan,
apresiasi estetik, dan kemandirian.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)

Arti
a. Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan;
b. Arus pemikiran lancar.

2) Berpikir Luwes
(flexibility)

a. Menghasilkan gagasan-gagasan
yang beragam;
b. Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
c. Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain,
yang jarang diberikan kebanyakan
orang.
a. Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
b. Memperinci detail-detail.

3) Berpikir Orisinil
(originality)

4) Berpikir Terperinci
(elaborasi)

16

Willliams (1977) dalam Munandar (2012) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti
terlihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian
Keterampilan Berpikir Lancar
1. Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah,
atau pertanyaan.
2. Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
3. Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Keterampilan Berpikir Luwes
1. Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi.
2. Dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbedabeda.
3. Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda-beda.
4. Mampu merubah cara pendekatan
atau cara pemikiran.

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

h.

Perilaku Siswa
Mengajukan banyak pertanyaan.
Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada pertanyaan.
Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.
Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari anak-anak lain.
Dapat dengan cepat melihat
kesalahan atau kekurangan pada
suatu obyek atau situasi.
Memberikan aneka ragam
penggunaan yang tidak lazim
terhadap suatu obyek.
Memberikan macam-macam
penafsiran (interpretasi) terhadap
suatu gambar, cerita, atau masalah.
Menerapkan suatu konsep atau
asas dengan cara yang berbedabeda.
Memberikan pertimbangan terhadap situasi, yang berbeda dari yang
diberikan orang lain.
Dalam membahas/mendiskusikan
suatu situasi selalu mempunyai
posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas
kelompok.
Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan macammacam cara yang berbeda-beda
untuk menyelesaikannya.
Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang
berbeda-beda.
Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan.

17
Tabel 2.(lanjutan)
Pengertian
Keterampilan Berpikir Orisinal
a.
1. Mampu melahiran ungkapan yang
baru dan unik.
2. Memikirkan cara yang tidak lazim b.
untuk mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tidak lazim dari
c.
bagian-bagian atau unsur-unsur.
d.
e.
f.

g.
Keterampilan Memperinci
1. Mampu memperkaya dan
mengem-bangkan suatu gagasan
atau produk.
2. Menambahkan atau memperinci
detil-detil dari suatu obyek,
gagasan, atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik.

a.

b.
c.

d.

e.

Keterampilan Menilai
1. Menentukan patokan penilaian
sendiri dan menentukan apakah
suatu pertanyaan benar, suatu
rencana sehat, atau suatu tindakan
bijaksana.
2. Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi yang terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan
gagasan, tetapi juga
melksanakannya.

a.
b.
c.

d.

e.

Perilaku Siswa
Memikirkan masalah-masalah atau
hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.
Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusha memikirkan
cara-cara yang baru.
Memilih a-simetri dalam menggambar atau membuat disain.
Memiliki cara berpikir yang lain
dari yang lain.
Mencari pendekatan yang baru dari
yang stereotip.
Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menemukan penyelesaian yang
baru.
Lebih senang mensintesis daripada
menganalisa situasi.
Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci.
Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
Mencoba atau menguji detil-deti
untuk melihat arah yang akan
ditempuh.
Mempunyai rasa keindahan yang
kuat sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau
sederhana.
Menambahkan garis-garis, warnawarna, dan detil-detil (bagianbagian) terhadap gambarnya
sendiri atau gambar orang lain.
Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandangnya sendiri.
Menentukan pendapat sendiri
mengenai suatu hal.
Menganalisis masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu
menanyakan “Mengapa?”
Mempunyai alasan (rasionale)
yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk
mencapai suatu keputusan.
Merancang suatu rencana kerja

18
Tabel 2.(lanjutan)
Pengertian

f.

g.

Perilaku Siswa
dari gagasan-gagasan yang
tercetus.
Pada waktu tertentu tidak menghasilkan gagasan-gagasan tetapi
menjadi peneliti atau penilai yang
kritis.
Menentukan pendapat dan
bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolok ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan fleksibilitas (flexibility).

D. Analisis Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit

Herron et al. dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) men-definisikan
konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.

Lebih lanjut lagi, Herron et al. dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa
analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong
guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.
Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer
dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentu-kan nama
atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel,
posisi konsep, contoh, dan non contoh.

Belajar konsep merupakan hasil uatama dalam sebuah pendidikan. Konsepkonsep diasumsikan sebagai batu-batu pembangun dalam proses berpikir.
Konsep-konsep merupakan hal yang mendasar bagi sebuah proses berpikir yang

19

lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi.
Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui suatu aturan-aturan
yang relevan, dan aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang telah diperoleh
siswa pada pembelajaran sebelumnya (Dahar, 1989). Analisis konsep larutan
elektrolit dan nonelektrolit dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Analisis Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit

Label
Konsep
(1)
Larutan

Larutan
elektrolit

Definisi Konsep
(2)
Campuran homogen
dari dua zat atau lebih,
dimana salah satunya
bertindak sebagai zat
terlarut sedangkan
yang lainnya sebagai
zat pelarut dan
mempunyai sifat dapat
menghantarkan listrik
(elektrolit) atau tidak
dapat menghantarkan
listrik (non elektrolit).
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik,
yang dapat bersifat
elektrolit kuat atau
elektrolit lemah.

Jenis
Konsep
(3)

Atribut
Kritis
Variabel
(4)
(5)
 Larutan
 Jenis zat
elektrolit
pelarut
 Larutan
 Jenis zat
nonelekterlarut
trolit

Posisi Konsep
Superordin Koordinat
Subordinat
at (6)
(7)
(8)
 Campuran  Suspensi
 Larutan
elektrolit
 Koloid
 Larutan
non
elektrolit
 Larutan
asam basa
 Larutan
garam
 Larutan
penyangga

 Larutan
elektrolit
kuat
 Larutan
elektrolit
lemah

 Larutan

Konsep
Konkrit

Konsep
berdasar
kan
prinsip

 Jenis zat
terlarut

 Larutan
nonelektrolit

 Larutan
elektrolit
kuat
 Larutan
elektrolit
lemah

Contoh
(9)
 Larutan
garam

 Larutan
NaCl
 Larutan
NaOH
 Larutan
H2SO4

Non
Contoh
(10)
 Susu
 Campuran
air
dan
pasir

 Alkohol
 Larutan
Gula

20

8

Tabel 3 (lanjutan)
1
Larutan
elektrolit
kuat

Larutan
elektrolit
lemah

Larutan
nonelektrolit

2
Larutan yang
dapat
terionisasi
seluruhnya
menjadi ion
positif dan ion
negatif
sehingga dapat
menghantarkan
listrik dengan
kuat
Larutan yang
terionisasi
sebagian
menjadi ion
positif dan ion
negatif
sehinggadaya
hantar
listriknya
lemah.
Larutan yang
tidak dapat
menghantarkan
listrik.

3
Konsep
berdasar
kan
prinsip

Konsep
berdasar
kan
prinsip

Konsep
berdasar
kan
prinsip

4
5
 Larutan  Konsentrasi
elektrolit larutan
kuat
 Kerapatan ion

6
 Larutan
elektrolit

7
 Larutan
elektrolit
lemah

8

9
 Larutan NaCl
 Larutan HCl

 Larutan  Konsentrasi
elektrolit larutan
lemah
 Kerapatan ion

 Larutan
elektrolit

 Larutan
elektrolit
kuat

 Larutan
CH3COOH
 Larutan
NH4OH

 Larutan
nonelekt
rolit

 Larutan

 Larutan
elektrolit

 Urea
 Larutan
HNO3
 Larutan gula
 Larutan
 Alkohol
garam






10
Urea
Larutan
gula
Al(OH)3
HCN

 Alkohol
 KOH
 H2SO4
(air aki)

21

22

E. Kerangka Pemikiran

Pendekatan ilmiah terutama dalam membelajarkan materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit, merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah
dalam memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah meliputi mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba (experimenting), menalar (associating) dan membentuk jejaring
(networking).

Keterampilan fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan,
jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan pemikiran
terhadap suatu masalah yang diamati. Pada keseluruhan tahap tersebut siswa
dapat terpacu untuk berpikir, bertanya, dan bereksperimen dengan beragam ide
dan gagasan mereka sendiri. Sehingga keterampilan berpikir kreatif terutama
keterampilan siswa dalam fleksibilitas dapat berkembang.

Langkah awal pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah ialah siswa mengamati suatu fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengamati
fenomena penggunaan aki dalam kendaraan bermotor maupun rumah tangga.
Pada tahap ini, siswa dapat mengidentifikasi dan melakukan pengumpulan data
tentang fenomena atau peristiwa yang berkaitan dengan pengamatannya. Berdasarkan pengamatan, siswa akan menemukan hal-hal yang kurang mereka mengerti, sehingga siswa diharapkan timbul rasa ingin tahu dan siswa dapat mengajukan bermacam-macam gagasan dalam bentuk pertanyaan berdasarkan kegiatan
identifikasi yang telah dilakukan, kegiatan ini merupakan tahap menanya, tahap

23

dimana siswa akan terlatih keterampilan fleksibilitasnya. Setelah siswa menuliskan hal-hal yang mereka kurang pahami dalam bentuk pertanyaan,tahap selanjutnya adalah mencoba. Pada tahap ini, siswa mengeksplorasi lebih lanjut mengenai
hal-hal yang kurang mereka mengerti dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara, seperti mengamati suatu gambar
submikroskopis, animasi atau bahkan merancang dan melakukan percobaan. Hal
ini contohnya dalam merancang percobaan, siswa diminta menentukan variable variabel percobaan, menyusun suatu prosedur percobaan dan menentukan alat dan
bahan yang digunakan dalam percobaan. Dari kegiatan tersebut, siswa diharapkan
dapat memunculkan keterampilan fleksibilitas siswa dalam mencetuskan beragam
gagasan atau ide yang dikembangkan melalui kegiatan merancang percobaan. Selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang diberikan guru dan
diminta menuliskan hasil percobaan.

Langkah berikutnya adalah menalar, siswa menganalisis informasi/data yang diperoleh dari langkah mencoba maupun langkah mengamati untuk menemukan keterkaitan satu informasi/data dengan in-formasi/data lainnya dan menemukan pola
dari keterkaitan informasi/data tersebut untuk menarik kesimpulan dari pola yang
ditemukan. Pada langkah ini, siswa dapat mengemukakan banyak gagasannya
dalam menganalisis informasi/data maupun dalam menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Langkah terakhir adalah membentuk jejaring.
Pada langkah ini, siswa meng-komunikasikan hasil pengamatan dan kesimpulannya di depan kelas.

24

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas, dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah, maka akan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada indikator keterampilan fleksibilitas pada
materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

F.

Anggapan Dasar

Angapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Siswa-siswi kelas X2 dan X3 semester genap SMA Negeri 5 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2013/2014 yang menjadi subjek penelitian
mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam keterampilan fleksibilitas.

2.

Perbedaan n-Gain keterampilan fleksibilitas materi pokok larutan elektrolit
dan nonelektrolit semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses
pembelajaran.

3.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan fleksibilitas
materi pokok larutan elektrolit dan nonelektrolit kelas X2 dan X3 semester
genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang disajikan maka rumusan
hipotesis umum dalam penelitian ini adalah penggunaaan pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan fleksibilitas pada materi larutan elektrolit
dan nonelektrolit.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2013-2014 yang berjumlah 302 siswa dan tersebar dalam
sembilan kelas yaitu kelas X1 sampai X9. Selanjutnya dari populasi tersebut
diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai
kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas lagi sebagai kelas
kontrol.

Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif
yang sama, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam pengambilan suatu
sampel. Purposive sampling merupakan suatu teknik pengambilan sampel yang
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Syaodih, 2009). Pada pelaksanaannya peneliti meminta bantuan pihak sekolah,
yaitu guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut, untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, dan akhirnya peneliti mendapatkan kelas X2 dan X3 sebagai sampel penelitian. Penentuan
kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan pengundian, lalu didapatkan kelas
X2 sebagai kelas eksperimen yang mengalami pembelajaran menggunakan

26

pendekatan ilmiah, dan kelas X3 sebagai kelas kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
berupa data hasil tes keterampilan fleksibilitas sebelum penerapan pembelajaran
(pretes), hasil tes keterampilan fleksibilitas setelah penerapan pembelajaran (postes).
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1.

Seluruh siswa kelas eksperimen; dan

2.

Seluruh siswa kelas kontrol.

Adapun data pendukung, yaitu data aktivitas siswa, data kinerja siswa, dan data
kinerja guru.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non
Eqiuvalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 1997) dengan
urutan kegiatan seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Desain penelitian

Kelas eksperimen
Kelas kontrol

Pretes
O1
O1

Perlakuan
X


Postes
O2
O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1).
Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan

27

pendekatan ilmiah (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran
konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dan konvensional. Sebagai variabel
terikat adalah keterampilan fleksibilitas siswa pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu.
Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul
data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan soal pretes dan postes yang
berupa soal keterampilan fleksibilitas dalam bentuk uraian, Lembar Kerja Siswa
(LKS), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sila