Efektivitas Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menginduksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi

(1)

Elisabet Kartika Evaliani

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINDUKSI DAN MEMPERTIMBANGKAN HASIL INDUKSI

Oleh

ELISABET KARTIKA EVALIANI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014-2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 dan siswa kelas X2. Metode penelitian adalah kuasi eksperimen menggunakan Non Equivalent Pretest-Postest Control Group Design. Efektivitas pembelajaran dengan pendekatan saintifik ditunjukkan oleh perbedaann-Gainyang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata n-Gainketerampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berturut-turut 0,44 dan 0,53. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pendekatan saintifik pada


(2)

Elisabet Kartika Evaliani

pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.

Kata kunci: keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, larutan elektrolit dan non-elektrolit, pendekatan saintifik


(3)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT DALAM

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGINDUKSI DAN MEMPERTIMBANGKAN HASIL INDUKSI

Oleh

ELISABET KARTIKA EVALIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 4 Januari 1994, sebagai anak kedua dari dua bersaudara buah hati Bapak Gigih dan Ibu Eko. Pendidikan formalnya dimulai di SD Xaverius Metro diselesaikan tahun 2005, pendidikan dilanjutkan di SMP Xaverius Metro tahun 2008, dan pendidikan dilanjutkan di SMA Kristen 1 Metro tahun 2011.

Tahun 2011, terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurus-an PendidikJurus-an MIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan katolik di UKM Katolik Universitas Lampung sebagai Mentor pada periode 2012/2013. Pada akhir semester lima, penulis mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Jakarta–Bogor– Bandung–Semarang–Malang–Yogyakarta, kemudian pada akhir semester enam mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Pesisir Selatan dan juga Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Teritegrasi (KKN-KT) di Desa Biha, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.


(8)

Persembahan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan limpahan berkat-Nya, dengan segala ke-rendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

• Bapak dan Ibu tercinta. Terimakasih, karena selalu memberikan kasih sayang dan doanya untuk

keberhasilan studiku. Jerih payah dan kerja keras bapak dan ibu tidak akan terlupakan. Semoga Tuhan berkenan membalas semua jasa dan pengorbananmu. • Kakakku tersayang, Lorentius Agung S. W.

Terimakasih atas dukungan dan perhatiannya untuk keberhasilan studiku ^^.


(9)

MOTO

Bersyukurlah kepada Tuhan akan

semua hal yang anda miliki, percayalah kepada Tuhan untuk

semua kebutuhanmu


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi denganjudul “EfektivitasPendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit Dalam Meningkatkan Keterampilan Menginduksi Dan Mempertimbangkan Hasil Induksi”yang merupakan salah satu syarat untuk mem-peroleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung ini dapat diselesaikan. Sepenuhnya disadari bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu dalam me-nyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, serta Pembahas yang senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku pembimbing I yang telah berkenan memberikan bimbingan, kesabaran, dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku pembimbing II yang telah berkenan mem-berikan bimbingan dan kesabarannya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.


(11)

6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

7. Kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung, Waka Kurikulum SMA Negeri 5 Bandar Lampung dan guru mitra penelitian ibu Dra. Hj. Silmiawati

8. Teristimewa kedua orangtua saya, Yohanes Gigih Sudarno dan Vincensia Eko Winarsih. Serta kakak yang luar biasa dukungan dan doanya yang diberikan selama ini.

9. Sahabat dan rekan kerjaku Desta, Dita, Ima, Musfiroh, Puput, Yeni, dan Fitry terimakasih atas kasih sayang, semangat dan bahu yang selalu ada untukku meneduhkan keluh.

10. Keluarga KKN Pekon Biha, Mbak Ana, Flo, Eka, Mbk Dara, Dilla, Isra, Cahyo dan Abil. Terimakasih atas keceriaanya.

Semoga TuhanYang Maha Esa melimpahkan berkatNya, dan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 10 Juli 2015 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Efektivitas ... 9

C. Pendekatan Saintifik ... 10

D. Keterampilan Berfikir Kritis ... 13

E. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit ... 16

F. Kerangka Berpikir... 19

G. Anggapan Dasar... 20


(13)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

B. Data Penelitian ... 21

C. Metode dan Desain Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian dan Validitas instrumen ... 23

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 24

G. Analisis Datan dan Pengujian Hipotesis ... 27

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data... 36

B. Pembahasan... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis SKL-KI-KD-Indikator ... 59

2. Silabus Kelas Eksperimen... 68

3. RPP Kelas Eksperimen ... 82

4. Lembar Kerja Siswa 1 Kelas Eksperimen ... 101

5. Lembar Kerja Siswa 2 Kelas Eksperimen ... 110


(14)

7. Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes... 123

8. Soal Pretes dan Postes... 128

9. Rubrikasi Soal Pretes dan Postes ... 136

10. Penilaian Afektif ... 141

11. Rubrik Penilaian Afektif ... 148

12. Penilaian Psikomotor ... 151

13. Data pemeriksaan jawaban pretes siswa ... 153

14. Data pemeriksaan jawaban postes siswa... 159

15. Perhitungan ... 164

16. Angket Respon Siswa ... 188

17. Pengolahan Angket ... 190


(15)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Unsur-unsur keterampilan berfikir kritis ... 14 2. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit ... 17 3. Desain penelitian ... 22 4. Hasil uji normalitas nilai pretes siswa keterampilan menginduksi dan

mempertimbangakan hasil induksi siswa ... 38 5. Hasil uji normalitasn-Gainsiswa ... 41 6. Data angket respon siswa terhadap pemebelajaran dengan Pendekatan


(16)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang

terintegrasi ... 11 2. Prosedur pelaksanaan penelitian ... 26 3. Rata-rata nilai pretes dan postes subketerampilan mencari penjelasan yang

mungkin ... 36 4. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan mengemukakan kesimpulan

berdasarkan fakta... 37 5. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi ... 38 6. Rata-ratan-Gainketerampilan keterampilan menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi... 40 7. Rata-rata penilaian afektif siswa kelas eksperimen... 43


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 59 tahun 2014 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, Kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dan penilaian otentik. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah mengamati, menanya, mengum-pulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Kegiatan tersebut akan men-dorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber observasi, mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah, agar mempersiapkan siswa yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif sehingga mencapai pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat (Tim Penyusun, 2014).

Pencapaian pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan merupakan 3 ranah pencapaian dalam pendekatan saintifik, dimana ranah pengetahuan ber-tujuanagar siswa tahu ‘apa’,ranah sikap bertujuan agar siswa tahu ‘mengapa’, dan ranah keterampilan bertujuan agar siswa tahu ‘bagaimana’(Hosnan, 2014). Mengacu pada pencapaian 3 ranah dalam pendekatan saintifik tersebut sesuai dengan kimia yakni ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa


(18)

2

dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika zat (Tim Penyusun, 2014), yang di-peroleh melalui karakteristik ilmu kimia sebagai proses (kerja ilmiah) yang me-liputi mengamati, menafsirkan pengamatan, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, mengkomunikasikan percobaan, dan mengajukan pertanyaan. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, danteori, pada dasarnya merupakan suatu produk dari rangkaian proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, produk, dan sikap (Fadiawati, 2011). Pembelajaran kimia sebagai proses, ketika mengamati, menafsirkan pengamatan, merencanakan percobaan dan mengajukan pertanyaan , siswa dituntut melatih keterampilan berpikir kritisnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, pendekatan saintifik dinilai mampu mening-katkan keterampilan berpikir kritis siswa. Menurut Sembel dalam Suyanti (2010) berpikir kritis merupakan sebuah proses. Proses berpikir ini bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus kita percayai dan tindakan apa yang akan kita lakukan. Menurut Ennis (1985), berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir secara beralasan dan ref-lektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus diper-caya atau diputuskan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mitra yang dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia masih berpusat pada guru, siswa jarang melakukan percobaan ataupun merancang percobaan dan percobaan yang pernah dilakukan merupakan pembuktian teori,


(19)

3

siswa menggunakan media pembelajaran berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) yang isinya berupa latihan soal. Siswa lebih sering mencatat apa yang guru bacakan atau tulis di papan tulis, oleh karena itu siswa cenderung bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk berpikir apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang terlatih.

Berdasarkan hal tersebut, perlu diadakan suatu perbaikan dalam proses pembela-jaran, salah satunya dengan menggunakan pendekatan saintifik . Hal ini didukung oleh penelitian Fauziah (2013) yang menyimpulkan bahwa tahap-tahap pendekat-an saintifik dapat meningkatkpendekat-an kemampupendekat-an peserta didik kelas X program keah-lian TEI di SMK Negeri 1 Kota Cimahi periode 2013-2014 yang sedang menem-puh mata pelajaran Elektronika Dasar dalam mengamati, menanya, menalar, men-coba dan mengkomunikasikan temuannya, sehingga berdampak positif terhadap kemampuan soft skill-nya.

Salah satu kompetensi dasar yang dapat dicapai dengan melatih keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil iduksi siswa kelas X semester genap dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah KD 3.8 yaitu menganali-sis sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit berdasarkan daya hantar listri-nya dan KD 4.8 yaitu merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta melistri-nyaji- menyaji-kan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan

nonelektrolit.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi tersebut, mengajak siswa untuk mengamati fenomena larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam kehidupan


(20)

4

sehari-hari berupa wacana mengenai fungsi aki pada kendaraan motor dan mobil. Pada kegiatan mengumpulkan informasi, siswa dilatih untuk menentukan langkah percobaan terlebih dahulu dengan menentukan variabel bebas, kontrol dan terikat, alat, bahan. Pada kegiatan menalar, siswa diajak menjawab pertanyaan dan menyimpulkannya, maka siswa akan terlatih untuk berpikir kritis pada kete-rampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.

Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan judul “EfektivitasPendekatan Saintifik pada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Menginduksi dan Mempertimbangkan Hasil Induksi”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektifitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam mening-katkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektifitas pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam mening-katkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.


(21)

5

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu; 1. Bagi Siswa

Dengan diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan saintifik maka akan meningkatkan kemampuan berpikir siswa karena siswa belajar mengemukakan kesimpulkan berdasarkan fakta-fakta yang diamati. 2. Bagi Guru

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan produktif.

3. Bagi Sekolah

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap istilah yang diguna-kan, maka perlu dikembangkan beberapa istilah sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dikatakan efektif meningkatkan keterampilan mencari penjelasan yang mungkin dan mengemukakan

kesimpulan berdasarkan fakta siswa, apabila secara statistik ada perbedaan n-Gainyang signifikan antara kelas control dan kelas eksperimen.

2. Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi


(22)

6

(experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating) (Tim Penyusun, 2014).

3. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti adalah keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi yang berfokus pada subketerampilan mencari penjelasan yang mungkin dan mengemukakan kesimpulan


(23)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran merupakan suatu proses menciptakan kondisi yang kondusif agar terjadi interaksi komunikasi belajar mengajar antara guru, peserta didik, dan kom-ponen pembelajaran lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran (Hosnan, 2014). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menu-rut Woolfolk (2009), pembelajaran adalah pendekatan umum yang melihat belajar sebagai sebuah proses mental aktif dalam memperoleh, mengingat, dan menggu-nakan pengetahuan. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, pe-serta didik, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar dalam memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.

Kostruktivis sebagai satu konsep yang banyak membicarakan masalah pembe-lajaran, diharapkan menjadi landasan intelektual untuk menyusun dan mengana-lisis problem pembelajaran dalam pergulatan dunia pendidikan. Pada konteks filsafat pendidikan, kostruktivisme merupakan suatu aliran yang berupaya mem-bangun tata suasana hidup kebudayaan yang bercorak modern (Riyanto, 2012).


(24)

8

Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Sardiman, 2008). Bettencourt dalam Sardiman (2008) menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu.

Menurut Dahar (1996), dalam bunga rampai “Membuka Masa depan Anak-anak Kita”, dinyatakan bahwa sebagai filsafat belajar, kontruktivisme sudah terungkap dalam tulisan ahli filsafat Giambattista Vico tahun 1710, yang mengemukakan bahwa orang hanya dapat benar-benar memahami apa yang dikonstruksinya sen-diri. Gagasan konstruksivisme yang ditetapkan dalam kelas dan perkembangan anak ini pertama kali dikembangkan oleh Piaget (Riyanto, 2012). Piaget menya-takan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan data baru dengan struktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi adalah penyusuaian kembali yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).

Berdasarkan hal tersebut pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembela-jaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengolah pengetahuan baru, untuk menyelesaikan suatu masalah.


(25)

9

B. Efektivitas

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting-kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila seku-rang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembela-jaran (gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

.

Eggen dan Kauchak dalam Warsita (2008), menyatakan bahwa suatu pembelajar-an akpembelajar-an efektif bila siswa secara aktif dilibatkpembelajar-an dalam pengorgpembelajar-anisasipembelajar-an dpembelajar-an penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir, dengan demikian dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Siswa yang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempelajari hal tersebut.


(26)

10

C. Pendekatan Saintifik

Proses pembelajaran merupakan proses ilmiah. Pendekatan yang dapat digunakan dalam proses ilmiah adalah pendekatan saintifik. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dije-laskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pem-belajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya (Tim penyusun, 2013).

Langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik mengamati beberapa ranah pen-capaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan pembelajaran. Proses pembela-jaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut;

1. Ranah sikap mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”.

2. Ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana.”.

3. Ranah pengetahuan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”.

4. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari peserta didik yang meli-puti aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.


(27)

11

5. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosnan, 2014).

Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Hosnan, 2014)

Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui langkah-langkah mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan ma-salah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan ber-bagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksud-kan untuk memberidimaksud-kan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, mema-hami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Hosnan, 2014).

Attitude/ Sikap (Tahu Mengapa)

Knowledge/ Pengetahuan (Tahu Apa)

SkillKeteramp ilan (Tahu Bagaimana)

Siswa Produktif

Inovatif Kreatif Afektif


(28)

12

Pendekatan saintifik mempunyai kriteria proses pembelajaran untuk mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara krirtis. Langkah-langkah umum pembe-lajaran dengan pendekatan saintifik yaitu mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi (experimenting), menalar (associating) dan mengkomunikasikan (communicating) (Hosnan, 2014).

1. Mengamati (Observing)

Kegiatan pertama pada pendekatan saintifik adalah pada langkah pembe-lajaran mengamati/ observing. Observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai ting-kat perkembangan siswa. Pada kegiatan pembelajaran, siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, men-dengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangakan adalah melatih kesungguhan, ketelitian dan mencari informasi (Hosnan, 2014).

2. Menanya (Questioning)

Kegiatan pembelajarannya adalah mengajukan pertanyaan tentang infor-masi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas rasa ingin tahu, kemampuan meru-muskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis. Bertanya merupa-kan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, bertanya dalam kegaiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa (Hosnan, 2014).

3. Mengumpulkan informasi (Experimenting)

Kegiatan yang dilakukan adalah mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/ mengembangkan (Tim Penyusun, 2014). Kegiatan pembelajarannya adalah melakuakn eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian aktivitas, dan wawancara dengan nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain kemampuan berko-munikasi, menerapkan kemapuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Eksperimen/ mencoba dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data


(29)

13

untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis (Hosnan, 2014).

4. Menalar (Associating)

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekat -an ilmiah y-ang di-anut dalam kurikulum 2013 digunak-an untuk menggam-barkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Istilah menalar disini merupakan padanan dari associating; bukan meru-pakan terjemahan dari reasonsing (Hosnan, 2014).

5. Mengkomunikasikan (Communicating)

Kegiatan yang dilakukan adalah siswa menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan (Tim Penyu-sun, 2014). Kegaiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamat-an, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lispengamat-an, tulisan atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berfikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemapuan ber-bahasa yang baik dan benar. Pada langkah ini, siswa mempersentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi (Hosnan, 2014).

D. Keterampilan Berpikir Kritis

Proses belajar diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Arifin (2003) menyatakan bahwa berpikir merupakan proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir merupakan kegiatan pengga-bungan antar presepsi dan unsur-unsur yang ada dalam pikiran untuk menghasil-kan pengetahuan. Menurut Presseisen (1988) berpikir dianggap suatu proses kognitif, suatu aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Berpikir dapat terjadi pada seseorang apabila ia mendapatkan rangsangan dari luar dan memalui berpikir inilah seseorang mengatasi masalah yang dihadapinya.


(30)

14

Salah satu berpikir tingkat kompleks yang digunakan dalam pembentukan konsep-tual IPA adalah berpikir kritis. Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap indi-vidu untuk menyikapi permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia mencoba untuk membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria. Menurut Presseisen (1988) pengertian ini mengindikasikan bahwa berpikir adalah upaya yang kompleks dan reflektif bahkan suatu pengalaman yang kreatif. Ennis (1985) menyatakan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan, sebagai apa yang harus dipercaya atau diputuskan.

Terdapat enam komponen atau unsur dari berpikir kritis yang disingkat menjadi FRISCO menurut Ennis (1985). Seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Unsur-unsur keterampilan berpikir kritis

No Unsur Keterangan

1 Focus Memfokuskan pemikiran, menggambarkan poin-poin utama, isu, pertanyaan, atau per-masalahan. Hal-hal pokok dituangkan di dalam argumen dan pada akhirnya didapat kesimpulan dari suatu isu, pertanyaan, atau permasalahan tersebut.

2 Reasoning Ketika suatu argumen dibentuk, maka harus disertai dengan alasan (reasoning). Alasan dari argumen yang diajukan harus dapat mendukung kesimpulan dan pada akhirnya alasan tersebut dapat diterima sebelum membuat keputusan akhir.

3 Inference Ketika alasan yang telah dikemukakan benar, apakah hal tersebut dapat diterima dan dapat mendukung kesimpulan


(31)

15

dipengaruhi oleh situasi atau keadaan baik (keadaan lingkungan, fisik, maupun sosial). 5 Clarity Ketika mengungkapkan suatu pikiran atau

pendapat, diperlukan kejelasan untuk membuat orang lain memahami apa yang diungkapkan 6 Overview Suatu proses untuk meninjau kembali apa yang

telah kita temukan, putuskan, pertimbangkan, pelajari, dan simpulkan.

(Ennis, 1985) Menurut Ennis (1985) terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis (KBKr) yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir. Kelima kelompok keterampilan tersebut adalah: memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat penjelasan lebih lanjut (advance

clarification), serta strategi dan taktik (strategy and tactics). Adapun kedua belas keterampilan tersebut adalah:

1. Memfokuskan pertanyaan. 2. Menganalisis argumen.

3. Bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang.

4. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.

6. Mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi. 7. Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi. 8. Membuat dan mempertimbangkan hasil keputusan. 9. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi. 10. Mengidentifikasi asumsi.

11. Memutuskan suatu tindakan. 12. Berinteraksi dengan orang lain.

Keterampilan berpikir kritis siswa yang dilatih pada penelitian ini adalah keteram-pilan menyimpulkan, pada keteramketeram-pilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, dan subketerampilan yang dilatihkan adalah mengemukakan kesim-pulan berdasarkan fakta dan mencari penjelasan yang mungkin (Ennis ,1985). Keterampilan menyimpulkan ialah kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan Tabel 1 (Lanjutan)


(32)

16

pengertian dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga dapat beranjak mencapai pengertian atau pengetuahuan yang baru (Salam dalam Jahro, 2010).

E. Analisis Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Menurut Dahar (1996), konsep merupakan kategori-kategori yang kita berikan pada stimulus-stimulus yang ada di lingkungan kita. Konsep-konsep menyedia-kan skema-skema terorganisasi untuk menentumenyedia-kan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Analisis konsep dimaksudkan untuk mengidentifikasi konsep-konsep esensial dalam topik-topik yang diajarkan, menyusun konsep secara hierarki serta mengenali sifat, atribut, kedudukan konsep, contoh dan non contoh. Konsep-konsep esensial yang sudah teridentifikasi dalam satu pokok bahasan, dapat dilihat keterampilannya melalui peta konsep (Suyanti, 2010). Menurut Herron dalam Suyanti (2010) konsep-konsep dapat dikelompokkan berdasarkan atribut-atribut konsep menjadi 6 kelompok, yaitu;

1. Konsep konkrit, yaitu konsep yang contohnya dapat dilihat misalnya spektrum.

2. Konsep abstrak, yaitu konsep yang contonya tidak dapat dilihat, misalnya atom dan molekul.

3. Konsep dengan atribut kritis yang abstrak tetapi contohnya dapat dilihat, misalnya unsur dan senyawa.

4. Konsep yang berdasarkan prinsip, misalnya mol, campuran, dan larutan. 5. Konsep yang melibatkan penggambaran simbol, misalnya lambang unsur

dan rumus kimia.

6. Konsep yang menyatakan suatu sifat, misalnya elektropositif dan elektronegatif.

7. Konsep yang menunjukan atribut ukuran meliputi kg, g (ukuran massa) dan M, m, pH (ukuran konsentrasi)


(33)

20

Tabel 2. Analisis konsep materi larutan elektrolit dan non-elektrolit Label

Konsep

Definisi Konsep Jenis Konsep

Atribut Konsep Contoh Non Contoh

Kritis Variabel Superordin at

Koordinat Subordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Suatu campuran homogen dua macam zat tunggal atau lebih dengan bermacam-macam perbandingan komposisi dan memiliki sifat-sifat yang sama diseluruh bagiannya, dan mempunyai sifat dapat mengahntarkan arus listrik (elektrolit) dan tidak dapat menghantarkan arus listrik (non-elektrolit) Konsep Konkrit Larutan elektrolit Larutan non-elektrolit

Jenis zat pelarut Jenis zat

terlarut

Campuran  Suspensi

 Koloid  Larutan elektrolit  Larutan non-elektrolit  Larutan asam basa  Larutan garam  Larutan penyangg a

 Larutan gula

 Larutan garam

 Larutan HCl

 Larutan NaOH  Susu  Campuran air dan pasir Larutan elektrolit

Larutan yang dapat menghantarkan

Konsep Berdasar

Larutan elektrolit

Jenis zat terlarut


(34)

21

listrik, yang dapat bersifat elektrolit lemah dan elektrolit kuat kan Prinsip kuat Larutan elektrolit lemah non-elektrolit elektrolit kuat  Larutan elektrolit lemah  Larutan NaOH  Larutan CH3COOH  Larutan NH4OH gula  Larutan urea Larutan elektrolit kaut Larutan yang mengalami ionisasi sempurna sehingga dapat menghantarkan arus listrik dengan kuat

Konsep Berdasar kan Prinsip Larutan elektrolit Lemah Konsentr asi larutan Kerapata n ion Larutan elktrolit  Larutan elektrolit lemah  Larutan H2SO4

 Larutan NaCl

 Larutan NaOH  Larutan asam cuka  Larutan amonia hidroksida Larutan elektrolit lemah Larutan yang mengalami ionisasi sebagian sehingga dapat menghantarkan arus listrik dengan lemah Konsep Berdasar kan Prinsip Larutan elektrolit Kuat Konsentr asi larutan Kerapata n ion Larutan elektrolit  Larutan elektrolit kuat

 Larutan asam cuka

 Larutan asam oksalat  Larutan amonia hidroksida  Larutan H2SO4  Larutan NaCl  Larutan NaOH Larutan non-elektrolit

Larutan yang tidak dapat mengantarkan arus listrik Konsep Berdasar kan Prinsip Larutan non-elektrolit  Larutan elektrolit

 Larutan gula

 Larutan urea

 Larutan HCl

 Larutan NH4OH Lanjutan (Tabel 2)


(35)

19

F. Kerangka Pemikiran

Kegaiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam memecahkan suatu masalah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mencakup: mengamati, menanya , mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan.

Langkah awal pembelajaran dengan pendekatan saintifik ialah siswa mengamati (observing). Pada langkah ini siswa membaca suatu wacana tentang fungsi air aki yang digunakan pada kendaraan bermotor sebagai larutan elektrolit, sehingga siswa akan terpacu berpikir dan mencetuskan banyak gagasan. Berdasarkan peng-amatan, siswa akan menemukan hal-hal yang kurang mereka pahami, sehingga mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit. Langkah selanjutnya menanya (questionning), dimana siswa menu-liskan hal-hal yang belum dipahami dalam bentuk pertanyaan. Langkah selanjut-nya mengumpulkan informasi (experimenting). Pada langkah ini, siswa mengeks-plorasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang kurang mereka pahami, terlebih dahulu menentukan variabel percobaan, kemudian menentukan alat, bahan dan menentu-kan langkah percobaan uji daya hantar listrik larutan elektrolit dan nonelektrolit, selanjutnya siswa melakukan percobaan dengan prosedur yang diberikan guru. Langkah berikutnya menalar (associating), pada langkah ini siswa menganalisis informasi /data yang diperoleh dari langkah mengumpulkan informasi maupun langkah mengamati untuk dapat mengemukakan banyak gagasannya dalam meng-analisis informasi/ data maupun dalam menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan, dimana siswa dilatih keterampilan menginduksi dan


(36)

20

mempertimbangkan hasil induksi pada subketerampilan mengemukakan kesim-pulan berdasarkan fakta dan mencari penjelasan yang mungin. Langkah terakhir mengkounikasikan (communicating), dimana siswa mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas serta ditanggapi oleh kelompok lain. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit, akan dapat

meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi khususnya pada subketerampilan mencari penjelasan yang mungkin dan

mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain keterampilan mencari penjelasan yang mungkin dan mengemukaan kesimpulan berdasarkan fakta siswa semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

2. Faktor-faktor lain di luar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan keterampilan menyatakan secara historikal tentang hal-hal yang terjadi dan mengemukaan kesimpulan berdasarkan fakta pada kedua kelas diabaikan.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik pada pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi.


(37)

21

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 350 siswa dan tersebar da-lam sepuluh kelas. Diambil 2 kelas dari populasi yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknikpurposive sampling. Berdasarkan pertimbangan kemampuan kognitif siswa yang relatif sama, peneliti dengan ban-tuan guru mitra menentukan dua sampel, yaitu kelas X1dan X2sebagai sampel penelitian. Kelas X1sebagai kelas eksperimen yaitu kelas dengan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan kelas X2sebagai kelas kontrol yaitu kelas dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil pretes, postes, kinerja guru, afektif siswa, psikomotor siswa dan angket respon siswa. Data pretes adalah data hasil tes pencapaian keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil


(38)

22

induksi sebelum pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan dan data postes adalah data hasil tes pencapaian keterampilan menginduksi dan mem-pertimbangkan hasil induksi setelah pembelajaran dengan pendekatan saintifik diterapkan.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian ini meng-gunakanNon Equivalence Pretes-Postest Control Group Design(Creswell, 1997), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Desain penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 - O2

Sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Ke-mudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan sain-tifik (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjut-nya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2)

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik dan pembelajaran


(39)

23

konvensional. Variabel terikat adalah keterampilan menginduksi dan memper-timbangkan hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar kurikulum 2013.

2. LKS Kimia dengan menggunakan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

3. Soal pretest dan postes yang masing-masing berisi 4 soal uraian. 4. Lembar observasi afektif siswa

5. Lembar observasi psikomotor siswa 6. Angket respon siswa

7. Lembar observasi kinerja guru

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Konteks peng-ujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgmentatau keputusan ahli dan pengujian empirik.


(40)

24

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu kesesuaian antara instrumen dengan ranah ataudomainyang diukur. Validitas isi ini dilakukan dengan carajudgmentoleh salah satu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi pendahuluan

a. Meminta izin kepada kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

c. Menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak dua kelas. 2. Pelaksanaan penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan

Membuat perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas, yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), pretes, postes dan lembar afektif siswa, lembar psikomotor siswa, angket respon siswa dan lembar kinerja guru.

b. Tahap pelaksanaan penelitian


(41)

25

1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

3) Memberikan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4) Mentabulasi dan analisis data. 5) Menulis pembahasan dan simpulan.


(42)

26

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Prosedur pelaksanaan penelitian

Meminta izin kepada kepala sekolah SMA N 5 Bandar Lampung

Observasi sekolah

Menentukan populasi dan sampel

O bs er v as i pe nda hu lua n

Membuat perangkat pembelajaran

-Silabus

-Rencana Pelaksanaan Pembelajaran -Lembar Kerja Siswa

-Soal pretes -Soal postes -Lembar observasi P er si apa n pe ne li ti an

Pretes Kelas kontrol Kelas eksperimen Pembelajaran dengan pendekatan saintifik Pembelajaran konvensional Postes P el ak sa na an pe ne li ti an A na li si s da ta Pembahasan Kesimpulan Nilai


(43)

27

Keterangan:

= Langkah-Langkah Penelitian = Aktivitas

= Hasil

= Arah Aktivitas

= Batas Langkah-Langkah Penelitian

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

1. Analisis data

a. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dirumuskan sebagai berikut:

100 x maksimal

skor Jumlah

diperoleh yang

jawaban skor

Jumlah siswa

Nilai 

b. Menghitungn-Gain

Perhitungan nilai N-gain (<g>) dilakukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hake (dalam Sunyono, 2014), dengan rumus:

<

g

> =

% postes-% pretes

100%-% pretes

2. Pengujian hipotesis


(44)

28

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Langkah-langkah uji tersebut yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t.

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis :

H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Statistik Uji :

x = (O E )

E

dengan:

Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan Kriteria uji:

Tolak H0jikaχ2hitung≥ χ2(1-α)(k-3)χ2hitung≥ χ2tabel dengan taraf nyataα0,05, dalam hal lainnya H0diterima.

2. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kedua kelas yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik atau tidak. Hipotesis untuk uji


(45)

29

Homogenitas :

Ho: 2

2 2 1 σ

σ  = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen. H1: σ12 σ22 = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

terkecil Varians

terbesar Varians

F 

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Tolak H0hanya jika Fhitung  Ftabel, dengan taraf nyataα0,05, dalam hal lain terima H0

3. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)

Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H1)

Hipotesis

H0: µ1x= µ2x: rata-rata nilai pretes keterampilan siswa dalam menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada kelas eksperi-men sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan siswa dalam menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

H1: µ1x≠µ2x: rata-rata nilai pretes keterampilan siswa dalam menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada kelas eksperi-men tidak sama dengan rata-rata nilai pretes keterampilan


(46)

30

siswa dalam menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Keterangan :

µ1 = rata-rata nilai pretes (x) pada kelas eksperimen pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit

µ2 = rata-rata nilai pretes (x) pada kelas kontrol pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit

x = keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji-t (Sudjana, 2005): 2 1 2 1 1 1 n n Sg X X thitung    dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n Sg Keterangan : hitung

t = kesamaan dua rata-rata 1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2

X = Gain rata-rata nilai kelas kontrol Sg = simpangan baku gabungan n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

= Simpangan baku siswa pada kelas eksperimen = Simpangan baku siswa pada kelas kontrol Dengan kriteria pengujian:

Terima H0jika thitung< t< ttabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dengan taraf nyataα 5%. Dalam hal lain tolak H0.

b. Uji hipotesis

Untuk menentukan efektivitas pembelajaran pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan


(47)

keteram-31

pilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan langkah-langkah uji tersebut yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t.

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui data dari kedua kelompok sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005), uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis :

H0: kedua sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. H1: kedua sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi normal. Statistik Uji :

x = (O E )

E

dengan:

Oi= frekuensi pengamatan Ei= frekuensi yang diharapkan Kriteria uji:

Tolak H0jika dengan taraf nyata0,05, dalam hal lainnya H0diterima.

2. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kedua kelas yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji


(48)

32

Homogenitas :

Ho: 2

2 2 1 σ

σ  = kedua kelas mempunyai variansi yang homogen H1: σ12 σ22 = kedua kelas mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) :

terkecil Varians

terbesar Varians

F 

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria : Tolak H0hanya jika Fhitung  Ftabel, dengan taraf nyataα0,05. 3. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)

Ho : µ1x≤ µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih rendah atau sama dengan rata-ratan-Gainketerampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi dengan pembelajaran konvensional.

H1: µ1x> µ2x : Rata-ratan-Gainketerampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang diterapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik lebih tinggi daripada rata-rata n-Gainketerampilan menginduksi dan mempertimbang-kan hasil induksi dengan pembelajaran konvensional.


(49)

33

Keterangan :

µ1 = rata-rata menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit pada kelas eksperimen µ2 = rata-rata keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil

induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit pada kelas kontrol

x = keterampilan menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Jika data dari kedua sampel yang diperoleh terdistribusi normal dan homogen, maka pengujian menggunakan uji statistik parametrik, yaitu menggunakan uji t (Sudjana, 2005):

2 1 2 1 1 1 n n s X X thitung    dan 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan : 1

X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen 2

2

s = Varians kelas kontrol

Kriteria pengujian:

Terima H0jika thitung< ttabeldengan derajat kebebasan d(k) = n1+ n2–2 dengan taraf nyataα = 5% peluang (1-α ), dalam hal lain tolak H0. 3. Pengolahan Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data respon siswa kelas eksperimen terhadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. Angket dibagikan setelah pembelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit berakhir. Adapun langkah-langkah pembuatan angket adalah


(50)

34

membuat kisi-kisi angket. Lalu angket disusun dalam bentuk pernyataan positif dan kolom skala yang akan diisi oleh siswa dengan menuliskan ceklis. Adapun pernyataan-pernyataan positif dibagi menjadi lima indikator yaitu senang, usaha yang dilakukan, rasa ingin tahu, fokus, dan keterampilan berpikir.

Kolom ceklis pada angket terdiri dari 5 kolom, menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1-5 dengan kriteria positif 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor jawaban angket untuk tiap pernyataan masih berupa data ordinal, dengan statistik biasanya harus menggunakan data berskala interval. Oleh sebab itu harus data ordinal harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakanMethod of Successive Interval(MSI) pada Ms. Excel 2007 (Sarwono, 2012). Berikut ini merupakan tahap-tahap mengubah data ordinal menjadi data interval:

1. Menentukan jumlah responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 dari setiap butir pertanyaan pada angket.

2. Menentukan proporsi yaitu setiap frekuensi yang dibagi dengan banyaknya responden.

3. Menentukan proporsi kumulatif.

4. Menghitung nilai z tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh.

6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :


(51)

35

8. Menentukan nilai per indikator dengan rumus:

= 100

9. Menentukan jumlah siswa per kategori.

Kriteria nilai siswa berdasarkan Arikunto (2004). Cara membandingkan nilai yang didapat siswa dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi 2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah 10. Menentukan persentase kategori dengan rumus:


(52)

54

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian efektivitas pem-belajaran pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkian hasil induksi dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai rata-ratan-Gainkelas eksperimen dengan harga 0,53 dan nilai rata-rata n-Gainkelas kontrol dengan harga 0,44 berbeda secara signifkan, sehingga pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kete-rampilan menginduksi dan mempertimbangkian hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

2. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan rasa tertarik sisws pada proses pembelajaran, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan membuat siswa lebih fokus selama proses pembelajaran.

3. Keterampilan afektif siswa berupa antusiasme, bertanya, dan menjawab semakin meningkat pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik.


(53)

55

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Pendekatan saintifik hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, ter-utama pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkian hasil induksi.

2. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pendekatan saintifik,hendaknya mempersiakan waktu yang cukup untuk proses pembe-lajaran.


(54)

56

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008.Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arifin, M. 2003.Strategi Belajar-Mengajar Kimia. IMSTEP JICA. Bandung. Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara.

Jakarta.

Bell, G.M.E. 1994.Belajar Dan Membelajarkan. PT Grafindo Persada. Jakarta. Creswell, J.W. 1997.Research Design Qualitative And Quantitative Approaches.

Sage Publications. London.

Dahar, R.W. 1996.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Ennis, R.H. 1985. Goals fora Critical Thinking Curriculum.Dalam Costa, A.L (Eds.),Developing Minds A Recource Book For Teaching Thinking. Virginia: ASCD.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI. Bandung.

Fauziah, R. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah.(Skripsi).Bandung. UPI

Halpern, D.F.1996. Though and Knowledge: An Introduction To Critical Thinking.Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey.

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik Dan Komtekstual Dalam Pembelajaran

Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.

Jahro, Iis Siti, Nurfajriani, Lisnawati. 2010.Pengembangan Berpikir Kritis dan Optimalisasi Penerapam Keterampilan Proses Pada Pola Pelaksanaan Semi Riset Praktikum Kimia Anorganik I. FMIP. Unimed. Medan Presseisen, B.Z. 1988.Understanding Adolesence; Issue and Implications for


(55)

57

Riyanto, H. Y. 2012.Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi

Guru Atau Pendidikan Dalam Implementasi Pelajaran Yang Efektif Dan Berkualitas. Kencana. Jakarta.

Sardiman, A.M. 2008. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-saintifik-ilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses pukul 10.34am tanggal 10 Januari 2015.

Sunyono, Dwi Yulianti. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mental dan

Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X.(Laporan Penelitian Hibah

Bersaing).Unila

Tim Penyusun. 2013.Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah.

Mendikbud. Jakarta.

. 2013.Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas Kejuruan Atau Madrasah Aliyah Kejuruan. Mendikbud.

Jakarta.

. 2014.Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas Atau Madrasah Aliyah. Mendikbud. Jakarta.

Warsita, B. 2008.Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. Rineka Karya. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008.Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. Diakses tanggal 29 Maret 2015.

Woolfolk, A. 2009.Educational Psychology Active Learning Edition.Pustaka Pelajar . Yogyakarta


(1)

membuat kisi-kisi angket. Lalu angket disusun dalam bentuk pernyataan positif dan kolom skala yang akan diisi oleh siswa dengan menuliskan ceklis. Adapun pernyataan-pernyataan positif dibagi menjadi lima indikator yaitu senang, usaha yang dilakukan, rasa ingin tahu, fokus, dan keterampilan berpikir.

Kolom ceklis pada angket terdiri dari 5 kolom, menggunakan skala likert dengan rentang nilai 1-5 dengan kriteria positif 5 untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban kurang setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor jawaban angket untuk tiap pernyataan masih berupa data ordinal, dengan statistik biasanya harus menggunakan data berskala interval. Oleh sebab itu harus data ordinal harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan menggunakanMethod of Successive Interval(MSI) pada Ms. Excel 2007 (Sarwono, 2012). Berikut ini merupakan tahap-tahap mengubah data ordinal menjadi data interval:

1. Menentukan jumlah responden yang menjawab skor 1,2,3,4,5 dari setiap butir pertanyaan pada angket.

2. Menentukan proporsi yaitu setiap frekuensi yang dibagi dengan banyaknya responden.

3. Menentukan proporsi kumulatif.

4. Menghitung nilai z tabel untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh. 5. Menentukan nilai densitas untuk setiap nilai z yang diperoleh.

6. Menentukan nilai skala (NS) dengan rumus :


(2)

9. Menentukan jumlah siswa per kategori.

Kriteria nilai siswa berdasarkan Arikunto (2004). Cara membandingkan nilai yang didapat siswa dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika nilai siswa antara 76-100 maka tinggi 2) Jika nilai siswa antara 56-75 maka sedang

3) Jika nilai siswa kurang dari sama dengan 55 maka rendah

10. Menentukan persentase kategori dengan rumus:


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian efektivitas pem-belajaran pendekatan saintifik pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkian hasil induksi dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai rata-ratan-Gainkelas eksperimen dengan harga 0,53 dan nilai rata-rata n-Gainkelas kontrol dengan harga 0,44 berbeda secara signifkan, sehingga pembelajaran dengan pendekatan saintifik efektif dalam meningkatkan kete-rampilan menginduksi dan mempertimbangkian hasil induksi pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit.

2. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat meningkatkan rasa tertarik sisws pada proses pembelajaran, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan membuat siswa lebih fokus selama proses pembelajaran.

3. Keterampilan afektif siswa berupa antusiasme, bertanya, dan menjawab semakin meningkat pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik.


(4)

1. Pendekatan saintifik hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, ter-utama pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan menginduksi dan mempertimbangkian hasil induksi.

2. Bagi calon peneliti lain yang juga tertarik untuk menerapkan pendekatan saintifik,hendaknya mempersiakan waktu yang cukup untuk proses pembe-lajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2008.Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arifin, M. 2003.Strategi Belajar-Mengajar Kimia. IMSTEP JICA. Bandung. Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan(Edisi Ketiga). Bina Aksara.

Jakarta.

Bell, G.M.E. 1994.Belajar Dan Membelajarkan. PT Grafindo Persada. Jakarta. Creswell, J.W. 1997.Research Design Qualitative And Quantitative Approaches.

Sage Publications. London.

Dahar, R.W. 1996.Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Ennis, R.H. 1985. Goals fora Critical Thinking Curriculum.Dalam Costa, A.L (Eds.),Developing Minds A Recource Book For Teaching Thinking. Virginia: ASCD.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. (Disertasi). SPs-UPI. Bandung.

Fauziah, R. 2013. Pembelajaran Saintifik Elektronika Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah.(Skripsi).Bandung. UPI

Halpern, D.F.1996. Though and Knowledge: An Introduction To Critical Thinking.Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey.

Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik Dan Komtekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor.

Jahro, Iis Siti, Nurfajriani, Lisnawati. 2010.Pengembangan Berpikir Kritis dan Optimalisasi Penerapam Keterampilan Proses Pada Pola Pelaksanaan Semi Riset Praktikum Kimia Anorganik I. FMIP. Unimed. Medan Presseisen, B.Z. 1988.Understanding Adolesence; Issue and Implications for


(6)

Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suyanti, R. D. 2010.Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu. Yogyakarta. Sudrajat, A. 2013. Pendekatan Ilmiah Dalam Proses Pembelajaran. [online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/07/18/pendekatan-saintifik-ilmiah-dalam-proses-pembelajaran/. Diakses pukul 10.34am tanggal 10 Januari 2015.

Sunyono, Dwi Yulianti. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X.(Laporan Penelitian Hibah Bersaing).Unila

Tim Penyusun. 2013.Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah. Mendikbud. Jakarta.

. 2013.Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas Kejuruan Atau Madrasah Aliyah Kejuruan. Mendikbud.

Jakarta.

. 2014.Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah

Menengah Atas Atau Madrasah Aliyah. Mendikbud. Jakarta.

Warsita, B. 2008.Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. Rineka Karya. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008.Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. Diakses tanggal 29 Maret 2015.

Woolfolk, A. 2009.Educational Psychology Active Learning Edition.Pustaka Pelajar . Yogyakarta