POLA PENGGUNAAN HASIL, MANFAAT, DAN FAKTOR PENYEBAB PENJUALAN KOPI PETANI KEPADA TENGKULAK DAN EKSPORTIR DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

(1)

POLA PENGGUNAAN HASIL, MANFAAT, DAN FAKTOR PENYEBAB PENJUALAN KOPI PETANI KEPADA TENGKULAK DAN EKSPORTIR

DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

(Skripsi)

Oleh

WIDA AYU WINARNI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(2)

ABSTRAK

POLA PENGGUNAAN HASIL, MANFAAT, DAN FAKTOR PENYEBAB PENJUALAN KOPI PETANI KEPADA TENGKULAK DAN EKSPORTIR

DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

WIDA AYU WINARNI

Penelitian ini bertujuan menilai: (1) keragaan usaha tengkulak dan eksportir kopi, (2) alokasi dan pola penggunaan hasil penjualan kopi, (3) manfaat ekonomi yang diperoleh petani saat melakukan penjualan kepada tengkulak dan eksportir, dan (4) faktor penyebab yang mempengaruhi keputusan petani menjual kopi kepada tengkulak dan eksportir. Penelitian ini dilakukan di dua desa, yaitu Desa Gunung Megang dan Tekad, Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan alat analisis uji instrumen (validitas dan reliabilitas), persepsi (deskriptif kualitatif), Willingness to Pay (WTP), dan regresi multinomial logit. Sampel penelitian berjumlah 65 petani didapatkan melalui teknik simplerandom sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dari 65 responden petani kopi, sebesar 87,7% menilai baik eksportir dan 75,4% menilai baik tengkulak, artinya petani lebih menilai baik eksportir sebagai alur penjualan kopinya. (2) Alokasi kopi petani dari 65 sampel menunjukkan bahwa 31 petani (47,69%) menjual sebagian besar kopi kepada tengkulak, 22 petani (33,85%) kepada eksportir dan 12 petani (18,46%) menjual kepada tengkulak dan eksportir, dengan jumlah rata-rata kopi untuk tengkulak 565,98 kg dan 509,83 kg untuk eksportir. Total rata-rata produksi kopi sebesar 1.108 kg per petani. (3) Manfaat ekonomi yang diperoleh ketika petani menjual kepada tengkulak sebesar Rp212.779,65 per petani dan eksportir sebesar Rp158.367,49 per petani. (4) Faktor penyebab yang mempengaruhi keputusan petani menentukan porsi penjualan ditunjukkan pada model logit 1 variabel yang berpengaruh nyata adalah pendidikan, dan pada model logit 2 variabel yang berpengaruh nyata adalah pendidikan dan pengalaman.


(3)

ABSTRACT

THE PATTERNS OF USE, BENEFIT, AND INFLUENCING FACTORS TO THE SALE OF FARMER’S COFFEE TO MIDDLEMAN AND

EXPORTERS IN THE DISTRICT OF PULAU PANGGUNG OF TANGGAMUS REGENCY

By

WIDA AYU WINARNI

This study aims to assess: (1) business performance of coffee middlemen and exporters, (2) coffee allocation and usage patterns of coffee farmer’s sales, (3) the economic benefit obtained by farmers when selling coffee to middlemen and exporters, and (4) influencing factors of farmer’s decisions on determining coffee sales to middlemen and exporters. This research was conducted in two villages, Gunung Megang and Tekad, in Pulau Panggung Sub district of Tanggamus Regency. The research used survey method with instrument test (validity and reliability), perception (qualitative description), Willingness to Pay method (WTP), and multinomial logit regression. The research samples were 65 coffee farmers obtained by a simple random sampling. The results showed that: (1) Of the 65 samples, 87.7 percent evaluated the exporters were good and 75.4 percent evaluated the middlemen as good, too; it meant that the exporters were evaluated better than middlemen for the coffee market chain. (2) The farmers sold most of his coffee to middlemen (47.69%), to the exporters (33.85%), and to both equally (18.46%); in which average amount of coffee sold to middlemen was 565.98 kg and to exporters was 509.83 kg. The total average of coffee production was 1.108 kg per farmer. (3) The economic benefits obtained by farmers when selling their coffee to middlemen was Rp212,779.65, whereas to exporter was Rp158,367.49 per farmer. (4) The influencing factors of farmers decision on determining the portion of sales could be seen by model logit 1, in which significant variable was education, whereas the significant variables in logit 2 were education and experience.


(4)

POLA PENGGUNAAN HASIL, MANFAAT, DAN FAKTOR PENYEBAB PENJUALAN KOPI PETANI KEPADA TENGKULAK DAN EKSPORTIR DI

KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

Oleh

WIDA AYU WINARNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

''i' r'r : : .;.i-"'r i.-tiir' i

r"iiii,.iiil

[: . . ,'j:

L:'

'- ''

'

r'^ t,-[.: ,' "'-,;.,'

t-_ - :,- I:, t -

r.:-.-\

: ,'-'

a-t-t , -,.i

\-_ . .: a.-q, a t-._,-:.

l-'_.-.''.'..

.

-

- .:,,,': 1,J [ ]:'i'

f,:-:':.

i>

;.':

:::: .t.

;''N3

;

lryt'Q$,l,*r-

,-,

,r,11

,,,

.,,,

,,,,t;,,,';,,'''.,..'-'

,.;

r ;,

-,. l,iarr,.'j .l r,."t.'' t,- i-: , t, _'l:'i't-.. ..ii':;i _.:-.i.,i;,ililri i-t.:i:r,,lt;' r...,.j'ji.j -., iiilijr:r '-'i :r..,,.i,.;

i": tlt' " tt'


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar tanggal 26 Juni 1992 dari pasangan Bapak Wiwit Budiono dan Ibu Rida Haryanti. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Xaverius Tulang Bawang pada tahun 2004, tingkat SMP di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2007, tingkat SMA di SMA Al-kautsar Bandar Lampung pada tahun 2010. Penulis diterima di Universitas Lampung,

Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis, pada tahun 2010 melalui jalur Ujian Mandiri (UM).

Selama di bangku kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi, Ekonomi Mikro, Ekonometrika, dan Ekonomi Sumber Daya Alam. Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di PT Laju Perdana Indah (PT LPI) pada Divisi 2 Planting Unit. Penulis juga memiliki

pengalaman organisasi di Himaseperta pada tahun 2010/2011 dan 2012/2013 sebagai Anggota Bidang I, yaitu Akademik dan Pengembangan Profesi, Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian pada tahun 2011/2012, Duta

Mahasiswa Fakultas Pertanian pada tahun 2012/2013, dan Surveyor Konsumen Bank Indonesia periode Januari-Februari tahun 2013/2014.


(8)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil‘alamin, rasa syukur terucap hanya kepada Allah SWT atas nikmat luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Limpahan sholawat beriring salam senantiasa tercurah kepada Nabi Allah, Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap lika-liku kehidupan.

Banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini, yang berjudul “Pola Penggunaan Hasil, Manfaat, dan Faktor Penyebab Penjualan Kopi Petani

kepada Tengkulak dan Eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten

Tanggamus”. Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat dan rendah hati penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. selaku Pembimbing Pertama yang senantiasa memberikan arahan, nasihat, dan motivasi selama membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini, merupakan proses yang sangat berharga.

2. Ir. Achdiansyah Soelaiman, M.S. selaku Pembimbing Kedua, atas bimbingan, nasihat, motivasi, dan kesabaran yang telah diberikan selama membimbing Penulis menyelesaikan skripsi ini.


(9)

4. Dr. Ir. Fembrianti Erry Prasmatiwi, M.S, selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas dukungan, bantuan dan nasehat yang telah diberikan.

5. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bantuan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas inspirasi pengalaman hidup.

7. Orang tuaku tercinta, Abi Wiwit Budiono, A.Md dan Umi Rida Haryanti, kedua adikku terkasih, atas semua limpahan kasih sayang, dukungan, doa, nasihat, dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian, sungguh hal terindah yang pernah penulis miliki.

8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu dan bimbingan yang telah diberikan selama Penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

9. Karyawan-karyawan di Jurusan Agribisnis, Mba Aie, Mba Iin, Mas Boim, Mas Sukardi, dan Mas Bukhari atas semua bantuan dan pengertian yang telah diberikan.

10. Pak Toto, Pak Sarijan dan Bapak Anggota ICS sebagai fasilitator yang telah memberikan tempat berteduh, serta memberikan bimbingan, arahan,

informasi, ilmu dan kemudahan akses selama penulis mengambil data penelitian.

11. Sahabat dan saudaraku seperjuangan semasa kuliah Septa Meliana Sari, Santa De Vega dan Ervina V.P, yang senantiasa memberikan pengertian, dorongan, doa, motivasi, bantuan dan kebersamaan indah yang tidak akan terlupakan.


(10)

Imam, Tebe, Dimash, Sinta, Seta, Reza, Adel, Rahmat, Eli, Tunjung, Ova, Wayan, Jale, Edo, Khafindra yang senantiasa memberikan sejarah, cerita, semangat, doa, dan kebersamaan. Semoga kelak kita bertemu kembali dalam kesuksesan.

13. Atu Kiyai Agribisnis 2008 dan 2009, adik-adikku Agribisnis 2011, 2012, dan 2013 atas informasi, media diskusi dan peran berbagi.

14. Almamater tercinta dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan dan memberikan ilmu yang lebih baik kepada kita semua. Penulis meminta maaf atas ketidaksempurnaan dalam skripsi ini dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun. Semoga karya kecil ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Bandar Lampung, Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Gambaran Umum Perkebunan Kopi ... 10

2. Pasar Kopi ... 11

3. Pemasaran Kopi ... 13

a. Definisi Pemasaran ... 13

b. Pelaku Pemasaran ... 13

4. Konsep Persepsi ... 14

5. Konsep Investasi dan Konsumsi ... 15

6. Metode Willingness To Pay (WTP) ... 16

7.Teori Pengambilan Keputusan ... 18

a. Pengertian Pengambilan Keputusan ... 18

b. Proses Pengambilan Keputusan ... 19

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan 20 8.Analisis Multinomial Logit ... 22

a. Distribusi Multinomial ... 22

b. Regresi Multinomial Logit ... 22

c. Uji Signifikansi Model ... 23


(12)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep dasar dan batasan operasional ... 32

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 37

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 40

D. Metode Analisis Data ... 41

1. Metode Analisis Data Tujuan Pertama dan Kedua ... 41

a. Persepsi Petani ... 41

b. Uji Instrumen ... 44

2. Metode Analisis Data Tujuan Ketiga Dan Keempat ... 46

a. Metode Willingnes To Pay (WTP) ... 46

b. Analisis Multinomial Logit ... 49

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 56

1. Kabupaten Tanggamus ... 56

2. Kecamatan Pulau Panggung ... 57

3. Pekon Tekad dan Gunung Megang ... 58

B. Gambaran Umum Tengkulak dan Eksportir ... 58

C. Budidaya Kopi di Daerah Penelitian ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ... 66

B. Penjualan kepada Tengkulak dan Eksportir ... 70

C. Persepsi Petani terhadap Tengkulak dan Eksportir ... 71

1. Uji Validitas ... 71

2. Uji Reliabilitas ... 73

3. Persepsi Petani ... 75

4. Alokasi Kopi Petani (Jumlah Rata-Rata) dan Pola Penggunaan Hasil Penjualan Kopi... 76

a.Alokasi Kopi Petani (Jumlah Rata-Rata) ... 76

b.Pola Penggunaan Hasil Penjualan Kopi ... 80

D. Manfaat dan Willingness To Pay (WTP) Penjualan Kopi kepada Tengkulak dan Eksportir ... 83


(13)

2. Uji Kesesuaian Model (Uji Pearson and Deviance) ... 89 3. Penilaian pengaruh semua variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen (Uji Wald) ... 91 4. Penilaian pengaruh semua variabel independen secara simultan

terhadap variabel dependen (Uji Likelihood ratio)... 97 F. Pembahasan ... 98

1. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Keputusan Petani

Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 101 2. Pengaruh Pengalaman Usahatani terhadap Keputusan Petani

Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 101 3. Pengaruh Luas Lahan terhadap Keputusan Petani Menentukan

Porsi Penjualan Kopi ... 102 4. Pengaruh Harga terhadap Keputusan Petani Menentukan Porsi

Penjualan Kopi ... 102 5. Pengaruh Produksi terhadap Keputusan Petani Menentukan Porsi

Penjualan Kopi ... 103 6. Pengaruh Jarak Tempat Tinggal terhadap Keputusan Petani

Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 103 7. Pengaruh Cara Pembayaran (kategori Dummy 1) terhadap

Keputusan Petani Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 104 8. Pengaruh Cara Pembayaran (kategori Dummy 2) terhadap

Keputusan Petani Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 105 9. Pengaruh Hubungan Keluarga terhadap Keputusan Petani

Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 105 10.Pengaruh Keragaan Usaha terhadap Keputusan Petani

Menentukan Porsi Penjualan Kopi ... 106 VI. PENUTUP

A.Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Urutan komoditas perkebunan Provinsi Lampung berdasarkan luas

areal tanam tahun 2011-2013... 1

2. Kontribusi rata-rata sentra produksi kopi terhadap total produksi kopi nasional beserta produktivitas tahun 2010 ... 2

3. Luas Areal, Produksi, dan Tingkat Produktivitas Kopi Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 ... 3

4. Perkembangan harga jual rata-rata kopi Provinsi Lampung periode Januari-Mei 2013 ... 5

5. Perbedaan Harga di tingkat tengkulakdan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung ... 6

6. Indikator berdasarkan persepsi petani terhadap pilihan alur penjualan kopi ... 42

7. Sebaran petani menurut kelompok umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berusahatani kopi ... 67

8. Sebaran petani menurut status kepemilikan lahan, luas lahan, dan kepemilikan pekerjaan sampingan ... 69

9. Rekapitulasi hasil uji Validitas ... 73

10.Rekapitulasi hasil uji Reliabilitas ... 74

11.Skor persepsi petani terhadap tengkulak dan eksportir ... 76

12.Porsi penjualan kopi petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus 2014 ... 77


(15)

14.Penerimaan rata-rata petani kopi berdasarkan jumlah produksi rata-rata penjualan kopi kepada Tengkulak dan Eksportir di Kecamatan Pulau

Panggung 2014 ... 81 15.Willingnes To Pay (WTP) petani kopi terhadap penjualan kepada

tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung ... 86 16.Taksiran Parameter β pada Model Multinomial logit ... 88 17.Kelengkapan data sampel (n=65) responden petani kopi ... 89 18.Uji kesesuaian model logit (Goodness of Fit Test) dan Pseudo R- square 90 19.Hasil Uji Wald variabel bebas terhadap vaeriabel terikat ... 92 20.Uji kesesuaian model berdasarkan Likelihood Ratio Test (LR) ... 98


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses terjadinya persepsi ... 14

2. Klasifikasi Valuasi Non-Market ... 17

3. Kerangka pikir faktor penyebab, manfaat, dan pola penggunaan hasil penjualan kopi kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus ... 31

4. Alur Penjualan Petani Kopi ... 70

5. Proporsi jumlah petani berdasarkan alur penjualan ... 77


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Halaman 21. Sebaran kelompok tani pada masing-masing desa di Kecamatan

Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus 2013 ... 110 22. Identitas petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten

Tanggamus pada tahun 2014 ... 113 23. Rekapitulasi jumlah produksi kopi dan penerimaan rata-rata

petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus

pada tahun 2014 ... 115 24. Rekapitulasi alokasi jumlah produksi dan penerimaan kopi petani

berdasarkan alur penjualan di Kecamatan Pulau Panggung

Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 ... 116 25. Rekapitulasi persepsi petani terhadap penjualan yang dilakukan

kepada tengkulak di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten

Tanggamus pada tahun 2014 ... 117 26. Rekapitulasi persepsi petani terhadap penjualan yang dilakukan

Kepada eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten

Tanggamus pada tahun 2014 ... 119 27. Hasil uji validitas kuesioner ... 121 28. Hasil uji validitas responden berdasarkan persepsi petani kopi

Terhadap keragaan tengkulak di Kecamatan Pulau Panggung

Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 ... 122 29. Hasil uji validitas responden berdasarkan persepsi petani kopi

Terhadap keragaan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung

Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 ... 124 30. Hasil uji reliabilitas setelah dilakukan uji validitas ... 126


(18)

32. Hasil uji reliabilitas setelah dilakukan uji validitas persepsi petani

terhadap keragaan eksportir ... 128 33. Keragaan usaha tengkulak dan eksportir kopi berdasarkan persepsi

petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 ... 129 34. Rekapitulasi penerimaan dan biaya-biaya secara umum untuk 1ha

kebun kopi ... 130 35. Rekapitulasi Harga Pokok Produksi (HPP) kopi per 1ha secara

umum ... 130 36. WTP rata-rata petani saat melakukan penjualan kopi kepada

tengkulak maupun eksportir di Kecamatan Pulau Panggung

Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014 ... 130 37. Rekapitulasi manfaat penjualan petani kopi kepada tengkulak

maupun eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten

Tanggamus pada tahun 2014 ... 131 38. Rekapitulasi variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan

petani dalam memilih dan menentukan alur penjualan (porsi) di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus pada

tahun 2014 ... 133 39. Hasilanalisis multinomial logitdata 1 faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan petani kopi menentukan porsi penjualan ... 137 40. Rekapitulasi setelah penguranganvariabel yang mempengaruhi

pengambilan keputusanpetani dalam memilih dan menentukan alur penjualan (porsi) di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten

Tanggamus pada tahun 2014 ... 140 41. Hasil analisis multinomial logit data 2 faktor-faktor yang


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi merupakan salah satu produk pertanian unggulan Provinsi Lampung dengan jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi juga merupakan tanaman tahunan yang menjadi sumber pendapatan perkebunan sebagian besar masyarakat petani Lampung. Keberadaan kopi di Lampung menambah daftar kekhasan Lampung sebagai daerah penghasil produk pertanian selain kelapa sawit, tebu, kelapa, kakao dan karet. Berdasarkan luas tanam pada Tabel 1, luas lahan kopi di Lampung pada tahun 2014 menduduki lahan

perkebunan terluas kedua setelah kelapa sawit dengan luas 172.174 hektar selanjutnya diduduki oleh karet (133.168 ha), kelapa (130.331 ha), dan tebu (117.344ha) (Disbun Lampung, 2014).

Tabel 1. Urutan komoditas perkebunan Provinsi Lampung berdasarkan luas areal tanam tahun 2011-2013

No Komoditas Luas Lahan (ha) 2011

Luas Lahan (ha) 2012

Luas Lahan (ha) 2013

1 Kopi 161.677 163.123 172.174

2 Kelapa 128.076 130.153 130.331

3 Karet 112.183 123.624 133.168

4 Tebu 113.779 107.903 117.344

5 Kelapa sawit 157.723 194.616 196.553

6 Kakao 45.114 50.401 53.832

7 Lada 63.679 73.753 76.509


(20)

Produksi kopi di Lampung yang mencapai 134.700 ton pada 2013dan terus meningkat hingga tahun 2014 memberikan kontribusi tertinggi terhadap total produksi kopi nasional dibandingkan produksi kopi di provinsi lainnya.

Peningkatan produksi kopi di Lampung yang cukup tinggi tersebut mempengaruhi peningkatan persentase terhadap produksi kopi nasional yang sebelumnya hanya berkontribusi sebesar 22,06 % pada tahun 2012 dan kini mencapai angka 26,00 % pada tahun 2014 yang di sajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kontribusi rata-rata sentra produksi kopi terhadap total produksi kopi nasional beserta produktivitas tahun 2014

No Provinsi Produksi (%) Produktivas (kg/ha/th)

1 Lampung 26,00 1.001

2 Sumatera Selatan 21,03 652

3 Bengkulu 8,49 746

4 Sumatera Utara 8,38 1.022

5 NAD 7,26 1.156

6 Sulawesi Selatan 5,40 734

Sumber: Ditjen Perkebunan 2014

Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang mengusahakan kopi dengan jumlah petani yang bekerja disektor pertanian sebanyak 1.420.000,61 jiwa dan terbanyak pada subsektor perkebunan sebesar 873.000,08 jiwa (Sensus Pertanian Tanggamus, 2013). Kecamatan Pulau Panggung yang terletak di Kabupaten Tanggamus adalah wilayah sentra kopi yang sudah dikenal secara luas dengan total lahan seluas 6.099 hektar kopi yang disajikan pada Tabel 3.


(21)

Tabel 3. Luas areal, produksi, dan tingkat produktivitas kopi Kabupaten Tanggamus Tahun 2013

No Kecamatan Luas Areal Produksi Produktivitas (Hektar) (Ton) (Kg/Ha)

1 Wonosobo 2.241 1.5 806,89

2 Semaka 415 4.42 1.3

3 Bandar Negeri Semuong 805 451,30 6.92

4 Kota Agung 325 234,80 860,07

5 Pematang Sawa 1.624 1.500 846,15

6 Kota Agung Barat 215 150 898,20

7 Kota Agung Timur 352 155 775

8 Pulau Panggung 6.099 3.901,5 741,59

9 Ulu Belu 5.411 2.799,99 622,22

10 Air Nanigan 5.127 654,25 155,7

11 Talang Padang 218 125 856,16

12 Sumberejo 1.647 1.500 977,2

13 Gisting 1.198 580,18 519,97

14 Gunung Alip 1.18 108,53 109,08

15 Pugung 5.864 7.489,90 1546,56

16 Bulok 2.247 640 696,41

17 Cukuh Balak 3.376 2.886,99 1.003,82

18 Kelumbayan 251 155 671

19 Limau 1.34 630 700

20 Kelumbayan Barat 445 250 657,89

Jumlah 40.38 24.252,07 741,79

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanggamus, 2013

Keunggulan kopi Lampung yang sudah menjadi ciri melekat ialah rasa dan aroma yang menonjol, karena dua hal tersebut kopi Lampung memiliki tempat tersendiri dihati pecinta kopi. Pecinta kopi tidak hanya berasal dari dalam wilayah

Indonesia saja, tetapi juga berasal dari mancanegara. Negara tujuan ekspor kopi Indonesia masih didominasi oleh negara-negara Eropa, USA, dan beberapa negara Asia seperti Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Pilipina, Singapura dan beberapa negara Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir dan UEA (Ditjen


(22)

Perdagangan Luar Negeri, 2011)yang mengkonsumsi kopi lebih banyak dibandingkan masyarakat Indonesia sendiri.

Jumlah ekspor kopi setiap tahunnya terus meningkat seiring perkembangan permintaan dunia terhadap kopi. Hal tersebut seharusnya menjadi bekal petani untuk dapat memanfaatkan peluang dalam memperbanyak penjualan kopi sekaligus memacu petani untuk meningkatkan produksi kopi (intensifikasi) yang akan memberikan dampak kepada peningkatan pendapatan petani. Berdasarkan data statistik, lebih dari 50% kopi di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan ekspor.

Penjualan kopi baik untuk kebutuhan lokal maupun ekspor dihantarkan melalui perantara-perantara dalam saluran pemasaran. Perantara tersebut dapat berupa lembaga maupun individu yang berperan dalam pemasaran kopi. Kecamatan Pulau Panggung yang merupakan wilayah dengan populasi petani kopi tertinggi mengundang banyak para pelaku pemasaran untuk datang dan melakukan transaksi kopi.

Rantai pemasaran kopi di Kecamatan memiliki beberapa alur penjualan, diantaranya penjualan petani kepada tengkulak dan penjualan petani kepada eksportir. Penjualan kopi kepada tengkulak akan diteruskan lebih lanjut baik untuk pedagang pengecer, home industry, perusahaan, konsumen (local), atau bahkan akan disalurkan kepada eksportir. Sedangkan, penjualan kopi kepada eksportir akan diteruskan sebagai komoditi ekspor ke negara luar yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kopi dunia sebagai bahan baku yang akan diolah kembali menjadi produk bernilai jual.


(23)

Alur penjualan yang berbeda akan berpengaruh kepada harga jual kopi karena pada masing-masing penerima kopi (tengkulak dan eksportir) memiliki standar harga yang berbeda. Harga jual kopi mempengaruhi besarnya pendapatan petani kopi yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Perkembangan harga jual rata-rata kopi Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan harga jual rata-rata kopi Provinsi Lampung periode Januari-Mei 2013

Periode Tengkulak Eksportir

Harga (Rp) Harga (Rp)

Januari 15.845 19.366

Februari 16.612 20.000

Maret 17.063 19.800

April 16.383 19.500

Mei 16.000 19.500

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2014

Tabel 4 memperlihatkan perkembangan harga jual rata-rata kopi ditingkat tengkulak dan eksportir. Harga jual rata-rata kopi tertinggi pada tengkulak yaitu sebesar Rp 17.063,00 dicapai pada bulan Maret sedangkan harga jual rata-rata kopi tertinggi eksportir yaitu sebesar Rp 20.000,00 dicapai pada bulan Februari dan seterusnya harga jual kopi mengalami penurunan.

Petani kopi dapat menentukan besarnya pendapatan yang akan mereka peroleh berdasarkan pilihan alur pemasaran kopi, apakah penjualan dilakukan kepada tengkulak ataupun dilakukan kepada eksportir atau dilakukan kedua-duanya. Harga jual yang diberikan oleh tengkulak tentu saja dibawah harga jual eksportir, seperti yang terdapat di Kecamatan Pulau Panggung yaitu harga jual tengkulak berkisar antara Rp 16.000,00-Rp 20.000,00 sedangkan harga jual eksportir tentu


(24)

saja lebih besar yaitu antara Rp 18.000,00- Rp 22.000,00 dan disertai bonus sebesar Rp. 275,00 per kg yang dibayarkan setiap akhir tahun (akumulasi) disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan harga di tingkat tengkulakdan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung

Pelaku Tengkulak Eksportir

Harga (Rp) 16.000-20.000 18.000-22.000

Fee Tidak ada Ada

Sumber: Data Survei Februari-Juni 2014

Walaupun harga jual kopi yang diberikan tengkulak kepada petani sebagian besar dibawah harga jual kopi yang diberikan kepada eksportir, namun masih banyak petani yang cenderung menjual hasil kopinya kepada tengkulak. Kecenderungan tersebut bisa dikarenakan banyak faktor dimana penjualan kepada tengkulak lebih memberikan manfaat yang berarti kepada petani kopi dibandingkan jika petani kopi menjual hasil kopinya kepada eksportir. Manfaat tersebut tentunya dianggap menguntungkan dan mempermudah petani kopi, sehingga petani rela menjual kopinya kepada tengkulak meskipun harga jual yang diterima rendah.

Manfaat terbagi menjadi dua kelompok yaitu manfaat yang dapat diperhitungkan secara moneter dan manfaat yang tidak diperhitungkan. Manfaat yang dapat diperhitungan adalah nilai ekstrinsik yang berlaku dipasar, sedangkan yang tidak diperhitungkan adalah manfaat non-use value yang tidak dipasarkan, dan manfaat ini sebenarnya memberikan nilai ekonomis bagi petani dari alur penjualannya, namun terkadang manfaat ini diabaikan dan benar-benar tidak diperhitungkan.


(25)

B. Rumusan Masalah

Provinsi Lampung saat ini memiliki banyak peluang pemasaran karena semakin banyak tengkulak dan eksportir yang melirik kopi di Provinsi Lampung

khususnya di Kecamatan Pulau Panggung. Keberadaan kopi kini selain untuk memenuhi kebutuhan lokal (masyarakat Lampung) juga dipasarkan untuk kebutuhan ekspor dalam rangka pemenuhan kebutuhan dunia terhadap kopi. Ketertarikan tengkulak dan eksportir pada kopi di Kecamatan Pulau Panggung akan menjadi peluang bagi petani untuk menentukan alur penjualan hasil kopinya. Perbedaan alur pemasaran akan membedakan harga jual dan cara pembayaran yang akan diterima petani. Umumnya, harga jual yang ditawarkan oleh ekportir kopi lebih tinggi dibandingkan harga jual yang ditawarkan oleh tengkulak, namun walaupun harga jual yang ditawarkan oleh eksportirtersebut lebih tinggi

dibandingkan harga jual tengkulak, justru petani cenderung lebih memilih menjual hasil kopinya kepada tengkulak dibandingkan menjual kepada eksportir, baik keseluruhan hasil kopinya maupun sebagian kepada tengkulakdan sebagian lagi kepada eksportir.

Pemilihan alur pemasaran oleh petani kopi didasarkan pada banyak faktor penyebab yang perlu diketahui lebih lanjut baik penjualan kepada tengkulak maupun penjualan kepada eksportir. Faktor penyebab tersebut perlu diketahui pengaruhnya karena berhubungan dengan keputusan petani memilih alur penjualan kopi. Analisis regresi logit akan digunakan untuk melihat seberapa besar faktor penyebab tersebut berpengaruh nyata terhadap keputusan petani menjual kepada tengkulak dan eksportir. Jumlah kopi yang akan dialokasikan


(26)

oleh petani kepada tengkulak ataupun eksportir akan menjadi pertimbangan, karena besaran alokasi tersebut akan mempengaruhi besarnya penerimaan petani. Petani kopi akan memilih alur pemasaran yang memberikan keuntungan atau manfaat baginya. Manfaat tersebut merupakan manfaat ekonomis akan dikaji melalui metode Willingness To Pay (WTP). Penambahan manfaat untuk petani kopi akan memberikan sedikit sumbangan bagi penerimaan petani kopi.

Penerimaan petani kopi berasal dari penjualan hasil kopi baik kepada tengkulak maupun kepada eksportir. Hasil tersebut akan dialokasikan kepada bermacam-macam kegiatan sehari-hari petani. Dalam hal ini pelaku pemasaran memiliki peranan dalam menentukan pendapatan petani, bila performa pelaku pemasaran baik maka pemasaran akan berjalan dengan lancar. Berdasarkan uraian di atas diharapkan penelitian ini dapat mengkaji:

1. Bagaimana keragaan usaha pelaku pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus ?

2. Alokasi kopi yang disalurkan dan pola penggunaan hasil penjualan oleh petani kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus ?

3. Berapa jumlah manfaat ekonomi yang diperoleh petani saat melakukan penjualan kopi kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus ?

4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan petani kopi mau menjual hasil kopinya kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus ?


(27)

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keragaan usaha pelaku pemasaran kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.

2. Mengetahui alokasi kopi yang disalurkan dan pola penggunaan hasil penjualan oleh petani kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.

3. Mengkaji manfaat ekonomi yang diperoleh petani kopi saat melakukan penjualan hasil kopinya kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.

4. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan petani kopi menjual hasil kopinya kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Pemerintah daerah Kabupaten Tanggamus sebagai pemikiran dalam

pengawasan terhadap pemasaran hasil produksi kopi agar mampu

meningkatkan harga jual kopi yang berdampak pada kenaikan pendapatan petani kopi.

2. Petani sebagai sumber masukan agar seterusnya dapat menetapkan alur penjualan kopi yang lebih menguntungkan dari segi ekonomi.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Gambaran Umum Perkebunan Kopi

Perkebunan kopi di Indonesia khususnya di Provinsi Lampung sebagian besar merupakan perkebunan rakyat dengan penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas. Bila penerapan teknologi budidaya di perkebunan kopi rakyat tersebut diperbaiki dan produksinya bisa ditingkatkan. Teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan adalah teknologi budidaya kopi poliklonal. Ada empat faktor yang menentukan keberhasilan budidaya kopi, yaitu:

1) Teknik penyediaan sarana produksi, 2) Proses produksi/budidaya,

3) Teknik penanganan pasca panen dan pengolahan (agroindustri), dan 4) Sistem pemasarannya.

Poin tersebut merupakan kegiatan yang berkesinambungan yang harus diterapkan dengan baik dan benar. Komoditas kopi di dalam era perdagangan bebas berperan sebagai bahan utama industri kopi bubuk dan mutu menjadi penentu daya saing di pasar ekspor maupun dalam negeri. Teknik budidaya yang baik dan sesuai akan menghasilkan mutu produk (biji kopi) yang baik dan sesuai dengan kehendak konsumen. Hal tersebut perlu diperhatikan para pekebun kopi agar usaha taninya


(29)

dapat berhasil baik, produksi kopinya tinggi dan pendapatan petani juga tinggi (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 2008).

2. Pasar Kopi

Bagi negara produsen, ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara tujuan ekspor adalah negara-negara konsumer tradisional seperti USA, Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, terjadi peningkatan kesejahteraan dan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong terhadap peningkatan konsumsi kopi. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang pada awal tahun 90-an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000 ton (AEKI, 2013).

Negara eksportir biji kopi di dunia sangat banyak dengan beragam jenisnya yang diperkirakan ada 38 negara eksportir kopi, begitu pula dengan negara

pengimpornya sehingga dapat dianggap pasar kopi internasional bersifat

persaingan sempurna. Tahun 2010 negara pengespor kopi terbesar ditempati oleh Brazil dengan pangsa pasar ekpor 27,22%, diikuti Vietnam 18,51%, sedangkan Indonesia menempati urutan ketiga dengan pangsa 6,58%, dan Columbia 6,23 %. Usaha peningkatan ekspor kopi Indonesia di pasar internasional perlu dilakukan tidak hanya memperhatikan aspek produksi, namun juga perlu memperhatikan tingkat persaingan ekspor dengan negara pesaing utamanya (Nuhfil, 2012).

Penjualan kopi dalam ekspor beretujuan memenuhi permintaan kopi di negara luar sebagai bahan baku industri yang akan mengolah kopi lebih lanjut. Permintaan kopi di dalam negeri didominasi oleh permintaan home industry lokal, perusahaan


(30)

lokal dan kebutuhan konsumen dalam negeri. AEKI, 2013 menyebutkan struktur industri kopi dalam negeri terdiri dari:

a. Industri Kopi Olahan Kelas Kecil (Home Industry)

Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat rumah tangga (home industry) dimana tenaga kerjanya adalah anggota keluarga dengan melibatkan satu atau beberapa karyawan. Produknya dipasarkan di warung atau pasar yang ada disekitarnya dengan brand name atau tanpa brandname. Industri yang tergolong pada kelompok ini pada umumnya tidak terdaftar di Dinas

Perindustrian maupun Dinas POM. Industri pada kelompok ini tersebar diseluruh daerah penghasil kopi.

b. Industri Kopi Olahan Kelas Menengah

Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan lainnya seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di wilayah Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan. Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya telah memperoleh izin dari Dinas Perindustrian maupun Dinas POM. Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai disentra produksi kopi seperti di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Jawa Timur.

c. Industri Kopi Olahan Kelas Besar

Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang

menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan lainnya yang di pasarkan diberbagai daerah di dalam negeri atau diekspor. Produk


(31)

kemasan yang pada umumnya telah memperoleh nomor Merek Dagang dan atau label lainnya. Beberapa nama industri kopi yang ada di Lampung ini adalah PT Ulue Belu Capcocindo, PT. Nestle Indonesia, PT AHP, PT Asia Makmur, dan PT Nedcoffe dan Armajaro.

3. Pemasaran Kopi

a. Definisi Pemasaran

Berdasarkan definisi sosial, pemasaran adalah suatu proses sosial yang

didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan pemasaran dalam definisi manajerial, pemasaran sering di gambarkan sebagai “seni menjual produk” (Kotler, 2002). Pemasaran secara luas merupakan penyampaian barang dan jasa dari tangan produsen hingga sampai ke tangan konsumen baik melalui maupun tanpa melalui perantara.

b. Pelaku Pemasaran

Menurut Syafi’i dalam Sutrisno (2009) pelaku atau lembaga perantara yang ikut terlibat dalam proses distribusi komoditas pertanian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) tengkulak adalah pembelian hasil pertanian pada waktu panen

dilakukan oleh perseorangan dengan tidak terorganisir, aktif mendatangi petani produsen untuk membeli hasil pertanian dengan harga tertentu, (2) pedagang pengumpul yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani dan tengkulak, baik secara individual maupun secara langsung, (3) pedagang besar adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dalam jumlah besar dari pedagang


(32)

pengumpul atau langsung dari petani. Modalnya relatif besar sehingga mampu memproses hasil pertanian yang dibeli, dan (4) pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli hasil pertanian dari petani atau tengkulak dan pedagang pengumpul kemudian dijual kepada konsumen akhir (rumah tangga). Pengecer biasanya berupa toko atau pedagang kecil di pasar.

4. Konsep Persepsi

Menurut Moskowitz dan Orgel dalam Walgito ( 2003) persepsi merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi juga merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrated dalam diri individu.

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi

Aktivitas tersebut mencakup dari dalam diri individu seperti perasaan,

pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Gibson,

Ivancevich, dan Donnely (1993), memperjelas pengertian persepsi dengan

Kenyataan Objek Proses Persepsi Hasil peristiwa

Perilaku tanggapan

Sikap yang terbentuk Stimulus

Umpan balik Pengamatan

stimulus

Faktor yang mempengaruhi persepsi

Evaluasi dan penafsiran kenyataan


(33)

menggunakan gambar proses persepsi dari stimulus hingga hasil proses persepsi. Proses persepsi ini dapat dilihat pada Gambar 2. Dua Faktor yang mempengaruhi individu mengadakan persepsi adalah faktor faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri sendiri sedangkan faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi yaitu faktor stimulus dan faktor lingkungan dimana pesepsi itu berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Walgito, 2003).

5. Konsep Investasi dan Konsumsi

Jones (2004) mendefinisikan investasi sebagai komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih asset selama beberapa periode pada masa mendatang. Berdasar jangka waktu, investasi dapat dikelompokan kepada :

1. Investasi Jangka Panjang, yaitu menanamkan suatu modal dengan harapan dapat memperoleh keuntungan pada waktu yang akan datang melalui

penguasaan suatu asset bergerak dan asset tidak bergerak dalam kurun waktu yang lebih dari satu tahun.

2. Investasi Jangka Pendek, yaitu menanamkan suatu modal dalam suatu asset tertentu yang bersifat likuid dan berjangka waktu yang pendek biasanya kurang dari satu tahun.

Investasi salah satu tindakan konsumsi seseorang terhadap dana yang dimilikinya. Konsumsi berarti memakai kegunaan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sehingga kegunaan barang atau jasa itu secara berangsur-angsur habis atau


(34)

kebutuhan secara langsung; menggunakan, memakai, atau menghabiskan guna barang dan jasa; serta secara tidak langsung menggiatkan produksi dan

mempercepat distribusi. Besar kecilnya konsumsi seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Faktor intern yaitu, pendapatan, gaya hidup, kepribadian, dan motivasi harapan memperoleh pendapatan tinggi untuk masa yang akan datang. b. Faktor ekstern yaitu, lingkungan, adat istiadat, dan kebudayaan.

6. Metode Willingness To Pay (WTP)

Analisis Willingness To Pay (WTP) adalah analisis yang digunakan untuk menilai dan menghitung kemampuan membayar seseorang terhadap suatu hal yang dirasa dapat menambah pendapatannya jika ada hal lain yang dikorbankan. Korbanan tersebut akan dihitung secara kuantitatif sehingga muncul nilai yang dapat diuraikan sebagai hasil dari analisis ini (Reksohadiprodjo, 1997). Penilaian manfaat dan dampak secara moneter harus berdasarkan pada penilaian yang tepat akan manfaat dan dampak fisik dan keterkaitannya, karena dampak yang

ditimbulkan mengakibatkan perubahan penerimaan maupun perubahan kualitas lingkungan dan metode Willingness To Pay(WTP) adalah salah satu metode untuk menilai manfaat secara moneter.

a. Teknik Contingent Valuation Method (CVM)

Secara umum metode valuasi ekonomi (menilai manfaat) digolongkan kedalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang menghandalkan harga implisit dimana Willingness To Pay terungkap melalui model yang

dikembangkan (keinginan membayar yang terungkap). Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survey dimana keinginan membayar atau


(35)

WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular (sering digunakan) ini adalah yang disebut Contingent Valuation Method (CVM) Method.

Secara skematis, teknik valuasi non-market tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2. Klasifikasi valuasi non-market

Secara umum keseluruhan teknik tersebut menuju pada satu kesimpulan yang sama, namun banyak kasus yang terkadang butuh kesesuaian dalam

penggunaannya. Metode Travel Cost yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931, yang kemudian secara formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice (1958) serta Clawson dan Knetsch (1996) dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya. Teknik lainnya adalah Hedonic Pricing yang memiliki prinsip mengestimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk (variabel) dan mengkaji hubungannya.

Kelompok teknik secara langsung diawali dengan melakukan pendekatan melalui survey dan mengajukan pertanyaan kepada masyarakat. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non-pemanfaatan), sedangkan

Valuasi Non-Market

Tidak Langsung

(Revealed WTP)

Langsung

(Survei) - (Expressed WTP) -Contingent Valuation -Randam Utility Model -Contingent Choice

-Travel Cost

-Hedonic Pricing


(36)

Randam Utility Model, dan Contingent Choice dilakukan sama seperti CVM dengan beberapa perbedaan. CVM yang menghasilkan nilai non-pemanfaatan akan dianggap sebagai manfaat yang terungkap dengan mengacu pada teknik tanya jawab secara langsung kepada responden untuk mengungkapkan nilai sebenarnya (Fauzi, 2010).

7. Teori Pengambilan Keputusan

a. Pengertian Pengambilan Keputusan

Kamus Webster mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai tindakan menentukan sesuatu pendapat atau langkah-langkah tindakan. Secara formal, pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk memilih salah satu cara atau arah tindakan dari berbagai alternatif yang ada demi tercapainya hasil yang diinginkan. Mengambil atau membuat keputusan berarti melakukan pemilihan dari berbagai kemungkinan atau alternatif. Definisi di atas mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Proses. Proses menunjukan adanya kegiatan atau pelaksanaan sesuatu. 2. Pemilihan. Pemilihan menunjukkan adanya pilihan, yaitu ada beberapa

alternatif untuk dipilih. Apabila tidak ada alternatif maka tidak ada keputusan yang akan diambil. Alternatif yang hendak dipilih dan diputuskan tersebut harus layak, realistis, dan dapat dijangkau.

3. Tujuan. Pengambilan keputusan yang efisien menuntut adanya tujuan yang jelas dan telah ada dibenak pengambil keputusan (decision maker). Tujuan sebagaimana halnya dengan alternatif harus layak dan bersifat khusus.


(37)

b. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan hanyalah merupakan prosedur yang logis untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menghasilkan pemecahan masalah. Dalam keadaan apa pun, pengambilan keputusan yang profesional merupakan proses sistematis yang melibatkan beberapa langkah yang khusus. Proses pengambilan keputusan melibatkan tiga unsur penting, yaitu sebagai berikut:

1. Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang ada. Makin sedikit fakta yang relevan dan tersedia, makin sulit proses pengambilan keputusan. 2. Pengambilan keputusan melibatkan analisis informasi faktual. Analisis dapat

menggunakan uji statistik, komputer, atau hanya merupakan pemikiran yang logis dan sederhana.

3. Proses pengambilan keputusan membutuhkan unsur pertimbangan dan penilaian yang subjektif dari manajemen terhadap situasi, berdasarkan pengalaman dan pandangan umum.

Berkenaan dengan hal diatas, pengambilan keputusan juga melibatkan: 1. Intuisi

Intuisi adalah suatu pendapat seseorang yang diperoleh dari perbendaharaan pengetahuannya terdahulu, melalui suatu proses yang tidak disadari, seolah-olah muncul begitu saja. Pengambilan keputusan oleh intuisi dicirikan dengan penggunaan ilham, perasaan yang dalam, atau apa yang dinamakan good feeling dan secara tidak sadar dipengaruhi pengetahuan masa lampau, latihan, serta latar belakang.


(38)

2. Fakta

Fakta dianggap sebagai dasar yang baik dalam pembuatan keputusan. Jika fakta digunakan maka keputusan yang dibuat memiliki dasar dan hal ini berarti keputusan tersebut dapat dipercaya dan dapat diterapkan.

3. Pengalaman

Pengalaman memberikan petunjuk untuk pembuatan keputusan karena membantu memberikan jawaban atas pertanyaan apa yang harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu.

4. Opini.

Opini merupakan pengambilan keputusan berdasarkan logika (Firdaus, 2009).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan

Menurut George R.Terry (1989) terdapat enam faktor yang ikut mempengaruhi pengambilan keputusan, antara lain:

1. Fisik, didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang

menimbulkan rasa tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.

2. Emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi secara subjektif.

3. Rasional, didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi dan berbagai konsekuensinya.

4. Praktikal, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan

melaksanakan. Seseorang akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam bertindak.


(39)

5. Interpersonal, didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya dapat mempengaruhi tindakan individual. 6. Struktural, didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan

mungkin memberikan hasil yang mendukung atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.

Menurut Noorderhaven (1995), faktor-faktor dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah pendidikan formal dan pengalaman karir. Selanjutnya dalam penelitian terdahulu Pristiwi (2008) membuktikan bahwa motif/motivasi, harga, dan lokasi mempengaruhi seorang siswa dalam mengambil keputusan terhadap memilih Lembaga Bimbel. Motif dianggap berpengaruh terhadap sikap seseorang dalam mengambil keputusan karena motif mempengaruhi keinginan seseorang dalam mengambil sikap, selanjutnya harga dalam penelitian dinilai mempengaruhi keputusan seseorang karena harga perlu dipertimbangkan sebagai tanda kesesuaian feedback yang akan didapatkan seseorang dan semakin mudah akses dalam menjangkau lokasi maka seseorang semakin tertarik untuk memilih lokasi tersebut.

Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang petani menurut Susanti (2008) antara lain umur, pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial dan sifat inovasi yang dipaparkan dalam thesis yang pernah dilakukan. Umur berkaitan dengan kematangan cara berfikir petani dan menentukan sikap petani, sehingga semakin matang umur petani maka semakin dapat berfikir lebih baik dan rasional, selanjutnya makin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin banyak pengetahuan


(40)

yang dimilikinya, dan seterusnya untuk faktor lainnya. Hal tersebut

menggambarkan bahwa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal.

8. Analisis Multinomial Logit

a. Distribusi Multinomial

Lia, Eri, dan Solimun (2013) menjelaskan distribusi multinomial merupakan suatu distribusi yang sering digunakan dalam analisis data kategori. Misalnya terdapat j

kategori pada peubah respon, maka peluangnya dinotasikan {π1, π2, π3, …, πj} dengan Σjπj = 1. Untuk n sampel, peluang multinomial bahwa n1 termasuk kategori 1, n2 termasuk kategori 2, …, hingga nj menjelaskan pada kategori j

dengan Σj nj = n adalah (Agresti, 1990) :

P n1, n2, …, nj = π1n1, π2 n2, …, πj nj

b. Regresi Multinomial Logit

Multinomial logit merupakan model logistik dengan lebih dari dua peubah terikat, sehingga menungkinkan untuk digunakan dalam menentukan pilihan di antara lebih dari dua alternatif. Model multinomial logit menurut Siregar et al.,(2006) adalah model logistik yang peubah terikatnya bukan merupakan pilihan yang dikotomi (ya atau tidak), melainkan pilihan berganda yang lebih dari dua. Perbedaan dalam model regresi logistik adalah peubah terikat bersifat dikotomi yang dinyatakan berdasarkan kemungkinan peluang keadaan ya dan tidak dengan fungsi Y = 0 (tidak) dan 1 (ya). Sedangkan untuk fungsi logit dengan model

n!


(41)

multinomial logit peubah terikat bersifat polychotomus atau multinomial dengan variabel respon berskala nominal dengan tiga kategori.

Data berskala nominal merupakan data dengan angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Apabila terdapat j yang berarti banyaknya kategori pada peubah respon maka model logistik yang akan terbentuk sebanyak j - 1. Menurut Agresti (1990), model umum regresi logistik multinomial untuk p banyaknya peubah prediktor yang dinyatakan dalam vektor xi serta probabilitas kategori respon ke-j sebagai berikut :

πj (xi) = P (y = j|xi)=

c. Uji Signifikansi Model

1. Pengujian signifikansi secara serentak (overall)

Pengujian secara serentak atau bersama-sama digunakan Likelihood Ratio (LR) yang setara denagn F hitung. Nilai statistika atau himpunan hipotesis uji serentak adalah sebagai berikut :

Ho : β1 = β2 = β3 = …. = βj 0

Hi : minimal ada satu yang bernilai tidak sama dengan nol βi ≠ 0 (i=1,2,…,n) Statistik uji yang digunakan adalah :

G = -2 (ln (L0) –ln (L1))

Jika G-hitung > Xj(p;α)maka tolak Ho dimana p adalah jumlah peubah prediktor dalam model atau p-value kurang dari α. Hal ini menunjukkan bahwa variabel x di

dalam model secara serentak berpengaruh terhadap variabel y.

Exp ( gj (xi)) ∑ j – 1exp ( gj (xi))


(42)

2. Pengujian signifikan secara parsial

Uji G atau uji –Wald digunakan untuk uji signifikansi secara berguna untuk melihat pengaruh semua variabel independen (x) secara individual terhadap terhadap variabel dependen (y) berdasarkan hipotesis :

Ho : βj= 0 (tidak ada pengaruh antara variabel x ke-i dengan variabel y)

Hi : βj≠ 0 (ada pengaruh antara variabel x ke-i dengan variabel y)

Nilai statistik uji –Wald adalah sebagai berikut :

|W| =

Nilai statistik W mengikuti sebaran x2 dengan derajat bebas satu. Ho ditolak apabila W > Xj(p;α) atau p-value < α. Hal ini menunjukkan bahwa variabel x secara parsial (individual).

9. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang kopi robusta dilakukan oleh Chandra (2013). Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data deret waktu dari tahun 1975 hingga tahun 2010 yang bertujuan untuk melihat peluang ekspor kopi di Indonesia. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa Lampung adalah salah satu penghasil produksi kopi robusta terbesar bersama dengan Sumatera Selatan dan Bengkulu, yaitu sekitar 80% dari total produksi nasional. Hasil analisis melalui peramalan atau

forecasting menunjukkan bahwa prospek ekspor kopi robusta di Indonesia sampai pada tahun 2021 memiliki prospek yang baik dan meningkat disetiap tahunnya. Berdasarkan peramalan tersebut diduga jumlah eksportir kopi akan semakin banyak karena permintaan kopi dunia semakin meningkat.

βj


(43)

Berdasarkan hasil penelitian Yohanes (2012) pada Tabel 2 mengenai luas areal dan produksi kopi robusta per Kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2009 (BPS, 2009), Kabupaten Tanggamus menempati posisi kedua sebagai sentra penghasil kopi robusta dengan luas areal 54.145 ha dan jumlah produksi 45.230 ton setelah Kabupaten Lampung Barat. Hasil pengamatan terhadap industri kopi yang berkembang di Kabupaten Lampung Barat menunjukkan nilai yang layak sehingga menguntungkan untuk diusahakan. Artinya, kopi sebagai komoditi pertanian memiliki daya saing untuk diperdagangkan. Industri kopi dalam penelitian ini berupa industi olahan kopi yang disalurkan melalui tengkulak ataupun eksportir.

Menurut Tirta (2010), usahatani kopi dengan skema kemitraan yang dijalankan oleh petani kopi di Desa Way Ilahan mencerminkan kelayakan untuk dijalankan dan dikembangkan terbukti dari hasil pendapatan yang diperoleh petani kopi. Nilai R/C ratio atas biaya total pada Desa Way llahan sebesar 2,26 sedangkan pada Desa Tekad sebesar 1,78 yang menunjukan pendapatan kopi dengan umur produktif hingga 25 tahun menguntungkan. Hasil penelitian tersebut juga

menunjukkan adanya perbedaan pendapatan kopi petani mitra (eksportir) dengan kopi petani nonmitra.

Selanjutnya, Abdul dan Maryati (2010) meneliti beberapa faktor yang

menyebabkan petani karet yang sudah bergabung menjadi anggota KUD tetapi tidak mau menjual hasil pertaniannya ke KUD dan sebaliknya petani lebih

cenderung menjual hasil karetnya kepada tengkulak. Penelitian ini mengutarakan perbandingan faktor-faktor yang menyebabkan petani karet menjual hasil karetnya


(44)

kepada KUD atau kepada tengkulak. Salah satu faktornya adalah penerimaan yang didapat dari tengkulak lebih tinggi dibandingkan penerimaan yang didapat jika menjual hasil karet kepada KUD. Di samping itu juga adanya hubungan keluarga dengan para tengkulak.

Hubungan antara tengkulak dan petani juga dibahas dalam penelitian thesis (anonim, 2010) mengenai mengapa tengkulak lebih berkuasa terhadap kelompok petani dibandingkan pabrik. Penelitian ini membahas lebih tentang hegemoni tengkulak terhadap petani. Dengan demikian konsep hegemoni yang dimaksud adalah kemampuan tengkulak untuk menguasai petani melalui serangkaian negosiasi dan tindakan tanpa menggunakan kekerasan, hingga akhirnya terjadi kesepakatan. Hegemoni tengkulak dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh tengkulak untuk mempertahankan kekuasaan ekonomi khususnya dalam transaksi cengkeh terhadap petani cengkeh.

Popoko (2013) dalam penelitiannya, menjelaskan permasalahan petani kopra di Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara mencakup tiga aspek yang salah satunya adalah hubungan antara petani dengan pedagang (tengkulak) dalam bentuk ikatan harga menjadikan pola hubungan lebih menyerupai hubungan

patron-client dimana petani sangat tergantung pada pedagang tertentu dalam hal permodalan usahatani, pembiayaan usahatani, penjualan hasil panennya dan bahkan biaya hidup sehari-hari.

Hasil penelitian lapangan Romadhan (2010) dalam Pola Hubungan Tengkulak Dengan Petani: (Studi Kasus Hubungan Patron Client Pada Masyarakat Petani Di Desa Kampung Mesjid Keamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhan Batu)


(45)

menunjukkan bahwa hubungan petani dengan tengkulak berawal dari hubungan dagang antara penjual dengan pembeli. Kemudian hubungan tersebut berlanjut menjadi hubungan yang lebih intens dan mengarah kepada hubungan yang saling terkait satu sama lain dan sulit dipisahkan karena didasari oleh hubungan yang saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Tindakan tersebut terdiri dari tindakan rasional dan tindakan non-rasional.

Tindakan rasional yang dilakukan petani adalah karena pertanian merupakan jalan hidup mereka maka mereka harus berusaha untuk mencapai tujuan bertani yang berhasil dengan beragam cara dan cara-cara ataupun akses yang lebih mudah yang akan mereka pilih salah satunya akses yang mudah dalam mendapatkan modal pinjaman melalui tengkulak. Adapun tindakan non-rasional yang dilakukan petani adalah dalam melakukan pinjaman modal kepada tengkulak, petani tidak terlalu memperhitungkan kerugian yang mereka alami diantaranya bunga yang lebih tinggi dan keharusan menjual hasil pertaniannya kepada tengkulak meskipun dengan harga yang jauh dibawah harga standar di pasaran.

Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang petani menurut Susanti (2008) dalam thesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam Penerapan Pertanian Padi Organik Di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragenantara lain umur, pendidikan, luas usahatani, tingkat pendapatan, lingkungan ekonomi, lingkungan sosial dan sifat inovasi. Hasil penelitian Susanti membuktikan bahwa hubungan antara umur, luas usahatani, tingkat pendapatan, dan sifat inovasi dengan keputusan petani adalah tidak signifikan, hubungan antara pendidikan dan lingkungan sosial dengan


(46)

keputusan petani adalah sangat signifikan, dan hubungan antara lingkungan ekonomi dengan keputusan petani adalah signifikan.

Keputusan sebagai variabel dependen dalam multinomial logit juga dipakai pada tesis Zeffry, Ujang, Hartoyo, dan eva mengenai keputusan seseorang dalam memilih jenis minuman pada situasi konsumsi Hang-Out dan Celebration. Dimana terdapat 5 kategori variabel Y dan 26 variabel peubah respon X dengan diantaranya 9 peubah respon nominal (berdasarkan pengaruh faktor internal dan eksternal seseorang) dan 17 peubah respon rangking. Hasilnya menyebutkan bahwa faktor internal seperti usia dan pendidikan berpengaruh nyata terhadap keputusan seseorang dalam memilih jenis minuman.

B. Kerangka Pemikiran

Kopi bagi petani di Kabupaten Tanggamus, Lampung merupakan sumber penghidupan utama sebagai tumpuan keberlangsungan hidup. Keunggulan dan kekhasan kopi Lampung memberi kesan tersendiri bagi penikmat kopi dan

menghantarkan kopi Lampung ke kancah Internasional. Petani kopi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus telah diakui sebagai penghasil kopi terbesar setelah Kabupaten Lampung Barat. Hasil dari kopi tersebut selanjutnya akan dipasarkan oleh petani melalui beberapa saluran pemasaran, seperti

penjualan kepada tengkulak dan eksportir.

Pelaku pemasaran yang ada di Kecamatan Pulau Panggung bervariasi, namun yang melakukan pembelian dalam skala besar terhadap petani adalah tengkulak dan eksportir. Dalam hal ini perlu diketahui alasan petani atau faktor penyebab


(47)

petani dalam menentukan arah penjualan, apakah menentukan keputusan menjual kepada tengkulak dan eksportir. metode yang digunakan adalah analisis secara deskriptif yang mampu menguraikan faktor-faktor penyebab petani menjual kopi kepada tengkulak dan eksportir. selanjutnya untuk melihat pengaruh faktor penyebab tersebut menggunakan analisis regresi multinomial logit dengan variabel Y atau dependent bersifat kualitatif lebih dari 2 kategori.

Performa keduanya, yaitu tengkulak dan eksportir juga akan dikaji dalam bentuk uraian untuk menggambarkan keragaan usahatani petani kopi hingga menuju kearah penjualan. Performa atau yang lebih sering disebut dengan keragaan tersebut menjelaskan skala usaha tengkulak dan eksportir mulai dari ketersediaan sarana prasarana, modal, jaminan yang diberikan untuk petani, sistim pembayaran yang terjadi, dan hal lainnya yang berkaitan dengan jalannya usaha yang

dilakukan tengkulak dan eksportir. Selanjutnya, manfaat ekonomis yang diperoleh petani dari pilihan menjual kopi kepada tengkulak maupun eksportir akan dianalisis melalui pandangan atau persepsi petani kopi.

Hasil total penjualan kopi dari petani kopi dapat dihitung melalui rumus Total Revenue (TR). Kegiatan petani menjual hasil kopinya tentu saja digunakan untuk mendapatkan penerimaan yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, pola penggunaan hasil total penjualan kopi tersebut perlu diketahui. Untuk lebih jelas, kerangka pikir pola penggunaan hasil, manfaat, dan faktor penyebab penjualan kopi petani kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Gambar 3.


(48)

C. Hipotesis

Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini, maka telah disusun beberapa hipotesis, antara lain:

1) Diduga usia, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, harga, produksi berpengaruh positif terhadap keputusan petani menentukan porsi penjualan kopi kepada tengkulak dan eksportir, sedangkan luas lahan, jarak tempat tinggal, cara pembayaran, hubungan keluarga, keragaan usaha dan motif petani berpengaruh negatif terhadap keputusan petani menentukan porsi penjualan kopi kepada tengkulak dan eksportir.


(49)

Gambar 3. Alur kerangka berfikir pola penggunaan hasil, manfaat, dan faktor penyebab penjualan kopi kepada tengkulak dan eksportir di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.

Valuasi Ekonomi: - Willingness To Pay (Contingent Valuation Method (CVM))

Alokasi

Usahatani Kopi

Eksportir Tengkulak

Faktor penyebab petani memilih alur penjualan:

Faktor internal -Usia (X1)

-Tingkat Pendidikan (X2)

-Pengalaman Ustan (X3)

-Motif Petani (D5)

Faktor eksternal

-Luas Kebun Kopi (X4)

-Harga (X5)

-Produksi (X6)

-Tempat tinggal (X7)

-Cara Pembayaran (D1&2)

-Hubungan (D3)

-Keragaan (D4)

Manfaat yang didapat dari menjual kopi kepada tengkulak/eksportir: - Manfaat Ekonomi (berupa uang)

Total Penjualan

Total Penjualan

Faktor penyebab yang paling berpengaruh:

-Analisis multinomial logit, dengan 3 kemungkinan petani menjual

(variabel terikat) :

1;sebagian besar ke tengkulak, 2;50:50, dan 3;sebagian besar ke eksportir

Penggunaan total penjualan kopi


(50)

III.METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Konsep dasar dan batasan operasional ini mencangkup pengertian yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data dan melakukan analisis yang

berhubungan dengan tujuan penelitian.

Kopi adalah komoditi pertanian yang di budidayakan melalui penanaman dan memiliki panjang hidup tahunan dengan umur mencapai 25 tahun. Kopi dalam penelitian ini adalah biji kopi hasil panen petani yang hendak dijual kepada tengkulak dan eksportir.

Petani kopi adalah semua petani yang melakukan budidaya dari tanaman kopi dan mendapatkan output berupa hasil kopi sebagai sumber penerimaan.

Luas kebun kopi adalah luas lahan yang ditanami dan digarap oleh petani kopi untuk budidaya kopi dan diukur dengan satuan luas (ha). Luas kebun kopi dalam penelitian ini dijadikan variabel X4.

Produksi kopi adalah jumlah output atau produksi hasil panen kopi yang diukur dalam satuan kilogram (kg).


(51)

Produktivitas lahan kopi adalah total produksi seluruh tanaman kopi yang ditanam pada sebidang lahan dan disetarakan dengan produksi kopi diukur dalam kg per ha pada satu tahun.

Penerimaan total kopi adalah nilai hasil yang diterima oleh petani kopi yang dihitung dengan mengalikan jumlah produksi dengan harga jual kopi, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Penerimaan total kopi dalam penelitian ini adalah hasil total penjualan kopi petani (Rp).

Pola penggunaan hasil adalah susunan teratur dari suatu kejadian atau urutan kejadian penggunaan penerimaan kopi (Rp) oleh petani setelah menerima hasil penjualan baik dari tengkulak maupun eksportir. pola penggunaan hasil dalam penelitian ini menunjukkan runtutan dari kejadian satu hingga kejadian

selanjutnya.

Tengkulak adalah seluruh pengumpul yang membeli kopi dari petani kopi atau pedagang besar maupun pengecer di bawahnya untuk dijual kembali. Tengkulak dalam penelitian ini adalah semua pengumpul dan pedagang yang berada di lokasi penelitian.

Eksportir adalah seseorang atau perusahaan yang membeli kopi dari petani kopi dengan tujuan akan mengekspor biji kopi kering dan atau mengolah kopi yang telah dibeli. Eksportir dalam penelitian ini adalah semua eksportir yang berada di lokasi penelitian.

Manfaat adalah sesuatu yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh petani yang diperoleh saat melakukan penjualan kopi dan dapat memberikan nilai tersendiri


(52)

untuk petani kopi, dan dalam penelitian ini manfaat adalah manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi adalah manfaat yang diukur dalam bentuk uang dapat berupa insentif/bonus, dan atau penghasilan lainnya berupa uang (Rp).

Modal adalah sejumlah sumber biaya yang digunakan untuk menjalankan usaha guna mendukung kelancaran usaha tersebut, modal dapat berupa uang dan bukan uang. Modal uang diukur dengan rupiah (Rp) sedangkan modal bukan uang berupa segala sesuatu yang dimanfaatkan dalam usaha tersebut seperti kendaraan, gudang, peralatan, dan lainnya yang diukur dengan satuan unit.

Gudang kopi adalah tempat atau ruangan yang digunakan untuk menyimpan hasil produksi maupun hasil pembelian kopi dalam jumlah yang besar, tempat

perlindungan kopi dari pengaruh luar seperti binatang dan cuaca, serta gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi usaha kopi sebelum kopi didistribusikan. Gudang dalam penelitian ini adalah tempat (unit) yang memiliki kapasitas diukur dengan luasan (m2).

Faktor internal adalah faktor dari dalam diri petani yang mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan alur penjualan kopi. Faktor internal yang dipakai dalam penelitian ini adalah usia (X1), tingkat pendidikan (X2), pengalaman usahatani (X3), dan motif petani (D5) yang dimiliki petani dijadikan variabel karena diduga mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan alur penjualan kopi.

Usia atau umur responden adalah satuanwaktuyang mengukur waktu keberadaan responden yang dihitung dari waktu kelahiran responden dan diukur dalam satuan tahun (th). Usia responden dalam penelitian ini dijadikan variabel X1.


(53)

Tingkat pendidikan responden adalah lama sekolah yang ditempuh oleh responden yang diukur dalam jenjang sekolah yang terakhir ditempuh. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini merupakan X2 yang diukur dengan tahun, jika SD = 6 tahun; SMP = 9 tahun; SMA = 12 tahun; Sarjana (S1) = 16 tahun, dan

seterusnya.

Pengalaman usahatani responden adalah lama waktu petani berhubungan atau secara langsung membudidayakan dan berusahatani kopi. Pengalaman usahatani kopi dalam penelitian ini dijadikan X3 yang diukur dengan tahun, semakin lama pengalaman yang dimiliki petani artinya makin banyak ilmu usahatani kopi berdasarkan keadaan sesungguhnya yang dimiliki petani.

Motif petani (D5) adalah dorongan dalam diri petani kopi yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi terhadap penerimaan hasil penjualan kopi. Dalam penelitian ini motif petani dijadikan variabel Dummy (D5) dengan kriteria jika petani tidak menginginkan hasil penjualan dengan cepat maka D=0 dan jika menginginkan hasil penjualan dengan cepat (berupa uang) maka D=1.

Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi keputusan petani kopi yang berasal selain dari dalam diri petani yang mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan alur penjualan kopi. Kata lainnya adalah faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri petani dan yang dipakai dalam penelitian ini adalah luas kebun (X4), harga (X5), produksi (X6), jarak tempat tinggal (X7), cara pembayaran


(54)

dijadikan variabel karena diduga mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan alur penjualan kopi.

Harga (X5) di tingkat tengkulak/eksportir adalah harga kopi yang diterima petani pada waktu transaksi jual beli oleh tengkulak/eksportir, diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).

Produksi (X6) adalah jumlah output atau hasil panen kopi petani yang diukur dalam satuan kilogram (kg). Produksi kopi dalam penelitian ini adalah satuan output kilogram (kg) yang didapatkan petani dalam satu tahun masa tanam (3-4 kali petik kopi).

Jarak tempat tinggal responden (X7) adalah panjang lintasan yang dihitung dari lokasi petani kopi tinggal dan atau melakukan aktifitas persiapan kopi jual hingga tempat penjualan kopi. Jarak tempat tinggal dalam penelitian ini diukur

berdasarkan satuan jarak kilometer (km), perhitungannya diukur dari tempat tinggal hingga lokasi penjualan kepada tengkulak dan eksportir.

Cara pembayaran (D1 dan D2) adalah suatu cara yang dilakukan pada saat petani hendak menjual kopi kepada tengkulak dan atau eksportir. Cara pembayaran dalam penelitian ini digolongkan atas tiga kategori yaitu cara pembayaran secara tempo dengan pengertian petani tidak menerima hasil pembayaran pada saat itu juga dan secara tunai (cash) dengan pengertian petani menerima hasil penjualan saat itu juga serta pembayaran secara keduanya. Dalam penelitian ini cara


(55)

menggunakan Dummy (D1&2) yang terdiri dari D2 dengan cash (1) dan lainnya (0) serta D3 dengan cash & tempo (1) dan lainnya (0).

Hubungan keluarga (D3) adalah keterkaitan petani kopi dengan tengkulak dan eksportir secara psikologis yang dinyatakan dalam sebuah ikatan persaudaraan. Dalam penelitian ini hubungan kekeluargaan dikategorikan dalam bentuk kualitatif dan dijadikan variabel Dummy (D3) dengan kriteria jika tidak ada hubungan maka D=0 dan jika ada hubungan maka D=1.

Keragaan pelaku pemasaran (D4) adalah tingkat kesiapan dan kematangan seorang pelaku pemasaran yang dalam penelitian ini adalah tengkulak dan eksportir dalam menjalankan kegiatan usaha sehari-hari yang didukung oleh sarana prasarana serta hal lainnya sehingga segala sesuatunya dapat berjalan lancar. Keragaan dalam penelitian ini dinilai melalui persepsi petani dengan pembagian dua kategori yaitu persepsi petani baik dan kurang baik terhadap keragaan usaha tengkulak dan eksportir. Dalam penelitian ini keragaan dijadikan variabel Dummy (D4) dengan kriteria jika keragaan tengkulak/eksportir kurang baik maka D=0 dan jika keragaan tengkulak/eksportir baik maka D=1.

B. Lokasi Penelitian, Responden, Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sentra produksi kopi di Kabupaten Tanggamus. Hasil survei menjelaskan bahwa Kecamatan Pulau Panggung memiliki jumlah desa sebanyak 20 desa, dengan banyak kelompok tani aktif berjumlah 103 kelompok


(56)

tani. Desa Gunung Megang dan Tekad merupakan 2 (dua) desa dengan jumlah populasi petani kopi terbanyak di Kecamatan Pulau Panggung, sehingga dipilih dua desa tersebut sebagai lokasi penelitian (BP3K Kecamatan Pulau Panggung, 2013).

Sifat petani kopi sebagai populasi dalam penelitian ini bersifat homogen dalam hal : (1) semua petani menggunakan teknik budidaya yang sama, (2) semua petani bermaksud menjual produknya, (3) semua petani sama-sama menjual produknya kepada tengkulak dan eksportir, dan (4) semua petani mencari keuntungan dalam menjual produknya. Responden dalam penelitian ini adalah semua petani yang mengusahakan usahatani kopi berdasarkan hasil sampling. Responden terpilih dihitung berdasarkan keikutsertaannya dalam kelompok tani (secara purposive) dengan anggapan petani yang tergabung dalam kelompok tani adalah kelompok tani yang dibina oleh eksportir dan memiliki tujuan penjualan kepada eksportir dan tengkulak.

Pada Tabel 21 (terlampir) dapat terlihat bahwa jumlah populasi petani kopi di Desa Gunung Megang sebanyak 228 petani dan di Desa Tekad berjumlah 183 petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simplerandom sampling

(Sugiarto, 2003) yaitu :

n = NZ2S2

Nδ2 + Z2S2

Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi

S2 = variasi sampel (5% = 0,05) Z = tingkat kepercayaan (95% = 0,95)


(57)

δ = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, maka jumlah sampel adalah :

n = (411)(1,96)2(0,05) (411)(0,05)2 + (1,96)2(0,05)

= 78,94 1,22

= 64,70 = 65 responden

Setelah perhitungan didapatkan jumlah sampel sebanyak 65 responden petani kopi, kemudian ditentukan alokasi proporsi sampel menggunakan Jumlah masing-masing sampel kelompok tani pada tiap desa ditentukan dengan menggunakan rumus Propotional Random Sampling (Sugiarto, 2003) sebagai berikut :

Keterangan: ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya sehingga diperoleh sampel di Desa Gunung Megang :

naGunungMegang = 228 x 65 411

= 36,05≈ 36 responden dan di Desa Way Ilahan :

naTekad = 183 x 65 411

= 28,94 ≈ 29 responden

Berdasarkan rumus di atas, setelah dilakukan perhitungan maka sampel yang diambil dari Desa Gunung Megang berjumlah 36 responden petani kopi (na) dan


(58)

sampel yang diambil pada Desa Tekad berjumlah 29 responden petani kopi (nb). Selanjutnya, untuk Desa Gunung Megang dipilih kelompok tani Kurnia jaya dan Langgeng Jaya dengan jumlah masing-masing sampel 20 petani dan 16 petani (n1 dan n2). Sedangkan, untuk Desa Tekad dipilih kelompok tani Alam Lestari dan Karya Bakti dengan jumlah masing-masing sampel 16 petani dan 13 petani (n3 dan n4). Penentuan jumah responden ditentukan dengan rumus alokasi proporsional. Sampel tengkulak dan eksportir tidak diambil berdasarkan rumus, karena

jumlahnya yang sedikit serta keragaan usaha kopi yang dijalankan dapat diketahui melalui observasi lapangan dengan mengajukan pertanyaan kuesioner kepada tengkulak dan eksportir yang paling dominan.

C. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Metode dalam penilitian ini adalah metode survei dan data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 (dua) jenis, antara lain:

1. Data primer, merupakan data yang didapat secara langsungatau diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani kopi, dan

2. Data sekunder, merupakan data yang didapat secara tidak langsung atau di peroleh melalui pihak perantara baik lembaga maupun pustaka, seperti data yang diperoleh dari instansi terkait (BPS Tanggamus, BP3K Kecamatan Pulau Panggung, kantor Kecamatan Pulau Panggung), Laporan Sensus Pertanian Tanggamus, serta literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data primer adalah dengan membuat kuesioner (daftar pertanyaan) sekaligus melakukan wawancara atau pengamatan langsung di lapangan. Pengambilan data dengan kuisioner tersebut bertujuan agar pertanyaan yang diajukan terstruktur dan data yang diperoleh lengkap.


(59)

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif (kualitatif) dan kuantitatif. Analisis tersebut digunakan untuk menjawab ke empat tujuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Metode deskriptif (kualitatif) digunakan untuk mengkaji tujuan pertama mengenai keragaan usaha menurut persepsi petani dan tujuan kedua mengenai alokasi dan pola menggunakan analisis deskripstif berupa uraian. Sedangkan metode

kuantitatif digunakan untuk menghitung tujuan ke tiga dan ke empat. 1. Metode Analisis Data Tujuan Pertama dan Ke-dua

Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua yaitu keragaan usaha tengkulak dan eksportir serta alokasi dan pola yang terjadi oleh petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus, digunakan persepsi petani terhadap tengkulak dan eksportir yang akan mencerminkan sikap petani terhadap keduanya diukur menggunakan skor. Persepsi tersebut akan berpengaruh pada kesediaan petani dalam mengalokasikan kopinya serta gambaran mengenai pola penggunaan diuraikan secara deskripstif. Dalam hal ini penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau

menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasinya (Suryabrata, 2004).

a. Persepsi Petani

Alokasi kopi yang diberikan petani kepada tengkulak dan eksportir dapat

diketahui melalui persepsi petani terhadap keduanya. Makin baik persepsi petani terhadap tengkulak dan eksportir maka akan makin bertambah rasa kepercayaan petani untuk mengalokasikan kopinya. Pengukuran persepsi petani menggunakan


(1)

140

Tabel 40. Rekapitulasi setelah pengurangan variabel yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam memilih dan menentukan alur penjualan (porsi)

di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus pada tahun 2014

No Nama Petani Porsi Pjln Tgkt Pendidikan Luas Kebun Harga Jarak Tempat Tinggal Produksi Keragaan

1,2,3 tahun hektar rupiah kilometer kg lainnya:0, cash:1 lainnya:0, cash&tempo:1 krg baik:0, baik:1

1 Ridwan 1 9 1 16700 9 527 0 1 1

2 Suab Wibowo 2 6 1 16500 9 630 0 1 1

3 Sutiman 3 6 0,75 17500 1 620 1 0 1

4 Usman 3 12 3 21000 12,5 1836 0 1 1

5 Relawati 3 12 1 21500 0,5 650 1 0 1

6 Ngadimin 1 6 1 17000 8 506 1 0 1

7 Daryono 3 12 2 17000 0,5 1400 1 0 1

8 Basuki 2 9 1 25500 7 720 0 1 1

9 Soetomo 1 6 0,25 16000 0,5 250 1 0 1

10 Ngadenan 3 6 1 17000 0,5 553 1 0 1

11 Komari 3 12 3 18000 3 3010 1 0 1

12 Budiman 1 9 1 17000 8 475 1 0 1

13 Hariyadi 2 12 1,25 16500 1 1410 0 1 1

14 Giarto 3 12 1 17000 3 300 1 0 1

15 Amrullah 1 6 2 16000 10 1610 0 1 0

16 Suparman 1 6 0,75 16000 0,5 240 1 0 1

17 Firdaus 1 6 2 16750 20,5 620 1 0 0

18 Rahmat 1 9 1 17000 3 565 1 0 1

19 Siyono 1 12 4 16500 0,5 1510 0 1 1

20 Mujiono 3 9 2 16000 0,5 800 0 1 1

21 Paidi Afan 1 6 0,5 17000 8 305 1 0 0

22 Teguh Priyanto 1 9 1 15500 13 705 1 0 0

23 Mustakim 1 6 0,5 20000 6 60 1 0 1

24 Toto Istanto 1 6 2 17000 1 480 0 1 1

25 Yanto 3 12 1 15500 0,4 700 0 1 1

26 Epsondi 1 12 1 15000 15 503 1 0 1

27 Minggu Raharjo 2 12 2 18500 0,8 1815 0 1 1

28 Mugi Raharjo 3 12 2 18500 0,8 1625 0 1 1

29 Meri 2 12 1 17000 0,8 625 0 1 1

30 Subardi 1 9 0,75 16500 1 405 1 0 1

31 Kusno 2 6 2 17650 0,8 2010 0 1 1

32 Selamet Riyadi 1 4 0,75 16500 0,5 306 0 1 1

33 Kuncoro 2 9 1 17500 1,5 1020 0 1 1

34 Giono 1 6 9 17500 8 5820 0 1 1

35 Imam 1 8 1 17750 3 705 0 1 1


(2)

141

Tabel 40. Lanjutan

No Nama Petani Porsi Pjln Tgkt Pendidikan Luas Kebun Harga Jarak Tempat Tinggal Produksi Keragaan

1,2,3 tahun hektar rupiah kilometer kg lainnya:0, cash:1 lainnya:0, cash&tempo:1 krg baik:0, baik:1

36 Saiman 2 6 2 16750 1,5 825 0 1 1

37 Suwardi 1 6 0,75 16750 1 300 0 1 1

38 Sarman 3 6 1 18000 1 700 0 0 1

39 Diskiran 2 6 0,5 19500 4 1320 0 1 1

40 Erwanto 1 12 0,5 17350 1 835 0 1 1

41 Kamto 1 12 2 17750 1 1750 0 1 1

42 Wahono 3 9 1 18625 0,8 800 0 1 1

43 Samroni 3 6 1,5 19125 1 750 0 0 1

44 Satiman 1 4 2 19500 9,5 2000 1 0 1

45 Mansuryadi 1 9 3 19500 3 1900 0 1 1

46 Kaswan 3 9 0,75 18750 2,5 570 0 0 1

47 Tuslam 1 12 1 18500 3 1500 1 0 1

48 Mujeri 1 6 2,5 18500 2 2600 0 1 1

49 Suwarni 2 6 2 18250 1 2050 0 1 1

50 Sutrisno 3 8 1 17000 1,5 800 0 1 1

51 Ahmad 1 12 1 17750 2 650 1 0 1

52 Erwin 3 15 3 19000 1 1810 0 1 1

53 Parni 1 6 1,5 17750 2 1250 0 1 1

54 Rohani 3 6 1 19000 1 655 0 0 1

55 Hamdani 1 12 1 18000 8 880 1 0 1

56 Mulyanto 3 12 2 19000 1,5 1600 0 0 1

57 Misdianto 2 6 4 18750 1,3 2025 0 1 1

58 Jajang 3 6 3 18600 0,5 2250 0 0 1

59 Baharudin 2 9 1 16750 2 707 0 1 1

60 Sumarsono 1 12 1 17000 1 305 1 0 1

61 Radino 3 6 4 17250 1,5 3310 0 1 1

62 Aden 3 12 2 17500 3 1500 0 1 1

63 Suwardi 1 9 0,75 16750 2,8 300 0 1 1

64 Sutiman 1 6 0,5 17000 1,3 255 1 0 1

65 Susilo 3 9 1 16250 1 510 0 1 1

Total 561 103 1150050 223 72023 23 36 61

Rata-rata 9 2 17693 3 1108 0 1 1


(3)

142

Tabel 41. Hasil analisis multinomial logit data 2 faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan petani kopi menentukan porsi penjualan

Case Processing Summary

N

Marginal Percentage

Y 1 31 47.7%

2 12 18.5%

3 22 33.8%

CARA1 LAINNYA 42 64.6%

CASH 23 35.4%

CARA2 LAINNYA 29 44.6%

CT 36 55.4%

HUB TDK 63 96.9%

ADA 2 3.1%

KRGN KRG BAIK 4 6.2%

BAIK 61 93.8%

Valid 65 100.0%

Missing 0

Total 65

Subpopulation 65a

a. The dependent variable has only one value observed in 65 (100.0%) subpopulations.

Model Fitting Information

Model

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

-2 Log

Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 134.120


(4)

Goodness-of-Fit

Chi-Square df Sig.

Pearson 84.834 108 .951

Deviance 85.171 108 .949

Pseudo R-Square

Cox and Snell .529

Nagelkerke .606

McFadden .365

Likelihood Ratio Tests

Effect

Model Fitting

Criteria Likelihood Ratio Tests

-2 Log Likelihood of Reduced

Model Chi-Square Df Sig.

Intercept 85.171a .000 0 .

PGLMN 88.978 3.807 2 .149

PDDKN 92.715 7.544 2 .023

LUAS 85.765 .594 2 .743

JRK 87.048 1.877 2 .391

PROD 87.197 2.026 2 .363

HARGA 86.217 1.046 2 .593

CARA1 95.713 10.542 2 .005

CARA2 99.741 14.570 2 .001

HUB 86.226 1.055 2 .590


(5)

144

Parameter Estimates

Ya B Std. Error Wald df Sig. Exp(B)

95% Confidence Interval for Exp(B)

Lower Bound Upper Bound

1 Intercept 23.435 2875.543 .000 1 .993

PGLMN -.028 .042 .460 1 .497 .972 .896 1.055

PDDKN -.303 .145 4.376 1 .036 .738 .556 .981

LUAS .169 .569 .088 1 .766 1.184 .388 3.612

JRK .151 .122 1.535 1 .215 1.163 .916 1.478

PROD .000 .001 .222 1 .637 1.000 .998 1.001

HARGA .000 .000 .073 1 .786 1.000 .999 1.000

[LAINNYA1=.00] -18.857 2875.539 .000 1 .995 6.465E-9 .000 .b

[CASH1=1.00] 0c . . 0 . . . .

[LAINNYA2=.00] -18.414 2875.539 .000 1 .995 1.007E-8 .000 .b

[CASTEM2=1.00] 0c . . 0 . . . .

[HUB=.00] .299 2.680 .012 1 .911 1.348 .007 257.518

[HUB=1.00] 0c . . 0 . . . .

[KRGN=.00] 16.129 3413.302 .000 1 .996 1.011E7 .000 .b

[KRGN=1.00] 0c . . 0 . . . .

2 Intercept -13.909 4552.205 .000 1 .998

PGLMN -.127 .070 3.321 1 .068 .881 .768 1.010

PDDKN -.434 .192 5.101 1 .024 .648 .445 .944

LUAS -.403 .799 .254 1 .614 .668 .140 3.203

JRK .111 .199 .310 1 .577 1.117 .756 1.651

PROD .001 .001 .763 1 .382 1.001 .999 1.003

HARGA .000 .000 .382 1 .536 1.000 1.000 1.001

[LAINNYA1=.00] -3.105 4552.201 .000 1 .999 .045 .000 .b

[CASH1=1.00] 0c . . 0 . . . .

[LAINNYA2=.00] -19.753 4312.341 .000 1 .996 2.638E-9 .000 .b

[CASTEM2=1.00] 0c . . 0 . . . .

[HUB=.00] 18.781 .000 . 1 . 1.434E8 1.434E8 1.434E8

[HUB=1.00] 0c . . 0 . . . .

[KRGN=.00] -.934 4869.626 .000 1 1.000 .393 .000 .b

[KRGN=1.00] 0c . . 0 . . . .

a. The reference category is: 3.00.

b. Floating point overflow occurred while computing this statistic. Its value is therefore set to system missing.


(6)

Classification

Observed

Predicted

1 2 3 Percent Correct

1 24 2 5 77.4%

2 3 7 2 58.3%

3 5 3 14 63.6%


Dokumen yang terkait

MANFAAT EKONOMI LUMBUNG DESA DAN LUMBUNG RUMAH TANGGA BAGI PETANI (KASUS DI KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN PRINGSEWU DAN KECAMATAN KOTAAGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS)

0 8 77

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BENIH PADI PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI BENIH (PPIB) UNILA DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

3 21 18

JUDUL INDONESIA: MANFAAT SERTIFIKASI RAINFOREST ALLIANCE (RA) DALAM MENGEMBANGKAN USAHATANI KOPI YANG BERKELANJUTAN DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS JUDUL INGGRIS: THE BENEFITS OF RAINFOREST ALLIANCE (RA) CERTIFIED IN DEVELOPING THE SUSTAIN

6 22 107

Manfaat Sertifikasi Rainforest Alliance (Ra) dalam Mengembangkan Usahatani Kopi yang Berkelanjutan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus

0 9 110

Manfaat Sertifikasi Rainforest Alliance (Ra) dalam Mengembangkan Usahatani Kopi yang Berkelanjutan di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus

1 21 171

KEBERLANJUTAN USAHATANI KOPI AGROFORESTRI DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

3 21 94

PENDAPATAN USAHATANI PADI DENGAN MENERAPKAN SISTEM RESI GUDANG DI KECAMATAN PULAU PANGGUNG KABUPATEN TANGGAMUS

2 34 108

Beberapa Kendala dalam Pengembangan Program Kerjasama antara Petani dengan Eksportir Kopi di Lampung

0 2 103

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PETANI KOPI BERALIH KE TANAMAN JERUK DI DESA TANJUNG BERINGIN KABUPATEN DAIRI.

1 5 17

TENGKULAK DAN PETANI: Kajian Historis Terhadap Perkembangan Tengkulak Sayur di Desa Nanggerang Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Tahun 1990-2013.

4 6 46