PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN ELABORASI

ABSTRAK

PENDEKATAN ILMIAH PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT
DAN NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN ELABORASI

Oleh
GAMILLA NURI UTAMI

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan efektivitas pendekatan ilmiah terhadap
keterampilan siswa dalam mengelaborasi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri 5 Bandar Lampung semester genap Tahun 2013-2014 dengan kelas X2
dan X3 sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
purposive sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
eksperimen dengan Pretest-Posttest Control Group Design. Efektivitas pendekatan ilmiah ditunjukkan oleh perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas
kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata nGain keterampilan siswa dalam mengelaborasi untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,47 dan 0,65. Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan uji-t, disimpulkan bahwa secara statistik rata-rata n-Gain keterampilan siswa
dalam mengelaborasi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit pada kelas
yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah lebih tinggi

Gamilla Nuri Utami


daripada rata-rata n-Gain keterampilan siswa dalam mengelaborasi pada kelas
yang diterapkan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit menggunakan
pendekatan ilmiah efektif dalam meningkatkan keterampilan elaborasi.
Kata kunci: elektrolit dan nonelektrolit, keterampilan elaborasi, pendekatan
ilmiah

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 21 November 1992 sebagai
putri kedua dari lima bersaudara buah hati Bapak Ir. H. Yose Sebastian, M.Si dan
Ibu Hj. Firganefi, S.H.,M.H.
Pendidikan formalnya dimulai di SD Negeri 2 Perumnas Way Halim diselesaikan
tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Bandar
Lampung tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3
Bandar Lampung tahun 2010.
Tahun 2010, terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Tes SNMPTN.
Sejak semester pertama hingga semester tujuh, penulis mendapatkan beasiswa

Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Penulis pernah menjadi asisten praktikum
Kimia Dasar tahun 2011 dan Dasar-Dasar Pemisahan Analitik tahun 2013. Pada
akhir semester lima, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di
Jakarta – Surabaya – Yogyakarta – Bandung, kemudian pada akhir semester enam
mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pesisir Selatan
dan juga Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Teritegrasi (KKN-KT) di Desa Biha,
Kec.Pesisir Selatan, Kab. Pesisir Barat.

MOTO

Syukur itu pangkal bahagia; bersyukurlah untuk hal kecil, maka akan kamu dapatkan
hal yang jauh lebih besar
(Gamilla Nuri Utami)
Life is like riding a bicycle; keep your balance and you can stay riding on
(Gilang Santoso)
Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan itu Anda dapat
mengubah dunia
(Nelson Mandela)

PERSEMBAHAN


Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, dengan rasa syukur yang begitu besar kepada Allah
SWT, karya sederhana ini kudedikasikan teruntuk:



Papa Ir. H. Yose Sebastian, M.Si dan Mama Hj. Firganefi, S.H., M.H.

sosok inspiratif luar biasa yang telah memberikan curahan kasih sayangnya yang
tak terhingga sampai saat ini. Terimakasih untuk segala bentuk pengorbanan,
perjuangan maha hebat, jerih payah tanpa kenal lelah, ilmu yang tak ternilai,
cucuran keringat yang tak terbayar, serta do’a yang tak pernah putus. Semoga
ananda dapat membahagiakan dan membanggakan mama dan papa.



Uda Taufik Nugraha Agassi, S.TP., dan adik-adikku, Tarissa Niswatun Aunillah,
Prima Qonitha Rahmah, sebagai pelipur lara yang telah membagi suka, cita,
canda, tawa, dan senantiasa menyemangati juga mendukungku serta adik lakilakiku satu-satunya,
(alm) M. Rahmadi Ryosfinanda yang InsyaAllah akan menjadi tameng bagiku di

akhirat kelak.



Seluruh keluarga besar tercinta dan sahabat-sahabat yang kusayangi

pendengar keluh kesah sekaligus super motivator yang telah memberi goresan warnawarni keceriaan, pengalaman hidup berharga, dan coretan kisah indah yang akan selalu
abadi dalam ingatan.



Almamater yang telah mendewasakanku, Universitas Lampung

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pendekatan Ilmiah
pada Materi Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Dalam Meningkatkan Keterampilan Elaborasi”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah pada
Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat-Nya yang senantiasa
istiqomah di jalan-Nya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Drs. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
serta Pembimbing I, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan
motivasi di sela-sela kesibukan.

4.

Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Pembimbing Akademik serta
Pembimbing II, terima kasih atas kesediaan dan kesabarannya memberi
bimbingan dan motivasi, sudi menjadi tempat berbagi.


5.

Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan
saran untuk perbaikan skripsi.

6.

Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan segenap civitas akademik
Jurusan Pendidikan MIPA, terima kasih atas ilmu yang telah Bapak/Ibu
berikan.

7.

Bapak Drs. Hi. Ahyauddin, M.Pd. selaku Kepala Sekolah, atas izin yang
diberikan untuk melaksanakan penelitian, Ibu Dra. Silmiawati sebagai Guru
Mitra atas waktu yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian, kak Ralek Pirdana selaku laboran yang telah banyak membantu selama
kegiatan praktikum, dan seluruh Siswa, Guru dan staf SMA Negeri 5 Bandar
Lampung atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

8.


Mama dan Papa yang dimuliakan Allah SWT, atas restu dan doa untuk
kelancaran penelitian dan keberhasilan mengenyam studi ini.

9.

Uda Aci, Ica, Qonita atas semangat dan keceriaannya sebagai pelipur lara.

10. Sinta dan Cicha, tim skripsi yang kompak. Terimakasih atas kerjasamanya.
11. Ali, Dhila, Echy, Frida, Heru, Kenia, Sinta, Wiwit, terimakasih untuk
persahabatan yang indah selama ± 4 tahun ini. Kebersamaan yang telah kita
lalui tidak akan pernah terlupakan.
12. Om An, Bang Adek, Iki, Ifa, Aini, Abang, Tara, Farhan, Robby, Ayu, Eka,
Ferry, serta teman-teman P.Kimia „10, ChemsBee, Soul Society, keluarga
Walang Sangit Biha, Hafara Family, atas dukungan dan motivasinya, serta
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Bandarlampung,

Penulis,

Juli 2014

Gamilla Nuri Utami
xii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii

I.

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

A. Latar Belakang ....................................................................................


1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

5

E. Ruang Lingkup Penelitian....................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................


7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ...........................................................

7

B. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) ............................................

9

C. Kemampuan Berpikir Kreatif .............................................................

17

D. Konsep ................................................................................................

21

E. Kerangka Pemikiran ............................................................................


24

F. Anggapan Dasar ..................................................................................

26

G. Hipotesis Penelitian ............................................................................

26

xiii

III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................

27

A. Populasi dan Sampel ...........................................................................

27

B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................

28

C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................

28

D. Variabel Penelitian ..............................................................................

29

E. Instrumen Penelitian dan Validitasnya ................................................

29

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .........................................................

31

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................

32

IV. HASIL PENELITIAN, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN ...............

39

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ................................................

39

B. Temuan dan Pembahasan ..............................................................

47

V. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................

64

A. Simpulan .......................................................................................

64

B. Saran .............................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

65

LAMPIRAN ......................................................................................................

67

1.

Analisis SKL-KI-KD-Indikator ..........................................................

68

2.

Silabus Eksperimen .............................................................................

76

3.

RPP Eksperimen .................................................................................

95

4.

LKS ..................................................................................................... 114

5.

Kisi-Kisi Soal Pretes dan Soal Postes .................................................. 139

6.

Soal Pretes ........................................................................................... 146

7.

Soal Postes .......................................................................................... 149

xiv

8.

Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Soal Postes ..................................... 152

9.

Data Penilaian Afektif.......................................................................... 159

10. Rubrik Penilaian Perilaku .................................................................... 165
11. Data Penilaian Psikomotor ................................................................... 169
12. Data Observasi Kinerja Guru ............................................................... 171
13. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ..................................... 177
14. Data Nilai Pretes, Nilai Postes dan n-Gain .......................................... 185
15. Perhitungan .......................................................................................... 186
16. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............................. 197

xv

iii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Perilaku Siswa dalam Keterampilan Kognitif Kreatif ............................... 18
2.

Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ......................................................

20

3.

Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit ....................

22

4.

Desain Penelitian ........................................................................................

28

5.

Nilai-nilai uji normalitas terhadap nilai pretes ............................................

41

6.

Nilai-nilai uji homogenitas terhadap nilai pretes ........................................

42

7.

Nilai-nilai uji kesamaan dua rata-rata terhadap nilai pretes ........................

42

8.

Nilai-nilai uji normalitas terhadap nilai n-Gain ..........................................

45

9.

Nilai-nilai uji homogenitas terhadap nilai n-Gain ......................................

45

10. Nilai-nilai uji perbedaan dua rata-rata terhadap nilai n-Gain .....................

46

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
1. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah ............ 11
2.

Hasil belajar penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi ...................................................................................................

17

3.

Prosedur pelaksanaan penelitian .................................................................

32

4.

Rata-rata nilai keterampilan siswa dalam mengelaborasi ...........................

40

5.

Rata-rata n-Gain keterampilan siswa dalam mengelaborasi .......................

44

6.

Rata-rata nilai sikap siswa kelas eksperimen ..............................................

60

7.

Rata-rata nilai aktivitas siswa kelas eksperimen .........................................

61

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan ilmiah merupakan suatu pendekatan yang diamanatkan oleh kurikulum 2013 yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu
masalah. Tim Penyusun (2013) memberikan konsepsi bahwa langkah-langkah
pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah adalah mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan membentuk jejaring. Langkah-langkah pembelajaran ini
akan mendorong siswa berpikir secara kritis, analitis dan hipotetik serta memahami, menerapkan dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon materi pembelajaran sehingga melahirkan siswa yang produktif,
kreatif, dan inovatif.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sesuai dengan
karakteristik ilmu kimia yaitu sebagai proses, produk, dan sikap. Ilmu kimia
adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur,
komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, dan teori,
pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia
sebagai proses, produk dan sikap (Fadiawati, 2011).

2

Ilmu kimia sebagai proses meliputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan penelitian dan mengajukan pertanyaan. Mengamati merupakan dasar dari semua keterampilan proses lainnya. Kegiatan mengamati diikuti dengan kegiatan mengidentifikasi, mengelompokkan, atau menemukan pola, dan mengajukan pertanyaan dari suatu fenomena. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan data-data
dengan melakukan percobaan dan telaah literatur, menalar data yang diperoleh,
menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan kesimpulan yang telah diperoleh.
Ilmu kimia sebagai produk berupa konsep, hukum, dan teori yang pada dasarnya
merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Ilmu kimia
sebagai sikap antara lain rasa ingin tahu yang tinggi, bekerja sama, kritis, dan ulet
dalam menghadapi suatu fenomena.
Berdasarkan karakteristik tersebut, siswa dilatih dalam menggunakan keterampilan berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan
berpikir tingkat tinggi berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan
banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya
adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban yang diberikan.
Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung menekankan hanya pada
aspek produknya yaitu hanya menghadirkan konsep, hukum-hukum, dan teori
saja, tanpa menyuguhkan bagaimana proses ditemukannya konsep, hukumhukum, dan teori tersebut sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa pembelajaran kimia
di SMA Negeri 5 Bandar Lampung cenderung berpusat pada guru (teacher-

3

centered) dan siswa cenderung bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan
oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk mencari tahu sehingga siswa tidak akan
terampil dalam berpikir kreatif. Hal ini tidak sesuai dengan karateristik ilmu kimia dan standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 yang mengharapkan siswa
memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk memecahkan
masalah tersebut, salah satunya dengan memperbaiki proses pembelajaran. Perbaikan proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menerapkan pendekatan
pembelajaran berfilosofi konstruktivisme yaitu dengan pendekatan ilmiah.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Ikaningrum dan Gultom (2013) yang
dilakukan pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Magelang mendapatkan kesimpulan
bahwa pendekatan ilmiah inkuiri terbukti efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar dan sikap ilmiah siswa. Selain itu, Mexico dan Padmaningrum (2013) melakukan penelitian terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Minggir Sleman tahun
pelajaran 2012-2013 dan mendapatkan kesimpulan bahwa pendekatan ilmiah inkuiri juga terbukti efektif dalam meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar
siswa.
Kompetensi dalam kurikulum 2013 dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Berdasarkan kurikulum 2013, materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit merupakan salah satu materi dalam pembelajaran
kimia di kelas X IPA. Kompetensi dasar dari kompetensi inti 3 pada materi
larutan elektrolit dan nonelektrolit adalah menganalisis sifat larutan elektrolit dan
larutan nonelektrolit berdasarkan daya hantar listriknya (KD 3.8), sedangkan

4

untuk kompetensi dasar prosesnya adalah merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit
dan larutan nonelektrolit (KD 4.8).
Keterampilan elaborasi merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau produk dan kemampuan untuk memperinci suatu
obyek, gagasan, dan situasi sehingga tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik. Contohnya pada saat siswa diminta merancang prosedur percobaan dengan cara mereka sendiri secara terperinci dibawah bimbingan guru melalui kegiatan mencoba. Kemudian siswa diajak untuk bereksperimen sehingga ia
mampu menganalisis sifat-sifat larutan elektrolit dan nonelektrolit. Siswa diminta
mengidentifikasi, mengelompokkan, atau menemukan pola dari hasil pengamatan
tersebut. Pada kegiatan ini, keterampilan siswa dalam mengelaborasi dilatih oleh
guru yaitu merinci secara detail data tentang fenomena yang diamati langsung
menggunakan inderanya. Selanjutnya pada kegiatan menalar, siswa dilatih mencari pemecahan masalah penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik, menganalisis jenis ikatan pada larutan elektrolit dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. Pada kegiatan ini keterampilan siswa dalam mengelaborasi berupa merinci alasan untuk memperkuat gagasan atau pendapat siswa
akan terlatih. Kemudian pada tahap membentuk jejaring, siswa dapat mengembangkan gagasan dari pendapat siswa lain dengan menggunakan bagan kesimpulan sehingga lebih mudah dimengerti dan terlihat menarik. Dengan demikian,
pembelajaran materi larutan elektrolit dan nonelektrolit diharapkan dapat melatih
kemampuan berpikir kreatif siswa khususnya keterampilan elaborasi.

5

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan judul:
“Pendekatan Ilmiah pada Materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam
Meningkatkan Keterampilan Elaborasi”
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimanakah efektivitas penggunaan pendekatan ilmiah dalam meningkatkan
keterampilan elaborasi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan pendekatan ilmiah
dalam meningkatkan keterampilan elaborasi pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa
Dengan diterapkannya pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah akan
memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk memecahkan masalah
kimia sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa meningkat.

2.

Bagi guru
Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dapat menjadi salah satu
pengalaman baru bagi guru dalam menerapkan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif.

6

3. Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran kimia.
E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah dikatakan efektif meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelaborasi apabila secara statistik hasil tes
siswa menunjukkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol
dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

2.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah yang digunakan, yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), menalar (associating), dan membentuk jejaring (networking)
(Tim Penyusun, 2013).

3.

Keterampilan berpikir elaborasi merupakan salah satu indikator kemampuan
berpikir kreatif yang akan diteliti, meliputi kemampuan mengembangkan,
memperkaya, atau memperinci secara detail dari suatu gagasan sehingga
menjadi lebih menarik. (Munandar, 2012).

4.

Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah larutan elektrolit dan
nonelektrolit.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam
psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan lama itu tidak sesuai
lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, maka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Slavin,1994).
Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang mengetahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya.
Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu
tentang sesuatu (Suparno, 1997).
Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007), konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri. Von Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia

8

kenyataan yang ada. Tetapi, pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu
konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Menurut Nur (Trianto, 2007), satu prinsip yang penting dalam psikologi pendidikan menurut teori ini adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang
harus memanjat anak tangga tersebut.
Menurut Von Glasersfeld (Pannen dkk, 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan
interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.
2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan
mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari
pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang
lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul
penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif
2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa
3. Mengajar adalah membantu siswa belajar

9

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir
5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa
6. Guru adalah fasilitator.

Secara keseluruhan, maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai penghubung
yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, menyelesaikan suatu masalah
dan guru berperan sebagai pembimbing pada proses pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan baru.
B. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)
Pendekatan pembelajaran merupakan cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membantu
dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang pada dasar gaya berpikirnya
mengadopsi dari metode ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran bukan hal yang aneh dan mengada-ada tetapi memang itulah
yang seharusnya terjadi dalam proses pembelajaran, karena sesungguhnya pembelajaran itu sendiri adalah sebuah proses ilmiah (keilmuan). Banyak para ahli
yang meyakini bahwa melalui pendekatan ilmiah, selain dapat menjadikan siswa
lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat
mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta
dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa
dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, bukan diajak
untuk beropini dalam melihat suatu fenomena (Sudrajat, 2013).

10

Pembelajaran merupakan proses ilmiah karena itu kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Menurut Tim Penyusun
(2013a) kriteria yang tercakup dalam pendekatan scientific meliputi :
1.

Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon
materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.

Tim Penyusun (2013) memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan membentuk
jejaring (networking).

11

Gambar 1. Tahap-tahap pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah
1.

Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa
dengan menggunakan inderanya. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan objek secara nyata sehingga siswa senang dan
tertantang. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh
guru. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut:
a.
b.
c.
d.

Menentukan objek yang akan diobservasi.
Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan
diobservasi.
Menentukan data-data yang perlu diobservasi, baik primer maupun
sekunder.
Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.

12

e.
f.

Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti
menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan
alat-alat tulis lainnya.

Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan observasi dengan dua cara
pelibatan diri. Kedua cara pelibatan yang dimaksud yaitu observasi berstruktur
dan observasi tidak berstruktur. Pada observasi berstruktur dalam rangka proses
pembelajaran, fenomena subjek, objek, atau situasi apa yang ingin diobservasi
oleh siswa telah direncanakan secara sistematis di bawah bimbingan guru. Pada
observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, subjek, objek,
atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara baku atau rijid oleh guru. Dalam kerangka ini, siswa membuat catatan, rekaman, atau mengingat dalam memori secara spontan atas subjek, objek, atau situasi yang diobservasi.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan siswa selama observasi
pembelajaran disajikan berikut:
a.
b.

c.

2.

Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi
untuk kepentingan pembelajaran.
Banyak atau sedikit serta homogenitas atau heterogenitas subjek, objek,
atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan heterogen subjek,
objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan obervasi itu
dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan siswa sebaiknya
menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.
Guru dan siswa perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan
sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.

Menanya (Questioning)

Dalam kegiatan menanya, guru membuka kesempatan secara luas siswa untuk
bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat pada

13

kegiatan mengamati. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hasil pengamatan objek yang
konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur,
atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan tersebut dapat bersifat faktual
sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana siswa
dilatih mengajukan pertanyaan oleh guru, siswa tersebut masih memerlukan
bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana siswa
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Siswa yang semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahunya semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut
dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Menanya memiliki banyak
fungsi dalam kegiatan pembelajaran. Fungsi bertanya adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

e.

f.
g.

h.

Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian siswa tentang
suatu tema atau topik pembelajaran.
Mendorong dan menginspirasi siswa untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa sekaligus menyampaikan ancangan
untuk mencari solusinya.
Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas
substansi pembelajaran yang diberikan.
Membangkitkan keterampilan siswa dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
Mendorong partisipasi siswa dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
Membiasakan siswa berpikir spontan dan cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

14

i.

3.

Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan
berempati satu sama lain.

Mencoba (Experimenting)

Tindak lanjut dari menanya adalah mencoba. Dalam hal ini, siswa menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu
siswa dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut
terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu
menalar.
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, siswa harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada mata pelajaran IPA, peserta siswa memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Siswa pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi sehari-hari.
Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan
berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik
sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari
cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3)
mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya;
(4) melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,

15

menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
4.

Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
yang dianut dalam kurikulum 2013 digunakan untuk menggambarkan bahwa guru
dan siswa merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis
dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah,
meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemahan dari reasonsing. Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran
pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan
beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori.
Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan
dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya
yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan pemrosesan informasi untuk menemukan keterkaitan
satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

16

5.

Membentuk Jejaring (Networking)

Membentuk jejaring atau pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi
esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara
baik dan disengaja sedemikian rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi, maka ia menyentuh tentang identitas siswa terutama
jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, siswa berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan siswa menghadapi
berbagai perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Dalam kegiatan
ini, siswa menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasi, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa
tersebut.
Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah menyentuh tiga ranah,
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar
agar siswa “tahu mengapa”. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan

17

menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar siswa “tahu apa”.
Integrasi dari ketiga ranah tersebut seperti terlihat pada gambar 2.

Sikap
(Tahu
Mengapa)

Keterampilan
(Tahu
Bagaimana)

Produktif
Inovatif
Kretif
Afektif

Pengetahuan
(Tahu Apa)

Gambar 2. Hasil belajar penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi.

Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan
dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi
aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pada penelitian ini yang
akan dijadikan tolok ukur adalah kemampuan berpikir kreatif.
C. Kemampuan Berpikir Kreatif

Menurut Guilford (Munandar, 2012), kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap
suatu masalah, merupakan bentuk pemikiran yang selama ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal. Rogers (Munandar, 1992)

18

mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru dalam
tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang
berinteraksi dengan individu lain, pengalaman maupun keadaan hidupnya.
Demikian juga Drevhal (Hurlock, 1978) mendefinisikan kreativitas sebagai
kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan baru yang dapat berwujud kretivitas imajinatif atau sintesis yang mungkin melibatkan pembentukan
pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan
dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)
2) Berpikir Luwes
(fleksibel)

3) Berpikir Orisinil
(originality)
4) Berpikir Terperinci (elaborasi)

Arti
a. Menghasilkan banyak
gagasan/jawaban yang relevan;
b. Arus pemikiran lancar.
a. Menghasilkan gagasan-gagasan
yang beragam;
b. Mampu mengubah cara atau
pendekatan;
c. Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak
lazim, yang lain dari yang lain, yang
jarang diberikan kebanyakan orang.
a. Mengembangkan, menambah,
memperkaya suatu gagasan;
b. Memperinci detail-detail;

19

Sedangkan menurut Guilford (Munandar, 2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali
dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacammacam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan
cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang didalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.

Menurut Munandar (1992), kreativitas seseorang tidak muncul begitu saja, tetapi
perlu ada pemicu. Kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu
dengan lingkungannya, yang berarti bahwa lingkungan dapat menunjang atau
menghambat kreativitas seseorang. Pemikiran kreatif akan membantu seseorang
untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991). Definisi kemampuan berpikir secara kreatif (Arifin, 2000) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.
Willliams (Munandar, 2012) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan
berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat
dalam Tabel 2 di bawah ini.

20

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Definisi

Perilaku Siswa

Berpikir Lancar (Fluency)
1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau
pertanyaan.
2. Memberikan banyak cara atau saran
untuk melakukan berbagai hal.
3. Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban

a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada pertanyaan.
c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.
d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya.
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan
f. lebih banyak dari orang lain.
g. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek
atau situasi.
a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda.
c. Jika diberikan suatu masalah biasa
nya memikirkan bermacam-macam
cara untuk menyelesaikannya.

Berpikir Luwes (Flexibility)
1. Menghasilkan gagasan, jawaban,
atau pertanyaan yang bervariasi.
2. Dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda.
3. Mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda.
4. Mampu mengubah cara pendekatan
atau pemikiran.
Berpikir Orisinil (Originality)
1. Mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik.
2. Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur
Memperinci (Elaboration)
1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk
2. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan atau
situasi sehingga menjadi lebih
menarik.

a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tidak terpikirkan orang lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan caracara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari pada
yang lain.
a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkahlangkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warna-warna,
dan detail-detail (bagian-bagian)
terhadap gambaranya sendiri atau
gambar orang lain.

21

Tabel 2. (Lanjutan)
Menilai (Evaluation)
1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.
3. Tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi juga melaksanakannya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut
pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolok ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah keterampilan berpikir elaborasi.
D. Konsep

Herron et al. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang
konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan
dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada.
Lebih lanjut lagi, Herron et al. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis
konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur
ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk.
Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau
label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi
konsep, contoh, dan noncontoh.

22

Tabel 3. Analisis Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit

Label
Konsep
(1)
Larutan

Larutan
elektrolit

Definisi Konsep
(2)
Campuran homogen
dari dua zat atau lebih,
dimana salah satunya
bertindak sebagai zat
terlarut sedangkan
yang lainnya sebagai
zat pelarut dan
mempunyai sifat dapat
menghantarkan listrik
(elektrolit) atau tidak
dapat menghantarkan
listrik (non elektrolit).
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik,
yang dapat bersifat
elektrolit kuat atau
elektrolit lemah.

Jenis
Konsep
(3)

Atribut
Kritis
Variabel
(4)
(5)
 Larutan
 Jenis zat
elektrolit
pelarut
 Larutan
 Jenis zat
nonelekterlarut
trolit

Posisi Konsep
Superordin Koordinat
Subordinat
at (6)
(7)
(8)
 Campuran  Suspensi
 Larutan
elektrolit
 Koloid
 Larutan
non
elektrolit
 Larutan
asam basa
 Larutan
garam
 Larutan
penyangga

 Larutan
elektrolit
kuat
 Larutan
elektrolit
lemah

 Larutan

Konsep
Konkrit

Konsep
berdasar
kan
prinsip

 Jenis zat
terlarut

 Larutan
nonelektrolit

 Larutan
elektrolit
kuat
 Larutan
elektrolit
lemah

Contoh
(9)
 Larutan
garam

 Larutan
NaCl
 Larutan
NaOH
 Larutan
H2SO4

Non
Contoh
(10)
 Susu
 Campuran
air
dan
pasir

 Alkohol
 Larutan
Gula

23

1
Larutan
elektrolit
kuat

Larutan
elektrolit
lemah

Larutan
nonelektrolit

2
Larutan yang
dapat
terionisasi
seluruhnya
menjadi ion
positif dan ion
negatif
sehingga dapat
menghantarkan
listrik dengan
kuat
Larutan yang
terionisasi
sebagian
menjadi ion
positif dan ion
negatif
sehinggadaya
hantar
listriknya
lemah.
Larutan yang
tidak dapat
menghantarkan
listrik.

3
Konsep
berdasar
kan
prinsip

Konsep
berdasar
kan
prinsip

Konsep
berdasar
kan
prinsip

4
5
 Larutan  Konsentrasi
elektrolit larutan
kuat
 Kerapatan ion

6
 Larutan
elektrolit

7
 Larutan
elektrolit
lemah

8

9
 Larutan NaCl
 Larutan HCl

 Larutan  Konsentrasi
elektrolit larutan
lemah
 Kerapatan ion

 Larutan
elektrolit

 Larutan
elektrolit
kuat

 Larutan
CH3COOH
 Larutan
NH4OH

 Larutan
nonelekt
rolit

 Larutan

 Larutan
elektrolit

 Urea
 Larutan
HNO3
 Larutan gula
 Alkohol
 Larutan
garam






10
Urea
Larutan
gula
Al(OH)3
HCN

 Alkohol
 KOH
 H2SO4
(air aki)

24

E.

Kerangka Pemikiran

Pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah terutama dalam membelajarkan
materi larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Langkahlangkah pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah meliputi mengamati
(observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar
(associating) dan membentuk jejaring (networking).
Pada tahap awal pembelajaran dengan pendekatan ilmiah ialah mengamati
(observing), siswa diberikan data, tabel, grafik, visualisasi gambar mikroskopis,
maupun fenomena oleh guru kemudian siswa diminta mengamati, mengidentifikasi, menemukan, serta mengumpulkan data hasil pengamatannya. Tahap selanjutnya ialah menanya (questioning). Pada tahap ini, siswa diminta menuliskan
hal-hal yang tidak mereka pahami dari yang sudah dilihat, disimak atau dibaca
pada kegiatan mengamati dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Setelah siswa
menuliskan hal-hal yang mereka kurang pahami dalam bentuk pertanyaan, tahap
selanjutnya adalah mencoba (experimenting). Pada langkah ini, siswa mengeksplorasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang kurang mereka pahami dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara,
seperti mengamati suatu fenomena, tabel, kurva, visualisasi gambar mikroskopis,
video , animasi atau bahkan siswa diminta merancang sebuah percobaan dan melakukan percobaan yang telah mereka rancang sendiri. Dalam merancang percobaan, siswa diminta menentukan variabel-variabel percobaan, menentukan alat
serta bahan yang digun